- repository@UPI

advertisement
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas hasil penelitian tindakan kelas yang telah
dilaksanakan pada siswa kelas IV SDN 1 Cibogo dengan menerapkan strategi
REACT untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam dua
siklus yaitu siklus I dan siklus II. Hasil tersebut dijabarkan dalam deskripsi
pembahasan.
A. Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan memaparkan hasil penelitian yang disusun
berdasarkan rumusan masalah. Hasil penelitian ini berupa perencanaan,
pelaksanaan, dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada siswa
sekolah dasar yang dilaksanakan dalam dua siklus.
1.
Perencanaan
a.
Siklus I
Perencanaan pembelajaran siklus I disusun berdasarkan hasil dari data
awal sebelum penelitian. Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan yang
akan dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
pada siswa sekolah dasar. Upaya awal yang dilakukan yaitu menyusun instrumen
pembelajaran dan instrumen penelitian yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) siklus I, lembar penilaian RPP, lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran, kisi-kisi soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis, soal
evaluasi kemampuan komunikasi matematis, pedoman wawancara siswa, dan
catatan lapangan. Selanjutnya peneliti membagi siswa ke dalam kelompok.
Kelompok dipilih sesuai dengan kemampuan siswa. Salain itu, peneliti juga
menyiapkan media pembelajaran.
Sebelum penyusunan RPP, penulis menyusun antisipasi didaktis pedagogis
yang akan menjadi acuan dalam pembuatan skenario pembelajaran yang akan
dilakukan pada tahap pelaksanaan siklus I yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
Tabel 4.1. Antisipasi Didaktis Pedagogis Siklus I
Komponen
Relating
Materi
Kegiatan Siswa dan Guru
Sifat-sifat kubus Siswa
menemutunjukkan
dan balok
benda yang berbentuk kubus
dan balok dengan tepat melalui
kegiatan tanya jawab dengan
menghubungkan benda-benda
dalam kehidupan sehari-hari.
Kemungkinan Respon Siswa
Tidak ada siswa yang mampu
menemutunjukkan benda di
sekitar kelas yang berbentuk
kubus dan balok.
Siswa menemutunjukkan satu
buah benda di sekitar kelas
yang berbentuk kubus dan
balok dengan tepat.
Siswa
menemutunjukkan
benda di sekitar kelas yang
berbentuk kubus dan balok
dengan tepat lebih dari satu
buah.
Siswa
mampu
Antisipasi Guru
Jika tidak ada siswa yang
mampu menemutunjukkan,
maka
guru
harus
menanyakan kembali dan
memberi kata kunci jawaban
sehingga
siswa
mampu
menemutunjukkan benda di
sekitar kelas yang berbentuk
kubus dan balok. Dalam hal
ini guru membantu siswa
dengan mengaitkan materi
sebelumnya
mengenai
bangun datar.
Jika siswa menjawab dengan
kemungkinan tersebut, guru
harus bisa mengajak siswa
untuk
menemutunjukkan
benda lainnya.
Jika siswa menjawab lebih
dari satu, maka guru
mengarahkan
untuk
menyebutkan benda lainnya
yang ada dalam kehidupan
sehari-hari siswa.
Jika kemungkinan tersebut
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG
SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
Experiencing,
applying, dan
cooperating
Transferring
menemutunjukkan
benda
berbentuk kubus dan balok
sebanyak-banyaknya
yang
mereka
temui
dalam
kehidupan sehari-hari.
Siswa menjelaskan sifat-sifat Penjelasan siswa tidak tepat.
bangun
ruang
sederhana
dengan
benar,
dan
mengungkapkan
kembali
unsur-unsur bangun ruang
sederhana dalam sebuah tabel
dengan benar melalui kegiatan
mengidentifikasi benda-benda Hanya sedikit siswa yang
berbentuk kubus dan balok mampu menjelaskan dengan
dalam kegiatan kelompok.
tepat.
terjadi,
maka
guru
memberikan penguatan dari
jawaban siswa.
Jika tidak ada siswa yang
mampu menjelaskan dengan
tepat, maka guru harus
membimbing siswa dengan
bantuan alat peraga berupa
kerangka model kubus dan
balok.
Jika hanya beberapa siswa
yang mampu menjelaskan
dengan tepat, maka guru
mengarahkan siswa tersebut
untuk
membantu
siswa
lainnya yang berada pada
satu
kelompok
dalam
menjawab LKK maupun
LKS.
Sebagian besar atau seluruh Jika kemungkinan tersebut
siswa mampu menjelaskan terjadi,
maka
guru
dengan tepat.
memberikan penguatan dari
jawaban siswa.
Siswa menjelaskan pengertian Penjelasan siswa tidak tepat.
Jika tidak ada siswa yang
sisi, rusuk, dan titik sudut pada
mampu menjelaskan dengan
bangun
ruang
sederhana
tepat, maka guru harus
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG
SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
dengan benar melalui kegiatan
menerapkan
konsep
dan
presentasi.
Hanya sedikit siswa yang
mampu menjelaskan dengan
tepat.
Sebagian besar atau seluruh
siswa mampu menjelaskan
dengan tepat.
Ketika presentasi, tidak ada
kelompok
yang
mempresentasikan.
Sebagian
atau
seluruh
kelompok mempresentasikan
hasil diskusinya.
membimbing siswa dengan
memberikan
penjelasan
kembali mengenai sifat-sifat
kubus dan balok.
Jika hanya beberapa siswa
yang mampu menjelaskan
dengan tepat, maka guru
mengarahkan siswa tersebut
untuk
membantu
siswa
lainnya yang berada dalam
kelompoknya
Jika kemungkinan tersebut
terjadi,
maka
guru
memberikan penguatan dari
jawaban siswa.
Guru memberikan motivasi
bahwa
kelompok
yang
mempresentasikan
akan
diberikan reward.
Guru memberikan reward
dan penguatan atas jawaban
siswa.
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG
SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
Di dalam RPP tersebut, disusunlah indikator capaian kompetensi yang
disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator capaian
kompetensi yang disesuaikan dengan indikator kemampuan komunikasi
matematis; tujuan pembelajaran berdasarkan strategi pembelajaran REACT; materi
pembelajaran; pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran; langkah kegiatan
pembelajaran yang disesuaikan dengan kegiatan yang ada pada strategi REACT;
media dan sumber belajar; penilaian; Lembar Kerja Kelompok (LKK); serta
lembar evaluasi kemampuan komunikasi matematis. Materi yang disampaikan
pada siklus I mengenai unsur-unsur dan sifat-sifat bangun ruang sederhana dengan
kompetensi dasar 8.1. menentukan sifat-sifat balok dan kubus. Hal ini diuraikan
lebih rinci dalam lembar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I yang
terlampir pada lampiran A.1 pada halaman 90.
Untuk menilai RPP tersebut diperlukan instrumen. Adapun penilaian yang
diperoleh dari RPP siklus I adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2. Penilaian RPP Siklus I
No.
1
2
3
4
5
6
ASPEK YANG DIAMATI
Rumusan Tujuan Pembelajaran (Umum)
Penjabaran Indikator (Kriteria Kinerja)
Materi Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran (Skenario)
Media Pembelajaran
Evaluasi
Jumlah Nilai Aspek
Nilai RPP (R)
NILAI ASPEK
(Skala 0-4)
4
3
4
4
4
3,5
22,5
3,75
Adapun penilaian RPP siklus I secara lebih rinci berdasarkan aspek
penilaian ini terlampir pada lampiran C.1 halaman 146.
b.
Siklus II
Perencanaan siklus II dilaksanakan setelah melakukan refleksi siklus I.
Sehingga dalam pembuatan rencana pelaksanaan siklus II ini disusun tidak jauh
berbeda dengan perencanaan pada siklus I, terutama yang berkaitan dengan
langkah-langkah pembelajaran. Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka peneliti
menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
48
Pembelajaran (RPP) siklus II, lembar penilaian RPP siklus II, lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran, kisi-kisi soal evaluasi kemampuan komunikasi
matematis,
soal
evaluasi
kemampuan
komunikasi
matematis,
pedoman
wawancara siswa, dan catatan lapangan. Selanjutnya peneliti juga menyiapkan
media pembelajaran berupa kubus dan balok yang terbuat dari karton. Media
tersebut diberikan nama yang ditulis langsung pada media misalnya, kubus
ABCD.EFGH sehingga memudahkan siswa dalam menggambarkan jaring-jaring
kubus dan balok dengan menyertakan nama pada setiap titik sudutnya. Selain itu
peneliti juga mempersiapkan kardus kotak makanan untuk mempermudah siswa
mengidentifikasi jaring-jaring balok.
Sama halnya dengan siklus I sebelum menyusun RPP, terlebih dahulu
penulis membuat antisipasi didktis pedagogis sebagai acuan pembuatan skenario
pembelajaran yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
49
Tabel 4.3. Antisipasi Didaktis Pedagogis Siklus II
Komponen
Relating
Experiencing
dan
cooperating
Materi
Jaring-jaring
kubus dan balok
Kegiatan Belajar
Siswa menemutunjukkan
jaring-jaring kubus dan
balok melalui kegiatan
mengaitkan jaring-jaring
kubus dan balok ke dalam
kehidupan sehari-hari.
Siswa
menjelaskan
pengertian
jaring-jaring
bangun ruang dengan
benar melalui kegiatan
mengidentifikasi
jaringjaring kubus dan balok
dalam kelompok.
Kemungkinan Respon Siswa
Tidak ada siswa yang mampu
menemutunjukkan jaring-jaring
kubus dan balok dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari.
Antisipasi Guru
Jika tidak ada siswa yang
mampu
menemutunjukkan,
maka guru harus menanyakan
kembali dan memberi kata
kunci jawaban sehingga siswa
mampu
menemutunjukkan
benda di sekitar kelas yang
berbentuk kubus dan balok.
Dalam hal ini guru membantu
siswa dengan bantuan alat
peraga berupa kardus makanan.
Siswa
mampu Jika kemungkinan tersebut
menemutunjukkan jaring-jaring terjadi, maka guru memberikan
kubus dan balok yang mereka penguatan dari jawaban siswa.
temui dalam kehidupan seharihari.
Penjelasan siswa tidak tepat.
Jika tidak ada siswa yang
mampu menjelaskan dengan
tepat, maka guru harus
membimbing siswa dengan
mengaitkan materi pada materi
sebelumnya yakni sifat-sifat
kubus dan balok.
Hanya sedikit siswa yang Jika hanya beberapa siswa
mampu menjelaskan dengan yang mampu menjelaskan
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG
SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
50
tepat.
Applying dan
transferring
dengan tepat, maka guru
mengarahkan siswa tersebut
untuk membantu siswa lainnya
yang
berada
pada
satu
kelompok dalam menjawab
LKK maupun LKS.
Jika kemungkinan tersebut
terjadi, maka guru memberikan
penguatan dari jawaban siswa.
Guru membantu siswa denga
cara
memperagakan
menggunting benda berbentuk
kubus dan balok kemudian
menggambarkannya di papan
tulis
Jika kemungkinan tersebut
terjadi, maka guru memberikan
penguatan dari jawaban siswa.
Sebagian besar atau seluruh
siswa
mampu
menjelaskan
dengan tepat.
Siswa
menggambarkan Tidak
ada
siswa
yang
jaring-jaring kubus dan menggambarkan
jaring-jaring
balok
dengan
benar kubus dan balok.
melalui
kegiatan
menggunting
dan
menggambar.
Sebagian besar atau seluruh
siswa mampu menggambarkan
jaring-jaring kubus dan balok
dengan tepat.
Ketika presentasi, tidak ada Guru memberikan motivasi
kelompok
yang bahwa
kelompok
yang
mempresentasikan.
mempresentasikan
akan
diberikan reward.
Sebagian atau seluruh kelompok Guru memberikan reward dan
mempresentasikan
hasil penguatan atas jawaban siswa.
diskusinya.
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG
SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
51
Dalam RPP siklus II disusun indikator capaian kompetensi yang
disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator capaian
kompetensi yang disesuaikan dengan indikator kemampuan komunikasi
matematis; tujuan pembelajaran berdasarkan strategi pembelajaran REACT; materi
pembelajaran; pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran; langkah kegiatan
pembelajaran yang disesuaikan dengan kegiatan yang ada pada strategi REACT;
media dan sumber belajar; penilaian; Lembar Kerja Kelompok (LKK); Lembar
Kegiatan Siswa (LKS); serta lembar evaluasi kemampuan komunikasi matematis.
Yang menjadi perbedaan dalam penyusunan RPP pada siklus II dengan siklus I
yaitu terletak pada materi yang disampaikan. Pada siklus II ini materi yang
disampaikan yaitu mengenai jaring-jaring bangun ruang sederhana dengan
kompetensi dasar 8.2. menentukan jaring-jaring balok dan kubus. RPP terlampir
pada lampiran A.2 halaman 99.
Adapun penilaian dari RPP siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4. Penilaian RPP Siklus II
No.
1
2
3
4
5
6
ASPEK YANG DIAMATI
Rumusan Tujuan Pembelajaran (Umum)
Penjabaran Indikator (Kriteria Kinerja)
Materi Pembelajaran
Langkah-langkah Pembelajaran (Skenario)
Media Pembelajaran
Evaluasi
Jumlah Nilai Aspek
Nilai RPP (R)
NILAI ASPEK
(Skala 0-4)
4
3,5
4
4
3,5
3,5
22,5
3,75
Sementara untuk penilaian RPP siklus II secara lebih rinci berdasarkan
aspek penilaian ini terlampir pada lampiran C.2 halaman 148.
2.
Pelaksanaan
a.
Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan di SDN 1 Cibogo Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat untuk siswa kelas IV pada hari Rabu tanggal 30 April
2014. Banyaknya siswa yang hadir pada siklus I yaitu 15 orang dari jumlah
seluruh siswa 16 orang. Siswa yang tidak hadir adalah SOF karena sakit. Siklus I
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
52
dilaksanakan selama 4 x 35 menit. Pada awalnya penelitian akan dilaksanakan
dalam dua pertemuan, namun pada saat beberapa hari sebelum pelaksanaan siklus,
guru pendidikan agama Islam meminta pertukaran waktu sehingga penelitian
dilaksanakan dalam satu pertemuan namun tidak mengubah banyaknya jam
pelajaran yang digunakan. Pelaksanaan penelitian pada siklus I berjalan dengan
lancar. Meskipun masih ada kendala dan kekurangan dalam pelaksanaannya.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diobservasi oleh seorang guru wali
kelas IV SDN 1 Cibogo, mahasiswa PGSD, dan peneliti sendiri. Peneliti
mengobservasi pelaksanaan penelitian pada siswa yang dituangkan pada lembar
catatan lapangan. Sedangkan guru dan rekan peneliti melakukan observasi
pelaksanan pembelajaran keseluruhan baik pada guru maupun siswa. Sesuai
dengan rencana yang telah dirancang, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan
penerapan strategi REACT. Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan
dengan tiga langkah kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Berikut ini dipaparkan dengan lebih rinci mengenai
deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan strategi REACT
pada siklus I.
Pada kegiatan pendahuluan, proses pembelajaran berlangsung dimulai
dengan guru dan siswa bersama membaca do’a. Setelah berdo’a peneliti
menanyakan kabar siswa. Guru mengecek kehadiran siswa dan memberikan
motivasi dan semangat melalui kegiatan ice breaking “tepuk semangat”.
Kemudian melakukan tanya jawab mengenai materi sebelumnya yang berkaitan
dengan materi yang akan disampaikan yaitu bangun datar persegi dan persegi
panjang. Siswa cukup aktif pada kegiatan tanya jawab ini. Selanjutnya guru
menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran pada siklus I.
Kegiatan inti dimulai dengan guru mengajukan pertanyaan kepada siswa
untuk mengetahui konsep awal siswa tentang materi yang akan dipelajari
“pernahkah kalian melihat kardus sepatu? Berbentuk apakah kardus sepatu
tersebut?”. Beberapa siswa menjawab “kotak bu”, namun ada juga siswa
menjawab pertanyaan guru dengan benar “berbentuk balok bu”. Hal ini
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
53
menunjukkan pada kegiatan relating, yaitu siswa mengaitkan pembelajaran
konsep bangun ruang kubus dan balok dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Kemudian di kegiatan experiencing dan cooperating, guru memperlihatkan
dua buah benda yaitu rubik dan kardus, guru memberikan pertanyaan arahan “dari
dua benda tersebut, manakah yang termasuk kubus? Manakah yang termasuk
balok?”. Siswa aktif dalam kegiatan tersebut sehingga guru harus memilih siswa
yang akan menyampaikan pendapatnya. Siswa yang menjawab pertanyaan guru
dengan benar mendapatkan reward berupa bintang. Setelah itu, guru bertanya
kembali “siapa yang bisa menyebutkan benda-benda yang berbentuk kubus?”.
Siswa menjawab pertanyaan tersebut. Guru mengulang pertanyaan serupa untuk
benda yang berbentuk balok. Siswa sangat antusias dalam pembelajaran. Siswa
yang dapat menjawab pertanyaan guru, mendapatkan bintang yang ditempel pada
kartu prestasi. Guru membagi siswa ke dalam empat kelompok, dalam satu
kelompok terdiri dari empat orang siswa. Anggota kelompok tersebut dipilih oleh
guru secara heterogen. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ketimpangan antar
kelompok. Anggota dalam kelompok ini akan tetap hingga akhir penelitian. Guru
membagikan LKK dan meminta siswa untuk mengerjakannya secara kelompok.
Dalam hal ini siswa melakukan eksplorasi terhadap permasalahan yang disajikan
pada LKK yaitu mengenai unsur-unsur dan sifat-sifat kubus dan balok. Siswa
mendiskusikan masalah-masalah yang ada pada LKK dengan cara pengamatan
menggunakan media berbentuk kubus dan balok. Hal tersebut menunjukkan
kegiatan dimana siswa mengalami sendiri menemukan jawaban dari permasalahan
pada LKK secara berkelompok (experiencing dan cooperating).
Pada kegiatan applying dan cooperating, siswa diberikan permasalahan
secara berkelompok terkait dengan materi yang telah didapat pada tahap
sebelumnya dan LKK guna menerapkan konsep.
Kegiatan
selanjutnya
pada
kegiatan
inti
yaitu
transferring
dan
cooperating, dimana siswa diberikan permasalahan dalam situasi baru sehingga
siswa dapat menyimpulkan sendiri konsep-konsep pada bangun ruang berbentuk
kubus dan balok. Setelah siswa selesai mengerjakan LKK, siswa diminta untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru memberikan penguatan
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
54
dan penjelasan pada siswa ketika terjadi miskonsepsi pada penjelasan siswa.
Siswa yang sudah menyampaikan pendapatnya diberikan reward berupa bintang.
Pemberian
reward
ini
dilakukan
untuk
memotivasi
siswa
agar
mau
menyampaikan pendapatnya.
Langkah terakhir dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan penutup.
Guru membagikan soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis. Siswa
mengerjakan secara individu. Guru melakukan review dan membuat kesimpulan
terhadap materi yang telah dipelajari. Siswa dengan bimbingan guru menarik
kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru menginformasikan
materi untuk pertemuan selanjutnya yaitu jaring-jaring kubus dan balok. Guru
memberikan penguatan dan motivasi terhadap apa yang telah dipelajari dalam
pertemuan hari ini. Setelah itu guru menutup pelajaran.
Di sela-sela siswa beristirahat, guru membagikan pedoman wawancara
tertulis yang harus diisi siswa. Wawancara tersebut berkaitan dengan
pembelajaran yang dilaksanakan pada saat itu. Hal ini dimaksudkan untuk melihat
kekurangan pada siklus I agar dijadikan refleksi untuk siklus selanjutnya.
Saat dilaksanakannya tindakan pembelajaran siklus I dengan langkahlangkah tersebut, dilakukan pengamatan atau observasi. Berikut ini adalah
pemaran hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti berupa catatan lapangan,
lembar observasi pelaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer, dan hasil
wawancara dengan siswa.
1) Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan temuan-temuan peneliti selama
pelaksanaan penelitian di kelas. Di bawah ini adalah catatan temuan yang
diperoleh peneliti selama proses penelitian siklus I.
Tabel 4.5. Catatan Lapangan Siklus I
Catatan Lapangan
Kendala/Kesulitan
Saat
pelaksanaan Beberapa siswa ribut dan
kegiatan
kelompok, sulit untuk dikendalikan.
beberapa siswa kurang
berpartisipasi aktif dalam
mengerjakan LKK.
Siswa masih belum bisa Siswa sulit menentukan
Usaha Perbaikan
Mengingatkan siswa yang
ribut dan memotivasi
siswa untuk aktif dalam
kegiatan kelompok.
Guru membimbing siswa
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
55
menamai tiap unsur pada sisi
dan
rusuk dengan
memberikan
kubus dan balok.
berdasarkan gambar.
penjelasan melalui media
berbentuk
kubus
dan
balok.
Beberapa siswa masih Siswa
sulit Guru membimbing siswa
belum
dapat mengkomunikasikan ide/ dalam mendefinisikan sisi,
mendefinisikan
sisi, gagasannya
mengenai rusuk, dan titik sudut
rusuk, dan titik sudut.
konsep bangun ruang dengan
memberikan
berbentuk kubus dan penjelasan
secukupnya
balok.
sehingga
pengetahuan
siswa tereksplorasi. Guru
menyarankan agar siswa
mencatat hal-hal yang
dianggap penting.
Pada kegiatan applying, Saat guru mengaitkan Guru membantu siswa
siswa sulit mengerti konsep sebelumnya pada dengan mengaitkan materi
penjelasan
yang permasalahan
baru, atau konsep sebelumnya.
diberikan guru.
beberapa siswa masih
ada yang kebingungan.
Waktu
pelaksanaan Siswa
sudah
ingin Guru
harus
lebih
siklus I dirasa kurang istirahat
dan
sulit memperhatikan
alokasi
sehingga
tidak dikendalikan.
waktu
dan
dapat
dilaksanakannya kegiatan
memprediksi waktu yang
berdo’a
di
akhir
diperlukan.
pembelajaran.
2) Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi ini diisi oleh observer yaitu guru dan rekan peneliti.
Lembar ini bertujuan untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan strategi REACT. Berikut ini adalah hasil observasi atau
temuan dari para observer.
Tabel 4.6. Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
No.
1.
2.
Komponen
REACT
Relating
Experiencing
Hal yang Diamati
 Guru
mengajukan
pertanyan
kepada siswa untuk mengetahui
konsep awal terkait materi yang
akan dipelajari.
 Siswa memberikan respon terhadap
pertanyaan yang diajukan oleh
guru.
 Guru mengajukan pertanyaan dan
Hasil Pengamatan
Ya
Tidak
√
√
√
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
56

3.
Applying dan
Cooperating








4.
Transferring
dan
Cooperating



memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mencari hal-hal atau
contoh lain yang ada pada
lingkungan sekitar terkait materi
yang
akan
diajarkan
pada
pertemuan ini.
Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
Guru menjelaskan hal-hal yang
akan dilakukan pada kegiatan
kelompok.
Siswa memperhatikan penjelasan
guru.
Guru
mengkondisikan
siswa
menjadi
kelompok
yang
beranggotan 4 orang.
Siswa berkumpul sesuai dengan
kelompok yang telah ditentukan.
Guru
membagikan
Lembar
Kegiatan Kelompok (LKK) kepada
siswa.
Siswa mengerjakan dan berdiskusi
dengan teman sekelompoknya
untuk memecahkan permasalahan
yang disajikan dalam Lembar
Kegiatan Kelompok (LKK).
Guru berkeliling untuk memantau
dan membimbing jalannya diskusi
dan
memberikan
bantuan
secukupnya pada kelompok yang
mengalami
kesulitan
dalam
memahami LKK.
Siswa menemukan masalah yang
disajikan dalam LKK dan berani
bertanya kepada guru tentang LKK
yang diberikan.
Guru memberikan soal atau
masalah dalam situasi baru, namun
masih berhubungan dengan konsep
yang telah dipelajari pada tahaptahap sebelumnya.
Siswa mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru.
Guru memilih kelompok untuk
mempresentasikan hasil
kerja
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
57
kelompok di depan kelas.
 Siswa berani mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelas.
 Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai hal
yang tidak dipahami.
 Siswa berpartisipasi aktif saat
kegiatan diskusi kelas.
√
√
√
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran yang secara rinci
ada pada lampiran, jumlah aspek yang terlaksana sebanyak 38 aspek atau 90% dan
tidak terlaksana sebanyak 4 aspek atau 10%. Meskipun yang terlaksana baru 90%,
hal ini tidak akan terlalu berpengaruh karena yang tidak terlaksana bukanlah
komponen kegiatan pada strategi REACT melainkan pada kegiatan penutup. Hasil
dari lembar observasi pelaksanaan pembelajaran siklus I secara rinci terdapat pada
lampiran C.3 halaman 150.
3) Wawancara Siswa
Berdasarkan hasil wawancara terstulis kepada siswa kelas IV SDN 1
Cibogo, diperoleh data bahwa respon siswa menunjukkan respon positif. Seluruh
siswa menjawab senang dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus
I. Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menjawab LKK dan soal evaluasi,
namun sebagian besar siswa menganggap bahwa soal yang diberikan mudah. Soal
yang diberikan dan pembelajaran selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Siswa juga merasa lebih senang dengan pembelajaran yang diberikan saat siklus I
daripada pelajaran-pelajaran sebelumnya karena mereka bisa bekerjasama dalam
kelompok sehingga walaupun ada soal yang sulit, mereka bisa mengerjakannya
bersama-sama. Sebagian besar siswa berpendapat bahawa mereka mengerti
dengan materi yang telah diajarkan.
Berdasarkan pelaksanaan siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan.
Maka dari itu dilakukan refleksi untuk perbaikan di siklus selanjutnya. Berikut ini
adalah hal-hal yang perlu diperbaiki pada siklus selanjutnya.
a)
Guru harus memotivasi siswa agar mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan
kelompok.
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58
b) Dalam penggunaan media, sebaiknya media diberikan nama yang ditulis
langsung pada media misalnya, kubus ABCD.EFGH sehingga memudahkan
siswa dalam menggambarkan jaring-jaring kubus dan balok dengan
menyertakan nama pada setiap titik sudutnya.
c)
Guru memberikan bimbingan yang lebih pada siswa yang kemampuan
komunikasi matematisnya masih dikatakan kurang.
d) Pemberian reward lebih banyak lagi, agar siswa termotivasi untuk
memberikan ide atau menjawab pertanyaan.
e)
Guru mengaitkan pembelajaran dengan benda-benda yang kongkrit agar
siswa lebih paham.
f)
Guru harus lebih memperhatikan alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran
pada siklus selanjutnya.
g) Waktu yang tersedia dalam silabus sekolah untuk materi bangun ruang
sederhana ini masih tersisa empat jam pelajaran, sehingga penelitian masih
berlanjut ke siklus selanjutnya.
b.
Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan yaitu pada hari Selasa, 6 Mei 2014 dengan menggunakan alokasi
waktu 2 x 35 menit dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Mei
2014 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada pertemuan pertama banyaknya
siswa yang hadir yaitu 14 orang dengan siswa yang tidak hadir ARI dan SIT.
Sedangkan pada pertemuan kedua banyaknya siswa yang hadir sebanyak 15 orang
dari 16 orang siswa. Siswa yang tidak hadir adalah SYU karena sakit. Sesuai
dengan rencana yang telah dirancang, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan
penerapan strategi REACT.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II diobservasi oleh seorang guru
wali kelas IV SDN 1 Cibogo, mahasiswa PGSD, dan peneliti sendiri. Peneliti
mengobservasi pelaksanaan penelitian pada siswa yang dituangkan pada lembar
catatan lapangan. Sedangkan guru dan rekan peneliti melakukan observasi
pelaksanan pembelajaran keseluruhan baik pada guru maupun siswa. Selama
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
kegiatan berlangsung, observer ikut mengamati berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar dengan penerapan strategi REACT dan mengisi lembar observasi.
Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan tiga langkah kegiatan
pembelajaran yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Berikut ini dipaparkan dengan lebih rinci mengenai deskripsi pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan strategi REACT pada siklus II.
Kegiatan pendahuluan pada siklus II pertemuan pertama dimulai dengan
guru masuk ke ruangan kelas kemudian mengucapkan salam dan siswa menjawab
salam. Setelah itu guru dan siswa bersama membaca do’a. Setelah berdo’a peneliti
menanyakan kabar siswa. Guru mengecek kehadiran siswa dan memberikan
motivasi dan semangat melalui kegiatan ice breaking “tepuk semangat”.
Kemudian melakukan tanya jawab mengenai materi sebelumnya yang berkaitan
dengan materi yang akan disampaikan dan meninjau ulang pembelajaran
sebelumnya terutama yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari pada
pembelajaran yang akan dilakukan. Siswa sangat aktif pada kegiatan tanya jawab
ini. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran pada siklus II. Siswa memperhatikan penjelasan guru. Sebelum
pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk duduk secara berkelompok sesuai
dengan kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.
Pada kegiatan inti, guru memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada
siswa untuk mengetahui konsep awal siswa tentang materi yang akan dipelajari:
“pernahkah kalian melihat kotak makanan yang direbahkan sebelum dijadikan
sebuah kotak?”. Seluruh siswa menjawab “pernah melihat”. Kemudian guru
memperlihatkan kardus makanan yang sudah jadi dan yang masih berbentuk
jaring-jaring. Siswa mengamati kardus makanan tersebut. Guru mengajukan
pertanyaan kembali “dari benda ini, manakah yang merupakan jaring-jaring
kubus?”. Kemudian siswa menjawab pertanyaan guru dan menemutunjukkan
jaring-jaring bangun ruang. Setelah itu guru mencoba membuka kardus makanan
dan merebahkannya menjadi jaring-jaring. Sementara kardus yang masih
berbentuk jaring-jaring dibentuk menjadi balok. Hal ini menunjukkan pada
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
kegiatan relating, yaitu siswa mengaitkan pembelajaran jaring-jaring bangun
ruang kubus dan balok dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Pada kegiatan experiencing dan cooperating, guru memperlihatkan dua
buah benda misalnya dadu dan kardus minuman. Kemudian guru memberikan
pertanyaan arahan: “dari dua buah benda tersebut jika sisi-sisinya digunting
dapatkah kalian membuat sketsa jaring-jaringnya?”. Siswa menjawab “bisa”.
Guru meminta dua orang siswa untuk menggambar kemungkinan jaring-jaring
kubus dan balok yang dapat dibentuk dari benda tersebut. Siswa sangat aktif,
semua siswa ingin mencoba membuat jaring-jaring tersebut. Kemudian guru
memilih dua orang siswa yang terlebih dahulu mengangkatkan tangannya. Siswa
yang dipilih menggunting kardus dan karton berbentuk dadu sedemikian rupa
sehingga membentuk jaring-jaring bangun ruang sederhana. Kemudian jaringjaring tersebut ditempel dan digambarkan di papan tulis. Siswa yang sudah
membuat jaring-jaring tersebut diberikan reward berupa bintang yang ditempel di
kartu prestasi. Guru membagikan LKK kepada siswa, meminta siswa untuk
mengerjakannya secara kelompok. Dalam hal ini siswa melakukan eksplorasi
terhadap permasalahan yang disajikan pada LKK yaitu mengenai jaring-jaring
kubus dan balok. Siswa mendiskusikan masalah-masalah yang ada pada LKK
dengan cara pengamatan menggunakan kerangka model kubus dan balok. Dalam
hal ini siswa mengidentifikasi jaring-jaring kubus dan balok sehingga siswa dapat
menyimpulkan pengertian jaring-jaring kubus dan balok. Guru berkeliling untuk
membantu dan membimbing jalannya diskusi, memberikan bantuan secukupnya
pada kelompok yang mengalami kesulitan dalam memhami LKK. Hal tersebut
menunjukkan kegiatan dimana siswa mengalami sendiri menemukan jawaban dari
permasalahan pada LKK secara berkelompok (experiencing dan cooperating).
Pada kegiatan applying dan cooperating, siswa diberikan permasalahan
secara berkelompok terkait dengan materi yang telah didapat pada tahap
sebelumnya dan LKK guna menerapkan konsep.
Setelah siswa menyelesaikan LKK, guru bersama-sama dengan siswa
membahas jawaban pada LKK. Siswa yang berani menjawab di depan kelas
diberikan reward. Setelah itu, guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61
pertemuan selanjutnya masih mengenai jaring-jaring kubus dan balok. Guru
menutup pelajaran dengan berdo’a dan memberikan salam.
Pertemuan kedua yaitu pada hari Sabtu, 10 Mei 2014 kegiatan
pendahuluan dimulai sama seperti kegiatan pada pertemuan pertama. Guru
menanyakan mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
Di awal pembelajaran ini, siswa sudah duduk secara berkelompok dengan
kelompok sebelumnya.
Pada kegiatan transferring dan cooperating guru memberikan Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang berisikan soal atau masalah dalam situasi baru yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, namun masih berhubungan dengan
konsep yang telah dipelajari dan didapatkan pada tahap sebelumnya. Siswa
diberikan berbagai jenis jaring-jaring kubus dan balok secara berkelompok.
Penggunaan media ini dilakukan dalam kelompok namun untuk pengerjaan LKS
dikerjakan
secara
individu.
Setelah
mengerjakan
LKS
tersebut,
guru
mempersilakan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya di
depan kelas. Siswa dalam kelompok lain mendengarkan dan menanggapi hasil
pekerjaan temannya. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk presentasi di
depan kelas sehingga setiap kelompok mendapatkan bintang. Kemudian guru
memberi pengutan dan penjelasan pada siswa terhadap jawaban yang telah
dipaparkan.
Langkah terakhir dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan penutup.
Guru membagikan soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis. Siswa
mengerjakan secara individu. Guru melakukan review dan membuat kesimpulan
terhadap materi yang telah dipelajari. Siswa dengan bimbingan guru menarik
kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru menginformasikan
materi untuk pertemuan selanjutnya yaitu simetri lipat yang akan disampaikan
oleh wali kelas IV SDN 1 Cibogo. Guru memberikan penguatan dan motivasi
terhadap apa yang telah dipelajari dalam pertemuan hari ini. Kemudian guru
menutup pelajaran. Setelah pembelajaran selesai, guru membagikan pedoman
wawancara tertulis yang diisi oleh siswa.
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
Seperti halnya pada pembelajaran siklus I, saat dilaksanakannya tindakan
pembelajaran siklus II dengan langkah-langkah tersebut dilakukan pengamatan
atau observasi. Berikut ini adalah pemaran hasil observasi yang dilaksanakan oleh
peneliti berupa catatan lapangan, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran
yang diisi oleh observer, dan hasil wawancara dengan siswa.
1) Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan catatan temuan-temuan peneliti selama
pelaksanaan penelitian di kelas. Berikut ini adalah catatan temuan yang diperoleh
peneliti selama proses penelitian siklus II.
Tabel 4.7. Catatan Lapangan Siklus II
Catatan Lapangan
Masih ada siswa yang
belum bekerja dalam
kegiatan
kelompok.
Bebeberapa siswa terlihat
kurang
berpartisipasi
pada kelompok terutama
kelompok persegi. Dan
kelompok tersebut sulit
dikendalikan.
Beberapa siswa masih
kebingungan
dalam
menggambarkan jaringjaring bangun ruang
terutama
ketika
menggambarkan dengan
ukuran yang tepat.
Kendala/Kesulitan
Usaha Perbaikan
Beberapa siswa ribut dan Mengingatkan siswa yang
sulit untuk dikendalikan. ribut dan memotivasi
siswa untuk aktif dalam
kegiatan kelompok.
Kemampuan awal siswa
dalam
menggambar
dengan
ukuran
sebenarnya maupun skala
menggunakan penggaris
masih sangat rendah
sehingga
peneliti
memberikan penjelasan
dan contoh menggambar
dengan lebih rinci pada
siswa tersebut
Guru harus memiliki cara
yang
efektif
dalam
menyampaikan
materi
menggambarkan
jaringjaring
bangun
ruang
dengan ukuran tertentu.
2) Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran
Lembar observasi ini diisi oleh observer yaitu guru dan rekan peneliti.
Lembar ini bertujuan untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan strategi REACT. Berikut ini adalah hasil observasi atau
temuan dari para observer.
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
63
Tabel 4.8. Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
No.
1.
2.
3.
Komponen
REACT
Relating
Experiencing
Applying dan
Cooperating
Hal yang Diamati
 Guru
mengajukan
pertanyan
kepada siswa untuk mengetahui
konsep awal terkait materi yang
akan dipelajari.
 Siswa memberikan respon terhadap
pertanyaan yang diajukan oleh
guru.
 Guru mengajukan pertanyaan dan
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mencari hal-hal atau
contoh lain yang ada pada
lingkungan sekitar terkait materi
yang
akan
diajarkan
pada
pertemuan ini.
 Siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan guru.
 Guru menjelaskan hal-hal yang
akan dilakukan pada kegiatan
kelompok.
 Siswa memperhatikan penjelasan
guru.
 Guru
mengkondisikan
siswa
menjadi
kelompok
yang
beranggotan 4 orang.
 Siswa berkumpul sesuai dengan
kelompok yang telah ditentukan.
 Guru
membagikan
Lembar
Kegiatan Kelompok (LKK) kepada
siswa.
 Siswa mengerjakan dan berdiskusi
dengan teman sekelompoknya
untuk memecahkan permasalahan
yang disajikan dalam Lembar
Kegiatan Kelompok (LKK).
 Guru berkeliling untuk memantau
dan membimbing jalannya diskusi
dan
memberikan
bantuan
secukupnya pada kelompok yang
mengalami
kesulitan
dalam
memahami LKK.
 Siswa menemukan masalah yang
Hasil Pengamatan
Ya
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
4.
Transferring
dan
Cooperating






disajikan dalam LKK dan berani
bertanya kepada guru tentang LKK
yang diberikan.
Guru memberikan soal atau
masalah dalam situasi baru, namun
masih berhubungan dengan konsep
yang telah dipelajari pada tahaptahap sebelumnya.
Siswa mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru.
Guru memilih kelompok untuk
mempresentasikan hasil
kerja
kelompok di depan kelas.
Siswa berani mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelas.
Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertanya mengenai hal
yang tidak dipahami.
Siswa berpartisipasi aktif saat
kegiatan diskusi kelas.
√
√
√
√
√
√
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pmbelajaran, seluruh aspek
terlaksana 100% pada siklus II. Adapun untuk deskripsi tiap aspek dapat dilihat di
lampiran C.4 halaman 155.
3) Wawancara Siswa
Sama halnya dengan siklus I, wawancara yang dilakukan terhadap siswa
kelas IV SDN 1 Cibogo adalah wawancara tertulis. Hasil dari wawancara tertulis
ini menunjukkan respon positif. Seluruh siswa menjawab senang dengan
pembelajaran yang telah diberikan. Sebagian kecil merasa kesulitan dalam
menjawab soal baik LKK, LKS, maupun soal evaluasi kemampuan komunikasi
matematis namun sebagian besar menjawab mudah. Pelajaran yang diberikan juga
selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa lebih
mengerti. Seluruh siswa menjawab sangat senang dengan kegiatan kelompok
karena mereka bisa memberikan pendapat dalam kelompok juga bertanya
mengenai hal yang tidak dimengerti kepada anggota kelompok lainnya. Hanya
satu orang yang menjawb bahwa tidak mengerti dengan pembelajaran pada siklus
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65
II ini, namun sisanya menjawab mengerti dengan pembelajaran yang telah
diberikan.
Kegiatan refleksi dilakukan setelah peneliti menganalisis data dari
pelaksanaan tindakan siklus II. Data-data yang diperoleh dari pelaksanaan
tindakan siklus II yaitu hasil observasi pelaksanaan pembelajaran, observasi
respon siswa terhadap pembelajaran, dan catatan lapangan. Dari data tersebut
menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berjalan dengan
baik meskipun terdapat beberapa kendala. Guru telah melaksanakan pembelajaran
dengan baik, mulai dari memberi motivasi, apersepsi, menyampaikan tujuan
pembelajaran, menjelaskan materi, membimbing siswa dalam kelompok, memberi
kesempatan kepada siswa untuk bertanya, serta memberikan evaluasi kepada
siswa.
Waktu yang disediakan dalam silabus untuk materi bangun ruang
sederhana adalah delapan jam pelajaran. Dengan habisnya waktu yang disediakan
untuk materi bangun ruang sederhana di kelas IV semester 2 yang terdapat pada
silabus ini, maka berakhir pula siklus atau kegiatan penelitian ini dan tidak
dilakukan tindakan berikutnya.
3.
Kemampuan Komunikasi Matematis
a.
Siklus I
Berdasarkan penelitian siklus I yang telah dilakukan pada hari Rabu, 30
April 2014 terhadap siswa kelas IV SDN 1 Cibogo dengan banyaknya siswa yang
mengikuti siklus adalah 15 siswa. Dari 15 orang siswa yang hadir, data yang
diolah hanya data dari 14 orang siswa saja karena hanya 14 orang siswa yang
memiliki kehadiran lengkap. Materi yang disampaikan saat siklus I mengenai
sifat-sifat kubus dan balok Berikut ini adalah hasil tes yang telah dilakukan di
akhir siklus I, diperoleh data nilai mengenai ketuntasan belajar siswa sebagai
berikut.
Tabel 4.9. Hasil Evaluasi Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus I
Nilai Tertinggi
100
Nilai Terendah
26,47
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
Rata-Rata
74,79
KKM
66,25
Banyaknya siswa yang tuntas
13 orang
Banyaknya siswa yang tidak tuntas
1 orang
Hasil evaluasi kemampuan komunikasi matematis pada siklus I secara
rinci terlampir pada lampiran D.3 halaman 191. Berdasarkan tabel di atas rata-rata
nilai UTS yang dijadikan data awal siswa sebelumnya yaitu 48,41 dibandingkan
dengan rata-rata nilai siklus I ialah 74,79 maka mengalami peningkatan. Dari 14
orang siswa, nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada evaluasi kemampuan
komunikasi matematis siklus I ini adalah 100, sedangkan nilai terendah adalah
26,47. Banyaknya siswa yang tuntas adalah 13 orang dengan persentase 92,86%,
sedangkan banyaknya siswa yang tidak tuntas sebanyak satu orang dengan
persentase 7,14% dengan KKM 66,25. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram berikut:
7.14%
Tuntas
Tidak Tuntas
92.86%
Diagram 4.1. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Pada siklus I ini ada satu siswa yang tidak bekerja sama dengan anggota
kelompoknya karena anggota yang lain tidak ingin berada dalam satu kelompok
dengan siswa tersebut, sehingga siswa tersebut tidak berpartisipasi dalam
pengerjaan LKK, padahal soal pada LKK sangat menunjang sebagai latihan
evaluasi kemampuan komunikasi matematis. Akibatnya siswa tersebut kurang
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
memahami pembelajaran pada siklus I dan setelah melihat hasil evaluasi siklus I
mendapatkan nilai yang kecil bahkan sangat jauh berbeda dengan siswa lainnya.
Untuk itu peneliti harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa agar mau
bekerja sama dengan siapapun.
Berdasarkan data tersebut rata-rata hasil evaluasi kemampuan komunikasi
matematis adalah 74,79 maka diperlukan adanya peningkatan dan melanjutkan ke
siklus selanjutnya.
b.
Siklus II
Berdasarkan evaluasi siklus II yang telah dilaksanakan pada pertemuan
kedua siklus II hari Sabtu, 10 Mei 2014 di kelas IV SDN 1 Cibogo dengan jumlah
siswa yang mengikuti pertemuan kedua siklus II adalah 15 orang namun yang
memiliki kehadiran lengkap 14 orang maka yang diolah adalah 14 orang, materi
yang disampaikan mengenai jaring-jaring kubus dan balok dan didapatkan hasil
sebagai berikut.
Tabel 4.10. Hasil Evaluasi Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus II
Nilai Tertinggi
96
Nilai Terendah
48
Rata-Rata
80,57
KKM
65
Banyaknya siswa yang tuntas
12 orang
Banyaknya siswa yang tidak tuntas
2 orang
Hasil evaluasi kemampuan komunikasi matematis pada siklus II secara
lebih rinci dapat dilihat pada lampiran. Dari tabel di atas, nilai tertinggi yang
diperoleh siswa adalah 100 dan nilai terkecil adalah 48 dengan rata-rata 80,57.
Siswa yang tuntas sebanyak 12 orang dengan persentase 86,71%, sedangkan siswa
yang tidak tuntas sebanyak 2 orang dengan persentase 14,29%. Tabel hasil
evaluasi kemampuan komunikasi matematis siklus II setiap siswa dapat dilihat
pada lampiran D.5 halaman 193.
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
14.29%
Tuntas
Tidak Tuntas
85.71%
Diagram 4.2. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Persentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami
penurunan. Siswa yang tidak tuntas pada evaluasi kemampuan komunikasi
matematis siklus II sebanyak dua orang berada dalam kelompok yang sama yaitu
kelompok persegi. Berdasarkan pengamatan saat pelaksanaan pembelajaran siklus
II yang dilakukan oleh observer dan peneliti sendiri kedua siswa tersebut tidak
memperhatikan
pembelajaran
dan
mengobrol.
Peneliti
beberapa
kali
mengingatkan siswa tersebut untuk tetap memperhatikan dan mengikuti
pembelajaran dengan baik, namun sulit untuk mengikuti instruksi peneliti. Karena
tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, akibatnya kedua siswa tersebut
memperoleh nilai pada evaluasi siklus II di bawah KKM. Hal ini didukung pula
dengan hasil wawancara tertulis dengan kedua siswa tersebut. Berdasarkan hasil
wawancara tertulis, kedua siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi
dan mengerjakan soal baik soal LKK, LKS, maupun evaluasi kemampuan
komunikasi matematis.
Pembelajaran di siklus II tentunya merupakan hasil refleksi siklus I agar
lebih baik dari siklus sebelumnya dan diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis. Berdasarkan hasil analisis pada siklus I dan
siklus II, untuk melihat peningkatan nilai evaluasi kemampuan komunikasi
matematis setiap siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada lampiran D.6
halaman 194. Atau dapat dilihat pula diagram berikut ini.
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nilai
69
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Siklus I
Siklus II
Nama Siswa
Diagram 4.3. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dari
Siklus I ke Siklus II
Dari data tersebut, siswa yang mengalami peningkatan sebanyak sembilan
orang dengan persentase 64,29%, siswa yang mengalami penurunan sebanyak
empat orang dengan persentase 28,57%, dan siswa dengan nilai tetap sebanyak
satu orang dengan persentase 7,14%.
7.14%
28.57%
Meningkat
64.29%
Menurun
Tetap
Diagram 4.4. Persentase Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Penurunan nilai evaluasi dari beberapa siswa yang turun disebabkan oleh
ketelitian siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pada soal. Selain itu
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
70
faktor kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide atau gagasannya ke dalam
bentuk tulisan masih sulit. Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran
konstruktivisme dimana siswa harus menemukan sendiri suatu konsep
matematika. Kemampuan beberapa siswa dalam menjawab pertanyaan masih
lambat sehingga bagi siswa tersebut waktu yang diberikan masih dirasa kurang
dan siswa menjawab dengan asal tanpa dipikirkan terlebih dahulu jawaban yang
sebenarnya. Faktor lain yang menjadi penyebab menurunnya hasil evaluasi
kemampuan komunikasi matematis siswa adalah faktor eksternal pengaruh
lingkungan belajar yang kurang mendukung seperti kurangnya perhatian keluarga
sehingga hanya belajar di lingkungan sekolah saja dan ketika di rumah tidak
mempelajari ulang pelajaran di sekolah.
Rata-rata nilai siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan
walaupun hanya sedikit.
100.00
95.00
90.00
85.00
80.00
80.57
75.00
70.00
74.79
65.00
Rata-Rata Nilai Siklus I
Rata-Rata Nilai Siklus II
Diagram 4.5. Persentase Peningkatan Rata-rata Kemampuan Komunikasi
Matematis
Berdasarkan diagram di atas bahwa rata-rata nilai siswa pada siklus II
mengalami peningkatan yaitu dari 74,79 meningkat menjadi 80,57. Seingga dapat
disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa meningkat.
Dalam suatu kelas tertentu siswa dapat dikelompokkan pada tiga kategori
yaitu siswa yang memiliki kemampuan tinggi, siswa yang memiliki kemampuan
sedang, dan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Begitu pula dengan kelas
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
71
IV SDN 1 Cibogo dengan banyaknya siswa yaitu 14 orang. Untuk menghitung
banyaknya siswa yang memiliki kemampuan tinggi yaitu dengan menghitung
27% dari seluruh siswa pada kelas tersebut atau sebanyak empat orang siswa,
siswa yang berkemampuan rendah 27% dari seluruh siswa pada kelas atau
sebanyak empat orang siswa, dan sisanya 54% atau enam orang siswa di kelas
memiliki kemampuan sedang. Berdasarkan wawancara dengan guru wali kelas IV
SDN 1 Cibogo, siswa yang memiliki kemampuan tinggi adalah ALI, KUS, RIZ,
dan SIT. Siswa yang memiliki kemampuan sedang adalah ARI, ILS, MUH, NOR,
SIL, dan TRI. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan rendah adalah ARD,
NOV, RIS, dan WIW. Berikut ini adalah peningkatan kemampuan komunikasi
matematis dari siklus I ke siklus II berdasarkan analisis terhadap siswa yang
memiliki kemampuan inggi, sedang, dan rendah.
Tabel 4.11. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa
Berkemampuan Tinggi
No.
Nama Siswa
Siklus I
Siklus II
Keterangan
1
ALI
100
100
Tetap
2
KUS
85,29
88
Meningkat
3
RIZ
79,41
84
Meningkat
4
SIT
85,29
76
Menurun
Dari tabel dengan kategori siswa berkemampuan tinggi di atas, sebanyak
dua orang siswa dengan persentase 50% mengalami peningkatan, satu orang siswa
dengan persentase yaitu 25% mengalami penurunan, dan satu orang siswa dengan
persentase 25% memperoleh nilai yang tetap.
Tabel 4.12. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa
Berkemampuan Sedang
No.
Nama Siswa
Siklus I
Siklus II
Keterangan
1
ARI
67,65
56
Menurun
2
ILS
70,59
92
Meningkat
3
MUH
73,53
48
Menurun
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
72
4
NOR
70,59
96
Meningkat
5
SIL
73,53
88
Meningkat
6
TRI
79,41
92
Meningkat
Dari tabel dengan kategori siswa berkemampuan sedang di atas, sebanyak
empat orang siswa dengan persentase 66,67% mengalami peningkatan dan dua
orang siswa dengan persentase yang sama yaitu 33,33% mengalami penurunan.
Tabel 4.13. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa
Berkemampuan Rendah
No.
Nama Siswa
Siklus I
Siklus II
Keterangan
1
ARD
85,29
80
Menurun
2
NOV
82,35
92
Meningkat
3
RIS
67,65
68
Meningkat
4
WIW
26,47
68
Meningkat
Dari tabel dengan kategori siswa berkemampuan rendah di atas, sebanyak
tiga orang siswa dengan persentase 75% mengalami peningkatan dan satu orang
siswa dengan persentase 25% mengalami penurunan.
Pada penilitian ini peneliti memberikan soal evaluasi kemampuan
komunikasi matematis yang memuat dua indikator kemampuan komunikasi
matematis di setiap siklus. Indikator tersebut yaitu: (1) memberikan penjelasan
secara logis dan benar atau argumen verbal yang didasarkan pada analisis
terhadap gambar dan konsep-konsep formal dan (2) memunculkan model
konseptual seperti gambar, diagram, tabel, atau grafik.
Hasil analisis peningkatan kemampuan komunikasi matematis setiap siswa
pada indikator (1) memberikan penjelasan secara logis dan benar atau argumen
verbal yang didasarkan pada analisis terhadap gambar dan konsep-konsep formal
setelah dikonversikan dalam skala 0-100 terdapat pada lampiran D.8 halaman 196
atau dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73
100.00
90.00
80.00
70.00
Nilai
60.00
50.00
40.00
Siklus I
30.00
Siklus II
20.00
10.00
0.00
Nama Siswa
Diagram 4.6. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Indikator (1)
Dari data tersebut, rata-rata untuk indikator (1) mengalami peningkatan
dari 81,29 menjadi 85,71. Peningkatan rata-rata ini tidak terlalu besar.
7.14%
28.57%
64.29%
Naik
Turun
Tetap
Diagram 4.7. Persentase Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Indikator (1)
Berdasarkan diagram di atas, siswa yang mengalami peningkatan pada
indikator (1) sebanyak sembilan orang dengan persentase 64,29%, penurunan
sebanyak empat orang dengan persentase 28.57%, dan tetap sebanyak satu orang
dengan persentase 7,14%. Setelah menganalisis terhadap jawaban siswa, siswa
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
74
mengalami penurunan dalam menjawab pertanyaan mengenai menjelaskan suatu
definisi dari konsep tertentu. Siswa mendapatkan skor rendah dalam menjawab
pertanyaan pengertian sisi, rusuk, dan titik sudut pada evaluasi siklus I.
Sedangkan pada evaluasi siklus II siswa mendapatkan skor rendah dalam
menjawab pertanyaan pengertian jaring-jaring bangun ruang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mendefinisikan suatu
konsep matematis.
Hasil analisis peningkatan kemampuan komunikasi matematis setiap siswa
pada indikator (2) memunculkan model konseptual seperti gambar, diagram, tabel,
atau grafik setelah dikonversikan dalam skala 0-100 dapat dilihat pada lampiran
Nilai
D.10 halaman 198 atau dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Siklus I
Siklus II
Nama Siswa
Diagram 4.8. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Indikator (2)
Dari data tersebut, pada indikator (2) mengalami peningkatan dari 64,29
menjadi 74,03. Peningkatan rata-rata ini tergolong sedang.
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
75
7.14%
14.29%
Naik
Turun
Tetap
78.57%
Diagram 4.9. Persentase Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
Indikator (2)
Dari diagram di atas, siswa yang mengalami peningkatan pada indikator
(2) sebanyak 11 orang dengan persentase 78,57%, penurunan sebanyak dua orang
dengan persentase 14,29%, dan tetap sebanyak satu orang dengan persentase
7,14%. Persentase peningkatan pada indikator (2) ini jauh lebih baik daripada
siklus I. Setelah menganalisis terhadap jawaban siswa, dapat disimpulkan bahwa
siswa
mengalami
penurunan
dalam
menjawab
pertanyaan
mengenai
menggambarkan bangun ruang berbentuk balok dengan membubuhkan nama pada
setiap titik sudutnya.
Berdasarkan data hasil evaluasi kemampuan komunikasi matematis di
siklus I dan siklus II, ditentukan besarnya gain dan indeks gain untuk
menganalisis peningkatan kemampuan komunikasi matematis. Hasil analisis gain
tiap siswa dari Siklus I ke Siklus II terdapat pada lampiran D.11 halaman 199.
Berdasarkan data tersebut, diperoleh rata-rata gain sebesar 5,78 dan indeks
gain sebesar 0,23 dengan interpretasi rendah.
Dari penelitian siklus II terlihat peningkatan rata-rata evaluasi siswa yaitu
80,57 dan mengalami peningkatan dari siklus I walaupun peningkatannya masih
pada interpretasi rendah. Sebagian besar siswa atau 64,29% siswa mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Mengingat alokasi waktu yang tersedia pada
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
76
silabus untuk materi bangun ruang sederhana ini sudah berkahir, maka berakhir
pula penelitian tindakan kelas ini.
B. Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menggunakan
penerapan strategi pembelajaran Relating, Experiencing, Applying, Cooperating,
Transferring (REACT) yang sebelumnya belum pernah dilaksanakan pada siswa
kelas IV SDN 1 Cibogo. Pembelajaran dalam kelas selalu dilaksanakan dengan
metode ceramah sehingga kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan ide
matematisnya masih dikatakan rendah. Oleh karena itu, bagian pembahasan hasil
penelitian ini diajukan untuk menjawab semua permasalahan dalam penelitian
untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan kemampuan
komunikasi matematis dengan menerapkan strategi REACT. Dari hasil penelitian
di atas dapat dibahas deskripsi mengenai perencanaan, pelaksanan, dan
peningkatan kemampuan komunikasi matematis sebagai berikut.
1.
Perencanaan
Berdasarkan perencanaan dari penelitian siklus I dan siklus II, pada bagian
ini peneliti akan mendeskripsikan perbedaan perencanaan di setiap siklusnya.
Perencanaan yang dilakukan pada siklus I dirangcang untuk mengatasi
masalah awal yang terjadi di kelas IV SDN 1 Cibogo yaitu rendahnya kemampuan
siswa dalam mengkomunikasikan ide matematisnya. Pada perencanaan siklus I,
peneliti menyusun Antisipasi Didaktis Pedagogis (ADP). Hal tersebut disusun
sebagai acuan dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Dalam ADP tersebut dituangkan prediksi atau kemungkinan-kemungkinan yang
mungkin akan terjadi pada kegiatan pembelajaran saat penelitian siklus I. ADP
disusun berdasarkan komponen yang terdapat pada strategi REACT yang merujuk
pada
pendapat
menghubungkan),
Crawford
(2001:
experiencing
3-15)
yaitu:
(mengalami),
relating
applying
(mengaitkan/
(menerapkan),
cooperating (bekerja sama), dan transferring (mentransfer). Pada kegiatan
relating, siswa menemutunjukkan benda yang berbentuk kubus dan balok dengan
tepat melalui kegiatan tanya jawab dengan menghubungkan benda-denda dalam
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
77
kehidupan sehari-hari. Dipilihnya kegiatan tersebut karena strategi REACT sendiri
merupakan pengembangan dari pembelajaran kontekstual. Strategi REACT yang
merupakan strategi pembelajaran CTL ini terfokus pada pengajaran dan
pembelajaran konteks dan merupakan inti dari prinsip konstruktivisme (Crawford,
2001: 3). Dengan demikian pembelajaran harus dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari, demikian pula dengan pembelajaran pada siklus I ini, untuk mengenal
kubus dan balok siswa harus menemutunjukkannya dengan benda-benda yang ada
di sekitar mereka. Komponen selanjutnya yaitu experiencing, applying, dan
cooperating dengan kegiatan pembelajaran siswa menjelaskan sifat-sifat bangun
ruang sederhana dengan benar dan mengungkapkan kembali unsur-unsur bangun
ruang sederhana dalam sebuah tabel dengan benar melalui mengidentifikasi
benda-benda berbentuk kubus dan balok dalam kegiatan kelompok. Dalam
komponen experiencing ini siswa diharapkan dapat mengalami sendiri dalam
menjelaskan suatu ide matematisnya melalui kegiatan mengidentifikasi. Hal ini
dimaksudkan agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan
pembelajaran lebih bermakna sejalan dengan pendapat Ausubel (dalam Suyono
dan Hariyanto, 2012: 100) bahwa pembelajaran berdasarkan hapalan (rote
learning) tidak banyak membantu siswa di dalam memperoleh pengetahuan,
pembelajaran oleh guru harus sedemikian rupa sehingga membangun pemahaman
dalam struktur kognitifnya, pembelajaran haruslah bermakna (meaningful
learning) bagi siswa untuk menyelesaikan problem-problem kehidupannya.
Selanjutnya komponen transferring yaitu dimana siswa mentransfer pengetahuan
yang telah dimilikinya terhadap suatu konsep baru. Transferring juga berarti
siswa mengungkapkan idenya pada orang lain. Kegiatan belajar yang dipilih
adalah presentasi. Kegiatan ini dipilih karena kemampuan yang hendak diukur
adalah kemampuan komunikasi matematis, sehingga siswa harus mampu
mengkomunikasikan ide matematisnya.
Setelah disusunnya ADP, peneliti menyiapkan instrumen penelitian yang
terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan penerapan strategi
REACT dan berdasarkan ADP tersebut. Merujuk pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006, kompetensi dasar mata pelajaran matematika kelas IV
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
78
semester 2 materi bangun ruang sederhana adalah 8.1. menentukan sifat-sifat
balok dan kubus. Adapun indikator capaian kompetensi disesuaikan dengan
kompetensi dasar tersebut dan indikator kemampuan komunikasi matematis.
Selain itu, peneliti juga menyiapkan daftar kelompok nama siswa secara
heterogen, lembar penilaian RPP, catatan lapangan, lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran, pedoman wawancara tertulis, LKK, soal evaluasi kemampuan
komunikasi matematis beserta kunci jawaban, reward berupa bintang dan kartu
prestasi, dan media yang menunjang untuk membantu proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penilaian ahli, RPP pada siklus I ini memperoleh nilai 3,75
(dalam skala 0-4).
Perencanan siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi dari siklus I. Pada
perencanaan siklus II, peneliti juga membuat suatu ADP. Sama halnya dengan
siklus I, ADP yang disusun ini berdasarkan komponen yang ada pada strategi
REACT. Pada komponen relating kegiatan belajar yang direncanakan adalah
siswa menemutunjukkan jaring-jaring kubus dan balok ke dalam kehidupan
sehari-hari. Peneliti menyiapkan media berupa kardus makanan yang sudah
dibentuk dan yang masih berbentuk jaring-jaring. Hal ini dimaksud agar
pembelajaran lebih kontekstual dengan kehidupan siswa. Pada komponen
experiencing dan cooperating, siswa menjelaskan pengertian jaring-jaring bangun
ruang dengan benar melalui kegiatan mengidentifikasi jaring-jaring kubus dan
balok
dalam
kelompok.
Pada
kegiatan
ini
diharapkan
siswa
dapat
mengidentifikasi berbagai jenis jaring-jaring kubus dan balok sehingga siswa
dapat menyimpulkan sendiri pengertian jaring-jaring bangun ruang. Siswa dapat
mengalami sendiri dan pengetahuan siswa dapat dikonstruksi pada kegiatan
tersebut. Selanjutnya, pada komponen applying dan transferring siswa
menggambarkan jaring-jaring kubus dan balok dengan benar melalui kegiatan
menggunting dan menggambar. Diharapkan siswa dapat mengaplikasikan
pengetahuan
yang
telah
diperolehnya
dalam
situasi
baru
dan
dapat
mengkomunikasikannya melalui kegiatan presentasi.
Kemudian, peneliti juga menyiapkan RPP yang disusun berdasarkan ADP
siklus II dengan mengacu pada komponen-komponen strategi REACT. Yang
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
79
membedakan dalam RPP ini adalah terletak pada kompetensi dasar yaitu 8.2.
menentukan jaring-jaring kubus sehingga dalam penyusunan indikator capaian
komptensi, tujuan, materi juga mengacu pada komptensi dasar tersebut. RPP
disusun dalam dua pertemuan dengan masing-masing pertemuan dua jam
pelajaran (2 x 35 menit). Sama halnya dengan siklus I, pada siklus II ini juga
peneliti menyiapkan daftar kelompok nama siswa secara heterogen, lembar
penilaian RPP, catatan lapangan, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran,
pedoman wawancara tertulis, LKK, LKS, soal evaluasi kemampuan komunikasi
matematis beserta kunci jawaban, reward berupa bintang dan kartu prestasi, dan
media yang menunjang untuk membantu proses pembelajaran. Media yang
disiapkan merupakan perbaikan dari siklus I, dimana pada media ini diberikan
nama setiap bangun ruangnya misalnya untuk kubus diberikan nama kubus
ABCD.EFGH dan dibubuhkan pula nama di setiap titik sudut media tersebut.
Berdasarkan hasil penilaian ahli, RPP pada siklus I ini memperoleh nilai yang
sama dengan siklus I yaitu 3,75 (dalam skala 0-4).
2.
Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang
telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini merujuk
pada komponen strategi REACT yang merupakan salah satu strategi pembelajaran
kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut Muchlis
(2009: 41) pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi nyata siswa, dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari. Pada pembelajaran siklus I, guru
mengaitkan konsep bangun ruang sederhana kubus dan balok dengan benda-benda
yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini juga sejalan dengan
komponen strategi REACT menurut Crawford (2001: 3) yaitu relating
(mengaitkan/
menghubungkan).
Guru
dikatakan
menggunakan
strategi
menghubungkan ketika siswa mengaitkan konsep baru dengan sesuatu yang tidak
asing bagi siswa. Menurut Crawford (2001: 4) guru yang memulai pembelajaran
dengan strategi relating harus selalu mengawali pembelajaran dengan mengajukan
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
80
pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab oleh hampir semua siswa dari
pengalamannya hidupnya di luar kelas. Dalam hal ini peneliti juga bertanya pada
siswa “pernahkah kalian melihat kardus sepatu? Berbentuk apakah kardus sepatu
tersebut?” kemudian siswa menjawab sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Pada kegiatan experiencing siswa mengalami, menggali, dan
menemukan konsep-konsep bangun ruang sederhana. Kemudian di kegiatan
applying siswa menerapkan konsep yang telah diperolehnya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKK dengan bekerja sama di kelompoknya
(cooperating). Selanjutnya pada kegiatan transferring ini siswa diharapkan
menggunakan pengetahuan ke dalam konteks yang baru atau situasi yang baru.
Siswa dapat meyimpulkan pengertian sisi, rusuk, dan titik sudut pada bangun
ruang mempresentasikannya di depan kelas. Sehingga siswa atau kelompok yang
mau menyampaikan pendapatnya diberikan reward berupa bintang. Kemudian,
peneliti melakukan tes evaluasi kemampuan komunikasi matematis pada siklus I.
Berdasarkan pengamatan observer yang dituangkan pada lembar observasi,
langkah pembelajaran pada siklus I ini sudah terlaksana 90%. Meskipun
pencapaiannya hanya 90%, namun tidak merubah esensi dari strategi REACT itu
sendiri, karena langkah yang tidak terlaksana yaitu pada kegiatan penutup.
Sehingga peneliti perlu memperhatikan penggunaan alokasi waktu.
Pelaksanaan siklus II dilakukan berdasarkan refleksi dari siklus I,
pelaksanaan dilakukan dalam dua pertemuan dan menjalankan komponen dari
strategi REACT. Pada pertemuan pertama komponen REACT yang dilakukan yaitu
mulai dari relating sampai cooperating, kemudian di pertemuan kedua masih pada
komponen cooperating hingga transferring. Kegiatan relating guru mengajukan
pertanyaan pada siswa “pernahkah kalian melihat kardus makanan yang
direbahkan sebelum dijadikan sebuah kotak?”. Kemudian memperlihatkan kardus
makanan yang sudah dibentuk dan yang masih direbahkan lalu kembali
mengajukan pertanyan “dari benda ini, manakah yang merupakan jaring-jaring
kubus?”, siswa menjawab pertanyaan guru. Pada kegiatan experiencing siswa
mengalami, menggali, dan menemukan jaring-jaring bangun ruang sederhana.
Kemudian di kegiatan applying siswa menerapkan konsep yang telah
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
81
diperolehnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKK dengan
bekerja sama di kelompoknya (cooperating). Pertemuan selanjutnya, pada
kegiatan cooperating dan transferring siswa diberikan LKS yang berisi soal-soal
atau masalah yang baru namun masih berkaitan guna menerapkan konsep. Siswa
diberikan berbagai jaring-jaring kubus dan balok, kemudian siswa menentukan
mana yang merupakan jaring-jaring kubus dan balok dan mana yang bukan
merupakan jaring-jaring dan memberikan penjelasannya. Kemudian siswa
mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Berdasarkan refleksi pada siklus
I, pemberian reward harus lebih banyak lagi guna memotivasi siswa agar lebih
aktif dalam berpendapat. Sehingga dalam presentasi ini, siswa lebih banyak
memperoleh bintang. Di akhir kegiatan, peneliti memberikan soal evaluasi
kemampuan komunikasi matematis pada siklus II. Berdasarkan pengamatan
observer yang dituangkan pada lembar observasi, seluruh langkah pembelajaran
pada siklus II ini sudah terlaksana 100%.
3.
Kemampuan Komunikasi Matematis
Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siklus I dan siklus II
dibandingkan dengan data awal hasil UTS siswa menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan komunikasi matematis. Data awal menunjukkan ratarata 47,92, pada siklus I meningkat menjadi 74,79, dan pada siklus II meningkat
menjadi 80,57. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis ini berkaitan
dengan strategi pembelajaran strategi REACT. Hal ini bisa dilihat pada
pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan pembahasan mengenai pelaksanaan
pembelajaran, telah dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II
lebih baik daripada pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. Sehingga,
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siklus II lebih baik daripada
siklus I.
Persentase ketuntasan belajar siswa mengalami penurunan, pada siklus I
siswa yang tuntas sebanyak 13 orang (92,86%) dan tidak tuntas sebanyak satu
orang (7,14%) sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 12 orang
(85,71%) dan tidak tuntas sebanyak dua orang (14,29%). Penurunan ini
disebabkan karena pada saat siklus II siswa yang mengalami penurunan tidak
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
82
memperhatikan
pembelajaran
dan
mengobrol.
Peneliti
beberapa
kali
mengingatkan siswa tersebut untuk tetap memperhatikan dan mengikuti
pembelajaran dengan baik, namun sulit untuk mengikuti instruksi peneliti. Karena
tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, akibatnya kedua siswa tersebut
memperoleh nilai pada evaluasi siklus II di bawah KKM. Hal ini didukung pula
dengan hasil wawancara tertulis dengan kedua siswa tersebut. Berdasarkan hasil
wawancara tertulis, kedua siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi
dan mengerjakan soal baik soal LKK, LKS, maupun evaluasi kemampuan
komunikasi matematis. Sedangkan siswa yang mengalami peningkatan sebanyak
sembilan orang dengan persentase 64,29%, siswa yang mengalami penurunan
sebanyak empat orang dengan persentase 28,57%, dan tetap sebanyak satu orang
dengan persentase 7,14%. Dua orang siswa yang mengalami penurunan ini
merupakan siswa yang ketuntasan belajar pada siklus II berada di bawah KKM
yaitu siswa ARI dan MUH, sementara dua siswa lainnya adalah ARD dan SIT.
Penurunan pada ARD dan SIT tidak begitu besar. Nilai ARD padal siklus I adalah
85,29 menjadi 80 dan nilai SIT pada siklus I 85,29 turun menjadi 76. Kedua siswa
tersebut juga memperoleh nilai yang baik dan sudah mencapai kriteria ketuntasan
minimal. Sementara penurunan yang terjadi pada ARI dan MUH mengalami
penurunan yang cukup besar. ARI pada siklus I memperoleh nilai 67,65 dan pada
siklus II memperoleh nilai 56. MUH pada siklus I memperoleh nilai 73,53 dan
pada siklus II memperoleh nilai 48. Penurunan nilai evaluasi dari beberapa siswa
yang turun disebabkan oleh ketelitian siswa dalam menjawab pertanyaanpertanyaan pada soal. Selain itu faktor kemampuan siswa dalam mengungkapkan
ide atau gagasannya ke dalam bentuk tulisan masih sulit. Siswa belum terbiasa
dengan pembelajaran konstruktivisme dimana siswa harus menemukan sendiri
suatu konsep matematika. Kemampuan beberapa siswa dalam menjawab
pertanyaan masih lambat sehingga bagi siswa tersebut waktu yang diberikan
masih dirasa kurang dan siswa menjawab dengan asal tanpa dipikirkan terlebih
dahulu jawaban yang sebenarnya. Faktor lain yang menjadi penyebab
menurunnya hasil evaluasi kemampuan komunikasi matematis pada siswa ARI
dan MUH adalah kedua siswa berada dalam kelompok yang sama. Dalam
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
83
kegiatan diskusi kelompok siswa tersebut tidak mengikuti dengan baik, kedua
siswa mengobrol dan melakukan keributan pada kelompoknya. Hal tersebut sudah
ditegur dan diingatkan oleh guru, namun peringatan tersebut tidak diindahkan.
Pada pertemuan satu siklus II siswa ARI tidak hadir dalam pembelajaran dan
hanya mengikuti pembelajaran siklus II pada pertemuan kedua, padahal proses
relating hingga cooperating dilaksanakan pada pertemuan pertama, sedangkan
pada pertemuan kedua hanya dilakukan kegiatan cooperating dan transferring
hingga evaluasi. Siswa ARD mengalami penurunan karena siswa tersebut
memang kurang memahami materi. Penurunan terjadi pada indikator (1)
memberikan penjelasan secara logis dan benar atau argument verbal yang
didasarkan
pada
analisis
terhadap
gambar
dan
konsep-konsep
formal.
Kemampuan ARD dalam menjelaskan konsep atau ide matematika masih kurang,
meskipun demikian secara keseluruhan nilai ARD sudah mencapai kriteria
ketuntasan minimal. Sementara siswa SIT mengelamai penurunan dikarenakan
pada siklus II pertemuan satu siswa tersebut tidak hadir dalam pembelajaran dan
hanya mengikuti pembelajaran siklus II pada pertemuan kedua sama halnya
dengan siswa ARI, padahal proses relating hingga cooperating dilaksanakan pada
pertemuan pertama, sedangkan pada pertemuan kedua hanya dilakukan kegiatan
cooperating dan transferring hingga evaluasi, namun nilai siswa SIT sudah
mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Hasil analisis berdasarkan kemampuan siswa menunjukkan bahwa siswa
yang memiliki kemampuan tinggi sebanyak dua orang (50%) mengalami
peningkatan, satu orang (25%) mengalami penurunan, dan satu orang (25%)
dengan nilai tetap. Siswa yang memiliki kemampuan sedang sebanyak empat
orang (66,67%) mengalami peningkatan dan sebanyak dua orang (33,33%)
mengalami penurunan. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan rendah
sebanyak riga orang (75%) mengalami peningkatan dan sebanyak satu orang
(25%) mengalami penurunan.
Menurut Ansari (dalam Mustikawati, 2013: 6) terdapat indikator
kemampuan komunikasi matematis yaitu (1) memberikan penjelasan secara logis
dan benar atau argumen verbal yang didasarkan pada analisis terhadap gambar
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
84
dan konsep-konsep formal dan (2) memunculkan model konseptual seperti
gambar, diagram, tabel, atau grafik. Rata-rata pada indikator (1) mengalami
peningkatan dari 81,29 menjadi 85,71. Peningkatan rata-rata ini tidak terlalu
besar. Berdasarkan hasil yang diperoleh, siswa yang mengalami peningkatan pada
indikator (1) sebanyak sembilan orang dengan persentase 64,29%, penurunan
sebanyak empat orang dengan persentase 28.57%, dan tetap sebanyak satu orang
dengan persentase 7,14%. Setelah menganalisis terhadap jawaban siswa, siswa
mengalami penurunan dalam menjawab pertanyaan mengenai menjelaskan suatu
definisi dari konsep tertentu. Siswa mendapatkan skor rendah dalam menjawab
pertanyaan pengertian sisi, rusuk, dan titik sudut pada evaluasi siklus I.
Sedangkan pada evaluasi siklus II siswa mendapatkan skor rendah dalam
menjawab pertanyaan pengertian jaring-jaring bangun ruang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mendefinisikan suatu
konsep matematis. Sedangkan rata-rata untuk indikator (2) mengalami
peningkatan dari 64,29 menjadi 74,68. Peningkatan rata-rata ini tergolong sedang.
Berdasarkan data yang diperoleh, siswa yang mengalami peningkatan pada
indikator (2) sebanyak 11 orang dengan persentase 78,57%, penurunan sebanyak
dua orang dengan persentase 14,29%, dan tetap sebanyak satu orang dengan
persentase 7,14%. Persentase peningkatan pada indikator (2) ini jauh lebih baik
daripada siklus I. Setelah menganalisis terhadap jawaban siswa, dapat
disimpulkan bahwa siswa mengalami penurunan dalam menjawab pertanyaan
mengenai menggambarkan bangun ruang berbentuk balok dengan membubuhkan
nama pada setiap titik sudutnya.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis pada siswa kelas IV SDN 1 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat sebagian besar mengalami peningkatan baik bagi siswa
berkemampuan
tinggi,
siswa
berkemampuan
sedang,
maupun
siswa
berkemampuan rendah. Adapun peningkatan berdasarkan perhitungan gain yaitu
0,23 dengan interpretasi tergolong rendah.
Ine Marthyane Pratiwi, 2014
PENERAPAN STRATEGI REACT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
PADA SISWA SEKOLAH DASAR MATERI BANGUN RUANG SEDERHANA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Download