- Bappeda Mamasa

advertisement
III-1
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
BAB III
RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH
DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Rancangan kerangka ekonomi daerah dan kebijakan keuangan daerah pada
RKPD 2016 memberikan gambaran kondisi ekonomi makro daerah serta tantangan
dan prospek perekonomian daerah tahun 2016, kebijakan yang akan ditempuh
berkaitan dengan pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah
dalam rangka pencapaian agenda pembangunan tahun 2016. Pembangunan
ekonomi tahun 2016 merupakan bagian yang integral dari proses yang berkelanjutan
untuk mencapai tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat hal ini dapat
terwujud bila pertumbuhan ekonomi berlangsung secara berkelanjutan dan hasil dari
peningkatan kegiatan perekonomian tersebut dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat secara berkeadilan.
3.1
Arah Kebijakan Ekonomi Daerah
Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis
statistik perekonomian daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi
perekonomian Kabupaten Mamasa sesuai dengan RPJMD Kabupaten
Mamasa 2014-2018.
3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011-2013
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan pengukuran atas
nilai tambah yang mampu diciptakan akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi
dalam suatu daerah. Secara keseluruhan pencapaian kinerja PDRB
Kabupaten Mamasa selama tahun 2011-2013 yang diukur atas dasar harga
berlaku mengalami peningkatan Rp. 317,23 Milyar dari Rp. 1,37 Trilyun pada
tahun 2011 menjadi Rp. 1,69 Trilyun pada tahun 2013 (angka sangat
sementara). Keadaan ini menggambarkan perkembangan yang cukup
signifikan dari nilai produk barang yang dihasilkan di Kabupaten Mamasa
selama tahun 2011-2013, kendati demikian perkembangan tersebut belum
dapat dijadikan sebagai indikator dari peningkatan volumen produk barang
atau jasa di wilayah Kabupaten Mamasa, karena pada PDRB yang dihitung
atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi yang sangat mempengaruhi
harga barang/jasa secara umum.
Sedangkan
untuk
menganalisis
perkembangan
dari
volume
produk
barang/jasa umumnya digunakan PDRB yang dihitung atas dasar harga
konstan. PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan selama tahun 2011-
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-2
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
2013 meningkat Rp. 80,49 Milyar dari Rp. 657,18 Milyar pada tahun 2011
menjadi Rp. 737,68 Milyar pada tahun 2013 (angka sangat sementara).
Kondisi tersebut merupakan indikasi volume produk barang/jasa secara umum
mengalami peningkatan atau perekonomian Kabupaten Mamasa secara
makro berkembang positif selama tahun 2011-2013.
Tabel 3.1
Perkembangan PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
Kabupaten Mamasa
PDRB atas Dasar Harga Berlaku
(Juta Rupiah)
PDRB atas Dasar Harga Konstan
(Juta Rupiah)
Sektor
2011
2012 **)
2013 **)
2011
2012 **)
2013 **)
PRIMER
968.780,34
1.073.087,64
1.184.356,90
458.841,84
491.174,47
516.423,48
Pertanian
704.021,47
762.362,51
835.192,52
359.787,88
378.658,90
394.535,72
Jasa-Jasa
264.758,87
310.725,13
349.164,38
99.053,96
112.515,57
121.887,76
SEKUNDER
250.075,62
287.292,22
321.983,05
119.172,64
125.946,13
133.402,58
85.463,14
98.427,99
111.057,38
40.815,75
43.144,17
46.013,53
143.522,90
166.033,06
185.820,43
64.858,29
68.516,69
72.434,50
21.089,58
22.831,17
25.105,24
13.498,60
14.285,27
14.954,55
154.854,10
167.041,53
184.623,99
79.175,31
83.556,76
87.856,51
7.911,41
9.275,94
10.204,09
4.400,49
5.102,10
5.542,99
64.484,28
68.753,51
73.233,35
37.602,21
39.080,35
40.252,05
4.083,34
4.422,59
5.324,89
1.902,82
2.010,01
2.196,05
78.375,07
84.589,49
95.861,66
35.269,79
37.364,30
39.865,42
1.373.710,05
1.527.421,37
1.690.963,93
657.189,80
700.677,36
737.682,57
Bangunan/Konstruksi
Perdagangan,
Restoran, dan Hotel
Angkutan/Komunikasi
TERSIER
Pertambangan/Galian
Industri
Listrik, Gas, dan Air
Keuangan,
Persewaan, dan Jasa
Perusahaan
PDRB
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Mamasa, Mamasa dalam Angka Tahun 2014, 277-278
Sampai dengan tahun 2013, sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan
dalam menggerakkan perekonomian daerah dengan kontribusi nilai tambah
terhadap PDRB mencapai 49,39 persen (angka sangat sementara). Tingginya
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-3
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Mamasa tidak
lepas dari beberapa keunggulan komparatif, seperti kondisi tanah yang relatif
subur dan cocok untuk beragam komoditi pertanian dan jumlah penduduk
yang juga relatif besar.
Disamping pertanian, sektor yang memiliki kontribusi cukup dominan pada
tahun 2013 adalah sektor jasa-jasa dengan kontribusi terhadap nilai tambah
PDRB mencapai 20,65 persen (angka sangat sementara). Kondisi tersebut
tidak terlepas dari tingginya kontribusi subsektor jasa pemerintahan, jasa
swasta, jasa perseorangan, serta jasa hiburan dan rekreasi.
Sementara itu peranan sektor perdagangan, restoran dan hotel dengan
kontribusi terhadap nilai tambah PDRB mencapai 10,99 persen (angka sangat
sementara). Kondisi tersebut merupakan indikasi dari peningkatan volume
barang/jasa yang diperdagangkan di wilayah Kabupaten Mamasa. Tingginya
peranan sektor perdagangan terhadap perekonomian didominasi oleh
sumbangan dari subsektor
perdagangan besar dan eceran yang diikuti
peranan subsektor hotel dan restoran. Pada dasarnya, subsektor hotel dan
restoran di Kabupaten Mamasa masih memiliki potensi untuk dikembangkan
lebih jauh, karena banyak lokasi pariwisata di Mamasa yang dapat
dikembangkan untuk skala regional bahkan nasional.
3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 dan 2016
Tantangan dan prospek perekonomian Kabupaten Mamasa, tentunya akan
banyak dipengaruhi oleh tantangan dan prospek pada tataran global, nasional,
maupun lingkungan regional Sulawesi Barat.
a.
Tantangan dan Prospek Perekonomian secara Global dan Nasional
Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2015,
melalui situs resmi Bank Dunia (www.worldbank.org) pertumbuhan
ekonomi global berada di kisaran 3,0 persen. Adapun pada 2016 ekonomi
global diprediksi meningkat menjadi 3,3 persen. Pertumbuhan ekonomi
global yang cenderung melambat ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain perdagangan global yang masih lemah, kemungkinan
guncangan pada pasar finansial seiring dengan naiknya suku bunga pada
beberapa negara-negara maju, menurunnya harga minyak mentah dunia,
dan periode deflasi di beberapa negara Eropa dan Jepang yang
kemungkinan berlangsung lama.
Sementara itu, perkembangan perekonomian nasional pun mengalami
dampak yang cukup besar terhadap melambatnya perekonomian global.
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengeluarkan asumsi makro
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-4
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
ekonomi nasional tahun 2016 dipatok sebesar 5,8-6,2 persen dengan
inflasi berada pada kisaran 3-5 persen.
Faktor-faktor yang bisa dikembangkan oleh Indonesia dalam menghadapi
masa depan di antaranya adalah bonus demografi. Sebanyak lebih dari 50
persen populasi Indonesia adalah generasi muda usia produktif antara 1454 tahun. Diperkirakan selama 20 tahun ke depan, demografi tersebut
akan bertahan dengan sebagian masyarakat berusia produktif. Sumber
daya alam dan energi yang dimiliki oleh Indonesia juga menjadi faktor
yang dapat dikembangkan di masa depan. Seperti diketahui, kekayaan
energi baik fosil maupun energi terbarukan di Indonesia sangat besar
potensinya.
b.
Tantangan dan Prospek Perekonomian secara Regional Sulawesi
Barat
Perekonomian Sulawesi Barat baik secara langsung maupun tidak
langsung dipengaruhi oleh keadaan yang berkembang saat ini dan yang
akan
datang,
perkembangan
lingkungan
perekonomian
sangat
dipengaruhi oleh kebijakan perekonomian internasional (global), nasional
maupun regional Sulawesi Barat.
1)
Tantangan Pembangunan
 Menjaga stabilitas nilai tukar dan stabilitas harga
 Memperbaiki kualitas pelayanan birokrasi
 Penciptaan lapangan kerja yang dapat menampung angkatan kerja
di Sulawesi Barat
 Peningkatan cakupan layanan infrastruktur (jalan, jembatan, dan
irigasi) guna akses mobilisasi barang dan jasa serta peningkatan
produksi tanaman pangan
 Daya saing produk unggulan daerah yang masih rendah
 Penciptaan keterkaitan pembangunan perkotaan dan perdesaan
2)
Prospek Perekonomian
 Sulawesi Barat memiliki lahan pertanian yang cukup luas, dengan
jumlah petani yang cukup banyak
 Sulawesi Barat memiliki sumber daya alam sumber energi alternatif
yang cukup banyak
c.
Tantangan dan Prospek Perekonomian Kabupaten Mamasa
Memperhatikan kondisi dan dinamika perekonomian global, nasional,
maupun Sulawesi Barat serta proyeksi perkembangan ekonomi daerah
tahun 2016, dengan memperhatikan kondisi tersebut maka isu-isu
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-5
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
strategis pembangunan di Kabupaten Mamasa berdasarkan dinamika
regional/lokal serta internasional/nasional adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Isu-Isu Strategis Dinamika Regional/Lokal serta Internasional/Nasional
ISU-ISU STRATEGIS
TANTANGAN
PELUANG
DINAMIKA REGIONAL/LOKAL
Pemetaan Wilayah Komoditas
dan Pengembangan
Komoditas Unggulan
Peningkatan Produksi
Pertanian, Perkebunan,
Peternakan, dan Perikanan
 Belum adanya perwilayahan
komoditas
 Belum maksimalnya
produksi komoditas
unggulan maupun
komoditas lainnya karena
belum dapat diketahui
secara tepat potensi
masing-masing wilayah
untuk pengembangan
komoditas yang sesuai
Pewilayahan komoditas
diharapkan dapat
memaksimalkan produksi
komoditas unggulan daerah
seperti kopi dan kakao,
sehingga dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat dan
mampu bersaing dengan
daerah lain
Peningkatan produksi sektor
pertanian yang terdiri dari
subsektor tanaman bahan
makanan, tanaman
perkebunan, peternakan,
kehutanan, dan perikanan
dimaksudkan untuk memenuhi
ketersediaan pangan bagi
masyarakat Mamasa dalam
jangka panjang dan
menciptakan kemandirian
sektor pertanian, serta
menghindari ketergantungan
kepada daerah lain
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-6
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
ISU-ISU STRATEGIS
TANTANGAN
PELUANG

Pengembangan dan
Peningkatan Industri
Pengolahan
 Sektor industri pengolahan
pada tahun 2012 mengalami
perlambatan pertumbuhan
dibandingkan dengan tahun
sebelumnya
 Sektor industri pengolahan
di Kabupaten Mamasa
hanya diwakili oleh
subsektor industri kecil dan
kerajinan rumah tangga,
belum ada subsektor
industri besar dan sedang


Peningkatan Kualitas SDM
Aparatur
SDM aparatur di Kabupaten
Mamasa masih belum optimal
dalam mendukung pelaksanaan
tugas-tugas pemerintahan
dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah


Peningkatan SDM Masyarakat
 Masih rendahnya kualitas
sumber daya manusia yang
terlihat dari nilai Indeks
Pembangunan Manusia
(IPM)
 Komponen dari IPM terdiri
dari Indeks Kesehatan,
Indeks Pendidikan dan
Indeks Paritas Daya Beli
 IPM Kabupaten Mamasa
pada tahun 2013 adalah
72,56
Perhatian yang serius
terhadap tumbuhkembangnya industri kecil
dan kerajinan rumah
tangga akan memacu
produktivitas dan
penyediaan lapangan
pekerjaan
Pengembangan dan
peningkatan industri
pengolahan diharapkan
akan menghasilkan nilai
tambah/kualitas bagi
produk yang dihasilkan,
sehingga meningkatkan
nilai/harga produk dan pada
masa mendatang industri
pengolahan diharapkan
menjadi salah satu pondasi
perekonomian di
Kabupaten Mamasa
Peningkatan kapasitas
aparatur pemerintahan
yang berkelanjutan melalui
pemberian
beasiswa/bantuan tugas
belajar, pendidikan dan
pelatihan, kursus-kursus
diharapkan dapat
meningkatkan
profesionalisme dan kinerja
aparatur
Peningkatan disiplin
aparatur melalui pemberian
reward dan punishment
bagi pegawai melalui
penanganan kasus-kasus
pelanggaran disiplin dan
pemberian penghargaan
bagi pegawai yang
berprestasi
Pelaksanaan seleksi
penerimaan CPNS yang
baik dan alokasi pegawai
sesuai kebutuhan daerah
akan mendukung
pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan
Berdasarkan kriteria UNDP,
nilai IPM Kabupaten Mamasa
pada tahun 2013 tergolong IPM
Menengah. Ketiga komponen
IPM tersebut masih perlu
mendapat perhatian, terlebih
pada komponen Indeks
Pendidikan dan Indeks Paritas
Daya Beli yang nilainya lebih
rendah daripada nilai Indeks
Provinsi Sulawesi Barat
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-7
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
ISU-ISU STRATEGIS
Kualitas dan Aksessibilitas
Pendidikan
TANTANGAN
 Sektor pendidikan
merupakan salah satu
sektor yang mendapat
prioritas utama dalam
pembangunan Kabupaten
Mamasa karena pendidikan
merupakan unsur utama
dalam pembentukan kualitas
sumber daya manusia.
PELUANG
Ketersediaan sarana dan
prasarana pendidikan yang
memadai, penyelenggaraan
pendidikan dengan biaya
terjangkau dan peningkatan
kompetensi tenaga pengajar
diharapkan dapat memajukan
dunia pendidikan Kabupaten
Mamasa
 Dilihat dari angka rata-rata
lama sekolah di Kabupaten
Mamasa pada tahun 2012
yaitu 7,19 tahun,
menunjukkan bahwa secara
rata-rata penduduk
Kabupaten Mamasa baru
menyelesaikan pendidikan
pada tingkat SD atau SMP
tahun pertama. Angka ratarata lama sekolah ini
menunjukkan bahwa
Kabupaten Mamasa belum
memenuhi Program Wajib
Belajar Sembilan Tahun
Pelayanan Kesehatan
Tata Kelola Pemerintahan
 Pada tahun 2013 tercatat di
Kabupaten Mamasa hanya
terdapat 1 (satu) Rumah
Sakit Umum Daerah dan 1
(satu) Rumah Sakit Swasta.
 Jumlah dokter yang ada di
fasilitas/sarana pelayanan
kesehatan tercatat
berjumlah 16 orang, dengan
komposisi 14 dokter umum
dan 2 dokter gigi dan tidak
adanya tenaga dokter
spesialis
Peningkatan sarana dan
prasarana kesehatan,
penyediaan tenaga medis dan
non medis sesuai kebutuhan,
peningkatan kompetensi tenaga
medis dan non medis,
penyediaan biaya pendukung
kesehatan dan pembebasan
biaya pelayanan kesehatan
dasar bagi keluarga miskin
diharapkan dapat meningkatkan
pemerataan pelayanan kepada
masyarakat dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat
Kabupaten Mamasa
Belum optimalnya
penyelenggaraan pemerintahan
yang efektif dan efisien akan
berdampak pada ketidakpuasan
masyarakat. Penyelenggaraan
pemerintahan dipandang
berhasil ketika mampu
memberikan pelayanan publik
yang optimal dan memuaskan
masyarakat
Dalam hal perizinan,
implementasi one stop service
diharapkan dapat mempercepat
waktu pengurusan, menghemat
biaya dan tenaga dalam rangka
penyederhanaan perizinan.
Efektivitas dan efisiensi
penyelenggaraan pemerintahan
dan pengelolaan keuangan
secara transparan dan
akuntabel dapat dicapai dengan
penerapan prinsip good
governance dan clean
government yang ke depannya
diharapkan mampu
meningkatkan kualitas
pelayanan sehingga dapat
memenuhi harapan masyarakat
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-8
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
ISU-ISU STRATEGIS
TANTANGAN
Kemandirian Ekonomi
Salah satu tantangan masa
depan bagi Kabupaten Mamasa
adalah kemandirian ekonomi.
Kemandirian ekonomi berarti
kemandirian Pemerintah
Daerah dan masyarakat dalam
sektor perekonomian yang
didukung oleh tangguhnya
ekonomi masyarakat, yang
dapat dilakukan melalui
peningkatan dan
pemberdayaan ekonomi
masyarakat
Kondisi Sarana dan
Prasarana Wilayah, Jaringan
Transportasi, serta Jalan dan
Jembatan yang Belum
Memadai
Banyaknya kondisi jalan yang
rusak di Kabupaten Mamasa,
serta jembatan dan jaringan
irigasi yang kurang memadai
akan mengurangi produktivitas
dan menghambat akses
distribusi. Belum terbangunnya
secara menyeluruh jaringan
transportasi antar wilayah
sebagai penunjang kemajuan
perekonomian daerah,
ditambah lagi belum optimalnya
sarana dan prasarana
perdagangan dan belum
meratanya ketersediaan pasar
akan menghambat laju
pertumbuhan ekonomi
PELUANG
Dengan melakukan revitalisasi
pertanian, perkebunan, dan
perikanan secara terintegrasi
dengan aspek-aspek ekonomi
lainnya diharapkan akan
tercipta kemandirian ekonomi

Sarana dan Prasarana
Komunikasi dan Informasi
Belum Maksimal
Pengelolaan teknologi informasi
dan komunikasi di Kabupaten
Mamasa masih belum
maksimal. Keterbatasan sarana
internet dan minimnya sarana
komunikasi dan informasi
lainnya dapat menghambat
kemajuan daerah

Adanya informasi yang up
to date akan memberikan
pemahaman bagi
masyarakat dan akan
meningkatkan pengetahuan
masyarakat
Informasi merupakan hal
yang sangat penting bagi
peningkatan kualitas
manusia yang pada
akhirnya akan
meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia
Kabupaten Mamasa
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-9
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
ISU-ISU STRATEGIS
TANTANGAN
PELUANG
Potensi Sumber Daya Alam,
Pengelolaan dan
Pemeliharaannya
Pemanfaatan sumber daya
alam harus dikelola dan
dilakukan pemeliharaan dengan
baik serta perlu dilakukan
pembinaan dan pengawasan
agar tidak hanya kesejahteraan
yang merata bagi masyarakat
saja yang tercapai namun juga
tercipta keadilan antar generasi
Kabupaten Mamasa merupakan
daerah potensial pada sektor
pertanian yang meliputi
subsektor tanaman bahan
makanan, perkebunan,
peternakan, kehutanan, dan
perikanan. Sektor pertanian
telah memberikan kontribusi
yang cukup besar dalam
pertumbuhan PDRB Kabupaten
Mamasa. Selain sektor
pertanian, sektor pertambangan
dan penggalian yang diwakili
oleh penggalian tambang
Golongan C juga memberikan
kontribusi positif bagi
pertumbuhan PDRB. Selain itu
terdapat pula potensi adanya
pertambangan mineral logam
yaitu: emas, perak, tembaga,
timbal, zinc, ferrum, dan
mangan. Hal ini menunjukkan
besarnya potensi sumber daya
alam yang dimiliki oleh
Kabupaten Mamasa.
Air Bersih dan Sanitasi
Lingkungan
Sumber air minum merupakan
indikator penting untuk
mengukur derajat kesehatan
keluarga. Air bersih adalah
sumber air minum yang berasal
dari ledeng, pompa, sumur
terlindung, mata air terlindung,
dan air kemasan. Menurut data
BPS tahun 2013 rumah tangga
Kabupaten Mamasa yang
menggunakan sumber air
bersih untuk memasak adalah
sebanyak 22.463 rumah tangga
atau 65,06% dari total rumah
tangga.
Data BPS tahun 2013, jumlah
rumah tangga pengguna
fasilitas buang air besar
bersama sebanyak 5.434
rumah tangga atau 15,74%,
jumlah rumah tangga pengguna
fasilitas buang air besar umum
sebanyak 4.612 rumah tangga
atau 13,36%, jumlah rumah
tangga pengguna fasilitas
buang air besar sendiri
sebanyak 13.164 rumah tangga
atau 38,13, dan jumlah rumah
tangga yang tidak
menggunakan fasilitas buang
air besar sebanyak 11.314
rumah tangga atau 32,77%. Hal
ini menunjukkan masih
rendahnya kualitas layanan air
minum dan sanitasi lingkungan
masyarakat.
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-10
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
ISU-ISU STRATEGIS
TANTANGAN
PELUANG
Sumber Daya Energi
Masih terbatasnya energi listrik
dalam menunjang seluruh
aktivitas, baik untuk rumah
tangga dan industri maupun
perkantoran. Sebagian besar
wilayah di Kabupaten Mamasa
belum mendapatkan suplai
energi listrik dari PLN. Dalam
rangka pemenuhan kebutuhan
energi terutama energi listrik di
Kabupaten Mamasa saat ini
maka Pemerintah Daerah
berupaya memfokuskan
pengembangan kepada
pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) atau turbin untuk
desa-desa yang belum
terjangkau aliran listrik dari
PLN.
Pemanfaatan dan
pengembangan energi baru
terbarukan melalui PLTMH atau
alternatif lain seperti
Pembangkit Listrik Tenaga
Surya (PLTS) memang sangat
dibutuhkan untuk memenuhi
pasokan listrik di Kabupaten
Mamasa.
Mitigasi Bencana
Tingginya curah hujan di
Kabupaten Mamasa serta
ditambah oleh banyaknya
penebangan liar di dalam
kawasan hutan menyebabkan
tingginya potensi bencana
banjir. Struktur tanah di hampir
seluruh wilayah Kabupaten
Mamasa yang tergolong sangat
labil ditambah dengan tingginya
curah hujan menjadikan
Mamasa sangat rawan
terhadap bencana longsor.
Wilayah Kabupaten Mamasa
yang memiliki luas hutan yang
cukup besar sangat berpotensi
terjadinya kebakaran hutan.
Wilayah Kabupaten Mamasa
juga tergolong daerah yang
rawan terhadap bencana angin
topan atau puting beliung. Hal
ini menunjukkan perlunya
keseriusan Pemerintah Daerah
untuk melakukan mitigasi
bencana pada daerah-daerah
rawan bencana.
Pertumbuhan Penduduk dan
Persebarannya
Jumlah penduduk Kabupaten
Mamasa bertambah dari tahun
ke tahun, namun pertambahan
jumlah penduduk setiap tahun
tidak diimbangi dengan
pemerataan penyebaran
penduduk. Perbedaan distribusi
penduduk setiap kecamatan
dengan persentase luas
wilayah mengakibatkan
kepadatan penduduk setiap
kecamatan juga berbeda-beda.
Kesejahteraan penduduk
merupakan sasaran utama dari
pembangunan. Sasaran ini
tidak mungkin tercapai bila
Pemerintah Daerah tidak dapat
memecahkan masalah
kependudukan seperti besarnya
jumlah penduduk dan tidak
meratanya penyebaran
penduduk.
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-11
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
ISU-ISU STRATEGIS
Pusat Destinasi Pariwisata
TANTANGAN
PELUANG
Kondisi yang ada adalah masih
belum memadainya sarana dan
prasarana penunjang akses
pariwisata. Kabupaten Mamasa
juga belum memiliki ikon wisata
unggulan dan paket destinasi
yang mantap. Hal ini
menunjukkan masih kurangnya
perhatian untuk pengembangan
daerah-daerah yang memiliki
potensi pariwisata serta masih
kurangnya promosi pariwisata
baik di dalam maupun luar
negeri.
Salah satu tantangan masa
depan adalah Kabupaten
Mamasa menjadi salah satu
daerah tujuan wisata yang
paling diminati baik wisatawan
domestik maupun
mancanegara. Ke depan
diharapkan Kabupaten Mamasa
akan memiliki objek wisata
unggulan yang menjadi ikon
daerah, serta objek wisata
tradisional/potensial lainnya
yang tertata, sehingga akan
memberikan kontribusi bagi
pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan daya saing
daerah.
DINAMIKA INTERNASIONAL/NASIONAL

Kesepakatan antara Seluruh
Negara ASEAN untuk
Mewujudkan Integrasi
Ekonomi yang Lebih Nyata
melalui ASEAN Economic
Community (AEC) pada
Tahun 2015
Global Warming (Pemanasan
Global)
Peningkatan suhu rata-rata
permukiman di bumi akibat efek
rumah kaca yang dihasilkan
dari aktivitas manusia seperti
perambahan hutan dan illegal
logging, pembakaran bahan
bakar fosil, dan sebagainya
 Konsekuensi dari
diterapkannya AEC, maka
setiap daerah termasuk
Kabupaten Mamasa harus
meningkatkan daya saing
daerah terutama dalam hal
peningkatan efisiensi,
efektivitas, dan kualitas
produksi komoditas
unggulan;
 Kesamaan
produk/keunggulan
komparatif di sektor
pertanian dan perkebunan
sehingga perlu strategi
peningkatan nilai tambah
bagi produk ekspor
sehingga mempunyai
karakteristik tersendiri;
 Meningkatkan kemampuan
dalam penguasaan
teknologi informasi dan
komunikasi termasuk
promosi pemasaran dan
lobby.
Tantangan yang dihadapi
Kabupaten Mamasa adalah
tingginya degradasi hutan
akibat illegal logging, kebakaran
hutan dan lahan, pembukaan
lahan permukiman baru dengan
cara menebang pohon.



Komoditas unggulan
Kabupaten Mamasa yaitu
kopi dan kakao merupakan
dua di antara sepuluh
komoditi unggulan ekspor
dunia yang potensial untuk
semakin ditingkatkan;
Peningkatan kualitas
produksi komoditas
unggulan daerah,
peningkatan industri
pengolahan yang dapat
menghasilkan dan
meningkatkan nilai tambah
bagi produk yang
dihasilkan;
Peluang bagi terciptanya
iklim investasi melalui
pemanfaatan program
kerjasama regional
terutama dalam
melancarkan program
perbaikan infrastruktur;
Kabupaten Mamasa
sebagai destinasi wisata
dengan karakteristik adat
dan budaya memungkinkan
untuk pengembangan
sektor jasa prioritas yaitu
pariwisata.
65 persen wilayah Kabupaten
Mamasa merupakan kawasan
hutan yang terdiri atas hutan
lindung dan hutan produksi
sehingga berpotensi dalam
mengurangi karbondioksida di
udara dengan melakukan
penanaman pohon atau
penghutanan kembali lahanlahan hutan yang kritis.
Sumber: RPJMD Kabupaten Mamasa 2014-2018
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-12
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
3.2
Arah Kebijakan Keuangan Daerah
Dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintahan Daerah, pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem
dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penyusunan arah kebijakan
keuangan daerah secara umum mengacu pada ketentuan perundangundangan, antara lain Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan
Negara,
Perbendaharaan
Undang-Undang
Negara,
Nomor
Undang-Undang
1
Tahun
Nomor
32
2004
tentang
Tahun
2004
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah serta Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah untuk setiap Tahun Anggaran yang diatur melalui Peraturan Menteri
Dalam Negeri.
3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
Otonomi daerah dan desentralisasi berimplikasi pada semakin luasnya
kewenangan daerah untuk mengatur dan mengelola pendapatan daerah.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka secara bertahap terus dilakukan
upaya
meningkatkan
mengoptimalkan
kemandirian
seluruh
potensi
pendapatan
pendapatan
yang
daerah
dengan
dimiliki.
Sumber
pendapatan daerah terdiri dari:
1)
Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi:
 Peningkatan pelayanan pajak dan retribusi kepada masyarakat;
 Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dan
retribusi daerah;
 Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah;
 Operasionalisasi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan Peraturan
Daerah tentang Pajak dan Retribusi Daerah;
 Memberikan insentif/bonus dan penghargaan kepada SKPD yang
berhasil mencapai atau melampaui target, dan menjatuhkan sanksi
kepada SKPD yang tidak berhasil mencapai target penerimaan
pendapatan daerah secara optimal dalam satu tahun anggaran;
 Optimalisasi
upaya
penerimaan
Pajak
Bumi
Perkotaan/Perdesaan.
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
dan
Bangunan
III-13
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
2)
Dana Perimbangan, yang meliputi:
 Peningkatan koordinasi antara instansi pengelola pajak pemerintah dan
pajak daerah;
 Peningkatan koordinasi dengan Kementerian yang mengelola Dana
Alokasi Khusus (DAK);
 Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan
Dana Alokasi Khusus.
3)
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, yang meliputi:
 Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya;
 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus;
 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya;
 Pendapatan Lainnya;
 Dana Kapitasi JKN;
 Hibah;
 Dana Desa.
Tabel 3.3
Realisasi dan Proyeksi Target Pendapatan Tahun 2014 s/d 2016
No
Uraian
1
PENDAPATAN
1.1
Pendapatan Asli
Daerah
1.1.1
1.1.2
Pendapatan Pajak
Daerah
Hasil Retribusi
Daerah
Realisasi Tahun
Anggaran 2014
Proyeksi pada
Perubahan APBD
Tahun Anggaran
2015
Proyeksi Tahun
Anggaran 2016
587.234.093.727,00
840.253.142.732,00
827.200.923.732,00
15.447.710.513,00
15.056.185.000,00
15.314.000.000,00
1.924.011.431,00
2.830.000.000,00
2.830.000.000,00
1.463.749.637,00
2.216.000.000,00
1.100.000.000,00
1.1.3
Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan
2.293.626.073,00
2.500.000.000,00
3.200.000.000,00
1.1.4
Lain-lain
Pendapatan Asli
Daerah yang Sah
9.766.323.372,00
7.510.185.000,00
8.184.000.000,00
1.2
Dana
Perimbangan
517.528.922.845,00
708.740.919.796,00
708.740.919.796,00
1.2.1
Bagi Hasil
Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak
13.596.453.102,00
19.399.889.796,00
19.399.889.796,00
1.2.2
Dana Alokasi Umum
(DAU)
428.106.209.743,00
468.897.770.000,00
468.897.770.000,00
1.2.3
Dana Alokasi
Khusus (DAK)
75.826.260.000,00
220.443.260.000,00
220.443.260.000,00
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-14
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
Uraian
Realisasi Tahun
Anggaran 2014
Proyeksi pada
Perubahan APBD
Tahun Anggaran
2015
Proyeksi Tahun
Anggaran 2016
1.3
Lain-lain
Pendapatan
Daerah yang Sah
54.257.460.369,00
116.456.037.936,00
103.146.003.936,00
1.3.1
Dana Bagi Hasil
Pajak dari Provinsi
dan Pemerintah
Daerah Lainnya
5.418.277.369,00
8.430.430.936,00
8.430.430.936,00
1.3.2
Dana Penyesuian
dan Otonomi
Khusus
48.500.583.000,00
48.220.147.000,00
48.220.147.000,00
1.3.3
Bantuan Keuangan
dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah
Lainnya
0,00
13.310.034.000,00
0,00
1.3.4
Pendapatan Lainnya
338.600.000,00
0,00
0,00
1.3.5
Dana Kapitasi JKN
0,00
0,00
0,00
1.3.6
Hibah
0,00
1.250.000.000,00
1.250.000.000,00
1.3.7
Dana Desa
0,00
45.245.426.000,00
45.245.426.000,00
No
Sumber: DPKAD dan BAPPEDA (Data Diolah), 2015
Sampai saat ini, sumber dana pembangunan APBD Kabupaten Mamasa
secara rata-rata masih didominasi oleh sumber Dana Perimbangan serta Lainlain Pendapatan Daerah yang Sah, sementara kemampuan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) hanya memberikan kontribusi yang tidak terlalu signifikan
terhadap pendapatan.
Untuk
tahun
2016,
Pendapatan
diproyeksikan
mencapai
Rp.
825.950.923.732,00 atau terdapat peningkatan pendapatan daerah sebesar
40,65 persen dibandingkan dengan realisasi pada Tahun Anggaran 2014.
3.2.2 Arah Kebijakan Belanja Daerah
Penggunaan Belanja Daerah yang meliputi Belanja Langsung maupun Belanja
Tidak Langsung dalam APBD ditujukan dalam rangka mendanai pelaksanaan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang terdiri dari
Urusan Wajib, Urusan Pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bagian
atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah. Kebijakan belanja daerah
Tahun Anggaran 2016 diarahkan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang
proporsional, efisien, dan efektif, upaya tersebut antara lain adalah:
1)
Memenuhi pelaksanaan program unggulan yang merupakan program
prioritas dalam pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun;
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-15
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
2)
Memenuhi pelaksanaan program prioritas daerah lainnya sesuai dengan
urusan pemerintahan yang harus dilaksanakan;
3)
Mengakomodir semaksimal mungkin program pembangunan yang dijaring
melalui aspirasi masyarakat dalam Musrenbang;
4)
Memenuhi pelaksanaan program yang bersifat pemenuhan standar
pelayanan minimal dan operasional;
5)
Melaksanakan program-program yang bersifat mengikat seperti halnya
dukungan pencapaian target pembangunan, pemenuhan ketentuan
perundang-undangan (anggaran pendidikan lebih dari 20 persen), serta
pendampingan program-program pemerintah pusat;
6)
Meningkatkan pelayanan masyarakat dari tingkat
Desa/Kelurahan,
Kecamatan, hingga Kabupaten;
7)
Pemberdayaan budaya lokal dan destinasi pariwisata;
8)
Menyesuaikan gaji pegawai sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Berdasarkan hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendapatan daerah
dan realisasi serta proyeksi pendapatan daerah, arah kebijakan yang terkait
dengan belanja daerah, selanjutnya dituangkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.4
Realisasi dan Proyeksi Target Belanja Tahun 2014 s/d 2016
No
Uraian
Realisasi Tahun
Anggaran 2014
Proyeksi pada
Perubahan APBD
Tahun Anggaran
2015
Proyeksi Tahun
Anggaran 2016
2
BELANJA
555.437.704.254,00
856.171.694.654,00
851.870.071.196,90
2.1
Belanja Tidak
Langsung
297.317.630.905,00
371.615.049.704,00
424.150.274.996,90
2.1.1
Belanja Pegawai
248.377.502.016,00
301.462.528.210,00
330.683.487.283,00
2.1.2
Belanja Hibah
6.492.797.940,00
9.580.000.000,00
9.580.000.000,00
2.1.3
Belanja Bantuan Sosial
17.533.903.922,00
7.047.000.000,00
5.000.000.000,00
2.1.4
Belanja Bagi Hasil
kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota
dan Pemerintah Desa
0,00
0,00
0,00
2.1.5
Belanja Bantuan
Keuangan kepada
Pemerintah Desa
20.121.800.000,00
50.997.275.494,00
73.886.787.713,90
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-16
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
2.1.6
Belanja Tidak Terduga
4.791.627.027,00
2.528.246.000,00
5.000.000.000,00
2.2
Belanja Langsung
258.120.073.349,00
484.556.644.950,00
427.719.796.200,00
2.2.1
Belanja Pegawai
12.775.132.800,00
18.580.573.724,00
12.831.593.886,00
2.2.2
Belanja Barang dan Jasa
140.683.592.128,00
143.438.991.313,00
128.315.938.860,00
2.2.3
Belanja Modal
104.661.348.421,00
322.537.079.913,00
286.572.263.454,00
Sumber: DPKAD dan BAPPEDA (Data Diolah), 2015
3.2.3 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
Kebijakan pembiayaan terhadap kebutuhan pembangunan daerah yang
semakin meningkat akan berimplikasi pada kemungkinan terjadinya defisit
anggaran. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi, sehingga
defisit anggaran tersebut dapat ditanggulangi antara lain melalui:
1)
Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA); Pencairan Dana
Cadangan;
Hasil
Penjualan
Kekayaan
Daerah
yang
Dipisahkan;
Penerimaan Pinjaman Daerah; Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman;
dan Penerimaan Piutang Daerah.
Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah tahun 2016, meliputi:
 Sisa Lebih Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA) dipergunakan
sebagai sumber penerimaan APBD tahun berikutnya dan rata-rata
SiLPA akan diupayakan seminimal mungkin dengan melaksanakan
perencanaan dan pelaksanaan anggaran secara konsisten.
2)
Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Pengeluaran Pembiayaan Daerah adalah pengeluaran yang akan diterima
kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada
tahun-tahun
anggaran
Cadangan;
Penyertaan
berikutnya,
Modal
mencakup:
(Investasi)
Pembentukan
Pemerintah
Dana
Daerah;
Pembayaran Pokok Utang; dan Pemberian Pinjaman Daerah.
Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah tahun 2016, meliputi:
 Pengeluaran pembiayaan direncanakan untuk pembayaran pokok
utang yang jatuh tempo dan penyiapan dana persiapan Pemilukada
Provinsi Sulawesi Barat;
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
III-17
PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA
 Penyertaan modal (investasi) daerah terhadap BUMD dibarengi
dengan
revitalisasi
dan
restrukturisasi
kinerja
BUMD
dan
pendayagunaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dalam rangka
efisiensi pengeluaran pembiayaan termasuk kajian terhadap kelayakan
BUMD.
Hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber penerimaan pembiayaan daerah
dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah
dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah
disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.5
Realisasi dan Proyeksi Target Pembiayaan Daerah Tahun 2014 s/d 2016
No
Uraian
Realisasi Tahun
Anggaran 2014
Proyeksi pada
Perubahan APBD
Tahun Anggaran
2015
Proyeksi Tahun
Anggaran 2016
3
PEMBIAYAAN
DAERAH
(4.468.864.571,00)
20.957.968.654,00
24.669.147.464,90
3.1
Penerimaan
Pembiayaan Daerah
16.719.652.065,00
22.612.623.000,00
25.669.147.464,90
3.1.1
Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun
Anggaran Sebelumnya
16.719.152.065,00
22.612.623.000,00
25.669.147.464,90
3.1.2
Penerimaan Kembali
Pemberian Pinjaman
500.000,00
0,00
0,00
3.2
Pengeluaran
Pembiayaan Daerah
21.188.516.636,00
1.654.654.346,00
1.000.000.000,00
3.2.1
Penyertaan Modal
(Investasi) Pemerintah
Daerah
500.000.000,00
1.000.000.000,00
1.000.000.000,00
3.2.2
Pembayaran Pokok
Utang
20.688.516.636,00
654.654.346,00
0,00
Sumber: DPKAD dan BAPPEDA (Data Diolah), 2015
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)
TAHUN 2016
Download