III-1 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Rancangan kerangka ekonomi daerah dan kebijakan keuangan daerah pada RKPD 2016 memberikan gambaran kondisi ekonomi makro daerah serta tantangan dan prospek perekonomian daerah tahun 2016, kebijakan yang akan ditempuh berkaitan dengan pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dalam rangka pencapaian agenda pembangunan tahun 2016. Pembangunan ekonomi tahun 2016 merupakan bagian yang integral dari proses yang berkelanjutan untuk mencapai tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat hal ini dapat terwujud bila pertumbuhan ekonomi berlangsung secara berkelanjutan dan hasil dari peningkatan kegiatan perekonomian tersebut dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara berkeadilan. 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik perekonomian daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kabupaten Mamasa sesuai dengan RPJMD Kabupaten Mamasa 2014-2018. 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011-2013 Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan pengukuran atas nilai tambah yang mampu diciptakan akibat adanya berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu daerah. Secara keseluruhan pencapaian kinerja PDRB Kabupaten Mamasa selama tahun 2011-2013 yang diukur atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan Rp. 317,23 Milyar dari Rp. 1,37 Trilyun pada tahun 2011 menjadi Rp. 1,69 Trilyun pada tahun 2013 (angka sangat sementara). Keadaan ini menggambarkan perkembangan yang cukup signifikan dari nilai produk barang yang dihasilkan di Kabupaten Mamasa selama tahun 2011-2013, kendati demikian perkembangan tersebut belum dapat dijadikan sebagai indikator dari peningkatan volumen produk barang atau jasa di wilayah Kabupaten Mamasa, karena pada PDRB yang dihitung atas dasar harga berlaku masih terkandung inflasi yang sangat mempengaruhi harga barang/jasa secara umum. Sedangkan untuk menganalisis perkembangan dari volume produk barang/jasa umumnya digunakan PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan. PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan selama tahun 2011- RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-2 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA 2013 meningkat Rp. 80,49 Milyar dari Rp. 657,18 Milyar pada tahun 2011 menjadi Rp. 737,68 Milyar pada tahun 2013 (angka sangat sementara). Kondisi tersebut merupakan indikasi volume produk barang/jasa secara umum mengalami peningkatan atau perekonomian Kabupaten Mamasa secara makro berkembang positif selama tahun 2011-2013. Tabel 3.1 Perkembangan PDRB atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Kabupaten Mamasa PDRB atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah) PDRB atas Dasar Harga Konstan (Juta Rupiah) Sektor 2011 2012 **) 2013 **) 2011 2012 **) 2013 **) PRIMER 968.780,34 1.073.087,64 1.184.356,90 458.841,84 491.174,47 516.423,48 Pertanian 704.021,47 762.362,51 835.192,52 359.787,88 378.658,90 394.535,72 Jasa-Jasa 264.758,87 310.725,13 349.164,38 99.053,96 112.515,57 121.887,76 SEKUNDER 250.075,62 287.292,22 321.983,05 119.172,64 125.946,13 133.402,58 85.463,14 98.427,99 111.057,38 40.815,75 43.144,17 46.013,53 143.522,90 166.033,06 185.820,43 64.858,29 68.516,69 72.434,50 21.089,58 22.831,17 25.105,24 13.498,60 14.285,27 14.954,55 154.854,10 167.041,53 184.623,99 79.175,31 83.556,76 87.856,51 7.911,41 9.275,94 10.204,09 4.400,49 5.102,10 5.542,99 64.484,28 68.753,51 73.233,35 37.602,21 39.080,35 40.252,05 4.083,34 4.422,59 5.324,89 1.902,82 2.010,01 2.196,05 78.375,07 84.589,49 95.861,66 35.269,79 37.364,30 39.865,42 1.373.710,05 1.527.421,37 1.690.963,93 657.189,80 700.677,36 737.682,57 Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Restoran, dan Hotel Angkutan/Komunikasi TERSIER Pertambangan/Galian Industri Listrik, Gas, dan Air Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan PDRB Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Mamasa, Mamasa dalam Angka Tahun 2014, 277-278 Sampai dengan tahun 2013, sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan dalam menggerakkan perekonomian daerah dengan kontribusi nilai tambah terhadap PDRB mencapai 49,39 persen (angka sangat sementara). Tingginya RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-3 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Mamasa tidak lepas dari beberapa keunggulan komparatif, seperti kondisi tanah yang relatif subur dan cocok untuk beragam komoditi pertanian dan jumlah penduduk yang juga relatif besar. Disamping pertanian, sektor yang memiliki kontribusi cukup dominan pada tahun 2013 adalah sektor jasa-jasa dengan kontribusi terhadap nilai tambah PDRB mencapai 20,65 persen (angka sangat sementara). Kondisi tersebut tidak terlepas dari tingginya kontribusi subsektor jasa pemerintahan, jasa swasta, jasa perseorangan, serta jasa hiburan dan rekreasi. Sementara itu peranan sektor perdagangan, restoran dan hotel dengan kontribusi terhadap nilai tambah PDRB mencapai 10,99 persen (angka sangat sementara). Kondisi tersebut merupakan indikasi dari peningkatan volume barang/jasa yang diperdagangkan di wilayah Kabupaten Mamasa. Tingginya peranan sektor perdagangan terhadap perekonomian didominasi oleh sumbangan dari subsektor perdagangan besar dan eceran yang diikuti peranan subsektor hotel dan restoran. Pada dasarnya, subsektor hotel dan restoran di Kabupaten Mamasa masih memiliki potensi untuk dikembangkan lebih jauh, karena banyak lokasi pariwisata di Mamasa yang dapat dikembangkan untuk skala regional bahkan nasional. 3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 dan 2016 Tantangan dan prospek perekonomian Kabupaten Mamasa, tentunya akan banyak dipengaruhi oleh tantangan dan prospek pada tataran global, nasional, maupun lingkungan regional Sulawesi Barat. a. Tantangan dan Prospek Perekonomian secara Global dan Nasional Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2015, melalui situs resmi Bank Dunia (www.worldbank.org) pertumbuhan ekonomi global berada di kisaran 3,0 persen. Adapun pada 2016 ekonomi global diprediksi meningkat menjadi 3,3 persen. Pertumbuhan ekonomi global yang cenderung melambat ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain perdagangan global yang masih lemah, kemungkinan guncangan pada pasar finansial seiring dengan naiknya suku bunga pada beberapa negara-negara maju, menurunnya harga minyak mentah dunia, dan periode deflasi di beberapa negara Eropa dan Jepang yang kemungkinan berlangsung lama. Sementara itu, perkembangan perekonomian nasional pun mengalami dampak yang cukup besar terhadap melambatnya perekonomian global. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan mengeluarkan asumsi makro RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-4 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA ekonomi nasional tahun 2016 dipatok sebesar 5,8-6,2 persen dengan inflasi berada pada kisaran 3-5 persen. Faktor-faktor yang bisa dikembangkan oleh Indonesia dalam menghadapi masa depan di antaranya adalah bonus demografi. Sebanyak lebih dari 50 persen populasi Indonesia adalah generasi muda usia produktif antara 1454 tahun. Diperkirakan selama 20 tahun ke depan, demografi tersebut akan bertahan dengan sebagian masyarakat berusia produktif. Sumber daya alam dan energi yang dimiliki oleh Indonesia juga menjadi faktor yang dapat dikembangkan di masa depan. Seperti diketahui, kekayaan energi baik fosil maupun energi terbarukan di Indonesia sangat besar potensinya. b. Tantangan dan Prospek Perekonomian secara Regional Sulawesi Barat Perekonomian Sulawesi Barat baik secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh keadaan yang berkembang saat ini dan yang akan datang, perkembangan lingkungan perekonomian sangat dipengaruhi oleh kebijakan perekonomian internasional (global), nasional maupun regional Sulawesi Barat. 1) Tantangan Pembangunan Menjaga stabilitas nilai tukar dan stabilitas harga Memperbaiki kualitas pelayanan birokrasi Penciptaan lapangan kerja yang dapat menampung angkatan kerja di Sulawesi Barat Peningkatan cakupan layanan infrastruktur (jalan, jembatan, dan irigasi) guna akses mobilisasi barang dan jasa serta peningkatan produksi tanaman pangan Daya saing produk unggulan daerah yang masih rendah Penciptaan keterkaitan pembangunan perkotaan dan perdesaan 2) Prospek Perekonomian Sulawesi Barat memiliki lahan pertanian yang cukup luas, dengan jumlah petani yang cukup banyak Sulawesi Barat memiliki sumber daya alam sumber energi alternatif yang cukup banyak c. Tantangan dan Prospek Perekonomian Kabupaten Mamasa Memperhatikan kondisi dan dinamika perekonomian global, nasional, maupun Sulawesi Barat serta proyeksi perkembangan ekonomi daerah tahun 2016, dengan memperhatikan kondisi tersebut maka isu-isu RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-5 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA strategis pembangunan di Kabupaten Mamasa berdasarkan dinamika regional/lokal serta internasional/nasional adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Isu-Isu Strategis Dinamika Regional/Lokal serta Internasional/Nasional ISU-ISU STRATEGIS TANTANGAN PELUANG DINAMIKA REGIONAL/LOKAL Pemetaan Wilayah Komoditas dan Pengembangan Komoditas Unggulan Peningkatan Produksi Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Perikanan Belum adanya perwilayahan komoditas Belum maksimalnya produksi komoditas unggulan maupun komoditas lainnya karena belum dapat diketahui secara tepat potensi masing-masing wilayah untuk pengembangan komoditas yang sesuai Pewilayahan komoditas diharapkan dapat memaksimalkan produksi komoditas unggulan daerah seperti kopi dan kakao, sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan mampu bersaing dengan daerah lain Peningkatan produksi sektor pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan dimaksudkan untuk memenuhi ketersediaan pangan bagi masyarakat Mamasa dalam jangka panjang dan menciptakan kemandirian sektor pertanian, serta menghindari ketergantungan kepada daerah lain RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-6 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA ISU-ISU STRATEGIS TANTANGAN PELUANG Pengembangan dan Peningkatan Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan pada tahun 2012 mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan tahun sebelumnya Sektor industri pengolahan di Kabupaten Mamasa hanya diwakili oleh subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga, belum ada subsektor industri besar dan sedang Peningkatan Kualitas SDM Aparatur SDM aparatur di Kabupaten Mamasa masih belum optimal dalam mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah Peningkatan SDM Masyarakat Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia yang terlihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Komponen dari IPM terdiri dari Indeks Kesehatan, Indeks Pendidikan dan Indeks Paritas Daya Beli IPM Kabupaten Mamasa pada tahun 2013 adalah 72,56 Perhatian yang serius terhadap tumbuhkembangnya industri kecil dan kerajinan rumah tangga akan memacu produktivitas dan penyediaan lapangan pekerjaan Pengembangan dan peningkatan industri pengolahan diharapkan akan menghasilkan nilai tambah/kualitas bagi produk yang dihasilkan, sehingga meningkatkan nilai/harga produk dan pada masa mendatang industri pengolahan diharapkan menjadi salah satu pondasi perekonomian di Kabupaten Mamasa Peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan yang berkelanjutan melalui pemberian beasiswa/bantuan tugas belajar, pendidikan dan pelatihan, kursus-kursus diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dan kinerja aparatur Peningkatan disiplin aparatur melalui pemberian reward dan punishment bagi pegawai melalui penanganan kasus-kasus pelanggaran disiplin dan pemberian penghargaan bagi pegawai yang berprestasi Pelaksanaan seleksi penerimaan CPNS yang baik dan alokasi pegawai sesuai kebutuhan daerah akan mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan Berdasarkan kriteria UNDP, nilai IPM Kabupaten Mamasa pada tahun 2013 tergolong IPM Menengah. Ketiga komponen IPM tersebut masih perlu mendapat perhatian, terlebih pada komponen Indeks Pendidikan dan Indeks Paritas Daya Beli yang nilainya lebih rendah daripada nilai Indeks Provinsi Sulawesi Barat RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-7 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA ISU-ISU STRATEGIS Kualitas dan Aksessibilitas Pendidikan TANTANGAN Sektor pendidikan merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas utama dalam pembangunan Kabupaten Mamasa karena pendidikan merupakan unsur utama dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia. PELUANG Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai, penyelenggaraan pendidikan dengan biaya terjangkau dan peningkatan kompetensi tenaga pengajar diharapkan dapat memajukan dunia pendidikan Kabupaten Mamasa Dilihat dari angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Mamasa pada tahun 2012 yaitu 7,19 tahun, menunjukkan bahwa secara rata-rata penduduk Kabupaten Mamasa baru menyelesaikan pendidikan pada tingkat SD atau SMP tahun pertama. Angka ratarata lama sekolah ini menunjukkan bahwa Kabupaten Mamasa belum memenuhi Program Wajib Belajar Sembilan Tahun Pelayanan Kesehatan Tata Kelola Pemerintahan Pada tahun 2013 tercatat di Kabupaten Mamasa hanya terdapat 1 (satu) Rumah Sakit Umum Daerah dan 1 (satu) Rumah Sakit Swasta. Jumlah dokter yang ada di fasilitas/sarana pelayanan kesehatan tercatat berjumlah 16 orang, dengan komposisi 14 dokter umum dan 2 dokter gigi dan tidak adanya tenaga dokter spesialis Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan, penyediaan tenaga medis dan non medis sesuai kebutuhan, peningkatan kompetensi tenaga medis dan non medis, penyediaan biaya pendukung kesehatan dan pembebasan biaya pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin diharapkan dapat meningkatkan pemerataan pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Mamasa Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien akan berdampak pada ketidakpuasan masyarakat. Penyelenggaraan pemerintahan dipandang berhasil ketika mampu memberikan pelayanan publik yang optimal dan memuaskan masyarakat Dalam hal perizinan, implementasi one stop service diharapkan dapat mempercepat waktu pengurusan, menghemat biaya dan tenaga dalam rangka penyederhanaan perizinan. Efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel dapat dicapai dengan penerapan prinsip good governance dan clean government yang ke depannya diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan sehingga dapat memenuhi harapan masyarakat RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-8 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA ISU-ISU STRATEGIS TANTANGAN Kemandirian Ekonomi Salah satu tantangan masa depan bagi Kabupaten Mamasa adalah kemandirian ekonomi. Kemandirian ekonomi berarti kemandirian Pemerintah Daerah dan masyarakat dalam sektor perekonomian yang didukung oleh tangguhnya ekonomi masyarakat, yang dapat dilakukan melalui peningkatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah, Jaringan Transportasi, serta Jalan dan Jembatan yang Belum Memadai Banyaknya kondisi jalan yang rusak di Kabupaten Mamasa, serta jembatan dan jaringan irigasi yang kurang memadai akan mengurangi produktivitas dan menghambat akses distribusi. Belum terbangunnya secara menyeluruh jaringan transportasi antar wilayah sebagai penunjang kemajuan perekonomian daerah, ditambah lagi belum optimalnya sarana dan prasarana perdagangan dan belum meratanya ketersediaan pasar akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi PELUANG Dengan melakukan revitalisasi pertanian, perkebunan, dan perikanan secara terintegrasi dengan aspek-aspek ekonomi lainnya diharapkan akan tercipta kemandirian ekonomi Sarana dan Prasarana Komunikasi dan Informasi Belum Maksimal Pengelolaan teknologi informasi dan komunikasi di Kabupaten Mamasa masih belum maksimal. Keterbatasan sarana internet dan minimnya sarana komunikasi dan informasi lainnya dapat menghambat kemajuan daerah Adanya informasi yang up to date akan memberikan pemahaman bagi masyarakat dan akan meningkatkan pengetahuan masyarakat Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi peningkatan kualitas manusia yang pada akhirnya akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamasa RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-9 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA ISU-ISU STRATEGIS TANTANGAN PELUANG Potensi Sumber Daya Alam, Pengelolaan dan Pemeliharaannya Pemanfaatan sumber daya alam harus dikelola dan dilakukan pemeliharaan dengan baik serta perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan agar tidak hanya kesejahteraan yang merata bagi masyarakat saja yang tercapai namun juga tercipta keadilan antar generasi Kabupaten Mamasa merupakan daerah potensial pada sektor pertanian yang meliputi subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Sektor pertanian telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan PDRB Kabupaten Mamasa. Selain sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian yang diwakili oleh penggalian tambang Golongan C juga memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan PDRB. Selain itu terdapat pula potensi adanya pertambangan mineral logam yaitu: emas, perak, tembaga, timbal, zinc, ferrum, dan mangan. Hal ini menunjukkan besarnya potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Kabupaten Mamasa. Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan Sumber air minum merupakan indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan keluarga. Air bersih adalah sumber air minum yang berasal dari ledeng, pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, dan air kemasan. Menurut data BPS tahun 2013 rumah tangga Kabupaten Mamasa yang menggunakan sumber air bersih untuk memasak adalah sebanyak 22.463 rumah tangga atau 65,06% dari total rumah tangga. Data BPS tahun 2013, jumlah rumah tangga pengguna fasilitas buang air besar bersama sebanyak 5.434 rumah tangga atau 15,74%, jumlah rumah tangga pengguna fasilitas buang air besar umum sebanyak 4.612 rumah tangga atau 13,36%, jumlah rumah tangga pengguna fasilitas buang air besar sendiri sebanyak 13.164 rumah tangga atau 38,13, dan jumlah rumah tangga yang tidak menggunakan fasilitas buang air besar sebanyak 11.314 rumah tangga atau 32,77%. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kualitas layanan air minum dan sanitasi lingkungan masyarakat. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-10 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA ISU-ISU STRATEGIS TANTANGAN PELUANG Sumber Daya Energi Masih terbatasnya energi listrik dalam menunjang seluruh aktivitas, baik untuk rumah tangga dan industri maupun perkantoran. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Mamasa belum mendapatkan suplai energi listrik dari PLN. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan energi terutama energi listrik di Kabupaten Mamasa saat ini maka Pemerintah Daerah berupaya memfokuskan pengembangan kepada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) atau turbin untuk desa-desa yang belum terjangkau aliran listrik dari PLN. Pemanfaatan dan pengembangan energi baru terbarukan melalui PLTMH atau alternatif lain seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) memang sangat dibutuhkan untuk memenuhi pasokan listrik di Kabupaten Mamasa. Mitigasi Bencana Tingginya curah hujan di Kabupaten Mamasa serta ditambah oleh banyaknya penebangan liar di dalam kawasan hutan menyebabkan tingginya potensi bencana banjir. Struktur tanah di hampir seluruh wilayah Kabupaten Mamasa yang tergolong sangat labil ditambah dengan tingginya curah hujan menjadikan Mamasa sangat rawan terhadap bencana longsor. Wilayah Kabupaten Mamasa yang memiliki luas hutan yang cukup besar sangat berpotensi terjadinya kebakaran hutan. Wilayah Kabupaten Mamasa juga tergolong daerah yang rawan terhadap bencana angin topan atau puting beliung. Hal ini menunjukkan perlunya keseriusan Pemerintah Daerah untuk melakukan mitigasi bencana pada daerah-daerah rawan bencana. Pertumbuhan Penduduk dan Persebarannya Jumlah penduduk Kabupaten Mamasa bertambah dari tahun ke tahun, namun pertambahan jumlah penduduk setiap tahun tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Perbedaan distribusi penduduk setiap kecamatan dengan persentase luas wilayah mengakibatkan kepadatan penduduk setiap kecamatan juga berbeda-beda. Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pembangunan. Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila Pemerintah Daerah tidak dapat memecahkan masalah kependudukan seperti besarnya jumlah penduduk dan tidak meratanya penyebaran penduduk. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-11 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA ISU-ISU STRATEGIS Pusat Destinasi Pariwisata TANTANGAN PELUANG Kondisi yang ada adalah masih belum memadainya sarana dan prasarana penunjang akses pariwisata. Kabupaten Mamasa juga belum memiliki ikon wisata unggulan dan paket destinasi yang mantap. Hal ini menunjukkan masih kurangnya perhatian untuk pengembangan daerah-daerah yang memiliki potensi pariwisata serta masih kurangnya promosi pariwisata baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu tantangan masa depan adalah Kabupaten Mamasa menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang paling diminati baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Ke depan diharapkan Kabupaten Mamasa akan memiliki objek wisata unggulan yang menjadi ikon daerah, serta objek wisata tradisional/potensial lainnya yang tertata, sehingga akan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing daerah. DINAMIKA INTERNASIONAL/NASIONAL Kesepakatan antara Seluruh Negara ASEAN untuk Mewujudkan Integrasi Ekonomi yang Lebih Nyata melalui ASEAN Economic Community (AEC) pada Tahun 2015 Global Warming (Pemanasan Global) Peningkatan suhu rata-rata permukiman di bumi akibat efek rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti perambahan hutan dan illegal logging, pembakaran bahan bakar fosil, dan sebagainya Konsekuensi dari diterapkannya AEC, maka setiap daerah termasuk Kabupaten Mamasa harus meningkatkan daya saing daerah terutama dalam hal peningkatan efisiensi, efektivitas, dan kualitas produksi komoditas unggulan; Kesamaan produk/keunggulan komparatif di sektor pertanian dan perkebunan sehingga perlu strategi peningkatan nilai tambah bagi produk ekspor sehingga mempunyai karakteristik tersendiri; Meningkatkan kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi termasuk promosi pemasaran dan lobby. Tantangan yang dihadapi Kabupaten Mamasa adalah tingginya degradasi hutan akibat illegal logging, kebakaran hutan dan lahan, pembukaan lahan permukiman baru dengan cara menebang pohon. Komoditas unggulan Kabupaten Mamasa yaitu kopi dan kakao merupakan dua di antara sepuluh komoditi unggulan ekspor dunia yang potensial untuk semakin ditingkatkan; Peningkatan kualitas produksi komoditas unggulan daerah, peningkatan industri pengolahan yang dapat menghasilkan dan meningkatkan nilai tambah bagi produk yang dihasilkan; Peluang bagi terciptanya iklim investasi melalui pemanfaatan program kerjasama regional terutama dalam melancarkan program perbaikan infrastruktur; Kabupaten Mamasa sebagai destinasi wisata dengan karakteristik adat dan budaya memungkinkan untuk pengembangan sektor jasa prioritas yaitu pariwisata. 65 persen wilayah Kabupaten Mamasa merupakan kawasan hutan yang terdiri atas hutan lindung dan hutan produksi sehingga berpotensi dalam mengurangi karbondioksida di udara dengan melakukan penanaman pohon atau penghutanan kembali lahanlahan hutan yang kritis. Sumber: RPJMD Kabupaten Mamasa 2014-2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-12 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA 3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah Dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah, pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penyusunan arah kebijakan keuangan daerah secara umum mengacu pada ketentuan perundangundangan, antara lain Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Perbendaharaan Undang-Undang Negara, Nomor Undang-Undang 1 Tahun Nomor 32 2004 tentang Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah serta Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk setiap Tahun Anggaran yang diatur melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri. 3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan Otonomi daerah dan desentralisasi berimplikasi pada semakin luasnya kewenangan daerah untuk mengatur dan mengelola pendapatan daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka secara bertahap terus dilakukan upaya meningkatkan mengoptimalkan kemandirian seluruh potensi pendapatan pendapatan yang daerah dengan dimiliki. Sumber pendapatan daerah terdiri dari: 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi: Peningkatan pelayanan pajak dan retribusi kepada masyarakat; Peningkatan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi daerah; Intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah; Operasionalisasi, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi Daerah; Memberikan insentif/bonus dan penghargaan kepada SKPD yang berhasil mencapai atau melampaui target, dan menjatuhkan sanksi kepada SKPD yang tidak berhasil mencapai target penerimaan pendapatan daerah secara optimal dalam satu tahun anggaran; Optimalisasi upaya penerimaan Pajak Bumi Perkotaan/Perdesaan. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 dan Bangunan III-13 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA 2) Dana Perimbangan, yang meliputi: Peningkatan koordinasi antara instansi pengelola pajak pemerintah dan pajak daerah; Peningkatan koordinasi dengan Kementerian yang mengelola Dana Alokasi Khusus (DAK); Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. 3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, yang meliputi: Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya; Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus; Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya; Pendapatan Lainnya; Dana Kapitasi JKN; Hibah; Dana Desa. Tabel 3.3 Realisasi dan Proyeksi Target Pendapatan Tahun 2014 s/d 2016 No Uraian 1 PENDAPATAN 1.1 Pendapatan Asli Daerah 1.1.1 1.1.2 Pendapatan Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Realisasi Tahun Anggaran 2014 Proyeksi pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015 Proyeksi Tahun Anggaran 2016 587.234.093.727,00 840.253.142.732,00 827.200.923.732,00 15.447.710.513,00 15.056.185.000,00 15.314.000.000,00 1.924.011.431,00 2.830.000.000,00 2.830.000.000,00 1.463.749.637,00 2.216.000.000,00 1.100.000.000,00 1.1.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 2.293.626.073,00 2.500.000.000,00 3.200.000.000,00 1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 9.766.323.372,00 7.510.185.000,00 8.184.000.000,00 1.2 Dana Perimbangan 517.528.922.845,00 708.740.919.796,00 708.740.919.796,00 1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 13.596.453.102,00 19.399.889.796,00 19.399.889.796,00 1.2.2 Dana Alokasi Umum (DAU) 428.106.209.743,00 468.897.770.000,00 468.897.770.000,00 1.2.3 Dana Alokasi Khusus (DAK) 75.826.260.000,00 220.443.260.000,00 220.443.260.000,00 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-14 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA Uraian Realisasi Tahun Anggaran 2014 Proyeksi pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015 Proyeksi Tahun Anggaran 2016 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 54.257.460.369,00 116.456.037.936,00 103.146.003.936,00 1.3.1 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya 5.418.277.369,00 8.430.430.936,00 8.430.430.936,00 1.3.2 Dana Penyesuian dan Otonomi Khusus 48.500.583.000,00 48.220.147.000,00 48.220.147.000,00 1.3.3 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya 0,00 13.310.034.000,00 0,00 1.3.4 Pendapatan Lainnya 338.600.000,00 0,00 0,00 1.3.5 Dana Kapitasi JKN 0,00 0,00 0,00 1.3.6 Hibah 0,00 1.250.000.000,00 1.250.000.000,00 1.3.7 Dana Desa 0,00 45.245.426.000,00 45.245.426.000,00 No Sumber: DPKAD dan BAPPEDA (Data Diolah), 2015 Sampai saat ini, sumber dana pembangunan APBD Kabupaten Mamasa secara rata-rata masih didominasi oleh sumber Dana Perimbangan serta Lainlain Pendapatan Daerah yang Sah, sementara kemampuan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hanya memberikan kontribusi yang tidak terlalu signifikan terhadap pendapatan. Untuk tahun 2016, Pendapatan diproyeksikan mencapai Rp. 825.950.923.732,00 atau terdapat peningkatan pendapatan daerah sebesar 40,65 persen dibandingkan dengan realisasi pada Tahun Anggaran 2014. 3.2.2 Arah Kebijakan Belanja Daerah Penggunaan Belanja Daerah yang meliputi Belanja Langsung maupun Belanja Tidak Langsung dalam APBD ditujukan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten yang terdiri dari Urusan Wajib, Urusan Pilihan, dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah. Kebijakan belanja daerah Tahun Anggaran 2016 diarahkan dengan pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien, dan efektif, upaya tersebut antara lain adalah: 1) Memenuhi pelaksanaan program unggulan yang merupakan program prioritas dalam pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun; RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-15 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA 2) Memenuhi pelaksanaan program prioritas daerah lainnya sesuai dengan urusan pemerintahan yang harus dilaksanakan; 3) Mengakomodir semaksimal mungkin program pembangunan yang dijaring melalui aspirasi masyarakat dalam Musrenbang; 4) Memenuhi pelaksanaan program yang bersifat pemenuhan standar pelayanan minimal dan operasional; 5) Melaksanakan program-program yang bersifat mengikat seperti halnya dukungan pencapaian target pembangunan, pemenuhan ketentuan perundang-undangan (anggaran pendidikan lebih dari 20 persen), serta pendampingan program-program pemerintah pusat; 6) Meningkatkan pelayanan masyarakat dari tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, hingga Kabupaten; 7) Pemberdayaan budaya lokal dan destinasi pariwisata; 8) Menyesuaikan gaji pegawai sesuai dengan kebijakan pemerintah. Berdasarkan hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber pendapatan daerah dan realisasi serta proyeksi pendapatan daerah, arah kebijakan yang terkait dengan belanja daerah, selanjutnya dituangkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3.4 Realisasi dan Proyeksi Target Belanja Tahun 2014 s/d 2016 No Uraian Realisasi Tahun Anggaran 2014 Proyeksi pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015 Proyeksi Tahun Anggaran 2016 2 BELANJA 555.437.704.254,00 856.171.694.654,00 851.870.071.196,90 2.1 Belanja Tidak Langsung 297.317.630.905,00 371.615.049.704,00 424.150.274.996,90 2.1.1 Belanja Pegawai 248.377.502.016,00 301.462.528.210,00 330.683.487.283,00 2.1.2 Belanja Hibah 6.492.797.940,00 9.580.000.000,00 9.580.000.000,00 2.1.3 Belanja Bantuan Sosial 17.533.903.922,00 7.047.000.000,00 5.000.000.000,00 2.1.4 Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 0,00 0,00 0,00 2.1.5 Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa 20.121.800.000,00 50.997.275.494,00 73.886.787.713,90 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-16 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA 2.1.6 Belanja Tidak Terduga 4.791.627.027,00 2.528.246.000,00 5.000.000.000,00 2.2 Belanja Langsung 258.120.073.349,00 484.556.644.950,00 427.719.796.200,00 2.2.1 Belanja Pegawai 12.775.132.800,00 18.580.573.724,00 12.831.593.886,00 2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 140.683.592.128,00 143.438.991.313,00 128.315.938.860,00 2.2.3 Belanja Modal 104.661.348.421,00 322.537.079.913,00 286.572.263.454,00 Sumber: DPKAD dan BAPPEDA (Data Diolah), 2015 3.2.3 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah Kebijakan pembiayaan terhadap kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat akan berimplikasi pada kemungkinan terjadinya defisit anggaran. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi, sehingga defisit anggaran tersebut dapat ditanggulangi antara lain melalui: 1) Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya (SiLPA); Pencairan Dana Cadangan; Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; Penerimaan Pinjaman Daerah; Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman; dan Penerimaan Piutang Daerah. Kebijakan Penerimaan Pembiayaan Daerah tahun 2016, meliputi: Sisa Lebih Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA) dipergunakan sebagai sumber penerimaan APBD tahun berikutnya dan rata-rata SiLPA akan diupayakan seminimal mungkin dengan melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan anggaran secara konsisten. 2) Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Pengeluaran Pembiayaan Daerah adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran Cadangan; Penyertaan berikutnya, Modal mencakup: (Investasi) Pembentukan Pemerintah Dana Daerah; Pembayaran Pokok Utang; dan Pemberian Pinjaman Daerah. Kebijakan Pengeluaran Pembiayaan Daerah tahun 2016, meliputi: Pengeluaran pembiayaan direncanakan untuk pembayaran pokok utang yang jatuh tempo dan penyiapan dana persiapan Pemilukada Provinsi Sulawesi Barat; RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016 III-17 PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA Penyertaan modal (investasi) daerah terhadap BUMD dibarengi dengan revitalisasi dan restrukturisasi kinerja BUMD dan pendayagunaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dalam rangka efisiensi pengeluaran pembiayaan termasuk kajian terhadap kelayakan BUMD. Hasil analisis dan perkiraan sumber-sumber penerimaan pembiayaan daerah dan realisasi serta proyeksi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan daerah dalam rangka perumusan arah kebijakan pengelolaan pembiayaan daerah disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 3.5 Realisasi dan Proyeksi Target Pembiayaan Daerah Tahun 2014 s/d 2016 No Uraian Realisasi Tahun Anggaran 2014 Proyeksi pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015 Proyeksi Tahun Anggaran 2016 3 PEMBIAYAAN DAERAH (4.468.864.571,00) 20.957.968.654,00 24.669.147.464,90 3.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 16.719.652.065,00 22.612.623.000,00 25.669.147.464,90 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 16.719.152.065,00 22.612.623.000,00 25.669.147.464,90 3.1.2 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 500.000,00 0,00 0,00 3.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 21.188.516.636,00 1.654.654.346,00 1.000.000.000,00 3.2.1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 500.000.000,00 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 3.2.2 Pembayaran Pokok Utang 20.688.516.636,00 654.654.346,00 0,00 Sumber: DPKAD dan BAPPEDA (Data Diolah), 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2016