PRAKATA Puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha

advertisement
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkah
dan karunia-Nya yang menjadi sumber kekuatan dalam mengerjakan tesis ini, yang
selalu ada dan pada akhirnya memberikan keindahan pada waktunya. Penelitian ini
merupakan suatu akhir dari perjalanan menyelesaikan studi Magister Teknik
Arsitektur oleh peneliti sebagai kunci untuk perjalanan dan sebagai rangkaian
kegiatan penelitian arsitektur yang terkait dengan aspek permukiman, manusia, ruang
dan waktu, maka bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik dari lingkungan
kampus maupun di luar kampus, yang hadir seperti air yang dengan keberadaannya
proses penelitian tesis ini dapat diselesaikan.
Terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Budi Prayitno, M. Eng sebagai
pembimbing akademis saya yang telah memberikan masukan untuk saya mengambil
tema tentang fasade bangunan sekaligus sebagai pembimbing utama dan Bapak Ir.
Adi Utomo Hatmoko, M.Arch selaku pembimbing pendamping yang telah begitu
sabar
memberi
dorongan
meyakinkan
langkah
penulis,
membimbing
dan
mengarahkan selama proses penelitian hingga penyusunan dalam tesis ini. Banyak
hal baru dalam mendesain bangunan yang saya dapatkan dari teori-teori yang ada
pada tesis ini dan mempengaruhi saya mendesain akhir-akhir ini.
Terima kasih kepada Bapak Ir. Ikaputra, M.Eng, Ph.D dan Bapak M. Sani
Roychansyah, ST, M.Eng, D.Eng selaku dosen penguji dan telah memberikan
arahan dan masukan dalam menyempurnakan tesis ini menuju seminar utama.
V
Terima Kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Ir. Bakti Setiawan, M.A.,
Ph.D selaku ketua jurusan Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada Jogjakarta,
juga penulis ucapkan terima kasih kepada yang terhormat Prof. Ir. Achmad
Djunaedi, M.U.P., Ph.D selaku ketua prodi S2/ S3 Magister Teknik Arsitektur
Universitas Gadjah Mada Jogjakarta.
Terima kasih kepada para akademisi pengajar dosen-dosen Magister
Teknik Arsitektur selama kuliah yang memberikan banyak teori-teori dan arahan
dalam menjadi seorang peneliti dan desainer arsitektur.
Terima Kasih penulis ucapkan untuk staf pengajaran Pak Hartono, Mas
Budi, Mbak Lusi dan Mbak Ratri dengan bantuan dan informasi-informasi selama
masa perkuliahan hingga sampai menuju arahan-arahan kepada wisuda.
Kepada pihak-pihak dari warga dan masyarakat sekitar Kampung Cina
Malabero Bengkulu yang sudah memberikan informasinya demi mendapatkan data
untuk menyelesaikan penelitian ini.
Terima kasih kepada keluarga tercinta Mama Dra. Hj. Kosma Heryati, Sip,
M.Kes dan Papa Drs. H. A. Salim, MM yang untuk semangat dan kasih cinta dan
sayangnya dengan kepercayaan yang diberikan untuk ananda. Adik-adikku Bertho
Yudhi Perdana, SE, dr. Venty Anggarini dan Venny Anggarina, SH yang saling
memberikan dukungan dan semangat hingga terselesainya menuju seminar utama.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan untuk teman-teman angkatan 2010
Magister Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada : Sugi, Rangga, Anggoro,
Tedjo, Deni, Lino, Miguel, Lukman, Hilmy, Reza, Irwan, Pak Satrio, Pak
Haikal, Ibu Anggia, Ibu Nova, Ibu Soraya, Cinta, Ana dan Hida atas bantuan,
VI
semangat dan doa-doanya sehingga penulis terus mendapat tenaga tambahan dalam
penyusunan tesis ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini belumlah
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran untuk kesempurnaan masih sangat terbuka
dan diharapkan. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis
maupun pihak lain.
Yogyakarta, Maret 2014
Anggi Yudha Pratama
VII
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pada hakekatnya diketahui bahwa tidak ada sesuatu yang tetap di dunia ini.
Dalam perjalanan sejarah manusia, sebagian besar dari kepercayaan-kepercayaan,
kebiasaaan, adat-adat yang ada pada suatu tempat dalam lingkungan kemasyarakatan
terus berkembang dan seringkali mengalami perbaikan-perbaikan. Termasuk juga
dalam perkembangan bagian-bagian dari suatu karya Arsitektural baik suatu
bangunan tunggal ataupun suatu karya dari permukiman urban.
Rumah toko adalah salah satu jenis bangunan arsitektur vernakular yang
seringkali terlihat di perkotaan Asia Tenggara. Rumah toko sebagian besar dua atau
tiga lantai, dengan sebuah toko di lantai dasar untuk aktivitas pedagang dan tempat
tinggal di atas toko (Zhu, Jieming, Sim, Loo-Lee, Liu, Xuan, D, 2006). Rumah Toko
adalah perpaduan dari bentuk bangunan ciri pusat historis dari kebanyakan kota-kota
di kawasan Asia Tenggara (Chua, Beng Huat, dan Edwards, Norman, 1992).
Bangunan rumah toko Cina di Indonesia banyak mengalami perubahan dan
perkembangan dibagian wajahnya (fasade) dibanding dengan wajah asli di tempat
asalnya Cina. Awalnya Kondisi geografis di Cina yang menjadi dasarnya. Laut Cina
di selatan, Laut Pasifik di timur, Gurun Gobi di utara, dan Pegunungan Himalaya di
barat. Berangkat dari sini, kita kemudian bisa ditelusuri bagaimana orang-orang Cina
(Tiong hoa) kemudian menerapkan ilmu Feng-Shui pada kondisi geografis di
1
Indonesia yang tentu saja berbeda dengan Cina dan, selanjutnya, pada kondisi-kondisi
mikro rumah dan lanskapnya. (Pratiwo, 2010).
Adanya bencana alam, kebakaran dan kondisi politik yang terjadi di suatu
lingkungan permukiman Pecinan (keturunan Tiong Hoa – Indonesia) bisa menjadi
salah satu penyebab dalam perubahan bangunan di sana. Saat ini di masa sekarang,
perubahan rumah toko Cina di Indonesia banyak disebakan oleh faktor politik dan
kemajuan jaman sehingga menuntut penyesuaian yang lebih baik dan efektif. Sebabsebab di atas tetap bisa menampung kegiatan-kegiatan ekonomi di area dan rumah
toko ini sejak jaman dahulu sehingga diharapkan masih tetap eksis sampai sekarang.
Bagian
fasade
suatu
bangunan
merupakan
elemen
penting
dalam
penyampaian dari fungsi serta makna suatu bangunan. Fasade bangunan juga
menyampaikan suatu masa dari kebudayan di saat bangunan itu berdiri, juga
memberikan semacam identitas dari suatu kelompok atau komunitas kebudayaan.
Krier (2001:122)
Hampir keseluruhan wajah rumah toko Cina Pecinan di kota-kota besar di
Indonesia sebut saja di Glodok, Kota Tua Jakarta Barat, Pasar Baru Jakarta Pusat,
Kampung Cina Surya Kencana Bogor, Kembang Jepun Surabaya, Kampung Cina
Surakarta mengalami perubahan yang kontras dari yang dinamakan urban design
Pecinan biasanya. Di sini rumah toko Cina yang ada mengalami perubahan seperti
banyaknya rumah toko modern biasanya, dan dengan identitasnya yang dari zaman
dahulu sebagai pusat perdagangan menjadi lebih ramai pada masa sekarang
(Handinoto, 1999).
2
Demikian halnya dengan Kota Bengkulu, pada masa lalu merupakan salah
satu pusat tempat lalu lintas perdagangan di Asia Timur pada masa kependudukan
Inggris dan Belanda sehingga memungkinkan banyak perbauran suku di sini.
Diperkirakan selepas terjadinya perjanjian Traktat London yang melibatkan Inggris
dan Belanda tentang kependudukan daerah jajahan mereka di Asia Tenggara tahun
1824 yang mengatur perpindahan jajahan mereka, sejak itulah diperkirakan area
pecinan (Chinesche Kamp) Malabero di Kota Bengkulu mulai berdiri. Tidak ada
catatan resmi yang menceritakan keadaan tersebut namun sejak bergantinya
kekuasaan dari Inggris ke Belanda di Bengkulu selepas Traktat London area disekitar
Benteng Marlborough Bengkulu semakin ramai oleh bangsa asing. (Siddik, 1981)
Gambar 1.1 : Rumah Toko Cina Bengkulu
1890
Sumber : KITLV Leiden, 2010
Gambar 1.2 : Rumah Toko Cina
Bengkulu 2007
Sumber : Simpang Limo, 2011
Sebagaimana area rumah toko Cina yang diceritakan di atas, selaras pada
Pecinan Malabero Kota Bengkulu perubahan juga terjadi pada area ini. Dari
visualisasi yang ada pada saat ini banyak rumah toko-rumah toko yang sudah
ditinggal sementara penghuninya. Dari rumah toko yang ada masih mempertahankan
karakteristik fasade awalnya terutama pada rumah toko sisi utara. Untuk sisi selatan
dikarenakan banyak perubahan yang disebabkan karena bencana dan kebakaran
3
namun tetap mempertahankan karakteristik wajah fasade lamanya (setelah renovasi
gempa).
Awalnya rumah toko Cina di sini ditempati oleh warga-warga Cina (sekarang
keturunan Tiong-Hoa) di Kota Bengkulu yang berasal dari sekitar kota Bengkulu
sendiri, seperti Muara Aman Lebong Utara, Masmambang Seluma, Muara Ketahun
Bengkulu Utara serta dari jambi dan Palembang. Kedatangan Belanda di Kota
Bengkulu membawa warga Cina yang berasal dari Malaka (sekarang Singapura)
untuk kemudian ditempatkan berkelompok satu area di sekitaran Benteng
Marlorough (Chinese-Kamp). Sekarang warga keturunan Tiong Hoa di sini asalnya
sudah tersebar mulai dari Medan, Padang, Jakarta, Palembang, Jambi dan bahkan dari
Cina sendiri (Nuralia, 2004 : 43).
Dari foto-foto Kota Bengkulu tempo dulu Bangunan Rumah toko Cina
Malabero mempunyai karakteristik tampilan fasade seperti rumah toko Cina biasanya
dengan gaya lokal (Cina Selatan) yaitu model atap pelana ke depan serta memiliki
ornamen bangunan tradisonal Cina seperti nok, dinding pembatas dan pintu jendela
terpisah. Selain itu juga di temui gaya lainnya yaitu gaya Belanda (Dutch style)
dengan banyak hiasan dan ornamen pada bagian fasadenya.
Bangunan di sini multifungsi yakni toko di lantai satu dan rumah di lantai
atasnya. Seluruh sisi selatan (dari Jalan D. I. Panjaitan) yang sudah berubah kontras
memiliki tampilan yang hampir selaras dengan rumah toko sisi utara sebelum tahun
1914, namun setelah terjadinya gempa kuat yang melanda Bengkulu pada tahun
tersebut menjadi momentum membuat bangunan rumah toko sisi utara mengalami
rusak parah sehingga direnovasi menghasilkan tampilan fasade yang baru, bertolak
4
belakang dengan tampilan gaya fasade Bangunan Pecinan biasanya. Tampilan yang
ada sampai sekarang terlihat dari perbedaan atapnya dengan gunungan memanjang ke
belakang serta fasade lantai duanya. Model ini diidentifikasi memiliki atap seperti
rumah tradisional melayu Bubungan Panjang (Rumah Panjang) Bengkulu.
Gambar 1.3 : Rumah Toko Cina Malabero 1914
Sumber : Pak Uncu KITLV, 2011
Gambar 1.4 : Rumah Toko Cina Malabero 1918
Sumber : Pak Uncu KITLV, 2011
Rumah toko sisi selatan (sekarang jalan D. I. Panjaitan) mempunyai
karakteristik renovasi antisipasi menimalisir beban pada lantai dua rumah toko.
Dengan mengganti material utama ke kayu di lantai dua juga membuat tampilan baru
dari fasade rumah toko sisi selatan. Atap gunungan, non balkon dan bukaan penuh
merupakan karakteristik umum dari rumah toko sisi seatan tersebut.
Masuk sekitar tahun 1950-an, rumah toko Cina Malabero Bengkulu yang
mempunyai ”dua wajah” pada kedua sisi jalannya (sekarang D.I. Panjaitan)
menggabungkan dua fasade ini pada beberapa rumah toko baik di utara dan selatan.
Yang paling menarik adalah bagian atap yang digabungkan yakni gunungan dan
pelana serta ornamen. Saat ini sisa dari rumah toko tahun 1950-an ini masih dapat
ditemui.
5
Rumah toko sisi selatan adalah antisipasi terhadap gempa bumi, namun tidak
untuk mengantisipasi kebakaran. Dengan sudah dihilangkannya dinding pemisah
setelah direnovasi akibat gempa 1914, deretan rumah toko ini rentan akan kebakaran.
Rumah toko Malabero sisi selatan sangat sering mengalami bencana kebakaran,
terhitung sudah sekitar tiga kali dalam kurun waktu 20 tahun antara tahun 1976
sampai 1996. Tidak adanya lagi gempa kuat sejak tahun 1914 di kota Bengkulu,
membuat para penghuni rumah toko sisi selatan kembali menggunakan material keras
sejak awal tahun 1990-an. Dengan aturan pemerintah Kota Bengkulu yang
menetapkan Kawasan Pecinan Malabero sebagai bangunan bersejarah membuat
perubahan bangunan harus tetap seperti karakteristik sebelumnya (atap gunungan).
Masuk tahun 2000 penambahan kontras bagian belakang bangunan yang
dimanfaatkan sebagai tempat sarang burung walet semakin menghilangkan identitas
bangunan rumah tinggal atau rumah toko di Pecinan Malabero Kota Bengkulu ini.
Lantai bangunan bertambah sampai 1-2 lantai, namun penambahan atap juga
membuat penambahan model atap Bubungan Panjang ditambah di lantai ke-3.
Kondisi ini juga terjadi pada rumah toko di sisi utara tetapi tidak ada tambahan fasade
di atasnya.
Berbeda dengan sisi selatan, rumah toko sisi utara terutama di bagian timur
masih tetap mempertahankan karakteristik aslinya seperti bangunan Bangunan rumah
toko Cina umumnya. Dengan atap pelana, nok Cina, dinding pemisah, serta ornamen
hiasannya. Bagian-bagian yang berubah hanya berkisar pada bukaan bangunan (lantai
satu dan dua), penutup atap yang beralih ke seng besi, dan non balkon. Sedangkan
6
yang sisi baratnya malah hampir mirip mengikuti rumah toko-rumah toko khas di
Kota Bengkulu dengan finishing keramik namun masih dengan tampilan atap pelana.
Gambar 1.5 : Rumah toko Cina Malabero sisi Utara
Sumber : Dokumentasi penulis, 2012
Perubahan suatu elemen Arsitektural bisa diakibatkan oleh berbagai hal.
Koentjaraningrat, 1984. Bahwa bentuk dan pola rumah merupakan konsekuensi yang
wajar atau respon pragmatis terhadap situasi iklim dan lingkungan tempat bangunan
tersebut. Dengan kondisi tanah Bengkulu yang rentan akan Bencana Gempa Bumi
membuat penyesuaian terhadap bangunan yang sudah ada. Sebagai konsekuensinya,
material pun disesuaikan material kayu pada lantai dua. Juga ditambahkan oleh
Rapoport, 1980, faktor sosial budaya merupakan faktor penentu dari perwujudan
arsitektur, sedangkan faktor-faktor lain seperti : iklim, konstruksi, bahan dan
teknologi sebagai faktor pengaruh.
1.2. Pertanyaan Penelitian
Dari latar belakang yang sudah diutarakan di atas, rumah toko Bangunan
Pecinan di Indonesia mengalami perubahan dan perkembangan tampilan fasadenya.
7
Awalnya rumah toko Cina di Jalan D.I. Panjaitan Kota Bengkulu memiliki
karakteristik fasade rumah toko Cina (perkotaan) gaya lokal (dominan). Terjadinya
gempa (1914, 2000, 2007) dan kebakaran (1976, 1988, 1994, 1997) menjadi
momentum perubahan dan perkembangan fasade bangunannya di sisi utara dan
selatan yang mengalami kerusakan sehingga menimbulkan banyaknya tipe yang ada
saat ini. Dengan karakteristiknya adalah atap pelana dan atap gunungan memanjang
ke belakang dan selanjutnya sebagai tempat sarang burung walet dikarenakan
perbedaan waktu, sejarah, material dan teknologi serta kebutuhan dan peran/ fungsi
pada saat bangunan rumah toko disini didirikan dengan pengalaman-pengalamannya
yang telah dilewatinya hingga ke masa sekarang. Bagaimana kita mengenali tipologi
perubahan pada bangunan rumah toko Cina Malabero Kota Bengkulu menjadi
permasalahan pada penelitian ini.
Berdasarkan uraian di atas maka pertanyaan penelitian Tipologi Perubahan
Bangunan Rumah Toko Cina Malabero Jalan D. I. Panjaitan Kota Bengkulu :
1. Seperti apakah karakteristik awal fasade Bangunan rumah toko Cina
Malabero sisi utara (Atap Pelana) dan Selatan (Atap Gunungan)?
2. Seperti apakah tipologi perubahan pada elemen fasade dari Bangunan
Rumah toko Cina Malabero di sisi utara dan selatan yang ada saat ini?
I. 3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh karakteristik
pola fasade rumah toko Cina Malabero (atap pelana dan gunungan), untuk
mengetahui tipologi perubahan yang terjadi pada elemen fasadenya saat ini pada
8
rumah toko Cina yang ada di Jalan D. I. Panjaitan melalui indikator fitur/ elemen
rumah toko Cina Perkotaan.
I. 4. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang area Pecinan di Indonesia cukup banyak saat ini
No
1.
Judul/Tahun
Dhani Mutiari (1996)
Karakteristik keragaman spasial perkampungan cina di surakarta : studi kasus di kampung
pecinan sekitar pasar gedhe surakarta.
Fokus : mengenai keragaman spasial yang bersifat eksternal (kawasan) dan internal (ruang
dalam).
Dhani Mutiari (1996)
Karakteristik Fadase Pecinan Pasar Gede Surakarta
Fokus : mengenai perubahan elemen-elemen fasade arsitektur terhadap pengaruh politik di
Indonesia.
Hasil : tampilan fasad bangunan Pecinan di Pasar Gede sudah berkembang dalam beberepa
variasi karakter yaitu Cina, Tradisional Jawa, Belanda dan modern tetapi filosofi ajaran
filsafat Cina masih nampak
Dhani Mutiari (2010)
Pengaruh Politik Terhadap Arsitektur Rumah Cina
Hasil : Arsitektur rumah atau rumah toko Cina terbentuk melalui dua tahap. Tahap pertama
dipengaruhi oleh filsafat Cina melalui ajarannya yang disebut Feng-Shui dan diapliaksikan
menjadi bentuk arsitektur. Tahap kedua yaitu dipengaruhi oleh faktor politik sebagai upaya
untuk mencapai tujuan
2. Utomo, N.P (2000)
Tipologi Morfologi rumah Toko Pecinan di Yogyakarta : studi kasus di kawasan Pecinan di
Ketandan, Pajeksan dan Kranggan
Fokus : penelitian ini adalah tipologi fasade pada penggal jalan tertentu dan morfologi ruang
dalam bangunan berdasarkan feng-shui, perulangan, simetri-asimetri, kemasifan dan
dominasi.
Hasilnya : elemen struktur bangunan rumah toko Cina, Feng-shui pada ruang dalam rumah
Cina serta tipologi atap, pintu dan jendela.
3. Arsandy Umi Pakilaran (2006)
Transformasi bentuk dan ruang pada rumah toko di kawasan Pecinan Makassar (tahun 19702005).
Fokus : fenomena perubahan bentuk (fasade dan Struktur) dan ruang, untuk menemukan
faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi perubahan fisik dari rumah toko.
Metode yang digunakan adalah pendekatan sinkronik dan diakronik.
Hasilnya : perubahan yang disebabkan karena faktor internal antara lain perubahan tingkat
penghasilan, perubahan struktur keluarga, perubahan pola piker dan status kepemilikan
bangunan. Selain itu ditemukan pula bahwa faktor yang paling berpengaruh tehadap
perubahan fisik dari rumah toko akan mengalami perbedaan di setiap kelas jalan dalam
kawasan.
4. Lia Nuralia, S. sos tahun 2004
Pola Asimilasi Etnis Cina Di Kota Bengkulu 1950-1998.
Fokus : penelitian ini berfokus pada system social, budaya dan kemasyarakatan warga
9
Pecinan di Kota Bengkulu
5. Syam Fitriany Asnur
Perubahan Tipologi Fasade Bangunan Rumah Toko Di Jalan Sumba Opu Makassar
Fokus : Menekankan pengkajian elemen-elemen fasade bangunan untuk mengetahui
perubahan tipologi bentuk fasade bangunan rumah toko di kawasan Jalan Somba Opu
Makassar.
6. Wan hashimah dan wan ismail tahun 2005
The old shophouses as part of malaysian urban heritage: The current dilemma
7. Tze Ling Li tahun 2007
A Study of Ethnic Influence on the Facades of Colonial Shophouses in Singapore: A Case
Study of Telok Ayer in Chinatown
8. Maartenden Teuling tahun 2009
Rebirth of The Malacca Shophouse, a typological research : Traditional Values in a
Contemporary World
Dari semua penelitian yang pernah dilakukan berkaitan dengan fasade
ataupun rumah toko Cina (Shophouse) seperti diuraikan di atas, melakukan
identifikasi fasade bangunan rumah toko Cina dengan memfokuskan pada elemenelemen fasade memang pernah dilakukan. Namun secara spesifik terhadap lokasi
penelitian dan dengan indikator pola fasade yang ada di Rumah Toko Cina Malabero
Bengkulu, belum pernah dilakukan penelitian secara arsitektural di Jalan D.I.
Panjaitan atau Rumah Toko Cina Malabero Kota Bengkulu. Meskipun fokus
penelitian hampir sama (fasade) namun karena lokus penelitian berbeda, sehingga hal
ini bisa memungkinkan menampilkan hasil penelitian yang berbeda pula. Merujuk hal
tersebut, maka keaslian penelitian ini bisa dipertanggungjawabkan.
1.5. Fokus dan Lokasi penelitian
a. Fokus penelitian adalah untuk mengidentifikasi dan memperoleh karakteristik
pola fasade rumah toko Cina Malabero (tahun 1900) dan setelah renovasi
gempa bumi 1914, hingga sekarang untuk mengetahui tipologi perubahan
yang terjadi pada elemen fasadenya saat ini.
10
b. Lokasi penelitian adalah deretan rumah toko Cina Malabero Kota Bengkulu di
kedua sisi dari Jalan D. I. Panjaitan kota lama Bengkulu
I. 6. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yang nanti sekiranya dapat dipergunakan untuk adalah:
a. Penelitian ini diharapkan secara khusus dapat mengetahui karakteristik fasade
dari rumah toko Cina Malabero dari masa awalnya sampai sekarang sehingga
bisa dijadikan patokan ataupun pengetahuan bagi penghuni khususnya dan
masyarakat Bengkulu umumnya mengenai banyaknya tipe dari rumah toko
Cina Malabero saat ini sehingga dapat dikenali dari bangunan asli dan yang
telah banyak berubah..
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar acuan bagi penelitian lanjutan
yang memaparkan tentang bagaimana melestarikan suatu kawasan kota yang
memiliki nilai historis dan ekonomi tinggi, dengan menggunakan pendekatan
karakteristik fasade yang pada akhirnya menghasilkan arahan atau
rekomendasi yang dapat meningkatkan kembali aktivitas perdagangan di area
pecinan kota Bengkulu agar dapat bertahan, serasi dan selaras dengan
lingkungan kegiatan perdagangan pada saat ini.
c. Sebagai masukan bagi pemerintah Kota Bengkulu dalam arahan pelestarian,
penataan dan mempertahankan kawasan area Pecinan Kota Bengkulu sebagai
kawasan historis yang bisa dibanggakan.
11
1.7. Sistematika Penulisan
Penulisan tentang Perubahan dan Perkembangan Bangunan Pecinan Malabero
Kota Bengkulu disusun dalam beberapa bab yang berurutan mulai dari yang
melatarbelakangi penelitian ini sampai kepada kesimpulan yang didapat, secara rinci
sistematika penulisan sebagai berkut:
1. Bab I Pendahuluan meliputi : Latar Belakang Masalah, Rumusan
Permasalahan, Tujuan Penelitian, keaslian penelitian, manfaat penelitian,
sistematika penulisan dan kerangka penelitian.
2. Bab II Tinjauan Tipologi Bangunan, Tinjauan Fasade, elemen fasade tunggal,
fasade rumah toko Cina, Perubahan dan Perkembangan Arsitektural,
3. Bab III metode penelitian meliputi : Lokasi penelitian, fokus penelitian, alat
penelitian, tahapan penelitian dan proses penelitian
4. Bab IV Deskripsi wilayah Penelitian, sejarah dan lokasi
5. Bab V Karakteristik pola fasade awal, Pembagian/ penggal objek penelitian,
analisa variabel ke indikator masing-masing objek, pembahasan analisa
gabungan masing-masing variasi.
6. Bab VI kesimpulan
12
Download