BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran umum perusahaan 4.1.1 Perkembangan Perusahaan PT TATA SURYA berdiri pada tanggal 29 January tahun 1990 dan beralamat di Jl. APT. Pranoto No.06, RT.39 di kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada tahun 1996, PT TATA SURYA mendirikan kantor cabang di kota Samarinda yang beralamat di Jl. KH. Ahmad Dahlan No.75, RT.11. Karena merupakan perusahaan jasa, PT TATA SURYA terdaftar dalam Departemen Perhubungan. Status badan hukum perusahaan adalah berbentuk PT (Perseroan Terbatas) dan berdiri berdasarkan akte notaris dan disertai dengan surat-surat lainnya, seperti: a. SIU-JPT (Surat Izin Usaha Jasa Pengurusan Transportasi) b. SITU (Surat Izin Tempat Usaha) c. TDP (Tanda Daftar Perusahaan) d. NPWP (Nomor Perusahaan Wajib Pajak) PT TATA SURYA adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman muatan kapal laut atau biasa disingkat menjadi EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), yang kegiatannya meliputi: a. Menerima dan membongkar muatan dari kapal (berupa container atau satuan unit seperti mobil, kulkas, dll) lalu mengirimkannya ke tujuan (dalam pulau) sesuai order. b. Mengirimkan barang / muatan dari dalam pulau ke luar pulau melalui kapal laut. 48 Pertama kali beroperasi, perusahaan hanya dijalankan oleh 3 orang yang hanya menghasilkan 5-10 container / muatan yang harus dikirim per-bulannya. dan PT TATA SURYA telah melewati masa krisis sebanyak 2 (dua) kali, dimana PT TATA SURYA mendapat order kerja hanya dengan jumlah yang sedikit, bahkan hampir tidak mendapat order. Masa krisis tersebut terjadi pada tahun 1998 pada saat terjadinya krisis moneter dan inflasi secara besar-besaran, dan pada tahun 2002. Pada saat ini, PT TATA SURYA memperkerjakan 18 orang yang menghasilkan kurang lebih 2000 container / muatan yang harus dikirimkan per-tahunnya. Produk yang dihasilkan PT TATA SURYA adalah jasa pengiriman muatan pelayaran atau kapal laut. Urutan proses workflownya dapat digambarkan sebagai berikut: Berita Pemberangkatan Pencatatan Pengiriman Berita Acara Dan Kwitansi Ke Rekanan Penyelesaian Berita Acara Kedatangan Kapal Bongkar / Muat Muatan Kapal Pembongkaran dan Penyerahan Muatan pada Customers Gambar 4.1 Rencana Pengantaran Sesuai Permintaan Customers Proses Workflow Perusahaan Untuk lebih rinci, work flow perusahaan adalah sebagai berikut: Proses Menerima: - Menerima packing list dari EMKL pengirim (EMKL di kota pengirim), - Menerima BAR (Berita Acara) untuk mengirimkan barang 49 - Menerima BL (Bill of Landing) - Setelah kapal tiba, mengambil DO (Delivery Order) di pelayaran sebagai bukti untuk mengambil muatan dari kapal (syarat BL). - Setelah DO diterima, muatan / container diturunkan - Bongkar muatan (disesuaikan dengan BAR) - Menghubungi Pihak penerima, apakah ia siap / tidak untuk menerima barang - Bila penerima sudah siap untuk menerima barang, maka barang dikirimkan ke tujuan (penerima) - Setelah barang dikirimkan, penerima menanda-tangani BAR penyerahan barang dan stempel - Melanjutkan BAR ke EMKL pengirim sebagai bukti barang telah dikirimkan, disertakan kwitansi penagihan Proses Mengirim - Mengambil barang di pengirim - Memuat barang ke dalam container, atau di packing - Membawa muatan yang sudah di packing / container ke pelayaran - Mengambil RO (Receiving Order) dari pelayaran, syarat untuk menaikkan muatan ke kapal - Setelah RO diterima, menaikkan muatan ke kapal - Setelah 1 hari keberangkatan kapal, mengambil BL (Bill of Landing) di pelayaran - Mengirimkan BL, BAR, dan Lampiran (jika disertakan) ke EMKL tujuan - Setelah EMKL di tujuan selesai mengirimkan barang, menerima BAR telah selesai dikerjakan (barang telah di serahkan kepada penerima) - Meneruskan BAR ke pengirim sebagai bukti barang telah dikirimkan, beserta kwitansi penagihan 50 Apabila terjadi kesalahan dalam proses pengiriman yang diakibatkan oleh perusahaan, maka perusahaan akan bertanggung jawab menanggung kesalahan tersebut. Kesalahan tersebut dapat berupa; barang yang dikirim rusak, jumlah barang yang dikirim berbeda dengan yang tercatat. 4.1.2 Kondisi bisnis perusahaan Modal dasar keuangan PT TATA SURYA adalah bersumber dari modal sendiri dengan kepemilikan saham yang terdiri dari 3 orang pemegang saham. Kondisi perusahaan dalam keadaan sehat, termasuk kondisi keuangan dan permodalan. Penjualan saat ini dan peluang meraih pasar maupun prospek ke depannya diharapkan akan terus berkembang secara signifikan seiring pertumbuhan dari industri terkait, yakni industri jasa transportasi muatan kapal laut atau EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut). Jasa yang ditawarkan PT TATA SURYA adalah jasa transportasi atau pengiriman muatan kapal laut. PT TATA SURYA menawarkan beberapa jenis jasa pengiriman yang dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu; Full Door, Stripping, dan LCL (Less than Container Load). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagai berikut: 1. Full door adalah jenis pengiriman muatan yang dilakukan secara langsung dari pelabuhan ke tujuan. Sesampainya di tujuan, dilakukan pembongkaran muatan (ditelly atau dihitung) dengan tujuan untuk: - Mengetahui apakah jumlah barang yang dikirim sesuai dengan BAR atau tidak, - Mengetahui ada-tidaknya barang yang cacat atau rusak. Proses pengiriman jasa jenis ini dapat digambarkan sebagai berikut: 51 Muatan / Container Container (masih bersegel) tiba di pelabuhan (bersegel) di muat dan diantar ke tujuan Bila jumlah barang sesuai dan tidak ada yang cacat maka proses pengiriman selesai (bersegel) dibuka dan dihitung bersama Gambar 4.2 Container Container (bersegel) tiba di tujuan Bila jumlah barang tidak sesuai dan terdapat barang cacat maka masuk ke proses claim Proses jasa pengiriman Full Door Jenis pengiriman ini yang paling banyak digunakan atau yang lebih dipilih oleh konsumen karena lebih mudah dalam mengurusnya, walaupun harganya atau biayanya lebih mahal. Karena yang diangkut bukan hanya muatannya, melainkan sekalian container-nya yang masih bersegel (belum dibuka). Tetapi ada kelebihan yang ditawarkan, dan kelebihan tersebut adalah: - Resiko kehilangan dapat dikurangi, bahkan ditiadakan karena container dikirim dalam kondisi masih bersegel, dan container tersebut dibuka di gudang penerima, resiko kehilangan yang dapat terjadi hanya terdapat di lokasi gudang, tidak terjadi di pelabuhan atau semasa perjalanan. - Lebih mudah dalam proses perhitungan dan claim barang karena container dibuka dan dihitung bersama oleh pihak perusahaan dan pihak penerima, maka barang yang cacat atau rusak dan barang yang kurang, dapat diketahui bersama. Sehingga proses claim barang mudah dilakukan. 2. Stripping adalah pengiriman dari pelabuhan ke tujuan, dimana muatan / container di bongkar dan di telly (hitung) terlebih dahulu di pelayaran atau pelabuhan, lalu barangbarang dari container tersebut di muatkan ke atas tronton untuk dikirim ke tujuan. 52 Sesampainya di tujuan akan dilakukan telly kembali untuk penyesuaian jumlah barang dan memeriksa ada-tidaknya barang yang cacat. Untuk prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut: Muatan / container (masih bersegel) tiba di pelabuhan Bongkarmuatkan barang ke truk dan dilakukan telly Lapor ke pusat (kantor) Bila terdapat barang cacat atau jumlah barang tidak sesuai Antar barang ke tujuan Baik jumlah sesuai maupun tidak sesuai, asal tidak cacat Bila jumlah barang sesuai dan tak ada barang cacat, maka proses pengiriman selesai Gambar 4.3 Sesampai barang di tujuan dilakukan telly ulang Bila ternyata jumlah barang tidak sesuai atau ada barang cacat maka masuk ke proses claim Proses jasa pengiriman Stripping Untuk proses ini terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain: Kelebihan: - Harga lebih murah - Penerima tidak perlu menyiapkan halaman yang besar untuk tronton beserta container-nya (bila memakai jasa Full Door) Kekurangannya: - Resiko kehilangan dan resiko barang cacat dapat terjadi dimana saja, bisa terjadi di pelabuhan, atau sewaktu pengiriman, serta di tempat tujuan. - Lebih memakan waktu karena 2 kali melakukan telly, dan belum tentu hanya memakai 1 (satu) truk. 53 3. LCL (Less Than Container Load) adalah pengiriman seperti stripping, hanya saja barang yang dikirim tidak dalam jumlah yang besar melainkan berjumlah kecil atau per-satuan, dan tidak menggunakan container, barang hanya di-packing dan dimuat ke kapal. Untuk prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut: Muatan (masih dalam packing) tiba di pelabuhan Bongkar-muat barang ke truk dan dilakukan telly Lapor ke pusat (kantor) Bila terdapat barang cacat atau jumlah barang tidak sesuai Antar barang ke tujuan Baik jumlah sesuai maupun tidak sesuai, asal tidak cacat Bila jumlah barang sesuai dan tak ada barang cacat, maka proses pengiriman selesai Sesampai barang di tujuan dilakukan telly ulang Gambar 4.4 Bila ternyata jumlah barang tidak sesuai atau ada barang cacat maka masuk ke proses claim Proses jasa pengiriman LCL Ada 3 jenis kesalahan yang biasa di-claim, yaitu; barang cacat, barang kurang, dan barang hilang. Tidak semua kesalahan yang terjadi tersebut akan dilimpahkan pada perusahaan. Bila ditemukan barang cacat atau rusak, karena faktor container bocor maka pihak yang disalahkan dan yang harus bertanggung jawab adalah pihak pelayaran (kapal). Tetapi bila barang menjadi cacat karena terjadi kecelakaan sewaktu pengiriman, maka perusahaan yang harus bertanggung jawab kepada klien. Untuk kasus barang kurang atau tidak sesuai, maka harus diselidiki lebih seksama. Bila ternyata jumlah barang sewaktu ditelly (untuk jenis pengiriman Full Door) tidak sesuai, kurang atau lebih, maka pihak yang bertanggung jawab adalah pihak pengirim. Karena 54 salahnya informasi atau perhitungan pihak pengirim sewaktu packing muatan. Untuk proses Stripping dan LCL, bila jumlah barang sewaktu telly awal (di pelabuhan) dan telly akhir (di tujuan / penerima) sesuai, maka kesalahan bukan dari pelayaran atau ekspedisi (PT TATA SURYA), melainkan kesalahan pihak pengirim. Kesalahan seperti barang hilang biasanya terjadi pada proses stripping dan LCL. Bila jumlah barang sewaktu telly awal sudah sesuai (baik dari order maupun jumlah perhitungan dari telly), dan ternyata sewaktu di telly akhir jumlah barang kurang atau tidak sesuai maka perusahaan yang harus bertanggung jawab. Kondisi bisnis PT TATA SURYA dapat diketahui dari analisis SWOT yang terdiri dari 4 elemen, yaitu Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (peluang), dan Threat (ancaman). Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman) - memiliki brand image kualitas jasa yang tinggi Proses kerja yang cepat terjamin Pembayaran yang mudah Pegawai yang terlatih - menjadi salah satu perusahaan EMKL yang besar Gambar 4.5 - tidak memiliki kendaraan (truk / tronton) - harga jual agak mahal - banyaknya pendatang baru yang merusak harga pasaran - berkurangnya pangsa pasar Analisis SWOT pada PT TATA SURYA 55 Untuk lebih jelas, dapat dilihat sebagai berikut: 1. Strength (Kekuatan) PT TATA SURYA dapat bertahan lama dan survive di industri EMKL ini karenakan beberapa hal berikut: - PT TATA SURYA memiliki nama yang cukup dikenal di industri EMKL di kota balikpapan - Tingkat kualitas jasa yang bagus, yakni efektif dan efisien, - Proses kerja yang cepat dan terampil - Pegawai yang terlatih dan berpengalaman - Pembayaran yang mudah dan cepat, tidak ditunda-tunda - Terjamin, perusahaan bertanggung jawab (ganti rugi) bila perusahaan melakukan kesalahan - Menjaga hubungan yang hangat dengan relasi 2. Weakness (Kelemahan) Kelemahan perusahaan yang terbesar adalah tidak adanya fasilitas Kendaraan atau Tronton. Sehingga perusahaan harus menyewa tronton orang lain atau perusahaan lain. Dan hal itu menyebabkan harga jual perusahaan yang ditawarkan menjadi agak mahal, walau harganya masih bersaing di pasaran. Dan hal ini dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan gelap yang bergerak secara perorangan dengan menurunkan harga yang tidak mengikuti ketetapan harga dalam price-list yang disepakati bersama dalam rapat GAFEKSI. Dari GAFEKSI sendiri tidak ada tindakan apa pun, sehingga perusahaan tidak dapat berbuat banyak. 3. Opportunity (Peluang) PT TATA SURYA memiliki peluang untuk menjadi perusahaan EMKL yang besar. Didukung dengan kekuatan-kekuatan yang dimiliki, serta dukungan seperti 56 investasi tronton ini sehingga PT TATA SURYA dapat berkembang seiring perkembangan industri EMKL. 4. Threat (Ancaman) Ancaman terbesar perusahaan datang dari para pendatang baru yang memasuki pasar yang sama dengan PT TATA SURYA. Para pendatang baru rata-rata tidak terdaftar sebagai perusahaan resmi, dengan kata lain yaitu perusahaan gelap. Karena mereka tidak terdaftar, maka tidak ada pajak yang dikenakan, sehingga mereka mampu menurunkan harga jual untuk bersaing. 4.1.3 Struktur organisasi dan uraian pekerjaan Komisaris Managing Director Head Office Supervisor Accounting & Financing Staff Port Supervisor Administration Staff Gambar 4.6 Port Operation Staff Port Operation Staff Port Operation Staff Port Operation Staff Struktur Organisasi PT TATA SURYA Balikpapan Uraian pekerjaan Secara lebih rinci, dijelaskan tugas dan tanggung jawab dari fungsi-fungsi yang ada di organisasi PT TATA SURYA berikut ini: 57 Managing Director - Mengontrol, mengawasi, dan memimpin perusahaan - Membuat kebijakan-kebijakan perusahaan - Menjalin hubungan dengan relasi Head Office Supervisor - Bertanggung jawab akan kelangsungan proses kegiatan di dalam kantor - Bertanggung jawab sebagai penerima klien dan pemberi informasi kepada klien Port Supervisor - Bertanggung jawab tehadap kelangsungan kegiatan di lapangan atau luar kantor - Mengawasi dan mengendalikan proses operasi di lapangan - Membuat laporan kegiatan operasional untuk dilaporkan - Melakukan telly barang (menghitung) - Menurunkan muatan dari kapal - Mengirimkan muatan ke tujuan Accounting and Financial Staff - Membuat laporan-laporan keuangan - Bertanggung jawab akan pemasukan dan pengeluaran perusahaan Administration Staff - Bertanggung jawab akan penerimaan, pencatatan, dan pengiriman BAR - Mengurus surat-surat izin dan berbagai surat lainnya Port Operational Staff - Melakukan telly barang (menghitung) - Menurunkan muatan dari kapal - Mengirimkan muatan ke tujuan 58 4.2 Analisis Studi kelayakan 4.2.1 Aspek Hukum Investasi yang dianalisis adalah investasi pengadaan truk tronton. Untuk pengadaan tronton, perusahaan atau investor hanya memerlukan surat izin kepemilikan truk tronton yang disertakan dengan biaya pajak truk dan biaya KIR truk setiap tahunnya. Karena hal yang akan ditambah atau diadakan adalah sebuah kendaraan truk tronton, bukan mendirikan suatu perusahaan atau usaha lainnya, maka izin yang diperlukan hanya izin kepemilikan kendaraan tersebut saja. Perlu dibahas juga mengenai pajak yang dikenakan dari pemerintah terhadap investasi ini. Tentunya ada tujuan yang dimiliki seseorang atau organisasi untuk membeli tronton, apakah itu untuk keperluan pribadi atau untuk pekerjaan. Karena tronton tersebut dibeli untuk dipakai perusahaan dalam kegiatan operasional, maka tronton tersebut dikenakan pajak setiap tahunnya. Besarnya pajak yang dikenakan tergantung dari jumlah keuntungan yang diperoleh dari tronton tersebut. Perhitungan pajak sesuai dengan Undang-Undang Pajak tahun 2000 Indonesia untuk badan usaha adalah sebagai berikut (Pasal 17, Undang-Undang Pajak tahun 2000): Tabel 4.1 Tarif wajib pajak badan usaha dalam negeri Lapisan penghasilan kena pajak s/d Rp 50 juta diatas Rp 50 juta - Rp 100 juta diatas Rp 100 juta Tarif pajak 10% 15% 30% (Sumber: UU Pajak tahun 2000 pasal 17) Untuk investasi yang berupa pengadaan truk tronton, dimana tronton tersebut dibawah naungan perusahaan alias tidak berdiri sendiri, maka pajak yang dikenakan adalah pajak yang kedua, yaitu pajak bagi badan usaha dalam negeri. 59 4.2.2 Aspek pasar dan pemasaran 4.2.2.1 Aspek Pasar a. Situasi dan kondisi pasar Dalam industri jasa EMKL ini, proses transaksi yang terjadi antara pembeli dan penjual memiliki urutan atau jalur seperti berikut ini: Pengirim Gambar 4.7 EMKL setempat Pelayaran EMKL Di tujuan Penerima / Pemesan Saluran distribusi jasa pengiriman muatan kapal laut Dari skema diatas, PT TATA SURYA merupakan salah satu jembatan yang menghubungkan antara penjual dan pembeli. PT TATA SURYA bisa menjadi EMKL setempat atau EMKL di tujuan, mengirimkan muatan ke luar pulau, menerima muatan dari luar pulau dan mengantarkan ke tujuan sesuai dengan permintaan atau order dari customer. Posisi tronton dari skema diatas ada di 2 tempat yaitu diantara EMKL setempat dengan Pelayaran, karena setelah muatan yang akan dikirim setelah di-packing atau dimuat ke dalam container. Container di kirim ke pelabuhan yang kemudian dikirimkan ke tujuan, dan untuk itu diperlukan tronton untuk mengantarkan muatan dari pengirim ke pelabuhan. Dan yang kedua yaitu diantara EMKL di tujuan dengan penerima, karena setelah muatan atau container tiba di pelabuhan perlu dikirim ke tujuan, dan untuk itu diperlukan kendaraan seperti tronton sebagai alat transportasi muatan. Oleh sebab itu tronton sangat diperlukan dalam industri ini. Bila digambarkan dapat dilihat sebagai berikut: 60 Pengirim Gambar 4.8 EMKL setempat Tronton Pelayaran Penerima / Pemesan Tronton EMKL Di tujuan Saluran distribusi jasa pengiriman muatan kapal laut bila melibatkan tronton Kegiatan transaksi yang terjadi di dalam industri ini kebanyakan melalui media komunikasi, jarang ditemukan pembeli dan penjual melakukan transaksi dengan bertatap muka. Begitu pula PT TATA SURYA dengan mitra kerjanya (EMKL lain), kebanyakan kegiatan transaksi yang terjadi melalui media komunikasi. Hal ini dikarenakan berbedanya posisi kedua belah pihak, yaitu berbeda kota dan berbeda pulau. Sehingga lebih mudah bagi mereka untuk berhubungan melalui media komunikasi, karena lebih hemat waktu dan biaya. Kegiatan kerja PT TATA SURYA berlangsung di pelayaran atau pelabuhan, dimana dalam pelabuhan ini terdapat pihak-pihak yang terdaftar sebagai anggota pengguna pelabuhan yang berhak untuk memasuki area pelabuhan bagian muatan, yang lebih dikenal dengan nama GAFEKSI (Gabungan Forwarder dan Ekspedisi Indonesia). Kebijakan-kebijakan yang berlaku di pelabuhan ditentukan dalam rapat GAFEKSI. Jadi dapat dikatakan, GAFEKSI adalah suatu organisasi yang mengatur dan bertanggung jawab akan kelangsungan kegiatan kerja di dalam pelabuhan bagian muatan kapal. Dan hanya pihak-pihak yang terdaftar sebagai anggota GAFEKSI yang boleh memasuki area ini. Namun yang terjadi pada saat ini, GAFEKSI di Balikpapan tidak melindungi perusahaan-perusahaan resmi yang terdaftar pajak. Sehingga banyak perusahaan-perusahan tidak resmi atau perusahaan gelap baik berupa organisasi ataupun perorangan bebas memasuki area pelabuhan dan diperbolehkan untuk ikut berbisnis di dalamnya. Hal ini 61 menyebabkan tingkat persaingan di industri EMKL ini meningkat. Karena kegiatan transaksi dilakukan melalui media komunikasi, maka perusahaan-perusahaan dalam industri ini sulit untuk mengetahui siapa saja yang menjadi pesaing mereka. Tingkat persaingan PT TATA SURYA dengan perusahaan sejenis lainnya menjadi meningkat sejak munculnya perusahaan-perusahaan sejenis yang tidak terdaftar secara resmi yang berusaha merebut klien ataupun customer perusahaan dengan mengacaukan harga. Sedangkan persaingan yang terjadi antara PT TATA SURYA dengan perusahaan sejenis lainnya yang resmi terdaftar, relatif rendah bahkan hampir tidak ada karena masingmasing sudah memiliki pangsa pasar sendiri dan sangat beretika bisnis. Berbeda dengan para pendatang baru yang tidak terdaftar sebagai perusahaan resmi sehingga mereka tidak terkena pajak penghasilan yang dikenakan oleh pemerintah, dan hal itu Membuat mereka menawarkan harga yang lebih rendah. Dalam menghadapi lingkungan persaingan pasar yang ada, maka PT TATA SURYA melakukan beberapa penerapan strategi pemasaran. Strategi utama PT TATA SURYA adalah: berorientasi pada pelayanan dan kepuasan pelanggan. Adapun keunggulan perusahaan dari perusahaan pesaing lainnya terletak dalam hal: - Kualitas pelayanan yang lebih baik - Lokasi yang strategis, terletak didaerah keramaian kota serta dekat dengan pelabuhan - Sistem pembayaran yang cepat, tidak tertunda-tunda 62 b. Analisis permintaan pasar Ditahun-tahun terakhir, rata-rata permintaan terhadap produk jasa transportasi muatan kapal laut adalah sekitar 21,600 unit per tahunnya. Kebanyakan klien perusahaan memilih untuk memakai jasa Full Door karena lebih praktis. Oleh karena itu investasi tronton ini memang dibutuhkan bila perusahaan ingin mengembangkan usaha atau bisnis dan mendapatkan keuntungan yang lebih. Satu buah tronton dapat mengantar 3 unit container per hari. Dan jumlah tersebut sudah maksimal. Untuk pengantaran 1 unit container membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Dan jam kerja di pelabuhan adalah jam 08.00 – 12.00, dan 13.00 – 17.00, bila ditotal 8 jam kerja. Dari jam kerja yang ada memungkinkan untuk tronton mengantar 3 unit container dalam 1 harinya. jadi jumlah maksimal container yang dapat diantar dalam 1 (satu) harinya adalah 3 (tiga) unit. Bila 1 bulan dihitung 20 hari kerja, maka dalam satu tahun, jumlah maksimal container yang dapat diantar satu tronton adalah sebanyak 720 unit container. Karena tronton yang akan di investasikan berada dibawah naungan perusahaan, maka secara otomatis tronton akan mendapat order kerja dari perusahaan, sehingga jumlah permintaan terhadap jasa transportasi tronton tersebut dapat menjadi maksimal. Dan hal ini dapat terjadi secara terus-menerus, dengan catatan bahwa tronton tidak mengalami kerusakan atau kecelakaan yang menyebabkan tronton tersebut tidak dapat beroperasi. 4.2.2.2 Aspek Pemasaran Untuk aspek pemasaran dapat dilihat dari segi bauran pemasaran atau strategi marketing mix. Adapun 8P Bauran Pemasaran Jasa yang dilakukan oleh perusahaan, antara lain: 1. Product Produk yang diperdagangkan PT TATA SURYA merupakan jasa transpotasi muatan kapal laut. Dimana barang yang di kirimkan berupa container, dengan kata lain 63 jenis jasa Full Door, karena yang diantar merupakan container yang masih bersegel, atau belum terbuka. Dan container tersebut beraneka ragam beratnya. Umumnya jenis container terbagi 2, yaitu container 20 feet dan 40 feet. Yang membedakannya yaitu panjang dan beratnya. Container 20 feet atau 20 kaki, sekitar 12 meter untuk panjangnya dan memiliki berat sekitar 2 ton, bila berisi muatan berat container berkisar antara 8 ton hingga 16 ton. Untuk container 40 feet panjang dan beratnya 2 kali lipat dari container 20 feet. Dan biasanya untuk mengangkut container 40 feet diperlukan tronton yang memiliki bak sepanjang 24-25 meter. Dan tronton jenis ini masih dilarang untuk digunakan di kota karena dapat menyebabkan kemacetan lalu-lintas, sehingga jenis container ini tidak digunakan. Tronton yang akan diinvestasikan merupakan tronton yang memuat container 20 feet. Karena muatan yang diantar merupakan container, sehingga jenis jasa yang dilayani adalah jenis jasa Full Door. 2. Price Penentuan harga merupakan salah satu hal yang penting untuk dipertimbangkan oleh perusahaan dalam pembuatan keputusan, dimana harga yang ditetapkan oleh perusahaan tersebut harus dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan atau bahkan lebih untuk memperoleh laba. PT TATA SURYA menggunakan sistem pengawasan mutu dan standar perusahaan berdasarkan price list, dimana keseluruhan harga yang ditetapkan disesuaikan dengan market price yang telah ditetapkan dalam rapat GAFEKSI. Dimana harga-harga yang ditetapkan oleh GAFEKSI dibicarakan dan disetujui bersama didalam rapat anggota GAFEKSI, dan harga tersebut tidak merugikan pembeli dan penjual. Adapun daftar harga sewa tronton selama 5 tahun terakhir yang ditetapkan dalam rapat anggota GAFEKSI, yaitu: 64 Tabel 4.2 Tabel harga sewa tronton untuk jasa transportasi muatan kapal laut Tahun Harga transportasi ( per unit ) 2002 2003 2004 2005 2006 Rp Rp Rp Rp Rp 375,000 450,000 517,500 550,000 650,000 (sumber: PT. TATA SURYA) 3. Place Mengenai lokasi, PT TATA SURYA berada di lokasi yang strategis, terletak di daerah pusat kota yang banyak dilalui orang sehingga mudah ditemukan. Selain itu, daerah tersebut tidak terlalu jauh dari pelabuhan, sehingga perusahaan dapat sedikit menghemat waktu dan biaya dalam kegiatan operasi. Saluran distribusi yang dilakukan PT TATA SURYA sampai saat ini adalah distribusi secara langsung kepada customer dalam kota bila merupakan kegiatan pengiriman dalam satu pulau. Karena customer dapat menyaksikan operasi atau terlibat secara langsung. Untuk kegiatan pengiriman keluar pulau, saluran distribusi yang dilakukan PT TATA SURYA adalah secara tidak langsung kepada customer yaitu melalui mitra kerja yang berada diluar pulau tersebut. 4. Promotion Agar jasa PT TATA SURYA dapat dan lebih dikenal oleh customer lama maupun baru, diadakan promosi dengan memasang iklan di beberapa media, seperti Koran, dan yellow-pages. Untuk promosi diadakannya tronton disamakan dengan promosi jasa divisi laut. Hal ini dikarenakan hampir semua pemain baik customer maupun pesaing mendapat informasi mengenai industrin EMKL melalui media-media yang disebutkan diatas. 65 Jadi supaya tronton yang akan diinvestasikan PT TATA SURYA dapat lebih cepat dikenal oleh pasar, maka promosi yang dilakukan diletakkan pada media iklan yang sama dengan divisi laut. 5. People Karena dalam industri jasa ini yang terpenting adalah ketepatan waktu dan kecepatan kerja yang membuahkan hasil yang memuaskan, orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan merupakan salah satu faktor yang penting. Image perusahaan dinilai oleh klien melalui pegawai perusahaan yang melayani klien. Bila pegawai perusahaan tidak terlihat meyakinkan atau tidak disenangi oleh klien karena beberapa hal, seperti dari penampilan dan profesionalitas kerja mereka. Disini perusahaan memprioritaskan kejujuran dan kedisiplinan, termasuk dalam berpakaian. Hal ini berlaku untuk semua pegawai perusahaan, termasuk sopir dan kernet. sehingga mereka dapat memberikan image yang baik bagi perusahaan. Jadi dalam hal ini, orang-orang yang akan digunakan dalam pengadaan tronton ini ada 5 orang. Yaitu: Manajer, Supervisor, Administration staff, Accounting & Financial Staff, Sopir, dan Kernet. Dimana untuk manajer adalah pemimpin dari perusahaan, sementara untuk supervisor, Administration staff, Accounting & Financial Staff memakaistaff divisi laut. Hal ini dikarenakan masih barunya divisi tronton atau divisi darat ini. Sehingga masih memungkinkan untuk memakai orang lama, karena pekerjaannya tidak terlalu banyak, masih dapat ditangani oleh beberapa orang. Dan hal ini dilakukan untuk penghematan biaya. Sementara untuk sopir dan kernet terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu untuk sopir harus memiliki SIM B dan mempunyai pengalaman membawa tronton, disiplin dan bersifat jujur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada aspek manajemen dan organisasi. 66 6. Physical Evidence Yang dibicarakan dalam physical evidence adalah bukti fisik dari produk perusahaan. Karena produk perusahaan yang akan diinvestasikan ini adalah berupa jasa transportasi. Maka sebelum melihat dan mencobai produk jasa perusahaan, seorang costumer baru tidak akan mengetahui produk perusahaan. Untuk itu customer baru akan mempunyai keinginan untuk melihat kondisi perusahaan terlebih dahulu, untuk mengetahui seberapa besar tingkat keyakinan dan kepercayaan yang dapat diberikan oleh produk perusahaan kepada customer. Untuk PT TATA SURYA, dimana produk yang ditawarkan berupa jasa transportasi muatan yang menggunakan tronton sebagai pengangkutnya, sehingga tronton tersebutlah yang menjadi bukti fisik yang dilihat oleh para customer. Dimana yang dinilai oleh customer adalah performance dari tronton tersebut baik dari penampilan luar dan dalam atau kondisi mesin, maupun kualitas jasa yang diberikan. Oleh karena itu, bagi customer baru yang datang meninjau lapangan akan melihat langsung tronton perusahaan yang digunakan untuk menghasilkan produk perusahaan yang menyediakan jasa transportasi container. Sehingga ada bukti fisik yang jelas dari produk yang ditawarkan perusahaan kepada customer. 7. Process Untuk alur proses kegiatan pangantaran dapat dlihat pada gambar berikut: 67 Lapor pada Manajer untuk konfirmasi Setelah mendapat konfirmasi dan izin, tronton jalan ke container berada Menerima telpon / order Bagian administrasi dan bagian accounting dan financial untuk pencatatan Gambar 4.9 Tronton mengangkut dan mengantar muatan ke tujuan (konsumen) Setelah selesai antar dan bongkar, sopir mendapat BAR yang telah dicap tanda muatan sudah diantar dan sudah diterima oleh konsumen Mengembalikan BAR pada bagian administrasi untuk oencatatan Mengantar kembali container ke tempat semula atau pelabuhan Proses pengantaran muatan dengan tronton Setelah mendapat order dari klien bahwa ada barang yang akan dikirim atau diantar, maka bagian admisi mencatat order sebagai BAR dan memberikan BAR tersebut kepada sopir. Bila terdapat negosiasi dari klien, maka hal ini dikonfirmasikan terlebih dahulu dengan atasan atau manajer. Bila Head Office Supervisor atau manajer setuju, maka perintah kerja dapat diberikan pada sopir. Setelah mendapat konfirmasi dan izin, tronton bergerak menuju ke tempat muatan berada untuk diangkut dan dikirim ke tujuan. Setelah container diantar ke tujuan, container akan dibuka untuk melakukan bongkar muatan dan memasukannya ke dalam gudang, bila konsumen memilikinya. Setelah selesai dibongkar, maka dilakukan telly untuk mengecek kebenaran dan kesesuaian jumlah barang dengan BAR. Setelah selesai, klien akan mencap dan menanda-tangani BAR sebagai tanda muatan telah selesai di antar dan sudah diterima oleh klien. Sesudah itu container harus dikembalikan ke pelabuhan, karena container-container tersebut adalah milik pelayaran. 68 Setelah container dikembalikan, tronton kembali ke pangkalan atau stand-by di pelabuhan untuk order berikutnya. 8. Customer Service Dalam sektor jasa, layanan pelanggan dapat diartikan sebagai kualitas total jasa yang dipersepsikan oleh pelanggan. Oleh sebab itu tanggung jawab atas unsur bauran pemasaran ini tidak bisa diisolasi hanya pada departemen layanan pelanggan tetapi menjadi perhatian dan tanggung jawab semua personel produksi, baik yang dipekerjakan oleh organisasi jasa maupun oleh pemasok. Untuk investasi pengadaan tronton ini, dibagian customer service berhubungan dengan pelayanan kepada customer sewaktu mereka mengorder produk jasa tronton, dan sewaktu customer complant mengenai barang, biasanya keterlambatan pengantaran, serta sewaktu customer ingin bertanya-tanya mengenai produk dan negosiasi harga. Strategi yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan perusahaan adalah dengan memberikan pelayanan yang terbaik dan menjalin hubungan yang hangat dengan customer dan mitra kerja. Sehingga PT TATA SURYA tidak hanya dapat dikenal melalui iklan dalam media-media tetapi juga dapat di publikasikan secara Word of mouth oleh customer. Dalam hal ini, untuk bagian tronton untuk sementara masih tergabung dengan divisi laut, dimana head office supervisor dan administration staff yang sudah berpengalaman dalam memberikan pelayanan atau service yang bagus dalam melayani customer. 69 4.2.3 Aspek Teknis Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah masalah penentuan lokasi, luas produksi dan kapasitas produksi, tata letak, kemudahan proses produksi, dan metode persediaan yang akan digunakan. Untuk investasi ini yang berupa pengadaan tronton, masalah-masalah yang terkait dalam masalah penentuan lokasi dan tata letak yang menjadi pertimbangan yang cukup penting adalah mengenai parkir tronton di malam hari atau setelah kegiatan operasional dan keamanannya. Lalu yang kedua adalah masalah mengenai lokasi dan kemudahan proses produksi, serta teknologi dan metode pesediaan yang digunakan, dan yang terakhir adalah masalah kapasitas produksi dan kemudahan produksinya. Untuk lebih rincinya, dapat dijelaskan sebagai berikut: 4.2.3.1 Masalah parkir dan keamanan Masalah dimana parkir tronton di malam hari dan keamanannya menjadi penting untuk dipertimbangkan. Karena sebuah tronton setelah jam kerja atau setelah kegiatan operasional memerlukan tempat parkir yang aman, agar tidak dicungkil oleh orang-orang iseng atau pencuri. Tidak mungkin tronton diparkir dipinggir jalan begitu saja, tidak ada jaminan tronton tersebut tidak akan dicungkil orang di malam hari. Perlu adanya lokasi tempat parkir yang jelas dan aman bagi tronton tersebut, sehingga resiko pencurian dapat diminimalisasi atau dapat dikurangi. Untuk hal ini, PT TATA SURYA sudah memiliki tempat parkir yang sesuai untuk tronton, beserta keamanannya. PT TATA SURYA memiliki halaman didepan kantor yang sebagian besar dari halaman tersebut tidak terpakai, dimana halaman tersebut berada di dalam pagar kantor PT TATA SURYA. Dan tempat tersebut dapat digunakan untuk parkir tronton yang akan diinvestasikan, dimana luas halaman tersebut cukup untuk 2 buah tronton. 70 Untuk masalah keamanan, dapat diatasi dengan menambah bayaran jaga malam perusahaan kepada satpam kompleks tersebut yang biasa berkeliling di malam hari untuk menjaga keamanan kompleks. Hal membayar satpam untuk jaga malam ini sudah dilakukan oleh PT TATA SURYA dari dulu, dan sudah terbukti keamanannya. Tidak adanya hal-hal yang tidak diinginkan seperti pencurian, dan sebagainya. Oleh karena itu, masalah keamanan parkir untuk saat ini dapat dikatakan lancar atau tidak ada masalah. 4.2.3.2 Masalah lokasi Berikutnya mengenai masalah mengenai lokasi dan kemudahan proses produksi, serta teknologi dan metode pesediaan yang digunakan. Mengenai lokasi, PT TATA SURYA memiliki tempat yang cukup strategis. Dimana PT TATA SURYA berada di daerah pusat kota yang dilalui banyak orang, ditambah kantor PT TATA SURYA terlihat dengan jelas apabila melewati jalan atau daerah tersebut, dengan kata lain kantor PT TATA SURYA mudah dicapai dan mudah diketahui. Lalu lokasi PT TATA SURYA tidak jauh dari pelayaran atau pelabuhan. Dimana sebagian besar kegiatan operasional perusahaan berada di pelabuhan. Sehingga perusahaan dapat mengurangi biaya transportasi dalam operasional. Hal ini juga merupakan salah satu penyebab lokasi perusahaan menjadi strategis. Selanjutnya mengenai metode persediaan. Untuk investasi ini, hal yang terkait adalah persediaan solar dan mesin atau tronton cadangan alias pengganti. Karena hanya mengadakan 1 (satu) buah tronton, sehingga tidak terdapat tronton pengganti. Perusahaan harus memakai jasa truk tronton perusahaan lain. Walau harga atau biaya yang dikeluarkan sama, tetapi perusahaan tidak mendapat keuntungan seperti halnya bila memakai tronton sendiri. 71 Lalu mengenai persediaan solar, tronton diperkirakan melakukan isi solar 2 (dua) kali dalam seminggu, karena tronton dipakai setiap hari. Serta dapat saja perusahaan menyediakan persediaan solar di kantor untuk jaga-jaga bila terjadi kekurangan solar. 4.2.3.3 Masalah kapasitas produksi dan kemudahan produksi Seperti yang dijelaskan didepan, tronton ini dalam 1 (satu) harinya mampu dan maksimal mengangkut 3 unit container dalam kondisi tronton tidak pernah mengalami kerusakan sehingga tidak dapat beroperasi. Walaupun terkadang dalam 1-2 hari perusahaan tidak mendapat order pengiriman muatan, tetapi disaat itu belum tentu perusahaan lain juga mengalami hal yang sama, yaitu tidak mendapat order. Maka, walau perusahaan tidak mendapat order sehingga tronton pun tidak mendapat order kerja, asalkan tronton selalu stand-by di pelabuhan di masa itu, sudah pasti ada penyewa tronton yang beniat untuk menyewa tronton perusahaan, sehingga tronton akan mendapat order kerja. Sehingga dapat dikatakan tronton akan selalu mendapat permintaan kerja. Memang selain tronton perusahaan, tentu ada tronton perusahaan lain. Tetapi tronton perusahaan merupakan bagian dari PT TATA SURYA yang sudah mendapat image di mata klien. Dimana PT TATA SURYA terkenal dengan tingkat kualitas pelayanan yang bagus dan terjamin. Sehingga bila PT TATA SURYA memiliki tronton yang akan disewakan, maka tronton tersebut akan menjadi salah satu prioritas untuk dipakai dalam pengantaran container bagi EMKL-EMKL lain yang menyewa tronton untuk bisnisnya. Asal tronton selalu dirawat dan dijaga, baik dari mesin maupun penampilan tronton seperti warna cat dan kebersihannya selalu dirawat agar selalu terawat, serta tingkat kualitas pelayanan jasa yang diberikan selalu dijaga agar selalu bagus. Maka mau tidak mau, para penyewa tronton di pelabuhan akan melirik tronton perusahaan untuk disewa bila tersedia. Karena selain melihat kondisi mesin yang selalu sehat, ditambah penampilan tronton yang terlihat tidak tua, maka 72 tronton ini akan diminati para penyewa atau para perusahaan EMKL lain yang membutuhkan tronton untuk bisnis mereka. Untuk perhitungan kapasitas produksi jasa transportasi muatan ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Kondisi perkiraan / asumsi Optimis Moderat Pesimis Kapasitas produksi jasa transportasi tronton Permintaan 1 truk dalam 1 hari Permintaan 1 truk dalam 1 bulan Permintaan 1 truk dalam 1 tahun 3 unit 2 unit (container) 1 unit 60 unit 40 unit 20 unit 720 unit 480 unit 240 unit Kapasitas produksi maksimal dalam 1 tahun 720 unit 720 unit 720 unit (sumber: PT. TATA SURYA) Untuk lebih jelasnya: • Asumsi optimis Dalam 1 hari tronton mengantar 3 unit container. Dan jumlah ini sudah dapat dikatakan jumlah maksimal container yang dapat diantar perharinya. Karena dalam 2 shift jam kerja pelabuhan, jam kerja bila dijumlahkan adalah 8 jam kerja. Tronton mampu mengantar 1 unit container dalam 3 jam. Sehingga terdapat waktu lebih 2 jam untuk mengantar container ketiga, dimana biasanya terjadi sewaktu pertengahan shift 1 dan 2, yaitu masa istirahat. Container diantar ke tujuan sewaktu sebelum istirahat, dan sesampai ditujuan container dibongkar setelah istirahat. Jumlah 3 unit container ini sudah dapat dikatakan maksimal dalam 1 harinya. Dan bila jumlah maksimal container yang dapat diantar 1 tronton dalam 1 hari adalah 3 unit container, maka jumlah kapasitas produksi maksimal dalam 1 tahun adalah 720 unit container. • Asumsi moderat Diasumsikan dalam 1 hari tronton mengantar 2 unit container. Dan jumlah ini sudah dapat dikatakan jumlah standar container yang dapat diantar perharinya. 73 Karena dalam 2 shift jam kerja pelabuhan, tronton mampu mengantar 1 unit container dalam 1 shiftnya. Sehingga jumlah 2 unit container ini sudah dapat dikatakan jumlah standar dalam 1 harinya. • Asumsi pesimis Selain asumsi moderat dan optimis, tentu saja terdapat asumsi pesimis, dimana jumlah permintaan yang diperkirakan adalah jumlah permintaan paling minimum. Jumlah asumsi minimum kapasitas produksi tronton adalah mengantar satu unit container dalam satu hari. dan untuk tronton yang mendapat order dari perusahaan dan perusahaan lain, sudah dapat dipastikan dalam satu hari tronton dapat jatah mengantar satu unit container. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat resiko kerugian yang akan dihadapi para investor dalam investasi, oleh sebab itu dibuat 3 asumsi seperti yang ditelaah diatas. 3 asumsi ini diadakan untuk mengetahui tingkat keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh investor dalam investasi pengadaan tronton dilihat dari 3 kondisi, yaitu kondisi permintaan maksimal, kondisi permintaan moderat atau standart, dan kondisi permintaan minimum. Sehingga investor mengetahui seberapa besar perkiraan jumlah kerugian yang akan dihadapi dalam investasi pengadaan tronton ini. 4.2.4 Aspek Manajemen dan Organisasi Dalam aspek ini yang perlu diketahui adalah visi dan misi divisi tronton yang akan diinvestasikan, jenis pekerjaan dan persyaratan jabatan, struktur organisasi dan rincian wewenang, serta jumlah tenaga verja yang dibutuhkan dan gaji yang direncanakan. 74 Dengan adanya pengadaan tronton yang dilakukan oleh PT. Tata Surya, maka perusahaan juga harus melihat fungsi - fungsi manajemen yang terkandung didalamnya. Fungsi – fungsi tersebut tidak dapat berjalan sendiri – sendiri, akan tetapi harus dilaksanakan secara berkesinambungan karena keterkaitan antara satu fungsi dengan fungsi yang lainnya sangat erat. Apabila salah satu fungsi tidak dapat dijalankan secara baik, maka jangan diharapkan tujuan perusahaan dapat tercapai. Adapun fungsi – fungsi yang terdapat dalam aspek manajemen adalah sebagai berikut: • Planning Perencanaan pengadaan truk yang dilakukan oleh PT Tata Surya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan guna menambah inventory perusahaan dan juga untuk mempercepat waktu pelayanan serta meningkatkan laba perusahaan dengan melakukan penambahan divisi. • Organizing Untuk pengadaan divisi ini, organisasi perusahaan tidak banyak berubah. Hanya menambah 2 (dua) tenaga kerja. Untuk pendelegasian wewenang dan tanggung jawab pada divisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Managing Director Head office supervisor Sopir Gambar 4.10 Kernet Administration staff Accounting & Financial staff Struktur organisasi divisi tronton atau divisi darat 75 Dalam organisasi PT. TATA SURYA, bila divisi truk tronton digabungkan, maka struktur organisasi PT. TATA SURYA dapat digambarkan: Komisaris Managing Director Head Office Supervisor Sopir Kernet Gambar 4.11 Acc & Fin Staff Port Supervisor Adm Staff Port Opr Staff Port Opr Staff Port Opr Staff Port Opr Staff Struktur organisasi perusahaan setelah investasi pengadaan divisi tronton Jadi, PT TATA SURYA akan memiliki 2 divisi, divisi laut dan darat. Dimana divisi laut tetap berjalan seperti biasa. Dan untuk divisi darat / tronton, karena masih kecil atau masih baru, maka divisi ini masih digabung dalam divisi laut. Yang didalam oganisasi tronton sendiri terdapat beberapa staff dari divisi laut. Yaitu head office supervisor, administration staff, dan accounting & financial staff. Dari struktur diatas, diketahui jumlah tenaga kerja yang perlu ditambahkan, yaitu 2 orang tenaga kerja, sopir dan kernet. tentu saja perusahaan memiliki persyaratan yang harus dipenuhi untuk pegawai yang akan mengisi posisi tersebut, yaitu: Sopir: - Berkelakuan baik dan jujur - Berpengalaman dalam mengendarai truk tronton - Memiliki Sim-B 76 - Mengetahui situasi dan kondisi kota Balikpapan - Sehat jasmani dan rohani - Tidak terlibat hutang Kernet: • - Berkelakuan baik dan jujur - Mengetahui situasi dan kondisi kota Balikpapan - Sehat jasmani dan rohani - Tidak terlibat hutang Leading Untuk kepemimpinan, karena masih kecilnya bentuk usaha perusahaan, dan masih sedikit atau standart dalam hal populasinya, sehingga hanya dipimpin oleh 1 (satu) orang saja. Dan gaya kepemimpinan yang dipakai dalam organisasi PT TATA SURYA adalah gaya kepemimpinan liberal, yaitu dalam pengambilan keputusan melibatkan beberapa orang yang terlibat, seperti Head office supervisor dan port supervisor yang menjabat sebagai kepala kantor dan kepala lapangan. Untuk divisi tronton, beberapa keputusan yang tidak terlalu kritikal masih ditentukan oleh head office supervisor, dan untuk kejadian-kejadian yang terjadi semasa operasi seperti tronton mogok, atau ban bocor, dan hal- hal lainnya, sopirlah yang bertanggung jawab untuk mengambil keputusan saat itu, karena terjadi di masa operasi, tidak di kantor. Hal ini dilakukan untuk memberikan kebebasan pada karyawan untuk keikut-sertaan mereka dalam bertanggung jawab dalam kegiatan operasi perusahaan. 77 • Controlling Untuk pengontrolan, dimana kegiatan tronton adalah mengantar container ke tujuan. Dimana dalam proses pengantaran container, khususnya muatan dari PT TATA SURYA akan selalu ada pegawai perusahaan yang menemani. Karena sesampai ditujuan akan dilakukan telly. Untuk semasa pengantaran, pengendalian tronton diserahkan kepada sopir karena dia yang mengendarai tronton. Untuk mengenai pengawasan dalam pengontrolan, hal ini karena tronton masih berada dibawah naungan perusahaan, tentu saja pengontrolan kegiatan tronton di lapangan atau pelabuhan ditangani oleh port operational staff. Karena container yang akan diantar tronton bila merupakan container perusahaan maka sudah tentu kepala lapangan yang mengurus izin container tersebut untuk keluar dari pelabuhan, maka sudah pasti kegiatan pengantaran tronton dikendalikan oleh kepala lapangan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses pengantaran container. Sementara order kerja tronton dikendalikan oleh head office supervisor. Dimana di akhir periode semua laporan baik laporan kegiatan operasional maupun laporan keuangan divisi tronton akan dipertanggung jawabkan kepada manajer. Mengenai gaji, Head office supervisor, Administration staff dan Accounting & Financial staff sudah mendapat gaji dari perusahaan di divisi laut. Tentu saja gaji mereka akan ditambah dan dinaikkan oleh manajer ditahun berikutnya karena berhubung mereka membantu divisi darat. Dan biaya penambahan gaji tersebut dibebankan pada divisi darat, bukan divisi laut. Jadi, divisi darat hanya akan membayar penambahan gaji Head office supervisor, Administration staff dan Accounting & Financial staff. Serta gaji sopir dan kernet sepenuhnya ditanggung oleh divisi darat. Maka pehitungan gaji untuk divisi darat adalah sebagai demikian: 78 Tabel 4.4 Jabatan Perhitungan gaji karyawan divisi tronton Gaji bulanan (2007) Gaji setahun (2007) Gaji bulanan x 12 Tunjangan Hari Raya (THR) Total gaji dalam setahun Gaji setahun + THR Head Office Supervisor Administration Staff Accounting & Financial Staff Rp 1.400.000,- Rp 16.800.000,- Rp 1.400.000,- Rp 18.200.000,- Rp 1.000.000,- Rp 12.000.000,- Rp 1.000.000,- Rp 13.000.000,- Rp 1.000.000,- Rp 12.000.000,- Rp 1.000.000,- Rp 13.000.000,- Sopir Rp 1.200.000,- Rp 14.400.000,- Rp 1.200.000,- Rp Rp 8.400.000,- - Kernet 700.000,- Total gaji Rp 15.600.000,Rp 8.400.000,Rp Status Karyawan tetap; Penambahan gaji Karyawan tetap; Penambahan gaji Karyawan tetap; Penambahan gaji Karyawan tetap Karyawan kontrakan 68.200.000,- (sumber: PT TATA SURYA) 4.2.5 Aspek Ekonomi dan Sosial Setiap usaha yang dijalankan, tentunya akan memberikan dampak positif dan negative. Dampak positif dan negatif ini akan dapat dirasakan oleh berbagai pihak, baik bagi pengusaha itu sendiri, pemerintah ataupun masyarakat luas. Secara garis besar dampak dari aspek ekonomi dengan adanya proyek investasi ini antara lain: - Membuka kesempatan kerja atau lapangan kerja bagi masyarakat, sekaligus mengurangi jumlah pengangguran. - Meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) - Meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak panghasilan yang dikenakan pada perusahaan Sedangkan dampak sosial dengan adanya investasi ini, antara lain: - Bertambahnya polusi asap yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat. - Bertambah macetnya lalu-lintas, karena bertambah lagi 1 buah tronton yang menggunakan lalu-lintas Mengenai polusi dan bertambah macetnya lalu-lintas. Hal ini tidak dapat dihilangkan, terutama bertambah macetnya lalu-lintas. Serta masalah bertambahnya polusi, walau dapat dikurangi atau diminimalisasikan, tetap saja tidak dapat dihilangkan. Kedua hal ini tidak 79 dapat dihilangkan, dan menjadi tanggung jawab bagi perusahaan untuk menguranginya, terutama mengenai hal polusi, yang dapat menyebabkan kehidupan masyarakat menjadi tidak sehat. Memang masalah polusi tersebut tidak dapat dihilangkan. Tetapi masalah polusi tersebut dapat dikurangi atau diminimalisasikan. Yaitu dengan cara perawatan mesin yang dilakukan secara rutin atau secara berjangka. Seperti 3 bulan sekali truk tronton di bawa ke bengkel resmi truk untuk dilakukan check-up dan perawatan pada mesin dan spare-part truk lainnya untuk mengantisipasi kerusakan yang parah. Untuk dapat mengantisipasi agar tidak terjadinya asap atau polusi yang ditimbulkan dari truk tronton. Maka truk tronton tersebut harus dirawat secara rutin akan spare-partnya dan kesehatan mesinnya beserta saluran pembuangannya. Kemampuan mesin tetap dijaga supaya tidak melemah, mengganti spare-part tronton yang sudah rusak atau sudah tidak dapat digunakan dan yang sudah parah yang dapat menimbulkan polusi, serta menjaga kebersihan saluran penyaring bensin dan saluran pembuangan tronton. Bila hal-hal tersebut dapat dijaga, maka polusi yang ditimbulkan dapat dikurangi atau diminimalisasikan. 4.2.6 Aspek AMDAL (Analisa Dampak Lingkungan Hidup) Sasaran utama dari AMDAL adalah untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dan PT TATA SURYA dari awal pendirian perusahaan tidak memakai seleksi AMDAL, sehingga dalam industri ini tidak terdapat masalah AMDAL yang perlu dipertimbangkan. Begitu pula dalam investasi ini yang berupa pengadaan tronton. Memang tronton menghasilkan polusi udara. Tetapi hal tersebut tidak termasuk dalam kategori analisis AMDAL. 80 4.2.7 Aspek keuangan Keputusan untuk melakukan investasi menyangkut sejumlah besar dana dengan harapan dapat mempertahankan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi, salah satu syarat terpenting adalah mengkaji aspek keuangan. Dalam penelitian ini aspek keuangan akan membahas tentang kriteria penilaian investasi terhadap kelayakan proyek pengadaan tronton. PT TATA SURYA dari awal sampai saat ini tidak memiliki tronton sendiri. Semua kegiatan operasional perusahaan menggunakan jasa tronton dari pihak lain. Saat ini perusahaan sedang mempertimbangkan usulan investasi pengadaan kendaraan ini guna mengoptimalkan operasi perusahaan di masa yang akan datang. Penelitian ini memberikan 3 kondisi perkiraan atau asumsi, yaitu asumsi optimis, asumsi moderat dan asumsi pesimis. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keuntungan atau kerugian yang diperoleh perusahaan dalam kondisi penjualan maksimum, moderat dan minimum. Sehingga investor mengetahui seberapa besar tingkat keuntungan yang didapat dan seberapa besar tingkat resiko kerugian yang dihadapi. 4.2.7.1 Sumber dana Untuk perhitungan investasi ini, biaya modal atas dana yang digunakan adalah berupa pinjaman dari investor. Tentu saja dalam pembiayaan investasi, investor mengharapkan akan mendapatkan kembali modal yang diinvestasikannya sesuai dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Jumlah tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor disesuaikan dengan tingkat keuntungan yang direncanakan dan ditetapkan perusahaan, yaitu sebesar 20%. Jadi, 20% dari keuntungan per tahun yang diperoleh divisi tronton ini akan diberikan kepada investor. Adapun deskripsi dari usulan investasi pengadaan 1 (satu) unit tronton adalah sebagai berikut: 81 1. Nilai investasi * = Rp 600,000,000 (harga beli tronton) 2. Umur ekonomis ** = 10 tahun 3. Nilai Sisa = Rp 70,000,000 3. Biaya tenaga kerja = 5 orang tenaga kerja 4. Biaya solar ** = Rp 38,400,000 (tahun 2007) 5. Biaya lain-lain ** = Rp 6. Biaya perawatan ** = Rp 17,000,000 (tahun 2007) 7. Biaya pajak STNK *** = Rp 6,000,000 (tahun 2007) 2,500,000 (tahun 2007) 8. Biaya KIR Tronton *** = Rp 9. Biaya asuransi **** 300,000 = Rp 30,000,000 (tahun 2007) Keterangan: * = data diperoleh dari UD NISSAN DIESEL Balikpapan ** = data diperoleh dari PT TATA SURYA *** = data diperoleh dari Kepolisian Balikpapan **** = data diperoleh dari PT Asuransi ASTRA Balikpapan 4.2.7.2 Proyeksi pendapatan Perhitungan perkiraan permintaan jasa, pendapatan dan biaya-biaya yang terkait dengan usulan investasi pengadaan tronton dapat ditunjukkan dari tabel-tabel berikut. Tabel 4.5 Tabel perkembangan harga sewa tronton untuk jasa transportasi muatan kapal laut dan persentase pertumbuhannya Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 Rata-rata Harga sewa tronton ( per unit ) Rp Rp Rp Rp Rp 375,000 450,000 517,500 550,000 650,000 (sumber: PT. TATA SURYA) Persentase pertumbuhan harga sewa tronton 20 15 6.3 15 14 % % % % % 82 Rata-rata persentase pertumbuhan harga sewa tronton diperoleh dari pembagian jumlah persentase pertumbuhan harga sewa tronton dibagi 4 (empat). Persentase pertumbuhan harga sewa tronton digunakan untuk mendapatkan perkiraan harga sewa di periode selanjutnya. Setelah mendapat persentase pertumbuhan harga jual jasa transportasi, kita harus mengetahui perkiraan harga jual jasa 10 tahun kedepan selama umur ekonomis tronton sehingga kita dapat mengetahui seberapa besar perkiraan pendapatan yang akan diperoleh. Perkiraan permintaan dan harga jual serta pendapatan jasa transportasi selama 10 tahun dapat dilihat pada tabel berikut: • Asumsi optimis Tabel 4.6 Perkiraan permintaan, harga jual, dan pendapatan jasa transportasi muatan kapal laut untuk pengadaan tronton (asumsi optimis) Permintaan ( 1 mesin / tronton) * Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 720 720 720 720 720 720 720 720 720 720 unit (container) unit unit unit unit unit unit unit unit unit Harga transportasi ( per unit ) ** Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 741,000 844,740 963,004 1,097,824 1,251,519 1,426,732 1,626,475 1,854,181 2,113,767 2,409,694 Pendapatan *** Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 533,520,000 608,212,800 693,362,880 790,433,280 901,093,680 1,027,247,040 1,171,062,000 1,335,010,320 1,521,912,240 1,734,979,680 (sumber: data diolah) Keterangan: * = Jumlah permintaan selalu tetap tiap tahunnya ** = Harga transportasi naik 14% tiap tahun (tabel 4.5) *** = Pendapatan diperoleh dari jumlah permintaan x harga transportasi 83 Jumlah permintaan dapat selalu maksimal karena tronton mendapat order dari perusahaan dan perusahaan lain yang menyewa tronton. Oleh karena itu jumlah permintaan tronton dapat mencapai maksimal, 720 unit container dalam setahun, dan untuk tahun-tahun selanjutnya juga sama. • Asumsi moderat Tabel 4.7 Perkiraan permintaan, harga jual, dan pendapatan jasa transportasi muatan kapal laut untuk pengadaan tronton (asumsi moderat) Permintaan ( 1 mesin / tronton) * Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 480 480 480 480 480 480 480 480 480 480 unit (container) unit unit unit unit unit unit unit unit unit Harga transportasi ( per unit ) ** Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 741,000 844,740 963,004 1,097,824 1,251,519 1,426,732 1,626,475 1,854,181 2,113,767 2,409,694 Pendapatan *** Rp 355,680,000 Rp 405,475,200 Rp 462,241,728 Rp 526,955,570 Rp 600,729,350 Rp 684,831,459 Rp 780,707,863 Rp 890,006,964 Rp 1,014,607,939 Rp 1,156,653,050 (sumber: data diolah) Keterangan: * = Jumlah permintaan selalu tetap tiap tahunnya ** = Harga transportasi naik 14% tiap tahun (tabel 4.5) *** = Pendapatan diperoleh dari jumlah permintaan x harga transportasi Tronton mendapat order dari perusahaan dan sedikit-sedikit mengantarkan container perusahaan lain yang menyewa tronton. Walau jumlah container yang diantar dalam satu tahunnya belum maksimal, tetapi diasumsikan tronton mengantarkan 480 unit container per tahunnya, dan untuk tahun-tahun selanjutnya juga sama. 84 • Asumsi Pesimis Tabel 4.8 Perkiraan permintaan, harga jual, dan pendapatan jasa transportasi muatan kapal laut untuk pengadaan tronton (asumsi pesimis) Tahun Permintaan ( 1 mesin / tronton) * 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 unit (container) unit unit unit unit unit unit unit unit unit Harga transportasi ( per unit ) ** Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 741,000 844,740 963,004 1,097,824 1,251,519 1,426,732 1,626,475 1,854,181 2,113,767 2,409,694 Pendapatan *** Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 177,840,000 202,737,600 231,120,864 263,477,785 300,364,675 342,415,680 390,354,000 445,003,440 507,304,080 578,326,560 (sumber: data diolah) Keterangan: * = Jumlah permintaan selalu tetap tiap tahunnya ** = Harga transportasi naik 14% tiap tahun (tabel 4.5) *** = Pendapatan diperoleh dari jumlah permintaan x harga transportasi Jumlah permintaan berjumlah tetap karena tronton mendapat order hanya dari perusahaan. Dan diasumsikan permintaan tronton berjumlah ditingkat yang paling minimal, yaitu 240 unit container dalam setahun, dan untuk tahun-tahun selanjutnya juga sama. Sebelum melakukan analisis penilaian investasi untuk usulan investasi, penelitian ini akan melakukan taksiran-taksiran biaya-biaya yang terdapat dalam investasi pengadaan tronton untuk 10 tahun yang akan datang. 4.2.7.3 Proyeksi Biaya Selanjutnya, perlu mengetahui biaya-biaya yang terdapat dalam investasi pengadaan tronton. Beberapa dari biaya-biaya tersebut diasumsikan sama untuk kondisi asumsi moderat, optimis dan pesimis, dan ada juga biaya yang berbeda untuk ketiga asumsi, yaitu biaya solar dan biaya perawatan. Dimana biaya asumsi pesimis merupakan setengah dari 85 jumlah biaya asumsi optimis, sedangkan biaya asumsi moderat berada ditengah-tengah asumsi optimis dan pesimis yang dirata-ratakan. Biaya-biaya tersebut adalah: 1. Biaya Tenaga Kerja Tabel 4.9 Perkiraan biaya tenaga kerja Tahun Biaya Tenaga Kerja * 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 68,200,000 75,020,000 82,522,000 90,774,200 99,851,620 109,836,782 120,820,460 132,902,506 146,192,757 160,812,033 (sumber: data diolah) Ket: * = Biaya tenaga kerja naik 10% tiap tahun 2. Biaya Solar • Asumsi optimis Tabel 4.10 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Perkiraan biaya solar (asumsi optimis) Pengisian dalam seminggu 240 240 240 240 240 240 240 240 240 240 L L L L L L L L L L Pengisian dalam setahun (52 minggu) 12,480 L 12,480 L 12,480 L 12,480 L 12,480 L 12,480 L 12,480 L 12,480 L 12,480 L 12,480 L Harga Solar (per Liter) * Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 5,018 6,143 7,518 9,203 11,264 13,787 16,875 20,655 25,282 30,946 Biaya Solar (per tahun) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 62,624,640 76,664,640 93,824,640 114,853,440 140,574,720 172,061,760 210,600,000 257,774,400 315,519,360 386,206,080 (sumber: data diolah) Ket: * = Harga solar naik 22.4% tiap tahun (diperoleh dari www.opec.com) 86 • Asumsi moderat Tabel 4.11 Perkiraan biaya solar (asumsi moderat) Pengisian dalam seminggu Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 L L L L L L L L L L Pengisian dalam setahun (52 minggu) 8320 8320 8320 8320 8320 8320 8320 8320 8320 8320 L L L L L L L L L L Harga Solar (per Liter) * Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 5,018 6,143 7,518 9,203 11,264 13,787 16,875 20,655 25,282 30,946 Biaya Solar (per tahun) Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 41,749,760 51,109,760 62,549,760 76,568,960 93,716,480 114,707,840 140,400,000 171,849,600 210,346,240 257,470,720 (sumber: data diolah) Ket: * = Harga solar naik 22.4% tiap tahun (diperoleh dari www.opec.com) • Asumsi pesimis Tabel 4.12 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Perkiraan biaya solar (asumsi pesimis) Pengisian dalam seminggu 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 L L L L L L L L L L Pengisian dalam setahun (52 minggu) 4160 4160 4160 4160 4160 4160 4160 4160 4160 4160 L L L L L L L L L L Harga Solar (per Liter) * Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 5,018 6,143 7,518 9,203 11,264 13,787 16,875 20,655 25,282 30,946 Biaya Solar (per tahun) Rp 20,874,880 Rp 25,554,880 Rp 31,274,880 Rp 38,284,480 Rp 46,858,240 Rp 57,353,920 Rp 70,200,000 Rp 85,924,800 Rp 105,173,120 Rp 128,735,360 (sumber: data diolah) Ket: * = Harga solar naik 22.4% tiap tahun (diperoleh dari www.opec.com) 87 3. Biaya Lain-lain Biaya lain-lain mencakup seperti biaya untuk pembayaran pada polisi, biaya parkir, biaya pengobatan bila pegawai sakit, dan lain-lain. Tabel 4.13 Perkiraan biaya lain-lain Tahun Biaya Lain-lain * 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 6,000,000 6,600,000 7,260,000 7,986,000 8,784,600 9,663,060 10,629,366 11,692,303 12,861,533 14,147,686 (sumber: PT TATA SURYA) Ket: * = Biaya lain-lain naik 10% tiap tahun 4. Biaya Perawatan • Asumsi optimis Tabel 4.14 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Perkiraan biaya perawatan tronton (asumsi optimis) Perawatan 3 bulanan (3 kali) * Perawatan tahunan * Ganti cat ** Ganti ban ** Ganti spare-part ** Total Biaya Perawatan 1,500,000 1,800,000 2,160,000 2,592,000 3,110,400 3,732,480 4,478,976 5,374,771 6,449,725 7,739,670 2,000,000 2,400,000 2,880,000 3,456,000 4,147,200 4,976,640 5,971,968 7,166,362 8,599,634 10,319,561 500,000 700,000 980,000 1,372,000 1,920,800 2,689,120 3,764,768 5,270,675 7,378,945 10,330,523 8,000,000 11,200,000 15,680,000 21,952,000 30,732,800 43,025,920 60,236,288 84,330,803 118,063,124 165,288,374 5,000,000 7,000,000 9,800,000 13,720,000 19,208,000 26,891,200 37,647,680 52,706,752 73,789,453 103,305,234 17,000,000 23,100,000 31,500,000 43,092,000 59,119,200 81,315,360 112,099,680 154,849,363 214,280,881 296,983,362 (sumber: UD NISSAN DIESEL) Ket: Kenaikan biaya-biaya perawatan diperoleh dari UD Nissan Diesel * = Biaya perawatan 3 bulanan dan tahunan naik 20% tiap tahun ** = Biaya ganti cat, ganti ban, ganti spare-part naik 40% tiap tahun 88 • Asumsi moderat Tabel 4.15 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Perkiraan biaya perawatan tronton (asumsi moderat) Perawatan 3 bulanan (3 kali) * Perawatan tahunan * Ganti cat ** Ganti ban ** Ganti spare-part ** Total Biaya Perawatan 1,500,000 1,800,000 2,160,000 2,592,000 3,110,400 3,732,480 4,478,976 5,374,771 6,449,725 7,739,670 2,000,000 2,400,000 2,880,000 3,456,000 4,147,200 4,976,640 5,971,968 7,166,362 8,599,634 10,319,561 375,000 525,000 735,000 1,029,000 1,440,600 2,016,840 2,823,576 3,953,006 5,534,209 7,747,893 6,000,000 11,200,000 15,680,000 21,952,000 30,732,800 43,025,920 60,236,288 84,330,803 118,063,124 165,288,374 3,750,000 5,250,000 7,350,000 10,290,000 14,406,000 20,168,400 28,235,760 39,530,064 55,342,090 77,478,925 13,625,000 21,175,000 28,805,000 39,319,000 53,837,000 73,920,280 101,746,568 140,355,006 193,988,782 268,574,423 (sumber: UD NISSAN DIESEL) Ket: Kenaikan biaya-biaya perawatan diperoleh dari UD Nissan Diesel * = Biaya perawatan 3 bulanan dan tahunan naik 20% tiap tahun ** = Biaya ganti cat, ganti ban, ganti spare-part naik 40% tiap tahun • Asumsi pesimis Tabel 4.16 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Perkiraan biaya perawatan tronton (asumsi pesimis) Perawatan 3 bulanan (3 kali) * Perawatan tahunan * Ganti cat ** Ganti ban ** Ganti spare-part ** Total Biaya Perawatan 1,500,000 1,800,000 2,160,000 2,592,000 3,110,400 3,732,480 4,478,976 5,374,771 6,449,725 7,739,670 2,000,000 2,400,000 2,880,000 3,456,000 4,147,200 4,976,640 5,971,968 7,166,362 8,599,634 10,319,561 250,000 350,000 490,000 686,000 960,400 1,344,560 1,882,384 2,635,338 3,689,473 5,165,262 4,000,000 5,600,000 7,840,000 10,976,000 15,366,400 21,512,960 30,118,144 42,165,402 59,031,562 82,644,187 2,500,000 3,500,000 4,900,000 6,860,000 9,604,000 13,445,600 18,823,840 26,353,376 36,894,726 51,652,617 10,250,000 13,650,000 18,270,000 24,570,000 33,188,400 45,012,240 61,275,312 83,695,249 114,665,120 157,521,297 (sumber: UD NISSAN DIESEL) Ket: Kenaikan biaya-biaya perawatan diperoleh dari UD Nissan Diesel * = Biaya perawatan 3 bulanan dan tahunan naik 20% tiap tahun ** = Biaya ganti cat, ganti ban, ganti spare-part naik 40% tiap tahun 89 5. Pajak STNK Tronton dan Biaya KIR Tronton Tabel 4.17 Perkiraan Pajak STNK Tronton dan Biaya KIR Tronton Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pajak STNK Tronton * Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 2,500,000 2,450,000 2,401,000 2,352,980 2,305,920 2,259,802 2,214,606 2,170,314 2,126,908 2,084,369 Biaya KIR Tronton ** Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 (sumber: Kepolisian Balikpapan) Sumber: * = Pajak STNK Tronton turun 2% tiap tahunnya (Kepolisian Balikpapan) **= Biaya KIR Tronton tetap setiap tahun (Kepolisian Balikpapan) 6. Biaya asuransi tronton Tabel 4.18 Tahun Perkiraan biaya asuransi Harga jual tronton di pasaran * 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Biaya Asuransi tronton ** 600,000,000 582,000,000 564,540,000 547,603,800 531,175,686 515,240,415 499,783,203 484,789,707 470,246,016 456,138,635 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 30,000,000 29,100,000 28,227,000 27,380,190 26,558,784 25,762,021 24,989,160 24,239,485 23,512,301 22,806,932 (sumber: PT ASTRA) Ket: * = Harga jual tronton turun 3% tiap tahunnya (www.nissan-diessel.com) ** = Biaya asuransi didapat dari: 5% x harga jual tronton di pasaran (PT ASTRA Internasional cabang Balikpapan) 90 7. Biaya bunga Karena biaya modal diperoleh dari pinjaman, dimana pinjaman tersebut akan dikembalikan beserta bunga yang dikenakan. Sesuai dengan suku bunga SBI Bank Indonesia, yaitu sebesar 10.25%, maka perhitungan biaya bunga adalah sebagai berikut: Tabel 4.19 Perkiraan biaya bunga Saldo pinjaman (saldo tahun sebelumnya – cicilan) Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total cicilan 600,000,000 540,000,000 480,000,000 420,000,000 360,000,000 300,000,000 240,000,000 180,000,000 120,000,000 60,000,000 Bunga Angsuran (10.25% dari saldo) (Cicilan + Bunga) 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 60,000,000 600,000,000 61,500,000 55,350,000 49,200,000 43,050,000 36,900,000 30,750,000 24,600,000 18,450,000 12,300,000 6,150,000 338,250,000 121,500,000 115,350,000 109,200,000 103,050,000 96,900,000 90,750,000 84,600,000 78,450,000 72,300,000 66,150,000 938,250,000 (sumber: data diolah) 8. Beban depresiasi Biaya penyusutan dari pengadaan tronton ini menggunakan metode penyusutan garis lurus (Straight line method). Data-data yang diperoleh untuk mencari penyusutan adalah: Nilai Investasi (harga beli tronton) = Rp 600,000,000,- Nilai sisa tronton setelah umur ekonomis = Rp 70,000,000,- Umur ekonomis tronton = 10 tahun Maka perhitungan nilai penyusutan tronton berdasarkan metode garis lurus adalah: Penyusutan Penyusutan = _Rp 600,000,000 - Rp 70,000,000_ 10 tahun = Rp 530,000,000,10 = Rp 53,000,000 per tahunnya 91 Sehingga perhitungan biaya penyusutan tronton bila ditabelkan adalah sebagai berikut: Tabel 4.20 Perkiraan beban depresiasi Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Beban depresiasi * Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 (sumber: data diolah) Ket: * = Beban depresiasi diperoleh dari (nilai investasi – nilai sisa) : umur ekonomis Setiap mesin walau dipakai berapa lamapun pada akhirnya masih memiliki nilai sisa atau harga jual. Oleh karena itu biaya depresiasi didapat dari nilai investasi yang dikurangi dengan nilai sisa terdahulu, baru setelah itu dibagi dengan umur ekonomis untuk mendapatkan nilai penyusutan tronton yang diinvestasikan. 4.2.7.4 Laporan Laba Rugi Setelah mengetahui semua biaya-biaya yang akan dikeluarkan, maka dibuatlah satu laporan laba-rugi untuk mengetahui seberapa besar keuntungan atau kerugian yang diperoleh perusahaan selama umur ekonomis investasi. Serta untuk mengetahui biaya pajak yang dipakai untuk mencari cash flow juga didapat dari laporan laba-rugi. Laporan laba rugi tersebut dapat dilihat sebagai berikut: • Asumsi optimis Tabel 4.21-a Laporan laba-rugi untuk pengadaan tronton asumsi optimis 92 Keterangan Pendapatan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 533,520,000 608,212,800 693,362,880 790,433,280 901,093,680 - Tenaga Kerja 68,200,000 75,020,000 82,522,000 90,774,200 99,851,620 - Biaya Solar 62,624,640 76,664,640 93,824,640 114,853,440 140,574,720 6,000,000 6,600,000 7,260,000 7,986,000 8,784,600 - Biaya Perawatan 17,000,000 23,100,000 31,500,000 43,092,000 59,119,200 - Pajak STNK Truk 2,500,000 2,450,000 2,401,000 2,352,980 2,305,920 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 Biaya Langsung - Biaya Lain-Lain - Biaya KIR Truk Biaya Asuransi 30,000,000 29,100,000 28,227,000 27,380,190 26,558,784 Depresiasi 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 Total Biaya 239,624,640 266,234,640 299,034,640 339,738,810 390,494,844 EBIT 293,895,360 341,978,160 394,328,240 450,694,470 510,598,836 Bunga EBT Pajak* EAIT 61,500,000 55,350,000 49,200,000 43,050,000 36,900,000 232,395,360 286,628,160 345,128,240 407,644,470 473,698,836 52,218,608 68,488,448 86,038,472 104,793,341 124,609,651 180,176,752 218,139,712 259,089,768 302,851,129 349,089,185 (sumber: data diolah) Tabel 4.21-b Laporan L/R untuk pengadaan tronton asumsi optimis (sambungan) Keterangan Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Pendapatan Biaya Langsung - Tenaga Kerja - Biaya Solar 1,027,247,040 1,171,062,000 1,335,010,320 1,521,912,240 1,734,979,680 109,836,782 172,061,760 120,820,460 210,600,000 132,902,506 257,774,400 146,192,757 315,519,360 160,812,033 386,206,080 9,663,060 10,629,366 11,692,303 12,861,533 14,147,686 81,315,360 2,259,802 300,000 25,762,021 53,000,000 454,198,785 573,048,255 30,750,000 542,298,255 145,189,477 397,108,779 112,099,680 2,214,606 300,000 24,989,160 53,000,000 534,653,272 636,408,728 24,600,000 611,808,728 166,042,618 445,766,110 154,849,363 2,170,314 300,000 24,239,485 53,000,000 636,928,371 698,081,949 18,450,000 679,631,949 186,389,585 493,242,364 214,280,881 2,126,908 300,000 23,512,301 53,000,000 767,793,740 754,118,500 12,300,000 741,818,500 205,045,550 536,772,950 296,983,362 2,084,369 300,000 22,806,932 53,000,000 936,340,462 798,639,218 6,150,000 792,489,218 220,246,765 572,242,453 - Biaya Lain-Lain - Biaya Perawatan - Pajak STNK Truk - Biaya KIR Truk Biaya Asuransi Depresiasi Total Biaya EBIT Bunga EBT Pajak* EAIT (sumber: data diolah) 93 Ket: * Pajak per tahun untuk tahun 2007 sampai dengan 2016 (asumsi optimis) adalah: Tahun 2007 : (232,395,360) 10% x 50,000,000 = Rp 15% x 50,000,000 = Rp 30% x 132,395,360 = Rp 5,000,000 7,500,000 39,718,608 = Rp 52,218,608 10% x 50,000,000 = Rp 15% x 50,000,000 = Rp 30% x 186,628,160 = Rp 5,000,000 7,500,000 55,988,448 = Rp 68,488,448 10% x 50,000,000 = Rp 15% x 50,000,000 = Rp 30% x 245,128,240 = Rp 5,000,000 7,500,000 73,538,472 = Rp 86,038,472 Tahun 2010 : (407,644,470) 10% x 50,000,000 = Rp 15% x 50,000,000 = Rp 30% x 307,644,470 = Rp 5,000,000 7,500,000 92,293,341 = Rp 104,793,341 Tahun 2011 : (473,698,836) 10% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 15% x 50,000,000 = Rp 7,500,000 30% x 373,698,836 = Rp 112,109,651 = Rp 124,609,651 Tahun 2012 : (542,298,255) 10% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 15% x 50,000,000 = Rp 7,500,000 30% x 442,298,255 = Rp 132,689,477 = Rp 145,189,477 Tahun 2013 : (611,808,728) 10% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 15% x 50,000,000 = Rp 7,500,000 30% x 511,808,728 = Rp 153,542,618 = Rp 166,042,618 Tahun 2014 : (679,631,949) 10% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 15% x 50,000,000 = Rp 7,500,000 30% x 579,631,949 = Rp 173,889,585 = Rp 186,389,585 Tahun 2015 : (741,818,500) 10% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 15% x 50,000,000 = Rp 7,500,000 30% x 641,818,500 = Rp 192,545,550 = Rp 205,045,550 Tahun 2016 : (792,489,218) 10% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 15% x 50,000,000 = Rp 7,500,000 30% x 692,489,218 = Rp 207,746,765 = Rp 220,246,765 Tahun 2008 : (286,628,160) Tahun 2009 : (345,128,240) 94 • Asumsi moderat Tabel 4.22-a Keterangan Laporan Laba-rugi untuk pengadaan tronton asumsi moderat Tahun 2007 Pendapatan Tahun 2008 355,680,000 405,475,200 - Tenaga Kerja 68,200,000 - Biaya Solar 41,749,760 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 462,241,728 526,955,570 600,729,350 75,020,000 82,522,000 90,774,200 99,851,620 51,109,760 62,549,760 76,568,960 93,716,480 6,000,000 6,600,000 7,260,000 7,986,000 8,784,600 - Biaya Perawatan 13,625,000 21,175,000 28,805,000 39,319,000 53,837,000 - Pajak STNK Truk 2,500,000 2,450,000 2,401,000 2,352,980 2,305,920 Biaya Langsung - Biaya Lain-Lain 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 Biaya Asuransi - Biaya KIR Truk 30,000,000 29,100,000 28,227,000 27,380,190 26,558,784 Depresiasi 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 Total Biaya 215,374,760 238,754,760 265,064,760 297,681,330 338,354,404 EBIT 140,305,240 166,720,440 197,176,968 229,274,240 262,374,946 Bunga 61,500,000 55,350,000 49,200,000 43,050,000 36,900,000 EBT 78,805,240 111,370,440 147,976,968 186,224,240 225,474,946 9,320,786 15,911,132 26,893,090 38,367,272 50,142,484 69,484,454 95,459,308 121,083,878 147,856,968 175,332,462 Pajak* EAIT (sumber: data diolah) Tabel 4.22-b Laporan L/R untuk pengadaan tronton asumsi moderat (sambungan) Tahun 2012 684,831,459 Tahun 2013 780,707,863 Tahun 2014 890,006,964 Tahun 2015 1,014,607,939 Tahun 2016 1,156,653,050 109,836,782 114,707,840 9,663,060 120,820,460 140,400,000 10,629,366 132,902,506 171,849,600 11,692,303 146,192,757 210,346,240 12,861,533 160,812,033 257,470,720 14,147,686 - Biaya Perawatan 73,920,280 101,746,568 140,355,006 193,988,782 268,574,423 - Pajak STNK Truk - Biaya KIR Truk Biaya Asuransi Depresiasi Total Biaya EBIT Bunga EBT Pajak* EAT 2,259,802 300,000 25,762,021 53,000,000 389,449,785 295,381,674 30,750,000 264,631,674 61,889,502 202,742,172 2,214,606 300,000 24,989,160 53,000,000 454,100,160 326,607,703 24,600,000 302,007,703 73,102,311 228,905,392 2,170,314 300,000 24,239,485 53,000,000 536,509,214 353,497,750 18,450,000 335,047,750 83,014,325 252,033,425 2,126,908 300,000 23,512,301 53,000,000 642,328,521 372,279,418 12,300,000 359,979,418 90,493,825 269,485,593 2,084,369 300,000 22,806,932 53,000,000 779,196,163 377,456,887 6,150,000 371,306,887 93,892,066 277,414,821 Keterangan Pendapatan Biaya Langsung - Tenaga Kerja - Biaya Solar - Biaya Lain-Lain (sumber: data diolah) 95 Ket: * Pajak per tahun untuk tahun 2007 sampai dengan 2016 untuk asumsi moderat adalah: Tahun 2007 : (78,805,240) : 10% x 15% x 50,000,000 = Rp 18,805,240 = Rp 5,000,000 4,320,786 = Rp Tahun 2008 : (111,370,440) 10% x 15% x 30% x 50,000,000 = Rp 50,000,000 = Rp 11,370,440 = Rp 5,000,000 5,000,000 3,411,132 = Rp 15,911,132 10% x 15% x 30% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 50,000,000 = Rp 5,000,000 47,976,968 = Rp 14,393,090 = Rp 26,893,090 10% x 15% x 30% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 50,000,000 = Rp 7,500,000 86,224,240 = Rp 25,867,272 = Rp 38,367,272 10% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 15% x 50,000,000 = Rp 7,500,000 30% x 125,474,946 = Rp 37,642,484 = Rp 50,142,484 10% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 15% x 50,000,000 = Rp 7,500,000 30% x 164,631,674 = Rp 49,389,502 = Rp 61,889,502 10% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 15% x 50,000,000 = Rp 7,500,000 30% x 202,007,703 = Rp 60,602,311 = Rp 73,102,311 10% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 15% x 50,000,000 = Rp 7,500,000 30% x 235,047,750 = Rp 70,514,325 = Rp 83,014,325 10% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 15% x 50,000,000 = Rp 7,500,000 30% x 259,979,418 = Rp 77,993,825 = Rp 90,493,825 10% x 50,000,000 = Rp 5,000,000 15% x 50,000,000 = Rp 7,500,000 30% x 271,306,887 = Rp 81,392,066 = Rp 93,892,066 Tahun 2009 : (147,976,968) Tahun 2010 : (186,224,240) Tahun 2011 : (225,474,946) Tahun 2012 : (264,631,674) Tahun 2013 : (302,007,703) Tahun 2014 : (335,047,750) Tahun 2015 : (359,979,418) Tahun 2016 : (371,306,887) 9,320,786 96 • Asumsi pesimis Tabel 4.23-a Keterangan Laporan laba-rugi untuk pengadaan tronton asumsi pesimis Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 177,840,000 202,737,600 231,120,864 263,477,785 300,364,675 - Tenaga Kerja 68,200,000 75,020,000 82,522,000 90,774,200 99,851,620 - Biaya Solar 20,874,880 25,554,880 31,274,880 38,284,480 46,858,240 6,000,000 6,600,000 7,260,000 7,986,000 8,784,600 - Biaya Perawatan 10,250,000 13,650,000 18,270,000 24,570,000 33,188,400 - Pajak STNK Truk 2,500,000 2,450,000 2,401,000 2,352,980 2,305,920 Pendapatan Biaya Langsung - Biaya Lain-Lain 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 Biaya Asuransi - Biaya KIR Truk 30,000,000 29,100,000 28,227,000 27,380,190 26,558,784 Depresiasi 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 Total Biaya 191,124,880 -13,284,880 205,674,880 -2,937,280 223,254,880 7,865,984 244,647,850 18,829,935 270,847,564 29,517,111 61,500,000 55,350,000 49,200,000 43,050,000 36,900,000 -74,784,880 -58,287,280 -41,334,016 -24,220,065 -7,382,889 EBIT Bunga EBT Pajak - EAIT -74,784,880 -58,287,280 -41,334,016 -24,220,065 -7,382,889 (sumber: data diolah) Tabel 4.23-b Keterangan Laporan L/R untuk pengadaan tronton asumsi pesimis (sambungan) Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 342,415,680 390,354,000 445,003,440 507,304,080 578,326,560 109,836,782 120,820,460 132,902,506 146,192,757 160,812,033 57,353,920 70,200,000 85,924,800 105,173,120 128,735,360 9,663,060 10,629,366 11,692,303 12,861,533 14,147,686 - Biaya Perawatan 45,012,240 61,275,312 83,695,249 114,665,120 157,521,297 - Pajak STNK Truk 2,259,802 2,214,606 2,170,314 2,126,908 2,084,369 Pendapatan Biaya Langsung - Tenaga Kerja - Biaya Solar - Biaya Lain-Lain 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 Biaya Asuransi - Biaya KIR Truk 25,762,021 24,989,160 24,239,485 23,512,301 22,806,932 Depresiasi 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 53,000,000 Total Biaya 303,187,825 343,428,904 393,924,657 457,831,739 539,407,677 EBIT 39,227,855 46,925,096 51,078,783 49,472,341 38,918,883 Bunga 30,750,000 24,600,000 18,450,000 12,300,000 6,150,000 8,477,855 22,325,096 32,628,783 37,172,341 32,768,883 847,786 2,232,510 3,262,878 3,717,234 3,276,888 7,630,070 20,092,586 29,365,905 33,455,107 29,491,995 EBT Pajak* EAT (sumber: data diolah) 97 Ket: * Pajak per tahun untuk tahun 2012 sampai dengan 2016 (asumsi pesimis) adalah: Tahun 2012 (8,477,855) : 10% x 8,477,855 = Rp 847,786 Tahun 2013 (22,325,096) : 10% x 22,325,096 = Rp 2,232,510 Tahun 2014 (32,628,783) : 10% x 32,628,783 = Rp 3,262,878 Tahun 2015 (37,172,341) : 10% x 37,172,341 = Rp 3,717,234 Tahun 2016 (32,768,883) : 10% x 32,768,883 = Rp 3,276,888 4.2.7.5 Perkiraan cash flow Setelah mengetahui laba dari investasi, langkah selanjutnya adalah membuat perkiraan cash flow guna mengetahui jumlah arus kas yang beredar tiap tahunnya. Dan dimana cash flow yang digunakan adalah cash flow indirect method, dimana pendapatan dan pengeluaran dijabarkan satu-persatu, termasuk biaya pajak. Rumus yang digunakan adalah : Cash Flow = kas masuk –kas keluar (semua biaya-biaya kecuali depresiasi) Depresiasi tidak digunakan karena biaya tersebut tidak nyata atau fiktif sehingga dalam cash flow tidak terdapat depresiasi. Untuk Perhitungannya adalah sebagai demikian: 98 • Asumsi optimis Tabel 4.24-a Keterangan Perkiraan cash flow untuk pengadaan tronton asumsi optimis Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 kas masuk kas yang diterima dari pelanggan kas keluar biaya tenaga kerja biaya solar biaya lain-lain biaya perawatan pajak STNK tronton biaya KIR tronton biaya asuransi Biaya bunga pajak penghasilan Total kas keluar 533,520,000 608,212,800 693,362,880 790,433,280 901,093,680 68,200,000 57,807,360 6,000,000 17,000,000 2,500,000 300,000 30,000,000 61,500,000 52,218,608 295,525,968 75,020,000 70,767,360 6,600,000 23,100,000 2,450,000 300,000 29,100,000 55,350,000 68,488,448 331,175,808 82,522,000 86,607,360 7,260,000 31,500,000 2,401,000 300,000 28,227,000 49,200,000 86,038,472 374,055,832 90,774,200 106,018,560 7,986,000 43,092,000 2,352,980 300,000 27,380,190 43,050,000 104,793,341 425,747,271 99,851,620 129,761,280 8,784,600 59,119,200 2,305,920 300,000 26,558,784 36,900,000 124,609,651 488,191,055 Total cash flow 237,994,032 277,036,992 319,307,048 364,686,009 412,902,625 (sumber: data diolah) Tabel 4.24-b Keterangan kas masuk kas yang diterima dari pelanggan kas keluar biaya tenaga kerja biaya solar biaya lain-lain biaya perawatan pajak STNK tronton biaya KIR tronton biaya asuransi Biaya bunga pajak penghasilan Total kas keluar Total cash flow Perkiraan cash flow untuk pengadaan tronton asumsi optimis (sambungan) Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 1,027,247,040 1,171,062,000 1,335,010,320 1,521,912,240 1,734,979,680 109,836,782 158,826,240 9,663,060 81,315,360 2,259,802 300,000 25,762,021 30,750,000 145,189,477 563,902,742 120,820,460 194,400,000 10,629,366 112,099,680 2,214,606 300,000 24,989,160 24,600,000 166,042,618 656,095,890 132,902,506 237,945,600 11,692,303 154,849,363 2,170,314 300,000 24,239,485 18,450,000 186,389,585 768,939,156 146,192,757 291,248,640 12,861,533 214,280,881 2,126,908 300,000 23,512,301 12,300,000 205,045,550 907,868,570 160,812,033 356,497,920 14,147,686 296,983,362 2,084,369 300,000 22,806,932 6,150,000 220,246,765 1,080,029,067 463,344,298 514,966,110 566,071,164 614,043,670 654,950,613 (sumber: data diolah) 99 • Asumsi moderat Tabel 4.25-a Keterangan Perkiraan cash flow untuk pengadaan tronton asumsi moderat Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 kas masuk kas yang diterima dari pelanggan kas keluar biaya tenaga kerja biaya solar biaya lain-lain biaya perawatan pajak STNK tronton biaya KIR tronton biaya asuransi Biaya bunga pajak penghasilan Total kas keluar 355,680,000 405,475,200 462,241,728 526,955,570 600,729,350 68,200,000 38,541,312 6,000,000 13,625,000 2,500,000 300,000 30,000,000 61,500,000 9,320,786 229,987,098 75,020,000 47,174,566 6,600,000 21,175,000 2,450,000 300,000 29,100,000 55,350,000 15,911,132 253,080,698 82,522,000 57,741,669 7,260,000 28,805,000 2,401,000 300,000 28,227,000 49,200,000 26,893,090 283,349,759 90,774,200 70,675,802 7,986,000 39,319,000 2,352,980 300,000 27,380,190 43,050,000 38,367,272 320,205,444 99,851,620 86,507,182 8,784,600 53,837,000 2,305,920 300,000 26,558,784 36,900,000 50,142,484 365,187,590 Total cash flow 125,692,902 152,394,502 178,891,969 206,750,126 235,541,760 (sumber: data diolah) Tabel 4.25-b Perkiraan cash flow untuk pengadaan tronton asumsi moderat (sambungan) Keterangan kas masuk kas yang diterima dari pelanggan kas keluar biaya tenaga kerja biaya solar biaya lain-lain biaya perawatan pajak STNK tronton biaya KIR tronton biaya asuransi Biaya bunga pajak penghasilan Total kas keluar Total cash flow Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 684,831,459 780,707,863 890,006,964 1,014,607,939 1,156,653,050 109,836,782 105,884,791 9,663,060 73,920,280 2,259,802 300,000 25,762,021 30,750,000 61,889,502 420,266,238 120,820,460 129,602,984 10,629,366 101,746,568 2,214,606 300,000 24,989,160 24,600,000 73,102,311 488,005,455 132,902,506 158,634,053 11,692,303 140,355,006 2,170,314 300,000 24,239,485 18,450,000 83,014,325 571,757,992 146,192,757 194,168,080 12,861,533 193,988,782 2,126,908 300,000 23,512,301 12,300,000 90,493,825 675,944,186 160,812,033 237,661,730 14,147,686 268,574,423 2,084,369 300,000 22,806,932 6,150,000 93,892,066 806,429,239 264,565,221 292,702,408 318,248,972 338,663,753 350,223,811 (sumber: data diolah) 100 • Asumsi pesimis Tabel 4.26-a Keterangan Perkiraan cash flow untuk pengadaan tronton asumsi pesimis Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 kas masuk kas yang diterima dari pelanggan kas keluar biaya tenaga kerja biaya solar biaya lain-lain biaya perawatan pajak STNK tronton biaya KIR tronton biaya asuransi Biaya bunga pajak penghasilan Total kas keluar 177,840,000 202,737,600 231,120,864 263,477,785 300,364,675 68,200,000 19,269,120 6,000,000 10,250,000 2,500,000 300,000 30,000,000 61,500,000 198,019,120 75,020,000 23,589,120 6,600,000 13,650,000 2,450,000 300,000 29,100,000 55,350,000 206,059,120 82,522,000 28,869,120 7,260,000 18,270,000 2,401,000 300,000 28,227,000 49,200,000 217,049,120 90,774,200 35,339,520 7,986,000 24,570,000 2,352,980 300,000 27,380,190 43,050,000 231,752,890 99,851,620 43,253,760 8,784,600 33,188,400 2,305,920 300,000 26,558,784 36,900,000 251,143,084 Total cash flow -20,179,120 -3,321,520 14,071,744 31,724,895 49,221,591 (sumber: data diolah) Tabel 4.26-b Perkiraan cash flow untuk pengadaan tronton asumsi pesimis (sambungan) Keterangan Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 342,415,680 390,354,000 445,003,440 507,304,080 578,326,560 kas masuk kas yang diterima dari pelanggan kas keluar biaya tenaga kerja biaya solar biaya lain-lain biaya perawatan pajak STNK tronton biaya KIR tronton biaya asuransi Biaya bunga pajak penghasilan Total kas keluar 109,836,782 52,942,080 9,663,060 45,012,240 2,259,802 300,000 25,762,021 30,750,000 847,786 277,373,771 120,820,460 64,800,000 10,629,366 61,275,312 2,214,606 300,000 24,989,160 24,600,000 2,232,510 311,861,414 132,902,506 79,315,200 11,692,303 83,695,249 2,170,314 300,000 24,239,485 18,450,000 3,262,878 356,027,935 146,192,757 97,082,880 12,861,533 114,665,120 2,126,908 300,000 23,512,301 12,300,000 3,717,234 412,758,733 160,812,033 118,832,640 14,147,686 157,521,297 2,084,369 300,000 22,806,932 6,150,000 3,276,888 485,931,845 Total cash flow 65,041,909 78,492,586 88,975,505 94,545,347 92,394,715 (sumber: data diolah) 101 4.2.7.6 Metode penilaian investasi Berdasarkan laporan laba-rugi dan biaya serta taksiran cash flow, langkah terakhir adalah kriteria penilaian investasi dengan memperhitungkan besarnya Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Average Rate of Return (ARR), dan Profitabilitas Indek (PI) untuk kendaraan tronton. Kelima analisis tersebut adalah: 4.2.7.6.1 Payback Period ( PP ) • Asumsi optimis TCF = CF1 + CF2 + CF3 = 237,994,032 + 277,036,992 + 319,307,048 = 834,338,072 PP = = _Io_ TCF x 1 tahun 600,000,000 x 36 bulan = 25.88 atau 25 bulan 26 hari 643,297,656 Maka PP adalah 2 tahun 1 bulan 26 hari • Asumsi moderat TCF = CF1 + CF2 + CF3 + CF4 = 125,692,902 + 152,394,502 + 178,891,969 + 206,750,126 = 663,729,499 PP = = _Io_ TCF x 1 tahun 600,000,000 x 48 bulan = 43.4 atau 43 bulan 12 hari 651,122,667 Maka PP adalah 3 tahun 7 bulan 12 hari • Asumsi pesimis TCF = CF1 + CF2 + CF3 + CF4 + CF5 + CF6 + CF7 + CF8 + CF9 + CF10 = (-20,179,120) + (-3,321,520) + 14,071,744 + 31,724,895 + 49,221,591 + 65,041,909 + 78,492,586 + 88,975,505 + 94,545,347 + 92,394,715 = 490,967,652 PP = _Io_ TCF x 1 tahun = 600,000,000 x 120 bulan = 146.65 atau 146 bulan 20 hari 634,319,635 Maka PP adalah 12 tahun 2 bulan 20 hari 102 4.2.7.6.2 Net Present Value (NPV) Ada 2 metode untuk mendapatkan NPV, yaitu dengan rumus manual dan dengan menggunakan microsoft excel. Rumus manual yang digunakan untuk mendapatkan NPV adalah: NPV = kas bersih 1 + kas bersih 2 + kas bersih N - Investasi (1 + DF)2 (1 + DF)n (1 + DF)1 Karena NPV mencari tingkat keuntungan yang diperoleh investor sesuai dengan tingkat keuntungan atau diskon faktor yang ditentukan oleh perusahaan, yaitu sebesar 20%. Dalam investasi pengadaan tronton ini di akhir umur ekonomis tronton masih memiliki harga atau nilai sisa, yaitu sebesar: Nilai sisa awal yang diperkirakan : Rp 70,000,000 Pajak penjualan kendaraan (10%) : Rp 7,000,000 (www.nissan-diessel.com) Nilai sisa akhir yang diperkirakan : Rp 63,000,000 Perhitungan cash flow untuk ketiga asumsi dari investasi pengadaan tronton adalah sebagai berikut: • Asumsi optimis NPV = 237,994,032 + 277,036,992 + 319,307,048 + 364,686,009 + (1+0.20)2 (1+0.20)3 (1+0.20)4 (1+0.20)1 412,902,625 + 463,344,298 + 514,966,110 + 566,071,164 + (1+0.20)6 (1+0.20)7 (1+0.20)8 (1+0.20)5 614,043,670 + 654,950,613 + 63,000,000 - 600,000,000 (1+0.20)9 (1+0.20)10 (1+0.20)10 = 198,328,360 + 192,386,800 + 184,784,171 + 175,870,953 + 165,936,305 + 155,173,068 + 143,717,590 + 131,650,061 + 119,005,777 + 105,778,181 + 10,161,290 - 600,000,000 = 1,582,792,556 - 600,000,000 = Rp 982,792,556 Bila menggunakan software microsoft excel, maka NPV: 103 Tabel 4.27 Perhitungan NPV dengan excel untuk pengadaan tronton (asumsi optimis) Tahun Proceed DF ( 20% ) PV of Proceed 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 237,994,032 277,036,992 319,307,048 364,686,009 412,902,625 463,344,298 514,966,110 566,071,164 614,043,670 654,950,613 0.833 0.694 0.579 0.482 0.402 0.335 0.279 0.233 0.194 0.162 198,249,029 192,263,672 184,878,781 175,778,656 165,986,855 155,220,340 143,675,545 131,894,581 119,124,472 106,101,999 2016 63,000,000 0.162 10,206,000 Jumlah PV of Proceed 1,583,379,931 Investasi ( PV Outlay ) 600,000,000 NPV 983,379,931 (sumber: data diolah) Hasil perhitungan diatas menunjukkan NPV bernilai positif sebesar Rp 983,379,931. • Asumsi moderat NPV = 125,692,902 + 152,394,502 + 178,891,969 + 206,750,126 + (1+0.20)2 (1+0.20)3 (1+0.20)4 (1+0.20)1 235,541,760 + 264,565,221 + 292,702,408 + 318,248,972 + (1+0.20)6 (1+0.20)7 (1+0.20)8 (1+0.20)5 338,663,753 + 350,223,811 + 63,000,000 (1+0.20)9 (1+0.20)10 (1+0.20)10 - 600,000,000 = 104,744,085 + 105,829,515 + 103,525,445 + 99,705,886 + 94,658,950 + 88,602,357 + 81,687,870 + 74,014,539 + 65,635,304 + 56,563,100 + 10,161,290 - 600,000,000 = 885,128,341 - 600,000,000 = Rp 285,128,341 Bila menggunakan software microsoft excel, maka NPV: 104 Tabel 4.28 Perhitungan NPV dengan excel untuk pengadaan tronton (asumsi moderat) Tahun Proceed DF ( 20% ) PV of Proceed 2007 125,692,902 0.833 104,702,187 2008 152,394,502 0.694 105,761,784 2009 178,891,969 0.579 103,578,450 2010 206,750,126 0.482 99,653,561 2011 235,541,760 0.402 94,687,788 2012 264,565,221 0.335 88,629,349 2013 292,702,408 0.279 81,663,972 2014 318,248,972 0.233 74,152,010 2015 338,663,753 0.194 65,700,768 2016 350,223,811 0.162 56,736,257 2016 63,000,000 0.162 10,206,000 Jumlah PV of Proceed 885,472,127 Investasi ( PV Outlay ) 600,000,000 NPV 285,472,127 (sumber: data diolah) Dari perhitungan diatas, diketahui dengan asumsi moderat dengan tingkat discount factor 20%, NPV bernilai positif (+), yaitu Rp 285,472,127. • Asumsi pesimis NPV = -20,179,120 (1+0.20)1 + 49,221,591 + (1+0.20)5 -3,321,520 + 14,071,744 + (1+0.20)2 (1+0.20)3 65,041,909 + (1+0.20)6 78,492,586 + (1+0.20)7 31,724,895 + (1+0.20)4 88,975,505 + (1+0.20)8 94,545,347 + 92,394,715 + 63,000,000 - 600,000,000 (1+0.20)9 (1+0.20)10 (1+0.20)10 = (16,815,933) + (2,306,611) + 8,143,370 + 15,299,428 + 19,781,053 + 21,782,404 + 21,905,840 + 20,692,859 + 18,323,522 + 14,922,262 + 10,161,290 - 600,000,000 = 131,889,484 - 600,000,000 = (468,110,516) 105 Bila menggunakan software microsoft excel, maka NPV: Tabel 4.29 Perhitungan NPV dengan excel untuk pengadaan tronton (asumsi pesimis) Tahun Proceed 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2016 (20,179,120) (3,321,520) 14,071,744 31,724,895 49,221,591 65,041,909 78,492,586 88,975,505 94,545,347 92,394,715 63,000,000 DF ( 20% ) 0.833 0.694 0.579 0.482 0.402 0.335 0.279 0.233 0.194 0.162 0.162 Jumlah PV of Proceed PV of Proceed (16,809,207) (2,305,135) 8,147,540 15,291,399 19,787,080 21,789,040 21,899,431 20,731,293 18,341,797 14,967,944 10,206,000 132,047,182 Investasi ( PV Outlay ) 600,000,000 NPV (467,952,818) (sumber: data diolah) Dengan hasil perhitungan diatas NPV bernilai negatif sebesar Rp (467,952,818). 4.2.7.6.3 Internal Rate of Return (IRR) Untuk mencari IRR dapat menggunakan rumus: IRR = P1 - C1 x P2 – P1 C2 – C1 Dimana: P1 = tingkat bunga 1 C1 = NPV1 P2 = tingkat bunga 2 C2 = NPV2 Dan perhitungan IRRnya adalah sebagai berikut: • Asumsi optimis Dari beberapa percobaan, ditemukan nilai NPV positif (+) yang mendekati investasi awal, yaitu pada tingkat diskon factor 51%: 106 Tabel 4.30 Perhitungan NPV (+) yang mendekati investasi asumsi optimis (DF 51%) Tahun Proceed DF ( 51% ) PV of Proceed 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 237,994,032 277,036,992 319,307,048 364,686,009 412,902,625 463,344,298 514,966,110 566,071,164 614,043,670 654,950,613 0.662 0.438 0.29 0.192 0.127 0.084 0.056 0.037 0.025 0.016 157,552,049 121,342,202 92,599,044 70,019,714 52,438,633 38,920,921 28,838,102 20,944,633 15,351,092 10,479,210 2016 63,000,000 0.016 1,008,000 Jumlah PV of Proceed 609,493,601 Investasi ( PV Outlay ) 600,000,000 NPV 9,493,601 (sumber: data diolah) Setelah itu perlu juga mengetahui nilai NPV negatif (-) yang paling mendekati investasi awal. Dari beberapa percobaan yang dilakukan, ditemukan nilai NPV negatif (-) yang paling mendekati investasi awal pada tingkat diskon factor 52% keatas, perhitungannya dapat dilihat: Tabel 4.31 Tahun Perhitungan NPV (-) yang mendekati investasi asumsi optimis (DF 52%) Proceed DF ( 52% ) PV of Proceed 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 237,994,032 277,036,992 319,307,048 364,686,009 412,902,625 463,344,298 514,966,110 566,071,164 614,043,670 654,950,613 0.658 0.433 0.284 0.187 0.123 0.081 0.053 0.035 0.023 0.015 156,600,073 119,957,018 90,683,202 68,196,284 50,787,023 37,530,888 27,293,204 19,812,491 14,123,004 9,824,259 2016 63,000,000 0.015 945,000 Jumlah PV of Proceed 595,752,445 Investasi ( PV Outlay ) 600,000,000 NPV (4,247,555) (sumber: data diolah) 107 Jika dimasukkan kedalam rumus, maka IRR adalah sebagai berikut: P1 = 51% C1 = 9,493,601 P2 = 52% C2 = (4,247,555) IRR = P1 - C1 x P2 – P1 C2 – C1 = 51 - 9,493,601 x 52 - 51 _ _ (4,247,555) - 9,493,601 = 51 + 9,493,601_ 13,741,156 = 51 + 0.69 = • 51.69 % Asumsi moderat Dari beberapa percobaan, ditemukan nilai NPV positif (+) yang mendekati investasi awal, yaitu pada tingkat diskon factor 30%: Tabel 4.32 Perhitungan NPV (+) yang mendekati investasi asumsi moderat (DF 30%) Tahun Proceed DF ( 30% ) PV of Proceed 2007 125,692,902 0.769 96,657,842 2008 152,394,502 0.592 90,217,545 2009 178,891,969 0.455 81,395,846 2010 206,750,126 0.35 72,362,544 2011 235,541,760 0.269 63,360,733 2012 264,565,221 0.207 54,765,001 2013 292,702,408 0.159 46,539,683 2014 318,248,972 0.123 39,144,624 2015 338,663,753 0.094 31,834,393 2016 350,223,811 0.073 25,566,338 2016 63,000,000 0.073 4,599,000 Jumlah PV of Proceed 606,443,548 Investasi ( PV Outlay ) 600,000,000 NPV 6,443,548 (sumber: data diolah) Setelah itu perlu juga mengetahui nilai NPV negatif (-) yang paling mendekati investasi awal. Dari beberapa percobaan yang dilakukan, ditemukan nilai NPV negatif (-) yang 108 paling mendekati investasi awal pada tingkat diskon factor 31% keatas, perhitungannya dapat dilihat: Tabel 4.33 Perhitungan NPV (-) yang mendekati investasi asumsi moderat (DF 31%) Tahun Proceed DF ( 31% ) PV of Proceed 2007 125,692,902 0.763 95,903,684 2008 152,394,502 0.583 88,845,995 2009 178,891,969 0.445 79,606,926 2010 206,750,126 0.34 70,295,043 2011 235,541,760 0.259 61,005,316 2012 264,565,221 0.198 52,383,914 2013 292,702,408 0.151 44,198,064 2014 318,248,972 0.115 36,598,632 2015 338,663,753 0.088 29,802,410 2016 350,223,811 0.067 23,464,995 2016 63,000,000 0.067 4,221,000 Jumlah PV of Proceed 586,325,979 Investasi ( PV Outlay ) 600,000,000 NPV (13,674,021) (sumber: data diolah) Jika dimasukkan kedalam rumus, maka IRR adalah sebagai berikut: IRR P1 = 31% C1 = 6,443,548 P2 = 32% C2 = (13,674,021) = P1 - C1 x P2 – P1 C2 – C1 = 31 - 6,443,548 x = 31 + 6,443,548_ 20,117,569 = 31 + 0.32 = • 32 - 31 _ _ (13,674,021) - 6,443,548 31.32 % Asumsi pesimis Dari beberapa percobaan, ditemukan nilai NPV positif (+) yang mendekati investasi awal, yaitu pada tingkat diskon factor 0.99%: 109 Tabel 4.34 Perhitungan NPV (+) yang mendekati investasi asumsi pesimis (DF 0.99%) Tahun Proceed 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2016 (20,179,120) (3,321,520) 14,071,744 31,724,895 49,221,591 65,041,909 78,492,586 88,975,505 94,545,347 92,394,715 63,000,000 DF ( 0.99% ) 1.01 1.02 1.03 1.04 1.051 1.062 1.073 1.083 1.095 1.105 1.105 PV of Proceed -20,380,911 -3,387,950 14,493,896 32,993,891 51,731,892 69,074,507 84,222,545 96,360,472 103,527,155 102,096,160 69,615,000 Jumlah PV of Proceed 600,346,657 Investasi ( PV Outlay ) 600,000,000 NPV 346,657 (sumber: data diolah) Setelah itu perlu juga mengetahui nilai NPV negatif (-) yang paling mendekati investasi awal. Dari beberapa percobaan yang dilakukan, ditemukan nilai NPV negatif (-) yang paling mendekati investasi awal pada tingkat diskon factor 1% keatas, perhitungannya dapat dilihat: Tabel 4.35 Perhitungan NPV (-) yang mendekati investasi asumsi pesimis (DF 1%) Tahun Proceed 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2016 (20,179,120) (3,321,520) 14,071,744 31,724,895 49,221,591 65,041,909 78,492,586 88,975,505 94,545,347 92,394,715 63,000,000 Jumlah PV of Proceed DF ( 1% ) 0.99 0.98 0.971 0.961 0.951 0.942 0.933 0.923 0.914 0.905 0.905 PV of Proceed -19,977,329 -3,255,090 13,663,663 30,487,624 46,809,733 61,269,478 73,233,583 82,124,391 86,414,447 83,617,217 57,015,000 511,402,719 Investasi ( PV Outlay ) 600,000,000 NPV (88,597,281) (sumber: data diolah) 110 Jika dimasukkan kedalam rumus, maka IRR adalah sebagai berikut: P1 = 0.99% C1 = 346,657 P2 = 1% C2 = (88,597,281) IRR = P1 - C1 x P2 – P1 C2 – C1 = 0.99 - 346,657 x = 0.99 + 1 – 0.99 _ (88,597,281) - 346,657 _ 3,466.57_ 88,943,938 = 0.99 + 0.000039 = 0.990039 % 4.2.7.6.4 Average Rate of Return (ARR) Untuk mencari ARR dapat menggunakan rumus sebagai (Kasmir, dkk, 2005, P156): ARR = _ rata-rata EAIT _ x 100% rata-rata investasi dimana: rata-rata EAIT = total EAIT n rata-rata investasi = investasi 2 Perhitungan ARR untuk kelayakan investasi ini adalah: • Asumsi optimis Rata-rata EAIT = = = Rata-rata investasi total EAIT n 180,176,752 + 218,139,712 + 259,089,768 + 302,851,129 + 349,089,185 + 397,108,779 + 445,766,110 + 493,242,364 + _ 536,772,950 + 572,242,453 10 3,754,479,202 10 = = Maka ARR adalah: = 375,447,920 = 300,000,000 investasi 2 600,000,000 2 111 ARR • = 375,447,920 x 100% 300,000,000 = 1.25 x 100% = 125 % Asumsi moderat Rata-rata EAIT = total EAIT n = 69,484,454 + 95,459,308 + 121,083,878 + 147,856,968 + 175,332,462 + 202,742,172 + 228,905,392 + 252,033,425 + _ 269,485,593 + 277,414,821 10 = Rata-rata investasi 1,839,798,473 10 = investasi 2 = 600,000,000 2 = 183,979,847 = 300,000,000 Maka ARR adalah: ARR = = • 183,979,847 x 100% 300,000,000 0.61 x 100% = 61 % Asumsi pesimis Rata-rata EAIT = = = Rata-rata investasi total EAIT n (74,784,880) + (58,287,280) + (41,334,016) + (24,220,065) + (7,382,889) + 7,630,070 + 20,092,586 + 29,365,905 + _ _33,455,107 + 29,491,995 10 (85,973,467) 10 = = investasi = 2 (8,597,347) 600,000,000 = 2 300,000,000 Maka ARR adalah: ARR = _(8,597,347)_ x 100% 300,000,000 = -0.028 x 100% = - 2.8 % 112 4.2.7.6.5 Profitabilitas Indeks (PI) Untuk mencari PI dapat menggunakan rumus: PI = ∑ PV Cash Flow PV investasi Perhitungan PI untuk kelayakan investasi: • Asumsi optimis PV kas bersih = 237,994,032 + 277,036,992 + 319,307,048 + 364,686,009 + 412,902,625 + 463,344,298 + 514,966,110 + 566,071,164 + 614,043,670 + 654,950,613 = Maka • PI Rp 4,425,302,561 = Rp 4,425,302,561 Rp 600,000,000 = 7.37 Asumsi moderat PV kas bersih = 125,692,902 + 152,394,502 + 178,891,969 + 206,750,126 + 235,541,760 + 264,565,221 + 292,702,408 + 318,248,972 + 338,663,753 + 350,223,811 = Maka • PI Rp 2,463,675,424 = Rp 2,463,675,424 Rp 600,000,000 = 4.1 Asumsi pesimis PV kas bersih = (20,179,120) + (3,321,520) + 14,071,744 + 31,724,895 + 49,221,591 + 65,041,909 + 78,492,586 + 88,975,505 + 94,545,347 + 92,394,715 = Maka PI Rp 490,967,652 = Rp 490,967,652 Rp 600,000,000 = 0.82 113 4.2.7.6.6 Hasil Penilaian Investasi Untuk lebih mudah dalam melihat hasil penilaian kelayakan, dapat dilihat pada tabel-tabel berikut: • Asumsi optimis Tabel 4.36 No 1 2 3 4 5 Hasil perhitungan penilaian kelayakan (asumsi optimis) Hasil Perhitungan Teknik Analisis Investasi PP NPV IRR ARR PI Kriteria Penilaian Yang disyaratkan 2 tahun 1 bulan 26 hari Rp 983,379,931 51.69 % 125 % 7.37 10 tahun Positif 20% 20% >1 Hasil Analisis PP < umur ekonomis NPV > 0 IRR > DF ARR > DF PI > 1 Layak Layak Layak Layak Layak (sumber: data diolah) Dari tabel hasil perhitungan asumsi optimis dapat dilihat bahwa investasi pengadaan tronton ini sangat menguntungkan, karena mengembalikan modal dalam waktu 2 tahun 1 bulan 26 hari. Dan memberi keuntungan Rp 983,379,931. serta 3 perhitungan lainnya yang menunjukkan layaknya pengadaan tronton. Sehingga investasi pengadaan tronton ini layak dan menguntungkan untuk dilaksanakan. • Asumsi moderat Tabel 4.37 No 1 2 3 4 5 Hasil perhitungan penilaian kelayakan (asumsi moderat) Hasil Perhitungan Teknik Analisis Investasi PP NPV IRR ARR PI Yang disyaratkan 3 tahun 7 bulan 12 hari Rp 285,472,127 31.32 % 61 % 4.1 10 tahun Positif 20% 20% >1 Kriteria Penilaian PP < Umur ekonomis NPV > 0 IRR > DF ARR > DF PI > 1 Hasil Analisis Layak Layak Layak Layak Layak (sumber: data diolah) Dari tabel diatas, diketahui kelima analisis menunjukkan layaknya investasi pengadaan tronton ini. Baik dilihat dari analisis Payback Period yang hasil 114 perhitungannya dibawah atau lebih cepat dari yang disyaratkan. Serta yang paling penting dari kelima analisis ini, yaitu analisis NPV. Dimana hasil analisis NPV menunjukkan positif atau menguntungkan. Serta ditambah analisis-analisis lainnya yang juga menunjukkan layak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa investasi pengadaan tronton ini layak dan menguntungkan. • Asumsi pesimis Tabel 4.38 No 1 2 3 4 5 Hasil perhitungan penilaian kelayakan (asumsi pesimis) Teknik Analisis Investasi PP NPV IRR ARR PI Hasil Perhitungan 12 tahun 2 bulan 20 hari Rp (467,952,818) 0.990039 % - 2.8% 0.82 Yang disyaratkan 10 tahun Positif 20% 20% >1 Kriteria Penilaian PP > umur ekonomis NPV < 0 IRR < DF ARR < DF PI < 1 Hasil Analisis Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Layak Layak Layak Layak Layak (sumber: data diolah) Dari tabel hasil perhitungan asmusi pesimis, diketahui bahwa hasil dari kelima analisis dari penelitian menunjukkan tidak layak. Perhitungan asumsi pesimis untuk kelayakan investasi tidak menghasilkan keuntungan (dapat dilihat dari tabel laporan laba-rugi asumsi pesimis), bahkan merugikan investor sebesar Rp 467,952,818. dan investasi dapat balik modal dalam 12 tahun 2 bulan, dimana waktu yang diperlukan melebihi dari umur ekonomis. Ditambah dengan hasil analisis lainnya, investasi ini di asumsi pesimis tidak layak untuk dilaksanakan. Investasi pengadaan tronton di asumsi pesimis ini tidak layak disebabkan adanya biaya bunga yang menyebabkan berkurangnya pendapatan. Sehingga menyebabkan hasil perhitungan tidak layak. 115 Walau hasil perhitungan asumsi pesimis adalah tidak layak. Tetapi hasil perhitungan asumsi optimis dan asumsi moderat yang akan di pergunakan sebagai hasil akhir menunjukkan layaknya investasi pengadaan tronton ini. 4.2.8 Kelayakan investasi dari sisi investor Setelah analisis-analisis didepan, maka selanjutnya adalah keputusan layak atau tidaknya investasi pengadaan tronton ini bila ditinjau dari keinginan investor. Adapun hasil yang diharapkan oleh investor dari investasi pengadaan tronton ini, yaitu: Balik modal * : 5 tahun Tingkat keuntungan (DF) * : 20% per tahun Ket: * = sumber data diperoleh dari PT TATA SURYA Dari data-data analisis didepan yang dibandingkan dengan hasil yang diinginkan oleh investor akan menunjukkan layak atau tidaknya investasi pengadaan tronton ini. Perhitungannya adalah: • Asumsi optimis Tabel 4.39 Perbandingan hasil perhitungan dengan yang diharapkan investor (asumsi optimis) No Teknik Analisis Investasi 1 2 3 4 5 PP NPV IRR ARR PI Hasil Perhitungan 2 tahun 1 bulan 26 hari Rp 983,379,931 51.69 % 125 % 7.37 Yang diharapkan 5 tahun Positif 20% 20% >1 Kriteria Penilaian PP < yang diharapkan NPV > 0 IRR > DF ARR > DF PI > 1 (sumber: data diolah) Dari tabel hasil perhitungan asumsi optimis dapat dilihat bahwa investasi mengembalikan modal dalam waktu 2 tahun 1 bulan 26 hari. Dan keuntungan maksimal yang dapat diberikan kepada investor adalah sebesar Rp 983,379,931. Serta hasil Hasil Analisis Layak Layak Layak Layak Layak 116 perhitungan lainnya pun menunjukkan layak. Sehingga investasi pengadaan tronton ini layak dan menguntungkan untuk dilaksanakan. Lalu untuk mengetahui keuntungan yang dapat diperoleh investor per tahunnya. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.40 Perhitungan hasil keuntungan yang diharapkan investor (asumsi optimis) Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 EAIT 20 % dari EAT 180,176,752 218,139,712 259,089,768 302,851,129 349,089,185 Total keuntungan 36,035,350 43,627,942 51,817,954 60,570,226 69,817,837 Total keuntungan 5 tahun 397,108,779 445,766,110 493,242,364 536,772,950 572,242,453 Total keuntungan 10 tahun 261,869,309 79,421,756 89,153,222 98,648,473 107,354,590 114,448,491 750,895,840 (sumber: data diolah) • Asumsi moderat Tabel 4.41 Perbandingan hasil perhitungan dengan yang diharapkan investor (asumsi moderat) No Teknik Analisis Investasi Hasil Perhitungan 1 2 3 4 5 PP NPV IRR ARR PI 3 tahun 7 bulan 12 hari Rp 285,472,127 31.32 % 61 % 4.1 (sumber: data diolah) Yang diharapkan 5 tahun Positif 20% 20% >1 Kriteria Penilaian PP < Yang diharapkan NPV > 0 IRR > DF ARR > DF PI > 1 Hasil Analisis Layak Layak Layak Layak Layak 117 Dari tabel diatas, diketahui kelima analisis menunjukkan layaknya investasi pengadaan tronton ini. Baik dilihat dari analisis Payback Period yang hasil perhitungannya dibawah atau lebih cepat dari yang diharapkan investor. Serta yang paling penting dari kelima analisis ini, yaitu analisis NPV. Dimana hasil analisis NPV menunjukkan keuntungan yang lebih besar dari keuntungan yang diharapkan, yaitu sebesar Rp 285,472,127. Serta ditambah analisis-analisis lainnya yang juga menunjukkan layak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa investasi pengadaan tronton ini layak dan menguntungkan. Lalu untuk mengetahui keuntungan yang dapat diperoleh investor per tahunnya. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.42 Perhitungan hasil keuntungan yang diharapkan investor (asumsi moderat) Tahun 1 2 3 4 5 EAIT 69,484,454 95,459,308 121,083,878 147,856,968 175,332,462 20 % dari EAT 13,896,891 19,091,862 24,216,776 29,571,394 35,066,492 Total keuntungan 5 tahun 6 7 8 9 10 (sumber: data diolah) 202,742,172 228,905,392 252,033,425 269,485,593 277,414,821 Total keuntungan 10 tahun Total keuntungan 121,843,414 40,548,434 45,781,078 50,406,685 53,897,119 55,482,964 367,959,695 118 • Asumsi pesimis Tabel 4.43 Perbandingan hasil perhitungan dengan yang diharapkan investor (asumsi pesimis) No Teknik Analisis Investasi 1 PP 2 3 4 5 NPV IRR ARR PI Hasil Perhitungan Yang diharapkan Kriteria Penilaian Hasil Analisis 12 tahun 2 bulan 20 hari 5 tahun PP > Yang diharapkan Tidak Layak Rp (467,952,818) 0.990039 % - 2.8% 0.82 Positif 20% 20% >1 NPV < 0 IRR < DF ARR < DF PI < 1 Tidak Tidak Tidak Tidak (sumber: data diolah) Dari tabel hasil perhitungan asmusi pesimis, diketahui bahwa hasil dari kelima analisis dari penelitian menunjukkan tidak layak. Dan memberikan merugikan investor sebesar Rp 467,952,818. dan investasi dapat balik modal dalam 12 tahun 2 bulan, dimana waktu yang diperlukan melebihi dari umur ekonomis. Ditambah dengan hasil analisis lainnya, investasi ini di asumsi pesimis tidak layak untuk dilaksanakan. Lalu untuk mengetahui kerugian yang dihadapi investor per tahunnya. Dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.44 Perhitungan hasil kerugian yang dihadapi investor (asumsi pesimis) Tahun EAIT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (74,784,880) (58,287,280) (41,334,016) (24,220,065) (7,382,889) Total keuntungan 5 tahun 7,630,070 20,092,586 29,365,905 33,455,107 29,491,995 Total keuntungan 10 tahun (sumber: data diolah) 20 % dari EAT Total keuntungan (14,956,976) (11,657,456) (8,266,803) (4,844,013) (1,476,578) (41,201,826) 1,526,014 4,018,517 5,873,181 6,691,021 5,898,399 (17,194,693) Layak Layak Layak Layak 119 4.2.9 Pembiayaan investasi Dari analisis dan penilaian kelayakan didepan diketahui bahwa investasi pengadaan tronton ini layak (dari asumsi moderat), maka selanjutnya adalah menganalisis keputusan mengenai pembiayaan investasi apakah menggunakan leasing atau pinjaman. Adapun data-data yang diperoleh untuk menghitung biaya leasing adalah sebagai berikut: Biaya sewa * = 11.3 % Tingkat bunga* = 28 % Nilai Investasi = 600,000,000 Depresiasi = 53,000,000 Pajak = 30 % Umur investasi = 10 tahun Ket: * = Data diperoleh dari PT ORIX indonesia Finance Sesuai rumus (Husein Umar, 2005, P211), perhitungan untuk mengetahui biaya leasing adalah: NAL = Lt (1 – T) + T . Dept + _ Vn _ (1 + Kb) [1 + (1 - T)Kb] - Io Dimana NAL = Net Advantage of Leasing Lt = Pembayaran sea secara periodik Dept = Penyusutan mesin dalam periode t Kb = Tingkat bunga Vn = Nilai sisa investasi setelah pajak yang diperkirakan Io = Harga mesin Sebelum menghitung NAL, perlu mengetahui biaya sewa untuk tronton, yaitu: 120 Tabel 4.45 Biaya sewa tronton dengan leasing Harga jual tronton di pasaran t 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tingkat biaya sewa 600,000,000 582,000,000 564,540,000 547,603,800 531,175,686 515,240,415 499,783,203 484,789,707 470,246,016 456,138,635 0.113 0.113 0.113 0.113 0.113 0.113 0.113 0.113 0.113 0.113 Biaya sewa sebelum bunga 67,800,000 65,766,000 63,793,020 61,879,229 60,022,853 58,222,167 56,475,502 54,781,237 53,137,800 51,543,666 Bunga yang dikenakan (28 %) 18,984,000 18,414,480 17,862,046 17,326,184 16,806,399 16,302,207 15,813,141 15,338,746 14,878,584 14,432,226 Biaya sewa setelah bunga 86,784,000 84,180,480 81,655,066 79,205,414 76,829,251 74,524,374 72,288,642 70,119,983 68,016,384 65,975,892 (Sumber: data diolah) Lalu berikutnya adalah perhitungan NAL untuk biaya leasing. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Tabel 4.46 Perhitungan NAL untuk biaya leasing a b c t Lt (1 - T) T . Dept [1 + (1 - T) Kb] 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 60,748,800 58,926,336 57,158,546 55,443,790 53,780,476 52,167,062 50,602,050 49,083,988 47,611,469 46,183,125 15,900,000 15,900,000 15,900,000 15,900,000 15,900,000 15,900,000 15,900,000 15,900,000 15,900,000 15,900,000 1.196 1.196 1.196 1.196 1.196 1.196 1.196 1.196 1.196 1.196 Total d (a+b) e (d/c) [Lt (1 - T)] + (T . Dept) 76,648,800 74,826,336 73,058,546 71,343,790 69,680,476 68,067,062 66,502,050 64,983,988 63,511,469 62,083,125 [Lt (1 - T)] + (T . Dept) [1 + (1 - T) Kb] 64,087,625 62,563,826 61,085,741 59,651,998 58,261,267 56,912,259 55,603,721 54,334,438 53,103,235 51,908,967 577,513,077 (Sumber: data diolah) Karena di akhir umur ekonomis dari investasi terdapat nilai sisa, maka nilai sisa tersebut juga harus dihitung untuk mendapatkan biaya leasing. Perhitungan nilai sisa dalam biaya leasing adalah: Nilai sisa dalam leasing = _ Vn _ (1 + Kb)t Maka Nilai sisa dalam leasing adalah: 121 Nilai sisa dalam leasing = 63,000,000* = 5,336,308 (1 + 0.28)10 Ket: * = Vn diperoleh dari nilai sisa – pajak (10%) Maka NAL adalah: NAL = Lt (1 – T) + T . Dept + _ Vn _ (1 + Kb) [1 + (1 - T)Kb] - Io = Rp 577,513,077 + Rp 5,336,308 - Rp 600,000,000 = Rp 582,849,385 - Rp 600,000,000 = Rp (17,150,615) Dikarenakan hasil dari NAL adalah negatif, maka sebaiknya mesin atau tronton tidak di leasing tapi tronton tersebut harus diperoleh dengan cara pinjaman. 4.3 Implikasi hasil penelitian Dari hasil analisis dan perhitungan kelayakan investasi pengadaan tronton yang menunjukkan hasil layak atau menguntungkan, maka selanjutnya adalah implikasi hasil penelitian. Dimana setelah analisis kelayakan investasi ini dinyatakan layak, terdapat halhal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan oleh pihak perusahaan dan pihak investor atau komisaris perusahaan. Hal-hal tersebut antara lain: • Sebaiknya pihak perusahaan menyeleksi calon sopir dan kernet yang akan dipekerjakan untuk divisi tronton, karena nantinya semua kegiatan operasional tergantung pada kedua orang tersebut. • Setelah itu sebaiknya investor lebih memperhatikan sisi manajemen divisi tronton tersebut, seperti sumber daya manusianya, tingkat kualitas jasa yang diberikan tersebut agar dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keuntungan yang lebih. Karena divisi tronton yang akan diadakan ini merupakan divisi baru yang masih membutuhkan perhatian secara khusus. 122 • Sebaiknya perusahaan memperhatikan dalam hal perawatan dan perbaikan atau maintenance mesin tronton. Karena bila mesin baik berupa kendaraan atau mesinmesin berat lainnya dipakai secara kontinu dalam kapasitas pemakaian yang berlebihan maka umur mesin tersebut akan berkurang atau dengan kata lain cepat rusak. Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan yang spesial atau khusus. Sehingga dalam hal ini perusahaan perlu memperhatikannya secara lebih. • Terakhir adalah segi lokasi parkir. Lokasi perusahaan berada di keramaian kota, sehingga dapat diperkirakan lokasi tersebut macet, apalagi pada siang hari. Dan hal tersebut sudah pasti akan menjadi kendala dalam hal keluar-masuknya tronton dari perusahaan ke lokasi atau tujuan. Jadi sebaiknya pihak perusahaan harus lebih memperhatikan hal ini untuk mempermudah proses produksi divisi tronton ini.