Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008 PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL) UNTUK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA Meylinda Mulyati1 ABSTRAK Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang terus meningkat hingga akhir tahun 2006 cukup meresahkan masyarakat, disusul kenaikan BBM dan tarif telepon. Kenaikan yang cukup memberatkan membuat konsumen berfikir negatif bahwa pemerintah khususnya pihak PLN terlalu semena-mena dan tidak memikirkan rakyat. Akan tetapi, disisi lain memang kenaikan tarif dasar listrik ini sudah selayaknya mengingat begitu besar beban yang harus ditanggung PLN untuk biaya produksi listrik yang cukup mahal. Kurangnya pengetahuan masyarakat umum dan masyarakat industri tentang bagaimana penghitungan tarif dasar listrik dan juga kurangnya sosialisasi dari pihak PLN sendiri (PLN kurang transparan dalam penentuan tarif listrik) merupakan salah satu kendala dalam ketenagalistrikan di Indonesia. Pelanggan energi listrik terkecil adalah sektor industri, namun Sektor industri merupakan konsumen terbesar pemakaian energi listrik dan merupakan sumber dana terbesar bagi PLN. Kata-Kata Kunci : Tarif Dasar listrik, Sektor Industri, Energi Listrik 1 PENDAHULUAN Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang paling banyak digunakan manusia selain minyak dan gas bumi (migas) untuk aktivitas seharihari. Listrik tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Tanpa listrik dunia akan gelap gulita. Dengan energi listrik kita dapat beraktivitas di malam hari. Listrik juga membantu kita untuk mempermudah pekerjaan-pekerjaan berat yang tidak dapat dikerjakan sendiri. Konsumen terbesar pemakai energi listrik adalah sektor industri, kemudian disusul sektor rumah tangga, komersial dan pemerintahan. Sedangkan yang paling kecil mengkonsumsi energi listrik adalah sektor transportasi, karena pada sektor transportasi ini, energi listrik hanya dimanfaatkan pada kereta api rel listrik (KRL), itupun jumlahnya terbatas dan untuk saat ini hanya terdapat di pulau Jawa. Listrik diharapkan semakin diminati masyarakat di hari-hari mendatang, bukan hanya masyarakat industri tetapi juga oleh semua masyarakat pengguna energi. Hal tersebut disebabkan energi listrik dapat dikategorikan sebagi energi bersih yang tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Energi listrik juga mudah dimanfaatkan, walaupun biaya untuk membangkitkan energi listrik masih relatif mahal. Meskipun pemanfaatan listrik cukup prospektif, tetapi terdapat kendala dalam proses pembangkitannya, memgingat sebagian besar dari bahan 1 Meylinda Mulyati adalah staf pengajar di Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Musi Palembang Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008 bakar yang dimanfaatkan oleh pembangkit listrik di Indonesia adalah bahan bakar fosil. Dengan memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi nasional yang mulai tahun 2000 akan berangsur-angsur pulih hingga mecapai 5,6% pada tahun 2029, diperkirakan selama tiga puluh lima tahun mendatang, konsumsi energi dalam negeri akan mengingkat rata-rata sebesar 2,8% per tahun. Dari total konsumsi energi pada periode 1994-1999 diperkirakan 9% disuplai oleh energi listrik dan pada periode 2024-2029 akan meningkat menjadi 16%. Sejak tahun 1989 hingga tahun 2001, tarif dasar listrik (TDL) terus mengalami kenaikan yang disebabkan oleh kenaikan beberapa komponen utama biaya produksi tenaga listrik. Dari data tahun 1989 terungkap bahwa kenaikan tersebut disebabkan antara lain oleh terjadinya perubahan beberapa variabel seperti bahan bakar, harga pembelian energi listrik, tingkat inflasi dan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah. Kenaikan tarif dasar listrik yang terus meningkat hingga akhir tahun 2001 cukup meresahkan masyarakat, disusul kenaikan BBM dan tarif telepon. Kenaikan yang cukup memberatkan ini, membuat konsumen berpikir negatif bahwa pemerintah khususnya pihak PLN terlalu semena-mena dan tidak memikirkan rakyat. Akan tetapi, di sisi lain memang kenaikan tarif dasar listrik ini sudah selayaknya mengingat begitu besar beban yang harus ditanggung PLN untuk biaya produksi listrik yang biayanya cukup mahal. Kurangnya pengetahuan masyarakat umum tentang bagaimana perhitungan tarif listrik dan juga kurangnya sosialisasi dari pihak PLN dikarenakan PLN kurang transparan dalam penentuan tarif dasar listrik merupakan salah satu kendala dalam ketenagalistrikan di Indonesia. Mengingat begitu luasnya konsumen listrik di Indonesia dan banyaknya sektor pengguna jasa energi listrik di Indonesia, maka pada bahasan dalam makalah ini hanya akan dibahas bagaimana menetukan tarif dasar listrik (TDL) untuk sektor industri. 2 Penetuan Tarif Dasar Listrik Untuk Industri Tenaga listrik tidak dapat disimpan dalam jumlah yang besar dan harus dibangkitkan dan ditransmisikan kepada pemakai ditempat pada waktu dan jumlah yang diperlukan. Sefat ini menyebakan pengukuran, penetapan harga maupun penentuan tarif listrik akan menjadi lebih sulit. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan listrik secara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua golongan besar, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel). Komponen biaya tetap dapat dianggap mewakili biaya dari kesiapan penyediaan setiap waktu, sedangkan biaya tidak tetap (biaya variabel) mewakili biaya energi listrik yang di konsumsi sebenarnya. Biaya tidak tetap ini berbanding lurus dengan jumlah daya (kWh) yang dipakai. Sedangkan komponen biaya tetap kemungkinan besar untuk sebagian yang penting akan bergantung dari besarnya daya yang senantiasa harus disediakan oleh perusahaan listrik. 41 Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008 2.1 Pemisahan Biaya Dalam Tiga Bagian Henry L. Doherty (1990) mengemukakan bahwa pemisahan biaya dalam dua bagian merupakan kemajuan besar dalam teori biaya listrik, namun masih mengandung beberapa ketidaksempurnaan, terutama yang menyangkut biaya tetap. Pada pemakai besar komponen langganan ini relatif kecil, namun pada pemakai kecil komponen ini secara reatif cukup berarti, yang dirumuskan: Y = A + bX atau Y = A1 + A2 + bX dimana: A1 = Biaya tetap komponen langganan A2 = Biaya tetap komponen daya tersedia bX = Biaya Variabel b = Biaya Variabel per kWh X = kWh yang dipakai Ada dua cara untuk memperhitungkan biaya kepada para pemakai listrik. Pertama, adalah cara biaya yang dibagi, diperkirakan sedemikian rupa hingga semua biaya secara logis dialokasikan kepada para pemakai, menurut prinsip yang berlaku. Kedua, adalah apa yang sering disebut sebagai biaya inkremental atau biaya marginal, yang berlandaskan pendapat, bahwa diperhitungkan untuk menyediakan listrik untuk suatu konsumen atau kelompok konsumen, hanyalah biaya yang harus ekstra dipikul, dibandingkan dengan bila kelompok konsumen itu tidak disambung. Perbedaan cara-cara ini dapat menjadi penting pada penentuan tarif. 2.2 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Biaya Listrik Biaya dapat dialokasikan pada tiap kelompok konsumen, dan bahwa tiap konsumen dalam suatu kelompok mendapatkan alokasi biaya itu sesuai besar daya tersedia yang memintanya dan banyaknya energi yang dipakainya. Hal ini merupakan landasan atas prinsip pemisahan dalam dua komponen yaitu besarnya daya dan banyaknya energi. Faktor lain yang mempengaruhi tingkatan biaya yang mempengaruhi pembagian antar kelompok konsumen, dan antar pemakai di dalam satu kelompok. Faktor itu adalah: - Jumlah energi atau daya (kWh) yang di pakai, faktor ini mempengaruhi komponen variable - Besarnya daya tersedia dalam kWh, faktor ini mempengaruhi komponen tetap daya tersedia. - Faktor beban, baik pada sisi konsumen, maupun pada pusat listrik. Faktor ini mempengaruhi komponen tetap maupun komponen variabel. - Diversitas, yang mempengaruhi komponen tetap dan komponen variable 42 Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008 - Letak pemakai dalam jaringan, terutama mempengaruhi biaya tetap. - Waktu dari beban puncak, faktor terutama menentukan biaya tetap. - Sifat-sifat musiman dari beban, yang berpengaruh baik pada biaya tetap maupun biaya pemakaian. - Faktor kerja, terutama yang berpengaruh pada biaya tetap. - Prinsip multlaknya keandalan terutama yang berpengaruh pada biaya tetap. - Efek skala. Skala berpengaruh pada biaya. 2.2.1 Jumlah Energi Yang di Pakai Biaya yang dibebankan kepada suatu konsumen atau kelompok konsumen dipengaruhi oleh jumlah yang dipakai, dan secara langsung mempengaruhi biayabiaya variabel. Pada prinsipnya biaya tetap tidak akan terpengaruh. Pada rumus: Y = A + bX, besaran X (kWh) tidak dapat ditingkatkan sekehendak hati, akan tetapi mempunyai nilai maksimum sebesar: Xm = kWm hm dimana: kWm = Daya tersedia (maksimum) hm = Jumlah jam maksimum satuan waktu yang ditentukan Pada rumus per satuan energi, maka: u= A +b x u= a +b atau untuk x = xm menjadi u = um, sehingga: u= A +b xm u = am + b Jumlah energi yang melewati suatu titik dalam suatu sistem jaringan, dimulai dari terminal generator, melalui saluran transmisi, terusd gardu induk sampai ke konsumen, pada umunya diukur dengan mempergunakan alat-alat ukur kWh, sekalipun tidak diukur pada tiap tempat. 2.2.2 Waktu Beban Puncak Ada dua cara untuk memperhitungkan alokasi biaya beban puncak. Cara I : Alokasi menurut besar beban puncak memperhatikan waktu terjadinya beban puncak itu. masing-masing, tanpa Cara II : Alokasi menurut besarnya beban dari masing-masing kelompok pemakai pada waktu beban puncak jaringan, tanpa memperhatikan bahwa beban puncak kelompok pemakai mungkin terjadi di luar waktu beban puncak dari sistem. 43 Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008 Misalnya pemakai A, yang mempunyai beban puncak Pa yang terjadi sekitar pukul 18.00 dan seterusnya, mempunyai beban dasar sebesar Da, sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini. Selanjutnya pemakai B, yang mempunyai beban puncak Pb yang terjadi sekitar pukul 07.00 dan seterusnya, mempunyai beban dasar Db. Alokasi menurut cara I dan cara II pada pemakai A dan pemakai B menjadi terlihat pada tabel 1. Tabel 1 Ikhtisar cara I dan cara II pada penentuan beban puncak. KONSUMEN Cara I Cara II Pemakai A Pa Pa Pb Pa Pc Pemakai B Pb Pa Pb Pb Pc Ikhtisar di atas memperlihatkan, bahwa pada cara I, yang beruntung adalah pemakai B, dan cara II yang akan beruntung adalah pemakai A. Masing-masing cara mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Keuntungan cara II adalah bahwa peralatan harus mampu memikul beban puncak keseluruhan dan bahwa setiap konsumen memikul bagiannya sendirisendiri terhadap beban puncak ini. Semua beban yang terjadi di luar waktu beban puncak, akan dapat melampaui beban puncak sistem, sehingga beban puncak jaringan akan berpindah, dan perlu adanya peninjauan kembali mengenai alokasi biaya kepada para pemakai semuanya. Kesuliatan ini tidak akan terjadi pada cara I, lagi pula cara ini lebih banyak memperlihatkan diversitas. Di lain pihak, cara 1 juga memiliki kelemahan. Misalnya hipotetis, ada tiga orang pemakai: A, B, dan C, yang masing-masing memiliki beban puncak yang sama besarnya, hanya berlainan waktu, seperti terlihat pada gambar 1. Beban A 0 Beban B 08 C 16 AB 24 Waktu 0 08 C 16 24 Waktu Gambar 1 Penentuan Beban dengan Tiga Pemakai Pemakai A memiliki beban puncak sebesar P, dan memakai tenaga hanya dari pukul 00.00 hingga 08.00. Pemakai B juga memiliki beban puncak sebesar P, 44 Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008 namun memakai tenaga dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00, sedangkan pemakai C memiliki beban puncak yang juga sebesar P, dan pemakaianannya adalah dari pukul 16.00 hingga 24.00. dalam situasi ini dengan cara I para pemakai A, B, dan C membayar bea tetap yang sama karena sama tingginya. 2.3 Konsep Perhitungan Dalam Penetapan Harga Energi Listrik Konsep perhitungan utama dalam penetapan energi listrik ini menggunakan metode biaya pembangkitan terendah. Secara umum dapat dilihat pada gambar berikut: Pembangkit Listrik Transmisi Distribusi Pemakai Gambar 2 Konsep Perhitungan Utama Dalam Penetapan Harga Energi Listrik Harga energi listrik yang sampai ke pamakai akhir terdiri atas komponen biaya pembangkitan, biaya transmisi, dan biaya distribusi. Variabel yang paling menentukan besar-kecilnya harga energi listrik dari ketiga komponen itu adalah biaya pembangkitan. Selama ini dipakai metode biaya pembnagkitan terendah untuk menentukan besarnya harga listrik di lokasi pembangkitan. Secara umum metode ini terdiri dari tiga variabel utama, yaitu biaya modal, biaya operasi dan biaya perawatan (operation and maintanance cost), serta biaya bahan bakar. Secara khusus dapat dirumuskan sebagai berikut: K = (f. p /m. T) + (860. u/n) Modal bahan bakar + g perawatan Keterangan: K : biaya pembangkitan p : biaya modal f : faktor pengembalian modal m : faktor manfaat (kapasitas) tahunan T : jam kalender dalam setahun u : biaya bahan bakar n : effisiensi pembangkitan termal g : biaya operasi dan perawatan Proporsi biaya bahan bakar merupakan komponen terbesar dalam penetuan biaya pembangkitan. Hal ini akan mempengaruhi penetuan harga listrik 45 Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008 ke konsumen dalam arti jenis bahan bakar apa yang annti menghasilkan harga energi listrik paling murah. Biaya pembangkitan listrik ini dapat berubah dari waktu ke waktu tergantung berbagai faktor yang mempengaruhi perhitungannya. Setelah biaya pada loko pembangkitan ditambah dengan biaya transmisi dan biaya distribusi, dan dari jumlah ketiga komponen harga maka ditemukan biaya listrik sampai ke pemakai. Setelah biaya total pembangkitan listrik diketahui, proses selanjutnya beralih ke strategi penentuan harga. Karena ini merupakan harga finansial, maka terdapat tiga strategi utama yang dapat ditempuh. Pertama, menetapkan harga pembangkitan lebih tinggi daripada harga pembangkitan yang seharusnya terjadi pada awal masa produksi. Penetapan ini kemudian berangsur-angsur diturunkan. Kedua, menetapkan harga pembangkitan yang sama dengan harga pembangkitan yang sebenarnya. Para pemakai akan menghadapi harga yang tetap sama, namun pengembalian modal relatif lebih lambat bagi penyedia listrik. Ketiga, menetapkan harga pembangkitan listrik lebih rendah daripada harga pembangkitan yang sebenarnya. Pemakai menikmati harga listrik yang rendah daripada masa awal produksi, namun harga berangsur-angsur meningkat. Pertumbuhan kebutuhan akan listrik yang demikian tinggi membuat isu penyediaan tenaga listrik oleh pihak selain PLN menjadi sangat penting. Penyediaan listrik oleh swasta hanya terbatas pada usaha pembangkitannya dan belum termasuk dalam transmisi dan distribusi. Penetapan harga listrik yang dibangkitkan oleh pihak swasta pada dasarnya sama dengan PLN, namun perhitungan biaya modalnya menjadi lebih komplekkarena modal yang digunakan swasta berupa dana pinjaman selain modal sendiri. Dalam perkembangannya, semakin banyak produsen yang menyediakan dan mengadakan listrik swasta. Dengan demikian harga listrik swasta menjadi lebih kompetitif dan semakin murah. Penentuan tarif dasar listrik penting bila dikaitkan dengan struktur dan tingkat harganya. Pada prinsipnya, penentuan TDL berdasarkan diskriminasi harga dan harga mark-up dari biaya finansial. Sebelum kita tinjau lebih jauh dampak kenaikan TDL bagi industri, maka terlebih dahulu tinjau tujuan kenaikan TDL dan alasan mengapa TDL perlu dinaikkan. Adapun tujuan kenaikan TDL: - memperbaiki kondisi keuangan PLN - mempertahankan kelangsungan pasokan listrik PLN - memperkecil subsidi listrik dengan menata kembali struktur subsidi - secara bertahap harga jual tenaga listrik menuju nilai ekonominya. 46 Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008 Sedangkan alasan kenaikan TDL adalah: - solidaritas dari pelangganan listrik PLN Pelanggan listrik yang telah dilayani perlu membayar tarif sesuai keekonomian, sebagai tanda turut solider pada bagian bangsa ini yang belum menikmati listrik. Dengan pendapatan sesuai ke-ekonomiannya, dapat dilakukan investasi untuk pengembangan. - mendekati tingkat tarif yang mencerminkan biaya Suatu industri yang tingkat tarifnya tidak mencerminkan biaya akan mengalami masalah dalam kelangsungan dan pengembangan usahanya. Industri penyediaan tenaga listrik ini sangat diperlukan oleh suatu bangsa dan usahanya harus berlangsung terus menerus. - dana pemerintah sangat terbatas untuk memberikan sokongan pada industri penyedia tenaga listrik. Sampai saat ini, pemerintah selalu turun tangan membantu industri vital yang mengalami kesulitan. Tahun anggaran 2001, dengan nilai rupiah yang jauh lebih rendah dari patokan APBN dan belum mencairnya dana IMF, defisit APBN membengkak sehingga kemapuan memberikan subsidi berkurang. - Untuk program investasi, guna menjaga kelangsungan pasokan di masa mendatang Program kenaikan TDL ini dilakukan bertahap selama 5 tahun, sehingga mencapai nilai keekonomiannya. Untuk itu diperlukan komitmen seluruh bangsa. Dengan adanya komitmen 5 tahu ini, sekarang dapat mulai dilakukan investasi yang akan selesai 3-4 tahun lagi. Ini akan sejalan dengan pertumbuhan diatas 10% pertahun. - Adanya kenaikan BBM Pemerintah terus menaikan harga BBM yang digunakan PLN sebagai bahan bakar. Karena itu, PLN juga harus menaikkan tarif TDL untuk menjaga keadaan keuangan. - Tindak lanjut kebijakan subsidi konsumen terarah. Subsidi konsumen terarah hanya untuk daya terpasang sama atau lebih kecil dari 450 VA. Ini berarti segmen konsumen lain yang diatas 450 VA tidak disubsidi oleh pemerintah, yang artinya kalau tarifnya belum mencapai nilai keekonomian maka kekurangannya ditutup oleh PLN dengan kerugiannya. Situasi ini memberatkan kemampuan keuangan PLN untuk bertahan apalagi ada kebutuhan berkembang. 3 PENGARUH KENAIKAN TDL BAGI INDUSTRI Secara umum porsi biaya listrik dalam biaya produksi dari berbagai jenis industri adalah kecil. Porsi biaya listrik dalam biaya produksi barang umumnya berkisar antara 3-10% tergantung jenis industrinya. Tabel. 2 berikut ini 47 Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008 menggambarkan persentase biaya listrik dalam seluruh biaya produksi untuk bermacam-macam industri. Tabel 2 Persentase biaya listrik untuk industri Gol. Tarif ISIC Jenis Industri 1-3 312 Makanan lainnya 1-3/1-4 321 Tekstil 1-3 341 Kertas, barang dari kertas 1-3 356 Plastik, barang dari plastik 1-3 361 Porselen 1-3 362 Gelas, barang dari gelas 1-4 363 Semen, Kapur % 4,47 3,89 3,48 4,12 4,66 3,24 9,50 Karena tahun 2000 kalangan industri telah memikul kenaikan TDL 2000 porsi terbesar, maka dalam TDL 2001 kenaikan TDL akan mencapai sekitar 10-15% tergantung daya terpasang dan pemakaian. Tabel 3. berikut memperlihatkan komposisi pelangan sampai bulan Juni 2001. Tabel 3. Komposisi pelangan sampai bulan Juni 2001 Tarif Pelangan % KVA % tersambung Sosial R.Tangga Bisnis Industri Umum Total: MWh Jual % Penjualan % (x Rp.1 juta) 5.030 1,50 14,841 3,36 9.680 2,65 2.547 2,30 314.266 93,74 239,449 54,21 200.047 54,77 43.140 38,98 14.439 4,31 76,570 17,33 51.965 14,23 22.936 20,72 268 0,08 96,575 21,86 90.403 24,75 35.086 31,70 1.266 0,38 14,305 3,24 13.125 3,59 6.961 6,29 335.269 100,00 441,740 100,00 365.220 100,00 110.670 100,00 Dari tabel 3, terlihat bahwa meskipun sektor industri yang jumlah pelanggannya sedikit, namun persentase pemakaian dan penjualan mempunyai persentase yang cukup tinggi setelah pemakaian untuk rumah tangga. Dengan kata lain, sektor industri merupakan golongan yang paling banyak dalam pemakaian energi listrik setelah rumah tangga. Harga jual tenaga listrik yang disediakan oleh perusahaan listrik negara dinyatakan dalam tarif dasar listrik. Tarof dasar listrik untuk industri ini dikeluarkan pemerintah hingga akhir tahun 2001. Tahun-tahun berikutnya, TDL untuk industri terus meningkat, tergantung dengan bagaimana kondisi ekonomi di dalam negeri, apakah akan semakin membaik atau malahan akan semakin terpuruk. 48 Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008 4 SIMPULAN - Tarif dasar listrik (TDL) untuk industri dipengaruhi oleh tiga variabel utama, yaitu biaya modal, biaya operasi&perawatan, dan biaya bahan bakar. Untuk tahun anggaran 2000/2001, kenaikan TDL untuk industri akan mencapai 10-15% - Pengaruh kenaikan TDL untuk sektor industri tidak begitu besar, hal ini dikarenakan porsi biaya listrik dalam biaya produksi dari berbagai jenis indutri adalah kecil. 5 DAFTAR PUSTAKA Boedoyo, M., Sidik & Agus, S. 2000. Optimasi Suplai Energi dalam Memenuhi Kebutuhan Tenaga Listrik Jangka Panjang di Indonesia. Publikasi ilmiah. BPPT. Jakarta. Kadir, Abdul. 1998. Konversi Energi. edisi kedua. Erlangga. Jakarta Yusgiantoro, P. 2000. Ekonomi Energi: Teori dan Praktek. LP3ES. Jakarta. ___________. 2001. Penjelasan Tentang Tarif Dasar Listrik 2001. PT.PLN Persero. Jakarta. ___________. 2001. VP Tarif dan Niaga. PT. PLN Persero. Jakarta. 49