Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 Laporan Akuntatabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat tahun 2013 disusun sebagai tindak lanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Gubernur Kalimantan Barat Nomor 48 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di lingkungan Provinsi Kalimantan Barat. A. Kesimpulan 1. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat tahun 2013 untuk melaksanakan Tupoksi dan kewenangannya mendapat alokasi anggaran dari APBD Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp.13.616.991.800,00 dan APBN dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebesar Rp.1.943.729.000,00. 2. Capaian kinerja Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimatan Barat tahun 2013 yang dilaksanakan melalui Program dan Kegiatan dalam rangka mencapai sasaran strategis ; 1) Meningkatkan penyediaan data dan informasi potensi dan pemanfaatan sumberdaya geologi, geologi lingkungan dan mitigasi bencana geologi, dengan capaian kinerja bertambahnya data Survey Identifikasi potensi bahan galian untuk industri keramik sampai dengan pada tahun 2013 dilakukan di Kabupaten Melawi, Kapuas Hulu, Sambas, Kubu Raya dan Kota Singkawang, Bengkayang, Landak, Sanggau dan Ketapang; 50 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 2) Meningkatkan penyediaan air bersih yang bersumber dari eksplorasi air tanah, dengan capaian kinerja penyediaan air bersih bagi masyarakat di daerah sulit air yaitu bertambahnya jumlah sumur bor yang dilakukan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 menjadi sebanyak 5 (lima) titik dan bertambahnya pembangunan water treatment (sarana prasarana pengolahan air eksplorasi air tanah) menjadi berjumlah 4 (lima) unit. 3) Meningkatkan nilai tambah dan kontribusi penerimaan daerah dari pelaksanaan usaha pertambangan mineral dan batubara, capaian kinerja : - Bertambahnya data dan informasi pengelolaan usaha pertambangan mineral dan batu bara di Kalimantan Barat; - Meningkatnya jumlah Izin Usaha Pertambangan (IUP) di wilayah Kalimantan Barat tahun 2013 yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota sebanyak 799 IUP dan tahun 2012 berjumlah 696 IUP. Terdapat penambahan sebanyak 103 IUP atau 14,80%; Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi dan Eksploitasi (operasi produksi) tahun 2013 yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat berjumlah 66 IUP dan tahun 2012 yang berjumlah 68 IUP. Terdapat penurunan sebanyak 2 IUP atau 2,94 %; Meningkatnya Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi dan Eksploitasi (operasi produksi) tahun 2013 yang diterbitkan oleh Pemerintah Kab/Kota Kalimantan Barat berjumlah 733 IUP dan tahun 2012 yang berjumlah 628 IUP. Terdapat penambahan sebanyak 105 IUP atau 16,72%; - Meningkatnya realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor pertambangan di wilayah Provinsi Kalimantan Barat tahun 2013 sebesar Rp. 138.915.441.991,65 dan tahun 2012 yang 51 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 sebesar Rp. 79.105.305.780,00. Terdapat peningkatan sebesar Rp. 59.810.136.211,00 atau 75,61 %; Jumlah bagian bagi hasil sektor pertambangan untuk pemerintah Provinsi Kalimantan Barat tahun 2013 sebesar Rp. 26.670.095.196,00 dan yang diterima tahun 2012 sebesar Rp. 21.096.118.962,00. Terdapat peningkatan sebesar Rp. 5.573.976.234,00 atau 26,42 %; Sedangkan realisasi dana bagi hasil untuk Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Kalimantan Barat berjumlah Rp. 73.934.264.150,00 dibandingkan dengan penerimaan tahun 2012 yang berjumlah Rp. 58.009.186.818,00 terdapat peningkatan penerimaan sebesar Rp. 15.925.077.332,00 atau 27,45%. - Jumlah produksi bahan tambang pada tahun 2013 mencapai 33.054.026,50 (Ton/M³/Krat) dan pada tahun 2012 berjumlah 14.023.314,00 (Ton/M³/Krat). Terdapat peningkatan sebanyak 19.030.749,00 (Ton/M³/Krat) atau 135,71 %; 4) Konservasi lingkungan akibat kegiatan pertambangan, dengan capaian kinerja ; Dalam rangka konservasi lingkungan akibat kegiatan pertambangan, maka telah dilakukan kegiatan percontohan reklamasi daerah bekas tambang dilaksanakan di Kabupaten Landak, Kecamatan Mandor pada lokasi bekas tambang di daerah Makam Juang Mandor seluas ± 1,002 Ha. 5) Meningkatkan ketersediaan infrastruktur serta pasokan tenaga listrik wilayah Kalimantan Barat, dengan capaian kinerja yaitu: - Pendataan infrastruktur ketenagalistrikan eksisting untuk sistem informasi ketenagalistrikan; 52 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 - Ratio Elektrifikasi berdasarkan data PT. PLN Wilayah Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2013 sebesar 69,25 % sedangkan pada tahun 2012 sebesar 63,56 %, meningkat sebesar 5,69 %. 6) Pengembangan Energi berbasis energi baru dan terbarukan, capaian kinerja, yaitu: - Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik tenaga Surya (PLTS) terpusat (komunal) pada 2 lokasi/kabupaten yaitu Kabupaten Landak (Kecamatan Kuala Behe, Desa Permit) dan Kabupaten Kapuas Hulu (Kecamatan Embaloh Hulu, Desa Rantau Prapat); 7) Terpenuhinya kebutuhan Minyak dan Gas Bumi dalam jumlah yang cukup dan tepat sasaran, capaian kinerja, melakukan Pengawasan Distribusi dan Tata Niaga BBM di Lembaga Penyalur BBM yang dilaksanakan di 14 Kab/Kota Provinsi Kalimantan Barat. B. Saran 1. Meningkatkan ketersediaan informasi potensi geologi dan pemanfaatan sumber daya mineral, pemetaan geologi lingkungan dan mitigasi bencana geologi serta melakukan promosi/publikasi dalam rangka mengingkatkan investasi daerah; 2. Meningkatkan penyediaan air bersih yang bersumber dari eksplorasi air tanah di daerah sulit air; 3. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pengelolaan usaha pertambangan dan pelaksanaan usaha pertambangan mineral dan batu bara , dalam rangka meningkatkan nilai tambah hasil tambang dan kontribusi penerimaan daerah dari pelaksanaan usaha pertambangan mineral dan batubara; 53 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 4. Berkoordinasi dengan instansi terkait melakukan reklamasi terhadap kerusakan lingkungan kegiatan pertambangan dan meningkatkan evaluasi pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan; 5. Meningkatkan terpenuhinya pembangunan infrastruktur dan pasokan tenagalistrik wilayah Kalimantan Barat; 6. Meningkatkan pembangunan pembangkit listrik yang bersumber dari Energi baru dan terbarukan di wilayah pedalaman, perbatasan, pesisir dan kepulauan; 7. Meningkatkan pengawasan terhadap kegiatan usaha Minyak dan Gas bumi, sehingga diharapkan ketersediaan BBM dan LPG bersubsidi dalam jumlah yang cukup dan tepat sasaran. C. Permasalahan dan pemecahannya MASALAH SOLUSI 1. Provinsi Kalimantan Barat memiliki Diperlukan referensi yang potensi sumber daya mineral dan terukur, agar dalam penyediaan Batu bara yang sangat besar database dapat meyakinkan tetapi masih tentatif (belum investor untuk menumbuhkan diketahui nilai deposit secara iklim investasi dengan akurat), sehingga informasi meningkatkan eksplorasi detail potensi dan sumberdaya mineral sumberdaya mineral dan batu dan batubara belum optimal. bara tersebut. 2. Belum terpetakannya daerah sulit Diperlukan kegiatan pemetaan air di Provinsi Kalimantan barat secara menyeluruh mengenai daerah sulit air. 3. Belum tersedianya peta geologi Perlu dilakukan penyusunan dan dan peta cekungan air tanah pembuatan peta geologi dan dengan skala yang lebih besar peta cekungan air tanah sesuai kebutuhan 4. Potensi air tanah di Kalimantan Secara bertahap dilakukan Barat cukup besar tetapi survey potensi air tanah pada penyediaan air bersih bersumber daerah rawan air dan melakukan dari pengeboran air tanah untuk pembangunan infrastruktur kebutuhan masyarakat di daerah penyediaan air bersih (sumur bor sulit air belum maksimal & water treatment). dilaksanakan. 54 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 5. Regulasi Pemanfaatan air tanah Penyusunan Perda Air Tanah dan belum diatur dengan jelas, sosialiasi pemanfaatan air tanah. sehingga pembatasan pengambilan air tanah belum bisa dilaksanakan. 6. Kontribusi dan PDRB sektor Meningkatkan penerimaan bagi pertambangan masih rendah hasil sektor pertambangan melalui berbagai upaya, salah satunya adalah dengan melakukan Rekonsiliasi Laporan Produksi dan Penerimaan Negara Sektor Pertambangan dengan instansi terkait di berbagai level secara kontinue. 7. Belum maksimalnya peningkatan Mendorong para pelaku usaha nilai tambah hasil tambang pertambangan untuk Kalimantan Barat akibat belum membangun smelter maksimalnya pengolahan dan pengelolaan hasil tambang. 8. Izin Usaha Pertambangan (IUP) Melakukan koordinasi dan baru belum bisa diterbitkan oleh sinkronisasi dengan Pemerintah Pemerintah daerah sejak tahun Kabupaten/Kota dan Instansi 2009 dikarenakan belum terkait dalam pengajuan usulan ditetapkannya Wilayah WP ke Pemerintah Pusat. Pertambangan (WP) oleh Mendesak kepada Pemerintah Pemerintah Pusat. Pusat agar segera menetapkan Wilayah Pertambangan (WP) yang sudah diusulkan oleh Pemerintah Daerah. 9. Banyaknya pemegang IUP tidak Terhadap perusahaan pemegang memenuhi kewajibannya dalam IUP yang belum memenuhi melaksanakan kegiatan usaha kewajibannya agar diberikan pertambangan mineral dan surat Pemberitahuan, Teguran, batubara dan Peringatan akan sanksi yang diberikan Pemberi Izin apabila tidak memenuhi kewajibannya 10. Masih terjadi pemanfaatan lahan Melakukan koordinasi dan ganda antara kegiatan usaha sinkronisasi dengan Pemda pertambangan dengan kegiatan Kab/Kota dan instansi terkait sektor lain (pemanfaatan lahan dalam proses penerbitan IUP, ganda) dengan berpedoman pada Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Sinkronisasi Penggunaan Lahan Untuk 55 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 11. Banyaknya perusahaan pemegang IUP tidak bisa melakukan kegiatan pertambangannya dikarenakan adanya permasalahan Kewilayahan. Kegiatan Usaha Pertambangan Dengan Kegiatan Usaha Sektor Lain. Mengusulkan kepada Kementerian Kehutanan agar dapat kiranya menyederhanakan proses pengurusan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan terutama untuk kegiatan Eksplorasi. Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota bersama sama berkoordinasi membuat Regulasi terkait dengan Sinkronisasi Penggunaan Lahan Bersama antar Sektor. Melakukan Evaluasi IUP dan menampung permasalahan yang dihadapi pelaku usaha sektor pertambangan. 12. Belum semua pemegang IUP memenuhi kewajiban serta menerapkan pemberdayaan masyarakat (Community Development). 13. Adanya perbedaan persepsi Melakukan Pembinaan dan dalam penyelenggaraan Pengawasan secara berkala pengelolaan sektor pertambangan terhadap pelaku usaha dan mineral dan batubara aparat Pemerintah Kabupaten / Kota 14. Masih terdapat kegiatan Melakukan Koordinasi dengan pertambangan tanpa izin (PETI) Pemerintah Kabupaten/Kota dan yang sulit ditertibkan, karena Aparat Penegak Hukum untuk kegiatan penambangan tanpa izin melakukan penertiban PETI. di beberapa daerah dilakukan Melakukan pembinaan dengan oleh masyarakat setempat dan cara melalui penetapan WPR dan sudah menjadi mata pencaharian. menerbitkan IPR. 15. Kerusakan Lahan dan Melakukan Koordinasi dengan Pencemaran Lingkungan akibat Pemerintah Kabupaten/Kota kegiatan Pertambangan dan PETI. dalam pengelolaan lingkungan yang diakibatkan kegiatan usaha Pertambangan. 16. Kerusakan Lahan dan Melakukan koordinasi dengan Pencemaran Lingkungan akibat Pemda Kab/Kota dan Aparat kegiatan Pertambangan dan PETI Berwenang untuk melakukan yang tersebar di Kabupaten/Kota, penertiban PETI. diperlukan biaya yang besar untuk melakukan reklama lahansi pasca tambang. 17. Masih terdapat pengelolaan Secara berkala melakukan 56 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 kegiatan usaha pertambangan yang belum sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar. 18. Kondisi tenaga listrik diwilayah Kalimantan Barat masih belum optimal, sehingga apabila terjadi gangguan dapat menimbulkan pemadaman. Disamping itu Rasio Elektrifikasi Kalimantan Barat baru mencapai 69,25%, artinya masih ada 30,75% rumah tangga di Kalimantan Barat yang belum menikmati listrik dari PLN terutama di daerah perbatasan dan daerah terpencil. kegiatan pengawasan K3LH terhadap kegiatan usaha pertambangan untuk mengeliminir kerusakan lingkungan. Mendorong PLN dalam rangka mempercepat pembangunan pembangkit listrik baru untuk menambah pasokan daya, antara lain: PLTMH Merasap-Bengkayang kapasitas 1, 5 MW. PLTMH Pancarek-Sajingan kapasitas 2 x 0,4 MW. PLTU1 Kalbar-Parit Baru kapasitas 2 x 50 MW. PLTU Parit Berkat kapasitas 2 x 25 MW. PLTU2 Pantai Kura-Tanjung Gundul kapasitas 2 x 27,5 MW. PLTU Sanggau kapasitas 2 x 7 MW. PLTU Sintang kapasitas 3 x 7 MW. PLTU Nanga Pinoh kapasitas 2 x 3 MW. PLTU Sukadana-Ketapang kapasitas 2 x 10 MW. PLTU Ketapang kapasitas 2 x 7 MW. Diperlukan komitmen yang tegas dan kuat dari semua pihak agar pemanfaatan energi baru terbarukan lebih maksimal antara lain melalui pembangunan PLTMH (Mikro Hidro), PLTA (Air), PLTB (Bayu) dan PLTN (Nuklir). 19. Pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang bersumber dari energi baru dan terbarukan masih terbatas akibatnya potensi energi air, surya, angin, biomassa, biogas dan panas bumi bahkan nuklir belum dimanfaatkan secara maksimal 20. Jumlah permohonan Pemerintah perlu meningkatkan pembangunan ketenagalistrikan alokasi anggaran baik melalui energi baru terbarukan yang APBN maupun APBD untuk diajukan oleh masyarakat yang pembangunan sektor Energi dan tinggal di daerah terpencil sangat Sumberdaya Mineral guna banyak, namun belum dapat memenuhi permintaan dipenuhi seluruhnya karena masyarakat khususnya 57 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 terbatasnya anggaran pembangunan ketenagalistrikan pemerintah. dari energi terbarukan. 21. Banyak sumber potensi energi Membuat pemetaan/zona potensi terbarukan khususnya energi air energi pada desa-desa terpencil yang secara teknis dapat yang belum berlistrik. dimanfaatkan sebagai sumber Melakukan koordinasi dengan pembangkit listrik, namun lokasi pemerintah pusat dan potensi energi tersebut jauh dari kabupaten/kota setempat serta pemukiman penduduk, sehingga PT. PLN untuk memenuhi memerlukan investasi yang besar. permintaan listrik bagi masyarakat di daerah terpencil dengan memanfaatkan potensi energi setempat sebagai sumber pembangkit listrik. 22. Masih terdapat regulasi Mengusulkan kepada kementerian kehutanan yang Kementerian Kehutanan agar menghambat proses dapat kiranya menyederhanakan pembangunan pembangkit listrik proses pengurusan Izin Pinjam dari pemanfaatan energi baru Pakai Kawasan Hutan untuk terbarukan. Padahal kebanyakan kegiatan pembangunan sumber energi listrik dari potensi pembangkit listrik dari air terjun berada di kawasan pemanfaatan energi baru hutan lindung. terbarukan (ar terjun). 23. Masih terjadinya disparitas harga Melakukan koordinasi dengan BBM di pasaran menyebabkan Pertamina, Pemda Kab/Kota dan terjadinya penyalahgunaan instansi terkait lainnya untuk distribusi BBM bersubsidi. meningkatkan frekuensi pengawasan distribusi BBM bersubsidi. 24. Terbatasnya kewenangan dalam Melakukan kerjasama fungsi pengawasan terhadap pengawasan distribusi BBM distribusi BBM. antara pemerintah daerah dengan BPH Migas. Dalam rangka meningkatkan pengawasan distribusi migas, perlu koordinasi antar instansi terkait dengan membentuk Tim Pengawas Terpadu (Pusat, Provinsi dan Kab/Kota). 25. Banyak masyarakat yang pindah Perlu peraturan yang tegas menggunakan LPG 3 Kg dari LPG mengenai penggunaan LPG 3 Kg 12 Kg. Hal ini disebabkan adanya bagi masyarakat tidak mampu disparitas harga yang cukup dan meningkatkan frekuensi signifikan. Akibatnya subdisi yang pengawasan distribusi LPG 3 Kg. diberikan tidak tepat sasaran dan 58 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013 berpotensi meningkatnya jumlah subsidi. 26. Belum efektifnya pemberlakukan Untuk menjamin ketersediaan HET LPG 3 Kg yang telah diatur LPG 3 Kg pada wilayah tertentu oleh Pemerintah Daerah. Hl ini dengan HET yang telah diatur, dapat menyebabkan usaha dalam maka system rayonisasi dapat pendistribusian LPG 3 Kg menjadi dipertimbangkan sebagai tidak sehat dan berdampak pada solusinya. kelangkaan LPG 3 Kg di masyarakat. 27. Masih terjadi kelangkaan BBM Untuk memperlancar distribusi dan LPG bersubsidi (tergantung BBM maka perlu dibangun depot transfortasi) transit/depot lokal di lokasi yang strategis. 59