ASPEK HUKUM PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

advertisement
ASPEK HUKUM PANAS BUMI (GEOTHERMAL) DI INDONESIA1
oleh:
Mohammad Taufik Makarao2
A. PENDAHULUAN
Panas bumi (geothermal) merupakan salah satu aspek hukum yang sangat
penting karena panas bumi adalah sumber daya alam yang dapat diperbarui,
berpotensi besar, yang dikuasai oleh negara dan mempunyai peranan penting
sebagai salah satu sumber energi pilihan dalam keanekaragaman energi nasional
untuk menunjang pembangunan nasional yang berkelanjutan demi terwujudnya
kesejahteraan rakyat. Selain itu juga pemanfaatan panas bumi relatif ramah
lingkungan, terutama karena tidak memberikan kontribusi gas rumah kaca,
sehingga perlu didorong dan dipacu perwujudannya.Selanjutnyapemanfaatan
panas bumi akan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak
sehingga dapat menghemat cadangan minyak bumi.
Energi panas bumi, adalah energy panas yang tersimpan dalam batuan dibawah
permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya. Energi panas bumi
telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Italy sejak tahun 1913 dan di New
Zealand sejak tahun 1958. Pemanfaatan energi panas bumi untuk sektor nonlistrik
(direct use) telah berlangsung di Iceland sekitar 70 tahun. Meningkatnya
kebutuhan akan energi serta meningkatnya harga minyak khususnya pada tahun
1973 dan 1979, telah memacu negara-negara lain, termasuk Amerika Serikat,
untuk mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dengan cara
memanfaatkan energy panas bumi. Saat ini energy panas bumi telah dimanfaatkan
untuk pembangkit listrik di 24 Negara termasuk Indonesia. Disamping itu fluida
panas bumi juga dimanfaatkan untuk sector nonlistrik di 72 negara, antara lain
untuk pemanasan ruangan, pemanasan air, pemanasan rumah kaca, pengeringan
hasil produk pertanian, pemanasan tanah, pengeringan kayu, kertas␣dll.3
Di Indonesia usaha pencarian sumber energi panas bumi pertama kali
dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1918. Pada tahun 1926 hingga
tahun 1929 lima sumur eksplorasi dibordi mana sampai saat ini salah satu dari
sumur tersebut, yaitu sumur KMJ3 masih memproduksikan uap panas kering atau
dry steam. Pecahnya perang dunia dan perang kemerdekaan Indonesia mungkin
merupakan salah satu alasan dihentikannya kegiatan eksplorasi didaerah tersebut.
Kegiatan eksplorasi panas bumi di Indonesia baru dilakukan secara luas pada
tahun 1972. Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, dengan bantuan Pemerintah
Perancis dan New Zealand melakukan survey pendahuluan di seluruh wilayah
1
Makalah disampaikan pada Seminar & Workshop Tentang “Geothermal Prospect As a
Subtitute for Fossil Fuels”, yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 3 Mei 2014.
2 Mohammad Taufik Makarao adalah Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Islam Assyafi’iyah (UIA) Jakarta. Saat ini sebagai Sekretaris Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum
UIA, dan Direktur The Next Academy/SAE Institute Jakarta.
3
Nenny␣Saptadji/ITB, Sekilas Tentang Pans Bumi, hal. 1.
Indonesia. Dari hasil survey dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217 prospek
panas bumi yaitu disepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian Barat Sumatera,
terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusatenggara dan kemudian membelok ke arah utara
melalui Maluku dan Sulawesi. Survey yang dilakukan selanjutnya telah berhasil
menemukan beberapa daerah prospek baru sehingga jumlahnya meningkat
menjadi 256 prospek yaitu 84 prospek di Sumatera 76 prospek di Jawa, 51
prospek di Sulawesi, 21 prospek di Nusatenggara 3 prospek di Irian 15 prospek di
Maluku dan 5 prospek di Kalimantan. Sistim panas bumi di Indonesia umumnya
merupakan sistim hydrothermal yang mempunyai temperature tinggi (>225oC)
hanya beberapa diantaranya yang mempunyai temperature sedang (150 225oC).4
Sumber lain menyebutkan, Potensi energi panas bumi di Indonesia yang
mencapai 27 GWe sangat erat kaitannya dengan posisi Indonesia dalam kerangka
tektonik dunia. Ditinjau dari munculnya panas bumi di permukaan per satuan luas,
Indonesia menempati urutan keempat dunia, bahkan dari segi temperatur yang
tinggi, merupakan kedua terbesar. Sebagian besar energi panas bumi yang telah
dimanfaatkan di seluruh dunia merupakan energi yang diekstrak dari sistem
hidrotermal, karena pemanfaatan dari hot-igneous system dan conductiondominated system memerlukan teknologi ekstraksi yang tinggi. Sistem
hidrotermal erat kaitannya dengan sistem vulkanisme dan pembentukan gunung
api pada zona batas lempeng yang aktif di mana terdapat aliran panas (heat flow)
yang tinggi. Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng aktif yang
memungkinkan panas bumi dari kedalaman ditransfer ke permukaan melalui
sistem rekahan. Posisi strategis ini menempatkankan Indonesia sebagai negara
paling kaya dengan energi panas bumi sistem hidrotermal yang tersebar di
sepanjang busur vulkanik. Sehingga sebagian besar sumber panas bumi di
Indonesia tergolong mempunyai entalpi tinggi.5
Panas bumi merupakan sumber daya energi baru terbarukan yang ramah
lingkungan (clean energy) dibandingkan dengan sumber energi fosil. Dalam
proses eksplorasi dan eksploitainya tidak membutuhkan lahan permukaan yang
terlalu besar. Energi panas bumi bersifat tidak dapat diekspor, maka sangat cocok
untuk untuk memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri. Sampai tahun 2004,
sebanyak 252 area panas bumi telah di identifikasi melalui inventarisasi dan
eksplorasi. Sebagian besar dari jumlah area tersebut terletak di lingkungan
vulkanik, sisanya berada di lingkungan batuan sedimen dan metamorf. Dari
jumlah lokasi tersebut mempunyai total potensi sumber daya dan cadangan panas
bumi sebesar sekitar 27.357 MWe. Dari total potensi tersebut hanya 3% (807
MWe) yang telah dimanfaatkan sebagai energi listrik dan menyumbangkan sekitar
2% dalam pemakaian energi listrik nasional.6
Data lain menyebutkan, Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di
dunia dengan menyimpan 40 persen sumber daya panas bumi dunia. Meski begitu
dari segi pengembangannya, Indonesia masih kalah dibandingkan dengan
4
Ibid.
Rina Wahyuningsih, POTENSI DAN WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN
PANAS BUMI DI INDONESIA, Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005, hal. 2.
6
Ibid.
5
Amerika Serikat dan Filipina. Amerika Serikat memiliki kapasitas pembangkit
energi panas bumi terpasang yang terbesar yaitu 3.093 megawatt, diikuti Filipina
sebesar 1.904 megawatt, dan Indonesia di urutan ketiga sebesar 1.341 megawatt.
Padahal Indonesia memiliki total potensi energi panas bumi sebesar 29 ribu
megawatt yang tersebar di seluruh wilayah. Berarti potensi panas bumi yang
terserap untuk pembangkit listrik hanya sebesar 4,6 % dari total potensi.7
Begitu juga sumber lain mengatakan, “Pemanasan global dan polusi dan
pembakaran bahan bakar fosil yang menyebabkan bahwa ada ancaman di seluruh
dunia. Selimut ini polusi dunia, perangkap panas dan membuat efek rumah kaca
yang mempengaruhi atmosfir bumi. Semua ini berdampak pada persediaan air
bersih, kesehatan masyarakat, pertanian, pantai, hutan, dan banyak lagi.Energi
bersih, terbaharukan dan ramah lingkungan. Panas Bumi adalah sumber energi
panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral
ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan
dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses
penambangan. Pemanfaatan panas bumi relatif ramah lingkungan, terutama
karena tidak memberikan kontribusi gas rumah kaca, sehingga perlu didorong dan
dipacu perwujudannya; pemanfaatan panas bumi akan mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar minyak sehingga dapat menghemat
cadangan minyak bumi
Potensi energi panas bumi di Indonesia mencakup 40%
potensi panas bumi dunia, tersebar di 251 lokasi pada 26 propinsi dengan total
potensi energi 27.140 MW atau setara 219 Milyar ekuivalen Barrel minyak.
Kapasitas terpasang saat ini 1.194 atau 4% dari seluruh potensi yang ada.8
Dasar hukum atau aspek hukum mengenai panas bumi atau geothermal di
Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2003. Menurut Pasal 1 butir
(1) Undang-Undang ini menyatakan, Panas Bumi adalah sumber energi panas
yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan
dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu
sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.
Uraian lebih lanjut mengenai aspek hukum panas bumi akan dikemukakan berikut
ini.
B. ASPEK HUKUM PANAS BUMI
Beberapa aspek Hukum dari Panas Bumi berdasarkan Undang-Undang Nomor
27 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 sebagaimana
dirubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2010.
1. ASAS DAN TUJUAN
Penyelenggaraan kegiatan pertambangan Panas Bumi menganut asas
manfaat, efisiensi, keadilan, kebersamaan, optimasi ekonomis dalam
pemanfaatan sumber daya, keterjangkauan, berkelanjutan, percaya dan
mengandalkan pada kemampuan sendiri, keamanan dan keselamatan,
7
Potensi Panas Bumi Indonesia Terbesar di Dunia, Tapi Pengembangannya Lambat, hal. 1.
Lihat juga http://energitoday.com/2013/07/31/aksi-penolakan-terhadap-pengembangan-proyekpanas-bumi-di-indonesia/. Akses pada 2 Mei 2014.
8
Pertamina Geothermal Energy, Tentang Pana Bumi, Isu Pemanasan Global, hal. 1. Lihat
Juga http://pge.pertamina.com/index.php?option=com_content&view=article&id=19&Itemid=8.
Akses pada 2 Mei 2014.
kelestarian fungsi lingkungan hidup, serta kepastian hukum.9
Penyelenggaraan kegiatan pertambangan Panas Bumi bertujuan:
a. mengendalikan pemanfaatan kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk
menunjang pembangunan yang berkelanjutan serta memberikan nilai
tambah secara keseluruhan; dan
b. meningkatkan pendapatan negara dan masyarakat untuk mendorong
pertumbuhan perekonomian nasional demi peningkatan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat.
2. KEWENANGAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN PANAS BUMI
Kewenangan Pemerintah10
a. pembuatan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan
Panas Bumi;
b. pembuatan kebijakan nasional;
c. pembinaan pengusahaan dan pengawasan pertambangan Panas Bumi
pada wilayah lintas provinsi;
d. pemberian izin dan pengawasan pertambangan Panas Bumi pada wilayah
lintas provinsi;
e. pengelolaan informasi geologi dan potensi Panas Bumi;
f. inventarisasi dan penyusunan neraca sumber daya dan cadangan Panas
Bumi nasional.
Kewenangan Pemerintah Daerah11
Kewenangan provinsi dalam pengelolaan pertambangan Panas Bumi
meliputi:
a. pembuatan peraturan perundang-undangan di daerah di bidang
pertambangan Panas Bumi;
b. pembinaan pengusahaan dan pengawasan pertambangan Panas Bumi di
wilayah lintas kabupaten/kota;
c. pemberian izin dan pengawasan pertambangan Panas Bumi di wilayah
lintas kabupaten/kota;
d. pengelolaan informasi geologi dan potensi Panas Bumi di wilayah lintas
kabupaten/kota;
e. inventarisasi dan penyusunan neraca sumber daya dan cadangan Panas
Bumi di provinsi.
Kewenangan kabupaten/kota dalam pengelolaan pertambangan Panas Bumi
meliputi:
a. pembuatan peraturan perundang-undangan di daerah di bidang
pertambangan Panas Bumi di kabupaten/kota;
b. pembinaan dan pengawasan pertambangan Panas Bumi di
kabupaten/kota;
c. pemberian izin dan pengawasan pertambangan Panas Bumi di
kabupaten/kota;
d. pengelolaan informasi geologi dan potensi Panas Bumi di
9Lihat Pasal 2 UU No. 27 Tahun 2003.
10Ibid.
11Ibid.
Lihat Pasal 5.
Lihat Pasal 6 & 7 Ayat (1-2).
3.
No
1
2
kabupaten/kota;
e. inventarisasi dan penyusunan neraca sumber daya dan cadangan Panas
Bumi di
kabupaten/kota;
f. pemberdayaan masyarakat di dalam ataupun di sekitar Wilayah Kerja di
kabupaten/kota.
WILAYAH KERJA
Wilayah Kerja yang akan ditawarkan kepada Badan Usaha diumumkan
secara terbuka. Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangan masing-masing melakukan penawaran Wilayah Kerja dengan
cara lelang.Batas dan luas Wilayah Kerja ditetapkan oleh
Pemerintah.Ketentuan mengenai pedoman, batas, koordinat, luas wilayah,
tata cara, dan syarat-syarat mengenai penawaran, prosedur, penyiapan
dokumen lelang, dan pelaksanaan lelang diatur dengan peraturan
pemerintah.12
Dalam rangka mempercepat pengembangan energi panas bumi terutama
untuk pemanfaatan tidak langsung (pembangkitan listrik), Pemerintah telah
menetapkan beberapa WKP baru untuk daerah-daerah panas bumi yang
kelengkapan datanya telah mencukupi.Sampai saat ini telah ditetapkan
sebanyak 22 WKP baru. Dari 22 WKP ini, 5 WKP telah selesai
dilelangkan. 6 WKP sedang dalam proses lelang dan 11 WKP belum di
lelang. WKP yang sudah selesai dilelang yaitu Tampomas (Jawa Barat),
Cisolok-Cisukarame (Jawa Barat), Tangkuban Parahu (Jawa Barat),
Sokoria (NTT), Jailolo (Maluku Utara) dan Jaboi (NAD. Sedangkan WP
yang sedang dalam proses lelang tahun ini adalah Ungaran (Jawa Tengah),
Ngebel Wilis (Jawa Timur), Blawan-Ijen (Jawa Timur), Siaholon Ria Ria (
Sumatra Utara), dan Liki Pinangawan ( Sumatera Barat).13
Tabel 1.
Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Tahap Produksi
Wilayah
Perkiraan
Luas
Pemilik
Produksi
Kerja
Potensi
WKP
(MWe)
Pertambang
(MWe)
(Ha)
an
Sibayak170
149.710
Pertamina
2
Sinabung
Pangalengan
146.500
110
460
KOB Pertamina- G.Wayang
MNL
Windu
480
KOB
Pertamina- G.Patuha
140
Geodipa Energi
- Kawah
12Lihat Pasal 8 & 9 Ayat (1-3) UU No. 27 Tahun 2003.
13
Kasbani, Sumber Daya Panas Bumi Indonesia: Status Penyelidikan, Potensi Dan Tipe
Sistem Panas Bumi, hal. 3. Lihat Juga website atau internet resmi dari Kementerian ESDM,
http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=841:sumber-dayapanas-bumi-indonesia-status-penyelidikan-potensi-dan-tipe-sistem-panas-bumi& catid=…Akses
pada 2 Mei 2014.
Cibuni
3
4
5
6
KamojangDarajat
 Kamojang
 Derajat
CibeureumParabakti
DTT. Dieng
KOB PertaminaYala Teknosa
154.318
330
430
700
102.879
670
107.353
Pertamina KOB
Pertamina-CTEI
KOB PertaminaUGI
KOB PertaminaGeodipa Energ
Pertamina
140
145
330
60
Lahendong
300
106.450
20
Total
3680
807
Sumber: Rina Wahyuningsih, POTENSI DAN WILAYAH KERJA
PERTAMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA.
Tabel 3.
Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi Tahap Eksplorasi/Pengembangan
No
Wilayah Kerja
Perkiraan
Luas WKP
Pemilik
Pertambangan
Potensi
(Ha)
(MWe)
Sibual-buali(Sarula)
550
437.458
1
PLN
Sungaipenuh
200
152.400
Pertamina
2
Tambang Sawah600
154.318
Pertamina
3
hululais
Lumut Balai
600
225.000
Pertamina
4
Way Panas
550
92.064
Pertamina
5
Karaha,
Cakrabuana
400
55.400
Pertamina
6
Iyang Argopuro
295
102.400
Pertamina
7
Tabanan-Bali
225
101.660
JOC
8
PertaminaBali Energy,
Ltd.
Kotamobagu
400
132.604
Pertamina
9
TOTAL
3820
Sumber: Rina Wahyuningsih, POTENSI DAN WILAYAH KERJA
PERTAMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA.
Keterangan
UGI: Unocal Geothermal of Indonesia
CTEI: Chevron Texaco Energy of Indonesia
MNL: Magma Nusantara Limited
KOB: Kontrak Operasi Bersama
No
Tabel 3
Wilayah Kerja Pertambangan yang Ditawarkan
Wilayah Kerja Pertambangan
Perkiraan
Luas WKP (Ha)
Potensi (MWe)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Pulau Weh
100
6.722
Rantau Dadap
225
120.000
Seulawah
280
115.000
Pusuk Bukit
225
577.500
Sorik Merapi
320
108.200
Muaralaboh
600
96.130
Kerinc
40
11.250
Suoh Sekincau
430
135.100
G.Rajabasa
80
37.060
Kaldera D.Banten
285
163.700
Cisolok-Cisukarame
133
184.400
Tangkuban Perahu
370
109.400
G.Ciremai
50
93.340
Ungaran
100
51.432
Telomoyo
90
72.040
Ngebel-Wilis
120
51.310
Ijen
270
43.910
Ulumbu
200
39.000
TOTAL
3918
Sumber: Rina Wahyuningsih, POTENSI DAN WILAYAH KERJA
PERTAMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA.
4. KEGIATAN OPERASIONAL DAN PENGUSAHAAN
Kegiatan operasional Panas Bumi meliputi:14
a. Survei Pendahuluan;
b. Eksplorasi;
c. Studi Kelayakan;
d. Eksploitasi; dan
e. Pemanfaatan.
Pengusahaan sumber daya Panas Bumi meliputi:
a. Eksplorasi;
b. Studi Kelayakan; dan
c. Eksploitasi.
Luas Wilayah Kerja untuk Eksplorasi yang dapat diberikan untuk satu IUP
Panas Bumi tidak boleh melebihi 200.000 (dua ratus ribu) hektar.Badan
Usaha wajib mengembalikan secara bertahap sebagian atau seluruhnya dari
Wilayah Kerja kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah.Ketentuan
mengenai luas Wilayah Kerja yang dapat dipertahankan pada tahap
Eksploitasi dan perubahan Luas Wilayah IUP pada setiap tahapan Usaha
Pertambangan Panas Bumi diatur dengan peraturan pemerintah.15
Pemenfaatan Energi Panas Bumi. Sumber daya energi panas bumi dapat
digunakan secara langsung maupun tidak langsung. Energi yang digunakan
14Lihat Pasal 10 Ayat (1-7) & Pasal 11 Ayat (1-3) UU No. 27 Tahun 2003.
15Lihat Pasal 13 Ayat (1-3) UU No. 27 Tahun 2003.
merupakan hasil konversi dalam bentuk uap dan panas. Energi panas bumi
yang digunakan secara langsung disebut direct use sedangkan energi panas
bumi yang berupa konversi dalam bentuk listrik merupakan hasil konversi
uap. Direct use memanfaatkan panas secara efisien dan pembiayaannya jauh
lebih kecil dibandingkan pembangkit listrik. Pemanfaatan panas bumi telah
dilakukan sejak 1904 di Italy dimana dimasa itu uap panas bumi dapat
menyalakan lima buah lampu. Di Indonesia pembangkit listrik tenaga panas
bumi baru terlaksana pada tahun 1983 di Kamojang dengan potensi sebesar
30 MW. Selanjutnya mulai didirikan PLTP lainnya seperti di G.Salak,
Sibayak, Darajat, Dieng, Wayang Windu dan Lahendong. Hingga saat ini
baru 1189 Mw listrik yang telah diproduksi dari tujuh lapangan. Ketujuh
lapangan panas bumi tersebut adalah Sibayak (12 MW), G. Salak (375
MW), Kamojang (200 MW), Darajat (255 MW), Wayang Windu (227
MW), Dieng (60 MW), dan Lahendong (60 MW).Pemanfaatan energi panas
bumi secara direct use dilakukan tanpa adanya konversi energi ke dalam
bentuk lain. Karena sifatnya yang mudah maka pemanfaatannya bisa
dilakukan dalam berbagai cara. Untuk mengefektifkan penggunaannya
pemanfaatan direct use dilakukan sesuai dengan kebutuhan temperaturnya.
Dibeberapa lokasi di Indonesia masyarakat setempat telah melakukan
pemanfaatan secara langsung seperti untuk sarana pariwisata, pemanasan
hasil kebun dan pembibitan jamur, pembuatan pupuk dan budidaya ikan.
Namun secara umum pemanfaatan langsung bagi kepentingan bahan bakar
industri pertanian belum berkembang.16
Apabila ditinjau dari total potensi yang ada, pemanfaatan energi panas
bumi di Indonesia masih sangat kecil yaitu sekitar 3%. Pemanfaatan ini juga
masih terbatas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
dengan menghasilkan energi listrik sebesar 807 MWe yang sebagian besar
masih terkonsentrasi di Pulau Jawa (97%). Tujuh lapangan panas bumi yang
telah dimanfaatkan sebagai PLTP terletak di Jawa Barat (Gunung Salak 330
MWe, Wayang Windu 110 MWe, Kamojang 140 Mwe, dan Darajat 145
MWe), Jawa Tengah (Dieng 60 MWe), Sumatra Utara (Sibayak 2 MWe)
dan Sulawesi Utara (Lahendong 20 MWe).Energi panas bumi di Indonesia
sangat beragam , sehingga selain pemanfaatan tidak langsung (PLTP), dapat
dimanfaatkan secara langsung (direct uses) seperti untuk industri pertanian
(antara lain untuk pengeringan hasil pertanian, sterilisasi media tanaman,
dan budi daya tanaman tertentu). Dibandingkan dengan negara lain (China,
Korea, New Zealand) pemanfaatan langsung di Indonesia masih sangat
terbatas terutama hanya untuk pariwisata yang umumnya dikelola oleh
daerah setempat. Untuk mengembangkan pemanfaatan energi panas bumi
secara langsung di Indonesia masih diperlukan riset dan kajian lebih
lanjut.17
5. PENGGUNAAN LAHAN
Kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi dilaksanakan di dalam Wilayah
16Kasbani,Op.cit.,
17Rina
hal. 2-3.
Wahyuningsih,Loc.cit. hal. 3.
Hukum Pertambangan Panas Bumi Indonesia.Hak atas Wilayah Kerja tidak
meliputi hak atas tanah permukaan bumi. Kegiatan Usaha Pertambangan
Panas Bumi tidak dapat dilaksanakan di:18
a. tempat pemakaman, tempat yang dianggap suci, tempat umum, sarana
dan prasarana umum, cagar alam, cagar budaya, serta tanah milik
masyarakat adat;
b. lapangan dan bangunan pertahanan negara serta tanah di sekitarnya;
c. bangunan bersejarah dan simbol-simbol negara;
d. bangunan, rumah tinggal, atau pabrik beserta tanah pekarangan
sekitarnya;
e. tempat lain yang dilarang untuk melakukan kegiatan usaha sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan diatas dapat dilaksanakan dalam hal diperoleh izin dari instansi
Pemerintah, persetujuan masyarakat dan perseorangan yang berkaitan
dengan hal tersebut.
Pemegang hak atas tanah diwajibkan mengizinkan pemegang IUP untuk
melaksanakan Usaha Pertambangan Panas Bumi di atas tanah yang
bersangkutan apabila:19
a. sebelum kegiatan dimulai, terlebih dahulu memperlihatkan IUP atau
salinannya yang sah, serta memberitahukan maksud dan tempat kegiatan
yang akan dilakukan;
b. dilakukan terlebih dahulu penyelesaian atau jaminan penyelesaian yang
disetujui oleh pemegang hak atas tanah atau pemakai tanah di atas tanah
negara.
6. PERIZINAN
IUP dikeluarkan oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai
dengan kewenangan masing-masing. (2) IUP wajib memuat ketentuan
sekurang- kurangnya:20
a. nama penyelenggara;
b. jenis usaha yang diberikan;
c. jangka waktu berlakunya izin;
d. hak dan kewajiban pemegang izin usaha;
e. Wilayah Kerja; dan
f. tahap pengembalian Wilayah Kerja.
Setiap IUP yang telah diberikan wajib digunakan sesuai dengan
peruntukannya IUP dapat dialihkan kepada Badan Usaha afiliasi dengan
persetujuan Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
Jangka waktu IUP terdiri atas:21
a. jangka waktu Eksplorasi berlaku paling lama 3 (tiga) tahun sejak IUP
diterbitkan dan dapat diperpanjang paling banyak 2 (dua) kali masing18Ibid.,
Lihat Pasal 16 Ayat (1-6).
Lihat Pasal 18.
20Lihat Pasal 21 Ayat (1-4) UU No. 27 Tahun 2003.
21Ibid. Lihat Pasal 22 Ayat (1-3).
19Ibid.,
masing selama 1 (satu) tahun;
b. jangka waktu Studi Kelayakan berlaku paling lama 2 (dua) tahun sejak
jangka waktu Eksplorasi berakhir;
c. jangka waktu Eksploitasi berlaku paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak
jangka waktu Eksplorasi berakhir dan dapat diperpanjang.
IUP berakhir karena:22
a. habis masa berlakunya;
b. dikembalikan;
c. dibatalkan; atau
d. dicabut.
Menteri, Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan
masing-masing dapat mencabut IUP apabila pemegang IUP:23
a. melakukan pelanggaran terhadap salah satu persyaratan yang tercantum
dalam IUP; atau
b. tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan berdasarkan undang-undang
ini.
Sebelum melaksanakan pencabutan IUP, Menteri, Gubernur, dan
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing terlebih dahulu
memberikan kesempatan selama jangka waktu 6 (enam) bulan pada
pemegang IUP untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
7. HAK
DAN
KEWAJIBAN
PEMEGANG
IZIN
USAHA
PERTAMBANGAN PANAS BUMI
Pemegang IUP berhak:24
a. melakukan kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi berupa Eksplorasi,
Studi Kelayakan, dan Eksploitasi di Wilayah Kerjanya;
b. menggunakan data dan informasi selama jangka waktu berlakunya IUP
di Wilayah Kerjanya;
c. dapat memperoleh fasilitas perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan perpajakan yang berlaku.
Pemegang IUP wajib:25
a. memahami dan mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan lingkungan, serta
memenuhi standar yang berlaku;
b. mengelola lingkungan hidup mencakup kegiatan pencegahan dan
penanggulangan pencemaran serta pemulihan fungsi lingkungan hidup
dan melakukan reklamasi;
c. mengutamakan pemanfaatan barang, jasa, serta kemampuan rekayasa dan
rancang bangun dalam negeri secara transparan dan bersaing;
d. memberikan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan penelitian dan
22Ibid.,
Pasal 23.
25 Ayat (1-2) UU No. 27 Tahun 2003.
24Ibid., Lihat Pasal 28.
25Ibid., Lihat Pasal 29.
23Lihat Pasal
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Panas Bumi;
e. memberikan dukungan terhadap kegiatan penciptaan, pengembangan
kompetensi, dan pembinaan sumber daya manusia di bidang Panas Bumi;
f. melaksanakan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
setempat;
g. memberikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja dan
pelaksanaan kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi kepada Menteri,
Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masingmasing.
8. PENERIMAAN NEGARA
Pemegang IUP wajib membayar penerimaan negara berupa pajak dan
Penerimaan Negara Bukan Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.Penerimaan negara berupa pajak terdiri
atas:26
a. pajak;
b. bea masuk dan pungutan lain atas cukai dan impor;
c. pajak daerah dan retribusi daerah.
Penerimaan Negara Bukan Pajak terdiri atas:
a. pungutan negara berupa Iuran Tetap dan Iuran Produksi serta pungutan
negara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
b. bonus.
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan tarif Penerimaan Negara Bukan
Pajak diatur dengan peraturan pemerintah.Penerimaan negara berupa pajak
dan Penerimaan Negara Bukan Pajak merupakan penerimaan Pemerintah
dan Pemerintah Daerah yang pembagiannya sebagai berikut.
a. Penerimaan negara berupa pajak, pembagiannya ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku;
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berasal dari Iuran Tetap dan Iuran
Produksi, pembagiannya ditetapkan dengan perimbangan 20% (dua
puluh persen) untuk Pemerintah dan 80% (delapan puluh persen) untuk
Pemerintah Daerah.
Bagian Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b
dibagi dengan perincian sebagai berikut:
a. provinsi yang bersangkutan sebesar 16% (enam belas persen);
b. kabupaten/kota penghasil sebesar 32% (tiga puluh dua persen);
c. kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan sebesar 32%
(tiga puluh dua persen).
9. KETENTUAN PIDANA
Setiap orang yang melakukan kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi
tanpa IUP (Izin Usaha Pertambangan) dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
26Lihat Pasal
30 Ayat (1-6) UU No. 27 Tahun 2003.
pidana denda paling sedikit Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan
paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).27
Pemegang IUP yang dengan sengaja meninggalkan Wilayah Kerjanya tanpa
menyelesaikan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf
a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, atau huruf g dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulanatau denda paling banyak Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah).28
Jadi Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang dengan sengaja
meninggalkan Wilayah Kerjanya tanpa menyelesaikan kewajibannya yaitu:
 memahami dan mematuhi peraturan perundang-undangan di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan lingkungan, serta
memenuhi standar yang berlaku;
 mengelola lingkungan hidup mencakup kegiatan pencegahan dan
penanggulangan pencemaran serta pemulihan fungsi lingkungan hidup
dan melakukan reklamasi;
 mengutamakan pemanfaatan barang, jasa, serta kemampuan rekayasa dan
rancang bangun dalam negeri secara transparan dan bersaing;
 memberikan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Panas Bumi;
 memberikan dukungan terhadap kegiatan penciptaan, pengembangan
kompetensi, danpembinaan sumber daya manusia di bidang Panas Bumi;
 melaksanakan program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
setempat;
 memberikan laporan tertulis secara berkala atas rencana kerja dan
pelaksanaan kegiatan Usaha Pertambangan Panas Bumi kepada Menteri,
Gubernur, dan Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masingmasing.
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda
paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
C. PENUTUP
Kesimpulan
1. Dengan adanya UU no. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi dan beberapa
peraturan pelaksanaannyasudah cukup komprehensif sehingga akan dapat
memberikan kepastian hukum bagi pelaku usaha kepanasbumian untuk
berinvestasi.
2. Berdasarkan data tersebut diatas terlihat bahwa potensi panas bumi di
Indonesia masih cukup besar yang belum dimanfaatkan secara maksimal,
hal ini terlihat dari masih besarnya wilayah kerja panas bumi di Indonesia.
Saran
1. Disarankan agar pemerintah tetap terus meningkatkan perannya dalam
rangka upaya untuk mensosialisaikan pentingnya panas bumi sebagai salah
satu alternatif energi yang perlu dikembangkan.
27Lihat Pasal
28Ibid.,
35 UU No. 27 Tahun 2003.
Lihat Pasal 36.
2. Dengan mengembangkan Wilayah Kerja Panas Bumi yang telah ditetapkan
dan WKP baru (perkiraan total potensi sekitar 13.000 MWe) diharapkan
akan tercapai ketersediaan listrik tenaga panas bumi sebesar 6000 MWe di
tahun 2020. Dengan demikian konsumsi dan ketergantungan pada energi
fosil di dalam negeri akan berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
http://energitoday.com/2013/07/31/aksi-penolakan-terhadap-pengembanganproyek-panas-bumi-di-indonesia/. Akses pada 2 Mei 2014.
http://pge.pertamina.com/index.php?option=com_content&view=article&id=19&
Itemid=8. Akses pada 2 Mei 2014.
http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=841
:sumber-daya-panas-bumi-indonesia-status-penyelidikan-potensi-dan-tipesistem-panas-bumi& catid=…Akses pada 2 Mei 2014.
Kasbani, Sumber Daya Panas Bumi Indonesia: Status Penyelidikan, Potensi Dan
Tipe Sistem Panas Bumi.
NennySaptadji/ITB, Sekilas Tentang Pans Bumi.
Pertamina Geothermal Energy, Tentang Pana Bumi, Isu Pemanasan Global.
Potensi Panas Bumi Indonesia Terbesar di Dunia, Tapi Pengembangannya
Lambat.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN
2007TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN
2010TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS
BUMI.
Rina Wahyuningsih, POTENSI DAN WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN
PANAS BUMI DI INDONESIA,Kolokium Hasil Lapangan – DIM, 2005.
UU No. 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi.
Download