PEMODELAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENGGUNAKAN CERITA TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR M. Fakhrur Saifudin PGSD FKIP Universitas Ahmad Dahlan Posel: [email protected] Abstrak Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar menjadi perkembangan keterampilan berbahasa dasar yang akan digunakan secara berkelanjutan sampai jenjang perguruan tinggi. Adapun tujuan dari makalah ini yaitu (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk model pembelajaran berbicara, (2) memberikan alternatif pembelajaran berbicara dengan mengoptimalkan sumber belajar terdekat, dan (3) penggunaan sumber belajar cerita teman sebaya untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa sekolah dasar. Hasil pembelajaran dengan berbantuan cerita teman sebaya ini dapat dijadikan alternatif pemanfaatan sumber belajar. Hal ini dikarenakan siswa akan berinteraksi secara langsung dengan mengoptimalkan empat keterampilan berbahasa yang dimilikinya. Selanjutnya, siswa mampu mengeskplorasi dan mengadaptasi dari hasil pengalaman, pengamatan, dan imajinasi yang selanjutnya dapat dituangkan dalam bentuk keterampilan reproduktif. Keterampilan reproduktif yang maksud yaitu keterampilan memberikan perluasan, memodifikasi, dan menelaah dalam bentuk bahasa lisan dan tulis. Maka, kegiatan pembelajaran berbicara dapat membangun kemampuan berpikir kritis dan inovatif-imajinatif dalam meraih kompetensi berbicara yang diharapkan. Kata kunci:model pembelajaran, cerita teman sebaya, keterampilan berbicara Sejalan dengan kepemilikan akal dan PENDAHULUAN pikiran, manusia tentu tidak saja puas Bahasa sebagai penghela, pembawa, dengan kepemilikan ilmu pengetahuannya. dan pengembang ilmu pengetahuan. Maka Manusia akan selalu berkembang dalam selayaknya memajukan bahasa dijadikan dasar dan memperdalam aspek peletakan pemahaman tentang konsep kognitif, afektif, maupun psikomotorik. maupun pembelajaran. Kondisi ini dalam konteks epistimologi bahasa juga sejalan dengan salah satu cirri ilmu yang mempunya fungsi lain yang tak kalah diyakini bahwa ilmu bersifat rekapabilitas, pentingnya yaitu sebagai alat berpikir. Para artinya ilmu berkembang didasarkan pada ahli bersepakat bahwa berbahasa adalah ilmu-ilmu berpikir dan berpikir adalah berbahasa. sekolah dasar, ilmu yang ditanamkan pada Merujuk pada konsepsi tersebut, bahasa siswa menitikberatkan pada konsep dasar adalah alat utama untuk menunjukkan pemaknaan ilmu pengetahuan. Sehingga eksistensi dirinya sebagai makhluk yang siswa SD memahami ilmu pengetahuan dapat dididik dan terdidik (Abidin, 2015). secara tuntut dan sistematik. Selain implementasi alat komunikasi, sebelumnya. Dalam kajian Keterampilan berbahasa SD di SD menjadi bersifat konseptual dan menjadi penting manakala siswa mulai fokus pada penguasaan teori. Hal ini memahami pelajaran bahasa Indonesia mendapat sebagai penggamit mata pelajaran lain. fasilitator untuk mengembangkan metode Bertemali dengan konsep tersebut, empat yang sesuai dengan konteks ke-SD-an. keterampilan berbahasa yang meliputi Metode pembelajaran yang digunakan menyimak, dan bersifat kontekstual. menulis menjadi perhatian penting bagi metode tersebut mampu guru untuk selalu digali dan dikaji dalam dengan kondisi pembelajaran rangka meningkatkan kemampuan siswa beragam namun tetap mampu mendorong dalam penelaahan ilmu pengetahuan lain. untuk bereksplorasi dan beradaptasi pada Keberagaman karakteristik siswa yang tujuan pembelajaran tertentu. berbicara, di membaca, menjadikan tantangan tersendiri untuk mengembangkan aspek kebahasaan siswa. Pembelajaran kurikulum 2013 respon dari Pembelajaran didasarkan pada guru Artinya, sebagai bahwa beradaptasi yang bahasa yang pendekatan tematis- integratif harus dilaksanakan dalam situasi diharuskan guru memasukkan beberapa dan elemen mata pelajaran dalam satu frame Pengorganisasian materi tidak diwjudkan pembelajaran tematik. dalam bentuk materi pokok kebahasaan Tentunya hal ini menjadi lebih menarik yang terpisah-pisah, tetapi diikat dengan manakala mata pelajaran dikemas adalam menggunakan tema-tema tertentu dengan bentuk menganut yang bersifat pembelajaran inovatif. kondisi asas Pembelajaran inovatif yang dimaksud kebermaknaan adalah kewajaran pembelajaran menggamit mata Kedudukan mata yang mampu sewajarnya. kesederhanaan, dalam komunikasi, konteks, keluwesan, lain. keterpaduan, dan kesinambungan berbagai bahasa segi keterampilan berbahasa. Unsur-unsur Indonesia menjadi sangat penting. Karena bahasa dipelajari dalam koteks wacana dan bahasa penggunaan bahasa selalu berada dalam Indonesia pembawa, dan pelajaran yang pelajaran dijadikan penghela, pengembang ilmu integrasi berbagai keterampilan berbahasa. pengetahuan. Maka, siswa akan dituntut Pendekatan ini berimplikasi antara lain (1) untuk kemampuan tema digunakan untuk pengembangan dan berbahasa khususnya keterampilan resptif perluasan kosakata siswa serta sebagai dan produktif. pemersatu memaksimalkan Rumpun keilmuan yang kegiatan belajar bahasa luas Indonesia siswa sehingga kegiatan belajar ditingkat dasar menjadikan pembelajaran berlangsung dalam suasana yang wajar, (2) pembelajaran bahasa Indonesia mencakup siswa masuk sekolah, tentunya dengan empat aspek keterampilan berbahasa yang kemampuan berbicara yang beragam. Guru dilakukan secara terintegrasi. bertanggung Selain bentuk keterpaduan yang dirancang dalam lingkup satu bidang studi (intrabidang pembelajaran studi) dapat dalam menguatkan kemampuan berbicara pada siswa yang beragam tersebut. keterpaduan dilakukan jawab Pengembangan kemampuan berbicara siswa sekolah dasar, meliputi bentuk lintas bidang studi (antarbidang berbagai studi). Ditinjau dari cara memadukan berbicara, yaitu: meperkenalkan konsep, keterampilan, topik, dan unit menyapa orang lain, tematisnya maka guru dapat memilih salah pengalaman, satu dari sepuluh cara merencanakan bercakap-cakap, pembelajaran menceritakan terpadu. Sepuluh cara jenis dan bentuk kegiatan diri, menceritakan mendeskripsikan menanyakan benda, sesuatu, pengalaman, pemaduan bentuk tersebut antara lain (1) mendeskripsikan benda atau seseorang, fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) bercakap-cakap, sequented, (5) shared, (6) webbed, (7) menceritakan threated, (8) integrated, (9) immersed, dan peristiwa, (10) networked (Fogarty, 1991). menggapai tujuan pembelajaran tersebut menanyakan kegiatan, dan sesuatu, melaporkan sebagainya. Untuk perlu menggunakan model pembelajaran Keterampilan berbicara merupakan yang inovatif. Salah satu model yang dapat bentuk bahasa ekspresif yang utama. Bagi dikembangkan anak-anak maupun orang dewasa lebih berbicara yaitu model pembelajaran cerita sering menggunakan bahasa lisan daripada teman sebaya. Model digunakan untuk tulisan, dan anak-anak belajar berbicara menstimulus keterampilan berbicara. Hal sebelum belajar membaca dan menulis ini (Djuanda, kemampuan 2005). Kenyataannya, pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam disebabkan pembelajaran dalam berbicara usia lebih anak, dominan didapatkan dari pergaulan teman sebaya. pembelajaran berbicara di sekolah belum mampu atau sering dianggap pembelajaran PEMBAHASAN yang mudah. Karena dianggap siswa sudah mampu berbicara itulah, guru seringkali Beberapa pendekatan pembelajaran belum menekankan pada pembelajaran bahasan Indonesia telah mengakomodasi tersebut. Pembelajaran lebih ditekankan kemampuan belajar siswa antara lain; pada membaca dan menulis. Pada waktu pendekatan komunitatif, pendekatan proses, pendekatan dan pertanyaan menggali; (6) tanya-jawab; (7) pendekatann whole language. Beberapa menceritakan kembali; (8) parafrasa; (9) pendekatan tersebut merupakan kesatuan bermain peran; dan lain sebagainya. Model dalam pembelajaran bahasa Indonesia. tersebut menjadi alternatif seorang guru Ketika siswa melakukan pembelajaran untuk bahasa tengah pembelajaran yang sesuai dengan konteks keterampilan materi dan kompetensi yang dituju. Maka, keterampilan sebagai maka, memadukan terpadu, siswa tersebut berbagai berbahasa. Salah satu mengembangkan guru model hendaknya reproduktif yang dapat dikembangkan memanfaatkan dengan sebagai sumber belajar yang aktual dan menggunakan berbicara. keterampilan Keterampilan berbicara kompetensi mampu yang ada faktual. merupakan keterampilan menyampaikan pesan secara lisan (Tarigan, 2007). Selanjutnya, pendapat (Tjahyono, 2000) mengemukakan kemampuan Pemodelan Pembelajaran Berbicara Menggunakan Cerita Teman Sebaya berbicara Penggunaan sumber belajar faktual yaitu kemampuan mengucapkan kalimat- menjadi pertimbangan dalam pembelajaran kalimat di SD. Hal ini dikarenakan siswa SD dari untuk menyatakan, mengekspresikan, menyampaikan pikiran, sisi psikologi masih dominan bergantung gagasan, dan perasaan. Beberapa pendapat pada kemampuan reseptiff. Kemampuan tersebut, bahwa reseptif yang dimaksud yaitu kemampuan berbicara merupakan lebih dari sekadar penyerapan sumber belajar yang dapat mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata, dijadikan sebagai contoh konkret untuk melainkan untuk memahami ilmu pengetahuan. Pengaitan gagasan-gagasan sumber belajar faktual ini dapat dijadikan yang disusun serta dikembangkan sesuai refleksi oleh siswa dalam mengkonfirmasi dengan kebutuhan pendengar. keutuhan pemahaman. dapat disimpulkan satu alat mengkomunikasikan Beberapa berbicara model yang pembelajaran dikembangkan Penggunaan sumber belajar cerita untuk teman sebaya menjadi alternatif untuk mengkomunikasikan gagasan yang berupa memudahkan siswa dalam pembelajaran hasil dari umpan balik siswa dalam berbicara. memahami telah sebagai partner pembelajaran dijadikan didapatkannya. Model tersebut antara lain; alasan dan motivasi siswa untuk belajar (1) ulang-ucap; (2) lihat-ucapkan; (3) berbicara. Pemodelan pembelajaran ini memerikan; mencakup beberapa aspek kebahasaan. pengetahuan (4) yang melanjutkan; (5) Keberadaan teman sebaya Sehingga, guru melalui pemodelan isi cerita sesuai dengan pembelajaran menggunakan cerita teman pengembangan sebaya dapat dijadikan media sekaligus cerita yang telah diungkapkan dapat sumber belajar faktual yang berguna pada diperoleh pembelajaran penguasaan kosakata siswa. berbicara berbicara. sendiri responsibel. Pembelajaran bersifat Artinya, produktifketerampilan berbicara. konsep tingkat Selanjutnya, pemahaman dan Materi sastra yang dapat digunakan dalam cerita teman sebaya melalui berbicara dapat muncul dan berkembang penceritaan dongeng, mitos, fabel, atau jika antara penutur dan mitra tutur ada cerita fiksi lain yang bersifat sederhana interaksi baik secara langsung maupun sesuai dengan daya tidak langsung. Penguatan daya imajinasi siswa ini akan Cerita teman sebaya digunakan imajinasi siswa. terlatih jika keterampilan berbicara dapat sebagai materi pembelajaran siswa kelas 3 digunakan SD peningkatan tersebut dengan mereproduksi dalam proses Penggunaan materi pembelajaran. cerita ini selain hasil cerita secara maksimal. teman sebaya Upaya melalui berguna untuk meningkatkan keterampilan keterampilan menyimak. Bahan simakan berbicara mengasah tersebut digunakan sebagai bahan untuk di mereproduksi keterampilan berbicara. juga keterampilan untuk menyimak SD. Keterampilan menyimak dengan berbicara erat kaitannya dalam kemampuan interaksi Alternatif siswa. Sebaya sebagai Materi Pembelajaran Dengan mengoptimalkan dua kemampuan ini, diharapkan siswa dalam meraih kompetensi dasar yang diharapkan menjadi lebih cepat. Sumber Belajar Teman Berbicara Siswa SD Sumber belajar di SD dapat diambil dari sumber yang bersifat imajinatif dan Cerita teman sebaya dalam materi faktual. Sumber belajar tersebut digunakan SD meliputi materi sastra dan nonsastra. sebagai bahan untuk mengembangkan Materi materi nonsastra berbicara. Sebetulnya, pengalaman pribadi yang mengesankan. pengembangan materi berbicara tidak Melalui penggunaan cerita pengalaman hanya dilakukan melalui cerita teman pribadi, siswa mampu mengeksplorasi sebaya. Dapat juga dilakukan melalui kemampuan dengan kemampuan memberikan tanggapan atau dan komentar untuk dan daya kosakata dan Sehingga kemampuan untuk mengorganisasi isi menggunakan penggunaan melingkupi berbicara pengalaman bahasa sendiri. cerita siswa lebih mandiri dalam mengorganisasi suatu bahan simakan. Selanjutnya, sumber belajar yang bersifat imajinatif dapat menggunakan memahami, dan menghayati isi cerita yang akan diceritakan dengan sebaik-baiknya. cerita baik berdasarkan pengalaman atau Pada waktu siswa bercerita, siswa rekayasa. Materi pembelajaran SD selama harus menguasai dan memahami beberapa ini masih terpaku pada buku teks yang hal beredar. Alhasil, pemanfaatan sumber rangkaian peristiwa dalam cerita dengan belajar masih terbatas. Hal ini perlu baik dan jelas. (2) memahami susunan mendapat peristiwa-peristiwa kajian lebih lanjut untuk berikut. (1) mengetahui tersebut, seluruh hubungan mengembangkan dan menyiasati sumber antar peristiwa, dan letak konflik serta belajar yang masih terbatas. Dengan bagaimana klimaksnya. (3) mempelajari demikian, dengan baik berbagai tokoh yang berbeda kekayaan kebervariasian sumber materi dan belajar dapat terpenuhi. dalam cerita, karakter tokoh, dan bagaimana menitukan dengan baik. (4) Pembelajaran berbicara melalui harus mengetahui berbagai keadaan emosi bercerita, ada beberapa hal yang harus dalam ceritadan harus diperhatikan. Pertama, pemilihan cerita. menggambarkannya Pada waktu siswa disuruh untuk bercerita disimak dengan baik. (5) mempersiapkan selayaknya harus diperhatikan cerita apa media yang diperlukan untuk ditampilkan yang ia ceritakan. Salah memilih cerita, ketika cerita berlangsung (Majid, 2001). sehingga mampu dapat akan sulit bagi siswa untuk bercerita Berdasarkan kajian di atas, maka dengan baik. Guru sebaiknya memilih dapat disimpulkan bahwa pemilihan bahan cerita sesuai dengan kondisi jiwa siswa simakan yang akan bercerita. Akan lebih maksimal pembelajaran berbicara sangat penting. jika guru menyediakan berbagai cerita Jadi, seorang guru seyogyanya mampu sehingga siswa dapat memilih cerita sesuai mengembangkan dan menentukan materi dengan keadaan dan minat masing-masing. apa Kedua, persiapan bercerita. Adalah keliru berbicara. Tak lain, upaya ini untuk jika bahwa menumbuhkan dan meningkatkan daya tanpa nalar, pengalaman, kreativitas, inovasi seorang pembelajaran guru mengira bercerita menggunakan persiapan. Bercerita tidak yang dan cocok persiapan untuk dalam keterampilan siswa SD. cukup hanya dengan mengetahui rangkaian peristiwa dan jalan cerita. Oleh karena itu, siswa perlu diberi waktu untuk membaca, PENUTUP Pembelajaran inovatif tidak selalu menggunakan piranti media yang mutakhir dan canggih. Penggunaan sumber belajar inovasi yang identik mengaktifkan kegiatan siswa dalam belajar penggunaan sumber belajar yang berbasis mandiri. Selain itu, pemanfaatan cerita digital. Di atas, telah dikemukakan bahwa teman sebaya juga dapat meningkatkan sumber belajar keterampilan berbicara proses pembelajaran bahasa yang bersifat dapat dilakukan dan dimunculkan dengan whole sumber belajar terdekat yaitu melalui bahasa dilakukan secara utuh dan tidak cerita teman sebaya. Cerita teman sebaya dapat dipisahkan. luas juga tidak harus pembelajaran languge dimana yang mampu pembelajaran ini ternyata mampu menciptakan suatu DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2015). Pembelajaran Multiliterasi. Bandung: PT Refika Aditama. Djuanda, D. (2005). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Komunikatif dan Menyenangkan. Jakarta: DIKTI. Fogarty, R. (1991). How To Integrated The Curricula. Illinois: IRI Publishing Inc. Majid, A. A. (2001). Mendidik dengan Cerita. Bandung: Rosda Karya. Tarigan, H. G. (2007). Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tjahyono, T. (2000). Berbicara II. Jakarta: Universitas Terbuka.