Para teoritis dan ilmuwan sosialnya lainnya telah lama tertarik pada kajian mengenai globalisasi. Globalisasi yang sekarang ini terjadi tidak lepas dari peran kunci organisasi global seperti World Trade Organization (WTO), International Monetary Fund (IMF), dan World Bank yang telah membawa pengaruh besar pada masyarakat dunia. Teori globalisasi muncul sebagai sebuah hasil dari pengembangan dalam teori sosial, khususnya reaksi dalam melawan perspektif sebelumnya seperti teori modernisasi. Namun, globalisasi adalah sebuah konsep atau ide yang tidak lepas dari ambiguitas dan keterbatasannya. Definisi globalisasi adalah “the worldwide diffusion of practices, expansion of relations accross continents, organization of social life on a global scale, and growth of shared a global consiousness.1 Ada beberapa perhatian dalam kajian globalisasi antara lain yaitu : a. Hubungan globalisasi dengan politik. Politik mendapat fokus utama dalam isu globalisasi sebagai international governance, masa depan demokrasi lokal, dan negara (dan peran dari entitas politik lainnya). Globalisasi membawa pengaruh pada pembentukan tipe kota baru yaitu kota global. b. Hubungan globalisasi dengan bisnis. Globalisasi menyebabkan kemunculan pasar global baru dan ideologi yang mendampinginya. c. Hubungan globalisasi dengan teknologi. Di dalamnya terdapat pembahasan mengenai peran dari teknologi dan ketimpangan global. Teknologi di sini mewujud pada komputer, internet, dan pemisahan digital global. d. Hubuhgan globalisasi dengan agama, olahraga, musik popular, dan aspek lain di dalam dunia sosial termasuk di dalamnya terdapat masalah kemiskinan dan ketimpangan, kekerasan global, global sex, perdagangan seks internasional, dan terorisme sebagai hasil dari globalisasi terhadap lingkungan. Roland Robertson menuliskan mengenai isu dari kunci dalam teori globalisasi. Kedua isu itu adalah “Apakah perubahan global menyebabkan meningkatnya homogenitas atau meningkatkan heterogenitas atau perpaduan keduanya?” dan “Apakah hubungan antara lokal dan global?”. Kedua isu ini yang selalu dominan dibahas, karena lokal biasanya diasosiasikan dengan heterogenitas, sedangkan global diasosiasikan dengan homogenitas. Isu yang ketiga adalah “Apa yang menggerakan proses globalisasi?” “Apa kekuatan penggeraknya?” Dalam tulisan ini, nantinya akan membahas mengenai konsep-konsep yang dijelaskan oleh Robertson. Konsep yang dikemukakan Robertson diantaranya adalah glocalization adalah sebuah konsep integrasi yang mana mengandung unsur glocal-global, homogenisasiheterogenisasi, yang menekankan pada pentinganya glocal dan eksistensi dari heterogenitas. Atau dalam definisi lain dijabarkan sebagai interpenetrasi global dan lokal kemudian memberikan respon dan menghasilkan keluaran yang unik di dalam area geografis yang berbeda. Sedangkan grobalization berfokus pada ambisi imperialistis negara, korporasi, organisasi yang melihat kekuasan, pengaruh dan kadang-kadang pertumbuhan keuntungan. Grobalization mengandung variasi subproses dari tiga hal yaitu capitalism, Americanization, dan McDonaldization. Ada beberapa keterkaitan dalam makalah ini yang akan menjelaskan antara glokalisasi dan grobalisasi dengan masyarakat post komunis di dalam sistem global. Namun sebelumnya akan dijelaskan satu per satu beberapa konsep yang terdapat dalam tulisan Ritzer ini. Glocalization dan Grobalization Konsep di atas berakar pada pandangan Karl Marx dan Max Weber. Karl Marx memfokuskan pada sistem ekonomi kapitalistik, sedangkan Weber memfokuskan pada rasionalisasi tidak hanya di sektor ekonomi, tetapi juga banyak sektor di masyarakat dalam 1 George Ritzer,. 2004. The Globalization of Nothing. Thousand Oaks: Pine Forge Press. hal. 72. dunia modern. Dalam pandangan Marxian dan Neo Marxian melihat bahwa salah satu faktor yang menggerakan grobalization adalah perusahaan yang selalu berusaha untuk meningkatkan keuntungan dan pada akhirnya mencapai imperialisme ekonomi. Negara dan institusi lain (seperti media dan pendidikan) memberikan dukungan pada korporasi untuk meningkatkan keuntungannya dengan cara meningkatkan hegemoni kulturalnya di seluruh dunia. Sebagai contoh adalah Americanization dimana tidak hanya untuk meningkatkan ekspansi ekonomi, tetapi juga berusaha untuk melaukan hegemoni kultural di seluruh dunia. Americanization berupaya agar masyarakat dunia menganggap Amerika sebagai second culture mereka di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini dicirikan dengan cara berperilaku, cara berpakaian dan bagaimana orang makan makanan yang serba Amerika. Sedangkan dalam tradisi pemikiran Weberian menekankan pada adanya peningkatan rasionalitas di dalam struktur dan berkembang yang kemudian melakukan kontrol orang di seluruh dunia, salah satunya dalam ranah konsumsi. Pendekatan Weberian mendefinisikan kata “grobal” sebagai penyebaran dari struktur yang rasional. Sedangkan glocalisasi lebih pada konsep yang tekanannya pada teori sosial posmodern yang menekankan pada diversity, hibridity, dan independence. Grobalization adalah pandangan modern yang menekankan pada pertumbuhan kemampuan dunia, khususnya organisasi kapitalistik dan negara modern untuk meningkatkan power diseluruh dunia. Grobalisasi dapat dilihat sebagai bentuk ekpansi transnasional dari kode umum dan praktek (homogenitas) dimana glocalisasi mengandung interaksi antara budaya global yang masuk dan budaya lokal untuk menghasilkan bentuk yang baru, sebuah pencampuran variasi kebudayaan (heterogenitas). Sebagai contoh adalah komodifikasi dari budaya global dalam hal pakaian kemudian digabungkan dengan budaya lokal sehingga menghasilkan model pakaian yang unik dan memperhatikan budaya-budaya lokal. Institusi politik mempunyai orientasi pada homogenitas dan heterogenitas. Sebagai contoh dari perspektif grobalisasi dalam ranah politik berfokus pada penyebaran model negara-bangsa dan kemunculan dari bentuk tunggal dari konsep pemerintahan yang disebarkan ke seluruh dunia. Selain itu juga penyebaran dari sistem politik demokrasi. Sedangkan glokalisasi dapat dilihat dalam ranah politik seperti dalam penjelasan Benjamin Barber, yaitu ide tentang “jihad” yaitu sebuah perlawanan atas kekuatan politik yang berasal dari lokal yang menolak konsep “McWorld”. Maka dapat disarikan dari pemikiran Robertson mengenai perbedaan antara glokalisasi denan grobalisasi sebagai berikut.2 Pembeda Glokalisasi Grobalisasi Pandangan tentang dunia Semakin pruralistik. Lebih Semakin similar / sama. sensitif pada perbedaan di Meminimalisir perbedaan di dalam dan antar are adi dalam dan antar area di dunia. dunia. Pandangan tentang individu Mempunyai kekuatan untuk Relatif kecil memiliki dan kelompok beradaptasi, melakukan kemampuan untuk inovasi, dan melakukan beradaptasi, berinovasi, dan manuver di dalam dunia yang melakukan manuver di dalam terglokalisasi. Melihat dunia yang tergrobalisasi. individu dan kelompok sebagai agen penting dan kreatif. Pandangan tentang proses Merupakan relasi dan satu Sifatnya lebih satu arah dan 2 Ibid. Ritzer. hal. 77. 2 sosial kesatuan. Pandangan tentang Merupakan arena dari kunci komoditas dan media utama dalam perubahan kultural. Namun bukan dilihat sebagai kekuatan coercive melainkan menawarkan sebuah bentuk material yang bisa digunakan individu dan kelompok. deterministik. Merupakan kunci utama dari area dalam perubahan kultural yang sifatnya deterministik pada individu dan kelompok di dalam kerangka dunia yang tergrobalisasi. Glocalization Seperti yang telah dijelaskan di atas, di dalam bagian ini akan lebih dipaparkan lebih mendalam mengenai konsep glokalisasi. Glokalisasi selalu diidentikan dengan heteregenitas sebuah istilah yang menekankan pada perbedaan karakterisitk dalam glokalisasi dan sama sekali kontras dengan homogenitas yang dilihat selalu mendampingi konsep grobalisasi. Bentuk dari glokalisasi adalah hybridization yang penekanannya pada penggabungan antara global dengan lokal, namun berbeda dengan istilah uniformity yang melekat pada grobalisasi. Hibrid mengkombinasikan dua atau lebih elemen dari budaya yang berbeda yang terdapat di dunia. Sebagai contoh dalam tulisan Ritzer ini adalah seorang Argentina yang melihat pertunjukkan musik rap Asia dinyanyikan oleh band Amerika Serikat di bar yang dimiliki oleh orang Arab Saudi. Sinonim lain dari glokalisasi adalah creolization. Istilah creole mengarah pada orang yang mempunyai ras campuran, contohnya adalah kombinasi dua bahasa yang digunakan disebut sebagai creolization of languange. Lawan dari creolization adalah purification. Grobalization Konsep grobalisasi adalah subproses dari kapitalisme, McDonaldization, dan Americanization yang mempunyai ciri homogenization, uniformity, dan purification. Tujuan dari konsep ini sebenarnya untuk menyebarkan ideologi atau paham Amerika pada masyarakat luas agar lebih kapitalistik, lebih Amerika, terasioanisasi, terkodifikasi, dan terbatas ruang geraknya. Kapitalisme merupakan salah satu penggerak dan faktor dari grobalisasi. Seperti dalam penjelasan Marx bahwa perusahaan kapitalis harus terus mengekspansi atau akan mati, dan ketika kemungkinan keuntungan di dalam negara menurun, para pemilik modal / kaum kapitalis akan mencari keuntungan di negara lain. Kaum kapitalis akan selalu berambisi global, mereka tertarik dalam grobalisasi dan berkonstribusi juga pada glokalisasi. Kapitalisme selalu berhubungan dengan grobalisasi ekonomi khususnya dalam ranah konsumsi yang memang menjadi perhatian sentral bagi kapitalisme. Perusahaan kapitalistik memproduksi secara massal dalam non-places, non-things, non-people dan non-services yang ditawarkan ke seluruh belahan dunia. Dari hal ini terlihat bahwa kondisi politik suatu negara berpengaruh pada sistem ekonomi yang diterapkannya. Seperti dalam negara dan masyarakat yang demokratis kecenderungannya maka akan lebih menjadi kapitalistik karena mereka cenderung terbuka terhadap serangan dari perusahaan kapitalistik dari negara lain khususnya Amerika Serikat. Sehingga ketika, suatu negara tidak mau menjadi negara demokratis maka militer Amerika akan ikut mengintervensi negara tersebut. Contoh lain adalah perkembangan dari sistem franchise yang kini telah tersebar di seluruh dunia. McDonalsization adalah konsep baru dalam menyajikan makanan, yaitu dengan konsep cepat saji (fast food) yang mendominasi dalam masyarakat Amerika secara khusus dan masyarakat dunia secara umumnya. Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa 3 McDonaldization mengandung unsur-unsur antara lain efesiensi, kalkulatif (terhitung), dapat diprediksikan melalui perubahan irasionalitas menjadi rasional. Americanization dapat didefinisikan sebagai pengembangan dari ide-ide, kebiasaan, pola sosial, industri, dan modal yang berdasar pada Amerika. Hal ini menimbulkan adanya pengaruh yang sangat kuat dari Amerika terhadap dunia. Amerikanisasi juga terkait dengan bentuk budaya, institusi, politik, dan imperliasme ekonomi yang sangat Amerika. Sebagai contoh adalah dalam budaya konsumsi musik dan film. Sehingga dari sini, Amerika juga turut andil besar dalam melakukan penyebaran “makna baru dalam konsumsi”. Contoh nyatanya adalah model pasar baru yaitu supermarket yang menyebabkan masyarakat dunia lebih konsumerisme. Dengan penyebaran informasi melalui media elektronik dan media massa, konsep-konsep baru yang ditawarkan Amerika menjadi sebuah fenonema global. Mengapa konsep-konsep Amerikanisasi dapat tersebar di seluruh dunia? Pertama, adalah karena Amerika masih menjadi pemimpin dalam konsumsi dan inovasi, sehingga menimbulkan adanya hyperconsumption dengan produk-produk yang ditawarkan oleh Amerika di seluruh dunia. Kedua, makna baru dari dalam konsumsi berkaitan dengan tingginya mobilitas yang berasosiasi dengan budaya Amerika. Ketiga, makanan sebagai arti dari konsumsi membawa pengaruh yang luas di Amerika Serikat. Keempat, banyak dari makna baru dalam konsumsi adalah hasil refleksi dari maniak Amerika yang mana jumlahnya besar. Pembahasan berikutnya adalah, apa hubungan antara Amerikanisasi dengan kapitalisme. Hubungannya adalah sangat kuat, dimana ekonomi Amerika adalah pemimpin yang tak tertandingi dalam kapitalisme global. Namun pantas diperhatikan disini adalah negara lain yang juga kapatilstik seperti Cina juga menunjukkan pergerakan progresif dalam ekonomi, dan di sisi lain yaitu bentuk dari Amerikanisasi di dalam kesenian dan ilmu pengetahuan yang tersebar dalam kepentingan kapitalistik. Mengapa Amerikanisasi menjadi kekuataan yang besar? Pertama, Amerikanisasi mempunyai cakupan lebih dari berkompetisi dalam proses global. Dengan basis ekonomi yang kuat, Amerika dapat menyebarkan produknya ke seluruh dunia dibandingkan dengan negara lain. Kedua, para eksportir Amerika menggunakan teknologi sebagai cara untuk menawarkan dan menyebarkan produknya. Ketiga, untuk memenuhi pasar global, eksportir Amerika lebih suka untuk menyembunyikan pergerakannya dan mentransformasikan ke dalam bentuk kosong yang dapat diadaptasi secara virtual di beberapa masyarakat lokal. Keempat, seperti menurut Todd Gitlin setiap orang mempunyai “second culture” dimana orang-orang tidak mampu membedakan antara kebudayaannya dari ekspor Amerika, mereka lebih nyaman dengan hal-hal yang berbau Amerika. Amerikanisasi juga tidak terlepas dengan peran dari brand. Brand mempunyai fungsi untuk menunjukkan identitas suatu produk yang sebenarnya sifatnya adalah abstrak atau hanya berupa ide yang mewujud dalam sebuah benda. Brand menunjukkan ciri dari tempat, orang, dan pelayanan. Brand dapat didefinisikan sebagai nama, logor, atau simbol yang melekat dan berfungsi untuk menjadi pembeda diantara para produsen (kompetitor). Produksi massal tidak akan pernah lepas dari branding. Sebagai contoh adalah brand Nike yang terdapat non-things (sepatu Nike), non-places (Niketown), non-people (Niketown’s sales people), non-services (self-service at Niketown). Maka ketika kita berbicara tentang Nike, ide dan pikiran kita tidak akan jauh-jauh dari produk yang memiliki logo cek list panjang melintang. Sebenarnya bukan pada produk yang mewujud berupa sepatunya, yang menjadi esensinya adalah bahwa pikiran masyarakat luas terhadap nilai-nilai yang dibawa oleh Nike yang telah masuk ke dalam pikiran masyarakat dengan membawa kultur Nike, sehingga tidak hanya terjadi proses hegemoni ekonomi namun juga terjadi proses hegemoni kultural dan pengetahuan. 4 Pembahasan berikutnya akan menjelaskan keterkaitan antara glokalisasi dan grobalisasi dengan masyarakat postkomunis di dalam sistem global di dalam tulisan Sklair dengan pembahasan yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu pertama adalah penjelasan tentang transnational practices in the Old Second World, kedua adalah penjelasan tentang Trans National Corporations (TNCs) in the Old Second World, dan ketiga adalah penjelasan tentang transitions form communism to postcommuniscm. Kapitalisme telah menembus ke berbagai belahan negara, bukan hanya negara yang secara ideologis bercirikan demokrasi namun juga sekarang ini kapitalisem telah berhasil menembus pada negara-negara yang bercirikan komunis. Sebuah awalan dimana kapitalisme dapat masuk ke dalam negara-negara yang bercirikan komunis ini ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet pada abad ke-20. Keruntuhan ideologi komunis ini membawa kemudahan untuk kapitalisme masuk ke negara-negara lain yang juga bercirikan komunis, seperti negara Jerman Timur yang akhirnya bersatu dengan negara Jerman Barat pada tahun 1990 dengan ditandai runtuhnya tembok berlin. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Amerika sebagai sentral dan basis negara yang berciri kapitalistik untuk masuk dan melakukan ekspansi baik dalam segi ekonomi, politik, dan budaya yang kemudian ditransnasionalisasikan ke negaranegara di Eropa Timur khususnya dan pada akhirnya negara Eropa Timur membuka diri terhadap kapitalisme ini. Propaganda Amerika dalam melakukan misi ekspansi paham kapitalisme ini dilakukan pada awalnya dengan cara membawa isu mengenai demokrasi. Demokrasi yang dekat dengan liberalisme dengan mudah memberikan jalan kepada Amerika untuk melakukan penyebaran paham kapitalisme ini. Karena terjadi keruntuhan paham komunis di negara-negara Eropa Timur secara khususnya, maka terjadilah pergantian pemimpin negara yang kemudian di tekan oleh Amerika untuk memberikan jalan bagi Amerika melakukan penyebaran kapitalisme melalui kelas kapitalis transnasional. Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci poin-poin yang telah disebutkan di atas untuk memberikan gambaran yang jelas menyeluruh. Transnational Practices in The Old Second World Pada akhir abad ke-20 tercetus sebuah konsep dari negara Eropa Timur (khususnya Uni Soviet) yaitu perestroika (restructuring) dan glasnost (opennes). Konsep pertama yaitu perestroika mengarah pada usaha untuk membuat ekonomi domestik dan sistem administrasi lebih efisien, dan konsep kedua yaitu glasnost mengarah pada implikasinya adanya penerimaan ide-ide dan pengaruh dari dalam dan dari luar Uni Soviet. Kedua konsep ini menandakan adnaya indikasi bahwa negara Eropa Timur akan memulai membuka diri dengan praktek sistem kapitalis global. Sebagai contoh adalah negara Hungaria dan Polandia yang memulai melakukan reformasi ekonominya dengan bergabung dalam Comecon. Pada tahun 1950an Comecon menolak adanya proyek kapitalis global, salah satunya adalah ide kultur-ideologi konsumerisme. Pada tahun 1980an, ideologi politik dan budaya dari modernisasi di dalam masyarakat industri Eropa Timur menggabungkan dengan kekuatan dari kapitalisme untuk mengkomunikasikan di tataran global. Gorbachev dan pemimpin negara Timur lainnya kemudian melakukan adopsi kultur-ideologi konsumerisme dan tujuannya adalah untuk menyamai proyek kapitalisme global. Dengan adanya perubahan politik, memberikan pengaruh kepada negara-negara di Eropa Timur yang kemudian mulai aktif di dalam sistem global di sekitar 20 tahun terakhir ini (Frank, 1997). Dari tahun 1970an, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Barat, Hungaria, Polandia, Romania, dan Uni Soviet kemudian aktif dalam korporasi transnasional yang tergabung di banyak negara di dunia. Pada akhirnya, negara-negara yang tergabung dalam Comecon menjadi sebuah Transnational Corporations yang lebih aktif dibandingkan kapitalis TNCs lainnya di saat itu. 5 Pada tahun 1983, terdapat Comecon direct investments (CDIs)--dalam bidang retail, pelayanan teknis, perbankan,dan transport—di 23 negara Dunia Pertama dan 75 di negara Dunia Ketiga. Comecon TNCs di Negara Dunia Ketiga berkonsentrasi di negara kecil, seperti Nigeria, Maroko, India, Singapura, Libanon, Iran, Mexico, dan Peru. Ciri dari Comecon TNCs adalah kecil antara 10 sampai dengan 50 pekerja,dan mengandalkan pada pasar lokal untun melakukan investasi dana (McMillan, 1987). Comecon dengan Negara Dunia Ketiga juga melakukan perjanjian bilateral untuk perturakan komoditas, transaksi keuangan yang sifatnya lebih lokal. Kredit Rusia pada saat itu berguna untuk melakukan pengembangan proyek dan berkonstribusi dalam import yang lebih fleksibel pada banyak negara miskin. TNCs in The Old Second World Pada tahun 1980an, negara-negara di Eropa Timur mulai merespon konsensus global dalam efek dari keuntungan investasi asing. Uni Soviet juga terlibat secara serius dalam foriegn direct investments (FDI) ini melalui kebijakan joint venture yang dimulai dari Januari 1987. Ada contoh dari tulisan ini mengenai kerjasama (joint venture) pada Applied Engineering Systems (AES) antara Uni Soviet dengan Combustion Engineering sebuah perusahaan Amerika Serikat yang akan melakukan bisnis di Uni Soviet untuk beberapa tahun. Perakitan dilakukan oleh orang Uni Soviet yang komponennya atau bahan bakunya di ambil dari Amerika, dan manajemennya ditangani oleh pekerja dari Combustion Engineering. Tujuan dari perusahaan ini untuk membuat perusahaan manufaktur yang mampu memproduksi barang untuk memenuhi pasar domestik dan juga ekspor. Kerjasama yang paling pertama sebenarnya di Uni Soviet adalah pada 28 November 1989, ketika Fiat menandatangani kontrak milyaran Dollar untuk pendirian pabrik manufaktur di Moscow. Di Polandia, kebijakan mengenai FDI diarahkan kepada pertumbuhan usaha di bidang garmen, kimia, kayu, dan permesinan yang orientasinya diarahkan pada pasar domestik dibandingkan dengan pasar ekspor. Sedangkan di Hungaria, kerjasama FDI di arahkan kepada pertumbuhan usaha di bidang perbankan dan pelayanan jasa, seperti pariwisata. Transitions from Communism to Postcommunism W.W.Rostow penulis dari buku Stages of Economic Growth berpendapat bahwa untuk terus berkembang, perekonomian Uni Soviet pada tahun 1950-1960an harus mengembangkan “sektor yang berasosiasi dengan konsumsi massa yang tinggi (high mass consumption). Rostow berpendapat bahwa TNCs akan membawa keuntungan pada New World Second. Sejak tahun 1980an, banyak perusahaan asing yang berskala kecil, menengah, dan besar tertarik pada pasar, sumber daya alam, dan sumber daya manusia (pekerja) di Eropa Tengah dan Eropa Timur. Etika masuknya TNCs ke dalam negara-negara Eropa Timur membawa pengaruh yang signifikan. Banyak perusahaan masuk ke New Second World melalui akuisi atau kerjasama (joint venture) dengan perusahaan lokal dan pola umumnya adalah perusahaan kecil dengan investasi kecil. Bidang manufaktur menjadi prioritas utama dalam melakukan investasi di semua negara, sebab industri ini mempunyai pangsa pasar atau konsumer yang besar. Pertumbuhan ekonomi yang menimbulkan perubahan sosial dalam struktur kelas di New Second World akan dijelaskan sebagai berikut. Pertama, penting untuk membedakan antara negara di Eropa Timur sebelum era komunisme dan bentuk dari komunisme yang menyebar ke berbagai negara—bentuk negara yang rezimnya sangat brutal /otoriter (contoh : Stallin di Rusia) menjadi negara yang lebih liberal. Pertumbuhan bisnis atau ekonomi di 6 negara Eropa Timur ternyata dipengaruhi oleh demokrasi yang mana juga menjamin adanya privatisasi. Tanggapan : Sebuah Ulasan Glokalisasi adalah sebuah konsep yang merupakan tandingan dari konsep grobalisasi. Seperti yang telah dijelaskan di atas, sebenernya glokalisasi berusaha untuk menggabungkan antara kedua unsur yaitu global dan lokal. Syarat agar glokalisasi tetap eksis adalah membuat produk yang sifatnya unik dan terus melakukan inovasi. Namun yang menjadi masalah disini, Amerika sebagai basis utama perekonomian dunia yang juga menyebarkan ideologinya melalui grobalisasi ini ternyata juga tanggap akan hal ini. Produk dari glokalisasi kemudian dibeli dan dipatenkan oleh Amerika untuk kemudian di sebarluaskan kembali ke masyarakat melalui proses grobalisasi. Hal ini menyebabkan glokalisasi tidak dapat tumbuh dan berkembang di masyarakat yang sangat rasional di dalam lingkup kapitalisme global. Amerikanisasi sebagai faktor dalam grobalisasi membawa pengaruh cukup kuat untuk melakukan penyebaran ideologi dan kultur di seluruh belahan dunia. Hegemoni Amerika bukan hanya termanifestasikan dalam bentuk barang yang mewujud seperti sepatu Nike, celana Jeans, McDonald, namun di balik itu semua terdapat nilai-nilai Amerika yang dicoba untuk dimasukkan ke dalam pikiran atau benak masyarakat luas. Pada akhirnya Amerika dipahami dan dimaknai oleh masyarakat global sebagai “second culture”nya. Terkait dengan masyarakat postkomunisme di dalam sistem global maka dapat dijelaskan sebagai berikut. Amerika sebagai negara yang menjadi pelopor sistem kapitalis dan demokrasi global juga berupaya untuk melakukan penetrasi terhadap negara-negara yang bercirikan komunis, khususnya di negara-negara Eropa Timur. Ternyata pada abad ke-20, Uni Soviet melalui Gorbachev mencetuskan konsep perestroika dan glasnost yang menandai adanya keterbukaan Uni Soviet terhadap dunia luar. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Amerika. Isu pertama yang dibawa adalah mengenai demokrasi yang disusupkan ke dalam pemerintahan yang baru. Demokrasi menjadi jalan bagi Amerika untuk melakukan penetrasi lebih ke ranah ekonomi, pada awalnya dengan cara memberikan dana atau investasi kepada negara-negara Eropa Timur ini. Kemudian dengan perusahaan lokal atau pemerintah, Trans National Corporations milik Amerika melakukan kerja sama (joint venture) atau akuisisi. Manufaktur menjadi sektor usaha yang mendapat perhatian lebih bagi pertumbuhan di negara-negara Eropa Timur. Amerikanisasi dimulai dari sini, ide-ide mengenai konsumsi tingkat tinggi mulai disebarkan. Manufaktur diupayakan untuk meningkatkan produk yang bersifat massal yang tujuannya adalah memenuhi kebutuhan pasar domestik dan pasar global. Pada akhirnya, masyarakat post komunis sekarang ini hidup dalam kerangka besar kapitalisme global dan mereka tidak bisa lepas atau bahkan ketergantungan dengan hal ini. Daftar Pustaka Ritzer, George. 2004. The Globalization of Nothing. Thousand Oaks: Pine Forge Press. Sklair, Leslie. 1995. Sociology of The Global System 2nd Edition. Baltimore: The John Hopkins University Press. 7