07.1. Pandangan Dasar Sistem Ekonomi Islam

advertisement
PANDANGAN DASAR
EKONOMI ISLAM
Ada pertanyaan,
MENGAPA EKONOMI SOSIALISME HANCUR TERLEBIH DAHULU
daripada Kapitalisme?
• Ekonomi sosialisme tidak sesuai dengan fitrah
manusia.
• Ekonomi sosialisme gagal mewujudkan
pertumbuhan sekaligus pemerataan ekonomi.
• Ekonomi sosialisme menghasilkan kelas baru
yang lebih buruk dari kelas sebelumnya.
• Impian terbentuknya negara komunisme
adalah sesuatu yang mustahil untuk
diwujudkan.
MENGAPA EKONOMI KAPITALISME TETAP
BERTAHAN?
• Ekonomi kapitalisme senantiasa memperbaiki
kelemahan yang dimilikinya  neokapitalisme
• Ekonomi kapitalisme sangat sukses dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi.
• Ekonomi kapitalisme mampu “menutupi”
kegagalannya dalam mewujudkan pemerataan
ekonomi.
• Ekonomi kapitalisme masih menjadi pemain
tunggal yang belum memiliki alternatif
pengganti.
PANDANGAN DASAR EKONOMI ISLAM
• Ekonomi Islam memandang bahwa
kelangkaan (scarcity) bukanlah problem yang
asasi dari ekonomi manusia.
• Sehingga persoalan produksi, baik APA,
BAGAIMANA dan UNTUK SIAPA komoditas
akan diproduksi, bukan prioritas pembahasan
Ekonomi Islam.
• Islam diturunkan tidak secara khusus untuk
menyelesaikan problem tersebut.
• Problem produksi solusinya cukup diserahkan
pada akal manusia.
• Tanpa bantuan dari Islam-pun, akal manusia
dengan sendirinya akan mampu menyelesaikan
problem produksi barang dan jasa tersebut.
Dalil-dalilnya:
HADITS NABI SAW:
• “Telah diriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW berkata
dalam hal penyerbukan korma:
‫أ َ ْنت ُ ْم أَ ْعلَ ُم ِبأ َ ْم ِر دُ ْنيَا ُكم‬
’Kamu lebih mengetahui urusan-urusan duniamu’ ”. (HR.
Muslim)
• Dan diriwayatkan pula bahwa Rasulullah SAW mengutus
dua orang ke negeri Yaman untuk mempelajari
pembuatan senjata. (Fathul Kabir Juz III)
PROBLEM ASASI EKONOMI
• Menurut pandangan Islam, problem ekonomi yang
asasi bukan pada masalah produksi barang dan jasa.
• Masalah produksi dianggap masalah yang mudah
untuk diselesaikan.
• Masalah yang asasi dari ekonomi justru muncul
ketika manusia sudah mampu memproduksi barang
dan jasa tersebut.
• Yaitu, ketika barang dan jasa harus beredar di
tengah-tengah masyarakat.
• Problem ekonomi yang dianggap asasi adalah
masalah interaksi manusia yang terkait dengan
barang dan jasa di tengah-tengah manusia.
• Dengan kata lain, problem ekonomi yang asasi
adalah yang menyangkut distribusi barang dan
jasa di tengah-tengah manusia.
• Mengapa?
• Kita dapat meninjaunya dalam 2 aspek, yaitu:
1. Tinjauan fakta
2. Tinjauan Al Qur’an
1. TINJAUAN FAKTA
• Manusia memproduksi barang dan jasa tidak
hanya untuk dikonsumsi sendiri.
• Faktanya, sebagian besar barang dan jasa yang
diproduksi manusia adalah untuk kepentingan
atau kebutuhan manusia lain.
• Aktivitas ekonomi yang paling besar justru
didominansi oleh transaksi barang dan jasa di
tengah-tengah manusia.
• Transaksi itu dapat berupa jual beli, tukar
menukar, sewa menyewa, pinjam meminjam,
hutang piutang, memberi dan meminta dsb.
• Kenyataan menunjukkan, bahwa proses
transaksi inilah yang lebih banyak
menimbulkan problem ekonomi dibanding
masalah produksi barang dan jasa.
• Sumber-sumber konflik, pertikaian,
perebutan, keserakahan, kedzaliman,
penindasan, ketidakadilan, penyelewengan,
penyimpangan, keruwetan, kesalahpahaman
dsb. hampir seluruhnya bersumber dari
masalah ini.
• Sedangkan menyangkut produksi barang
dan jasa hampir tidak ada problem yang
muncul, karena lebih terukur, mudah
dihitung, bisa direncanakan, mampu
diproyeksikan oleh akal manusia.
• Masalah produksi sudah hampir
berbanding lurus dengan kemajuan
teknologi, sehingga hampir dapat
dikatakan bukan masalah ekonomi lagi.
• Fakta menunjukkan, bahwa barang dan
jasa saat ini sudah mampu diproduksi
secara melimpah ruah oleh manusia,
bahkan sudah melebihi kebutuhan
manusia itu sendiri.
• Fakta juga menunjukkan bahwa produksi
barang dan jasa yang melimpah ruah saat
ini tidak terdistribusi secara adil di
tengah-tengah manusia.
2. TINJAUAN AL-QUR’AN
• Tujuan utama diturunkannya Islam adalah
untuk menjadi petunjuk bagi kehidupan
manusia di dunia ini.
• Jika manusia menyimpang dari petunjuk
Allah, maka kehidupannya di dunia akan
sempit, sengsara dan menderita.
• Di akherat juga diancam dengan siksa yang
sangat berat.
Dalil 1:
• “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. AlBaqarah: 185)
Pemahaman dalil 1:
• Petunjuk bagi kehidupan manusia, maknanya
adalah Allah ingin menunjukkan mana langkahlangkah manusia yang benar (haq) dan mana yang
salah (bathil) dalam hidupnya di dunia.
• Dengan kata lain, Islam diturunkan untuk
mengatur perbuatan manusia.
• Selanjutnya, Ekonomi Islam akan terfokus pada
perbuatan manusia yang terkait dengan barang
dan jasa.
• Dengan demikian, Islam diturunkan tidak untuk
mengatur kuantitas barang dan jasa, tetapi
kualitas barang dan jasa.
Dalil 2:
124. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku,
Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit,
dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta“ (QS. Thaha: 124).
Pemahaman dalil 2:
• Berpaling dari peringatanKu, maknanya adalah
menyimpang dari petunjuk Islam.
• Penghidupan yang sempit, maknanya adalah
kesengsaraan hidup di dunia.
• Kesengsaraan hidup, termasuk di dalamnya adalah
kehidupan ekonomi itu diakibatkan manusia
menyimpang dari petunjuk Islam.
• Kesengsaraan hidup tidak dikaitkan dengan
banyak sedikitnya barang dan jasa yang mampu
diproduksi manusia.
• Pengaturan perbuatan manusia yang terkait
dengan barang dan jasa merupakan masalah yang
lebih asasi dibanding masalah produksi.
Dalil 3:
(QS. Al-Insan: 2-4)
2. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes
mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan
perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat.
3. Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada
yang bersyukur dan ada pula yang kafir.
4. Sesungguhnya Kami menyediakan bagi orang-orang kafir
rantai, belenggu dan neraka yang menyala-nyala.
Pemahaman dalil 3:
• Allah telah memberi petunjuk jalan lurus,
maknanya selain petunjuk Allah adalah jalan
bengkok atau jalan kesesatan.
• Bagi yang mau mengikuti petunjuk disebut
manusia bersyukur, yang tidak mau disebut
manusia kufur.
• Allah telah menyiapkan siksa yang sangat berat di
akherat bagi manusia yang tidak mau mengikuti
petunjuk tersebut.
• Dengan demikian, mengikuti petunjuk bukan
merupakan pilihan bebas bagi manusia.
• Mengikuti petunjuk merupakan keharusan dan
pilihan satu-satunya bagi mereka yang tidak ingin
sengsara di dunia dan disiksa di akherat.
Kesimpulan:
• Problem ekonomi yang asasi menurut pandangan
ekonomi Islam adalah masalah distribusi barang
dan jasa di tengah-tengah manusia.
• Ekonomi Islam lebih terfokus pada perbuatan
manusianya, bukan terfokus pada kuantitas barang
dan jasanya, sebagaimana dalam ekonomi
konvensional.
• Ekonomi Islam bersifat mengikat terhadap seluruh
manusia dan Allah telah menyiapkan siksa bagi
yang menyimpang darinya.
SELANJUTNYA...
BAGAIMANA PEMECAHAN DARI
EKONOMI ISLAM
TERHADAP PROBLEM ASASI TERSEBUT?
Akan dibahas setelah UTS
SUMBER
 H. Dwi CondroTriono, Ph.D
Download