LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN SISTEMATIKA HEWAN VERTEBRATA DI KEBUN BINATANG GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA Disusun Oleh: 1 Diah Tri Utari (A420100145) 12 Desi Khomaria (A420100161) 2 Riza Fitroh. K (A420100146) 13 Ratna Kumala .S (A420100162) 3 Nuning Puri. H (A420100147) 14 Pipit Mentari (A420100164) 4 Suci Noor. A (A420100148) 15 Yusufi Adi S. (A420100165) 5 Aziza karenina (A420100150) 16 Hevi Al Azizah R (A420100166) 6 Septi Erlinda . D (A420100152) 17 Nur Fitria. H (A420100167) 7 Dhiyan stu .W (A420100154) 18 Ahmad Sidiq (A420100168) 8 Wahyu Sekti (A420100155) 19 Novita Dwi. I (A420100170) 9 Siti Mahmudah (A420100156) 20 Ganang Abdhul. S (A420100171) 10 Eva Fitria. S (A420100158) 21 Endang sulastri 11 Linda Puspita. S (A420200160) (A420090217) LABORATORIUM BIOLOGI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktik Kegiatan lapangan ini telah di periksa oleh Asisten Pdan disah kan oleh dosena untuk melengkapi Latihan IV dan V pada Mata Praktikum Sistematika Hewan Vertebrata, dengan nilai Laporan .............. Surakarta, Desember 2012 Dosen Praktikum/Asisten (..................................................) ii KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya kita dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan Sistematika Hewan Vertebrata pada Classis Aves dan Mammalia yang dilaksanakan hari Minggu tanggal 19 Desember 2012 di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta dengan baik. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini disajikan secara terperinci dan sistematis disertai gambar-gambar yang relevan mengenai ciri-ciri dari Classis Aves dan Mammalia sehingga mempermudah dalam mempelajarinya. Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan untuk mempelajari hubungan kekerabatan masing-masing spesies dari Aves dan Mammalia serta mengenal ciri-ciri penting untuk identifikasi. Dalam menyusun laporan ini, kami banyak mendapat petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Hariyatmi, M. Si, selaku dosen Pembimbing Praktikum Sistematika Hewan Vertebrata 2. Asisten Praktikum yang senantiasa menemani kami dalam belajar. 3. Rekan-rekan yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak kekurangan, terutama disebabkan oleh kemampuan kami dalam menyusun laporan yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak akan kami terima dengan hati yang terbuka. Mudah-mudahan hasil laporan PKL praktikum SHV ini dapat bermanfaat dan dapat mencapai tujuan. Surakarta, Desember 2012 Penyusun iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................... iv BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Tujuan .................................................................................................. 2 C. Manfaat ................................................................................................ 3 BAB II : LANDASAN TEORI .................................................................. 4 BAB III : METODE PELAKSANAAN ..................................................... 11 A. Waktu Dan Pelaksanaan ....................................................................... 11 B. Pelaksanaan PKL ................................................................................. 11 BAB IV : ISI................................................................................................ 13 BAB V : PEMBAHASAN ......................................................................... 92 BAB VI : PENUTUP .................................................................................. 101 A. Kesimpulan .......................................................................................... 101 B. Saran .................................................................................................... 101 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... LAMPIRAN ..................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hal yang melatarbelakangi pengamatan yang telah kita lakukan di Kebun mengetahui berbagai macam spesies dari Classis Pisces Classis Amphibia, Classis Reptilia, Binatang Gembira Loka yang terletak di Yogyakarta mengenai Classis Aves dan Mammalia pada khususnya adalah untuk mengagumi ciptaan Allah SWT, Classis Aves dan Mammalia dengan mengidentifikasi masing-masing spesies yang dapat dilakukan dengan mempelajari anatomi kerangkanya maupun morfologinya yang nantinya kita dapat membuat klasifikasi dari masing-masing spesies tersebut. Ciri morfologi Pisces yang bisa diamati yaitu deksripsi dari ikan itu sendiri, Ciri morfologi pada Amphibia yang dapat kita amati yaitu tentang bentuk kepala, badan, anggota gerak, dan ada tidaknya ekor. Pada Classis Reptilia yang kita amati adalah kepala, leher, badan, dan tungkai. Pada Aves yang dapat kita amati diantaranya bulu, paruh, sayap, kaki, jari, cakar, dan ekor. Sedangkan ciri morfologi pada Classis Mammalia yang dapat kita amati adalah pola warna, ukuran tubuh, dan Glandula mammae. Manfaat dari pengklasifikasian tersebut adalah untuk mengetahui ciri-ciri, hubungan kekerabatan, interaksinya di lingkungan, mengetahui sifat-sifat unggul makhluk hidup dengan lingkungannya dapat dimanfaatkan untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang nantinya memberikan manfaat bagi manusia. Dalam biologi hewan diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar, yaitu hewan Vertebrata dan Avertebrata. Dalam hal ini kami akan membahas tentang vertebrata khususnya dalam Classis Aves dan Mammalia. Pentingnya dilakukannya PKL Sistematika Hewan Vertebrata adalah agar mengetahui hewan-hewan dari Classis Amphibia, Classis Reptilia, Classis Aves dan Mammalia secara langsung untuk diamati bagian-bagian dan ciri-ciri khususnya kemudian digunakan sebagai acuan dalam 1 mengidentifikasi. Selain itu karena tidak dimungkinkan melakukan praktikum di laboratorium karena ukuran hewan yang besar yaitu pada Classis Aves dan Mammalia, tidak tersedianya hewan-hewan tersebut di laboratorium biologi UMS. Praktikum Kerja Lapangan (PKL) Sistematika Hewan Vertebrata dilaksanakan di Kebun Binatang Gembira Loka dengan pertimbangan karena wilayah mudah dijangkau dan relatif dekat dengan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta, Kebun Binatang Gembira Loka relatif lengkap koleksi hewannya dibanding dengan kebun binatang yang ada di Surakarta, wilayah kebun binatang ini juga relatif luas sehingga mempermudah praktikan dalam melakukan pengamatan dan pengambilan gambar. Berdasarkan latar belakang di atas, maka PKL bertujuan agar mahasiswa memahami klasifikasi, identifikasi, dan sistematika dari Classis Amphibia, Classis Reptilia, Classis Aves dan Mammalia yang diamati. Selain itu mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dengan terjun langsung di lapangan. B. TUJUAN 1. Classis Pisces a. mengenal ciri-ciri Pisces yang penting untuk diidentifikasi. b. mengidentifikasi beberapa jenis Pisces dan klasifikasinya. 2. Classis Amphibia a. Mengenal ciri-ciri Amphibia yang penting untuk diidentifikasi. b. Mengidentifikasi spesies dari Familia Ranidae dan klasifikasinya. 3. Classis Reptilia a. Mempelajari ciri Reptilia yang penting untuk diidentifikasi. b. Mengidentifikasi beberapa jenis Reptilia dan klasifikasinya. 4. Classis Aves Mempelajari bagian-bagian luar tubuh anggota Aves yang penting untuk identifikasi. 2 5. Classis Mammalia Mengenal ciri-ciri Mammalia yang penting untuk identifikasi. C. MANFAAT 1. Untuk mempermudah, mempelajari, mengenali, membandingkan makhluk hidup khususnya untuk Classis Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mammalia. 2. Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi dari Classis Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mammalia. 3. Untuk mengetahui hubungan kekerabatan dari makhluk hidup, ciri-cirinya, dan interaksinya dengan lingkungan. 4. Mengetahui sifat-sifat unggul makhluk hidup dengan lingkungannya untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang nantinya memberikan manfaat bagi manusia. 3 BAB II LANDASAN TEORI Hayati (2011), menyatakan bahwa Kelas Pisces merupakan hewan berdarah dingin , bernafas dengan insang, tubuh ditutupi oleh sisik dan bergerak menggunakan sirip. Hidup di air tawar dan air asin (laut). Berdasarkan tulang penyusun, kelas ini dibedakan atas ikan bertulang sejati (Osteichtyes) dan ikan yang bertulang rawan (Chondrichetyes).Kalau dilihat dari jumlah spesiesnya yang dikatakan terbanyak dari vertebrata. Penyebaran ikan boleh dikatakan hamper diseluruh permukaan bumi ditemukan di air tawar maupun air asin. Riki (2010), menyatakan bahwa pada sistematika atau taksonomi ada 3 pekerjaan yang biasa dilakukan, yaitu identifikasi, klasifikasi, dan pengamatan evolusi. Identifikasi merupakan pengenalan dan deskripsi yang teliti dan tepat terhadap suatu jenis/spesies yang selanjutnya diberi nama ilmiahnya sehingga diakui oleh para ahli diseluruh dunia. Klasifikasi adalah suatu kegiatan pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara memberi keseragaman ciri/sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk hidup tersebut. Dharma (2009), menyatakan bahwa selama akhir masa Silur dan awal masa Devon, vertebrata dengan rahang,anggota super kelas Gnathostomata (mulut berahang) menggantikan sebagian besar hewan Agnatha Kelas ikan yang masih hidup ( Chondrichtyes dan Osteichtyes) pertama kali munculpada masa ini, bersama-sama dengan suatu kelompok yang diberinama Plakoderma (Placoderm) atau berkulit lempeng yang tidak memiliki keturunanyang hidup.Vertebrata berahang juga memiliki dua pasang anggota badan yang berpasangan, sementara hewan agnatha tidak memiliki anggota badan atau hanyamemiliki sepasang. 4 Brotowidjoyo (1990), menyatakan bahwa amfibia adalah vertebrata yang secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar(tak ada yang di air laut) dan di darat. Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu (akuatis dan bernapas dengan insang) ke dewasa (amfibius dan bernapas dengan paru-paru), namun beberapa jenis amfibia tetap mempunyai insang selama hidupnya. Jenis-jenis yang sekarang adalah tak mempunyai sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah. Tengkorak lebar dan tertekan, dengan rongga otak yang kecil. Ada dua kondil oksipital (Occipetal Condyle). Sabuk-sabuk dada (pektoral) dan sabuk-sabuk pinggang (pelvik) membantu kaki-kakinya dalam menyokong tubuh. Prawirohartono (2003), menyatakan bahwa amphibia memiliki mata yang bulat dengan lensa yang tebal. Misalnya seperti pada burung, lensa mata katak tidak dapat berakomodasi atau berubah kedudukannya, baik maju atau mundur. Oleh karena itu, kemampuan penglihatan katak terbatas hanya sampai pada jarak tertentu. Mata katak memiliki selaput tidur atau selaput kejap atau membrana niktitans yang terletak pada kelopak mata bawah. Fungsi selaput tidur adalah menjaga mata dari gesekan waktu berada di dalam air dan agar mata selalu basah saat berada di darat. Sugiri (1999), menyatakan bahwa sistem saraf pada katak berfungsi mengatur penyesuaian diri terhadap lingkungan air dan darat. Indra pendengaran dan penglihatan berfungsi dengan baik. Mata katak bulat dan dilindungi oleh kelopak atas dan bawah. Indra pendengaran (telinga) katak hanya terdiri dari telinga tengah dan dalam. Telinga paling luar berupa selaput gendang telinga atau membran timpani yang berfungsi menangkap getaran suara. Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga akan diteruskan oleh tulang pendengaran ke tingkap oval. Brotowidjoyo(1990), menyatakan bahwa reptilia adalah vertebrata dengan kulit kering, tertutup oleh sisik-sisik atu papan-papan epidermal. Tengkorak biasanya sedikit tertekan lateral, dengan sebuah kondisi oksipetal. Sabuk-sabuk badan (girdle) tumbuh baik (kecuali pada ular yang tereduksi atau 5 bahkan hilang sama sekali). Vertebrae terbagi dengan jelas menjadi lima bagian: servial, dada (torakis), lumbar, salial, dan ekor (caudal ). Jari-jari dengan cakar. Meatus auditori eksternal ada atau tidak ada. Telinga tengah mengandung oksikel auditori. Mata mempunyai kelenjar air mata yang menjaga agar mata tetap basah. Otak dengan serebrum yang lebih besar dibandingkan dengan serebrum pada ikan atau amfibia. Sebagian besar reptilia mempunyai 12 pasang saraf kranial. Reptilia bernapas dengan paru-paru yang strukturnya lebih kompleks dari amfibia. Iskandar (2000), menyatakan bahwa reptilia adalah salah satu hewan kelas vertebrata dalam kelompok hewan yang melata. Seluruh hidupnya sudah menyesuaikan diri dengan kehidupan darat, tidak membutuhkan air lagi untuk pertumbuhan embrionya karena tidak memiliki tingkat larva. Kulit diselaputi sisik keras atau kepingan dari bahan tanduk. Yang bertubuh besar dibawah sisik ada kepingan tulang, untuk memperkuat daya perlindungan dilengkapi dengan eksoskelet, ekor panjang, jari-jari bercakar, poikiloterm, bernafas dengan paruparu saja, pembuahan di dalam tubuh dan ovipar. Kromatofora pada beberapa jenis dapat mengembang dan menguncup sehingga warna kulit berubah sesuai dengan keadaan lingkungan di dekatnya. Kulit tidak memiliki lendir, memiliki kloaka, kemih dan beberapa jenis asam urat dalam fase padat bergabung dengan tinja dan keluar bersama-sama lewat dubur, tidak minum dan menyesuaikan diri hidup di tempat kering. Terdiri dari empat ordo yaitu Lacertillia (kadal), Ophidia (ular), Chrocodilia (buaya), Chelonia (penyu). Djuhanda (1982), menyatakan bahwa reptilia merupakan kelompok hewan yang hidupnya merayap atau merangkak di dalam habitatnya. Reptil juga tergolong ke dalam hewan yang berdarah dingin. Beda reptil dan amphibi adalah melakukan perbiakan di darat. Tubuh reptil ditutupi oleh sisik-sisik atau plot-plot dari bahan tanduk (horny scales or plates). Reptilia merupakan pemangsa serangga (insektor). Giginya runcing, sering muncul kelenjar racun. Alat gerak reptilia berupa kaki. Pada ular kaki sudah hilang. Alat tubuh yang tidak tumbuh atau menjadi mengecil disebut rudimeter. Ada juga kaki yang berupa sirip untuk berenang. 6 Djarubito (1990), mengungkapkan bahwa Aves adalah Vertebrata dengan tubuh yang ditutupi oleh bulu (asal epidermal), sedangkan hewan lainnya tidak ada yang berbulu. Aves adalah vertebrata yang dapat terbang, karena mempunyai sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior. Sayap pada Aves berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal. Kaki pada Aves digunakan untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan selaput interdigitalis). Aves tidak bergigi dan karakteristik tengkorak meliputi tulang-tulang tengkorak yang berfungsi memperkuat kuat. Paruh berzat dan bertanduk. Delita (2009), menyatakan bahwa ciri utama kelas Aves (burung) adalah mempunyai alat penglihatan, alat pendengaran, dan alat suara yang sudah berkembang dengan baik. Termasuk hewan berdarah panas (homoioteral). Jantung terdiri dari empat ruang, dua serambi dan dua bilik yang sudah berkembang dengan baik. Pembuahan sel telur dan sperma atau fertilisasi terjadi di dalam tubuh induk atau fertilisasi internal. Terdapat sepasang testis, sedangkan ovarium hanya satu dan tumbuh dengan baik di sebelah kiri. Brotowidjoyo (1990), menyatakan bahwa dibanding besar tubuhnya, kepala merpati kecil. Jari-jari 3 di depan dan belakang. Pada paruh terdapat penebalan daging pada sisi dorsal dan dasarnya yang disebut sera. Bulu mempunyai 3 tipe, yaitu: a) bulu kontur (plumae), untuk terbang dan mengandung sebuah baling-baling (vane) yang tersebar dengan pola tertentu yang disebut pteril. (b) bulu kapas (plumulae), tidak ada vane, mengandung serabut-serabut yang tidak terikat satu dengan lainnya dan tersebar di seluruh tubuh. (c) filoplumae, kecil-kecil dengan batang bentuk benang dan berakhir dengan beberapa serabut, tumbuh dari sekitar pangkal bulu kontur. Bulu-bulu itu diganti setiap tahun sehabis musim kawin. Campbell (2004), menyatakan bahwa pada classis Aves atau burung tubuhnya ditutupi oleh bulu, sehingga bulu merupakan ciri spesifik pada burung yang tidak dimiliki oleh kelompok tetrapoda lainnya. Pada hakekatnya bulu berfungsi sebagai alat untuk terbang, karena burung merupakan perkembangan 7 filogenik dari Reptil yang tidak terbang. Bulu diduga berasal dari modifikasi sisiksisik Reptil yang menjadi nenek moyang burung. Selain itu bulu juga berfungsi untuk menjaga suhu tubuh burung agar tetap tinggi. Sebelum burung benar-benar dapat terbang ada suatu bentuk makhluk hidup yang yang sebagian ciri-cirinya menyerupai burung dan sebagian yang lain menyerupai reptil. Bentuk ini dipandang atau dianggap sebagai bentuk perkembangan Reptil menuju burung. Makhluk yang fosilnya ditemukan di Jerman ini diberi nama Archaeopteryx lithograpicha. Berdasarkan atas kemampuan terbangnya, burung dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu Ratitae yang anggota-anggotanya tidak dapat terbang karena alat-alat terbangnya tidak memadai. Kelompok kedua adalah Carinatae yang mencakup burung-burung yang mampu terbang, bahkan ada yang sangat pandai terbang. Lebih lanjutnya masing-masing kelompok itu dibagi menjadi beberapa ordo yang jumlahnya tidak kurang dari 30. Setiadmaja (1990), menyatakan bahwa meskipun burung air yang lebih besar adalah jenis burung yang umunya berhubungan dengan hutan bakau. Ada juga komunitas burung-burung tertentu yang lebih kecil, termasuk burung tekukur, burung pelatuk, burung prenjak, dan burung madu yang menghabiskan hidupnya di dalam hutan ini. Kira-kira 170 jenis burung tercatat berada di hutan bakau jawa, meskipun jumlah ini termasuk burung pengunjung sementara dan jenis-jenis yang ditemuhi di sekitar hutan. Hutan bakau merupakan habitat potensial yang menarik bagi burung. Produktivitas ekosistemnya bersedia banyak mangsa binatang kecil untuk burung raja udang dan balet coklat. Bunga bakau memiliki nectar yang manis yang secara langsung menarik burung dan secara tidak langsung melalui serangga-serangga yang tertib. Jasin (1989), menyatakan bahwa Mammalia merupakan Vertebrata yang tubuhnya tersusun rambut, yang betina punya kelenjar susu yang tumbuh dengan baik dan berfungsi untuk memberi makanan pada awal pertumbuhan anaknya. Anggota gerak depan pada Mammalia dapat termodifikasi untuk berlari, menggali 8 lubang, berenang dan terbang. Pada jari-jari terdapat kuku, cakar atau tracak. Pada kulit terdapat banyak kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Gigi umumnya mempunyai 4 tipe, yaitu gigi seri, gigi taring, gigi premolar dan gigi molar. Dibanding dengan Vertebrata lainnya, jumlah tulang tengkorak manusia banyak yang tereduksi. Radiopoetro (1996), mengungkapkan bahwa mamalia mempunyai glandula mammae yang menghasilkan air susu yang memberikan kepada anak mereka sebagai minuman pertama setelah lahir. Pada umumnya mamalia dapat dibedakan antara caput, truncus dan caudal. Caput di hubungkan dengan truncus dengan leher. Rongga badan terbagi dalam : Cavum abdominis, yang dindingya dilapisi oleh peritoneum. Cavum thoracis yang dindingnya di lapisi oleh pleura. Cavum pericardii yang dindingnya di bentuk oleh pericardium, antara cavum thoracis dan cavum abdominis ada diaphragm. Nalbandov (1990), menyatakan bahwa bentuk ovarium pada hewan mamalia sangat bervariasi sesuai dengan spesies. Pada monotokus, ovarium biasanya bentuknya mendekati bulat telur (ovoid) sedangkan politokus terbentuk buah berry. Folikel ovarium mengalami tiga tahap pertumbuhan. Pada embrio,sebagian besar folikel-folikel berupa primer. Folikel-folikel tersebut membentuknya membentuk lapisan di bawah tunika albuginea dan memili ciri khusus yaitu ovarium yang terdapat didalamnya, memiliki membrane vtelina. Ovarium dikelilingi oleh banyak lapisan sel –sel folikel –folikel. Kemudian akan membentuk lapisin granulose pada folilkel yang masak. Claude (1988), menyatakan bahwa fertilisasi pada mamalia,pada waktu kopulasi, sperma yang tersimpan terutama di dalam epidermis di semprotkan oleh kontraksi mendadak sekitar saluran reproduksi jantan dan bersamaan dengan itu kelenjar kelamin asesori mengeluarkan sekresinya, Cairan seminal yang dikeluarkan demikan itu dapat mengandung 400.000000 sperma. Lendir di dalam cairan seminal berguna sebagai wahana bagi sperma. Setelah semen dideposisikan dalam vagina, enzim proteoritik mengubah lendir tersebut menjadi caiaran yang 9 lebih encer, agar sperma menjadi sangat motil. Fruktosa merupakan sumber energy, zat bisa mencegah matinya. Sperma karena asam yang lazimnya terdapat dalam vagina dan asam lemak tertentu (prostaglandin) menyebabkan kontraksi otot polos dalam dinding uterus dan tuba kallopi. Brotowidjoyo (1990), menyatakan bahwa mammalia adalah vertebrata yang tubuhnya tertutup rambut. Yang betina mempunyai kelenjar mammae ( air susu ) yang tumbuh baik. Anggota gerak depan ada mamalia dapat bermodifikasi untuk berlari, menggali lubang, berenang dan terbang. Pada jari-jarinya terdapat kuku, cakar atau tracak. Pada kulit terdapat banyak kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Gigi umumnya terbagi menjadi empat tipe: gigi seri, taring, premolar, molar. Dibandingkan dngan kondisi vertebrata lainnya, jumlah tulang tengkorak mamalia banyak yang tereduksi. 10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada: Hari, tanggal : Minggu, 16 Desember 2012 : 09.00 WIB – 13.00 WIB Jam 2. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta. B. Cara Kerja 1. Mahasiswa mencari spesies yang termasuk Classis Aves 11 species ditambah Pisces 4 species dan Classis Mammalia, minimal 15 spesies. 2. Mengamati Classis Aves: a. Mengamati tipe bulu berdasarkan lengkap tidaknya bulu. b. Mengamati tipe paruh berdasarkan cara makannya. c. Mengamati tipe sayap berdasarkan fungsinya.Mengamati tipe jari berdasarkan fungsinya. d. Mengamati tipe cakar berdasarkan bentuknya. e. Mengamati tipe ekor berdasarkan bentuknya. 3. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan morfologi Aves. 4. Mendokumentasikan masing-masing spesies dari kelas Aves yang telah diamati. 5. Mengamati Classis Mammalia: a. Mengamati pola warna tubuh mamalia bagian dorsal dan ventral b. Mengamati ukuran tubuh mamalia, proporsional atau tidak proporsional. c. Mengamati letak Glandulla mammae pada bagian pektoral, abdomen atau pelvis. 11 6. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan morfologi Mammalia. 7. Mendokumentasikan masing-masing spesies dari kelas Mammalia yang telah diamati. 8. Mengidentifikasi semua spesies yang telah diamati. 9. Membuat klasifikasi dari masing-masing spesies yang diamati. 10. 11. Mendeskripsikan berdasarkan habitat, morfologi dan ciri spesifik spesies. 12. Mahasiswa mencari semua spesies yang termasuk dalam Classis Pisces 4 species, Amphibia dan Classis Reptilia sepuluh spesies. 13. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan Pisces, Amphibia dan Reptilia. 14. Mendokumentasikan masing-masing spesies dari kelas Pisces, Amphibia dan Reptilia yang telah diamati. 15. Mengklasifikasikan semua spesies yang termasuk dalam Classis Pisces, Amphibia dan Classis Reptilia tersebut. 16. Mendeskripsikan ciri-ciri dari spesies yang termasuk dalam Classis Pisces, Amphibia dan Reptilia tersebut. 12 BAB IV ISI A. Pisces 1. Arapaima a. Nama Species : Nama lokal : Arapaima Nama Ilmiah : Arapaima gigas b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Classis Ordo Familia Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : Animalia Chordata Actinopterygii Osteoglossiformes Osteroglossidae Arapaima Arapaima gigas : Arapaima, pirarucu, atau paiche (Arapaima gigas) adalah jenis ikan air tawar terbesar di dunia yang berasal dari perairan daerah tropis Amerika Selatan. Ikan Arapaima dapat tumbuh maksimal sepanjang 3 meter dan berat 200 kilogram. Saat ini sudah sangat jarang terdapat arapaima yang berukuran lebih dari 2 meter karena ikan ini sering 13 ditangkapi untuk dikonsumsi penduduk atau diekspor ke negara lain. Catatan fosil mendiami sungai amazon sejak zaman jurasic. 2. Aligator spattula a. Nama Species : Nama lokal : Brodick Nama Ilmiah : Alligator spatula b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Sub Phyllum Classis Ordo Familia Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Pisces Lepisosteiformes Lepisosteidae Atractosteus Atractosteus spatula : Ikan ini berukuran sekitar 120cm. Ikan ini merupakan ikan yang berbahaya bagi kita selain jika tergigit kita akan terluka tetapi juga kotoran ikan ini bisa menyebabkan ikan jenis lain mati karena pencemaran kotorannya. akibat lain lagi bisa terjadi ketika ikan itu bertelur, jika kita menyelupkan tangan kita kedalam air tempat ikan itu bertelur maka kita akan mengalami iritasi kulit. Dan jika kita makan , ikan itu mengakibatkan kejang-kejang. Alligator Fish yang terbesar pernah dijumpai adalah di Amerika utara pada ukuran 8 hingga 10 kaki panjang dan berat mencecah sehingga 200 lb (91kg) 14 dan rekod duniater besar pada ketika ini yang pernah ditangkap adalah 279lb (127kg) dan yang pernah ditangkap melalui Bowfishing (kaedah penangkapan) ialah 365 lb (166kg). Ikan ini juga berkemampuan untuk bertahan di luar air sehingga 2 jam lamanya. 3. Tiger catfish a. Nama Species : Nama lokal : Ikan Macan/Tiger Cattfish Nama Ilmiah : Pseudoplatystoma fasciatum b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Familia Subfamili Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Actinopterygii Siluriformes Pimelodidae Sorubiminae Pseudoplatystoma Pseudoplatystoma fasciatum : Ikan macan merupakan salah satu jenis ikan yang berukuran sedang, ukuran panjang tubuhnya dapat mencapai 90 cm. Tubuhnya berbentuk bulat memanjang, kepalanya besar dan panjang berbentuk seperti paruh bebek, mempunyai misai 3 pasang berukuran panjang 15 yang melebihi separo panjang tubuhnya. Ikan ini mempunyai mata berbentuk bulat dan berukuran besar, sirip-siripnya tampak kokoh dengan duri keras, sirip punggung menyerupai layar perahu, sirip ekor bercagak yang di bagian atas juga tampak seperti layar. Warna tubuhnya coklat kehijauan dengan pola-pola garis dan totol-totol hitam pada tubuh di bagian latero-dorsal dan seluruh sisik-sisiknya. Perilaku: Ikan macam termasuk jenis ikan yang berperilaku nocturnal, mencari pakan pada suasana gelap atau pada malam hari. Misainya digunakan untuk membantu memperoleh mangsa dan mendeteksi arah datangnya bahaya secara cepat dan akurat. Pada waktu siang hari ikan ini biasanya tampak melayang di tengah air yang berdekatan dengan benda-benda di dalamnya, sehingga ikan ini tampak seperti kayu. Reproduksi: Ikan macan berkembang biak melalui pembuahan eksternal, telur yang dihasilkan akan menempel pada substrat seperti potongan kayu, ranting atau media tanaman yang ada di dalam air. Telur-telurnya akan menetas setelah beberapa hari dari waktu pembuahan. Pakan: Beberapa jenis mangsanya yaitu antara lain, insekta, udang, dan ikan kecil. Habitat: Menyukai habitat yang berbatu dengan tanaman air, dan suasana gelap. Temperatur air 23-28 0C. Tersebar di Amerika Selatan bagian utara. 4. Bawal a. Nama Species : Nama lokal : Ikan Bawal Nama Ilmiah : Colossoma macropomum 16 b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Classis Ordo Famili Genus Spesies d. Deskripsi : : : : : : : Animalia Chordata Pisces Cypriniformes Characidae Colossoma Colossoma macropomum : Ikan bawal yang telah tersebar dan berkembang serta dikenal oleh masyarakat Indonesia termasuk jenis (species) Colossoma sp. Yaitu Colossoma macropomum dan Colossoma bracipomum.Kedua jenis ikan bawal ini mirip atau identik dengan jenis (spesies) ikan bawal yang disebut Cachama (Colossoma oculus) yang berkembang dan hidup di Amerika dan Venezuella. Morfologi ikan bawal air tawar dari arah samping tubuh membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2:1. Ikan bawal air tawar memiliki bentuk tubuh pipih dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4:1. Badan agak bulat, bentuk tubuh pipih, sisik kecil, kepala hampir bulat, lubang hidung agak besar, sirip dada di bawah tutup insang, sirip perut dan sirip dubur terpisah, punggung berwarna abu-abu tua, perut putih abu-abu dan merah. Warna tubuh ikan bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian bawah berwarna putih. 17 B. Amphibia 1. Katak Pesek a. Nama Species : Nama lokal : Katak Pesek Nama Ilmiah : Litoria caerulea b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Familia Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Amphibia Anura Hylidae Litoria Litoria caerulea : Panjang tubuh katak dewasa jantan mencapai 7 cm, sedangkan katak betina panjang tubuhnya mencapai 11,5 cm. Bagian dorsal tubuhnya berwarna hijau zamrud dengan bintik-bintik agak keputihan atau keemasan tersebar dari sisi mulut hingga belakang dan bagian ujung tungkai. Bagian ventral tubuhnya cenderung berwarna putih susu. Bantalan kaki katak ini cenderung lebih besar. Matanya memiliki kornea berwarna hitam horizontal, sedangkan beberapa anggota dari suku Hylidae lain sebagian besar vertikal. Pada bagian kulit terdapat kutikula yang berfungsi untuk mempertahankan 18 kelembaban tubuhnya. Kulit pada bagian tenggorokan katak jantan lebih tipis dan berkeriput karena memiliki kantung suara yang digunakan saat musim kawin tiba, kantung tersebut berwarna abu-abu. Sedangkan kulit pada bagian tenggorokan dan bagian tubuh lain pada katak betina lebih tebal seperti berlemak. Perilaku : Katak ini aktif pada siang dan juga malam hari (tidak menentu, tergantung keadaan lingkungannya). Pada saat musim kemarau, katak akan bersembunyi di lubang-lubang tanah, kayu lapuk dan bebatuan serta melumuri lubang tersebut dengan lender untuk mempertahankan kelembaban tempet persembunyiannya. Reproduksi : Kematangan seksual katak jantan maupun betina kira-kira setelah berumur 2-3 bulan. Musim kawin katak ini terjadi saat musim hujan. Saat musim-musim tersebut katak jantan akan bersuara untuk menarik jenis betina. Selanjutnya mereka akan berpindah ke daerah yang dekat dengan daerah perairan tawar. Katak betina akan menghasilkan 150-300 butir telur yang akan menetas setelah berumur 3 hari. katak tersebut setelah menetas akan mulai bermetamorfosis hingga tubuhnya terbentuk seperti katak dewasa membutuhkan waktu sampai 2 minggu. Pakan : Katak ini merupakan jenis hewan pemakan berbagai jenis serangga (Insektivora), seperti jangkrik, kecoak, kupu, ngengat, nyamuk dan beberapa jenis serangga lain. Habitat : Katak ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Tubuhnya mampu mengontrol evaporasi sesuai dengan keadaan lingkungan. Kemampuan tersebut dapat terlihat dari permukaan kulitnya. Katak ini lebih suka daerah yang lembab dan basah, seperti hutan hujan. 19 2. Katak Pacman Cranwell a. Nama Species : Nama lokal : Katak Pacman Cranwell Nama Ilmiah : Ceratophrys ornata b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Familia Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Amphibia Anura Leptodactylidae Ceratophrys Ceratophrys ornata : Mempunyai ukuran tubuh yang relatif besar, untuk betina bisa tumbuh hingga mencapai panjang 11 – 16,5 cm. Punggung katak ini biasanya memiliki warna hijau dan cokelat gelap, terkadang dengan warna oranye dan kuning. Skema warna hijau membantu dalam penyamaran, hewan seperti ini pada daerah yang berlumut atau daerah pepohonan untuk menghindari pemangsanya atau untuk berkamuflase saat mencari makanan. Meskipun umumnya tidak aktif, mereka adalah pemakan yang agresif, dan mampu melompat untuk panjang beberapa tubuh untuk menangkap mangsa. Katak betina memiliki ukuran yang 20 lebih besar, sedangkan jantan lebih kecil dan memiliki bantalan kulit jari pada tungkai depan saat dewasa. Perilaku : Katak ini aktif di malam hari dan istirahat dengan kelopak mata mereka terbuka, tetapi memiliki mebran pada bagian matanya (mebran nicktitan) yang menutup untuk melindungi bagian matanya. Dalam keadaan terdesak atau terancam maka katak akan melompat kearah lawan atau menggigit lawannya dengan struktur yang menyerupai gigi pada kedua rahangnya. Reproduksi : Katak betina mampu menghasilkan telur hingga 2000 butir dan diletakkan pada permukaan air dengan diselimuti oleh plasma seperti lendir. Telur-telur tersebut akan menetas setelah 2 minggu akan menetas dan menjadi berudu. Pakan : Mereka termasuk hewan karnivora, makan utamanya adalah serangga dan hewan berukuran kecil. Habitat : Katak ini menyukai tempat lembab di dekat sumber air dan lebih suka bersembunyi diantara rumpu-rumput, daun dan lumut. Katak ini tersebar di hutan hujan Argentina, Uruguay, dan Brazil. 3. Salamander Jepang a. Nama Species : Nama Lokal : Salamander Jepang Nama Ilmiah : Cynops ensicauda b. Gambar : 21 c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Sub Phylum Ordo Familia Genus Spesies : : : : : : : d. Deskripsi Animalia Chordata Vertebrata Caudata Salamandridae Cynops Cynops ensicauda : Panjang tubuh 8-13cm dengan warna dasar tubuh hitam dan memiliki 1-3 garis pada punggung. Tubuh ventral berwarna oranye. Jantan memiliki warna putih atau krem pada dorsal dan ekor lebih panjang serta ramping. Hewan ini memakan cacing, jentik nyamuk, plankton dan berbagai jenis hewan kecil. Reproduksi dari hewan ini sekitar bulan Maret-Agustus dengan telur berukuran 3-5mm yang menetas 12-15hari kemudian. Habitat hewan ini yakni di perairan tawar yang tenang atau berarus sedikit mengalir. 4. Salamander Harimau a. Nama Species : Nama lokal : Salamander Harimau Nama Ilmiah : Tiger salamander b. Gambar : 22 c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Sub Phylum Ordo Familia Genus Spesies d. Deskripsi Tanda : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Caudata Salamandridae Ambystoma Ambystoma tigrinum : Tiger salamander adalah variabel di seluruh rentang yang luas, tetapi yang paling umum menandai menyerupai pola bergaris vertikal dari senama mamalia mereka. Mereka biasanya berwarna coklat dengan garis-garis kuning cemerlang atau bercak di atas panjang tubuh mereka. Warna dasar mereka, bagaimanapun, juga tanda mereka dapat kehijauan atau dapat titik-titik Tebal bertubuh amfibi abu-abu dan tanda- kuning atau bercak-bercak cokelat. dengan moncong pendek, kaki kokoh, dan ekor panjang,harimau salamander darat terbesar di bumi. Mereka bisa tumbuh sampai 14 inci(35 cm) panjangnya, tetapi ukuran rata-rata lebih seperti 6 sampai 8 inci (15,2-20,3 cm). Spesies salamander yang paling luas perdarannya di Amerika Utara, yang hidup di hampir seluruh Amerika Serikat, Kanada bagian selatan, dan timur Meksiko. Mereka tinggal di liang yang dalam, sampai dengan dua kaki (60 cm) di bawah permukaan, dekat kolam, danau, atau sungai yang bergerak lambat dan merupakan salah satu beberapa salamander mampu Amerika Utara interior. 23 bertahan dalam iklim kering 5. Katak Tomat a. Nama Species : Nama lokal : Katak Tomat Nama Ilmiah : Dyscophus antongilii b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Familia Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Amphibia Anura Microhylidae Dyscophus Dyscophus antongilii : Tubuhnya berbentuk oval, agak membentuk segitiga, ukurannya sedang. Warna kulit tubuh pada bagian dorsal merah terang, sedangkan pada bagian bawah berwarna oranye. Pada bagian belakang mata terdapat garis yang terbentuk ke arah belakang dan terputus pada bagian tengah perutnya. Pada bagian tenggorokan, ventral leher terdapat bintik-bintik berwarna hitam. Katak tomat betina memiliki ukuran tubuh lebih besar daripada yang jantan, warna lebih cerah, sedangkan jantan tampak lebih kecil dan kusam. Bentuk tubuh dan warna kulitnya yang merah terlihat seperti tomat, sehingga katak ini disebut katak tomat. 24 Perilaku : Pada saat terancam, maka tubuhnya akan mengembang sehingga akan berukuran lebih besar dari yang sebenarnya. Warna kulitnya juga dapat memberi peringatan bahaya, karena pada saat terancam akan mengeluarkan lender berwarna putih dan beracun. Reproduksi : Katak tomat seperti jenis katak lainnya, membutuhkan media air untuk berkembang biak. Katak tomat juga berkembang biak saat musim hujan tiba, yang pada umumnya terjadi pada bulan Februari-Maret. Katak tomat betina meletakkan telur 1.000-15.000 butir, mengambang di permukaan air, dan akan menetas 36 jam kemudian. Pakan : Katak tomat memakan berbagai jenis serangga kecil seperti nyamuk, lalat, kumbang, kupu, ngengat dan capung, serta berbagai jenis Arthropoda tanah. Habitat : Katak ini dapat ditemukan di daerah dataran rendah hingga dataran tinggi dengan elevasi mencapai 200 m dpl. Katak ini menyukai daerah tepian sungai, rawa, kolam dan berbagai tempat lembab lainnya. Katak tomat merupakan jenis katak endemic dari Madagaskar. Menurut catatan satwa ini terancam punah, maka terdaftar di dalam Appendix I. 6. Katak Budget a. Nama Species : Nama lokal : Katak Budget Nama Ilmiah : Lepidobatrachus asper b. Gambar : 25 c. Klasifikasi Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Familia Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Amphibia Anura Leptodactylidae Lepidobatrachus Lepidobatrachus asper : Katak ini mempunyai panjang tubuh 9-12 cm, lebar 5-8 cm. Tubuhnya berbentuk pipih, kepala lebar dengan moncong tumpul. Warna kulit beragam yaitu kuning muda, hijau, atau coklat. Mulut lebar, dengan gigi gigi yang tajam. Mata berbentuk bulat, tampak menonjol, terdapat di bagian atas kepala. Pada katak jantan, di bagian dagu terdapat warna hitam atau gelap. Perilaku : Gerakannya lambat, jarang melompat, tetapi katak ini pandai berenang. Katak jenis ini mengusir lawannya dengan suara keras, atau menggigit. Reproduksi : Induk betina bertelur sebanyak 1000-2000 butir yang diletakkan di daun, di daerah perairan yang jernih, suhu antara 26-27oC. Pakan : Serangga, cacing, udang, larva ikan, katak kecil, reptil kecil, kadang juga makan ular kecil. Habitat : Di perairan tawar yang dangkal, berlumpur. Di tempat yang lembab. Tersebar di Amerika Selatan. 26 7. Katak Bibir Putih a. Nama Species : Nama lokal : Katak Bibir Putih Nama Ilmiah : Litoria infrafrenata b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Familia Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Amphibia Anura Hylidae Litoria Litoria infrafrenata : Ukuran katak ini dapat mencapai panjang lebih 12,7 cm. Katak betina lebih besar dari yang jantan. Ukuaran katak jantan biasanya hanya mencapai 10 cm. Warna kulit bagian punggung biasanya hijau terang, meskipun dapat terjadi perubahan warna oleh karena perbedaan suhu dan habitatnya. Katrak jenis ini ada juga yang berwarna coklat. Warna kulit bagian perut putih. Bibir bagian bawah memiliki garis putih yang nyata, memanjang sampai bagian bahu. Ada garis-garis putih pada kaki bagian bawah. Pada katak jantan garisgaris putih pada kaki tersebut dapat berubah warna menjadi merah muda. Katak ini memiliki bantalan kaki, yang membantu untuk 27 memanjat. Jari-jari kaki berselaput yang tampak jelas dan pada jarijari tangan berselaput sebagian. Perilaku : Katak jantan memiliki suara yang sangat keras. Ketika musim hujan tiba, musim kawin, suara tersebut berfungsi untuk menarik betina. Katak betina lebih menyukai suara nyaring dan keras. Katak ini hidup soliter, tidak berkelompok. Sama seperti katak lain, katak ini aktif malam hari. saat siang akan bersembunyi di balik seresah, batu dan lubang pohon. Reproduksi : Pada waktu musim penghujan tiba maka perkawinan jenis katak ini terjadi. Katak betina menghasilkan ribuan telur yang dikumpulkan dalam sarang, bentuknya mirip busa. Telurtelur tersebut diletakkan pada daun atau ranting tanaman dengan posisi menggantung yang berada di atas genangan air. Hal ini dimaksudkan jika telur-telur menetas maka larva akan dapat melangsungkan awal siklus hidupnya di dalam air. Pakan : Pada umumnya hewan ini memakan berbagai jenis Arthropoda dan serangga. Habitat : Habitat asli katak ini adalah daerah hutan hujan, rawa-rawa. Katak ini menyukai daerah yang lembab, dekat dengan sumber air. Tersebar di Papua New Guinea, Indoneia bagian timur. Juga terdapat Timur Laut Queenland, Australia. 8. Salamander Jambul a. Nama Species : Nama lokal ; Salamander Jambul Nama Ilmiah : Cynops pyrrhogaster b. Gambar : 28 c. Klasifikasi Kingdom Phylum Classis Ordo Familia Genus Spesies d. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Amphibia Caudata Salamandridae Cynops Cynops pyrrhogaster : Tempat berair dingin seperti kolam, selokan, dan danau. Berwarna coklat sampai hitam di bagian dorsal. Terdapat bintik merah atau orange kemerahan di bagian tubuh dorsal sampai ventral. Selama musim kawin, salamander ini memperlihatkan kemilau biru dan kulitnya terlihat lebih halus. Berkembang biak dengan bertelur. Makanan berupa serangga, cacing, dan katak kecil. 9. Salamander Axoloti a. Nama Species : Nama lokal : Salamander Axoloti Nama Ilmiah : Ambystoma mexicanum b. Gambar : 29 c. Klasifikasi Kingdom Phylum Classis Ordo Familia Genus Spesies : : : : : : : : d. Deskripsi Animalia Chordata Amphibia Caudata Ambystomatidae Ambystoma Ambystoma mexicanum : Habitat di perairan, kadang muncul di permukaan air, tetapi pada juga yang menjelang dewasa hanya tinggal di dasar air. Memiliki panjang tubuh kurang lebih 15 cm, warna tubuhnya hitam atau coklat kepirangan. Bisa menghabiskan masa hidupnya dalam bentuk larva, memiliki insang yang berada diluar tubuhnya sehingga tampak seperti tanduk. Bermetamorfosis hanya bila dalam keadaan terpaksa, yaitu jika tempat mereka hidup airnya mengering, maka dapat bermetamorfosis ke bentuk darat. Dan jika sudah berada di air kembali maka spesies ini dapat kembali ke wujud air. Berkembang biak dengan cara bertelur. Makanan berupa ikan kecil, larva, dan cacing. 10. Katak Badut a. Nama Species : Nama lokal : Katak Badut Nama Ilmiah : Xenopus laevis b. Gambar : 30 c. Klasifikasi Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Amphibia Anura Pipedae Xenopus Xenopus laevis : Katak ini ukuran tubuhnya kecil, panjang tubuhnya hanya dapat mencapai 6-13 cm dengan 0,05 kg. Tubuh nampak gemuk tertutup kulit berwarna putih, bentuk kepala meruncing, mata berukuran kecik agak menonjol warna oranye. Jari-jari kaki mempunyai selaput renang, Warna dasar kulit putih, mata oranye, cakar jari kaki runcing. Perilaku : Menyukai hidup soliter, aktif pada malam hari, hanya saat musim kawin katak ini akan berkumpul dalam jumlah yang banyak, seperti anggota Anura lainnya menyukai menangkap mangsanya saat bergerak. Katak ini pandai berenang Reproduksi : Pembuahan eksternal terjadi di dalam air pada waktu musim semi dan panas. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina dapat mencapai 1.000 butir, telur akan menetas 4 hari setelah dibuahi. Larva katak bernapas dengan insang dan akan berubah bernapas dengan paru-paru setelah dewasa. Pakan : Berbagai jenis invertebrata seperti larva capung, larva ikan, berudu katak lainnya Habitat : Perairan seperti sungai, kolam, danau dan rawarawa. Tersebar di Afrika Selatan. 31 C. Reptilia 1. Kura-Kura Dada Putih a. Nama Species : Nama lokal : Kura-kura Dada Putih Nama Ilmiah : Elseya novaegunieae b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Sub Ordo Famili Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Reptilia Testudines Cryptodira Geoemydidae Elseya Elseya novaegunieae : Panjang tubuh mencapai 50cm dengan dada berwarna putih. Carapac berwarna coklat muda hingga coklat tua, tubuh sesuai dengan warna carapac dan plastron. Bahkan terkadang lebih gelap. Makanan berupa serangga air, ikan dan udang. Hewan ini mampu menghasilkan 520butir telur. Habitat dari hewan ini di perairan yang tidak dangkal bahkan di sungai atau rawa. 32 2. Biawak Rotte a. Nama Species : Nama lokal : Biawak Rotte Nama Ilmiah : Varanus auffenbergi b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Familia Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Reptilia Squamata Teiidae Varanus : Varanus auffenbergi : Biawak yang mempunyai panjang sampai 60cm, tubuhnya berwarna abu-abu dengan titik-titik sepanjang tubuh. Biawak ini termasuk salah satu biawak terkecil. Makanan dari biawak ini adalah aneka serangga, ketam/yuyu, berbagai jenis kodok, ikan, kadal burung serta mammalia kecil seperti tikus. Reproduksi hewan ini dengan bertelur atau ovipar. Habitat hewan ini adalah tepi sungai atausaluran air, tepi danau, pantai dann rawa-rawa termasuk rawa bakau 33 3. Tokek Phelsuma a. Nama Species : Nama lokal : Tokek Phelsuma Nama Ilmiah : Phelsuma madagascariensis b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Classis Ordo Familia Genus Spesies d. Deskripsi : : : : : : : Animalia Chordata Reptilia Squamata Geckonidae Phelsuma Phelsuma madagascariensis : Habitat di hutan diatas pohon dengan tubuh memiliki warna hijau. Tubuh terbagi menjadi kepala, leher, badan, tungkai, dan ekor. Tungkai terdiri dari bagian anterior (ekstremitas anterior) dan bagian posterior (ekstremitas posterior). Tubuhnya memiliki bintil–bintil berwarna hitam. Berukuran besar, warna dasar hijau, pola merah mencolok. Phelsuma madagascariensis aktif bergerak pada siang hari. Berkembangbiak dengan cara bertelur 2 butir. Makanan berupa insekta atau serangga. 34 4. Chameleon a. Nama Species : Nama lokal : Bunglon Nama Ilmiah : Chameleon b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Super Ordo Ordo Sub Ordo Familia Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Reptilia Squamata Lacertilia Iguania Chamaeleonidae Chameleon Chameleon : Bunglon salah satu hewan reptil yang tenar dengan kemampuan mengubah warna, terus terang saya pribadi merasa geli kalau harus memegang reptil ini, tapi karena banyaknya permaintaan lewat email saya agar saya mengulas juga tentang bunglon (ternyata ada juga yang memelihara reptil ini?) karena pengetahuan saya agak minim mengenai hewan satu ini, maka saya langsung seraching di internet mencari bahan tulisan dan saya mendapatkan beberapa, berikut hasil dari perburuan saya tentang bunglon. 35 Bunglon adalah salah satu reptil yang paling terkenal terutama di daerah penduduk asli benua Afrika dan Madagaskar, ditemukan di beberapa tempat lainnya di Eropa dan Asia. Ada lebih dari 120 spesies yang termasuk dalam keluarga bunglon. Yang paling umum bunglon (Chamaeleo) ditemukan di wilayah Mediterania. Menariknya banyak yang tidak mengetahui bahwa terjemahan 'bunglon' adalah 'Bumi Lion/Little singa'. Ada beberapa fakta lain mengenai bunglon yang saya temukan cukup menarik. Bunglon memiliki tubuh yang pipih lateral berbasis. Fitur fisik utama pada bunglon adalah bahwa mereka seperti memiliki hiasan selain warna yang natural dan tajam, Memiliki puncak, duri dan tanduk dan mata yang menonjol. Mata mereka memiliki kualitas yang unik, yaitu bahwa mereka dapat memutar independen. Dalam arti bahwa sementara satu mata melihat ke depan, yang lain bisa melihat learah lain secara bersamaan (saya pengen punya yang kaya gitu..). Ini membantu mereka untuk tetap waspada di lingkungan mereka dan menyadari bahaya yang mengancam. Kemampuan mereka diketahui sebagai kemampuan terbaik mereka, dan sering disebut 'teropong' alam. Bunglon memiliki satu jari kaki, yang dapat ditemukan di sisi kakinya. Jari ini bertindak seperti jepitan, dan membantu mereka untuk mengenali cabang-cabang pohon tempat mereka bertengger. Mereka memiliki fitur warna-warna cerah dan lidah mereka panjang dan lengket, yang diperlukan bagi mereka untuk mendeteksi dan bahkan menangkap mangsanya. Mereka berjalan di dahan sangat lambat dan hampir tidak bisa berlari cepat meskipun melihat setan, Mereka memiliki kuku tajam yang membantu mereka untuk berpegangan dan naik ke permukaan pohon. Bunglon dewasa berganti kulit mereka setiap 4-5 bulan. Bunglon memiliki dua lubang kecil sebagai telinga, yang terletak di dekat mata dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. 36 meskipun demikian mereka tidak tuli, mereka dapat mendengar dan merasakan getaran di udara. Hal ini membantu mereka terhindar dari bahaya dan juga membantu mereka untuk memburu mangsanya. Bunglon memiliki gigi yang membantu mereka untuk menggigit makanan mereka. Mereka menggunakannya untuk menghancurkan dan kemudian mengunyah makanan mereka, kadang-kadang memecahnya menjadi kepingan sebelum akhirnya menelannya. Habitat Bunglon : Para bunglon adalah makhluk arboreal, yang berarti mereka tinggal di pohon. Hal ini karena ini bahwa mereka biasanya berwarna hijau gelap sehingga mereka bisa berkamuflase baik dengan lingkungan sekitar mereka. bunglon membutuhkan air dan sinar matahari untuk kelangsungan hidupnya. Mereka jarang turun dari pohon kecuali untuk bertelur dan mencari mangsa. Pakan Bunglon : Bunglon menggemari serangga, mereka menggunakan lidah mereka untuk menangkap serangga. lidah mereka adalah fitur utama dari tubuh mereka, karena dirancang khusus dalam fungsi mereka sebagai bagian mencari nafkah. Ujung lidah mereka sangat panjang dan lengket. Dan ketika dilepaskan, ukurannya bisa sekitar satu setengah kali panjang tubuh mereka. Ketika bunglon melihat mangsa, ia akan fokus mengukur jarak antara dirinya dan mangsanya. Kemudian ujung lidahnya akan terlontar dan dalam satu lontaran cepat mangsa akan tertangkap dan itu berlangsung selama sepersekian detik. Kemampuan mengubah warna : Kemampuan lainnya dari hewan ini adalah merubah warna kulitnya sesuai lingkungan atau tempat tinggalnya. Bertentangan dengan kepercayaan yang, bunglon tidak memiliki kemampuan bawaan untuk mengubah warna sesuai dengan keinginannya, faktor eksternal seperti suhu, bahaya dan emosi (dari bunglon) lebih mempengaruhi kemampuan ini. bunglon ini memiliki melanophores di dalamnya tubuh yang bertanggung jawab atas perubahan warna dan mereka sangat sensitif dengan perubahan 37 suhu. Reaksi mereka terhadap suhu panas dan dingin menyebabkan perubahan warna kulit. Begitu juga dengan kondisi takut, naluri teritorial dan bahaya akan membuat mereka merubah warna kulit mereka. 5. Iguana a. Nama Species : Nama lokal : Iguana Nama Ilmiah : Iguana iguana b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Subphylum Classis Ordo Sub ordo Familia Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Suaropsida Squamata Iguania Iguanidae Iguana Iguana iguana : Terdapat semacam duri-duri pada bagian dorsal tubuh dari bagian pangkal kepala sampai dengan ejung ekor, jenis kelamin jantan duri-duri lebih panjang. Terdapat semacam gelambir yang juga mempunyai senacam duri-duri pada bagian ventral leher. Panjang tubuh tidak lebih panjang daripada ekornya, total panjang badannya dapat mencapai 200 cm. Anggota tubuhnya sangat kuat, mempunyai jari-jari yang sangat mendukung untuk memanjat, panjang kaki38 kakinya sekitar 50 cm. Kulit tubuh memunyai pola warna bermacammacam seperti hijau terang, coklat abu-abu atau hitam dan terdapat warna hitam atau coklat yang menyerupai cincin mengelilingi tubuh daru pangkal leher ke belakang sampai ujung ekor. Perilaku: Menyukai berjemur di atas pohon yang berdekatan dengan air, jika terancam bahaya iguana akan menyelamatkan dirinya di dalam air. Namun demikian iguana juga dengan baik menyematkan dirinya dengan cara berlari atau memanjat pohon. Iguana merupakan reptil yang hidupnya berkelompok. Reproduksi : Pembuahan secara internal, bertelur sejumlah 20-40 butir yang diletakkan di dalam tanah. Telur akan menetas pada inkubasi dengan suhu 28-32 oC setelah 65-115 hari. Pakan: Memakan berbagai jenis serangga, daun-daunan dan kadal kecil. Di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta iguana diberi pakan sayur-sayuran. Habitat : Di pohon-pohon yang berdekatan dengan air dataran rendah. Tersebar di Amerika Utara. 6. Ular Sanca Bodo Granit a. Nama Species : Nama lokal : Ular sanca bodo granit Nama Ilmiah : Python molurus b. Gambar : 39 c. Klasifikasi Kingdom Phylum Subphylum Classis Ordo Sub ordo Familia Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Reptilia Squamata Serpentes Pythonidae Python Python molurus : Ular sanca bodo granit atau Python molurus, termasuk salah satu jenis ular yang banyak dipelihara oleh pencinta binatang. Namun tidak sedikit yang menyadari bahwa ular sanca bodo granit yang biasa disebut juga sebagai Asiatic Rock Python termasuk salah satu binatang langka yang dilindungi undang-undang di Indonesia. Ular sanca bodo (Python molurus) dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999. Ular sanca bodo granit terdiri atas dua anak jenis (subspesies) yaitu Python molurus molurus yang dijumpai di India, Bangladesh, Pakistan hingga Nepal dan Python molurus bivittatus yang hidup secara alami di Indochina termasuk Indonesia (Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sumbawa, dan Sulawesi). Perilaku : Pyton Burma adalah nokturnal (hewan yang hidup dimalam hari) dan hidup di hutan hujan. Ketika muda mereka tinggal di rumah yang berada di lubang2 tanah dan di pohon, tetapi ketika mereka tumbuh dan memperoleh ketebalan badan yang cukup, mereka cenderung untuk membatasi gerakan mereka, sebagian besar di tanah. Mereka juga perenang yang sangat baik, karena dapat tetap terendam sampai setengah jam. Pyton Burma menghabiskan sebagian besar waktu mereka bersembunyi di semak-semak. Di bagian utara dari jangkauan pyton burma, selama beberapa bulan, dalam musim dingin, mereka akan melakukan brumasi di dalam lubang pohon, di lubang2 40 tepian sungai, ataupun di bawah batu. Brumasi secara biologis berbeda dari hibernasi. Sementara perilaku memiliki manfaat serupa, khususnya untuk menahan musim dingin tanpa bergerak, itu juga melibatkan persiapan baik laki-laki dan organ-organ reproduksi wanita untuk mendatangkan musim kawin. Burmese pythons bisa mencapai panjang 17 sampai 18 meter dan berat mencapai 200 Kg atau lebih. Sangat mungkin ular ini dapat mencapai panjang 10meter pada 18 bulan. Rekor yang tercatat adalah 26 meter Umur : Burmese pythons dapat mencapai 25 tahun atau lebih dalam pemeliharaan yang baik. 7. Boa Pelangi a. Nama Species : Nama lokal : Boa Pelangi Nama Ilmiah : Epicrates cenchria b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Subphylum Classis Ordo Sub ordo Familia Genus Species : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Reptilia Squamata Serpentes Pythonidae Epicrates Epicrates cenchria 41 d. Deskripsi : Warna dasar coklat merahan, pola lingkaran berwarna hitam pada seluruh tubuh dan tidak berbisa. Habitat ada di hutan savana, padang rumput. Reproduksi seperti tikus, pakan berupa mammalia 8. Kadal Duri a. Nama Species : Nama lokal : Kadal Duri Nama Ilmiah : Triblonotus gracilis b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Classis Ordo Sub Ordo Familia Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Reptilia Squamata Scincomorpha Scincidae Tribolonotus Triblonotus gracilis : Usia kadal ini sendiri bisa mencapai 10 th. Kadal ini memiliki keunikan berupa lingkaran berwarna merah di sekeliling matanya. Ekor kadal ini bisa bisa tumbuh lagi jika putus tapi tentu saja tidak sesempurna ekor aslinya. Kadal ini memakan jangkrik, cacing dan serangga lainnya. Jika sudah cukup besar, kadal ini juga bisa makan pinkies atau bayi tikus. Kadal ini butuh tempat tinggal dengan 42 kelembaban yang tinggi, jadi paling tidak harus disediakan tempat air untuk minum. Berikan tempat minum yang cukup besar dan berat supaya bisa dipakai juga sebagai tempat berendam si kadal duri. Kadal ini bisa di handle, tapi jangan pernah melepaskannya di tanah. Bakalan jogging tanpa rencana buat ngejar kadal gesit ini. Kadal yang kecil relatif lebih lincah dibandingkan yang dewasa. Kadal duri mata merah adalah hewan nocturnal atau hanya aktif di malam hari, jadi kadal ini tidak terlalu membutuhkan pencahayaan. Selain yang bermata merah, ada juga kadal duri yang bermata hitam atau Tribolonotus Novaeguinea. Tampangnya kurang kebih sama, menyeramkan dan mirip seperti miniatur buaya tapi sepertia kadal duri mata merah, kadal duri mata hitam juga merupakan jenis kadal yang amat jinak. Kadal ini juga berasal dari Irian, ukurannya bisa mencapai 25cm dan usia rata rata bisa mencapai 10 th. Kadal ini berkembang biak dengan cara bertelur. Kadal ini mengeluarkan satu butir telur tiap kurang lebih satu bulan sekali. Telurnya menetas dalam jangka waktu 40 hingga 90 hari, biasanya telurnya akan menetas dalam rentang waktu saat kadal ini mengeluarkan telur berikutnya. Ketika baru keluar dari telurnya, kadal ini hanya berukuran sekitar 7 cm. Kadal ini juga pintar menipu predator dengan berpura pura mati lho. 9. Ular Sanca Bibir Putih a. Nama Species : Nama lokal : Ular Sanca Bibir Putih Nama Ilmiah : Leiopython albertisii 43 b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Subphylum Classis Ordo Sub ordo Familia Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Reptilia Squamata Serpentes Pythonidae Leiopython Leiopython albertisii : Sanca bibir putih betina dewasa memiliki panjang tubuh mencapai 213 cm, sedangkan jantan memiliki panjang tubuh mencapai 300 cm. Ular sanca ini memiliki warna tubuh cokelat tua sampai hitam cerah pada bagian dorsal dari kepala hingga ekor dan oranye atau cokelat terang di bagian sisi tubuhnya, sedangkan bagian ventral berwarna putih. Kepalanya sedikit pipih dan melebar pada bagian belakang, dan bibirnya memiliki warna sisik putih dengan garis-garis vertical berwarna hitam. Perilaku : Sanca bibir putih ini merupakan jenis hewan yang cenderung pemalu, dan tidak agresif. Saat bertemu lawannya atau predator, mereka akan berlari menjauhinya atau bersembunyi di balik batu atau seresah di dasar hutan. 44 Reproduksi : Merupakan jenis hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur (ovipar). Sanca betina menghasilkan 8-15 butir telur dalam satu musim kawin. Telur-telur tersebut berbentuk val dengan cangkang putih. Masa inkubsinya selama 48 hari. ular-ular akan menetas dalam waktu hamper bersamaan, dan memiliki panjang tubuh mencapai 38 cm. Pakan : Sanca muda memakan mamalia kecil, berbagai jenis serangga dan bahkan reptile kecil lain saat sudah dewasa. Habitat : Ular sanca bibir putih dapat hidup di hutan savana, padang rumput, hutan hujan dan rawa-rawa. Ular ini lebih memilih hutan yang terbuka, dan dekat dengan air. Jika sewaktu-waktu dalam keadaan bahaya, dia dapat berkamuflase atau melarikan diri secepatnya. Ular ini hidup soliter dan teresterial, jarang terlihat di atas-atas pohon. 10. Kadal Pensil a. Nama Species : Nama lokal : Kadal Pensil Nama Ilmiah : Lialis burtonis b. Gambar : 45 c. Klasifikasi Kingdom Phyllum Sub Phylum Classis Ordo Famili Genus Species : : : : : : : : : d. Deskripsi Animalia Chordata Vertebrata Reptilia Squamata Pygopodidae Lialis Lialis burtonis : Panjang tubuhnya mencapai 60 cm, dengan warna kulit coklat muda, memiliki sisik berwarna hitam yang tersebar tidak merata pada bagian punggung. Kadal ini sangat berbeda dengan kadal lain, karena jenis ini tidak memiliki kaki, sehingga tubuhnya seperti ular. Hewan ini tidak bisa melilit seperti ular, ciri lain kadal ini dari pada ular yakni adanya kelopak mata sehingga hewan ini bisa mengedipkan kelopak matanya. Tubuhnya berbentuk silindris memanjang, mirip ular dengan bentuk kepala meruncing sehingga mirip pensil. Perilaku : Kadal ini hidup soliter, tidak bersifat agresif. Minum dengan cara menjulurkan lidah ke air. Reproduksi : Merupakan jenis hewan ovivipar, telur menetas di dalam tubuh. Jumlah anak dalam satu tahun yaitu 1-2 ekor. Pakan : Lialis burtonis memakan jangkrik, cicak, lalat, dan ulat bambu. Habitat : Hewan ini hidup di dasar hutan, mampu memanjat meskipun kurang baik. Dapat ditemukan di balik seresah daun atau dibalik batu.Tersebar di Australia dan Papua Nugini. 46 D. Aves 1. Burung Pelikan a. Nama Species : Nama lokal : Burung Pelikan Nama Ilmiah : Pelecanus conspicillatus b. Pengambil Data : Endang Sulastri – A420090217 c. Gambar : d. Klasifikasi Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Famili Genus Species e. Deskripsi : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Aves Pelecaniformes Pelecanidae Pelecanus Pelecanus conspicillatus : 1) Habitat Pelikan suka hidup berkelompok dan berenang di danau, rawarawa, sungai, lautan. Mereka muncul umumnya di wilayah hangat, dan mereka tidak ada di wilayah kutub, laut dalam, kepulauan samudra, dan daratan Amerika Selatan. 47 2) Morfologi Pelikan (Pelecanus conspicillatus) memiliki bulu tidak menyeluruh; paruh panjang berkantung, lurus; memiliki sayap yang panjang, meruncing; jumlah jari 4, rata dan berselaput; cakar runcing lurus; tipe kaki perenang; ekor pendek, bulat. 3) Ciri Spesifik Burung pelikan suka berenang di air. Memiliki paruh besar dan lurus, dilengkapi dengan kait pada ujungnya dan kantong besar. Paruhnya yang menyerupai kantung tidak seperti jala yang berlobang tapi sangat lentur dan mudah melar. 4) Perilaku Burung pelikan merupakan burung yang hidup sosial, berkelompok dalam jumlah 50 sampai 40.000 berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain di daratan. Burung ini suka berenang di air, pakan utamanya adalah ikan, sambil berenang pelikan menangkap ikan dengan mudah, karena paruhnya yang bekerja serupa jala penangkap ikan. 5) Reproduksi Kopulasi berlangsung segera setelah mendapatkan pasangan dan berlanjut selama 3 hingga 10 hari sebelum telur dikeluarkan. Pelikan (Pelecanus conspicillatus) jantan membawakan material pembuat sarang, lalu yang betina membentuk struktur sarang yang simpel dari material tersebut. Seekor pelikan mampu bertelur sebanyak 4 butir, telur berwarna putih dan berukuran besar. Telurtelur itu akan menetas setelah dierami selam 30 hari. Pengeraman dan pemeliharaan dilakukan oleh induk jantan dan betina secara baik, yaitu secara bergantian 6) Makanan Di alam burung pelikan memakan ikan dan cara menangkapnya dengan cara menyendokan paruhnya kedalam air yang terdapat 48 ikan. Seekor pelikan dalam satu hari mampu memakan ikan seberat 6 kg. 2. Burung Bangau Tong-Tong a. Nama Species : Nama lokal : Bangau Tong-tong Nama Ilmiah : Bubulcus ibis b. Pengambil data : Hevi Al Azizah Riani – A420100166 c. Gambar d. Klasifikasi : : Kingdom Phylum Classis Ordo Famili Genus Species : : : : : : : e. Deskripsi : Animalia Chordata Aves Ciconiiformes Ardeidae Bubulcus Bubulcus ibis 1) Habitat Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) membentuk kelompok dengan bangau lain atau dengan elang bersarang di daerah hutan. Burung bangau tong-tong suka, mengunjungi sawah, padang rumput terbuka yang terbakar atau kebanjiran, gosong lumpur dan mangrove. Tersebar di India, Cina Selatan, Asia Tenggara dan Sunda Besar. 49 2) Morfologi Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) memiliki bulu tidak menyeluruh; paruh panjang, lurus; sayap panjang, runcing; jari 4, rata; cakar lurus runcing, kaki pejalan, dan ekor pendek, bulat. 3) Ciri Spesifik Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) mempunyai tubuh yang sangat besar, panjangnya mencapai 110 cm, dengan tungkai panjang, lehar panjang dan paruh panjang. Kakinya mempunyai selaput untuk mengarungi air dangkal. Bulu umumnya berwarna hitam dan putih. Sayap, punggung dan ekor berwarna hitam, tubuh bagian bawah dan kalung leher berwarna putih, kepala botak, leher dan tenggorokan berwarna merah jambu dengan bulu kapas putih halus pada mahkota. Leher dan muka berwarna kuning, kaki berwarna coklat kehijauan sampai berwarna hitam. Bangau ini termasuk burung pendiam, tidak bersuara, selain desisan di sarang, kepakan sayap dan paruh. 4) Perilaku Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) sering berkeliaran terbang sendiri atau berkelompok. Bangau memiliki kemampuan adaptasi untuk mengarungi air yang dangkal dan rawa-rawa dengan jari kaki yang berselaput. Kebiasaan hidupnya sendiri atau berpasang-pasangan. Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) mempunyai sifat pendiam, tidak suka bersuara tapi bila diganggu maka paruhnya akan berderak-derak. 5) Reproduksi Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) membuat sarang di pohon yang tinggi, di tepi pantai, tambak. Sarang tersusun dari ranting-ranting berisi 3-5 butir telur. Telur berwarna putih sebesar telur itik. Telur dierami oleh induk jantan dan betina bergantian selama 34 hari. 50 6) Makanan Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) di habitat aslinya terutama memakan hewan air tawar, serangga besar, katak, tikus, kerang, siput dan ikan. Di Kebun Binatang Gembira Loka burung diberi pakan ikan segar. 3. Burung Nuri a. Nama Species : Nama lokal : Burung Nuri Nama Ilmiah : Alisterus amboinensis b. Pengambil Data : Pipit Mentari – A420100164 c. Gambar : d. Klasifikasi Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Famili Genus Spesies e. Deskripsi : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Aves Psittaciformes Psittacidae Alisterus Alisterus amboinensis : Burung Nuri merupakan jenis burung yang paling cemerlang warna bulunya di antara anggota kelompok burung betet. Warnawarna bulu yang dimiliki seperti merah, biru, kuning dan hijau, serta 51 hitam sangat mencolok. Mempunyai panjang tubuh 30-50 cm. Matanya berwarna kuning, paruh kuning kecoklatan. Ciri spesifik warana bulu di bagian kepala atas berwarna hitam. Pada ujung lidahnya terdapat organ mirip benang-benang halus dan pendek yang berfungsi untuk membantu memakan biji-bijian dan mendapatkan serbuk sari. Perilaku : Di habitat aslinya, jenis burung ini hidup berkelompok, baik sedang bertengger, terbang, dan mencari pakan. Tempat bertengger lebih menyukai di tajuk pohon pada bagian luar yang terbuka. Suara gaduk akan dikeluarkan, baik sedang terbang maupun sedang bertengger, kecuali sedang makan. Reproduksi: Burung Nuri betina bertelur 3-4 butir, diletakkan di dalam sarang, telur dierami secara bergantian antara induk jantan dan induk betina. 4. Kakatua Jambul Kuning a. Nama Species : Nama lokal : Kakatua Jambul Kuning Nama Ilmiah : Cacatua sulphurae b. Pengambil Data : Nur Fitria Husnul. K – A420100167 c. Gambar : 52 d. Klasifikasi : Kingdom : Phyilum : Sub Phyilum : Classis : Ordo : Family : Genus : Species : e. Deskripsi Animalia Chordata Vertebrata Aves Psittaciformes Psittacidae Cacatua Cacatua sulphurae : Habitat : Cacatua sulphurae, hidup di hutan sekunder dan perkebunan endemik di Sulawesi dan Nusa tenggara. Burung ini tersebar di pulau Panida lepas pantai pulau Bali. Morfologi : Cacatua sulphurae, mempunyai bulu menyeluruh, paruhnya berkait, mempunyai sayap panjang, jari terangkat, jari runcing, tipe kaki bertengger dan mempunyai ekor pendek. Ukuran panjang tubuh kira-kira 30 cm mempunyai jambul kuning, mencolok, mata berwarna coklat gelap, paruh hitam, kaki gelap. Bulu berwarna putih dan sering mengeluarkan suara yang ribut. Burung tersebut mempunyai paruh atas yang panjang melebihi paruh bagian bawah. Burung kakatua mempunyai lidah yang diadaptasikan untuk memakan buah, biji-bijian, Jambul akan ditegakkan dan diturunkan bila sedang bersuara dan bertengger di pohon. Ciri Spesifik Spesies : Cacatua sulphurae, merupakan burung pemakan buah-buahan, biji-bijian, sayuran, serangga dan larva. Burung betina bertelur jumlahnya di atas tiga butir dan dierami secara bergantian. Burung ini mempunyai kebiasaan berpegang pada dahan atau cabang pohon. Burung kakatua hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Memiliki Jambul berwarna kuning, jambul ini yang membedakan dengan kakak tua jenis lainnya. Selain itu warna bulu diseluruh tubuhnya yang berwarna putih menjadikan ciri khas tersendiri pada burung ini. 53 Jenis Makanan : Di habitat aslinya burung kakatua memakan buah.buahan, biji.bijian. sayuran. serangga dan larvanya. Sedangkan di Kebun Binatang Gembira Loka burung kakatua diberi pakan jagung muda dan kacang goreng. Perilaku : Burung kakatua hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat mencolok ketika terbang dengan kepakan sayap yang cepat dan kuat. diselingi gerakan melayang serta saling berteriak. Burung ini mempunyai kebiasaan berpegang pada dahan atau cabang pohon. Pada musim kawin burung jantan akan memperlihatkan pada burung betina beberapa gaya seperti meloncat. mengembangkan sayap. mengangkat ekor. dan berjalan di depan betina untuk menarik perhatiannya. Reproduksi : Burung betina bertelur jumlahnya di atas tiga butir. kemudian diletakkan dilubang pohon tempat burung tersebut bersarang. Telur tersebut dierami secara bergantian antara burung jantan dan burung betina. 5. Kakatua Maluku a. Nama Species : Nama lokal : Kakatua Maluku Nama Ilmiah : Cacatua moluccensis b. Pengambil Data : c. Gambar Ahmad Sidiq – A420100168 : 54 d. Klasifikasi Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies e. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Aves Psittaciformes Cacatuidae Cacatua Cacatua moluccensis : Kakatua Maluku atau dalam nama ilmiahnya Cacatua moluccensis adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 52cm, dari genus Cacatua. Burung ini mempunyai bulu putih bercampur warna merah-jambu. Di kepalanya terdapat jambul besar berwarna merah-jambu yang dapat ditegakkan. Bulu-bulu terbang dan ekornya berwarna jingga kekuningan. Burung betina serupa, dan biasanya berukuran lebih besar dari burung jantan. Daerah sebaran kakatua Maluku adalah di Maluku bagian selatan. Spesies ini hanya terdapat di hutan primer dan sekunder Pulau Seram, Pulau Haruku dan Saparua. Pakan kakatua Maluku terdiri dari biji-bijian, kacang-kacangan dan aneka buah-buahan, serta kelapa. Selain itu, kakatua ini suka juga memakan serangga dari tanah. Kakatua maluku hidup di dataran rendah antara 100—1.200 m dpl di daerah hutan primer dataran rendah. Populasinya terus menurun dan saat ini jumlahnya diperkirakan tinggal sekitar 8.000 ekor saja. Deskripsi Bentuk : 46-52 cm. Jambul merah-jambu bangbang tua. Bagian bawah dan bulu terbang berwarna merah-jambu bangbang tua; ekor bawah jingga kuning dan merah-jambu bangbang tua. Kelopak matanya putih. Paruhnya berwama hitam. Gerakannya lambat. 55 Deskripsi Suara : Dapat segera diidentifikasi sebagai suara kakatua, tapi tidak keras, bernada tinggi, atau parau seperti kebanyakan jenis kakatua. Kebiasaan : Sendiri, berpasangan dan kelompok kecil, dahulu di pohon tidur berkelompok hingga 16 ekor. Umumnya tidak mencolok, kecuali pada saat terbang ke dan dari lokasi pohon tidur ketika petang dan menjelang fajar. Walaupun terlihat terbang di atas kanopi tapi kebanyakan terbang di bawah batas kanopi. Mencari makan dengan tenang di kanopi dan lapisan tengah kanopi. 6. Burung Hantu a. Nama Species : Nama lokal : Burung Hantu Nama Ilmiah : Ketupa ketupu b. Pengambil Data : Linda Puspitasari – A420100160 c. Gambar d. Klasifikasi Kingdom : Phyilum : Sub Phyilum : Classis : Ordo : Family : Genus : Species : : : Animalia Chordata Vertebrata Aves Strigformes Strigdae Ketupa Ketupa ketupu 56 e. Deskripsi : Habitat : Ketupa ketupu, hidup di luar hutan lahan, pekarangan, sawah atau pinggiran sungai, tersebar di Asia Tenggara, Kalimantan, Sumatera, Nias, Jawa dan Bali. Morfologi : Ketupa ketupu, mempunyai bulu menyeluruh, paruh berkait, sayap bulat, jari terangkat, cakar runcing, kaki bertengger dan ekor pendek Ciri Spesifik Spesies : Ketupa ketupu, merupakan burung yang mempunyai ukuran panjang 45 cm, berwarna coklat kekuningan dengan berkas telinga mencolok. Mata berwarna kuning terang, paruh abu-abu, kaki kuning. Burung hantu pada tengah malam tidak hentihentinya mengeluarkan pekikan dari dalam liang dan mengeluarkan pekikan sambil terbang mengelilingi sarang, burung hantu mencari makan dimalam hari, burung ini tidak dapat memutar matanya sehingga harus memutar kepalanya jika ingin mengikuti gerakan suatu benda, membuat putaran 2700 bukan suatu masalah. Burung hantu betina bertelur 1 – 14 butir telur dierami oleh burung betina. Burung jantan mencari makan masa pengeraman 4 – 5 minggu. Burung hantu memangsa tikus kecil, reptil, binatang melata, katak, ikan, udang, cacing tanah, serangga besar 7. Kakatua Raja a. Nama Species : Nama lokal : Kakatua Raja Nama Ilmiah : Probosciger aterrimus b. Pengambil Data : Novita Dwi Indriyani – A420100170 57 c. Gambar : d. Klasifikasi Kingdom Phyllum Classis Ordo Familia Genus Species e. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Aves Psittaciformes Cacatuidae Probosciger Probosciger aterrimus : Habitat : Daerah sebaran burung ini adalah di pulau Irian dan Australia bagian utara. Jenis burung Kakatua Raja biasa ditemukan di seluruh dataran rendah pulau Papua. Kelompok pulau Papua Barat, Kepulauan Aru, P. Yapen, P. Sariba dan P. Misima, dari ketinggian permukaan laut sampai 750 m (jarang sampai 1300 m) juga di Australia Utara. Morfologi : Burung ini mempunyai ciri fisik ukuran tubuh terbesar diantara kerabat kakatua dengan panjang dari ujung kepala sampai ujung ekor antara 51 64 cm (sehingga disebut sebagai Kakatua Raja). Adapun ciri khasnya adalah berbulu hitam keabuabuan sehingga sering pula disebut sebagai Kakatua Hitam. Kepalanya dihiasi dengan mahkota panjang yang terdiri dari beberapa helai bulu. Paruhnya berwarna hitam sedangkan kakinya berwarna abu-abu tua dengan lidah merah agak kehitaman. kulit di muka 58 berwarna merah sampai merah muda polos. Di antara mata dan paruh terdapat bagian yang tidak berbulu berwarna putih agak jingga sampai merah tua. Kakatua jantan dan betina memiliki bentuk dan ukuran hampir sama, namun pada umumnya burung betina berukuran lebih kecil. Tampangnya bagus dan mudah dijinakkan. Oleh karena itu burung Kakatua Raja disukai sebagai burung peliharaan atau burung hias. Ciri Spesifik : Probosciger aterrimus adalah sejenis burung Kakatua berwarna hitam dan berukuran besar, dengan panjang sekitar 60cm. Burung ini memiliki kulit pipi berwarna merah dan paruh besar berwarna kehitaman. Di kepalanya terdapat jambul besar yang dapat ditegakkan. Paruh burung Kakatua raja tidak dapat tertutup rapat, dikarenakan ukuran paruh bagian atas dan bagian bawah yang berbeda. Dan ini berguna untuk menahan dan membuka biji-bijian untuk dikonsumsi. Reproduksi : Burung Kakatua Raja berkembang biak sekitar bulan Agustus. Sarang disusun di dalam lubang pohon, biasanya pada batang yang sudah mati. Di dasar sarang diletakkan ranting-ranting kecil sebagai alas. Telur biasanya hanya satu butir dan berwarna putih. Telur tersebut dierami oleh kedua induk secara bergantian. Enam puluh hari setelah menetas, anak burung meninggalkan sarang. Makanan : Pakan burung Kakatua raja terdiri dari biji-bijian. 8. Alap-Alap Sulawesi a. Nama Species : Nama lokal : Alap-Alap Sulawesi Nama Ilmiah : Microhierax fringillarius b. Pengambil data : Yusufi Adi Sujatmiko – A420100165 59 c. Gambar : d. Klasifikasi : Kerajaan Filum Kelas Ordo Familia Genus Spesies e. Deskripsi : : : : : : : Animalia Chordata Aves Falconiformes Falconidae Microhierax Microhierax fringillarius : Burung ini termasuk carnivora atau pemakan daging. Salah satu jenis dari alap-alap ini yang populer adalah alap-alap capung. Dia dikenal karena tubuhnya yang kecil. Burung alap-alap capung berparuh kecil, berdarah panas, dan seperti burung pada umumnya, dia membiak dengan cara bertelur. Dikenal sebagai burung karnivora terkecil di dunia, alap-alap capung dapat ditemukan di kawasan Asia Tenggara dengan ukuran rata-rata sepanjang 15 cm dengan berat badan 35 gram. Menurut wikipedia, klasifikasi ilmiah alap-alap capung yang masih berkerabat dengan elang dan rajawali. Elang alap sulawesi (Accipiter griseiceps) termasuk raptor atau burung pemangsa berukuran sedang. panjang tubuhku 33-38 cm. warna kepalaku abu abu. sementara itu, warna bagian atas tubuhku berwarna cokelat kemerahan dan bagian bawah berwana putih bergaris cokelat. aku juga burung endemik sulawesi. aku bisa 60 ditemukan di pulau togian (sulawesi tengah), di pulau muna dan pulau buton (sulawesi tenggara). aku hidup di hutan primer dataran rendah sampai gunung dengan ketinggian 2.200 meter dpl. daerah terbangku luas, sehingga aku sulit sekali ditemukan. ketika sedang menunggu mangsa, aku bersembunyi di balik daun yang rimbun. aku memangsa serangga, kadal, burung dan mamalia kecil. 9. Kakatua Tanimbar a. Nama Species : Nama lokal : Kakatua Tanimbar Nama Ilmiah : Cacatua Goffiniana b. Pengambil Data : Ratna Kumalasari – A420100162 c. Gambar : d. Klasifikasi Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Famili Genus Spesies : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Aves Psittaciformes Cacatuidae Cacatua Cacatua goffiniana 61 e. Deskripsi : Kakatua tanimbar, Cacatua goffiniana, atau Kakatua goffin, adalah spesies kakatua asli dan endemik dari hutan kepulauan Laut Banda di Indonesia. Berat burung ini rata-rata sekitar 350 gram dan panjang sekitar 31 sentimeter dari kepala hingga ekor. Kakatua Goffin adalah yang terkecil dari seluruh Cacatuinae. Saat penemuan pertama, hewan ini tampak seperti kakatua putih dengan sebagian bulu wajah merah jambu, dan paruh abu-abu pucat. Jantan dan betinanya serupa. Seperti seluruh anggota Cacatuidae, Kakatua goffin memiliki jambul, yang berarti hewan ini memiliki sekumpulan bulu pada kepalanya yang dapat mengambang atau menguncup. Tubuhnya terutama tertutup oleh bulu-bulu putih, dengan bulu berwarna salmon atau merah jambu di antara paruh dan mata. Bagian dalam (proksimal) dari bulu jambul dan bulu leher juga berwarna salmon, namun pewarnaan disini tersembunyi oleh warna putih yang bagian terdapat di permukaan (distal) bulu-bulu itu. Bagian dalam bulu sayap dan ekornya menunjukkan warna kekuningan. Antara matanya berwarna antara coklat hingga hitam. Hewan ini sulit dibedakan dengan Corella kecil karena penampilannya yang serupa. 10. Nuri Abu-Abu Afrika a. Nama Species : Nama lokal : Nuri Abu-Abu Afrika Nama Ilmiah : Agapornis cana b. Pengambil Data : Ganang Abdhul Sofi – A420100171 62 c. Gambar : d. Klasifikasi Kingdom Phyllum Sub phylum Classis Ordo Famili Genus Spesies e. Deskripsi : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Aves Psittaciformes Psittacidae Agaporis Agaporis cana : Nuri abu-abu berhabitat di padang rumput, hutan hingga tepian hutan. Nuri abu-abu memiliki bulu tidak menyeluruh; paruh pendek, berkait; memiliki sayap yang panjang, meruncing; jumlah jari 4 (2 didepan, 2 dibelakang), rata; cakar runcing; tipe kaki bertengger (Passerine), ekor pendek, rata. Bola mata besar dan bersih bersinar menandakan burung ini memiliki prospek yang cerah apabila dijadikan burung lomba. Leher panjang berisi menandakan burung ini akan mengeluarkan power suara secara maksimal. Burung ini membangun sarang lebih intensif dilakukan oleh betina daripada jantan. Menggigt-gigit di luar sarang pada cabang-cabang batang. Bertelur dengan bersarang di lubang pohon. Mengeluarkan telur 3-5 butir tiap sarang. Biji-bijian, sayur-sayuran segar ( kangkung, sawi putih, jagung muda, asinan), extra fooding ( biji bunga matahari, biji kedelai, biji kacang merah dan kacang hijau). 63 11. Nuri Kabate/Katsuri Raja a. Nama Species : Nama lokal : Nuri Kabate Nama Ilmiah : Psittrichas fulgidus b. Pengambil Data : c. Gambar Dessy Khomaria – A420100161 : d. Klasifikasi Kingdom Phyllum Sub phylum Classis Ordo Famili Genus Spesies e. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Aves Psittaciformes Psittacidae Psittrichas : Psittrichas fulgidus : Burung jenis ini memiliki ukuran tubuh terbesar diantara jenis burung nuri lainnya, panjang tubuhnya sekitar 46 cm. Bulu pada tubuhnya didominasi oleh warna hitam dan merah. Burung ini aktif saat siang hari, aktif sehari-hari terlihat sering berpasangan dan terkadang berkelompok. Reproduksi burung ini mampu menghasilkan 2-3 butir telur, namun pada umumnya hanya 2 butir telur. Makanan dari burung ini yaitu jenis biji-bijian, buah-buahan, bungan dan 64 nektar. Habitat burung ibi yakni hidup didaerah hutan dataran tinggi Papua dengan elevasi 100-1800mdpl. E. Mammalia 1. Kudanil a. Nama Species : Nama lokal : Kudanil Nama Ilmiah : Hippopotamus amphibius b. Pengambil Data : Nuning Puri Handayani– A420100147 c. Gambar : d. Klasifikasi Kingdom Phylum Classis Superordo Ordo Famili Genus Species e. Deskripsi : : : : : : : : : Animalia Chordata Mammalia Cetartiodactyla Artiodactyla Hippopotamidae Hippopotamus Hippopotamus amphibius : Hewan ini hidup di air dengan pola warna bagian dorsal berwarna hitam dan bagian ventral juga berwarna hitam. Ukuran tubuh tidak proporsional karena memiliki badan yang besar dengan ukuran kaki yang pendek dan kecil. Kelenjar susu terletak pada bagian pelvis. Mempunyai tubuh yang besar tapi kakinya kecil. Mempunyai gading besar untuk mempertahankan diri. Hidup berkelompok dalam jumlah sangat besar terkadang sampai 30 ekor. Mencari makan pada 65 malam hari. Sering tidur di lumpur atau di air. Masa kehamilannya 8-9 bulan. Hanya melahirkan satu ekor saja. Umur 3 bulan anak kudanil akan diajari oleh induknya makan rumput yang sebelumnya hanya tergantung pada induknya untuk menyusu. Hewan ini termasuk herbivore, makanannya berupa dedaunan disekitar tempat tinggalnya. Tipe gigi lophodont 2. Banteng a. Nama Species : Nama lokal : Banteng Nama Ilmiah : Bos sondaicus b. Pengambil Data : c. Gambar : d. Klasifikasi : Kingdom Phylum Classis Ordo Famili Subfamily Genus Spesies e. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Mamalia Artiodactyla Bovidae Bovinae Bos Bos sondaicus : Bos sondaicus, adalah hewan yang sekerabat dengan sapi dan ditemukan di Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Kalimantan, Jawa, and Bali. Banteng dibawa ke Australia Utara pada 66 masa kolonisasi Britania Raya pada 1849 dan sampai sekarang masih lestari. Banteng dapat mencapai tinggi sekitar 1,6m di bagian pundaknya dan panjang badan 2,3 m. Berat banteng jantan biasanya sekitar 680 - 810 kg — jantan yang sangat besar bisa mencapai berat satu ton — sedangkan betinanya lebih ringan. Banteng memiliki bagian putih pada kaki bagian bawah dan pantat,punuk putih, serta warna putih disekitar mata dan moncongnya, walaupun terdapat sedikit dimorfisme seksual pada ciri-ciri tersebut. Banteng jantan memiliki kulit berwarna biru-hitam atau atau coklat gelap, tanduk panjang melengkung ke atas, dan punuk di bagian pundak. Sementara, betinanya memiliki kulit coklat kemerahan, tanduk pendek yang mengarah ke dalam dan tidak berpunuk. Banteng hidup dari rumput, bambu, buah-buahan, dedaunan, dan ranting muda. Banteng umumnya aktif baik malam maupun siang hari, tapi pada daerah pemukiman manusia, mereka beradaptasi sebagai hewan nokturnal. Banteng memiliki kecenderungan untuk berkelompok pada kawanan berjumlah dua sampai tiga puluh ekor. Di Jawa, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran menjadi pertahanan terakhir hewan asli Asia Tenggara ini. 3. Babi Hutan a. Nama Species : Nama lokal : Babi Hutan Nama Ilmiah : Sus scrofa b. Pengambil Data : Eva Fitria Sari – A420100158 67 c. Gambar : d. Klasifikasi Kingdom Phyilum Sub Phylum Classis Ordo Familia Genus Spesies e. Deskripsi : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Mammalia Artiodactyla Suidae Sus Sus scrofa : Habitat : Sus scrofa, hidup di semak belukar dan hutan, lingkungan yang kering, Asia Tenggara. Morfologi : Pola warna pada bagian Ventral adalah putih dan pada bagian dorsal berwarna coklat, Ukuran tubuh Proporsional serta letak Glandula mammoe pada Pelvis Ciri Spesifik Spesies : Sus scrofa, merupakan satwa yang sanggup bertahan hidup pada berbagai macam habitat dan dapat hidup juga pada kondisi kekurangan sumber pakan. Panjang total 120 - 220 cm, berat 150 kg. Satwa ini sering dijumpai hidup berkelompok dalam jumlah antara 20 – 30 ekor. Satwa ini sangat agresif untuk memburu atau melawan adanya gangguan. Satwa ini matang kelamin setelah umur 4 tahun, bunting 115 hari. Anak yang dilahirkan mencapai 10 ekor atau lebih. Lama hidup mencapai 20 tahun. Pakan berupa sayursayuran, umbi-umbian, ketela rambat di cacah dan dicampur bekatul yang dicampur hingga rata. 68 4. Kapibara a. Nama Species : Nama lokal : Kapibara Nama Ilmiah : Hydrochoerus hydrochaeris b. Pengambil Data : Dhiyan Wahanani – A420100154 c. Gambar : d. Klasifikasi Kingdom Phyllum Subphylum Classis Ordo Sub Ordo Familia Genus Spesies : : : : : : : : : : e. Deskripsi Animalia Chordata Vertebrata Mammalia Rodentia Hystricomorpha Caviidae Hydrochoerus Hydrochoerus hydrochaeris : 1) Habitat Hydrochoerus hydrochaeris habitatnya di padang rumput terbuka, selalu di tepian sungai, juga di habitat lain dari berbagai variasi di dalam hutan tropika basah; di wilayah Amerika Selatan. Di hutan daerah dekat badan air, seperti danau, sungai, rawa, kolam dan rawa-rawa, serta banjir savana dan di sepanjang sungai di hutan tropis . Mereka berkeliaran di rumah berkisar dari 25-50 hektar (10-20 ha). 2) Morfologi 69 Hydrochoerus hydrochaeris mempunyai pola warna tubuhnya pada bagian dorsal dan ventral berwarna coklat muda. Ukuran tubuhnya besar dengan glandula mammae yang terletak dibagian abdomen. 3) Ciri spesifik Hydrochoerus hydrochaeris adalah coprophagous , yang berarti mereka makan sendiri tinja sebagai sumber bakteri flora usus dan untuk membantu mencerna dengan selulosa pada rumput yang membentuk diet normal mereka dan ekstrak protein maksimum dari makanan mereka. Selain itu, mereka mungkin memuntahkan makanan untuk mengunyah makanan lagi, mirip dengan kunyahan-mengunyah oleh sapi. Jantan memiliki kelenjar bau di hidungnya yang digunakan untuk mengolesi aroma tubuhnya di rumput di wilayahnya. Mereka berkomunikasi melalui kombinasi bau dan suara, yang sangat binatang vokal dengan purrs dan gonggongan alarm, peluit dan, klik jeritan dan geraman. 4) Perilaku Hydrochoerus hydrochaeris dalam kegiatannya aktif dilakukan pada waktu siang hari jika dalam keadaan tidak diburu. Satwa ini akan berkumpul di dalam kelompok kecil yang mana saat pergi untuk mendapatkan pakan. Kapibara mempunyai kemampuan renang yang sangat baik, dengan bagian tubuh berada di bawah permukaan air sedangkan lubang hidung, mata dan telinganya berada di atas permukaan air. 5) Reproduksi Hydrochoerus hydrochaeris termasuk vivipar, mencapai kematangan seksual dalam waktu 22 bulan dan berkembang biak saat kondisi yang sempurna, yang dapat satu kali per tahun atau sepanjang tahun. Masa kehamilan adalah 130-150 hari dan biasanya menghasilkan empat bayi capybara, tetapi mungkin menghasilkan antara dua dan delapan dalam sampah tunggal. 70 Kelahiran ada di tanah dan betina akan bergabung kembali dengan grup dalam beberapa jam penyampaian baru lahir capybaras, yang akan bergabung dengan grup. 6) Makanan Hydrochoerus hydrochaeris berdarakan jenis makannya mempunyai tipe gigi lopodont. Pada habitat aslinya Capybara memakan berbagai jenis tanaman air sebagai sumber pakan kadang juga memakan umbi-umbian. Di Kebun Binatang Gembira Loka, Capybara diberi pakan berupa daun-daunan yang tumbuh di tanah, sayuran, rumput dan ketela, berat pakan yang diberikan kurang lebih 10% dari berat badannya. 5. Tapir a. Nama Species : Nama lokal : Tapir Nama Ilmiah : Tapirus indicus b. Pengambil Data : Wahyu Sekti – A420100155 c. Gambar : 71 d. Klasifikasi Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Familia Genus Spesies e. Deskripsi : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Mammalia Perissudactyla Tapiridae Tapirus Tapirus indicus : Habitat : Tapirus indicus, hidup di hutan tropika, hutan kayu, kadang di perkebunan; Burma, Thailand, Semenanjung Indocina, Sumatera. Morfologi : Pola warna pada bagian Ventral adalah abu-abu, pada bagian dorsal adalah hitam putih, Ukuran tubuh hewan ini Proporsional, dan letak Glandula mammoe pada bagian Pelvis Ciri Spesifik Spesies : Tapirus indicus, merupakan satwa berkuku ganjil seperti kuda dan badak yang berukuran besar. Tinggi bahu 75–120 cm, panjang 180–250 cm, ekor 5–10 cm, berat sampai 300 kg, mempunyai belalai pendek. Warna terbagi dua yaitu hitam dan putih. Hidup solider, kadang hidup berpasangan. Bergerak cepat, jarang bisa terlihat. Mencari pakan pada malam hari. Masuk pada semak belukar atau menenggelamkan dirinya ke dalam air jika ada predator. Kalau terdesak akan menggigit. Musim kawin bulan april – mei. Bunting 390 – 395 hari, melahirkan 1 ekor dan diasuh hingga 8 bulan. Anak tapir berwarna coklat dengan garis puti melintang. Pakan berupa rumput gajah, daun tanaman keras, sayuran, ketela rambat cacah, bakatul dengan berat 10 % dari berat badannya. 72 6. Nilgai a. Nama Species : Nama lokal : Nilgai Nama Ilmiah : Boselaphus frogocamelus Pengambil Data : Diah Tri Utari – A420100145 b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phyllum Subphylum Classis Ordo Familia Genus Spesies : : : : : : : : d. Deskripsi Animalia Chordata Vertebrata Mammalia Artiodactyla Bovidae Boselaphus Boselaphus frogocamelus : 1) Habitat Nilgai ( Bosephalus tragocamelus ) menyukai hidup di padang rumput, stepa dan hutan kayu, di wilayah negara India. 2) Morfologi Nilgai ( Bosephalus tragocamelus ) pada bagian dorsal tubuhnya memiliki warna coklat dan bagian ventral berwarna coklat putih. Mempunyai ukuran tubuh yang besar. Glandula mammae terletak di daerah pelvis. 3) Ciri spesifik Nilgai (Bosephalus tragocamelus) merupakan satwa yang mirip kuda, tetapi bertanduk ini merupakan anggota keluarga sapi. Berukuran besar, panjang tubuh 180 sampai 200 cm, tinggi bahu 73 120 sampai 150 cm, panjang ekor 45 sampai 50 cm dengan berat badan 120 sampai 240 kg. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut, yang jantan berwarna abu-abu dengan bagian tertentu berwarna hitam seperti pada rambut panjang dibagian leher atas sampai kuduk, janggut bawah dan ujung ekor. Nilgai (Bosephalus tragocamelus) yang betina berwarna coklat dengan bagian leher atas sampai kuduk, ujung ekor berwarna agak kehitaman. Baik jantan maupun betina terdapat bercak putih dibawah mata, ekor dalam, kaki dalam dan pergelangan kaki. 4) Perilaku Nilgai (Bosephalus tragocamelus) merupakan satwa yang diurnal, hidup dalam kelompok antara 8 sampai 10 ekor dari dua segmen kelamin. Tempat tinggal kelompok adalah merupakan daerah teritorinya, sebagai daerah istirahat, berkubang dan membuang kotoran. Satwa ini akan berlari kencang jika menghadapi suatu bahaya yang mengancam kehidupan dirinya dari predator-predator yang mendatanginya untuk memangsanya. 5) Reproduksi Musim kawin Nilgai (Bosephalus tragocamelus) terjadi dan berakhir pada bulan Maret, kemudian induk akan bunting dan melahirkan anaknya pada bulan Desember. Anak yang dilahirkan biasanya akan kembar atau dua ekor. 6) Makanan Di habitat aslinya, Nilgai (Bosephalus tragocamelus) ini memakan berbagai bagian dari tanaman tertentu seperti ujung-ujung daun, biji, dan juga memakan rumput-rumputan. Di Kebun Binatang Gembira Loka, diberi pakan berupa rumput kolonjono, daun kacang, katul dengan kuantitas berat pakan 10% dari berat badannya setiap diberikan. 74 7. Zebra a. Nama Species : Nama lokal : Zebra Nama Ilmiah : Equus zebra b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phyllum Sub phylum Classis Ordo Familia Genus Spesies d. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Mammalia Perissodactyla Equidae Equus Equus zebra : 1) Habitat Equus zebra menyukai hidup di savana, hutan terbuka; di sekitar wilayah benua Afrika bagian timur. 2) Morfologi Equus zebra mempunyai pola warna tubuhnya pada bagian dorsal dan ventral berwarna belang- belang hitam putih. Ukuran tubuhnya besar (243-357 kg) dengan glandula mammae yang terletak dibagian pelvis. 3) Ciri spesifik 75 Equus zebra memilki ciri khas dibandingkan dengan mamalia lainnya yaitu pola tubuhnya bergaris-garis hitam dan putih dan tidak ada dua individu yang terlihat persis sama. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut dengan warna dasar putih dengan pola garis-garis tebal melintang sampai agak membujur berwarna hitam, hanya bagian tertentu kurang berwarna hitam seperti pada bagian moncong mulut dan rambut-rambut ekor. 4) Perilaku Equus zebra menyukai hidup mendekati sumber air, hidup secara berkelompok dalam jumlah besar sampai ratusan ekor, teristimewa pada musim panas, dan akan berasosiassi dengan spesies lain sebagai contohnya guanaco. Dua spesies Zebra dan banyak spesies antilop. Mereka akan segera berlari cepat jika melihat adanya predator yang datang dan diketahui oleh salah satu kelompoknya. 5) Reproduksi Equus zebra temasuk vivipar, setelah melakukan perkawinan induk betina akan bunting selama kira -kira 1 tahun. Anak yang dilahirkan berjumlah satu ekor dan akan diasuh oleh induknya sampai bisa mandiri. Satwa ini mampu hidup di alam sekitar 25 sampai 30 tahun. 6) Makanan Equus zebra berdasarkan makanannya, mempunyai tope gigi lophodont. Pada habitat aslinya sebra memakan berbagai jenis pakan antara lain rumput dan daun-daunan, tetapi sangat menyukai ujung rumput yang masih muda. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput kolonjono, bekatul dan ketela rambat dengan kuantitas berat pakan yaitu 10% dari berat badannya. 76 8. Owa Kalimantan a. Nama Species : Nama lokal : Owa Kalimantan Nama Ilmiah : Pongo pygmaeus b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Famili Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Mammalia Primates Cercopithecidae Pongo Pongo pygmaeus : Primata ini memiliki tangan yang sangat panjang atau hampir sama dengan tinggi badan mereka, dan mampu berayun sejauh 6 meter dari satu pohon ke pohon lain. Di dataran, mereka berjalan dengan posisi tangan di atas, mereka juga dapat berlari menggunakan tangannya, dan hanya terdapat di Pulau Kalimantan. Sebagian besar owa-owa bisa dideteksi melalui teriakan dari betina dewasa yang keras dan mengalun pada pagi hari. Makanan jenis ini berupa buahbuahan berdaging masak, dedaunan muda, dan seranga kecil. 77 Morfologi : Ungko ditutupi rambut berwarna abu – abu , kecoklatan, hingga hitam. Rambut yang tumbuh pada lengan berwarna hitam. Pada owa jantan rambut yang tumbuh disekitar muka atau pipi serta alis berwarna putih, sedangkan pada betina dewasa hanya bagian alis yang berwarna putih. Berat badan ungko dewasa antara 5-7 kg dan panjang tubuhnya berkisar antara 450 – 500 mm. Habitat : Ungko hidup di hutan primer dataran rendah dan hutan rawa. Selain itu mereka juga sering ditemukan di daerah batas antara hutan rawa dan tanah kering. Apabila ungko bersuara, oleh masyarakat Kalimantan Tengah hal itu dijadikan pertanda bahwa tidak jauh dari mereka terdapat dataran atau rawa. Makanan : Pakan ungko terdiri dari buah, daun , bunga dan beberapa jenis serangga kecil. Umumnya mereka makan sambil bergantungan pada dahan dan memetik satu persatu buah , biji , bunga atau daun muda . Kadang – kadang juga menarik ranting yang ada pakannya. Primata ini dalam hidupnya mengkonsumsi buah 58 % , daun 39 %, bunga 3 % , dan sisanya 1 % yaitu berbagai jenis serangga. Aktivitas Harian : Ungko berpindah dengan cara bergelantungan atau berayun dari dahan satu kedahan lainnya. Mereka juga dapat berjalan menggunakan kedua kakinya (bipedal). Daerah jelajah mereka berkisar antara 25 – 30 ha yang juga merupakan luas daerah teritorinya. Sedangkan jelajah hariannya berkisar 1000 meter – 1500 meter. Ungko aktif pada pagi dan sore hari ( diurnal ). Siang hari digunakan untuk istirahat pada percabangan yang besar. Pada malam hari mereka tidur pada percabangan phon dengan bagian perut (ventral) bersandar pada batang sedangkan kaki menggantung. Induk betina tidur dengan sisi kanan atau kiri tubuh bersandar pada batang , sehingga anak dapat memeluk tubuhnya. 78 9. Lutung Jawa a. Nama Species : Nama lokal : Lutung Jawa Nama Ilmiah : Trachypithecus auratus b. Pengambil Data : Septi Erlinda Dewi – A420100152 c. Gambar : d. Klasifikasi Kingdom Phylum Classis Ordo Familia Genus Spesies e. Deskripsi : : : : : : : : Animalia Chordata Mammalia Primates Cercopithecidae Trachypithecus Trachypithecus auratus : Lutung jawa mempunyai ukuran tubuh sekitar 55 cm dengan panjang ekor hampir dua kali lipat panjang tubuhnya mencapai 80 cm. Berat tubuhnya sekitar 6 kg. Bulu lutung jawa (Trachypithecus auratus) berwarna hitam dan lutung betina memiliki bulu berwana keperakan di sekitar kelaminnya. Lutung jawa (lutung budeng) muda memiliki bulu yang berwarna oranye. Untuk subspesies Trachypithecus auratus auratus (Spangled Langur Ebony) meliki ras yang mempunyai bulu seperti lutung jawa muda dengan warna bulu 79 yang oranye sedikit gelap dengan ujung kuning. Lutung jawa hidup secara berkelompok. Tiap kelompok terdiri sekitar 7 – 20 ekor lutung dengan seekor jantan sebagai pemimpin kelompok dan beberapa lutung betina dewasa. Lutung betina hanya melahirkan satu anak dalam setiap masa kehamilan. Beberapa induk betina dalam satu kelompok akan saling membantu dalam mengasuh anaknya, namun sering kali bersifat agresif terhadap induk dari kelompok lain. Lutung jawa (lutung betung) merupakan satwa diurnal yang lebih banyak aktif di siang hari terutama di atas pohon. Makanan kegemaran satwa ini antara lain dedaunan, beberapa jenis buahbuahan dan bunga. Terkadang binatang ini juga memakan serangga dan kulit kayu. Lutung jawa, dalam bahasa latin disebut Trachypithecus auratus merupakan salah satu jenis lutung asli (endemik) Indonesia. Sebagaimana spesies lutung lainnya, lutung jawa yang bisa disebut juga lutung budeng mempunyai ukuran tubuh yang kecil, sekitar 55 cm, dengan ekor yang panjangnya mencapai 80 cm. Lutung jawa atau lutung budeng terdiri atas dua subspesies yaitu Trachypithecus auratus auratus dan Trachypithecus auratus mauritius. Subspesies Trachypithecus auratus auratus (Spangled Langur Ebony) bisa didapati di Jawa Timur, Bali, Lombok, Palau Sempu dan Nusa Barung. Sedangkan subspesies yang kedua, Trachypithecus auratus mauritius (Jawa Barat Ebony Langur) dijumpai terbatas di Jawa Barat dan Banten. Lutung jawa (Trachypithecus auratus) merupakan satwa endemik Indonesia yang hanya bisa dijumpai di pulau Jawa, Bali, Lombok, Palau Sempu dan Nusa Barung. Keberadaan lutung jawa di pulau Lombik diduga karena proses introduksi. Habitat alami lutung jawa (lutung budeng) adalah kawasan hutan dengan berbagai variasi mulai hutan bakau di pesisir pantai, hutan rawa air tawar, hutan dataran rendah, hutan meranggas, hingga 80 hutan dataran tinggi hingga ketinggian mencapai 3.500 mdp. Daerah jelajah lutung jawa mencapai seluas 15 ha. 10. Simpai Putih a. Nama Species : Nama lokal : Simpai Putih Nama Ilmiah : Presbytis melalophos b. Gambar : c. Klasifikasi : Kingdom Phylum Classis Ordo Family Genus Species : : : : : : : d. Deskripsi : Animalia Chordata Mammalia Primates Cercopithecidae Presbytis Presbytis melalophos Panjang tubuhnya berkisar 45-60 cm dengan berat tubuh sekitar 5-8 kg. Rambutnya berwarna putih (albino) atau hitam (normal). Pergerakan dari species ini mencapai 950-1300m perharinya. Rentang perkawinan hewan ini 16-25 bulan. Hewan ini hanya menghasilkan satu anak saja dengan masa gestasi 155-226 hari. Makanannya berupa buah-buahan, bunga, biji, pucuk daun dan beberapa jenis serangga. Habitat dari hewan ini yakni di hutan-hutan 81 primer dataran rendah sampai pegunungan hingga 2500m diatas permukaan laut 11. Orang Utan a. Nama Species : Nama lokal : Orang Utan Nama Ilmiah : Pongo pygmaeus b. Pengambil Data : Suci Noor Afifah – A420100148 c. Gambar : d. Klasifikasi Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Familia Genus Spesies e. Deskripsi : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Mammalia Primata Pangidae Pongo Pongo pygmaeus : Habitat : Pongo pygmaeus, hidup di hutan tropika, dataran rendah, rawa-rawa kalimantan dan Sumatera. Morfologi : Pola warna , Ventral dan dorsal coklat tua kemerahan. Ukuran tubuh, Tidak proporsional (tangan panjang, kaki kecil, badan besar) dan Glandula mammoe terletak dibagian Pectoral 82 Ciri Spesifik Spesies : Pongo pygmaeus, merupakan jenis primata mirip manusia yang berukuran besar. Tinggi tubuh 137 cm, berat tubuh mecapai 80 – 90 kg (jantan), yang betina lebih kecil. Hidup dalam kelompok keluarga kecil, jantan dewasa biasa berkelana sendiri dan hanya berhubungan dengan seekor betina. Satwa ini tidak dijumpai berprilaku mempertahankan daerah kekuasaannya. Musim kawin ditandai dengan perkelahian antar pejantan. Siklus menstruasi 2 – 9 hari, tidak ada pembengkakan seksual, yang disusui hingga berumur 3 tahun. Pakan berupa pisang, ubi rambat, nasi dan gula, ketimun dan tomat kuantitas 10 % dari berat badannya. 12. Harimau Sumatera a. Nama Species : Nama lokal : Harimau Sumatera Nama Ilmiah : Panthera tigris sumatrae b. Pengambil data : Siti Mahmudah – A420100156 c. Gambar d. Klasifikasi : : Kingdom : Phylum : Sub Phylum : Classis : Ordo : Famili : Genus : Species : Nama Binominal : Animalia Chordata Vertebrata Mammalia Carnivora Felidae Panthera; Panthera tigris Panthera tigris sumatrae 83 e. Deskripsi : Harimau Sumatera mempunyai warna paling gelap diantara semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet. Belang harimau sumatra lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan mereka mampu berenang. Harimau sumatera umumnya beraktifitas dimalam hari. Harimau Sumatera bukan jenis satwa yang biasa tinggal berkelompok melainkan jenis satwa soliter, yaitu satwa yang sebagian besar waktunya hidup menyendiri, kecuali selama musim kawin atau memelihara anak. Panjang Harimau Sumatera jantan dapat mencapai 2,2 – 2,8 meter, sedangkan betina 2,15 – 2,3 meter. Tinggi diukur dari kaki ke tengkuk rata-rata adalah 75 cm, tetapi ada juga yang mencapai antara 80 – 95 cm, dan berat 130 – 255 kg. Hewan ini mempunyai bulu sepanjang 8 – 11 mm, surai pada Harimau Sumatera jantan berukuran 11 – 13 cm. Bulu di dagu, pipi, dan belakang kepala lebih pendek. Panjang ekor sekitar 65 – 95 cm (Direktorat Pelestarian Alam, 1986 ; Hafild dan Aniger, 1984 ; Kahar, 1997 ; Macdonald, 1986 ; Mountfort, 1973 ; Saleh dan Kambey, 2003 ; Sutedja dan Taufik, 1993 ; Suwelo dan Somantri, 1978 ; Treep, 1973). Makanan : Harimau Sumatera termasuk jenis Carnivora yang biasanya memangsa : Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kijang (Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus sp.), dan Babi hutan (Sus sp.). Kerbau liar (Bubalus bubalis), Tapir (Tapirus indicus), Kera (Macaca), Landak (Hystrix brachyura), Trenggiling (Manis javanica), jenis-jenis Reptilia seperti kura-kura, ular, dan biawak, serta berbagai jenis burung, ikan, dan kodok dan jenis-jenis satwa liar lainnya. Hewan peliharaan atau ternak yang juga terkadang menjadi mangsa 84 Harimau, diantaranya adalah Kerbau, kambing, domba, sapi, Anjing dan ayam. Reproduksi : Harimau sumatra dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat 13. Unta Punuk Satu a. Nama Species : Nama lokal : Unta Punuk Satu Nama Ilmiah : Camelus dromedarlus b. Gambar : 85 c. Klasifikasi Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Ordo Famili Genus Species d. Deskripsi : : : : : : : : : Animalia Choordata Vertevrata Mammalia Artiodactyla Camelidae Camelus Camelus dromedarlus : Unta jantan dewasa memiliki tinggi badan 1,8-2 m, sedangkan unta betina 1,7-1,9 m. Unta jantan memiliki berat tubuh berkisar 400600 kg, sedangkan unta betina 10% lebih ringan dari unta jantan. Unta memiliki adaptasi sistem tubuh pada suhu 34-410C dengan cara menghindari kenaikan suhu tubuh dan mengurangi keringat serta keluarnya urin. Aaptasi ini berfungsi untuk menjaga air dalam tubuhnya. Reproduksi unta yakni selama 15 bulan merupakan masa kehamilan dan pengasuhan anak 1-2 tahun. Makanan dari hewan ini yaitu daun, rumput kering dan berbagai macam tumbuhan atau vegetasi di padang pasir. Habitat dari species ini yaitu didaerah kering terutama gurun Sahara di Afrika. 14. Kijang a. Nama Species : Nama lokal : Kijang/Menjangan Nama Ilmiah : Muntiacus muntjak b. Pengambil Data : Riza Fitroh Kurniasih – A420100146 86 c. Gambar : d. Klasifikasi Kingdom Phylum Classis Ordo Sub Ordo Familia Sub Famili Genus Species e. Deskripsi : : : : : : : : : : Animalia Chordata Mammalia Artiodactyla Ruminantia Cervidae Muntiacinae Muntiacus Muntiacus muntjak : Kijang (Muntiacus muntjak) mempunyai tubuh berukuran sedang, dengan panjang tubuh termasuk kepala sekitar 89-135 cm. Ekornya sepanjang 12-23 cm sedangkan tinggi bahu sekitar 40-65 cm, dengan berat mencapai 35 kg. Rata-rata umur Kijang bisa mencapai 16 tahun. Mantel rambut kijang (Muntiacus muntjak) pendek, rapat, lembut dan licin. Warna bulunya bervariasi dari coklat gelap hingga coklat terang. Pada punggung kijang terdapat garis kehitaman. Daerah perut sampai kerongkongan berwarna putih. Sedangkan daerah kerongkongan warnanya bervariasi dari putih sampai coklat muda. Kijang jantan mempunyai ranggah (tanduk) yang pendek, tidak melebihi setengah dari panjang kepala dan bercabang dua serta gigi taring yang keluar. 87 Kijang atau menjangan (Muntiacus muntjak) merupakan binatang soliter. Kijang jantan menandai wilayahnya dengan menggosokkan kelenjar frontal preorbital yang terdapat di kepala mereka di tanah dan pepohonan. Selain itu kijang jantan juga menggoreskan kuku ke tanah atau menggores kulit pohon dengan gigi sebagai penanda kawasan. Makanan utamanya adalah daun-daun muda, rumput, buah, dan akar tanaman. Kijang merupakan binatang poligami. Jenis rusa ini tidak memiliki musim kawin tertentu sehingga perkawinan terjadi sepanjang tahun. Kijang betina dapat melahirkan sepanjang tahun dengan usia kehamilan berkisar 6-7 bulan. Dalam sekali masa kehamilan, kijang melahirkan 1-2 ekor anak. 15. Rusa Timor a. Nama Species : Nama lokal : Rusa Timor Nama Ilmiah : Cervus timorensis b. Pengambil Data : Aziza Karenina – A420100150 c. Gambar d. Klasifikasi Kingdom Phylum Sub Phylum Classis Sub classis Infra Classis Ordo Sub Ordo : : : : : : : : : : Animalia Chordata Vertebrata Mamalia Theria Eutheria Artiodactyla Ruminansia 88 Famili Genus Spesies : : : e. Deskripsi : Cervidae Cervus Cervus timorensis Habitat Rusa Timor : Cervus timorensis tersebar alami hampir di seluruh kepulauan Indonesia kecuali di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Habitat rusa timor berupa hutan, dataran terbuka serta padang rumput dan savanna. Rusa timor diketemukan di dataran rendah hingga pada ketinggian 2600 m di atas permukaan laut (Direktorat PPA, 1978). Padang rumput dan daerah-daerah terbuka merupakan tempat mencari makan, sedangkan hutan dan semak belukar merupakan tempat berlindung. Salah satu tempat berlindung yang disukai oleh rusa timor (Cervus timorensis) adalah semak-semak yang didominasi oleh kirinyuh (Eupatorium spp.), saliara (Lantana camara), gelagah (Saccarum spontaneum) dan alang-alang (Imperata cylindrica). Rusa timor termasuk satwa yang mudah beradaptasi dengan lingkungan yang kering bila dibandingkan dengan jenis rusa yang lain, karena ketergantungan terhadap ketersediaan air relatif lebih kecil. Dengan kemampuan adaptasi yang baik ini rusa timor mampu berkembangbiak dengan baik di daerah-daerah meskipun bukan habitat aslinya. Aktivitas Rusa Timor : Rusa memiliki aktivitas pergerakan dan penjelajahan yang terpengaruh oleh 2 aspek, yaitu rutinitas harian yang berkaitan dengan mencari makanan, air, dan tempat istirahat yang sesuai, dan aspek musiman yang berkaitan dengan iklim setempat. Pada suatu saat rusa dapat bergerak aktif dengan menempuh perjalanan yang sangat jauh, namun pada kondisi iklim yang buruk rusa akan bergerak sangat terbatas. Aktivitas harian rusa meliputi perjalanan dari dan ke tempat mencari makanan dan air, makan dan beristirahat. Sebagaimana herbivora 89 pada umumnmya, rusa menghabiskan waktunya berjam-jam untuk makan dan diselingi perjalanan-perjalanan pendek untuk beristirahat maupun menuju ke tempat air. Untuk aktivitas makan rusa timor lebih banyak menghabiskan waktunya pada pagi dan sore hari. Sedangkan siang hari cenderung mencari perlindungan dari teriknya sinar matahari, beristirahat sambil memamah biak. Pada malam hari aktivitas makan juga berlangsung, tetapi tidak begitu aktif. Jenis Cervus timorensis merupakan hewan yang dapat aktif di siang hari (diurnal) maupun di malam hari (nokturnal), tergantung pada kondisi lingkungannya . Dilaporkan oleh Garsetiasih et al.(1997) bahwa aktivitas puncak Cervus timorensis di Taman Wisata Alam Pulau Menipo Nusa Tenggara Timur adalah pada pagi hari pukul 06.00-09.00 dan pada sore hari pukul 16.00-18.00. Aktivitas tersebut meliputi istirahat, makan, dan bergerak. Keadaan Morfologi Umum Rusa Timor : Rusa timor secara morfologi memiliki warna bulu coklat abu-abu sampai coklat tua kemerahan dan yang jantan warnanya lebih gelap. Warna di bagian perut lebih terang dari pada di bagian punggungnya. Tinggi bahu rusa betina dewasa 100 cm, sedangkan yang jantan dapat mencapai 110 cm. Panjang badan dengan kepala kira-kira 120 – 130 cm, panjang ekor 10 – 30 cm. Sedangkan bobot badannya dapat mencapai 100 kg. Ciri-ciri Fisik dan Perilaku : Rusa timor (Cervus timorensis) yang ditetapkan menjadi fauna identitas NTB, mempunyai bulu berwarna coklat kemerah-merahan hingga abu-abu kecoklatan dengan bagian bawah perut dan ekor berwarna putih. Rusa timor dewasa mempunyai panjang badan berkisar antara 195-210 cm dengan tinggi badan mencapai antara 91-110 cm. Rusa timor (Cervus timorensis) mempunyai berat badan antara 103-115 kg walaupun rusa timor yang berada dipenangkaran mampu memiliki bobot sekitar 140 kg. Ukuran rusa timor ini meskipun kalah besar dari 90 sambar (Cervus unicolor) namun dibandingkan dengan rusa jenis lainnya seperti rusa bawean, dan menjangan, ukuran tubuh rusa timor lebih besar. Rusa jantan memiliki tanduk (ranggah) yang bercabang. Tanduk akan tumbuh pertama kali pada anak jantan saat umur 8 bulan. Setelah dewasa, tanduk menjadi sempurna yang ditandai dengan terdapatnya 3 ujung runcing.Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan hewan yang dapat aktif di siang hari (diurnal) maupun di malam hari (nokturnal), tergantung kondisi habitatnya. Rusa timor sebagaimana rusa lainnya termasuk hewan pemamah biak yang menyukai daun-daunan dan berbagai macam buah-buahan Rusa memakan berbagai bagian tumbuhan mulai dari pucuk, daun muda, daun tua, maupun batang muda.Umumnya rusa timor bersifat poligamus yaitu satu penjantan akan mengawini beberapa betina. Rusa betina mempunyai anak setiap tahun dengan sekali musim rata-rata satu ekor anak. Reproduksi : Perkawinan dilakukan oleh rusa jantan dominan terhadap betina-betina dikelompoknya. musim kawin berlangsung pada kisaran bulan juni - juli, lama bunting kisaran 8 bulan.setiap kali reproduksi hanya 1ekor anakan sajalah yang dihasilkan oleh tiap indukan betina. anak tersebut akan diasuh oleh induknya hanya beberapa bukan saja. 91 BAB V PEMBAHASAN Sistematika merupakan salah satu cabang Biologi yang mempelajari keanekaragaman biologi dalam konteks evolusionair, meliputi taksonomi dan filogenetik (menghubungkan klasifikasi dengan filogeni). Selain istilah sistematik, dalam Biologi kita jumpai juga istilah taksonomi artinya cabang Biologi yang membahas tentang pengelompokan makhluk hidup. Taksonomi merupakan identifikasi dan klasifikasi spesies untuk menyusun organisme dalam kategori yang mencerminkan filogeni. Sedangkan klasifikasi adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan persamaan ciri, cara hidup, tempat hidup, daerah penyebaran, dan genetis atau kegiatan untuk mengelompokkan hewan berdasarkan ciri-ciri yang menggambarkan hubungan kekerabatannya . Menurut pengelompokkan lama berdasarkan pemilihan nama vertebrae (ruas tulang belakang), hewan dibagi atas kelompok invertebrata (in = tidak + vertebrae = ruas tulang belakang) dan kelompok vertebrata (beruas tulang belakang). Vertebrata adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang mereka umumnya memiki tubuh simetri bilateral, rangka dalam, dan berbagai alat tubuh. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu bentuk pada saat di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di daratan. Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. 92 Kulit selalu basah, kelembaban kulit, tinggi, tidak tertutupi oleh rambut. Alat ekstremitas berupa dua pasang kaki. Adanya nares (lubang hidung) yang berhubungan dengan rima oris. Pernafasan dengan insang, paru-paru, kulit. Cor terdiri dari tiga ruang, bersifat miogenik. Amphibi termasuk hewan poikiloterm. Fertilisasi diluar tubuh. Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada Anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus Berdasarkan atas ciri kombinasi yang ada, Amphibia yang anggota-anggotanya masih hidup dapat diklasifikasikan kedalam 3 ordo yaitu Apoda (Gymnophiona), Urodela (Caudata), Anura (Salientia). Ordo Apoda, anggota-anggota ordo ini berupa amfibi yang bentuk tubuhnya gilig (silindris), tanpa tungkai atau gelang bahu, tanpa ekor, dan tubuh tampak beralur-alur transversal yang memberi kesan tubuhnya bersegmen-segmen. Dibawah alur-alur dalam kulitnya terdapat sisik-sisik dari bahan tulang. Mungkin sisik itu diwarisi dari moyangnya yang berupa ikan, yang hidup pada jaman karbon. Mata sangat kecil tertutup kulit, tanpa kelopak mata. Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensori. Kelompok ini menunjukkan dua bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Ordo Urodella (Caudata), nama caudata berasal dari cirinya yang berekor sepanjang hidupnya. Tubuh dapat dibedakan atas kepala, leher dan badan, dua pasang tungkai yang lemah, dan ekor. Hewan-hewan dalam kelompok ini secara umum disebut salamander. Larva mempunyai wujud yang mirip sekali dengan hewan dewasa. Salamander tidak memiliki daerah sebaran yang luas, tidak terdapat di alam Indonesia. Spesies yang termasuk dalam ordo ini yang kami identifikasi adalah Salamander Jambul (Cynops pyrrhogaster), Salamander Axofil (Ambystoma mexinum) Ordo Anura, sesuai dengan namanya maka anggota-anggota ordo ini tidak berekor, kepala bersatu dengan badan, tidak berleher, tungkai berkembang baik, tungkai belakang lebih panjang dan lebih besar dari pada tungkai depan. 93 Selaput pendengaran terletak dipermukaan kulit dengan ukuran yang cukup lebar, kelopak mata dapat bergerak. Pada umumnya anggota kelompok ini disebut katak atau kodok. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal. Spesies yang kami amati dan termasuk dalam ordo ini adalah Katak Pesek (Litoria caerulea), Katak Pacmann Cranwell (Ceratophys ornata), Katak Tomat (Dyseophys antongilii), Katak Budget (Lepidobatracus asper), Katak Bibir Putih (Litoria infrafrenata), dan Katak Badut (Xenopus laevis) . Reptilia untuk ordo squamata sesuai dengan namanya, maka semua anggota ordo ini bersisik (squama=sisik),bentuk dan susunan itu berbeda antara berbagai kelompok. Pada sebagian besar ular, sisik ventral tubuh tertutup oleh satu deret sisik ventral yang melebar kearah transversal. Pada golongan tokek, sisik-sisik itu mereduksi atau berubah menjadi teberculum dan dinamakan sisik granular. Pada kelompok lain, sisik-sisik mengalami modifikasi menjadi spina. Pada ordo ini kami mengamati spesies, Tokek Phelsuma (Phelsuma madagascariensis), Kadal Duri, dan Biawak Tegu (Tupinambis teguixin). Ordo Testudines , mencakup semua jenis reptil yang dalam kehidupan sehari-hari disebut kura-kura. Dipandang dari tempat hidupnya kura-kura dibedakan atas : kura-kura darat, kura-kura air tawar, dan kura-kura air laut (penyu). Ordo Testudinata dibedakan atas dua subordo berdasarkan atas cara melipat leher dan kepalanya yaitu Cryptodira dan Pleurodira. Hewan-hewan dalam kelompok ini mudah dikenal dari bentuk tubuhnya yang menyarupai kotak dan disebut theca, terdiri atas bagian dorsal (carapas) dan bagian ventral (plastron). Kedua bagian tersusun atas dua lapisan bahan yaitu : bahan tanduk tipis bagian luar, terdiri atas kepingan-kepingan yang disebut lamina. Pada ordo ini kami mengidentifikasi dari spesies Kura Kura Ambon (Cuora amboinensis). Ordo crocodilla, mencakup hewan-hewan reptil yang tubuhnya paling besar diantara reptil-reptil yang masih hidup. Panjangnya dapat mencapai 9 meter. 94 Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk (scuntum). Didaerah punggung sisiksisik itu tersusun teratur berderet-deret kearah transversal dan mengalami penulangan berbentuk perisai dermal. Sisik-sisik pada bagian dorsal itu beruas, pada bagian lateral bulat, dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi gigi-gigi runcing, yang digunakan untuk memegang atau mencabik-cabik makanan atau mangsanya. Gigi-gigi itu tidak sama besar, deretan depan lebih besar dari pada deretan belakang. Semua gigi dapat tanggal, tetapi selalu diganti dengan gigi yang baru. Akar gigi berbentuk kerucut dan tertanam didalam rahang. Jumlah gigi pada tulang premaxilli biasanya lima buah. Mata kecil, terletak dibagian kepala yang meninjol doso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata (membrana nictitans), penglihatan tajam. Lubang telinga terletak dibelakang mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang itu nampak sebagi celah. Aves berevolusi selama radiasi reptilia yang sangat hebat pada zaman Mezoikum. Telur amniotik dan kaki bersisik adalah ciri khas reptilia yang kita temukan pada burung. Akan tetapi burung modern tampak berbeda karena memiliki bulu dan bisa terbang. Karakteristik burung secara umum, merupakan hewan endotermik. Mereka menggunakan panas metabolismenya sendiri untuk mempertahankan suhu tubuh yang konstan. Makanan tidak dikunyah di dalam mulut, tapi di dalam empedal. Burung memiliki mata yang sangat tajam. Adaptasi burung yang paling jelas untuk terbang adalah sayap. Beberapa burung seperti Rajawali atau Elang memiliki sayap yang diadaptasi untuk meluncur hanya dengan bantuan udara dan tiupan angin. Aves adalah salah satu kelas dari vertebrata dimana tubuh ditutupi oleh bulu yang diketahui sebagai fosil dari Archeopteryx, pada akhir masa Jura dan menjadi satu-satunya wakil dari anak kelas Archeornithes. Semua burung lainnya (termasuk fosil). Tergolong dalam anak kelas Neornithes. Wakil dari kedua bangsa yang masih hidup adalah Palaeognathae (raties) dan Neognathae. Ciri-ciri yang membedakan antara lain bulu, tulang garpu, kaki depan yang berkembang sebagai sayap. Berkaki dua dan homoetermik, telur bercangkang dan tidak bergigi 95 kecuali pada Archaeopteryx dan dua marga fosil lainnya. Memiliki kulit tepi rahang yang terkornifikasi menjadi paruh yang beragam bentuknya. Spesies Aves yang kami temukan yaitu Bangau Tong-Tong (Leptopilos javanicus) yang termasuk dalam ordo Ciconiiformes karena tungkai, leher, paruh panjang. Kakinya mempunyai selaput untuk mengarungi air dangkal. Bulu berwarna hitam dan putih. Tubuh bagian bawah dan kalung leher berwarna putih, kepala botak, leher dan tenggorokan berwarna merah jambu. Selain itu, kami menemukan spesies Pelikan (Pelecanus conspicillatus) yang termasuk dalam ordo Pelecaniformes karena kaki pendek dan kuat serta berselaput. Memiliki paruh panjang dan berkantung. Nuri Abu-Abu (Agapornis cana) yang termasuk ordo Psittaciformes karena struktur kakinya terdiri dari dua pasang jari kaki yang sepasang menghadap ke depan dan lainnya menghadap ke belakang. Mamalia adalah kelas dari vertebrata yang berasal dari zaman Triasik. Bentuk masa kini bercirikan adanya rambut tubuh dan sekresi susu yang biasanya melalui kelenjar susu. Homoioterm, dengan diafragma yang digunakan dalam vertilisasi paru-paru. Rahang bawah terdiri dari sepasang tulang (bergigi). Gigi bertipe heterodon, dan terdapat daun telinga. Pada kelas mamalia terdapat beberapa bangsa yang telah punah. Mamalia merupakan salah satu dari kelas vertebrata yang memiliki sifat homoitherm (berdarah panas). Ciri khas mamalia, yakni mempunyai kelenjar susu, melahirkan anak serta memiliki rambut. Mamalia hidup di berbagai habitat mulai dari kutub sampai daerah equator dari dasar laut sampai utan lebat dan gurun pasir. Ciri dari mamalia tubuhnya diliputi bulu atau rambut yag lepas secara periodic. Kulit mengandung kelenjar, aitu kelenjar sebacius, keringat, baud an susu. Cranium atau tulang tempurung kepala memiliki 2 occipitale condyle, vertebrae leher erdiri dari tujuh ruas, ekor panjang dan dapat digerak- gerakkan. Regionalis (bagian dari hidung umunya siindris, mulut mengandung gigi yang tertanam daam kantong (alviola). Memiliki 4 kaki, memiliki jantung sempurna, pernafasan hanya dengan pulmo (paru- paru), larynx mempunyai tali suara, memiliki musculus diaphragmaticus yang sempurna memisahkan vesica urinaria, memiliki 12 nervi cranialis, otak berkembang baik. Suhu tubuh yang tetp 96 (homoiotherm). Hewan jantan memiliki alat kopulasi berupa penis, testis. Fertilisasi terjadi di dalam tubuh. Mamalia memiliki pola warna yang dibedakan atas warna bagian dorsal dan warna bagian ventral, pola warna tersebut berbeda antara pesies satu dengan yang lainnya. Selain itu sebagian mamalia memiliki pola warna tertentu pada tubuhnya, pola warna itu tersusun belang- belang, bercak- bercak atau bintikbintik. Pola warna bagian ekor juga sangat penting untuk dijadikan dasar identifikasi dan pengenalan bagi hewan yang bersangkutan. Ekor sering mempunyai dua warnayang susunannya berbeda- beda, misalnya satu warna di bagian dorsal dan warna yang lain di bagian ventral. Praktikum Kerja Lapangan kali ini dimaksudkan agar praktikan lebih mengenal jenis-jenis aves dan mamalia. Tempat yang digunakan sebagai obyek adalah Kebun Binatang Gembiro Loka, Yogyakarta. Praktek ini dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 19 Desember 2012. Adapun yang diamati adalah hewan yang termasuk ke dalam aves dan mamalia,selain itu juga mengamati classis amphibia dan classis reptilia. Dari praktek kerja lapangan kali ini praktikan dapat mengelompokkan jenis-jenis hewan yang tergolong aves dan mamalia. Dari pengelompokkan tersebut, kita dapat mengetahui perbedaan morfologi, ciri spesifik, jenis makanan, perilaku, dan reproduksi antar spesies baik aves atau mamalia. Kudanil, Sapi, Babi Hutan, Kapibara, Tapir, Nilgai, Owa Kalimantan, Lutung Jawa, Simpai Putih, Orang Utan, harimau Sumatera, Kuda, Kijang dan rusa Timor. Sedang yang kami amati adalah Kakaktua Tanimbar, Alap-Alap Sulawesi, Simpai Putih dan Kijang Dari beberapa spesies dari Classis Mammalia yang diidentifikasi di Kebun Binatang Gembira Loka ternyata ternyata banyak ditemukan persamaan antara satwa satu dengan yang lain, maka dari itu dapat dikelompokkan menjadi beberapa ordo. Ordo yang ditemukan pada Classis Mammalia antara lain: 1. Ordo Artiodactyla Ordo Artiodactyla merupakan golongan Mammalia bertelapak genap, kaki panjang yang beradaptasi untuk pergerakan yang cepat, jari kaki unguligrade, jari no 3 dan 4 selalu berkembang sama panjang, jari kaki pinggir telah 97 tereduksi, mempunyai perut yang besar dan kompleks dengan 2 atau 4 ruangan, mempunyai sepasang tanduk. Tersebar luas kecuali di Australia dan Selandia Baru, namun sekarang mulai diintroduksikan. Ordo Artiodactyla contohnya Nilgai (Boselaphus frogocamelus), Kuda Nil (Hipopotamus amphibious), Kijang, Rusa Timor 2. Ordo Primata Yang termasuk Ordo Primata ini adalah Lutung Jawa. Ordo ini mempunyai ciri-ciri yaitu hampir semua jenis primata adalah omnivora dan aboreal dan hanya sedikit yang terrestrial dan insektivora. Anggota badannnya mudah digerakkan, berjalan dengan merapatkan seluruh telapak kakinya. Jari-jari tangan dan kaki berjumlah 5 buah dan diakhiri dengan kuku dan ibu jarinya dapat digerakkan ke belakang. Otak dan mata berkembang baik, penyebaran ordo ini terutama di daerah tropis. Lutung Jawa termasuk dalam Famili Hylobatidae karena merupakan jenis kera tak berekor, lengannya panjang khusus untuk gerak mengayun, rambutnya sangat halus, penyebaran di Asia Tenggara. 3. Ordo Carnivora Beruang Madu (Helarctos malayanus) termasuk dalam Ordo Carnivora. Ordo ini mempunyai ciri-ciri merupakan hewan pemakan daging yang hidup terrestrial, kakinya berjari 5, kadang-kadang 4 dan bercakar. Taringnya kuat dan tajam, gerahamnya runcing, hewan ini beradaptasi radial, di seluruh dunia kecuali pulau-pulau tertentu yang terletak di tengah samudera. Termasuk dalam Famili Ursidae yang mempunyai ciri-ciri pendek, kebanyakan dapat memanjat pohon. 4. Ordo Perissodactyla Nama ordo ini berasal dari kata Perisso = ganjil, dactylus = jari, sehingga hewan ini memiliki telapak dengan jari-jari berjumlah ganjil. Berjalan dengan ujung jari (unguligrade), bersifat herbivore, tidak memiliki kantung empedu, kepala umunya bertanduk, kulit berambut jarang dan tebal, penyebarannnya terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, Afrika dan Asia Selatan. Yang termasuk dalam ordo ini adalah Zebra (Equus zebra), Tapir, Kuda. 98 5. Ordo Rodentia Kelompok ordo ini memiliki ciri – ciri berjari lima (pentadactyla) , yang bergigi taring, gigi seri berbentuk pahat (dapat tumbuh terus). Contoh pada ordo ini Kapibara (Hydrochoerus hydrochaeris) Mamalia yang memiliki satu warna pada rambutnya baik bagian dorsal, ventral ataupun pectoral yaitu, Nilgai (Boselaphus frogocamelus) dan Capybara (Hydrochoerus hydrochaeris). Mamalia yang memiliki warna rambut yang berbeda- beda tiap bagian dorsal, ventral ataupun pectoralnya adalah spesies Kuda Nil (Hippopotamus amphibius), sedangkan yang memilki pola khusus adalah Zebra (Equus zebra) yaitu garis atau belang hitam-putih sesuai dengan rujukan Jasin (1989), menyatakan bahwa hampir semua tubuh mamalia tertutup dengan kulit yang berambut banyak atau sedikit. Tubuhnya diisolasi oleh pembungkus (bulu/rambut dan sub cutan yang berlemak). Warna rambut tergantung pada butirbutir pigmen yang terdapat dalam cortex (hitam, coklat, merah, dan kuning). Warna biru disebabkan karena kombinasi efek pigmen dan gejala interferensi sinar dari cortex cuticula. Pada spesies mamalia yang kami identifikasi di Kebun Binatang Gembiroluko ada yang seluruh tubuhnya hanya didominasi oleh satu warna rambut tetapi juga ada yang terdiri dari beberapa warna anatra bagian dorsal, ventral atau pectoral berbeda dan ada pula yang berpola khusus. Pada spesies mamalia yang kami identifikasi di Kebun Binatang Gembiroluko memiliki glandula mammae yang letaknya berbeda- beda. Spesies yang glandula mammae-nya terletak di bagian pelvis yaitu Zebra (Equus zebra), Nilgai (Boselaphus frogocamelus), Capybara (Hydrochoerus hydrochaeris), Kuda Nil (Hippopotamus amphibius), sedangkan yang terletak di pectoral yaitu Lutung Jawa dan Orang Utan sesuai dengan rujukan Radiopoetra (1996), menyatakan bahwa mamalia adalah hewan yang memiliki glandula mammae yang menghasilkan air susu yang diberikan pada anaknya sebagai minuman pertama setelah lahir. Mamalia juga termasuk manusia atau Homo sapiens. Homo sapiens memilki sepasang glandula mammae dan terdapat pada dinding ventral thorax. Semua spesies mamalia yang kami identifikasi di Kebun Binatang Gembiroluko memiliki ukuran tubuh yang besar yaitu berat badannya lebih dari 5 99 Kilogram (Kg). Sesuai dengan rujukan Campbell (2003), menyatakan bahwa ordo Artiodactyla merupakan golongan mamalia mempunyai kuku dan jumlah jari kaki yang genap, tiap kaki terdapat 2-4 jari, kaki panjang yang beradaptasi untuk pergerakan yang cepat, jari kaki unguligrade, jari no.3 dan 4 selalu berkembang sama panjang, jari kaki pinggir telah tereduksi, mempunyai perut yang besar dan kompleks dengan 2 atau 4 ruangan, mempunyai sepasang tanduk. Tersebar luas kecuali di Australia dan Selandia Baru, namun sekarang mulai diintroduksikan. Contoh mamalia yang termasuk ordo Rodentia yaitu Capybara (Hydrochoerus hydrochaeris) sesuai dengan rujukan Campbell (2003), menyatakan bahwa ordo Rodentia mempunyai ciri-ciri tubuhnya berukuran kecil, mempunyai gigi seri sepasang yang khas berbentuk pahat, besar, kuat, dapat tumbuh terus, makanannya tumbuh-tumbuhan, kaki dengan 5 jari dan bercakar, tidak memiliki taring, dan hidup pada berbagai macam habitat. Yang termasuk dalam ordo Perissodactyl adalah Zebra (Equus zebra), Tapir Brazil (Tapirus terastris) sesuai dengan rujukan Campbell (2003), menyatakan bahwa ordo Perissodactyl memiliki telapak dengan jari-jari berjumlah ganjil. Berjalan dengan ujung jari (unguligrade), bersifat herbivore, tidak memiliki kantung empedu, kepala umunya bertanduk, kulit berambut jarang dan tebal, penyebarannnya terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, Afrika dan Asia Selatan. Tipe gigi yang kami amati adalah tipe salendont yaitu kebanyakan pada ordo artiodactyla terdapat pada Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus muntjak), gigi tipe lophodont kebanyakan terdapat pada herbivore contohnya Zebra (Equus zebra), Tapir Brazil (Tapirus terastris), Capybara (Hydrochoerus hydrochaeris). 100 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Para ilmuwan mengklasifikasikan hewan menjadi dua kelompok besar yaitu hewan bertulang belakang (vertebrata) dan hewan tanpa tulang belakang (invertebrata). 2. Praktikum kerja lapangan yang kami lakukan di Kebun Binatang Gembira Loka bertujuan untuk mempelajari bagian-bagian luar tubuh Aves dan Mamalia yang penting untuk diidentifikasi. 3. Mamalia adalah hewan yang mempunyai glandula mammae yang biasanya terdapat didaerah pectoral dan disekitar pelvis yang berfungsi untuk menyusui anaknya yang masih muda. 4. Dalam mengidentifikasi classis Aves dan Mamalia dapat dilakukan dengan mempelajari anatomi kerangkanya maupun morfologinya. 5. Spesies Aves yang diamati adalah pelikan, bangau tong-tong, kakatua jambul kuning, kakatua maluku, burung hantu, kakatua raja, alap-alap sulawesi, kakatua tanimbar, nuri abu-abu afrika dan nuri kabate. 6. Ciri- ciri Aves yang penting untuk diidentifikasi adalah bulu, paruh, sayap, jari, cakar, kaki dan ekornya. 7. Ciri- ciri Mamalia yang penting untuk diidentifikasi adalah pola warna, ukuran tubuh dan letak glandula mammae. B. SARAN 1. Sebaiknya praktikan disediakan buku pedoman tambahan agar praktikan sudah mempunyai bayangan awal sehingga mempermudah kerja PKL. 2. Seharusnya dalam proses ini, praktikan harus senantiasa dibimbing karena banyak praktikan yang keluar dari tujuan mereka melakukan PKL. 3. Sebaiknya ketika PKL, Praktikan dan asisten menjalin hubungan komunikasi yang bagus dan santun sehingga kegiatan PKL lebih menyenangkan baik di mata, pikiran dan hati. 101 4. Seharusnya praktikan lebih bisa bersikap ilmiah dengan cara selalu aktif bertanya mengenai objek yang kita amati. (memanfaatkan asisten-asisten yang ada). 102 DAFTAR PUSTAKA Brotowidjoyo, Mukayat. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga Campbell, Neil A. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga Claude. 1988. Struktur Vertebrata. Bandung : Widya Utama. Delita. 2009. Sistematika Hewan Vertebrata. (http://www. Makalah Biologi Pendidikan.com) Dharma. 2009. Laporan Praktikum http://dhamadharma.wordpress.com. Fisiologi Hewan Air. Djarubito, Mukayat.1990. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta Djuhanda, Tatang. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I. Bandung : Armico. Iskandar, D. T. 2000. Buaya dan Kura-kura Indonesia. Bogor: Puslitbang Biologi LIPI Jasin, Maskoeri. 1989. Sistematika Hewan (Intervertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar Wijaya Nalbandov. 1990. Biologi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press. Riki. 2010. Laporan Pisces. http://rykibio046.blogspot.com. Winda hayati. 2011. Kelas Pisces. http://windahayati14.blogspot