hewan vertebrata di kebun binatang

advertisement
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN SISTEMATIKA
HEWAN VERTEBRATA DI KEBUN BINATANG
GEMBIRA LOKA YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
1 Diah Tri Utari
(A420100145) 12 Desi Khomaria
(A420100161)
2 Riza Fitroh. K
(A420100146) 13 Ratna Kumala .S (A420100162)
3 Nuning Puri. H
(A420100147) 14 Pipit Mentari
(A420100164)
4 Suci Noor. A
(A420100148) 15 Yusufi Adi S.
(A420100165)
5 Aziza karenina
(A420100150) 16 Hevi Al Azizah R (A420100166)
6 Septi Erlinda . D
(A420100152) 17 Nur Fitria. H
(A420100167)
7 Dhiyan stu .W
(A420100154) 18 Ahmad Sidiq
(A420100168)
8 Wahyu Sekti
(A420100155) 19 Novita Dwi. I
(A420100170)
9 Siti Mahmudah
(A420100156) 20 Ganang Abdhul. S (A420100171)
10 Eva Fitria. S
(A420100158) 21 Endang sulastri
11 Linda Puspita. S
(A420200160)
(A420090217)
LABORATORIUM BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kegiatan lapangan ini telah di periksa oleh Asisten Pdan
disah kan oleh dosena untuk melengkapi Latihan IV dan V pada Mata Praktikum
Sistematika Hewan Vertebrata, dengan nilai Laporan ..............
Surakarta, Desember 2012
Dosen Praktikum/Asisten
(..................................................)
ii
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena
dengan rahmat dan karuniaNya kita dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja
Lapangan Sistematika Hewan Vertebrata pada Classis Aves dan Mammalia yang
dilaksanakan hari Minggu tanggal 19 Desember 2012 di Kebun Binatang Gembira
Loka Yogyakarta dengan baik. Laporan Praktek Kerja Lapangan ini disajikan
secara terperinci dan sistematis disertai gambar-gambar yang relevan mengenai
ciri-ciri dari Classis Aves dan Mammalia sehingga mempermudah dalam
mempelajarinya. Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan untuk mempelajari
hubungan kekerabatan masing-masing spesies dari Aves dan Mammalia serta
mengenal ciri-ciri penting untuk identifikasi. Dalam menyusun laporan ini, kami
banyak mendapat petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Hariyatmi, M. Si, selaku dosen Pembimbing Praktikum
Sistematika Hewan Vertebrata
2. Asisten Praktikum yang senantiasa menemani kami dalam belajar.
3. Rekan-rekan yang membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak
kekurangan, terutama disebabkan oleh kemampuan kami dalam menyusun laporan
yang masih sangat terbatas. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak
akan kami terima dengan hati yang terbuka. Mudah-mudahan hasil laporan PKL
praktikum SHV ini dapat bermanfaat dan dapat mencapai tujuan.
Surakarta, Desember 2012
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB I
: PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................. 2
C. Manfaat ................................................................................................ 3
BAB II
: LANDASAN TEORI .................................................................. 4
BAB III : METODE PELAKSANAAN ..................................................... 11
A. Waktu Dan Pelaksanaan ....................................................................... 11
B. Pelaksanaan PKL ................................................................................. 11
BAB IV : ISI................................................................................................ 13
BAB V
: PEMBAHASAN ......................................................................... 92
BAB VI : PENUTUP .................................................................................. 101
A. Kesimpulan .......................................................................................... 101
B. Saran .................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hal yang melatarbelakangi pengamatan yang telah kita lakukan di
Kebun mengetahui berbagai macam spesies dari Classis Pisces Classis
Amphibia, Classis Reptilia, Binatang Gembira Loka yang terletak di
Yogyakarta mengenai Classis Aves dan Mammalia pada khususnya adalah
untuk mengagumi ciptaan Allah SWT, Classis Aves dan Mammalia dengan
mengidentifikasi masing-masing spesies yang dapat dilakukan dengan
mempelajari anatomi kerangkanya maupun morfologinya yang nantinya kita
dapat membuat klasifikasi dari masing-masing spesies tersebut.
Ciri morfologi Pisces yang bisa diamati yaitu deksripsi dari ikan itu
sendiri, Ciri morfologi pada Amphibia yang dapat kita amati yaitu tentang
bentuk kepala, badan, anggota gerak, dan ada tidaknya ekor. Pada Classis
Reptilia yang kita amati adalah kepala, leher, badan, dan tungkai. Pada Aves
yang dapat kita amati diantaranya bulu, paruh, sayap, kaki, jari, cakar, dan
ekor. Sedangkan ciri morfologi pada Classis Mammalia yang dapat kita amati
adalah pola warna, ukuran tubuh, dan Glandula mammae. Manfaat dari
pengklasifikasian tersebut adalah untuk mengetahui ciri-ciri, hubungan
kekerabatan, interaksinya di lingkungan, mengetahui sifat-sifat unggul
makhluk hidup dengan lingkungannya dapat dimanfaatkan untuk menjaga
keseimbangan ekosistem yang nantinya memberikan manfaat bagi manusia.
Dalam biologi hewan diklasifikasikan kedalam dua kelompok besar, yaitu
hewan Vertebrata dan Avertebrata. Dalam hal ini kami akan membahas
tentang vertebrata khususnya dalam Classis Aves dan Mammalia.
Pentingnya dilakukannya PKL Sistematika Hewan Vertebrata adalah
agar mengetahui hewan-hewan dari Classis Amphibia, Classis Reptilia,
Classis Aves dan Mammalia secara langsung untuk diamati bagian-bagian
dan ciri-ciri khususnya kemudian digunakan sebagai acuan dalam
1
mengidentifikasi. Selain itu karena tidak dimungkinkan melakukan praktikum
di laboratorium karena ukuran hewan yang besar yaitu pada Classis Aves dan
Mammalia, tidak tersedianya hewan-hewan tersebut di laboratorium biologi
UMS.
Praktikum Kerja Lapangan (PKL) Sistematika Hewan Vertebrata
dilaksanakan di Kebun Binatang Gembira Loka dengan pertimbangan karena
wilayah mudah dijangkau dan relatif dekat dengan kampus Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Kebun Binatang Gembira Loka relatif lengkap
koleksi hewannya dibanding dengan kebun binatang yang ada di Surakarta,
wilayah kebun binatang ini juga relatif
luas sehingga mempermudah
praktikan dalam melakukan pengamatan dan pengambilan gambar.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka PKL bertujuan agar
mahasiswa memahami klasifikasi, identifikasi, dan sistematika dari Classis
Amphibia, Classis Reptilia, Classis Aves dan Mammalia yang diamati. Selain
itu mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dengan terjun
langsung di lapangan.
B. TUJUAN
1. Classis Pisces
a. mengenal ciri-ciri Pisces yang penting untuk diidentifikasi.
b. mengidentifikasi beberapa jenis Pisces dan klasifikasinya.
2. Classis Amphibia
a. Mengenal ciri-ciri Amphibia yang penting untuk diidentifikasi.
b. Mengidentifikasi spesies dari Familia Ranidae dan klasifikasinya.
3. Classis Reptilia
a. Mempelajari ciri Reptilia yang penting untuk diidentifikasi.
b. Mengidentifikasi beberapa jenis Reptilia dan klasifikasinya.
4. Classis Aves
Mempelajari bagian-bagian luar tubuh anggota Aves yang penting untuk
identifikasi.
2
5. Classis Mammalia
Mengenal ciri-ciri Mammalia yang penting untuk identifikasi.
C. MANFAAT
1. Untuk mempermudah, mempelajari, mengenali, membandingkan makhluk
hidup khususnya untuk Classis Pisces, Amphibia, Reptilia, Aves, dan
Mammalia.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi dari Classis Pisces, Amphibia,
Reptilia, Aves, dan Mammalia.
3. Untuk mengetahui hubungan kekerabatan dari makhluk hidup, ciri-cirinya,
dan interaksinya dengan lingkungan.
4. Mengetahui sifat-sifat unggul makhluk hidup dengan lingkungannya
untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang nantinya memberikan
manfaat bagi manusia.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Hayati (2011), menyatakan bahwa Kelas Pisces merupakan hewan
berdarah dingin , bernafas dengan insang, tubuh ditutupi oleh sisik dan bergerak
menggunakan sirip. Hidup di air tawar dan air asin (laut). Berdasarkan tulang
penyusun, kelas ini dibedakan atas ikan bertulang sejati (Osteichtyes) dan ikan
yang bertulang rawan (Chondrichetyes).Kalau dilihat dari jumlah spesiesnya yang
dikatakan terbanyak dari vertebrata. Penyebaran ikan boleh dikatakan hamper
diseluruh permukaan bumi ditemukan di air tawar maupun air asin.
Riki (2010), menyatakan bahwa pada sistematika atau taksonomi ada 3
pekerjaan yang biasa dilakukan, yaitu identifikasi, klasifikasi, dan pengamatan
evolusi. Identifikasi merupakan pengenalan dan deskripsi yang teliti dan tepat
terhadap suatu jenis/spesies yang selanjutnya diberi nama ilmiahnya sehingga
diakui oleh para ahli diseluruh dunia. Klasifikasi adalah suatu kegiatan
pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara memberi
keseragaman ciri/sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk
hidup tersebut.
Dharma (2009), menyatakan bahwa selama akhir masa Silur dan awal
masa Devon, vertebrata dengan rahang,anggota super kelas Gnathostomata (mulut
berahang) menggantikan sebagian besar hewan Agnatha Kelas ikan yang masih
hidup ( Chondrichtyes dan Osteichtyes) pertama kali munculpada masa ini,
bersama-sama dengan suatu kelompok yang diberinama Plakoderma (Placoderm)
atau berkulit lempeng yang tidak memiliki keturunanyang hidup.Vertebrata
berahang juga memiliki dua pasang anggota badan yang berpasangan, sementara
hewan agnatha tidak memiliki anggota badan atau hanyamemiliki sepasang.
4
Brotowidjoyo (1990), menyatakan bahwa amfibia adalah vertebrata yang
secara tipikal dapat hidup baik dalam air tawar(tak ada yang di air laut) dan di
darat. Sebagian besar mengalami metamorfosis dari berudu (akuatis dan bernapas
dengan insang) ke dewasa (amfibius dan bernapas dengan paru-paru), namun
beberapa jenis amfibia tetap mempunyai insang selama hidupnya. Jenis-jenis yang
sekarang adalah tak mempunyai sisik luar, kulit biasanya tipis dan basah.
Tengkorak lebar dan tertekan, dengan rongga otak yang kecil. Ada dua kondil
oksipital (Occipetal Condyle). Sabuk-sabuk dada (pektoral) dan sabuk-sabuk
pinggang (pelvik) membantu kaki-kakinya dalam menyokong tubuh.
Prawirohartono (2003), menyatakan bahwa amphibia memiliki mata
yang bulat dengan lensa yang tebal. Misalnya seperti pada burung, lensa mata
katak tidak dapat berakomodasi atau berubah kedudukannya, baik maju atau
mundur. Oleh karena itu, kemampuan penglihatan katak terbatas hanya sampai
pada jarak tertentu. Mata katak memiliki selaput tidur atau selaput kejap atau
membrana niktitans yang terletak pada kelopak mata bawah. Fungsi selaput tidur
adalah menjaga mata dari gesekan waktu berada di dalam air dan agar mata selalu
basah saat berada di darat.
Sugiri (1999), menyatakan bahwa sistem saraf pada katak berfungsi
mengatur penyesuaian diri terhadap lingkungan air dan darat. Indra pendengaran
dan penglihatan berfungsi dengan baik. Mata katak bulat dan dilindungi oleh
kelopak atas dan bawah. Indra pendengaran (telinga) katak hanya terdiri dari
telinga tengah dan dalam. Telinga paling luar berupa selaput gendang telinga atau
membran timpani yang berfungsi menangkap getaran suara. Getaran suara yang
diterima oleh gendang telinga akan diteruskan oleh tulang pendengaran ke tingkap
oval.
Brotowidjoyo(1990),
menyatakan bahwa reptilia adalah vertebrata
dengan kulit kering, tertutup oleh sisik-sisik atu papan-papan epidermal.
Tengkorak biasanya sedikit tertekan lateral, dengan sebuah kondisi oksipetal.
Sabuk-sabuk badan (girdle) tumbuh baik (kecuali pada ular yang tereduksi atau
5
bahkan hilang sama sekali). Vertebrae terbagi dengan jelas menjadi lima bagian:
servial, dada (torakis), lumbar, salial, dan ekor (caudal ). Jari-jari dengan cakar.
Meatus auditori eksternal ada atau tidak ada. Telinga tengah mengandung oksikel
auditori. Mata mempunyai kelenjar air mata yang menjaga agar mata tetap basah.
Otak dengan serebrum yang lebih besar dibandingkan dengan serebrum pada ikan
atau amfibia. Sebagian besar reptilia mempunyai 12 pasang saraf kranial. Reptilia
bernapas dengan paru-paru yang strukturnya lebih kompleks dari amfibia.
Iskandar (2000), menyatakan bahwa reptilia adalah salah satu hewan
kelas vertebrata dalam kelompok hewan yang melata. Seluruh hidupnya sudah
menyesuaikan diri dengan kehidupan darat, tidak membutuhkan air lagi untuk
pertumbuhan embrionya karena tidak memiliki tingkat larva. Kulit diselaputi sisik
keras atau kepingan dari bahan tanduk. Yang bertubuh besar dibawah sisik ada
kepingan tulang, untuk memperkuat daya perlindungan dilengkapi dengan
eksoskelet, ekor panjang, jari-jari bercakar, poikiloterm, bernafas dengan paruparu saja, pembuahan di dalam tubuh dan ovipar. Kromatofora pada beberapa
jenis dapat mengembang dan menguncup sehingga warna kulit berubah sesuai
dengan keadaan lingkungan di dekatnya. Kulit tidak memiliki lendir, memiliki
kloaka, kemih dan beberapa jenis asam urat dalam fase padat bergabung dengan
tinja dan keluar bersama-sama lewat dubur, tidak minum dan menyesuaikan diri
hidup di tempat kering. Terdiri dari empat ordo yaitu Lacertillia (kadal), Ophidia
(ular), Chrocodilia (buaya), Chelonia (penyu).
Djuhanda (1982), menyatakan bahwa reptilia merupakan kelompok
hewan yang hidupnya merayap atau merangkak di dalam habitatnya. Reptil juga
tergolong ke dalam hewan yang berdarah dingin. Beda reptil dan amphibi adalah
melakukan perbiakan di darat. Tubuh reptil ditutupi oleh sisik-sisik atau plot-plot
dari bahan tanduk (horny scales or plates). Reptilia merupakan pemangsa
serangga (insektor). Giginya runcing, sering muncul kelenjar racun. Alat gerak
reptilia berupa kaki. Pada ular kaki sudah hilang. Alat tubuh yang tidak tumbuh
atau menjadi mengecil disebut rudimeter. Ada juga kaki yang berupa sirip untuk
berenang.
6
Djarubito (1990), mengungkapkan bahwa Aves adalah Vertebrata dengan
tubuh yang ditutupi oleh bulu (asal epidermal), sedangkan hewan lainnya tidak
ada yang berbulu. Aves adalah vertebrata yang dapat terbang, karena mempunyai
sayap yang merupakan modifikasi anggota gerak anterior. Sayap pada Aves
berasal dari elemen-elemen tubuh tengah dan distal. Kaki pada Aves digunakan
untuk berjalan, bertengger atau berenang (dengan selaput interdigitalis). Aves
tidak bergigi dan karakteristik tengkorak meliputi tulang-tulang tengkorak yang
berfungsi memperkuat kuat. Paruh berzat dan bertanduk.
Delita (2009), menyatakan bahwa ciri utama kelas Aves (burung) adalah
mempunyai alat penglihatan, alat pendengaran, dan alat suara yang sudah
berkembang dengan baik. Termasuk hewan berdarah panas (homoioteral).
Jantung terdiri dari empat
ruang, dua serambi dan dua bilik yang sudah
berkembang dengan baik. Pembuahan sel telur dan sperma atau fertilisasi terjadi
di dalam tubuh induk atau fertilisasi internal. Terdapat sepasang testis, sedangkan
ovarium hanya satu dan tumbuh dengan baik di sebelah kiri.
Brotowidjoyo (1990), menyatakan bahwa dibanding besar tubuhnya,
kepala merpati kecil. Jari-jari 3 di depan dan belakang. Pada paruh terdapat
penebalan daging pada sisi dorsal dan dasarnya yang disebut sera. Bulu
mempunyai 3 tipe, yaitu: a) bulu kontur (plumae), untuk terbang dan mengandung
sebuah baling-baling (vane) yang tersebar dengan pola tertentu yang disebut
pteril. (b) bulu kapas (plumulae), tidak ada vane, mengandung serabut-serabut
yang tidak terikat satu dengan lainnya dan tersebar di seluruh tubuh. (c)
filoplumae, kecil-kecil dengan batang bentuk benang dan berakhir dengan
beberapa serabut, tumbuh dari sekitar pangkal bulu kontur. Bulu-bulu itu diganti
setiap tahun sehabis musim kawin.
Campbell (2004), menyatakan bahwa pada classis Aves atau burung
tubuhnya ditutupi oleh bulu, sehingga bulu merupakan ciri spesifik pada burung
yang tidak dimiliki oleh kelompok tetrapoda lainnya. Pada hakekatnya bulu
berfungsi sebagai alat untuk terbang, karena burung merupakan perkembangan
7
filogenik dari Reptil yang tidak terbang. Bulu diduga berasal dari modifikasi sisiksisik Reptil yang menjadi nenek moyang burung. Selain itu bulu juga berfungsi
untuk menjaga suhu tubuh burung agar tetap tinggi. Sebelum burung benar-benar
dapat terbang ada suatu bentuk makhluk hidup yang yang sebagian ciri-cirinya
menyerupai burung dan sebagian yang lain menyerupai reptil. Bentuk ini
dipandang atau dianggap sebagai bentuk perkembangan Reptil menuju burung.
Makhluk yang fosilnya ditemukan di Jerman ini diberi nama Archaeopteryx
lithograpicha. Berdasarkan atas kemampuan terbangnya, burung dibagi menjadi
dua kelompok besar yaitu Ratitae yang anggota-anggotanya tidak dapat terbang
karena alat-alat terbangnya tidak memadai. Kelompok kedua adalah Carinatae
yang mencakup burung-burung yang mampu terbang, bahkan ada yang sangat
pandai terbang. Lebih lanjutnya masing-masing kelompok itu dibagi menjadi
beberapa ordo yang jumlahnya tidak kurang dari 30.
Setiadmaja (1990), menyatakan bahwa meskipun burung air yang lebih
besar adalah jenis burung yang umunya berhubungan dengan hutan bakau. Ada
juga komunitas burung-burung tertentu yang lebih kecil, termasuk burung
tekukur, burung pelatuk, burung prenjak, dan burung madu yang menghabiskan
hidupnya di dalam hutan ini. Kira-kira 170 jenis burung tercatat berada di hutan
bakau jawa, meskipun jumlah ini termasuk burung pengunjung sementara dan
jenis-jenis yang ditemuhi di sekitar hutan. Hutan bakau merupakan habitat
potensial yang menarik bagi burung. Produktivitas ekosistemnya bersedia banyak
mangsa binatang kecil untuk burung raja udang dan balet coklat. Bunga bakau
memiliki nectar yang manis yang secara langsung menarik burung dan secara
tidak langsung melalui serangga-serangga yang tertib.
Jasin (1989), menyatakan bahwa Mammalia merupakan Vertebrata yang
tubuhnya tersusun rambut, yang betina punya kelenjar susu yang tumbuh dengan
baik dan berfungsi untuk memberi makanan pada awal pertumbuhan anaknya.
Anggota gerak depan pada Mammalia dapat termodifikasi untuk berlari, menggali
8
lubang, berenang dan terbang. Pada jari-jari terdapat kuku, cakar atau tracak. Pada
kulit terdapat banyak kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Gigi umumnya
mempunyai 4 tipe, yaitu gigi seri, gigi taring, gigi premolar dan gigi molar.
Dibanding dengan Vertebrata lainnya, jumlah tulang tengkorak manusia banyak
yang tereduksi.
Radiopoetro (1996), mengungkapkan bahwa mamalia mempunyai
glandula mammae yang menghasilkan air susu yang memberikan kepada anak
mereka sebagai minuman pertama setelah lahir. Pada umumnya mamalia dapat
dibedakan antara caput, truncus dan caudal. Caput di hubungkan dengan truncus
dengan leher. Rongga badan terbagi dalam : Cavum abdominis, yang dindingya
dilapisi oleh peritoneum. Cavum thoracis yang dindingnya di lapisi oleh pleura.
Cavum pericardii yang dindingnya di bentuk oleh pericardium, antara cavum
thoracis dan cavum abdominis ada diaphragm.
Nalbandov (1990),
menyatakan bahwa bentuk ovarium pada hewan
mamalia sangat bervariasi sesuai dengan spesies. Pada monotokus, ovarium
biasanya bentuknya mendekati bulat telur (ovoid) sedangkan politokus terbentuk
buah berry. Folikel ovarium mengalami tiga tahap pertumbuhan. Pada
embrio,sebagian besar folikel-folikel berupa primer. Folikel-folikel tersebut
membentuknya membentuk lapisan di bawah tunika albuginea dan memili ciri
khusus yaitu ovarium yang terdapat didalamnya, memiliki membrane vtelina.
Ovarium dikelilingi oleh banyak lapisan sel –sel folikel –folikel. Kemudian akan
membentuk lapisin granulose pada folilkel yang masak.
Claude (1988), menyatakan bahwa fertilisasi pada mamalia,pada waktu
kopulasi, sperma yang tersimpan terutama di dalam epidermis di semprotkan oleh
kontraksi mendadak sekitar saluran reproduksi jantan dan bersamaan dengan itu
kelenjar kelamin asesori mengeluarkan sekresinya, Cairan seminal yang
dikeluarkan demikan itu dapat mengandung 400.000000 sperma. Lendir di dalam
cairan seminal berguna sebagai wahana bagi sperma. Setelah semen dideposisikan
dalam vagina, enzim proteoritik mengubah lendir tersebut menjadi caiaran yang
9
lebih encer, agar sperma menjadi sangat motil. Fruktosa merupakan sumber
energy, zat bisa mencegah matinya. Sperma karena asam yang lazimnya terdapat
dalam vagina dan asam lemak tertentu (prostaglandin) menyebabkan kontraksi
otot polos dalam dinding uterus dan tuba kallopi.
Brotowidjoyo (1990), menyatakan bahwa mammalia adalah vertebrata
yang tubuhnya tertutup rambut. Yang betina mempunyai kelenjar mammae ( air
susu ) yang tumbuh baik. Anggota gerak depan ada mamalia dapat bermodifikasi
untuk berlari, menggali lubang, berenang dan terbang. Pada jari-jarinya terdapat
kuku, cakar atau tracak. Pada kulit terdapat banyak kelenjar minyak dan kelenjar
keringat. Gigi umumnya terbagi menjadi empat tipe: gigi seri, taring, premolar,
molar. Dibandingkan dngan kondisi vertebrata lainnya, jumlah tulang tengkorak
mamalia banyak yang tereduksi.
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Minggu, 16 Desember 2012
: 09.00 WIB – 13.00 WIB
Jam
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Kebun Binatang Gembira Loka Yogyakarta.
B. Cara Kerja
1. Mahasiswa mencari spesies yang termasuk Classis Aves 11 species
ditambah Pisces 4 species dan Classis Mammalia, minimal 15 spesies.
2. Mengamati Classis Aves:
a. Mengamati tipe bulu berdasarkan lengkap tidaknya bulu.
b. Mengamati tipe paruh berdasarkan cara makannya.
c. Mengamati tipe sayap berdasarkan fungsinya.Mengamati tipe jari
berdasarkan fungsinya.
d. Mengamati tipe cakar berdasarkan bentuknya.
e. Mengamati tipe ekor berdasarkan bentuknya.
3. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan morfologi Aves.
4. Mendokumentasikan masing-masing spesies dari kelas Aves yang telah
diamati.
5. Mengamati Classis Mammalia:
a. Mengamati pola warna tubuh mamalia bagian dorsal dan ventral
b. Mengamati ukuran tubuh mamalia, proporsional atau tidak
proporsional.
c. Mengamati letak Glandulla mammae pada bagian pektoral, abdomen
atau pelvis.
11
6. Mencatat
hasil
pengamatan
pada
tabel
pengamatan
morfologi
Mammalia.
7. Mendokumentasikan masing-masing spesies dari kelas Mammalia yang
telah diamati.
8. Mengidentifikasi semua spesies yang telah diamati.
9. Membuat klasifikasi dari masing-masing spesies yang diamati.
10.
11. Mendeskripsikan berdasarkan habitat, morfologi dan ciri spesifik
spesies.
12. Mahasiswa mencari semua spesies yang termasuk dalam Classis Pisces
4 species, Amphibia dan Classis Reptilia sepuluh spesies.
13. Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan Pisces, Amphibia
dan Reptilia.
14. Mendokumentasikan masing-masing spesies dari kelas Pisces, Amphibia
dan Reptilia yang telah diamati.
15. Mengklasifikasikan semua spesies yang termasuk dalam Classis Pisces,
Amphibia dan Classis Reptilia tersebut.
16. Mendeskripsikan ciri-ciri dari spesies yang termasuk dalam Classis
Pisces, Amphibia dan Reptilia tersebut.
12
BAB IV
ISI
A. Pisces
1. Arapaima
a. Nama Species :
Nama lokal
: Arapaima
Nama Ilmiah : Arapaima gigas
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Actinopterygii
Osteoglossiformes
Osteroglossidae
Arapaima
Arapaima gigas
:
Arapaima, pirarucu, atau paiche (Arapaima gigas) adalah jenis ikan
air tawar terbesar di dunia yang berasal dari perairan daerah tropis
Amerika Selatan. Ikan Arapaima dapat tumbuh maksimal sepanjang 3
meter dan berat 200 kilogram. Saat ini sudah sangat jarang terdapat
arapaima yang berukuran lebih dari 2 meter karena ikan ini sering
13
ditangkapi untuk dikonsumsi penduduk atau diekspor ke negara lain.
Catatan fosil mendiami sungai amazon sejak zaman jurasic.
2. Aligator spattula
a. Nama Species :
Nama lokal
: Brodick
Nama Ilmiah : Alligator spatula
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Sub Phyllum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Pisces
Lepisosteiformes
Lepisosteidae
Atractosteus
Atractosteus spatula
:
Ikan ini berukuran sekitar 120cm. Ikan ini merupakan ikan
yang berbahaya bagi kita selain jika tergigit kita akan terluka tetapi
juga kotoran ikan ini bisa menyebabkan ikan jenis lain mati karena
pencemaran kotorannya. akibat lain lagi bisa terjadi ketika ikan itu
bertelur, jika kita menyelupkan tangan kita kedalam air tempat ikan
itu bertelur maka kita akan mengalami iritasi kulit. Dan jika kita
makan , ikan itu mengakibatkan kejang-kejang. Alligator Fish yang
terbesar pernah dijumpai adalah di Amerika utara pada ukuran 8
hingga 10 kaki panjang dan berat mencecah sehingga 200 lb (91kg)
14
dan rekod duniater besar pada ketika ini yang pernah ditangkap adalah
279lb (127kg) dan yang pernah ditangkap melalui Bowfishing
(kaedah penangkapan) ialah 365 lb (166kg). Ikan ini juga
berkemampuan untuk bertahan di luar air sehingga 2 jam lamanya.
3. Tiger catfish
a. Nama Species :
Nama lokal
: Ikan Macan/Tiger Cattfish
Nama Ilmiah : Pseudoplatystoma fasciatum
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Familia
Subfamili
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Actinopterygii
Siluriformes
Pimelodidae
Sorubiminae
Pseudoplatystoma
Pseudoplatystoma fasciatum
:
Ikan macan merupakan salah satu jenis ikan yang berukuran
sedang, ukuran panjang tubuhnya dapat mencapai 90 cm. Tubuhnya
berbentuk bulat memanjang, kepalanya besar dan panjang berbentuk
seperti paruh bebek, mempunyai misai 3 pasang berukuran panjang
15
yang melebihi separo panjang tubuhnya. Ikan ini mempunyai mata
berbentuk bulat dan berukuran besar, sirip-siripnya tampak kokoh
dengan duri keras, sirip punggung menyerupai layar perahu, sirip ekor
bercagak yang di bagian atas juga tampak seperti layar. Warna
tubuhnya coklat kehijauan dengan pola-pola garis dan totol-totol
hitam pada tubuh di bagian latero-dorsal dan seluruh sisik-sisiknya.
Perilaku: Ikan macam termasuk jenis ikan yang berperilaku
nocturnal, mencari pakan pada suasana gelap atau pada malam hari.
Misainya digunakan untuk membantu memperoleh mangsa dan
mendeteksi arah datangnya bahaya secara cepat dan akurat. Pada
waktu siang hari ikan ini biasanya tampak melayang di tengah air
yang berdekatan dengan benda-benda di dalamnya, sehingga ikan ini
tampak seperti kayu.
Reproduksi: Ikan
macan
berkembang
biak
melalui
pembuahan eksternal, telur yang dihasilkan akan menempel pada
substrat seperti potongan kayu, ranting atau media tanaman yang ada
di dalam air. Telur-telurnya akan menetas setelah beberapa hari dari
waktu pembuahan.
Pakan: Beberapa jenis mangsanya yaitu antara lain, insekta,
udang, dan ikan kecil.
Habitat: Menyukai habitat yang berbatu dengan tanaman air,
dan suasana gelap. Temperatur air 23-28 0C. Tersebar di Amerika
Selatan bagian utara.
4. Bawal
a. Nama Species :
Nama lokal
: Ikan Bawal
Nama Ilmiah : Colossoma macropomum
16
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Pisces
Cypriniformes
Characidae
Colossoma
Colossoma macropomum
:
Ikan bawal yang telah tersebar dan berkembang serta dikenal
oleh masyarakat Indonesia termasuk jenis (species) Colossoma sp.
Yaitu Colossoma macropomum dan Colossoma bracipomum.Kedua
jenis ikan bawal ini mirip atau identik dengan jenis (spesies) ikan
bawal yang disebut Cachama (Colossoma oculus) yang berkembang
dan hidup di Amerika dan Venezuella.
Morfologi ikan bawal air tawar dari arah samping tubuh
membulat (oval) dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2:1.
Ikan bawal air tawar
memiliki bentuk tubuh pipih dengan
perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4:1. Badan agak bulat,
bentuk tubuh pipih, sisik kecil, kepala hampir bulat, lubang hidung
agak besar, sirip dada di bawah tutup insang, sirip perut dan sirip
dubur terpisah, punggung berwarna abu-abu tua, perut putih abu-abu
dan merah. Warna tubuh ikan bagian atas abu-abu gelap, sedangkan
bagian bawah berwarna putih.
17
B. Amphibia
1. Katak Pesek
a. Nama Species :
Nama lokal
: Katak Pesek
Nama Ilmiah : Litoria caerulea
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Amphibia
Anura
Hylidae
Litoria
Litoria caerulea
:
Panjang tubuh katak dewasa jantan mencapai 7 cm, sedangkan
katak betina panjang tubuhnya mencapai 11,5 cm. Bagian dorsal
tubuhnya berwarna hijau zamrud dengan bintik-bintik agak keputihan
atau keemasan tersebar dari sisi mulut hingga belakang dan bagian
ujung tungkai. Bagian ventral tubuhnya cenderung berwarna putih
susu. Bantalan kaki katak ini cenderung lebih besar. Matanya
memiliki kornea berwarna hitam horizontal, sedangkan beberapa
anggota dari suku Hylidae lain sebagian besar vertikal. Pada bagian
kulit terdapat kutikula yang berfungsi untuk mempertahankan
18
kelembaban tubuhnya. Kulit pada bagian tenggorokan katak jantan
lebih tipis dan berkeriput karena memiliki kantung suara yang
digunakan saat musim kawin tiba, kantung tersebut berwarna abu-abu.
Sedangkan kulit pada bagian tenggorokan dan bagian tubuh lain pada
katak betina lebih tebal seperti berlemak.
Perilaku : Katak ini aktif pada siang dan juga malam hari
(tidak menentu, tergantung keadaan lingkungannya). Pada saat musim
kemarau, katak akan bersembunyi di lubang-lubang tanah, kayu lapuk
dan bebatuan serta melumuri lubang tersebut dengan lender untuk
mempertahankan kelembaban tempet persembunyiannya.
Reproduksi : Kematangan seksual katak jantan maupun
betina kira-kira setelah berumur 2-3 bulan. Musim kawin katak ini
terjadi saat musim hujan. Saat musim-musim tersebut katak jantan
akan bersuara untuk menarik jenis betina. Selanjutnya mereka akan
berpindah ke daerah yang dekat dengan daerah perairan tawar. Katak
betina akan menghasilkan 150-300 butir telur yang akan menetas
setelah berumur 3 hari. katak tersebut setelah menetas akan mulai
bermetamorfosis hingga tubuhnya terbentuk seperti katak dewasa
membutuhkan waktu sampai 2 minggu.
Pakan : Katak ini merupakan jenis hewan pemakan berbagai
jenis serangga (Insektivora), seperti jangkrik, kecoak, kupu, ngengat,
nyamuk dan beberapa jenis serangga lain.
Habitat : Katak ini mempunyai kemampuan yang tinggi untuk
beradaptasi dengan lingkungannya. Tubuhnya mampu mengontrol
evaporasi sesuai dengan keadaan lingkungan. Kemampuan tersebut
dapat terlihat dari permukaan kulitnya. Katak ini lebih suka daerah
yang lembab dan basah, seperti hutan hujan.
19
2. Katak Pacman Cranwell
a. Nama Species :
Nama lokal
: Katak Pacman Cranwell
Nama Ilmiah : Ceratophrys ornata
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Amphibia
Anura
Leptodactylidae
Ceratophrys
Ceratophrys ornata
:
Mempunyai ukuran tubuh yang relatif besar, untuk betina bisa
tumbuh hingga mencapai panjang 11 – 16,5 cm. Punggung katak ini
biasanya memiliki warna hijau dan cokelat gelap, terkadang dengan
warna oranye dan kuning. Skema warna hijau membantu dalam
penyamaran, hewan seperti ini pada daerah yang berlumut atau daerah
pepohonan untuk menghindari pemangsanya atau untuk berkamuflase
saat mencari makanan. Meskipun umumnya tidak aktif, mereka adalah
pemakan yang agresif, dan mampu melompat untuk panjang beberapa
tubuh untuk menangkap mangsa. Katak betina memiliki ukuran yang
20
lebih besar, sedangkan jantan lebih kecil dan memiliki bantalan kulit
jari pada tungkai depan saat dewasa.
Perilaku : Katak ini aktif di malam hari dan istirahat dengan
kelopak mata mereka terbuka, tetapi memiliki mebran pada bagian
matanya (mebran nicktitan) yang menutup untuk melindungi bagian
matanya. Dalam keadaan terdesak atau terancam maka katak akan
melompat kearah lawan atau menggigit lawannya dengan struktur
yang menyerupai gigi pada kedua rahangnya.
Reproduksi : Katak betina mampu menghasilkan telur hingga
2000 butir dan diletakkan pada permukaan air dengan diselimuti oleh
plasma seperti lendir. Telur-telur tersebut akan menetas setelah 2
minggu akan menetas dan menjadi berudu.
Pakan : Mereka termasuk hewan karnivora, makan utamanya
adalah serangga dan hewan berukuran kecil.
Habitat : Katak ini menyukai tempat lembab di dekat sumber
air dan lebih suka bersembunyi diantara rumpu-rumput, daun dan
lumut. Katak ini tersebar di hutan hujan Argentina, Uruguay, dan
Brazil.
3. Salamander Jepang
a. Nama Species
:
Nama Lokal
:
Salamander Jepang
Nama Ilmiah
:
Cynops ensicauda
b. Gambar
:
21
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Ordo
Familia
Genus
Spesies
:
:
:
:
:
:
:
d. Deskripsi
Animalia
Chordata
Vertebrata
Caudata
Salamandridae
Cynops
Cynops ensicauda
:
Panjang tubuh 8-13cm dengan warna dasar tubuh hitam dan memiliki
1-3 garis pada punggung. Tubuh ventral berwarna oranye. Jantan
memiliki warna putih atau krem pada dorsal dan ekor lebih panjang
serta ramping. Hewan ini memakan cacing, jentik nyamuk, plankton
dan berbagai jenis hewan kecil. Reproduksi dari hewan ini sekitar
bulan Maret-Agustus dengan telur berukuran 3-5mm yang menetas
12-15hari kemudian. Habitat hewan ini yakni di perairan tawar yang
tenang atau berarus sedikit mengalir.
4. Salamander Harimau
a. Nama Species :
Nama lokal
: Salamander Harimau
Nama Ilmiah : Tiger salamander
b. Gambar
:
22
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Ordo
Familia
Genus
Spesies
d. Deskripsi
Tanda
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Caudata
Salamandridae
Ambystoma
Ambystoma tigrinum
:
Tiger salamander
adalah
variabel di
seluruh
rentang yang luas, tetapi yang paling umum menandai menyerupai
pola bergaris vertikal dari senama mamalia mereka. Mereka
biasanya berwarna
coklat dengan garis-garis
kuning cemerlang
atau bercak di atas panjang tubuh mereka. Warna dasar mereka,
bagaimanapun, juga
tanda mereka
dapat kehijauan atau
dapat titik-titik
Tebal bertubuh amfibi
abu-abu dan
tanda-
kuning atau bercak-bercak cokelat.
dengan moncong pendek, kaki kokoh, dan
ekor panjang,harimau salamander darat terbesar di bumi. Mereka bisa
tumbuh sampai 14 inci(35 cm) panjangnya, tetapi ukuran rata-rata
lebih seperti 6 sampai 8 inci (15,2-20,3 cm).
Spesies salamander yang paling luas perdarannya di Amerika
Utara, yang hidup di hampir seluruh Amerika Serikat, Kanada bagian
selatan, dan
timur
Meksiko.
Mereka
tinggal
di liang yang
dalam, sampai dengan dua kaki (60 cm) di bawah permukaan, dekat
kolam, danau, atau sungai yang bergerak lambat dan merupakan salah
satu beberapa salamander mampu
Amerika Utara interior.
23
bertahan
dalam
iklim
kering
5. Katak Tomat
a. Nama Species :
Nama lokal
: Katak Tomat
Nama Ilmiah : Dyscophus antongilii
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Amphibia
Anura
Microhylidae
Dyscophus
Dyscophus antongilii
:
Tubuhnya berbentuk oval, agak membentuk segitiga,
ukurannya sedang. Warna kulit tubuh pada bagian dorsal merah
terang, sedangkan pada bagian bawah berwarna oranye. Pada bagian
belakang mata terdapat garis yang terbentuk ke arah belakang dan
terputus pada bagian tengah perutnya. Pada bagian tenggorokan,
ventral leher terdapat bintik-bintik berwarna hitam. Katak tomat
betina memiliki ukuran tubuh lebih besar daripada yang jantan, warna
lebih cerah, sedangkan jantan tampak lebih kecil dan kusam. Bentuk
tubuh dan warna kulitnya yang merah terlihat seperti tomat, sehingga
katak ini disebut katak tomat.
24
Perilaku : Pada saat terancam, maka tubuhnya akan
mengembang sehingga akan berukuran lebih besar dari yang
sebenarnya. Warna kulitnya juga dapat memberi peringatan bahaya,
karena pada saat terancam akan mengeluarkan lender berwarna putih
dan beracun.
Reproduksi : Katak tomat seperti jenis katak lainnya,
membutuhkan media air untuk berkembang biak. Katak tomat juga
berkembang biak saat musim hujan tiba, yang pada umumnya terjadi
pada bulan Februari-Maret. Katak tomat betina meletakkan telur
1.000-15.000 butir, mengambang di permukaan air, dan akan menetas
36 jam kemudian.
Pakan : Katak tomat memakan berbagai jenis serangga kecil
seperti nyamuk, lalat, kumbang, kupu, ngengat dan capung, serta
berbagai jenis Arthropoda tanah.
Habitat : Katak ini dapat ditemukan di daerah dataran rendah
hingga dataran tinggi dengan elevasi mencapai 200 m dpl. Katak ini
menyukai daerah tepian sungai, rawa, kolam dan berbagai tempat
lembab lainnya. Katak tomat merupakan jenis katak endemic dari
Madagaskar. Menurut catatan satwa ini terancam punah, maka
terdaftar di dalam Appendix I.
6. Katak Budget
a. Nama Species :
Nama lokal
: Katak Budget
Nama Ilmiah : Lepidobatrachus asper
b. Gambar
:
25
c. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Amphibia
Anura
Leptodactylidae
Lepidobatrachus
Lepidobatrachus asper
:
Katak ini mempunyai panjang tubuh 9-12 cm, lebar 5-8 cm.
Tubuhnya berbentuk pipih, kepala lebar dengan moncong tumpul.
Warna kulit beragam yaitu kuning muda, hijau, atau coklat. Mulut
lebar, dengan gigi gigi yang tajam. Mata berbentuk bulat, tampak
menonjol, terdapat di bagian atas kepala. Pada katak jantan, di bagian
dagu terdapat warna hitam atau gelap.
Perilaku : Gerakannya lambat, jarang melompat, tetapi katak
ini pandai berenang. Katak jenis ini mengusir lawannya dengan suara
keras, atau menggigit.
Reproduksi : Induk betina bertelur sebanyak 1000-2000
butir yang diletakkan di daun, di daerah perairan yang jernih, suhu
antara 26-27oC.
Pakan : Serangga, cacing, udang, larva ikan, katak kecil,
reptil kecil, kadang juga makan ular kecil.
Habitat : Di perairan tawar yang dangkal, berlumpur. Di
tempat yang lembab. Tersebar di Amerika Selatan.
26
7. Katak Bibir Putih
a. Nama Species :
Nama lokal
: Katak Bibir Putih
Nama Ilmiah : Litoria infrafrenata
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Amphibia
Anura
Hylidae
Litoria
Litoria infrafrenata
:
Ukuran katak ini dapat mencapai panjang lebih 12,7 cm.
Katak betina lebih besar dari yang jantan. Ukuaran katak jantan
biasanya hanya mencapai 10 cm. Warna kulit bagian punggung
biasanya hijau terang, meskipun dapat terjadi perubahan warna oleh
karena perbedaan suhu dan habitatnya. Katrak jenis ini ada juga yang
berwarna coklat. Warna kulit bagian perut putih. Bibir bagian bawah
memiliki garis putih yang nyata, memanjang sampai bagian bahu. Ada
garis-garis putih pada kaki bagian bawah. Pada katak jantan garisgaris putih pada kaki tersebut dapat berubah warna menjadi merah
muda. Katak ini memiliki bantalan kaki, yang membantu untuk
27
memanjat. Jari-jari kaki berselaput yang tampak jelas dan pada jarijari tangan berselaput sebagian.
Perilaku : Katak jantan memiliki suara yang sangat keras.
Ketika musim hujan tiba, musim kawin, suara tersebut berfungsi
untuk menarik betina. Katak betina lebih menyukai suara nyaring dan
keras. Katak ini hidup soliter, tidak berkelompok. Sama seperti katak
lain, katak ini aktif malam hari. saat siang akan bersembunyi di balik
seresah, batu dan lubang pohon.
Reproduksi : Pada waktu musim penghujan tiba maka
perkawinan jenis katak ini terjadi. Katak betina menghasilkan ribuan
telur yang dikumpulkan dalam sarang, bentuknya mirip busa. Telurtelur tersebut diletakkan pada daun atau ranting tanaman dengan
posisi menggantung yang berada di atas genangan air. Hal ini
dimaksudkan jika telur-telur menetas maka larva akan dapat
melangsungkan awal siklus hidupnya di dalam air.
Pakan : Pada umumnya hewan ini memakan berbagai jenis
Arthropoda dan serangga.
Habitat : Habitat asli katak ini adalah daerah hutan hujan,
rawa-rawa. Katak ini menyukai daerah yang lembab, dekat dengan
sumber air. Tersebar di Papua New Guinea, Indoneia bagian timur.
Juga terdapat Timur Laut Queenland, Australia.
8. Salamander Jambul
a. Nama Species :
Nama lokal
; Salamander Jambul
Nama Ilmiah : Cynops pyrrhogaster
b. Gambar
:
28
c. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Amphibia
Caudata
Salamandridae
Cynops
Cynops pyrrhogaster
:
Tempat berair dingin seperti kolam, selokan, dan danau.
Berwarna coklat sampai hitam di bagian dorsal. Terdapat bintik merah
atau orange kemerahan di bagian tubuh dorsal sampai ventral. Selama
musim kawin, salamander ini memperlihatkan kemilau biru
dan
kulitnya terlihat lebih halus. Berkembang biak dengan bertelur.
Makanan berupa serangga, cacing, dan katak kecil.
9. Salamander Axoloti
a. Nama Species :
Nama lokal
: Salamander Axoloti
Nama Ilmiah : Ambystoma mexicanum
b. Gambar
:
29
c. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies
:
:
:
:
:
:
:
:
d. Deskripsi
Animalia
Chordata
Amphibia
Caudata
Ambystomatidae
Ambystoma
Ambystoma mexicanum
:
Habitat di perairan, kadang muncul di permukaan air, tetapi
pada juga yang menjelang dewasa hanya tinggal di dasar air. Memiliki
panjang tubuh kurang lebih 15 cm, warna tubuhnya hitam atau coklat
kepirangan. Bisa menghabiskan masa hidupnya dalam bentuk larva,
memiliki insang yang berada diluar tubuhnya sehingga tampak seperti
tanduk. Bermetamorfosis hanya bila dalam keadaan terpaksa, yaitu
jika
tempat
mereka
hidup
airnya
mengering,
maka
dapat
bermetamorfosis ke bentuk darat. Dan jika sudah berada di air
kembali maka spesies ini dapat kembali ke wujud air. Berkembang
biak dengan cara bertelur. Makanan berupa ikan kecil, larva, dan
cacing.
10. Katak Badut
a. Nama Species :
Nama lokal
: Katak Badut
Nama Ilmiah : Xenopus laevis
b. Gambar
:
30
c. Klasifikasi
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Amphibia
Anura
Pipedae
Xenopus
Xenopus laevis
:
Katak ini ukuran tubuhnya kecil, panjang tubuhnya hanya
dapat mencapai 6-13 cm dengan 0,05 kg. Tubuh nampak gemuk
tertutup kulit berwarna putih, bentuk kepala meruncing, mata
berukuran kecik agak menonjol warna oranye. Jari-jari kaki
mempunyai selaput renang, Warna dasar kulit putih, mata oranye,
cakar jari kaki runcing.
Perilaku : Menyukai hidup soliter, aktif pada malam hari,
hanya saat musim kawin katak ini akan berkumpul dalam jumlah yang
banyak, seperti anggota Anura lainnya menyukai menangkap
mangsanya saat bergerak. Katak ini pandai berenang
Reproduksi : Pembuahan eksternal terjadi di dalam air pada
waktu musim semi dan panas. Jumlah telur yang dihasilkan seekor
betina dapat mencapai 1.000 butir, telur akan menetas 4 hari setelah
dibuahi. Larva katak bernapas dengan insang dan akan berubah
bernapas dengan paru-paru setelah dewasa.
Pakan : Berbagai jenis invertebrata seperti larva capung, larva
ikan, berudu katak lainnya
Habitat : Perairan seperti sungai, kolam, danau dan rawarawa. Tersebar di Afrika Selatan.
31
C. Reptilia
1. Kura-Kura Dada Putih
a. Nama Species :
Nama lokal
: Kura-kura Dada Putih
Nama Ilmiah : Elseya novaegunieae
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Sub Ordo
Famili
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Reptilia
Testudines
Cryptodira
Geoemydidae
Elseya
Elseya novaegunieae
:
Panjang tubuh mencapai 50cm dengan dada berwarna putih. Carapac
berwarna coklat muda hingga coklat tua, tubuh sesuai dengan warna
carapac dan plastron. Bahkan terkadang lebih gelap. Makanan berupa
serangga air, ikan dan udang. Hewan ini mampu menghasilkan 520butir telur. Habitat dari hewan ini di perairan yang tidak dangkal
bahkan di sungai atau rawa.
32
2. Biawak Rotte
a. Nama Species :
Nama lokal
: Biawak Rotte
Nama Ilmiah : Varanus auffenbergi
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Reptilia
Squamata
Teiidae
Varanus
: Varanus auffenbergi
:
Biawak yang mempunyai panjang sampai 60cm, tubuhnya berwarna
abu-abu dengan titik-titik sepanjang tubuh. Biawak ini termasuk salah
satu biawak terkecil. Makanan dari biawak ini adalah aneka serangga,
ketam/yuyu, berbagai jenis kodok, ikan, kadal burung serta mammalia
kecil seperti tikus. Reproduksi hewan ini dengan bertelur atau ovipar.
Habitat hewan ini adalah tepi sungai atausaluran air, tepi danau, pantai
dann rawa-rawa termasuk rawa bakau
33
3. Tokek Phelsuma
a. Nama Species :
Nama lokal
: Tokek Phelsuma
Nama Ilmiah : Phelsuma madagascariensis
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Reptilia
Squamata
Geckonidae
Phelsuma
Phelsuma madagascariensis
:
Habitat di hutan diatas pohon dengan tubuh memiliki warna hijau.
Tubuh terbagi menjadi kepala, leher, badan, tungkai, dan ekor.
Tungkai terdiri dari bagian anterior (ekstremitas anterior) dan
bagian posterior (ekstremitas posterior). Tubuhnya memiliki
bintil–bintil berwarna hitam. Berukuran besar, warna dasar hijau,
pola merah mencolok. Phelsuma madagascariensis aktif bergerak
pada siang hari. Berkembangbiak dengan cara bertelur 2 butir.
Makanan berupa insekta atau serangga.
34
4. Chameleon
a. Nama Species :
Nama lokal
: Bunglon
Nama Ilmiah : Chameleon
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Super Ordo
Ordo
Sub Ordo
Familia
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Reptilia
Squamata
Lacertilia
Iguania
Chamaeleonidae
Chameleon
Chameleon
:
Bunglon salah satu hewan reptil yang tenar dengan
kemampuan mengubah warna, terus terang saya pribadi merasa geli
kalau harus memegang reptil ini, tapi karena banyaknya permaintaan
lewat email saya agar saya mengulas juga tentang bunglon (ternyata
ada juga yang memelihara reptil ini?) karena pengetahuan saya agak
minim mengenai hewan satu ini, maka saya langsung seraching di
internet mencari bahan tulisan dan saya mendapatkan beberapa,
berikut hasil dari perburuan saya tentang bunglon.
35
Bunglon adalah salah satu reptil yang paling terkenal terutama
di daerah penduduk asli benua Afrika dan Madagaskar, ditemukan di
beberapa tempat lainnya di Eropa dan Asia. Ada lebih dari 120 spesies
yang termasuk dalam keluarga bunglon. Yang paling umum bunglon
(Chamaeleo) ditemukan di wilayah Mediterania. Menariknya banyak
yang tidak mengetahui bahwa terjemahan 'bunglon' adalah 'Bumi
Lion/Little singa'. Ada beberapa fakta lain mengenai bunglon yang
saya temukan cukup menarik.
Bunglon memiliki tubuh yang pipih lateral berbasis. Fitur fisik
utama pada bunglon adalah bahwa mereka seperti memiliki hiasan
selain warna yang natural dan tajam, Memiliki puncak, duri dan
tanduk dan mata yang menonjol. Mata mereka memiliki kualitas yang
unik, yaitu bahwa mereka dapat memutar independen. Dalam arti
bahwa sementara satu mata melihat ke depan, yang lain bisa melihat
learah lain secara bersamaan (saya pengen punya yang kaya gitu..). Ini
membantu mereka untuk tetap waspada di lingkungan mereka dan
menyadari bahaya yang mengancam. Kemampuan mereka diketahui
sebagai kemampuan terbaik mereka, dan sering disebut 'teropong'
alam.
Bunglon memiliki satu jari kaki, yang dapat ditemukan di sisi
kakinya. Jari ini bertindak seperti jepitan, dan membantu mereka
untuk mengenali cabang-cabang pohon tempat mereka bertengger.
Mereka memiliki fitur warna-warna cerah dan lidah mereka panjang
dan lengket, yang diperlukan bagi mereka untuk mendeteksi dan
bahkan menangkap mangsanya. Mereka berjalan di dahan sangat
lambat dan hampir tidak bisa berlari cepat meskipun melihat setan,
Mereka memiliki kuku tajam yang membantu mereka untuk
berpegangan dan naik ke permukaan pohon. Bunglon dewasa berganti
kulit mereka setiap 4-5 bulan.
Bunglon memiliki dua lubang kecil sebagai telinga, yang
terletak di dekat mata dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
36
meskipun demikian mereka tidak tuli, mereka dapat mendengar dan
merasakan getaran di udara. Hal ini membantu mereka terhindar dari
bahaya dan juga membantu mereka untuk memburu mangsanya.
Bunglon memiliki gigi yang membantu mereka untuk menggigit
makanan mereka. Mereka menggunakannya untuk menghancurkan
dan
kemudian
mengunyah
makanan
mereka,
kadang-kadang
memecahnya menjadi kepingan sebelum akhirnya menelannya.
Habitat Bunglon : Para bunglon adalah makhluk arboreal,
yang berarti mereka tinggal di pohon. Hal ini karena ini bahwa mereka
biasanya berwarna hijau gelap sehingga mereka bisa berkamuflase
baik dengan lingkungan sekitar mereka. bunglon membutuhkan air
dan sinar matahari untuk kelangsungan hidupnya. Mereka jarang turun
dari pohon kecuali untuk bertelur dan mencari mangsa.
Pakan Bunglon : Bunglon menggemari serangga, mereka
menggunakan lidah mereka untuk menangkap serangga. lidah mereka
adalah fitur utama dari tubuh mereka, karena dirancang khusus dalam
fungsi mereka sebagai bagian mencari nafkah. Ujung lidah mereka
sangat panjang dan lengket. Dan ketika dilepaskan, ukurannya bisa
sekitar satu setengah kali panjang tubuh mereka. Ketika bunglon
melihat mangsa, ia akan fokus mengukur jarak antara dirinya dan
mangsanya. Kemudian ujung lidahnya akan terlontar dan dalam satu
lontaran cepat mangsa akan tertangkap dan itu berlangsung selama
sepersekian detik.
Kemampuan mengubah warna : Kemampuan lainnya dari
hewan ini adalah merubah warna kulitnya sesuai lingkungan atau
tempat tinggalnya. Bertentangan dengan kepercayaan yang, bunglon
tidak memiliki kemampuan bawaan untuk mengubah warna sesuai
dengan keinginannya, faktor eksternal seperti suhu, bahaya dan emosi
(dari bunglon) lebih mempengaruhi kemampuan ini. bunglon ini
memiliki melanophores di dalamnya tubuh yang bertanggung jawab
atas perubahan warna dan mereka sangat sensitif dengan perubahan
37
suhu. Reaksi mereka terhadap suhu panas dan dingin menyebabkan
perubahan warna kulit. Begitu juga dengan kondisi takut, naluri
teritorial dan bahaya akan membuat mereka merubah warna kulit
mereka.
5. Iguana
a. Nama Species :
Nama lokal
: Iguana
Nama Ilmiah : Iguana iguana
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Subphylum
Classis
Ordo
Sub ordo
Familia
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Suaropsida
Squamata
Iguania
Iguanidae
Iguana
Iguana iguana
:
Terdapat semacam duri-duri pada bagian dorsal tubuh dari
bagian pangkal kepala sampai dengan ejung ekor, jenis kelamin jantan
duri-duri lebih panjang. Terdapat semacam gelambir yang juga
mempunyai senacam duri-duri pada bagian ventral leher. Panjang
tubuh tidak lebih panjang daripada ekornya, total panjang badannya
dapat mencapai 200 cm. Anggota tubuhnya sangat kuat, mempunyai
jari-jari yang sangat mendukung untuk memanjat, panjang kaki38
kakinya sekitar 50 cm. Kulit tubuh memunyai pola warna bermacammacam seperti hijau terang, coklat abu-abu atau hitam dan terdapat
warna hitam atau coklat yang menyerupai cincin mengelilingi tubuh
daru pangkal leher ke belakang sampai ujung ekor.
Perilaku: Menyukai berjemur di atas pohon yang berdekatan
dengan air, jika terancam bahaya iguana akan menyelamatkan dirinya
di dalam air. Namun demikian iguana juga dengan baik menyematkan
dirinya dengan cara berlari atau memanjat pohon. Iguana merupakan
reptil yang hidupnya berkelompok.
Reproduksi
:
Pembuahan
secara
internal,
bertelur
sejumlah 20-40 butir yang diletakkan di dalam tanah. Telur akan
menetas pada inkubasi dengan suhu 28-32 oC setelah 65-115 hari.
Pakan: Memakan berbagai jenis serangga, daun-daunan dan
kadal kecil. Di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka
Yogyakarta iguana diberi pakan sayur-sayuran.
Habitat : Di pohon-pohon yang berdekatan dengan air dataran
rendah. Tersebar di Amerika Utara.
6. Ular Sanca Bodo Granit
a. Nama Species :
Nama lokal
: Ular sanca bodo granit
Nama Ilmiah : Python molurus
b. Gambar
:
39
c. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Subphylum
Classis
Ordo
Sub ordo
Familia
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Reptilia
Squamata
Serpentes
Pythonidae
Python
Python molurus
:
Ular sanca bodo granit atau Python molurus, termasuk salah
satu jenis ular yang banyak dipelihara oleh pencinta binatang. Namun
tidak sedikit yang menyadari bahwa ular sanca bodo granit yang biasa
disebut juga sebagai Asiatic Rock Python termasuk salah satu
binatang langka yang dilindungi undang-undang di Indonesia. Ular
sanca bodo (Python molurus) dilindungi berdasarkan PP Nomor 7
Tahun 1999.
Ular sanca bodo granit terdiri atas dua anak jenis (subspesies)
yaitu Python molurus molurus yang dijumpai di India, Bangladesh,
Pakistan hingga Nepal dan Python molurus bivittatus yang hidup
secara alami di Indochina termasuk Indonesia (Sumatera, Kalimantan,
Jawa, Bali, Sumbawa, dan Sulawesi).
Perilaku : Pyton Burma adalah nokturnal (hewan yang hidup
dimalam hari) dan hidup di hutan hujan. Ketika muda mereka tinggal
di rumah yang berada di lubang2 tanah dan di pohon, tetapi ketika
mereka tumbuh dan memperoleh ketebalan badan yang cukup, mereka
cenderung untuk membatasi gerakan mereka, sebagian besar di tanah.
Mereka juga perenang yang sangat baik, karena dapat tetap terendam
sampai setengah jam. Pyton Burma menghabiskan sebagian besar
waktu mereka bersembunyi di semak-semak. Di bagian utara dari
jangkauan pyton burma, selama beberapa bulan, dalam musim dingin,
mereka akan melakukan brumasi di dalam lubang pohon, di lubang2
40
tepian sungai, ataupun di bawah batu. Brumasi secara biologis
berbeda dari hibernasi. Sementara perilaku memiliki manfaat serupa,
khususnya untuk menahan musim dingin tanpa bergerak, itu juga
melibatkan persiapan baik laki-laki dan organ-organ reproduksi
wanita untuk mendatangkan musim kawin.
Burmese pythons bisa mencapai panjang 17 sampai 18 meter
dan berat mencapai 200 Kg atau lebih. Sangat mungkin ular ini dapat
mencapai panjang 10meter pada 18 bulan. Rekor yang tercatat adalah
26 meter
Umur : Burmese pythons dapat mencapai 25 tahun atau lebih
dalam pemeliharaan yang baik.
7. Boa Pelangi
a. Nama Species :
Nama lokal
: Boa Pelangi
Nama Ilmiah : Epicrates cenchria
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Subphylum
Classis
Ordo
Sub ordo
Familia
Genus
Species
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Reptilia
Squamata
Serpentes
Pythonidae
Epicrates
Epicrates cenchria
41
d. Deskripsi
:
Warna dasar coklat merahan, pola lingkaran berwarna hitam pada
seluruh tubuh dan tidak berbisa. Habitat ada di hutan savana, padang
rumput. Reproduksi seperti tikus, pakan berupa mammalia
8. Kadal Duri
a. Nama Species :
Nama lokal
: Kadal Duri
Nama Ilmiah : Triblonotus gracilis
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Sub Ordo
Familia
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Reptilia
Squamata
Scincomorpha
Scincidae
Tribolonotus
Triblonotus gracilis
:
Usia kadal ini sendiri bisa mencapai 10 th. Kadal ini memiliki
keunikan berupa lingkaran berwarna merah di sekeliling matanya.
Ekor kadal ini bisa bisa tumbuh lagi jika putus tapi tentu saja tidak
sesempurna ekor aslinya. Kadal ini memakan jangkrik, cacing dan
serangga lainnya. Jika sudah cukup besar, kadal ini juga bisa makan
pinkies atau bayi tikus. Kadal ini butuh tempat tinggal dengan
42
kelembaban yang tinggi, jadi paling tidak harus disediakan tempat air
untuk minum. Berikan tempat minum yang cukup besar dan berat
supaya bisa dipakai juga sebagai tempat berendam si kadal duri.
Kadal ini bisa di handle, tapi jangan pernah melepaskannya di tanah.
Bakalan jogging tanpa rencana buat ngejar kadal gesit ini. Kadal yang
kecil relatif lebih lincah dibandingkan yang dewasa. Kadal duri mata
merah adalah hewan nocturnal atau hanya aktif di malam hari, jadi
kadal ini tidak terlalu membutuhkan pencahayaan.
Selain yang bermata merah, ada juga kadal duri yang bermata
hitam atau Tribolonotus Novaeguinea. Tampangnya kurang kebih
sama, menyeramkan dan mirip seperti miniatur buaya tapi sepertia
kadal duri mata merah, kadal duri mata hitam juga merupakan jenis
kadal yang amat jinak. Kadal ini juga berasal dari Irian, ukurannya
bisa mencapai 25cm dan usia rata rata bisa mencapai 10 th.
Kadal ini berkembang biak dengan cara bertelur. Kadal ini
mengeluarkan satu butir telur tiap kurang lebih satu bulan sekali.
Telurnya menetas dalam jangka waktu 40 hingga 90 hari, biasanya
telurnya akan menetas dalam rentang waktu saat kadal ini
mengeluarkan telur berikutnya. Ketika baru keluar dari telurnya, kadal
ini hanya berukuran sekitar 7 cm. Kadal ini juga pintar menipu
predator dengan berpura pura mati lho.
9. Ular Sanca Bibir Putih
a. Nama Species :
Nama lokal
: Ular Sanca Bibir Putih
Nama Ilmiah : Leiopython albertisii
43
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Subphylum
Classis
Ordo
Sub ordo
Familia
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Reptilia
Squamata
Serpentes
Pythonidae
Leiopython
Leiopython albertisii
:
Sanca bibir putih betina dewasa memiliki panjang tubuh
mencapai 213 cm, sedangkan jantan memiliki panjang tubuh
mencapai 300 cm. Ular sanca ini memiliki warna tubuh cokelat tua
sampai hitam cerah pada bagian dorsal dari kepala hingga ekor dan
oranye atau cokelat terang di bagian sisi tubuhnya, sedangkan bagian
ventral berwarna putih. Kepalanya sedikit pipih dan melebar pada
bagian belakang, dan bibirnya memiliki warna sisik putih dengan
garis-garis vertical berwarna hitam.
Perilaku : Sanca bibir putih ini merupakan jenis hewan yang
cenderung pemalu, dan tidak agresif. Saat bertemu lawannya atau
predator, mereka akan berlari menjauhinya atau bersembunyi di balik
batu atau seresah di dasar hutan.
44
Reproduksi : Merupakan jenis hewan yang berkembang biak
dengan cara bertelur (ovipar). Sanca betina menghasilkan 8-15 butir
telur dalam satu musim kawin. Telur-telur tersebut berbentuk val
dengan cangkang putih. Masa inkubsinya selama 48 hari. ular-ular
akan menetas dalam waktu hamper bersamaan, dan memiliki panjang
tubuh mencapai 38 cm.
Pakan : Sanca muda memakan mamalia kecil, berbagai jenis
serangga dan bahkan reptile kecil lain saat sudah dewasa.
Habitat : Ular sanca bibir putih dapat hidup di hutan savana,
padang rumput, hutan hujan dan rawa-rawa. Ular ini lebih memilih
hutan yang terbuka, dan dekat dengan air. Jika sewaktu-waktu dalam
keadaan bahaya, dia dapat berkamuflase atau melarikan diri
secepatnya. Ular ini hidup soliter dan teresterial, jarang terlihat di
atas-atas pohon.
10. Kadal Pensil
a. Nama Species :
Nama lokal
: Kadal Pensil
Nama Ilmiah : Lialis burtonis
b. Gambar
:
45
c. Klasifikasi
Kingdom
Phyllum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Famili
Genus
Species
:
:
:
:
:
:
:
:
:
d. Deskripsi
Animalia
Chordata
Vertebrata
Reptilia
Squamata
Pygopodidae
Lialis
Lialis burtonis
:
Panjang tubuhnya mencapai 60 cm, dengan warna kulit
coklat muda, memiliki sisik berwarna hitam yang tersebar tidak
merata
pada
bagian
punggung. Kadal
ini
sangat
berbeda
dengan kadal lain, karena jenis ini tidak memiliki kaki, sehingga
tubuhnya seperti ular. Hewan ini tidak bisa melilit seperti ular, ciri
lain kadal ini dari pada ular yakni adanya kelopak mata sehingga
hewan ini bisa mengedipkan kelopak matanya. Tubuhnya berbentuk
silindris memanjang, mirip ular dengan bentuk kepala meruncing
sehingga mirip pensil.
Perilaku : Kadal ini hidup soliter, tidak bersifat agresif.
Minum dengan cara menjulurkan lidah ke air.
Reproduksi : Merupakan jenis hewan ovivipar, telur menetas
di dalam tubuh. Jumlah anak dalam satu tahun yaitu 1-2 ekor.
Pakan : Lialis burtonis memakan jangkrik, cicak, lalat, dan
ulat bambu.
Habitat : Hewan ini hidup di dasar hutan, mampu memanjat
meskipun kurang baik. Dapat ditemukan di balik seresah daun atau
dibalik batu.Tersebar di Australia dan Papua Nugini.
46
D. Aves
1. Burung Pelikan
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Burung Pelikan
Nama Ilmiah
: Pelecanus conspicillatus
b. Pengambil Data : Endang Sulastri – A420090217
c. Gambar
:
d. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Famili
Genus
Species
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Aves
Pelecaniformes
Pelecanidae
Pelecanus
Pelecanus conspicillatus
:
1) Habitat
Pelikan suka hidup berkelompok dan berenang di danau, rawarawa, sungai, lautan. Mereka muncul umumnya di wilayah hangat,
dan mereka tidak ada di wilayah kutub, laut dalam, kepulauan
samudra, dan daratan Amerika Selatan.
47
2) Morfologi
Pelikan
(Pelecanus
conspicillatus)
memiliki
bulu
tidak
menyeluruh; paruh panjang berkantung, lurus; memiliki sayap
yang panjang, meruncing; jumlah jari 4, rata dan berselaput; cakar
runcing lurus; tipe kaki perenang; ekor pendek, bulat.
3) Ciri Spesifik
Burung pelikan suka berenang di air. Memiliki paruh besar dan
lurus, dilengkapi dengan kait pada ujungnya dan kantong besar.
Paruhnya yang menyerupai kantung tidak seperti jala yang
berlobang tapi sangat lentur dan mudah melar.
4) Perilaku
Burung pelikan merupakan burung yang hidup sosial, berkelompok
dalam jumlah 50 sampai 40.000 berpindah dari tempat yang satu ke
tempat yang lain di daratan. Burung ini suka berenang di air, pakan
utamanya adalah ikan, sambil berenang pelikan menangkap ikan
dengan mudah, karena paruhnya yang bekerja serupa jala
penangkap ikan.
5) Reproduksi
Kopulasi berlangsung segera setelah mendapatkan pasangan dan
berlanjut selama 3 hingga 10 hari sebelum telur dikeluarkan.
Pelikan (Pelecanus conspicillatus) jantan membawakan material
pembuat sarang, lalu yang betina membentuk struktur sarang yang
simpel dari material tersebut. Seekor pelikan mampu bertelur
sebanyak 4 butir, telur berwarna putih dan berukuran besar. Telurtelur itu akan menetas setelah dierami selam 30 hari. Pengeraman
dan pemeliharaan dilakukan oleh induk jantan dan betina secara
baik, yaitu secara bergantian
6) Makanan
Di alam burung pelikan memakan ikan dan cara menangkapnya
dengan cara menyendokan paruhnya kedalam air yang terdapat
48
ikan. Seekor pelikan dalam satu hari mampu memakan ikan seberat
6 kg.
2. Burung Bangau Tong-Tong
a. Nama Species :
Nama lokal
: Bangau Tong-tong
Nama Ilmiah
: Bubulcus ibis
b. Pengambil data : Hevi Al Azizah Riani – A420100166
c. Gambar
d. Klasifikasi
:
:
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Famili
Genus
Species
:
:
:
:
:
:
:
e. Deskripsi
:
Animalia
Chordata
Aves
Ciconiiformes
Ardeidae
Bubulcus
Bubulcus ibis
1) Habitat
Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) membentuk kelompok
dengan bangau lain atau dengan elang bersarang di daerah hutan.
Burung bangau tong-tong suka, mengunjungi sawah, padang
rumput terbuka yang terbakar atau kebanjiran, gosong lumpur dan
mangrove. Tersebar di India, Cina Selatan, Asia Tenggara dan
Sunda Besar.
49
2) Morfologi
Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) memiliki bulu tidak
menyeluruh; paruh panjang, lurus; sayap panjang, runcing; jari 4,
rata; cakar lurus runcing, kaki pejalan, dan ekor pendek, bulat.
3) Ciri Spesifik
Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) mempunyai tubuh
yang sangat besar, panjangnya mencapai 110 cm, dengan tungkai
panjang, lehar panjang dan paruh panjang. Kakinya mempunyai
selaput untuk mengarungi air dangkal. Bulu umumnya berwarna
hitam dan putih. Sayap, punggung dan ekor berwarna hitam, tubuh
bagian bawah dan kalung leher berwarna putih, kepala botak, leher
dan tenggorokan berwarna merah jambu dengan bulu kapas putih
halus pada mahkota. Leher dan muka berwarna kuning, kaki
berwarna coklat kehijauan sampai berwarna hitam. Bangau ini
termasuk burung pendiam, tidak bersuara, selain desisan di sarang,
kepakan sayap dan paruh.
4) Perilaku
Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) sering berkeliaran
terbang sendiri atau berkelompok. Bangau memiliki kemampuan
adaptasi untuk mengarungi air yang dangkal dan rawa-rawa
dengan jari kaki yang berselaput. Kebiasaan hidupnya sendiri atau
berpasang-pasangan. Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus)
mempunyai sifat pendiam, tidak suka bersuara tapi bila diganggu
maka paruhnya akan berderak-derak.
5) Reproduksi
Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) membuat sarang di
pohon yang tinggi, di tepi pantai, tambak. Sarang tersusun dari
ranting-ranting berisi 3-5 butir telur. Telur berwarna putih sebesar
telur itik. Telur dierami oleh induk jantan dan betina bergantian
selama 34 hari.
50
6) Makanan
Bangau Tong-Tong (Leptoptilos javanicus) di habitat aslinya
terutama memakan hewan air tawar, serangga besar, katak, tikus,
kerang, siput dan ikan. Di Kebun Binatang Gembira Loka burung
diberi pakan ikan segar.
3. Burung Nuri
a. Nama Species :
Nama lokal
: Burung Nuri
Nama Ilmiah
: Alisterus amboinensis
b. Pengambil Data : Pipit Mentari – A420100164
c. Gambar
:
d. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Aves
Psittaciformes
Psittacidae
Alisterus
Alisterus amboinensis
:
Burung Nuri merupakan jenis burung yang paling cemerlang
warna bulunya di antara anggota kelompok burung betet. Warnawarna bulu yang dimiliki seperti merah, biru, kuning dan hijau, serta
51
hitam sangat mencolok. Mempunyai panjang tubuh 30-50 cm.
Matanya berwarna kuning, paruh kuning kecoklatan. Ciri spesifik
warana bulu di bagian kepala atas berwarna hitam. Pada ujung
lidahnya terdapat organ mirip benang-benang halus dan pendek yang
berfungsi untuk membantu memakan biji-bijian dan mendapatkan
serbuk sari.
Perilaku : Di habitat aslinya, jenis burung ini hidup
berkelompok, baik sedang bertengger, terbang, dan mencari pakan.
Tempat bertengger lebih menyukai di tajuk pohon pada bagian luar
yang terbuka. Suara gaduk akan dikeluarkan, baik sedang terbang
maupun sedang bertengger, kecuali sedang makan.
Reproduksi: Burung Nuri betina bertelur 3-4 butir, diletakkan
di dalam sarang, telur dierami secara bergantian antara induk jantan
dan induk betina.
4. Kakatua Jambul Kuning
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Kakatua Jambul Kuning
Nama Ilmiah
: Cacatua sulphurae
b. Pengambil Data : Nur Fitria Husnul. K – A420100167
c. Gambar
:
52
d. Klasifikasi
:
Kingdom
:
Phyilum
:
Sub Phyilum :
Classis
:
Ordo
:
Family
:
Genus
:
Species
:
e. Deskripsi
Animalia
Chordata
Vertebrata
Aves
Psittaciformes
Psittacidae
Cacatua
Cacatua sulphurae
:
Habitat : Cacatua sulphurae, hidup di hutan sekunder dan
perkebunan endemik di Sulawesi dan Nusa tenggara. Burung ini
tersebar di pulau Panida lepas pantai pulau Bali.
Morfologi
:
Cacatua
sulphurae,
mempunyai
bulu
menyeluruh, paruhnya berkait, mempunyai sayap panjang, jari
terangkat, jari runcing, tipe kaki bertengger dan mempunyai ekor
pendek. Ukuran panjang tubuh kira-kira 30 cm mempunyai jambul
kuning, mencolok, mata berwarna coklat gelap, paruh hitam, kaki
gelap. Bulu berwarna putih dan sering mengeluarkan suara yang ribut.
Burung tersebut mempunyai paruh atas yang panjang melebihi paruh
bagian bawah. Burung kakatua mempunyai lidah yang diadaptasikan
untuk memakan buah, biji-bijian, Jambul akan ditegakkan dan
diturunkan bila sedang bersuara dan bertengger di pohon.
Ciri Spesifik Spesies : Cacatua sulphurae, merupakan
burung pemakan buah-buahan, biji-bijian, sayuran, serangga dan
larva. Burung betina bertelur jumlahnya di atas tiga butir dan dierami
secara bergantian. Burung ini mempunyai kebiasaan berpegang pada
dahan atau cabang pohon. Burung kakatua hidup berpasangan atau
berkelompok dalam jumlah kecil. Memiliki Jambul berwarna kuning,
jambul ini yang membedakan dengan kakak tua jenis lainnya. Selain
itu warna bulu diseluruh tubuhnya yang berwarna putih menjadikan
ciri khas tersendiri pada burung ini.
53
Jenis Makanan : Di habitat aslinya burung kakatua
memakan buah.buahan, biji.bijian. sayuran. serangga dan larvanya.
Sedangkan di Kebun Binatang Gembira Loka burung kakatua diberi
pakan jagung muda dan kacang goreng.
Perilaku : Burung kakatua hidup berpasangan atau
berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat mencolok ketika terbang
dengan kepakan sayap yang cepat dan kuat. diselingi gerakan
melayang serta saling berteriak. Burung ini mempunyai kebiasaan
berpegang pada dahan atau cabang pohon. Pada musim kawin burung
jantan akan memperlihatkan pada burung betina beberapa gaya seperti
meloncat. mengembangkan sayap. mengangkat ekor. dan berjalan di
depan betina untuk menarik perhatiannya.
Reproduksi : Burung betina bertelur jumlahnya di atas tiga
butir. kemudian diletakkan dilubang pohon tempat burung tersebut
bersarang. Telur tersebut dierami secara bergantian antara burung
jantan dan burung betina.
5. Kakatua Maluku
a. Nama Species :
Nama lokal
:
Kakatua Maluku
Nama Ilmiah
:
Cacatua moluccensis
b. Pengambil Data :
c. Gambar
Ahmad Sidiq – A420100168
:
54
d. Klasifikasi
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Aves
Psittaciformes
Cacatuidae
Cacatua
Cacatua moluccensis
:
Kakatua Maluku atau dalam nama ilmiahnya
Cacatua
moluccensis adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar
52cm, dari genus Cacatua. Burung ini mempunyai bulu putih
bercampur warna merah-jambu. Di kepalanya terdapat jambul besar
berwarna merah-jambu yang dapat ditegakkan. Bulu-bulu terbang dan
ekornya berwarna jingga kekuningan. Burung betina serupa, dan
biasanya berukuran lebih besar dari burung jantan. Daerah sebaran
kakatua Maluku adalah di Maluku bagian selatan. Spesies ini hanya
terdapat di hutan primer dan sekunder Pulau Seram, Pulau Haruku dan
Saparua.
Pakan kakatua Maluku terdiri dari biji-bijian, kacang-kacangan
dan aneka buah-buahan, serta kelapa. Selain itu, kakatua ini suka juga
memakan serangga dari tanah. Kakatua maluku hidup di dataran
rendah antara 100—1.200 m dpl di daerah hutan primer dataran
rendah. Populasinya terus menurun dan saat ini jumlahnya
diperkirakan tinggal sekitar 8.000 ekor saja.
Deskripsi Bentuk : 46-52 cm. Jambul merah-jambu bangbang
tua. Bagian bawah dan bulu terbang berwarna merah-jambu bangbang
tua; ekor bawah jingga kuning dan merah-jambu bangbang tua.
Kelopak matanya putih. Paruhnya berwama hitam. Gerakannya
lambat.
55
Deskripsi Suara : Dapat segera diidentifikasi sebagai suara
kakatua, tapi tidak keras, bernada tinggi, atau parau seperti
kebanyakan jenis kakatua.
Kebiasaan : Sendiri, berpasangan dan kelompok kecil, dahulu
di pohon tidur berkelompok hingga 16 ekor. Umumnya tidak
mencolok, kecuali pada saat terbang ke dan dari lokasi pohon tidur
ketika petang dan menjelang fajar. Walaupun terlihat terbang di atas
kanopi tapi kebanyakan terbang di bawah batas kanopi. Mencari
makan dengan tenang di kanopi dan lapisan tengah kanopi.
6. Burung Hantu
a. Nama Species :
Nama lokal
: Burung Hantu
Nama Ilmiah
: Ketupa ketupu
b. Pengambil Data : Linda Puspitasari – A420100160
c. Gambar
d. Klasifikasi
Kingdom
:
Phyilum
:
Sub Phyilum :
Classis
:
Ordo
:
Family
:
Genus
:
Species
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Aves
Strigformes
Strigdae
Ketupa
Ketupa ketupu
56
e. Deskripsi
:
Habitat : Ketupa ketupu, hidup di luar hutan lahan,
pekarangan, sawah atau pinggiran sungai, tersebar di Asia Tenggara,
Kalimantan, Sumatera, Nias, Jawa dan Bali.
Morfologi : Ketupa ketupu, mempunyai bulu menyeluruh,
paruh berkait, sayap bulat, jari terangkat, cakar runcing, kaki
bertengger dan ekor pendek
Ciri Spesifik Spesies : Ketupa ketupu, merupakan burung
yang mempunyai ukuran panjang 45 cm, berwarna coklat kekuningan
dengan berkas telinga mencolok. Mata berwarna kuning terang, paruh
abu-abu, kaki kuning. Burung hantu pada tengah malam tidak hentihentinya mengeluarkan pekikan dari dalam liang dan mengeluarkan
pekikan sambil terbang mengelilingi sarang, burung hantu mencari
makan dimalam hari, burung ini tidak dapat memutar matanya
sehingga harus memutar kepalanya jika ingin mengikuti gerakan suatu
benda, membuat putaran 2700 bukan suatu masalah. Burung hantu
betina bertelur 1 – 14 butir telur dierami oleh burung betina. Burung
jantan mencari makan masa pengeraman 4 – 5 minggu. Burung hantu
memangsa tikus kecil, reptil, binatang melata, katak, ikan, udang,
cacing tanah, serangga besar
7. Kakatua Raja
a. Nama Species :
Nama lokal
: Kakatua Raja
Nama Ilmiah
: Probosciger aterrimus
b. Pengambil Data : Novita Dwi Indriyani – A420100170
57
c. Gambar
:
d. Klasifikasi
Kingdom
Phyllum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Species
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Aves
Psittaciformes
Cacatuidae
Probosciger
Probosciger aterrimus
:
Habitat : Daerah sebaran burung ini adalah di pulau Irian
dan Australia bagian utara. Jenis burung Kakatua Raja biasa
ditemukan di seluruh dataran rendah pulau Papua. Kelompok pulau
Papua Barat, Kepulauan Aru, P. Yapen, P. Sariba dan P. Misima, dari
ketinggian permukaan laut sampai 750 m (jarang sampai 1300 m) juga
di Australia Utara.
Morfologi : Burung ini mempunyai ciri fisik ukuran tubuh
terbesar diantara kerabat kakatua dengan panjang dari ujung kepala
sampai ujung ekor antara 51 64 cm (sehingga disebut sebagai
Kakatua Raja). Adapun ciri khasnya adalah berbulu hitam keabuabuan sehingga sering pula disebut sebagai Kakatua Hitam.
Kepalanya dihiasi dengan mahkota panjang yang terdiri dari beberapa
helai bulu. Paruhnya berwarna hitam sedangkan kakinya berwarna
abu-abu tua dengan lidah merah agak kehitaman. kulit di muka
58
berwarna merah sampai merah muda polos. Di antara mata dan paruh
terdapat bagian yang tidak berbulu berwarna putih agak jingga sampai
merah tua. Kakatua jantan dan betina memiliki bentuk dan ukuran
hampir sama, namun pada umumnya burung betina berukuran lebih
kecil. Tampangnya bagus dan mudah dijinakkan. Oleh karena itu
burung Kakatua Raja disukai sebagai burung peliharaan atau burung
hias.
Ciri Spesifik : Probosciger aterrimus adalah sejenis burung
Kakatua berwarna hitam dan berukuran besar, dengan panjang sekitar
60cm. Burung ini memiliki kulit pipi berwarna merah dan paruh besar
berwarna kehitaman. Di kepalanya terdapat jambul besar yang dapat
ditegakkan. Paruh burung Kakatua raja tidak dapat tertutup rapat,
dikarenakan ukuran paruh bagian atas dan bagian bawah yang
berbeda. Dan ini berguna untuk menahan dan membuka biji-bijian
untuk dikonsumsi.
Reproduksi : Burung Kakatua Raja berkembang biak sekitar
bulan Agustus. Sarang disusun di dalam lubang pohon, biasanya pada
batang yang sudah mati. Di dasar sarang diletakkan ranting-ranting
kecil sebagai alas. Telur biasanya hanya satu butir dan berwarna putih.
Telur tersebut dierami oleh kedua induk secara bergantian. Enam
puluh hari setelah menetas, anak burung meninggalkan sarang.
Makanan : Pakan burung Kakatua raja terdiri dari biji-bijian.
8. Alap-Alap Sulawesi
a. Nama Species :
Nama lokal
: Alap-Alap Sulawesi
Nama Ilmiah
: Microhierax fringillarius
b. Pengambil data : Yusufi Adi Sujatmiko – A420100165
59
c. Gambar
:
d. Klasifikasi
:
Kerajaan
Filum
Kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Aves
Falconiformes
Falconidae
Microhierax
Microhierax fringillarius
:
Burung ini termasuk carnivora atau pemakan daging. Salah
satu jenis dari alap-alap ini yang populer adalah alap-alap capung. Dia
dikenal karena tubuhnya yang kecil. Burung alap-alap capung
berparuh kecil, berdarah panas, dan seperti burung pada umumnya, dia
membiak dengan cara bertelur. Dikenal sebagai burung karnivora
terkecil di dunia, alap-alap capung dapat ditemukan di kawasan Asia
Tenggara dengan ukuran rata-rata sepanjang 15 cm dengan berat
badan 35 gram. Menurut wikipedia, klasifikasi ilmiah alap-alap
capung yang masih berkerabat dengan elang dan rajawali.
Elang alap sulawesi (Accipiter griseiceps) termasuk raptor atau
burung pemangsa berukuran sedang. panjang tubuhku 33-38 cm.
warna kepalaku abu abu. sementara itu, warna bagian atas tubuhku
berwarna cokelat kemerahan dan bagian bawah berwana putih
bergaris cokelat. aku juga burung endemik sulawesi. aku bisa
60
ditemukan di pulau togian (sulawesi tengah), di pulau muna dan pulau
buton (sulawesi tenggara). aku hidup di hutan primer dataran rendah
sampai gunung dengan ketinggian 2.200 meter dpl. daerah terbangku
luas, sehingga aku sulit sekali ditemukan. ketika sedang menunggu
mangsa, aku bersembunyi di balik daun yang rimbun. aku memangsa
serangga, kadal, burung dan mamalia kecil.
9. Kakatua Tanimbar
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Kakatua Tanimbar
Nama Ilmiah
: Cacatua Goffiniana
b. Pengambil Data : Ratna Kumalasari – A420100162
c. Gambar
:
d. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Aves
Psittaciformes
Cacatuidae
Cacatua
Cacatua goffiniana
61
e. Deskripsi
:
Kakatua tanimbar, Cacatua goffiniana, atau Kakatua goffin,
adalah spesies kakatua asli dan endemik dari hutan kepulauan Laut
Banda di Indonesia. Berat burung ini rata-rata sekitar 350 gram dan
panjang sekitar 31 sentimeter dari kepala hingga ekor. Kakatua Goffin
adalah yang terkecil dari seluruh Cacatuinae. Saat penemuan pertama,
hewan ini tampak seperti kakatua putih dengan sebagian bulu wajah
merah jambu, dan paruh abu-abu pucat. Jantan dan betinanya serupa.
Seperti seluruh anggota Cacatuidae, Kakatua goffin memiliki
jambul, yang berarti hewan ini memiliki sekumpulan bulu pada
kepalanya yang dapat mengambang atau menguncup. Tubuhnya
terutama tertutup oleh bulu-bulu putih, dengan bulu berwarna salmon
atau merah jambu di antara paruh dan mata. Bagian dalam (proksimal)
dari bulu jambul dan bulu leher juga berwarna salmon, namun
pewarnaan disini tersembunyi oleh warna putih yang bagian terdapat
di permukaan (distal) bulu-bulu itu. Bagian dalam bulu sayap dan
ekornya menunjukkan warna kekuningan. Antara matanya berwarna
antara coklat hingga hitam. Hewan ini sulit dibedakan dengan Corella
kecil karena penampilannya yang serupa.
10. Nuri Abu-Abu Afrika
a. Nama Species
:
Nama lokal
:
Nuri Abu-Abu Afrika
Nama Ilmiah
:
Agapornis cana
b. Pengambil Data :
Ganang Abdhul Sofi – A420100171
62
c. Gambar
:
d. Klasifikasi
Kingdom
Phyllum
Sub phylum
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Aves
Psittaciformes
Psittacidae
Agaporis
Agaporis cana
:
Nuri abu-abu berhabitat di padang rumput, hutan hingga tepian
hutan. Nuri abu-abu memiliki bulu tidak menyeluruh; paruh pendek,
berkait; memiliki sayap yang panjang, meruncing; jumlah jari 4 (2
didepan, 2 dibelakang), rata; cakar runcing; tipe kaki bertengger
(Passerine), ekor pendek, rata. Bola mata besar dan bersih bersinar
menandakan burung ini memiliki prospek yang cerah apabila
dijadikan burung lomba. Leher panjang berisi menandakan burung ini
akan mengeluarkan power suara secara maksimal. Burung ini
membangun sarang lebih intensif dilakukan oleh betina daripada
jantan. Menggigt-gigit di luar sarang pada cabang-cabang batang.
Bertelur dengan bersarang di lubang pohon. Mengeluarkan telur 3-5
butir tiap sarang. Biji-bijian, sayur-sayuran segar ( kangkung, sawi
putih, jagung muda, asinan), extra fooding ( biji bunga matahari, biji
kedelai, biji kacang merah dan kacang hijau).
63
11. Nuri Kabate/Katsuri Raja
a. Nama Species
:
Nama lokal
:
Nuri Kabate
Nama Ilmiah
:
Psittrichas fulgidus
b. Pengambil Data :
c. Gambar
Dessy Khomaria – A420100161
:
d. Klasifikasi
Kingdom
Phyllum
Sub phylum
Classis
Ordo
Famili
Genus
Spesies
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Aves
Psittaciformes
Psittacidae
Psittrichas
: Psittrichas fulgidus
:
Burung jenis ini memiliki ukuran tubuh terbesar diantara
jenis burung nuri lainnya, panjang tubuhnya sekitar 46 cm. Bulu pada
tubuhnya didominasi oleh warna hitam dan merah. Burung ini aktif
saat siang hari, aktif sehari-hari terlihat sering berpasangan dan
terkadang berkelompok. Reproduksi burung ini mampu menghasilkan
2-3 butir telur, namun pada umumnya hanya 2 butir telur. Makanan
dari burung ini
yaitu jenis biji-bijian, buah-buahan, bungan dan
64
nektar. Habitat burung ibi yakni hidup didaerah hutan dataran tinggi
Papua dengan elevasi 100-1800mdpl.
E. Mammalia
1. Kudanil
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Kudanil
Nama Ilmiah
: Hippopotamus amphibius
b. Pengambil Data : Nuning Puri Handayani– A420100147
c. Gambar
:
d. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Classis
Superordo
Ordo
Famili
Genus
Species
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Mammalia
Cetartiodactyla
Artiodactyla
Hippopotamidae
Hippopotamus
Hippopotamus amphibius
:
Hewan ini hidup di air dengan pola warna bagian dorsal
berwarna hitam dan bagian ventral juga berwarna hitam. Ukuran
tubuh tidak proporsional karena memiliki badan yang besar dengan
ukuran kaki yang pendek dan kecil. Kelenjar susu terletak pada bagian
pelvis. Mempunyai tubuh yang besar tapi kakinya kecil. Mempunyai
gading besar untuk mempertahankan diri. Hidup berkelompok dalam
jumlah sangat besar terkadang sampai 30 ekor. Mencari makan pada
65
malam hari. Sering tidur di lumpur atau di air. Masa kehamilannya 8-9
bulan. Hanya melahirkan satu ekor saja. Umur 3 bulan anak kudanil
akan diajari oleh induknya makan rumput yang sebelumnya hanya
tergantung pada induknya untuk menyusu. Hewan ini termasuk
herbivore, makanannya berupa dedaunan disekitar tempat tinggalnya.
Tipe gigi lophodont
2. Banteng
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Banteng
Nama Ilmiah
: Bos sondaicus
b. Pengambil Data :
c. Gambar
:
d. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Famili
Subfamily
Genus
Spesies
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Mamalia
Artiodactyla
Bovidae
Bovinae
Bos
Bos sondaicus
:
Bos sondaicus, adalah hewan yang sekerabat dengan sapi dan
ditemukan di Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam,
Kalimantan, Jawa, and Bali. Banteng dibawa ke Australia Utara pada
66
masa kolonisasi Britania Raya pada 1849 dan sampai sekarang masih
lestari.
Banteng dapat mencapai tinggi sekitar 1,6m di bagian
pundaknya dan panjang badan 2,3 m. Berat banteng jantan biasanya
sekitar 680 - 810 kg — jantan yang sangat besar bisa mencapai berat
satu ton — sedangkan betinanya lebih ringan. Banteng memiliki
bagian putih pada kaki bagian bawah dan pantat,punuk putih, serta
warna putih disekitar mata dan moncongnya, walaupun terdapat
sedikit dimorfisme seksual pada ciri-ciri tersebut. Banteng jantan
memiliki kulit berwarna biru-hitam atau atau coklat gelap, tanduk
panjang melengkung ke atas, dan punuk di bagian pundak. Sementara,
betinanya memiliki kulit coklat kemerahan, tanduk pendek yang
mengarah ke dalam dan tidak berpunuk.
Banteng hidup dari rumput, bambu, buah-buahan, dedaunan,
dan ranting muda. Banteng umumnya aktif baik malam maupun siang
hari, tapi pada daerah pemukiman manusia, mereka beradaptasi
sebagai hewan nokturnal. Banteng memiliki kecenderungan untuk
berkelompok pada kawanan berjumlah dua sampai tiga puluh ekor. Di
Jawa, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Meru Betiri,
Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Alas Purwo dan Taman
Nasional Baluran menjadi pertahanan terakhir hewan asli Asia
Tenggara ini.
3. Babi Hutan
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Babi Hutan
Nama Ilmiah
: Sus scrofa
b. Pengambil Data : Eva Fitria Sari – A420100158
67
c. Gambar
:
d. Klasifikasi
Kingdom
Phyilum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Mammalia
Artiodactyla
Suidae
Sus
Sus scrofa
:
Habitat : Sus scrofa, hidup di semak belukar dan hutan,
lingkungan yang kering, Asia Tenggara.
Morfologi : Pola warna pada bagian Ventral adalah putih dan
pada bagian dorsal berwarna coklat, Ukuran tubuh Proporsional serta
letak Glandula mammoe pada Pelvis
Ciri Spesifik Spesies : Sus scrofa, merupakan satwa yang
sanggup bertahan hidup pada berbagai macam habitat dan dapat hidup
juga pada kondisi kekurangan sumber pakan. Panjang total 120 - 220
cm, berat 150 kg. Satwa ini sering dijumpai hidup berkelompok dalam
jumlah antara 20 – 30 ekor. Satwa ini sangat agresif untuk memburu
atau melawan adanya gangguan. Satwa ini matang kelamin setelah
umur 4 tahun, bunting 115 hari. Anak yang dilahirkan mencapai 10
ekor atau lebih. Lama hidup mencapai 20 tahun. Pakan berupa sayursayuran, umbi-umbian, ketela rambat di cacah dan dicampur bekatul
yang dicampur hingga rata.
68
4. Kapibara
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Kapibara
Nama Ilmiah
: Hydrochoerus hydrochaeris
b. Pengambil Data : Dhiyan Wahanani – A420100154
c. Gambar
:
d. Klasifikasi
Kingdom
Phyllum
Subphylum
Classis
Ordo
Sub Ordo
Familia
Genus
Spesies
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
e. Deskripsi
Animalia
Chordata
Vertebrata
Mammalia
Rodentia
Hystricomorpha
Caviidae
Hydrochoerus
Hydrochoerus hydrochaeris
:
1) Habitat
Hydrochoerus hydrochaeris habitatnya di padang rumput terbuka,
selalu di tepian sungai, juga di habitat lain dari berbagai variasi di
dalam hutan tropika basah; di wilayah Amerika Selatan. Di hutan
daerah dekat badan air, seperti danau, sungai, rawa, kolam dan
rawa-rawa, serta banjir savana dan di sepanjang sungai di hutan
tropis . Mereka berkeliaran di rumah berkisar dari 25-50 hektar
(10-20 ha).
2) Morfologi
69
Hydrochoerus hydrochaeris mempunyai pola warna tubuhnya
pada bagian dorsal dan ventral berwarna coklat muda. Ukuran
tubuhnya besar dengan glandula mammae yang terletak dibagian
abdomen.
3) Ciri spesifik
Hydrochoerus hydrochaeris adalah coprophagous , yang berarti
mereka makan sendiri tinja sebagai sumber bakteri flora usus dan
untuk membantu mencerna dengan selulosa pada rumput yang
membentuk diet normal mereka dan ekstrak protein maksimum
dari makanan mereka. Selain itu, mereka mungkin memuntahkan
makanan untuk mengunyah makanan lagi, mirip dengan
kunyahan-mengunyah oleh sapi. Jantan memiliki kelenjar bau di
hidungnya yang digunakan untuk mengolesi aroma tubuhnya di
rumput di wilayahnya. Mereka berkomunikasi melalui kombinasi
bau dan suara, yang sangat binatang vokal dengan purrs dan
gonggongan alarm, peluit dan, klik jeritan dan geraman.
4) Perilaku
Hydrochoerus hydrochaeris dalam kegiatannya aktif dilakukan
pada waktu siang hari jika dalam keadaan tidak diburu. Satwa ini
akan berkumpul di dalam kelompok kecil yang mana saat pergi
untuk mendapatkan pakan. Kapibara mempunyai kemampuan
renang yang sangat baik, dengan bagian tubuh berada di bawah
permukaan air sedangkan lubang hidung, mata dan telinganya
berada di atas permukaan air.
5) Reproduksi
Hydrochoerus
hydrochaeris
termasuk
vivipar,
mencapai
kematangan seksual dalam waktu 22 bulan dan berkembang biak
saat kondisi yang sempurna, yang dapat satu kali per tahun atau
sepanjang tahun. Masa kehamilan adalah 130-150 hari dan
biasanya menghasilkan empat bayi capybara, tetapi mungkin
menghasilkan antara dua dan delapan dalam sampah tunggal.
70
Kelahiran ada di tanah dan betina akan bergabung kembali dengan
grup dalam beberapa jam penyampaian baru lahir capybaras, yang
akan bergabung dengan grup.
6) Makanan
Hydrochoerus
hydrochaeris
berdarakan
jenis
makannya
mempunyai tipe gigi lopodont. Pada habitat aslinya Capybara
memakan berbagai jenis tanaman air sebagai sumber pakan
kadang juga memakan umbi-umbian. Di Kebun Binatang Gembira
Loka, Capybara diberi pakan berupa daun-daunan yang tumbuh di
tanah, sayuran, rumput dan ketela, berat pakan yang diberikan
kurang lebih 10% dari berat badannya.
5. Tapir
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Tapir
Nama Ilmiah
: Tapirus indicus
b. Pengambil Data : Wahyu Sekti – A420100155
c. Gambar
:
71
d. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Mammalia
Perissudactyla
Tapiridae
Tapirus
Tapirus indicus
:
Habitat : Tapirus indicus, hidup di hutan tropika, hutan
kayu, kadang di perkebunan; Burma, Thailand, Semenanjung
Indocina, Sumatera.
Morfologi : Pola warna pada bagian Ventral adalah abu-abu,
pada
bagian dorsal adalah hitam putih, Ukuran tubuh hewan ini
Proporsional, dan letak Glandula mammoe pada bagian Pelvis
Ciri Spesifik Spesies : Tapirus indicus, merupakan satwa
berkuku ganjil seperti kuda dan badak yang berukuran besar. Tinggi
bahu 75–120 cm, panjang 180–250 cm, ekor 5–10 cm, berat sampai
300 kg, mempunyai belalai pendek. Warna terbagi dua yaitu hitam
dan putih. Hidup solider, kadang hidup berpasangan. Bergerak cepat,
jarang bisa terlihat. Mencari pakan pada malam hari. Masuk pada
semak belukar atau menenggelamkan dirinya ke dalam air jika ada
predator. Kalau terdesak akan menggigit. Musim kawin bulan april –
mei. Bunting 390 – 395 hari, melahirkan 1 ekor dan diasuh hingga 8
bulan. Anak tapir berwarna coklat dengan garis puti melintang. Pakan
berupa rumput gajah, daun tanaman keras, sayuran, ketela rambat
cacah, bakatul dengan berat 10 % dari berat badannya.
72
6. Nilgai
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Nilgai
Nama Ilmiah
: Boselaphus frogocamelus
Pengambil Data : Diah Tri Utari – A420100145
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phyllum
Subphylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies
:
:
:
:
:
:
:
:
d. Deskripsi
Animalia
Chordata
Vertebrata
Mammalia
Artiodactyla
Bovidae
Boselaphus
Boselaphus frogocamelus
:
1) Habitat
Nilgai ( Bosephalus tragocamelus ) menyukai hidup di padang
rumput, stepa dan hutan kayu, di wilayah negara India.
2) Morfologi
Nilgai ( Bosephalus tragocamelus ) pada bagian dorsal tubuhnya
memiliki warna coklat dan bagian ventral berwarna coklat putih.
Mempunyai ukuran tubuh yang besar. Glandula mammae terletak
di daerah pelvis.
3) Ciri spesifik
Nilgai (Bosephalus tragocamelus) merupakan satwa yang mirip
kuda, tetapi bertanduk ini merupakan anggota keluarga sapi.
Berukuran besar, panjang tubuh 180 sampai 200 cm, tinggi bahu
73
120 sampai 150 cm, panjang ekor 45 sampai 50 cm dengan berat
badan 120 sampai 240 kg. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut,
yang jantan berwarna abu-abu dengan bagian tertentu berwarna
hitam seperti pada rambut panjang dibagian leher atas sampai
kuduk, janggut bawah dan ujung ekor. Nilgai (Bosephalus
tragocamelus) yang betina berwarna coklat dengan bagian leher
atas sampai kuduk, ujung ekor berwarna agak kehitaman. Baik
jantan maupun betina terdapat bercak putih dibawah mata, ekor
dalam, kaki dalam dan pergelangan kaki.
4) Perilaku
Nilgai (Bosephalus tragocamelus) merupakan satwa yang diurnal,
hidup dalam kelompok antara 8 sampai 10 ekor dari dua segmen
kelamin. Tempat tinggal kelompok adalah merupakan daerah
teritorinya, sebagai daerah istirahat, berkubang dan membuang
kotoran. Satwa ini akan berlari kencang jika menghadapi suatu
bahaya yang mengancam kehidupan dirinya dari predator-predator
yang mendatanginya untuk memangsanya.
5) Reproduksi
Musim kawin Nilgai (Bosephalus tragocamelus) terjadi dan
berakhir pada bulan Maret, kemudian induk akan bunting dan
melahirkan anaknya pada bulan Desember. Anak yang dilahirkan
biasanya akan kembar atau dua ekor.
6) Makanan
Di habitat aslinya, Nilgai (Bosephalus tragocamelus) ini memakan
berbagai bagian dari tanaman tertentu seperti ujung-ujung daun,
biji, dan juga memakan rumput-rumputan. Di Kebun Binatang
Gembira Loka, diberi pakan berupa rumput kolonjono, daun
kacang, katul dengan kuantitas berat pakan 10% dari berat
badannya setiap diberikan.
74
7. Zebra
a. Nama Species :
Nama lokal
: Zebra
Nama Ilmiah : Equus zebra
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phyllum
Sub phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Mammalia
Perissodactyla
Equidae
Equus
Equus zebra
:
1) Habitat
Equus zebra menyukai hidup di savana, hutan terbuka; di sekitar
wilayah benua Afrika bagian timur.
2) Morfologi
Equus zebra mempunyai pola warna tubuhnya pada bagian dorsal
dan ventral berwarna belang- belang hitam putih. Ukuran
tubuhnya besar (243-357 kg) dengan glandula mammae yang
terletak dibagian pelvis.
3) Ciri spesifik
75
Equus zebra memilki ciri khas dibandingkan dengan mamalia
lainnya yaitu pola tubuhnya bergaris-garis hitam dan putih dan
tidak ada dua individu yang terlihat persis sama. Tubuhnya
tertutup oleh mantel rambut dengan warna dasar putih dengan pola
garis-garis tebal melintang sampai agak membujur berwarna
hitam, hanya bagian tertentu kurang berwarna hitam seperti pada
bagian moncong mulut dan rambut-rambut ekor.
4) Perilaku
Equus zebra menyukai hidup mendekati sumber air, hidup secara
berkelompok dalam jumlah besar sampai ratusan ekor, teristimewa
pada musim panas, dan akan berasosiassi dengan spesies lain
sebagai contohnya guanaco. Dua spesies Zebra dan banyak spesies
antilop. Mereka akan segera berlari cepat jika melihat adanya
predator yang datang dan diketahui oleh salah satu kelompoknya.
5) Reproduksi
Equus zebra temasuk vivipar, setelah melakukan perkawinan
induk betina akan bunting selama kira -kira 1 tahun. Anak yang
dilahirkan berjumlah satu ekor dan akan diasuh oleh induknya
sampai bisa mandiri. Satwa ini mampu hidup di alam sekitar 25
sampai 30 tahun.
6) Makanan
Equus zebra berdasarkan makanannya, mempunyai tope gigi
lophodont. Pada habitat aslinya sebra memakan berbagai jenis
pakan antara lain rumput dan daun-daunan, tetapi sangat menyukai
ujung rumput yang masih muda. Di Kebun Binatang Gembira
Loka diberi pakan berupa rumput kolonjono, bekatul dan ketela
rambat dengan kuantitas berat pakan yaitu 10% dari berat
badannya.
76
8. Owa Kalimantan
a. Nama Species :
Nama lokal
: Owa Kalimantan
Nama Ilmiah : Pongo pygmaeus
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Famili
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Mammalia
Primates
Cercopithecidae
Pongo
Pongo pygmaeus
:
Primata ini memiliki tangan yang sangat panjang atau hampir
sama dengan tinggi badan mereka, dan mampu berayun sejauh 6
meter dari satu pohon ke pohon lain. Di dataran, mereka berjalan
dengan posisi tangan di atas, mereka juga dapat berlari menggunakan
tangannya, dan hanya terdapat di Pulau Kalimantan. Sebagian besar
owa-owa bisa dideteksi melalui teriakan dari betina dewasa yang
keras dan mengalun pada pagi hari. Makanan jenis ini berupa buahbuahan berdaging masak, dedaunan muda, dan seranga kecil.
77
Morfologi : Ungko ditutupi rambut berwarna abu – abu ,
kecoklatan, hingga hitam. Rambut yang tumbuh pada lengan berwarna
hitam. Pada owa jantan rambut yang tumbuh disekitar muka atau pipi
serta alis berwarna putih, sedangkan pada betina dewasa hanya bagian
alis yang berwarna putih. Berat badan ungko dewasa antara 5-7 kg
dan panjang tubuhnya berkisar antara 450 – 500 mm.
Habitat : Ungko hidup di hutan primer dataran rendah dan
hutan rawa. Selain itu mereka juga sering ditemukan di daerah batas
antara hutan rawa dan tanah kering. Apabila ungko bersuara, oleh
masyarakat Kalimantan Tengah hal itu dijadikan pertanda bahwa
tidak jauh dari mereka terdapat dataran atau rawa.
Makanan : Pakan ungko terdiri dari buah, daun , bunga dan
beberapa jenis serangga kecil. Umumnya mereka makan sambil
bergantungan pada dahan dan memetik satu persatu buah , biji , bunga
atau daun muda . Kadang – kadang juga menarik ranting yang ada
pakannya. Primata ini dalam hidupnya mengkonsumsi buah 58 % ,
daun 39 %, bunga 3 % , dan sisanya 1 % yaitu berbagai jenis
serangga.
Aktivitas
Harian
:
Ungko
berpindah
dengan
cara
bergelantungan atau berayun dari dahan satu kedahan lainnya. Mereka
juga dapat berjalan menggunakan kedua kakinya (bipedal). Daerah
jelajah mereka berkisar antara 25 – 30 ha yang juga merupakan luas
daerah teritorinya. Sedangkan jelajah hariannya berkisar 1000 meter –
1500 meter. Ungko aktif pada pagi dan sore hari ( diurnal ). Siang hari
digunakan untuk istirahat pada percabangan yang besar. Pada malam
hari mereka tidur pada percabangan phon dengan bagian perut
(ventral) bersandar pada batang sedangkan kaki menggantung. Induk
betina tidur dengan sisi kanan atau kiri tubuh bersandar pada batang ,
sehingga anak dapat memeluk tubuhnya.
78
9. Lutung Jawa
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Lutung Jawa
Nama Ilmiah
: Trachypithecus auratus
b. Pengambil Data : Septi Erlinda Dewi – A420100152
c. Gambar
:
d. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Mammalia
Primates
Cercopithecidae
Trachypithecus
Trachypithecus auratus
:
Lutung jawa mempunyai ukuran tubuh sekitar 55 cm dengan
panjang ekor hampir dua kali lipat panjang tubuhnya mencapai 80 cm.
Berat tubuhnya sekitar 6 kg. Bulu lutung jawa (Trachypithecus
auratus) berwarna hitam dan lutung betina memiliki bulu berwana
keperakan di sekitar kelaminnya. Lutung jawa (lutung budeng) muda
memiliki
bulu
yang
berwarna
oranye.
Untuk
subspesies
Trachypithecus auratus auratus (Spangled Langur Ebony) meliki ras
yang mempunyai bulu seperti lutung jawa muda dengan warna bulu
79
yang oranye sedikit gelap dengan ujung kuning. Lutung jawa hidup
secara berkelompok. Tiap kelompok terdiri sekitar 7 – 20 ekor lutung
dengan seekor jantan sebagai pemimpin kelompok dan beberapa
lutung betina dewasa. Lutung betina hanya melahirkan satu anak
dalam setiap masa kehamilan. Beberapa induk betina dalam satu
kelompok akan saling membantu dalam mengasuh anaknya, namun
sering kali bersifat agresif terhadap induk dari kelompok lain.
Lutung jawa (lutung betung) merupakan satwa diurnal yang
lebih banyak aktif di siang hari terutama di atas pohon. Makanan
kegemaran satwa ini antara lain dedaunan, beberapa jenis buahbuahan dan bunga. Terkadang binatang ini juga memakan serangga
dan kulit kayu.
Lutung jawa, dalam bahasa latin disebut Trachypithecus
auratus merupakan salah satu jenis lutung asli (endemik) Indonesia.
Sebagaimana spesies lutung lainnya, lutung jawa yang bisa disebut
juga lutung budeng mempunyai ukuran tubuh yang kecil, sekitar 55
cm, dengan ekor yang panjangnya mencapai 80 cm. Lutung jawa atau
lutung budeng terdiri atas dua subspesies yaitu Trachypithecus
auratus auratus dan Trachypithecus auratus mauritius. Subspesies
Trachypithecus auratus auratus (Spangled Langur Ebony) bisa
didapati di Jawa Timur, Bali, Lombok, Palau Sempu dan Nusa
Barung. Sedangkan subspesies yang kedua, Trachypithecus auratus
mauritius (Jawa Barat Ebony Langur) dijumpai terbatas di Jawa Barat
dan Banten. Lutung jawa (Trachypithecus auratus) merupakan satwa
endemik Indonesia yang hanya bisa dijumpai di pulau Jawa, Bali,
Lombok, Palau Sempu dan Nusa Barung. Keberadaan lutung jawa di
pulau Lombik diduga karena proses introduksi.
Habitat alami lutung jawa (lutung budeng) adalah kawasan
hutan dengan berbagai variasi mulai hutan bakau di pesisir pantai,
hutan rawa air tawar, hutan dataran rendah, hutan meranggas, hingga
80
hutan dataran tinggi hingga ketinggian mencapai 3.500 mdp. Daerah
jelajah lutung jawa mencapai seluas 15 ha.
10. Simpai Putih
a. Nama Species :
Nama lokal
: Simpai Putih
Nama Ilmiah : Presbytis melalophos
b. Gambar
:
c. Klasifikasi
:
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Family
Genus
Species
:
:
:
:
:
:
:
d. Deskripsi
:
Animalia
Chordata
Mammalia
Primates
Cercopithecidae
Presbytis
Presbytis melalophos
Panjang tubuhnya berkisar 45-60 cm dengan berat tubuh
sekitar 5-8 kg. Rambutnya berwarna putih (albino) atau hitam
(normal).
Pergerakan
dari
species
ini
mencapai
950-1300m
perharinya. Rentang perkawinan hewan ini 16-25 bulan. Hewan ini
hanya menghasilkan satu anak saja dengan masa gestasi 155-226 hari.
Makanannya berupa buah-buahan, bunga, biji, pucuk daun dan
beberapa jenis serangga. Habitat dari hewan ini yakni di hutan-hutan
81
primer dataran rendah sampai pegunungan hingga 2500m diatas
permukaan laut
11. Orang Utan
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Orang Utan
Nama Ilmiah
: Pongo pygmaeus
b. Pengambil Data : Suci Noor Afifah – A420100148
c. Gambar
:
d. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Familia
Genus
Spesies
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Mammalia
Primata
Pangidae
Pongo
Pongo pygmaeus
:
Habitat : Pongo pygmaeus, hidup di hutan tropika, dataran
rendah, rawa-rawa kalimantan dan Sumatera.
Morfologi : Pola warna , Ventral dan dorsal coklat tua
kemerahan. Ukuran tubuh, Tidak proporsional (tangan panjang, kaki
kecil, badan besar) dan Glandula mammoe terletak dibagian Pectoral
82
Ciri Spesifik Spesies : Pongo pygmaeus, merupakan jenis
primata mirip manusia yang berukuran besar. Tinggi tubuh 137 cm,
berat tubuh mecapai 80 – 90 kg (jantan), yang betina lebih kecil.
Hidup dalam kelompok keluarga kecil, jantan dewasa biasa berkelana
sendiri dan hanya berhubungan dengan seekor betina. Satwa ini tidak
dijumpai berprilaku mempertahankan daerah kekuasaannya. Musim
kawin ditandai dengan perkelahian antar pejantan. Siklus menstruasi 2
– 9 hari, tidak ada pembengkakan seksual, yang disusui hingga
berumur 3 tahun. Pakan berupa pisang, ubi rambat, nasi dan gula,
ketimun dan tomat kuantitas 10 % dari berat badannya.
12. Harimau Sumatera
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Harimau Sumatera
Nama Ilmiah
: Panthera tigris sumatrae
b. Pengambil data : Siti Mahmudah – A420100156
c. Gambar
d. Klasifikasi
:
:
Kingdom
:
Phylum
:
Sub Phylum
:
Classis
:
Ordo
:
Famili
:
Genus
:
Species
:
Nama Binominal :
Animalia
Chordata
Vertebrata
Mammalia
Carnivora
Felidae
Panthera;
Panthera tigris
Panthera tigris sumatrae
83
e. Deskripsi
:
Harimau Sumatera mempunyai warna paling gelap diantara
semua subspesies harimau lainnya, pola hitamnya berukuran lebar dan
jaraknya rapat kadang kala dempet. Belang harimau sumatra lebih
tipis daripada subspesies harimau lain. Subspesies ini juga punya lebih
banyak janggut serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama
harimau jantan. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang menjadikan
mereka mampu berenang. Harimau sumatera umumnya beraktifitas
dimalam hari. Harimau Sumatera bukan jenis satwa yang biasa tinggal
berkelompok melainkan jenis satwa soliter, yaitu satwa yang sebagian
besar waktunya hidup menyendiri, kecuali selama musim kawin atau
memelihara anak.
Panjang Harimau Sumatera jantan dapat mencapai 2,2 – 2,8
meter, sedangkan betina 2,15 – 2,3 meter. Tinggi diukur dari kaki ke
tengkuk rata-rata adalah 75 cm, tetapi ada juga yang mencapai antara
80 – 95 cm, dan berat 130 – 255 kg. Hewan ini mempunyai bulu
sepanjang 8 – 11 mm, surai pada Harimau Sumatera jantan berukuran
11 – 13 cm. Bulu di dagu, pipi, dan belakang kepala lebih pendek.
Panjang ekor sekitar 65 – 95 cm (Direktorat Pelestarian Alam, 1986 ;
Hafild dan Aniger, 1984 ; Kahar, 1997 ; Macdonald, 1986 ;
Mountfort, 1973 ; Saleh dan Kambey, 2003 ; Sutedja dan Taufik,
1993 ; Suwelo dan Somantri, 1978 ; Treep, 1973).
Makanan : Harimau Sumatera termasuk jenis Carnivora
yang biasanya memangsa : Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kijang
(Muntiacus muntjak), Kancil (Tragulus sp.), dan Babi hutan (Sus sp.).
Kerbau liar (Bubalus bubalis), Tapir (Tapirus indicus), Kera
(Macaca), Landak (Hystrix brachyura), Trenggiling (Manis javanica),
jenis-jenis Reptilia seperti kura-kura, ular, dan biawak, serta berbagai
jenis burung, ikan, dan kodok dan jenis-jenis satwa liar lainnya.
Hewan peliharaan atau ternak yang juga terkadang menjadi mangsa
84
Harimau, diantaranya adalah Kerbau, kambing, domba, sapi, Anjing
dan ayam.
Reproduksi : Harimau sumatra dapat berbiak kapan saja.
Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari. Biasanya harimau betina
melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling banyak 6
ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun
anak harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir dengan mata
terbuka. Anak harimau hanya minum air susu induknya selama 8
minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat mencoba makanan padat,
namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak harimau
pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar
berburu pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada
umur 18 bulan, dan pada umur 2 tahun anak harimau dapat
13. Unta Punuk Satu
a. Nama Species :
Nama lokal
: Unta Punuk Satu
Nama Ilmiah : Camelus dromedarlus
b. Gambar
:
85
c. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Ordo
Famili
Genus
Species
d. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Choordata
Vertevrata
Mammalia
Artiodactyla
Camelidae
Camelus
Camelus dromedarlus
:
Unta jantan dewasa memiliki tinggi badan 1,8-2 m, sedangkan
unta betina 1,7-1,9 m. Unta jantan memiliki berat tubuh berkisar 400600 kg, sedangkan unta betina 10% lebih ringan dari unta jantan. Unta
memiliki adaptasi sistem tubuh pada suhu 34-410C dengan cara
menghindari kenaikan suhu tubuh dan mengurangi keringat serta
keluarnya urin. Aaptasi ini berfungsi untuk menjaga air dalam
tubuhnya. Reproduksi unta yakni selama 15 bulan merupakan masa
kehamilan dan pengasuhan anak 1-2 tahun. Makanan dari hewan ini
yaitu daun, rumput kering dan berbagai macam tumbuhan atau
vegetasi di padang pasir. Habitat dari species ini yaitu didaerah kering
terutama gurun Sahara di Afrika.
14. Kijang
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Kijang/Menjangan
Nama Ilmiah
: Muntiacus muntjak
b. Pengambil Data : Riza Fitroh Kurniasih – A420100146
86
c. Gambar
:
d. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Classis
Ordo
Sub Ordo
Familia
Sub Famili
Genus
Species
e. Deskripsi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Mammalia
Artiodactyla
Ruminantia
Cervidae
Muntiacinae
Muntiacus
Muntiacus muntjak
:
Kijang (Muntiacus muntjak) mempunyai tubuh berukuran
sedang, dengan panjang tubuh termasuk kepala sekitar 89-135 cm.
Ekornya sepanjang 12-23 cm sedangkan tinggi bahu sekitar 40-65 cm,
dengan berat mencapai 35 kg. Rata-rata umur Kijang bisa mencapai
16 tahun. Mantel rambut kijang (Muntiacus muntjak) pendek, rapat,
lembut dan licin. Warna bulunya bervariasi dari coklat gelap hingga
coklat terang. Pada punggung kijang terdapat garis kehitaman. Daerah
perut sampai kerongkongan berwarna putih. Sedangkan daerah
kerongkongan warnanya bervariasi dari putih sampai coklat muda.
Kijang jantan mempunyai ranggah (tanduk) yang pendek, tidak
melebihi setengah dari panjang kepala dan bercabang dua serta gigi
taring yang keluar.
87
Kijang atau menjangan (Muntiacus muntjak) merupakan
binatang soliter. Kijang jantan menandai wilayahnya dengan
menggosokkan kelenjar frontal preorbital yang terdapat di kepala
mereka di tanah dan pepohonan. Selain itu kijang jantan juga
menggoreskan kuku ke tanah atau menggores kulit pohon dengan gigi
sebagai penanda kawasan. Makanan utamanya adalah daun-daun
muda, rumput, buah, dan akar tanaman. Kijang merupakan binatang
poligami. Jenis rusa ini tidak memiliki musim kawin tertentu sehingga
perkawinan terjadi sepanjang tahun. Kijang betina dapat melahirkan
sepanjang tahun dengan usia kehamilan berkisar 6-7 bulan. Dalam
sekali masa kehamilan, kijang melahirkan 1-2 ekor anak.
15. Rusa Timor
a. Nama Species
:
Nama lokal
: Rusa Timor
Nama Ilmiah
: Cervus timorensis
b. Pengambil Data : Aziza Karenina – A420100150
c. Gambar
d. Klasifikasi
Kingdom
Phylum
Sub Phylum
Classis
Sub classis
Infra Classis
Ordo
Sub Ordo
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Animalia
Chordata
Vertebrata
Mamalia
Theria
Eutheria
Artiodactyla
Ruminansia
88
Famili
Genus
Spesies
:
:
:
e. Deskripsi
:
Cervidae
Cervus
Cervus timorensis
Habitat Rusa Timor : Cervus timorensis tersebar alami
hampir di seluruh kepulauan Indonesia kecuali di Sumatera,
Kalimantan, dan Papua. Habitat rusa timor berupa hutan, dataran
terbuka serta padang rumput dan savanna. Rusa timor diketemukan di
dataran rendah hingga pada ketinggian 2600 m di atas permukaan laut
(Direktorat PPA, 1978). Padang rumput dan daerah-daerah terbuka
merupakan tempat mencari makan, sedangkan hutan dan semak
belukar merupakan tempat berlindung. Salah satu tempat berlindung
yang disukai oleh rusa timor (Cervus timorensis) adalah semak-semak
yang didominasi oleh kirinyuh (Eupatorium spp.), saliara (Lantana
camara), gelagah (Saccarum spontaneum) dan alang-alang (Imperata
cylindrica).
Rusa timor termasuk satwa yang mudah beradaptasi dengan
lingkungan yang kering bila dibandingkan dengan jenis rusa yang lain,
karena ketergantungan terhadap ketersediaan air relatif lebih kecil.
Dengan kemampuan adaptasi yang baik ini rusa timor mampu
berkembangbiak dengan baik di daerah-daerah meskipun bukan
habitat aslinya.
Aktivitas Rusa Timor : Rusa memiliki aktivitas pergerakan
dan penjelajahan yang terpengaruh oleh 2 aspek, yaitu rutinitas harian
yang berkaitan dengan mencari makanan, air, dan tempat istirahat
yang sesuai, dan aspek musiman yang berkaitan dengan iklim
setempat. Pada suatu saat rusa dapat bergerak aktif dengan menempuh
perjalanan yang sangat jauh, namun pada kondisi iklim yang buruk
rusa akan bergerak sangat terbatas. Aktivitas harian rusa meliputi
perjalanan dari dan ke tempat mencari makanan dan air, makan dan
beristirahat.
Sebagaimana
herbivora
89
pada
umumnmya,
rusa
menghabiskan waktunya berjam-jam untuk makan dan diselingi
perjalanan-perjalanan pendek untuk beristirahat maupun menuju ke
tempat air. Untuk aktivitas makan rusa timor
lebih banyak
menghabiskan waktunya pada pagi dan sore hari. Sedangkan siang
hari cenderung mencari perlindungan dari teriknya sinar matahari,
beristirahat sambil memamah biak. Pada malam hari aktivitas makan
juga berlangsung, tetapi tidak begitu aktif.
Jenis Cervus timorensis merupakan hewan yang dapat aktif di
siang hari (diurnal) maupun di malam hari (nokturnal), tergantung
pada kondisi lingkungannya . Dilaporkan oleh Garsetiasih et al.(1997)
bahwa aktivitas puncak Cervus timorensis di Taman Wisata Alam
Pulau Menipo Nusa Tenggara Timur adalah pada pagi hari pukul
06.00-09.00 dan pada sore hari pukul 16.00-18.00. Aktivitas tersebut
meliputi istirahat, makan, dan bergerak.
Keadaan
Morfologi
Umum
Rusa
Timor
:
Rusa
timor secara morfologi memiliki warna bulu coklat abu-abu sampai
coklat tua kemerahan dan yang jantan warnanya lebih gelap. Warna
di bagian perut lebih terang dari pada di bagian punggungnya. Tinggi
bahu rusa betina dewasa 100 cm, sedangkan yang jantan dapat
mencapai 110 cm. Panjang badan dengan kepala kira-kira 120 – 130
cm, panjang ekor 10 – 30 cm. Sedangkan bobot badannya dapat
mencapai 100 kg.
Ciri-ciri Fisik dan Perilaku : Rusa timor (Cervus
timorensis) yang ditetapkan menjadi fauna identitas NTB, mempunyai
bulu berwarna coklat kemerah-merahan hingga abu-abu kecoklatan
dengan bagian bawah perut dan ekor berwarna putih.
Rusa timor dewasa mempunyai panjang badan berkisar antara
195-210 cm dengan tinggi badan mencapai antara 91-110 cm. Rusa
timor (Cervus timorensis) mempunyai berat badan antara 103-115 kg
walaupun rusa timor yang berada dipenangkaran mampu memiliki
bobot sekitar 140 kg. Ukuran rusa timor ini meskipun kalah besar dari
90
sambar (Cervus unicolor) namun dibandingkan dengan rusa jenis
lainnya seperti rusa bawean, dan menjangan, ukuran tubuh rusa timor
lebih besar.
Rusa jantan memiliki tanduk (ranggah) yang bercabang.
Tanduk akan tumbuh pertama kali pada anak jantan saat umur 8 bulan.
Setelah dewasa, tanduk menjadi sempurna yang ditandai dengan
terdapatnya 3 ujung runcing.Rusa timor (Cervus timorensis)
merupakan hewan yang dapat aktif di siang hari (diurnal) maupun di
malam hari (nokturnal), tergantung kondisi habitatnya.
Rusa timor sebagaimana rusa lainnya termasuk hewan
pemamah biak yang menyukai daun-daunan dan berbagai macam
buah-buahan Rusa memakan berbagai bagian tumbuhan mulai dari
pucuk, daun muda, daun tua, maupun batang muda.Umumnya rusa
timor bersifat poligamus yaitu satu penjantan akan mengawini
beberapa betina. Rusa betina mempunyai anak setiap tahun dengan
sekali musim rata-rata satu ekor anak.
Reproduksi : Perkawinan dilakukan oleh rusa jantan
dominan terhadap betina-betina dikelompoknya. musim kawin
berlangsung pada kisaran bulan juni - juli, lama bunting kisaran 8
bulan.setiap kali reproduksi hanya 1ekor anakan sajalah yang
dihasilkan oleh tiap indukan betina. anak tersebut akan diasuh oleh
induknya hanya beberapa bukan saja.
91
BAB V
PEMBAHASAN
Sistematika merupakan salah satu cabang Biologi yang mempelajari
keanekaragaman biologi dalam konteks evolusionair, meliputi taksonomi dan
filogenetik (menghubungkan klasifikasi dengan filogeni). Selain istilah sistematik,
dalam Biologi kita jumpai juga istilah taksonomi artinya cabang Biologi yang
membahas tentang pengelompokan makhluk hidup.
Taksonomi merupakan identifikasi dan klasifikasi spesies untuk
menyusun organisme dalam kategori yang mencerminkan filogeni. Sedangkan
klasifikasi adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan
persamaan ciri, cara hidup, tempat hidup, daerah penyebaran, dan genetis atau
kegiatan
untuk
mengelompokkan
hewan
berdasarkan
ciri-ciri
yang
menggambarkan hubungan kekerabatannya .
Menurut pengelompokkan lama berdasarkan pemilihan nama vertebrae
(ruas tulang belakang), hewan dibagi atas kelompok invertebrata (in = tidak +
vertebrae = ruas tulang belakang) dan kelompok vertebrata (beruas tulang
belakang). Vertebrata adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang
mereka umumnya memiki tubuh simetri bilateral, rangka dalam, dan berbagai alat
tubuh.
Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi yang berarti dua dan
Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan sebagai hewan yang
mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu bentuk pada saat di darat dan di air. Pada
umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup
kedua adalah di daratan. Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas
dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase
dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini
amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara bernafas yang seiring dengan
peralihan kehidupan dari perairan ke daratan menyebabkan hilangnya insang dan
rangka insang lama kelamaan menghilang.
92
Kulit selalu basah, kelembaban kulit, tinggi, tidak tertutupi oleh rambut.
Alat ekstremitas berupa dua pasang kaki. Adanya nares (lubang hidung) yang
berhubungan dengan rima oris. Pernafasan dengan insang, paru-paru, kulit. Cor
terdiri dari tiga ruang, bersifat miogenik. Amphibi termasuk hewan poikiloterm.
Fertilisasi diluar tubuh. Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara
eksternal pada Anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses
perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan
dangkal. Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut
dengan amplexus Berdasarkan atas ciri kombinasi yang ada, Amphibia yang
anggota-anggotanya masih hidup dapat diklasifikasikan kedalam 3 ordo yaitu
Apoda (Gymnophiona), Urodela (Caudata), Anura (Salientia). Ordo Apoda,
anggota-anggota ordo ini berupa amfibi yang bentuk tubuhnya gilig (silindris),
tanpa tungkai atau gelang bahu, tanpa ekor, dan tubuh tampak beralur-alur
transversal yang memberi kesan tubuhnya bersegmen-segmen. Dibawah alur-alur
dalam kulitnya terdapat sisik-sisik dari bahan tulang. Mungkin sisik itu diwarisi
dari moyangnya yang berupa ikan, yang hidup pada jaman karbon. Mata sangat
kecil tertutup kulit, tanpa kelopak mata. Di bagian anterior terdapat tentakel yang
fungsinya sebagai organ sensori. Kelompok ini menunjukkan dua bentuk dalam
daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada
fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah
atau di lingkungan akuatik.
Ordo Urodella (Caudata), nama caudata berasal dari
cirinya yang berekor sepanjang hidupnya. Tubuh dapat dibedakan atas kepala,
leher dan badan, dua pasang tungkai yang lemah, dan ekor. Hewan-hewan dalam
kelompok ini secara umum disebut salamander. Larva mempunyai wujud yang
mirip sekali dengan hewan dewasa. Salamander tidak memiliki daerah sebaran
yang luas, tidak terdapat di alam Indonesia. Spesies yang termasuk dalam ordo ini
yang kami identifikasi adalah Salamander Jambul (Cynops pyrrhogaster),
Salamander Axofil (Ambystoma mexinum)
Ordo Anura, sesuai dengan namanya maka anggota-anggota ordo ini
tidak berekor, kepala bersatu dengan badan, tidak berleher, tungkai berkembang
baik, tungkai belakang lebih panjang dan lebih besar dari pada tungkai depan.
93
Selaput pendengaran terletak dipermukaan kulit dengan ukuran yang cukup lebar,
kelopak mata dapat bergerak. Pada umumnya anggota kelompok ini disebut katak
atau kodok.
Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya.
Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup
besar dan terletak di belakang mata.
Kelopak mata dapat digerakkan. Mata
berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan
prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal. Spesies yang kami
amati dan termasuk dalam ordo ini adalah Katak Pesek (Litoria caerulea), Katak
Pacmann Cranwell (Ceratophys ornata), Katak Tomat (Dyseophys antongilii),
Katak Budget (Lepidobatracus asper), Katak Bibir Putih (Litoria infrafrenata),
dan Katak Badut (Xenopus laevis) .
Reptilia untuk ordo squamata sesuai dengan namanya, maka semua
anggota ordo ini bersisik (squama=sisik),bentuk dan susunan itu berbeda antara
berbagai kelompok. Pada sebagian besar ular, sisik ventral tubuh tertutup oleh
satu deret sisik ventral yang melebar kearah transversal. Pada golongan tokek,
sisik-sisik itu mereduksi atau berubah menjadi teberculum dan dinamakan sisik
granular. Pada kelompok lain, sisik-sisik mengalami modifikasi menjadi spina.
Pada ordo ini
kami
mengamati
spesies,
Tokek Phelsuma (Phelsuma
madagascariensis), Kadal Duri, dan Biawak Tegu (Tupinambis teguixin).
Ordo Testudines , mencakup semua jenis reptil yang dalam kehidupan
sehari-hari disebut kura-kura. Dipandang dari tempat hidupnya kura-kura
dibedakan atas : kura-kura darat, kura-kura air tawar, dan kura-kura air laut
(penyu). Ordo Testudinata dibedakan atas dua subordo berdasarkan atas cara
melipat leher dan kepalanya yaitu Cryptodira dan Pleurodira. Hewan-hewan
dalam kelompok ini mudah dikenal dari bentuk tubuhnya yang menyarupai kotak
dan disebut theca, terdiri atas bagian dorsal (carapas) dan bagian ventral
(plastron). Kedua bagian tersusun atas dua lapisan bahan yaitu : bahan tanduk
tipis bagian luar, terdiri atas kepingan-kepingan yang disebut lamina. Pada ordo
ini kami mengidentifikasi dari spesies Kura Kura Ambon (Cuora amboinensis).
Ordo crocodilla, mencakup hewan-hewan reptil yang tubuhnya paling
besar diantara reptil-reptil yang masih hidup. Panjangnya dapat mencapai 9 meter.
94
Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk (scuntum). Didaerah punggung sisiksisik itu tersusun teratur berderet-deret kearah transversal dan mengalami
penulangan berbentuk perisai dermal. Sisik-sisik pada bagian dorsal itu beruas,
pada bagian lateral bulat, dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala
berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi gigi-gigi runcing, yang digunakan
untuk memegang atau mencabik-cabik makanan atau mangsanya. Gigi-gigi itu
tidak sama besar, deretan depan lebih besar dari pada deretan belakang. Semua
gigi dapat tanggal, tetapi selalu diganti dengan gigi yang baru. Akar gigi
berbentuk kerucut dan tertanam didalam rahang.
Jumlah gigi pada tulang
premaxilli biasanya lima buah. Mata kecil, terletak dibagian kepala yang meninjol
doso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata (membrana nictitans),
penglihatan tajam. Lubang telinga terletak dibelakang mata, tertutup oleh lipatan
kulit yang membungkus tulang sehingga lubang itu nampak sebagi celah.
Aves berevolusi selama radiasi reptilia yang sangat hebat pada zaman
Mezoikum. Telur amniotik dan kaki bersisik adalah ciri khas reptilia yang kita
temukan pada burung. Akan tetapi burung modern tampak berbeda karena
memiliki bulu dan bisa terbang. Karakteristik burung secara umum, merupakan
hewan endotermik. Mereka menggunakan panas metabolismenya sendiri untuk
mempertahankan suhu tubuh yang konstan. Makanan tidak dikunyah di dalam
mulut, tapi di dalam empedal. Burung memiliki mata yang sangat tajam. Adaptasi
burung yang paling jelas untuk terbang adalah sayap. Beberapa burung seperti
Rajawali atau Elang memiliki sayap yang diadaptasi untuk meluncur hanya
dengan bantuan udara dan tiupan angin.
Aves adalah salah satu kelas dari vertebrata dimana tubuh ditutupi oleh
bulu yang diketahui sebagai fosil dari Archeopteryx, pada akhir masa Jura dan
menjadi satu-satunya wakil dari anak kelas Archeornithes. Semua burung lainnya
(termasuk fosil). Tergolong dalam anak kelas Neornithes. Wakil dari kedua
bangsa yang masih hidup adalah Palaeognathae (raties) dan Neognathae. Ciri-ciri
yang membedakan antara lain bulu, tulang garpu, kaki depan yang berkembang
sebagai sayap. Berkaki dua dan homoetermik, telur bercangkang dan tidak bergigi
95
kecuali pada Archaeopteryx dan dua marga fosil lainnya. Memiliki kulit tepi
rahang yang terkornifikasi menjadi paruh yang beragam bentuknya.
Spesies Aves yang kami temukan yaitu Bangau Tong-Tong (Leptopilos
javanicus) yang termasuk dalam ordo Ciconiiformes karena tungkai, leher, paruh
panjang. Kakinya mempunyai selaput untuk mengarungi air dangkal. Bulu
berwarna hitam dan putih. Tubuh bagian bawah dan kalung leher berwarna putih,
kepala botak, leher dan tenggorokan berwarna merah jambu. Selain itu, kami
menemukan spesies Pelikan (Pelecanus conspicillatus) yang termasuk dalam ordo
Pelecaniformes karena kaki pendek dan kuat serta berselaput. Memiliki paruh
panjang dan berkantung. Nuri Abu-Abu (Agapornis cana) yang termasuk ordo
Psittaciformes karena struktur kakinya terdiri dari dua pasang jari kaki yang
sepasang menghadap ke depan dan lainnya menghadap ke belakang.
Mamalia adalah kelas dari vertebrata yang berasal dari zaman Triasik.
Bentuk masa kini bercirikan adanya rambut tubuh dan sekresi susu yang biasanya
melalui kelenjar susu. Homoioterm, dengan diafragma yang digunakan dalam
vertilisasi paru-paru. Rahang bawah terdiri dari sepasang tulang (bergigi). Gigi
bertipe heterodon, dan terdapat daun telinga. Pada kelas mamalia terdapat
beberapa bangsa yang telah punah.
Mamalia merupakan salah satu dari kelas vertebrata yang memiliki sifat
homoitherm (berdarah panas). Ciri khas mamalia, yakni mempunyai kelenjar
susu, melahirkan anak serta memiliki rambut. Mamalia hidup di berbagai habitat
mulai dari kutub sampai daerah equator dari dasar laut sampai utan lebat dan
gurun pasir. Ciri dari mamalia tubuhnya diliputi bulu atau rambut yag lepas secara
periodic. Kulit mengandung kelenjar, aitu kelenjar sebacius, keringat, baud an
susu. Cranium atau tulang tempurung kepala memiliki 2 occipitale condyle,
vertebrae leher erdiri dari tujuh ruas, ekor panjang dan dapat digerak- gerakkan.
Regionalis (bagian dari hidung umunya siindris, mulut mengandung gigi yang
tertanam daam kantong (alviola). Memiliki 4 kaki, memiliki jantung sempurna,
pernafasan hanya dengan pulmo (paru- paru), larynx mempunyai tali suara,
memiliki musculus diaphragmaticus yang sempurna memisahkan vesica urinaria,
memiliki 12 nervi cranialis, otak berkembang baik. Suhu tubuh yang tetp
96
(homoiotherm). Hewan jantan memiliki alat kopulasi berupa penis, testis.
Fertilisasi terjadi di dalam tubuh.
Mamalia memiliki pola warna yang dibedakan atas warna bagian dorsal
dan warna bagian ventral, pola warna tersebut berbeda antara pesies satu dengan
yang lainnya. Selain itu sebagian mamalia memiliki pola warna tertentu pada
tubuhnya, pola warna itu tersusun belang- belang, bercak- bercak atau bintikbintik. Pola warna bagian ekor juga sangat penting untuk dijadikan dasar
identifikasi dan pengenalan bagi hewan yang bersangkutan. Ekor sering
mempunyai dua warnayang susunannya berbeda- beda, misalnya satu warna di
bagian dorsal dan warna yang lain di bagian ventral.
Praktikum Kerja Lapangan kali ini dimaksudkan agar praktikan lebih
mengenal jenis-jenis aves dan mamalia. Tempat yang digunakan sebagai obyek
adalah Kebun Binatang Gembiro Loka, Yogyakarta. Praktek ini dilaksanakan
pada hari Minggu tanggal 19 Desember 2012. Adapun yang diamati adalah hewan
yang termasuk ke dalam aves dan mamalia,selain itu juga mengamati classis
amphibia dan classis reptilia. Dari praktek kerja lapangan kali ini praktikan dapat
mengelompokkan jenis-jenis hewan yang tergolong aves dan mamalia. Dari
pengelompokkan tersebut, kita dapat mengetahui perbedaan morfologi, ciri
spesifik, jenis makanan, perilaku, dan reproduksi antar spesies baik aves atau
mamalia. Kudanil, Sapi, Babi Hutan, Kapibara, Tapir, Nilgai, Owa Kalimantan,
Lutung Jawa, Simpai Putih, Orang Utan, harimau Sumatera, Kuda, Kijang dan
rusa Timor. Sedang yang kami amati adalah Kakaktua Tanimbar, Alap-Alap
Sulawesi, Simpai Putih dan Kijang
Dari beberapa spesies dari Classis Mammalia yang diidentifikasi di
Kebun Binatang Gembira Loka ternyata ternyata banyak ditemukan persamaan
antara satwa satu dengan yang lain, maka dari itu dapat dikelompokkan menjadi
beberapa ordo. Ordo yang ditemukan pada Classis Mammalia antara lain:
1.
Ordo Artiodactyla
Ordo Artiodactyla merupakan golongan Mammalia bertelapak genap, kaki
panjang yang beradaptasi untuk pergerakan yang cepat, jari kaki unguligrade,
jari no 3 dan 4 selalu berkembang sama panjang, jari kaki pinggir telah
97
tereduksi, mempunyai perut yang besar dan kompleks dengan 2 atau 4
ruangan, mempunyai sepasang tanduk. Tersebar luas kecuali di Australia dan
Selandia Baru, namun sekarang mulai diintroduksikan. Ordo Artiodactyla
contohnya Nilgai (Boselaphus frogocamelus), Kuda Nil (Hipopotamus
amphibious), Kijang, Rusa Timor
2.
Ordo Primata
Yang termasuk Ordo Primata ini adalah Lutung Jawa. Ordo ini mempunyai
ciri-ciri yaitu hampir semua jenis primata adalah omnivora dan aboreal dan
hanya sedikit yang terrestrial dan insektivora. Anggota badannnya mudah
digerakkan, berjalan dengan merapatkan seluruh telapak kakinya. Jari-jari
tangan dan kaki berjumlah 5 buah dan diakhiri dengan kuku dan ibu jarinya
dapat digerakkan ke belakang. Otak dan mata berkembang baik, penyebaran
ordo ini terutama di daerah tropis. Lutung Jawa termasuk dalam Famili
Hylobatidae karena merupakan jenis kera tak berekor, lengannya panjang
khusus untuk gerak mengayun, rambutnya sangat halus, penyebaran di Asia
Tenggara.
3.
Ordo Carnivora
Beruang Madu (Helarctos
malayanus) termasuk dalam Ordo Carnivora.
Ordo ini mempunyai ciri-ciri merupakan hewan pemakan daging yang hidup
terrestrial, kakinya berjari 5, kadang-kadang 4 dan bercakar. Taringnya kuat
dan tajam, gerahamnya runcing, hewan ini beradaptasi radial, di seluruh dunia
kecuali pulau-pulau tertentu yang terletak di tengah samudera. Termasuk
dalam Famili Ursidae yang mempunyai ciri-ciri pendek, kebanyakan dapat
memanjat pohon.
4.
Ordo Perissodactyla
Nama ordo ini berasal dari kata Perisso = ganjil, dactylus = jari, sehingga
hewan ini memiliki telapak dengan jari-jari berjumlah ganjil. Berjalan dengan
ujung jari (unguligrade), bersifat herbivore, tidak memiliki kantung empedu,
kepala umunya bertanduk, kulit berambut jarang dan tebal, penyebarannnya
terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, Afrika dan Asia Selatan. Yang
termasuk dalam ordo ini adalah Zebra (Equus zebra), Tapir, Kuda.
98
5.
Ordo Rodentia
Kelompok ordo ini memiliki ciri – ciri berjari lima (pentadactyla) , yang
bergigi taring, gigi seri berbentuk pahat (dapat tumbuh terus). Contoh pada
ordo ini Kapibara (Hydrochoerus hydrochaeris)
Mamalia yang memiliki satu warna pada rambutnya baik bagian dorsal,
ventral ataupun pectoral yaitu, Nilgai (Boselaphus frogocamelus) dan Capybara
(Hydrochoerus hydrochaeris). Mamalia yang memiliki warna rambut yang
berbeda- beda tiap bagian dorsal, ventral ataupun pectoralnya adalah spesies Kuda
Nil (Hippopotamus amphibius), sedangkan yang memilki pola khusus adalah
Zebra (Equus zebra) yaitu garis atau belang hitam-putih sesuai dengan rujukan
Jasin (1989), menyatakan bahwa hampir semua tubuh mamalia tertutup dengan
kulit yang berambut banyak atau sedikit. Tubuhnya diisolasi oleh pembungkus
(bulu/rambut dan sub cutan yang berlemak). Warna rambut tergantung pada butirbutir pigmen yang terdapat dalam cortex (hitam, coklat, merah, dan kuning).
Warna biru disebabkan karena kombinasi efek pigmen dan gejala interferensi
sinar dari cortex cuticula. Pada spesies mamalia yang kami identifikasi di Kebun
Binatang Gembiroluko ada yang seluruh tubuhnya hanya didominasi oleh satu
warna rambut tetapi juga ada yang terdiri dari beberapa warna anatra bagian
dorsal, ventral atau pectoral berbeda dan ada pula yang berpola khusus.
Pada spesies mamalia yang kami identifikasi di Kebun Binatang
Gembiroluko memiliki glandula mammae yang letaknya berbeda- beda. Spesies
yang glandula mammae-nya terletak di bagian pelvis yaitu Zebra (Equus zebra),
Nilgai (Boselaphus frogocamelus), Capybara (Hydrochoerus hydrochaeris), Kuda
Nil (Hippopotamus amphibius), sedangkan yang terletak di pectoral yaitu Lutung
Jawa dan Orang Utan sesuai dengan rujukan Radiopoetra (1996), menyatakan
bahwa mamalia adalah hewan yang memiliki glandula mammae yang
menghasilkan air susu yang diberikan pada anaknya sebagai minuman pertama
setelah lahir. Mamalia juga termasuk manusia atau Homo sapiens. Homo sapiens
memilki sepasang glandula mammae dan terdapat pada dinding ventral thorax.
Semua spesies mamalia yang kami identifikasi di Kebun Binatang
Gembiroluko memiliki ukuran tubuh yang besar yaitu berat badannya lebih dari 5
99
Kilogram (Kg). Sesuai dengan rujukan Campbell (2003), menyatakan bahwa ordo
Artiodactyla merupakan golongan mamalia mempunyai kuku dan jumlah jari kaki
yang genap, tiap kaki terdapat 2-4 jari, kaki panjang yang beradaptasi untuk
pergerakan yang cepat, jari kaki unguligrade, jari no.3 dan 4 selalu berkembang
sama panjang, jari kaki pinggir telah tereduksi, mempunyai perut yang besar dan
kompleks dengan 2 atau 4 ruangan, mempunyai sepasang tanduk. Tersebar luas
kecuali di Australia dan Selandia Baru, namun sekarang mulai diintroduksikan.
Contoh mamalia yang termasuk ordo Rodentia yaitu Capybara
(Hydrochoerus
hydrochaeris)
sesuai
dengan
rujukan
Campbell
(2003),
menyatakan bahwa ordo Rodentia mempunyai ciri-ciri tubuhnya berukuran kecil,
mempunyai gigi seri sepasang yang khas berbentuk pahat, besar, kuat, dapat
tumbuh terus, makanannya tumbuh-tumbuhan, kaki dengan 5 jari dan bercakar,
tidak memiliki taring, dan hidup pada berbagai macam habitat.
Yang termasuk dalam ordo Perissodactyl adalah Zebra (Equus zebra),
Tapir Brazil (Tapirus terastris) sesuai dengan rujukan Campbell (2003),
menyatakan bahwa ordo Perissodactyl memiliki telapak dengan jari-jari berjumlah
ganjil. Berjalan dengan ujung jari (unguligrade), bersifat herbivore, tidak memiliki
kantung empedu, kepala umunya bertanduk, kulit berambut jarang dan tebal,
penyebarannnya terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, Afrika dan Asia
Selatan.
Tipe gigi yang kami amati adalah tipe salendont yaitu kebanyakan pada
ordo artiodactyla terdapat pada Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang (Muntiacus
muntjak), gigi tipe lophodont kebanyakan terdapat pada herbivore contohnya
Zebra (Equus zebra), Tapir Brazil (Tapirus terastris), Capybara (Hydrochoerus
hydrochaeris).
100
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Para ilmuwan mengklasifikasikan hewan menjadi dua kelompok besar
yaitu hewan bertulang belakang (vertebrata) dan hewan tanpa tulang
belakang (invertebrata).
2. Praktikum kerja lapangan yang kami lakukan di Kebun Binatang
Gembira Loka bertujuan untuk mempelajari bagian-bagian luar tubuh
Aves dan Mamalia yang penting untuk diidentifikasi.
3. Mamalia adalah hewan yang mempunyai glandula mammae yang
biasanya terdapat didaerah pectoral dan disekitar pelvis yang berfungsi
untuk menyusui anaknya yang masih muda.
4.
Dalam mengidentifikasi classis Aves dan Mamalia dapat dilakukan
dengan mempelajari anatomi kerangkanya maupun morfologinya.
5. Spesies Aves yang diamati adalah pelikan, bangau tong-tong, kakatua
jambul kuning, kakatua maluku, burung hantu, kakatua raja, alap-alap
sulawesi, kakatua tanimbar, nuri abu-abu afrika dan nuri kabate.
6.
Ciri- ciri Aves yang penting untuk diidentifikasi adalah bulu, paruh,
sayap, jari, cakar, kaki dan ekornya.
7. Ciri- ciri Mamalia yang penting untuk diidentifikasi adalah pola warna,
ukuran tubuh dan letak glandula mammae.
B. SARAN
1. Sebaiknya praktikan disediakan buku pedoman tambahan agar praktikan
sudah mempunyai bayangan awal sehingga mempermudah kerja PKL.
2. Seharusnya dalam proses ini, praktikan harus senantiasa dibimbing
karena banyak praktikan yang keluar dari tujuan mereka melakukan
PKL.
3. Sebaiknya ketika PKL, Praktikan dan asisten menjalin hubungan
komunikasi yang bagus dan santun sehingga kegiatan PKL lebih
menyenangkan baik di mata, pikiran dan hati.
101
4. Seharusnya praktikan lebih bisa bersikap ilmiah dengan cara selalu aktif
bertanya mengenai objek yang kita amati. (memanfaatkan asisten-asisten
yang ada).
102
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo, Mukayat. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Campbell, Neil A. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Claude. 1988. Struktur Vertebrata. Bandung : Widya Utama.
Delita. 2009. Sistematika Hewan Vertebrata. (http://www. Makalah Biologi
Pendidikan.com)
Dharma.
2009. Laporan
Praktikum
http://dhamadharma.wordpress.com.
Fisiologi
Hewan
Air.
Djarubito, Mukayat.1990. Zoologi Dasar. Erlangga: Jakarta
Djuhanda, Tatang. 1983. Analisa Struktur Vertebrata Jilid I. Bandung : Armico.
Iskandar, D. T. 2000. Buaya dan Kura-kura Indonesia. Bogor: Puslitbang Biologi
LIPI
Jasin, Maskoeri. 1989. Sistematika Hewan (Intervertebrata dan Vertebrata).
Surabaya: Sinar Wijaya
Nalbandov. 1990. Biologi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.
Riki. 2010. Laporan Pisces. http://rykibio046.blogspot.com.
Winda hayati. 2011. Kelas Pisces. http://windahayati14.blogspot
Download