PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH KETANGGEN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh HARIYUDA LESTARI 11507005 JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH KETANGGEN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh HARIYUDA LESTARI 11507005 JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011 KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:[email protected] PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Hariyuda Lestari NIM : 115 07 005 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 29 November 2011 Yang menyatakan, Hariyuda Lestari MOTTO . Artinya : “…..Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat…. Pelajarilah ilmu Sesungguhnya belajar karena Allah SWT itu adalah Taqwa Menuntut ilmu adalah ibadah Mempelajarinya adalah tasbih Membahasnya adalah jihad Mengajarkannya kepada keluarga adalah pendekatan diri kepada Allah SWT (Ma’ads bin Jabbal, r.a) PERSEMBAHAN Kebahagian atas hasil karya dan kesabaranku ini tak ingin kurasakan sendiri, ingin rasanya kupersembahkan kepada: Keluargaku tercinta Ibuku yang selalu mendo’akan, dan memberi semangat dengan kasih sayangnya Bapak yang selalu menjadi seseorang yang terhebat dalam hidupku Mas kahar, mbak hartatik, mas infantri, mbak cita yang selalu menjadi motivatorku Adikku tersayang “nisul”, yang membuat hidupku lebih berarti dengan canda kita, tangis kita dan harapan-harapan kita.... Semoga kelak Allah menyatukan kita di surga-Nya... Amin... Dan tak lupa untuk sebentuk hati yang selalu memberi warna Terimakasih Hingga saat ini masih bersabar, mengerti, selalu menemani, dan menjadi penyemangat dalam menyelesaikan karya ini KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Metode Kerja Kelompok Pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012” ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga 2. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd, selaku ketua program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga. 3. Miftachurrif’ah, M.Ag, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga. 4. Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 6. Samidi, A.Ma selaku kepala MI Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di madrasah yang beliau pimpin. 7. Bapak Muttaqin, A.Mdi selaku guru mata pelajaran matematika kelas IV di MI Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian. 8. Bapak/Ibu guru dan Karyawan MI Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di madrasah tersebut. 9. Murid-murid kelas IV MI Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang yang telah mendukung dan membantu penulis dalam melakukan penelitian. 10. Teman-temanku tersayang Sri Maryati, Septi Dwi Indriastuti, Saidah, Ika yunita, Sundari, Dysa Martina yang selalu menemani, dan memberi semangat serta memberikan masukan-masukan dalam penyusunan skripsi. 11. Teman seperjuangan PGMI 2007 yang selama ini telah berjuang bersama. 12. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan kalian. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis berdo’a semoga amal baik dari semua pihak tersebut diterima oleh Allah SWT sebagai amal yang shalih dan mendapat balasan yang setimpal. Dan tak lupa penulis mengharapkan saran dan kritik demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya, sebagai hamba yang memiliki keterbatasan ini, penulis senantiasa mengharapkan hidayah, taufik, dan ridho Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Salatiga, 29 November 2011 Penulis, Hariyuda lestari ABSTRAK Lestari, Hariyuda. 2011. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Metode Kerja Kelompok pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd. Kata kunci: hasil belajar dan metode kerja kelompok Penelitian ini dilatar belakangi adanya kenyataan bahwa rendahnya hasil belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012 dalam pelajaran matematika kurang optimal. Oleh karena itu guru diharapkan mencoba suatu metode yang efektif dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang memungkinkan dapat berpengaruh terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa adalah metode kerja kelompok. Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) apakah penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan keaktifan belajar pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012?, dan (2) apakah penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan metode kerja kelompok. Subjek penelitianya adalah seluruh siswa kelas kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen dengan materi pokok keliling dan luas jajar genjang. Data dalam penelitian ini diambil melalui observasi keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran dan pemberian tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui, dengan menggunakan metode kerja kelompok pada pokok bahasan keliling dan luas bangun datar jajargenjang dapat meningkatnya keaktifan belajar siswa yang ditunjukkan pada siklus I siswa yang kurang aktif (63,16%), cukup (26,31%), baik (10,53%). Pada siklus II, siswa yang kurang aktif (15,79%), cukup (31,58%), baik (52,63%). Siklus III, siswa yang kurang (5,26%), cukup (15,79%), baik (78,95%). Peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada siklus I (36,84%), pada siklus II menjadi (73,68%) dan siklus peningkatannya menjadi III (89,47%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012, sehingga pengembangan pembelajaran Matematika dengan metode kerja kelompok diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran. DAFTAR ISI SAMPUL …………………………………………………........................ i LEMBAR BERLOGO ……………………………………........................ ii JUDUL ……………..................................................................................... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iv PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN …............................................. vi MOTTO........................................................................................................ vii PERSEMBAHAN........................................................................................ viii KATA PENGANTAR ................................................................................ ix ABSTRAK .................................................................................................. xi DAFTAR ISI ............................................................................................... xii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii BAB I : PENDAHULUAN .................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................ 4 C. Tujuan Penelitian .............................................................. 5 D. Hipotesis Tindakan dan indikator keberhasilan ................ 5 E. Kegunaan Penelitian ......................................................... 6 F. Definisi Operasional ......................................................... 7 G. Metode Penelitian ............................................................. 9 H. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................... 15 BAB II : KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 17 A. Belajar................................................................................ 17 1. Pengertian Belajar …………....................................... 17 2. Prinsip-Prinsip Belajar...........................…………...... 21 3. Hasil Belajar………………………………………..... 22 4. Keaktifan Belajar......................................................... 26 B. Metode Kerja Kelompok................................................... 31 1. Kedudukan metode dalam belajar mengajar ............... 31 2. Pengertian Metode Pembelajaran................................ 33 C. Mata Pelajaran Matematika............................................... 41 1. Pengertian Matematika................................................ 41 2. Hakikat Belajar Matematika........................................ 42 3. Fungsi dan Tujuan dalam Matematika Standar Kompetensi Kurikulum 2004...................................... 43 4. Karakteristik Matematika............................................ 44 5. Ruang Lingkup Matematika........................................ 45 6. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika MI.. 45 D. Metode Kerja Kelompok Dalam Matematika.................... 47 BAB III : RANCANGAN PENELITIAN .......................................... A. Gambaran Umum MI Ketanggen...................................... 49 49 B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ......................................... 53 C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ........................................ 56 D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ...................................... 58 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 62 A. Hasil Penelitian …………………..................................... 62 1. Hasil Penelitian Siklus I …………………………...... 62 2. Hasil Penelitian Siklus II ...………………………..... 64 3. Hasil Penelitian Siklus III .………………………...... 68 B. Pembahasan ...................................................................... 71 1. Peningkatan Keaktifan Siswa ………………............. 71 2. Peningkatan Hasil Belajar ...………………................ 72 BAB V : PENUTUP ............................................................................... 77 A. Kesimpulan ....................................................................... 77 B. Saran ................................................................................. 78 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 79 LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS DAFTAR TABEL 1. Tabel 3.1 : Daftar sarana dan ruang …………………………............ 51 2. Tabel 3.2 : Sarana/media pembelajaran……....................................... 51 3. Tabel 3.3 : Data peserta didik MI ketanggen tahun ajaran 2011/2012……….............................................................. 52 4. Tabel 3.4 : Data Guru MI Ketanggen Tahun Ajaran 2011/2012 …… 52 5. Tabel 4.1 : Keaktifan Siswa pada Siklus I ……….............................. 63 6. Tabel 4.2 : Hasil Tes Formatif Siklus I …………….......................... 63 7. Tabel 4.3 : Keaktifan Siswa pada Siklus II ……………………........ 65 8. Tabel 4.4 : Hasil Tes Formatif Siklus II …………………………..... 66 9. Tabel 4.5 : Data Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II........................................................................................ 10. Tabel 4.6 67 : Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ………………………………………………… 67 11. Tabel 4.7 : Keaktifan Siswa pada Siklus III ……………................... 68 12. Tabel 4.8 : Hasil Tes Formatif Siklus III...………………………….. 69 13. Tabel 4.9 : Data Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus II dan Siklus III....................................................................................... 70 14. Tabel 4.10 : Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus II dan Siklus III ……………....................................................... 71 15. Tabel 4.11 : Data Peningkatan Keaktifan Siswa …………….............. 71 16. Tabel 4.12 : Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa. .........…………... 72 DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 1.1 : Tahap-tahap penelitian tindakan kelas ……………….. 11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 2 Soal Test Formatif Siklus I Lampiran 3 Soal Test Formatif Siklus II Lampiran 4 Soal Test Formatif Siklus III Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Tes Formatif Siklus I Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal Tes Formatif Siklus II Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Tes Formatif Siklus III Lampiran 8 Lembar Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus I Lampiran 9 Lembar Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus II Lampiran 10 Lembar Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus III Lampiran 11 Lampiran Nyanyian Bangun Datar Lampiran 12 Lampiran Yel-Yel Bangun Datar Lampiran 13 Lampiran Dokumentasi Lampiran 14 Lampiran Surat Tugas Pembimbing Lampiran 15 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 16 Surat Permohonan ijin Penelitian Lampiran 17 Surat Balasan Ijin Penelitian Lampiran 18 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut antara lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para pendidik dan peserta didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja, karena peserta didik harus mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang. Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan harus mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi. Dengan kata lain, sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan sebagai proses edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mendidik dan mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat terutama bagi anak didik), dan wadah proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik atau lebih maju). 1 Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas. Kelas dalam hal ini dapat berarti segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya di suatu ruangan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM). Proses pembelajaran melalui interaksi guru dan siswa, siswa dan siswa, dan siswa dengan guru, secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi satu sistem yang utuh. Perolehan hasil belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan pembelajaran selama program pendidikan dilaksanakan di kelas yang pada kenyataannya tidak pernah lepas dari masalah. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas IV di Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen menunjukkan bahwa pencapaian hasil belajar mata pelajaran matematika siswa kurang optimal. Pada umumnya siswa menyukai matematika karena faktor pola pengajaran guru yang menyenangkan dan kreatif. Penyebab pencapaian kompetensi mata pelajaran matematika siswa kurang optimal adalah pemilihan metode pembelajaran dan kurangnya peran serta (keaktifan) siswa dalam KBM. Proses belajar mengajar matematika masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa. Hal ini mengakibatkan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan pada pengajaran daripada pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Peran serta siswa belum menyeluruh sehingga menyebabkan diskriminasi dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang aktif dalam KBM cenderung lebih aktif dalam 2 bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang lain sehingga cenderung memiliki pencapaian kompetensi belajar yang lebih tinggi. Siswa yang kurang aktif cenderung pasif dalam KBM, mereka hanya menerima pengetahuan yang datang padanya sehingga memiliki pencapaian kompetensi yang lebih rendah. Tanpa disadari matematika menjadi bagian dalam kehidupan anak yang dibutuhkan dimana saja sehingga menjadi hal yang sangat penting (Uno, 2009:120). Untuk menyajikan matematika dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar matematika beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhatian dan motivasi siswa dalam belajar matematika. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Selain itu, melalui pemilihan metode pembelajaran tersebut diharapkan sumber informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru melainkan juga dapat meningkatkan peran serta (keaktifan siswa) dan hasil belajar dalam mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama mata pelajaran matematika. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah metode kerja kelompok. Dalam metode kerja kelompok lebih menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu 3 siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran. Para siswa dalam kelompok belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai konsep yang telah dipelajari, karena keberhasilan mereka sebagai kelompok bergantung dari pemahaman masing-masing anggota. Dengan kerja kelompok siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul penelitian sebagai berikut: “PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH KETANGGEN, KECAMATAN SUSUKAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2011/2012? 2. Apakah penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2011/2012? 4 C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan keaktifan belajar matematika pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2011/2012. 2. Penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2011/2012. D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis terhadap masalah penelitian sampai terbukti melalui bukti yang terkumpul (Sukardi,2009: 41). Hipotesis tindakan merupakan dugaan sementara tentang akibat yang akan terjadi dari sebuah tindakan. Berdasarkan rumusan masalah di atas hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kerja kelompok, hasil belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang dalam mata pelajaran matematika dapat lebih baik. 2. Indikator Keberhasilan Penerapan metode kerja kelompok ini dikatakan efektif apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan penulis adalah sebagai berikut: 5 a. Ada peningkatan keaktifan siswa dalam penerapan metode kelompok pada pembelajaran matematika. b. Ada peningkatan hasil belajar secara berkelanjutan (continue) dari siklus pertama ke siklus dua dan seterusnya memenuhi kriteria ketuntasan minimal dalam pembelajaran matematika. E. Kegunaan Penelitian Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yang berarti. Manfaat dapat dilihat dari sifat dan sasarannya. Dari segi sifat, manfaat penelitian dapat berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis. Dari sisi sasaran, manfaat dapat tertuju kepada guru, murid, pengelola sekolah, bahkan orang tua siswa atau masyarakat umum. 1. Manfaat Teoritis Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui pengaruh penggunaan metode kerja kelompok sehingga peneliti dapat mengetahui dan mampu menggunakan salah satu metode yang efektif dalam pembelajaran matematika. Secara teoritis penelitian ini memberikan informasi bagaimana cara mengatasi permasalahan yang ada dalam proses belajar mengajar matematika, terutama dalam hal bagaimana meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan metode kerja kelompok. Apabila siswa tertarik untuk belajar matematika, keaktifan dan hasil belajar dapat meningkat sehingga dapat tercipta sumber daya manusia 6 yang handal dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari–hari dan dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Bagi siswa, dapat memberikan suasana belajar yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan keaktifan belajar. Penelitian ini juga bermanfaat untuk mengembangkan daya fikir dan tumbuh kompetisi dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa. b. Bagi Guru Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk memperkenalkan belajar matematika menggunakan metode kerja kelompok. Khususnya bagi guru bidang studi matematika bahwa metode kerja kelompok dapat digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna. c. Bagi Sekolah Untuk sekolah penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan budaya kerjasama dan meningkatkan kualitas pembelajaran, kualitas guru, dan pada akhirnya kualitas sekolah. F. Definisi Operasional Untuk menghindari terjadinya perbedaan antara penafsiran dengan maksud utama penulis, maka penulis menguraikan arti kata-kata yang 7 terangkum di dalamnya. Dengan harapan agar tidak ada kesalahpahaman dalam pemahaman judul yang penulis angkat, yaitu: 1. Peningkatan Hasil belajar Menurut Poerwadarminta (2006:1198) peningkatan adalah proses, cara, usaha, perbuatan menaikkan atau mempertinggi untuk mencapai suatu maksud. Menurut Poerwadarminta (2006:856) hasil adalah suatu yang diadakan (dibuat, dijadikan) oleh usaha. Menurut Slameto (1991:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Jadi, hasil belajar merupakan semua yang dapat diterima, dicerna dan disimpan oleh siswa saat berlangsung pembelajaran sehingga dapat mengubah pengetahuan atau perilaku siswa setelah pembelajaran. peningkatan hasil belajar adalah upaya yang dilakukan guru dan siswa dalam menyelesaikan pokok bahasan tertentu melalui pengajaran dan latihan agar nilai siswa meningkat. 2. Keaktifan belajar Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha, mampu bereaksi dan beraksi, sedangkan arti kata keaktifan adalah kesibukan atau kegiatan, dan keaktifan adalah segala aktifitas atau 8 kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar disekolah (http://www.scribd.com/doc/57117745/9/Pengertian-KeaktifanBelajar). Belajar aktif adalah belajar yang menyenangkan bukan sekedar bersenang-senang, kegiatan ini memang bisa menyenangkan dan tetap dapat mendatangkan manfaat dan memberikan tantangan yang menuntut kerja keras. Keaktifan belajar merupakan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar dan sikap siswa yang positif terhadap bahan pelajaran yang dihadapi dan harus dipelajari yang dilakukan didalam kelas. Maksdunya adalah kondisi pembelajaran yang tepat semua siswa akan dapat dan mau belajar dengan baik. 3. Metode Kerja Kelompok Kerja kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2011:241). Metode kerja kelompok dipakai dalam interaksi belajar mengajar agar murid-murid bisa bekerja bersama-sama atau bergotong-royong membahas dan memecahkan masalah (Sriyono, 1992:121). G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Classroom Action 9 Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Suyadi, 2011:18). Terdapat empat tahap yang digunakan secara sistematis dalam prosedur penelitian dan diterapkan dalam tiga siklus yaitu proses tindakan siklus I, siklus II, dan Siklus III. Adapun keempat tahapan yang digunakan dalam setiap siklus yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), obervasi (observation), dan refleksi (reflection). 2. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, yang berjumlah 19 siswa Tahun Pelajaran 2011/2012. Terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 9 orang siswa perempuan. 3. Waktu pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IV semester I tahun di Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen tahun 2011/2012, mulai tanggal 19 Oktober 2011 sampai dengan selesai. 4. Langkah-langkah Arikuntoro (2008:20) mengemukakan bahwa tahap-tahap dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan penting, meliputi; (1) Planning (rencana), (2) Action (tindakan), (3) Observation (pengamatan) dan (4) Reflektion (refleksi). Lebih jelasnya sebagai berikut: 10 Gambar 1.1 Tahap-tahap penelitian tindakan kelas (Arikunto, 2008:74) a. Perencanaan (planning) Proses penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada tahap perencanaan dilaksanakan berdasarkan refleksi awal sebelum melakukan penelitian. Hasilnya dalam memahami tingkat penguasaan kompetensi siswa dalam pembelajaran masih kurang. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan I yang diawali dengan: 1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai dasar untuk memecahkan segala permasalahan yang ditemukan dengan adanya perencanaan tindakan pembelajaran. 2. Menyusun lembar observasi keaktifan siswa pembelajaran menggunakan metode kerja kelompok. 11 dalam proses 3. Menyusun tes formatif untuk siswa. b. Tindakan (Action) Pada tahap ini adalah menerapkan apa yang telah direncanakan, tindakan harus sesuai dengan rencana. Penerapan pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran yang tertulis pada RPP dalam tahap perencanaan. c. Pengamatan (Observation) Peneliti menggunakan pedoman observasi yang telah direncanakan dalam melaksanakan pengamatan pembelajaran yaitu terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa. d. Refleksi (reflektion) Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya (Arikunto, 2008:80). 5. Instrumen Penelitian a. Lembar observasi Lembar observasi, alat yang digunakan dalam mengobservasi yaitu pedoman observasi (Sam’s, 2010:92). Pedoman observasi berisikan indikator yang didesain berdasarkan fokus penelitian. Berkaitan dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. 12 b. Tes tertulis Tes hasil belajar berupa tes tertulis mengenai materi yang telah diberikan selama proses pembelajaran. Perangkat tesnya berupa soal uraian yang berkaitan dengan materi. Tes tertulis digunakan untuk mendapat data kuantitatif berupa nilai yang menggambarkan pencapaian target kompetensi (Sam’s, 2010:92). 6. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: a. Tes Mengadakan tes atau evaluasi terhadap siswa melalui tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa mengenai materi yang telah diberikan dalam proses pembelajaran menggunakan metode kerja kelompok. b. Observasi Melakukan pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran berlangsung untuk mengetahui keaktifan siswa dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan metode kerja kelompok. c. Dokumentasi Dokumentasi dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan, sedang dalam arti luas dokumentasi berupa sertifikat, foto, dan lain-lain. 13 7. Analisis Data Penulis menganalisa data dengan menyusun dan mengolah data yang terkumpul melalui hasil tes dan catatan observasi. Adapun metode analisis data yang dipergunakan yaitu analisis data kuantitatif. Untuk itu diperlukan dua teknik analisis data pula. Pelaksanaan analisis dilakukan secara terus-menerus pada saat penelitian sedang berlangsung hingga pembuatan laporan penelitian akan menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Data yang diperoleh diolah dengan mencari presentase tiap-tiap kegiatan dengan menggunakan rumus presentase (Sudijono, 2010:43). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: P= x 100% Keterangan : P = jumlah nilai dalam persen f = jumlah siswa N = jumlah seluruh siswa Sedangkan untuk data yang bersifat kuantitatif, nilai ulangan harian siswa di analisis menggunakan rata-rata kemudian dikelompokkan sesuai tingkatan di atas rata-rata, rata-rata dan di bawah rata-rata. H. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi hasil penelitian tindakan kelas meliputi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Tiap-tiap bagian dapat dirinci sebagai berikut: 14 Cakupan bagian awal, meliputi sampul, lembar berlogo, judul (sama dengan sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, moto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. BAB I, memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II, berisi kajian pustaka memuat Belajar meliputi pengertian belajar, prinsip-prinsip belajar, hasil belajar, keaktifan belajar siswa. Metode kerja kelompok meliputi kedudukan metode dalam belajar mengajar, pengertian metode pembelajaran. Mata pelajaran matematika meliputi pengertian matematika, hakikat belajar matematika, fungsi dan tujuan dalam matematika standar kompetensi kurikulum 2004, karakteristik matematika, ruang lingkup matematika, standar kompetensi mata pelajaran matematika MI. Metode kerja kelompok dalam mata pelajaran matematika. BAB III, Rencana Penelitian memuat gambaran umum MI Ketanggen, deskripsi pelaksanaan siklus I (perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi), dan deskripsi pelaksanaan siklus II (perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi), deskripsi pelaksanaan siklus III (perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi). BAB IV berisi hasil penelitian dan pembahasan memuat hasil deskripsi siklus I, siklus II, siklus III dan pembahasan peningkatan hasil 15 keaktifan, hasil belajar, hasil penghitungan dengan menggunakan t-tes antar siklus. BAB V berisi penutup memuat kesimpulan dan saran. Pada bagian akhir memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis. 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. BELAJAR 1. Pengertian Belajar Menurut Sam’s (2010:31) belajar artinya berusaha (berlatih) supaya mendapat suatu kepandaian. Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam arti luas mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, mengarah kepada yang lebih baik ataupun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang terbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya. Dalam Al Qur’an dijelaskan pada ayat: Artinya: 122. Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Q.S At. Taubah:122) Dari penjelasan ayat tersebut dapat kita ambil sebagai dasar untuk kita selalu menuntut ilmu (belajar). 17 Menurut Hamalik (1992:45) belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku. Menurut Witherington (Sukmadinata, 2004:155) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru terbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan (Syah, 2003:89). Berdasarkan penjelasan belajar di atas dapat pahami bahwa dalam belajar terjadi perubahan kegiatan mencakup pengetahuan, kecakapan, dan tingkah laku. Perubahan itu diperoleh melalui latihan (pengalaman) bukan perubahan yang dengan sendirinya karena pertumbuhan kematangan atau karena keadaan sementara. Menurut Slameto (1991:79-80) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar antara lain: a. Perubahan yang terjadi secara sadar Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung secara berkesinambungan. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar selanjutnya. 18 c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetapkan atau permanen. Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. d. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Proses belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Dengan demikian proses belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya. e. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Sebagai hasilnya siswa akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional yang biasa berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Sardiman (2009:26-29) tujuan belajar ada tiga jenis, yaitu: a. Untuk mendapatkan pengetahuan Pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai hal yang tak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir 19 akan memperkaya pengetahuan. Kemampuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. b. Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Pada keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat, tetapi abstrak, dan keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. c. Pembentukan sikap Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi siswa, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Dalam interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat, didengar dan ditiru perilakunya oleh siswa. Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari penanaman nilai-nilai. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya. 20 2. Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Hamalik (1983:28) proses belajar memang kompleks, tetapi dapat juga dianlisa dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip itu ialah sebagai berikut: a. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan saling mempengaruhi secara dinamis antara siswa dan lingkungannya. b. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa. c. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang murni dan bersumber dari dalam dirinya sendiri. d. Adanya rintangan dan hambatan dalam belajar, siswa harus sanggup mangatasinya secara tepat. e. Belajar memerlukan bimbingan baik dari guru atau dosen dan tuntunan dari buku pelajaran. f. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian. g. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa yang telah dipelajari dapat dikuasai. h. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan atau hasil. i. Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar telah sanggup mentransferkan atau menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari. 21 3. Hasil belajar Menurut Sam’s (2010:33) hasil belajar adalah suatu kemampuan yang berupa ketrampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau pangalaman yang diperoleh. Menurut Gagne (Sudjana, 1990:22) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni ketrampilan intelektual strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan motorik dan sikap. Hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah: (1) ketrampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yang terdiri atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi kaidah serta prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah–masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing– masing individu dalam memperlihatkan, mengingat dan berfikir, (3) informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi–informasi yang relevan, (4) ketrampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan–gerakan yang berhubungan dengan otot, (5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Menurut Bloom (Sudjana, 1990:22-23) membagi hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, 22 yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang tediri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan, maka upaya merencanakan dan melaksakan penilaian handaknya memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian. Prinsip penilaian yang dimaksudkan antara lain adalah sebagai berikut: a. Menilai hasil balajar dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. b. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar. Penilaian senantiasa dilaksankan pada setiap saat proses belajar mengajar sehingga pelaksanaanya berkesinambungan. c. Hasil belajar yang objektif akan diperoleh dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemamuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif. d. Penilaian hasil belajar diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Dalam proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks. Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar 23 proses belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Suryabrata (Sriyanti, 2009:23-25) keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor eksternal dan faktor internal yaitu: a. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu. Faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan faktor sosial, yaitu: 1) Faktor nonsosial Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Kondisi fisik berupa cuaca, alat, gedung, dan sebagainya. 2) Faktor sosial Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa manusia. Faktor yang bersifat sosial, dibedakan menjadi faktor yang berasal keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Misalnya, kehadiran orang dalam belajar, kedekatan hubungan antara anak dengan orang lain, keharmonisan atau pertengkaran dalam keluarga, hubungan antar personil sekolah dan sebagainya. 24 b. Faktor internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis, yaitu: 1) Faktor fisiologis Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari: a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya Keadaan tonus secara umum yang ada dalam diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan tonus jasmani secara umum ini, misalnya tingkat kesehatan dan kebugaran fisik individu. b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu Keadaaan fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait dengan fungsi panca indra yang ada dalam diri individu. Panca indra merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalam diri individu. 2) Faktor psikologis Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, keaktifan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya. 25 4. Keaktifan belajar siswa a. Aktivitas belajar Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajarmengajar sehingga siswa harus aktif, karena siswa sebagai subjek didik adalah yang merencanakan dan yang melaksanakan belajar. Pada kenyataannya sering kali guru yang aktif sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting untuk mencapai tujuan belajar yang akan dicapai. Aktivitas belajar siswa dibagi menjadi 2, aktivitas jasmaniah dan aktivitas mental yang digolongkan dalam beberapa hal (Usman, 2010:22), yaitu: 1) Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi. 2) Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi. 3) Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, pengarahan. 4) Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis. 5) Aktivitas menulis (writting activities) seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat. 26 Aktivitas di atas memiliki kadar atau bobot yang berbeda bergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan balajar mengajar. Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap proses belajar sebab dengan minat siswa akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitanya dengan sifat-sifat siswa yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat, dan yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya. Pembelajaran yang efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penentunan informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru. Hasil belajar ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir siswa. Menurut Sriyono (1992:15-18) prinsip-prinsip belajar siswa aktif: 1) Stimulus belajar Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut berbentuk verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Stimulus handaknya benar-benar mengkomunikasikan informasi atau pesan yang hendak disampaikan oleh guru kepada siswa. Ada dua cara yang mungkin membantu para siswa agar pesan tersebut mudah 27 diterima. Pertama, perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat pemahamannya. Kedua, siswa menyebutkan kembali pesan yang disampaikan oleh guru kepadanya. 2) Perhatian dan motivasi Perhatian dan motivasi merupakan syarat utama dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil belajar yang akan dicapai siswa tidak akan optimal. Stimulus belajar yang akan diberikan oleh guru tidak akan berarti tanpa adanya perhatian dan motivasi dari siswa. Perhatian dan motivasi belajar siswa tidak akan lama bertahan selama proses belajar mengajar berlangsung. 3) Respons yang dipelajari Keterlibatan atau respon terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk perhatian, proses internal terhadap kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, menilai kemampuan diri dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan oleh guru. Respon yang dipelajari siswa harus menunjang tercapainya tujuan instruksional sehingga mampu mengubah perilakunya sesuai rumusan tujuan intruksional tersebut. Dalam proses belajar mengajar banyak kegiatan belajar siswa yang dapat 28 dicapai melalui respon fisik (motorik) di samping respon intelektual. 4) Penguatan Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar seperti nilai, prestasi siswa, pendapat siswa, hadiah, merupakan cara untuk memperkuat respon siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respon yang dilakukan oleh siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya. 5) Pemakaian dan pemindahan Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi yang tak terbatas ini penting sekali adanya pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan. Pengingatan kembali informasi yang telah diperoleh tersebut terjadi apabila digunakan dalam situasi yang sama. b. Membangkitkan motivasi siswa Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif- 29 motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam nencapai tujuan tertentu (Usman, 2010:28-29). 32. Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. An-Nisaa (4 : 32) Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2004:158). Sedangkan menurut Gage dan Berliner motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang (Mahmud, 2002:42). Jadi motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri seseorang untuk mencapai tujuan. Menurut Hamalik (2004:158) dalam hal motivasi, sedikitnya ada tiga unsur yang saling berkaitan yaitu: a. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affectif arousal. Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi ini menimbulkan kelakuan bermotif. Perubahan ini 30 mungkin bisa dan mungkin tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam perbuatan. Misalnya seseorang terlibat suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat akan keluar. b. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadinya yang bermotivasi untuk mengadakan respons-respons itu berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh energi dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah mencapai tujuan, misalnya si A ingin mendapat hadiah maka ia akan belajar, mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, dan mengikuti tes. Motivasi dalam belajar terdapat dalam diri siswa dan perlu dibangkitkan oleh guru. Sedangkan yang mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain: a. Kemampuan yang terdapat dalam diri siswa. b. Kondisi jasmani dan rohani siswa. c. Kondisi lingkungan siswa d. Upaya guru dalam membelajarkan siswa. B. Metode Kerja Kelompok 1. Kedudukan metode dalam belajar mengajar Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar menarik bagi siswa. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru gunakan untuk mempersiapkan program pengajaran dengan 31 baik dan sistematis. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah menggunakan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar. Kedudukan metode dalam proses belajar mengajar, (Djamarah, 2006:7275) yaitu: a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam mengajar, biasanya guru tidak hanya menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan ada kelemahannya. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. b. Metode sebagai strategi pengajaran Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua siswa mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap siswa terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang, ada yang lambat. Faktor intelegensi memepengaruhi daya serap siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Karena itu dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena ada tujuan yang diharapkan. c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan 32 Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mancapai tujuan pengajaran. Ketika tujuan dirumuskan agar siswa memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Menggunakan metode yang tepat dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran. 2. Pengertian Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2011:147). Metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda (Uno, 2009:19). Metode sebagai suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode Winarno Surakhmad (Djamarah, 2006:78) mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut: 1) Anak didik (siswa) Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain. Mereka berasal dari latar belakang yang beraneka ragam dan memiliki intelektual yang berbeda. Ada yang berkulit putih, berkulit hitam, ada yang pendiam, aktif, kreatif, terbuka, tertutup dan lain sebagainya. 33 Semua prilaku tersebut mewarnai suasana kelas. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, psikologis dan intelektual tersebut sangat mempengaruhi pemilihan metode, sehingga guru harus kreatif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2) Tujuan Tujuan pembelajaran juga sangat mempengaruhi dalam pemilihan metode. Misalnya saja dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) dengan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat melakukan gerakan senam sederhana. Tujuan tersebut tidak akan berhasil jika dalam pembelajarannya menerapkan metode ceramah ataupun diskusi kelompok. 3) Situasi Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu, ketika hari sedang hujan, tidak mungkin guru mengajak siswa belajar IPA dengan menerapkan metode jelajah alam. Maka situasi juga mempengaruhi dalam pemilihan metode pembelajaran. 4) Fasilitas Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mangajar. Guru 34 penjaskes akan mengalami kesukaran dalam menerapkan metode latihan jika tidak tersedia fasilitas olahraga. 5) Guru Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Seorang guru misalnya kurang suka berbicara sedangkan guru yang lain suka berbicara. Guru yang bertitel sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan guru yang bertitel sarjana bukan pendidikan dan keguruan. Guru yang berpengalaman juga akan beda dengan guru yang kurang mempunyai pengalaman. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih metode. Guru sebagai salah satu sumber belajar harus menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak. Pemilihan dan penentuan metode didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Guru harus mengetahui kelebihan dan kekurangan masing-masing metode pengajaran. Metode-metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran antara lain: a. Metode ceramah b. Metode tanya jawab c. Metode diskusi d. Metode pemberian tugas/resitasi e. Metode demonstrasi f. Metode karya wisata 35 g. Metode latihan (driil) h. Metode sistem beregu (team teaching) i. Metode kerja kelompok j. Metode problem solving Dalam penelitian ini menggunakan metode kerja kelompok. Metode kerja kelompok dipakai dalam interaksi belajar mengajar agar murid-murid bisa bekerja sama-sama atau bergotong royong membahas dan memecahkan masalah (Sriyono, 1992:122 ). Metode ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar. Suatu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 atau 7 siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan yang telah ditentukan pula oleh guru. Menurut Robert L. Cilastrap dan William R Martin (Roestiyah, 1985:15) memberikan pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Metode kerja kelompok biasanya digunakan berdasarkan pada: a. Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya. Agar penggunaanya dapat lebih efisien dan efektif, maka siswa perlu dijadikan kelompok-kelompok kecil. Dengan pembagian kelompok mereka dapat memanfaatkan alat-alat yang terbatas itu sebaik mungkin, tanpa saling menunggu giliran. b. Kemampuan belajar siswa. 36 Di dalam satu kelas kemampuan belajar siswa tidak sama. Dengan adanya perbedaan kemampuan belajar itu, maka perlu dibentuk kelompok menurut kemampuan belajar masing-masing, agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya. c. Minat khusus Setiap individu memiliki minat khusus yang berbeda-beda yang perlu dikembangkan. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada anak yang minat khususnya sama, sehingga mungkinkan dibentuknya kelompok, agar mereka dapat dibina dan mengembangkan bersama minat tersebut. d. Memperbesar partisipasi siswa Pada setiap kelas biasanya jumlah siswa terlalu banyak dan jam pelajaran sangat terbatas. Karena itulah dibentuk kelompok, dan diberikan tugas yang sama pada masing-masing kelompok, maka banyak kemungkinan setiap siswa ikut serta melaksanakan dan memecahkannya. e. Pembagian tugas atau pekerjaan Didalam kelas bila guru menghadapi suatu masalah yang meliputi berbagai persoalan, maka perlu tugas membahas masing-masing persoalan pada kelompok, sesuai dengan jumlah persoalan yang akan dibahas. Dengan demikian masing-masing kelompok harus membahas tugas yang diberikan itu. f. Kerja sama yang efektif 37 Dalam kelompok siswa harus bisa bekerja sama, mampu menyesuaikan diri, menyeimbangkan pikiran/pendapat atau tenaga untuk kepentingan bersama, sehingga mencapai suatu tujuan untuk bersama pula. Menurut Sriyono (1992:122 ) kelebihan metode kerja kelompok: a. Siswa mudah diawasi dan dibimbing, karena jumlahnya relatif kecil. b. Siswa belajar diskusi, bertukar pikiran dan memecahkan masalah secara demokratis. c. Membina semangat kerja dan gotong royong. d. Pendapat kelompok menjadi lebih matang dan dapat dipertanggung jawabkan dari pada individu. e. Mempercepat penyelesaian suatu problem atau tugas. f. Membangkitkan semangat bersaing yang sehat antar kelompok. g. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah. h. Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah. i. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan kerja kelompok. j. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar. k. Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam kerja kelompok. 38 l. Memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain. Menurut Sriyono (1992:122 ) kekurangan metode kerja kelompok: a. Sulit membentuk kelompok yang dapat bekerja sama secara baik. b. Timbul rasa kelompokisme yang kurang sehat. c. Anggota kelompok yang malas mungkin menyerahkan tugas kelompok kepada ketua atau temannya yang rajin dan pandai. d. Penilaian terhadap individu sulit karena tersembunyi dibalik kelompok. e. Seluruh waktu bisa jadi didominasi oleh kelompok yang pandai atau yang berani berbicara. f. Terjadi pertentangan antar anggota kelompok, maka hasil pekerjaannya akan kurang baik. Menurut Sriyono (1992:122 ) Faktor-faktor yang menentukan hasil kerja kelompok sebagai berikut: a. Taraf kecerdasan anggota kelompok. b. Hubungan antar anggota kelompok. c. Pengenalan dan pengalaman dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. d. Besarnya jumlah kelompok. e. Kemampuan pemimpin kelompok anggotanya. 39 dalam memimpin anggota- f. Minat, keaktifan dan ketrampilan anggota dalam menyelesaikan masalah. g. Strategi ini tidak ditunjang oleh penelitian khusus. h. Kerja kelompok sering hanya melibatkan siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang. i. Strategi ini kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda dan gaya mengajar yang berbeda. Menurut Hasibuan (1993:24-25) aspek-aspek kelompok yang perlu diperhatikan dalam kerja kelompok ialah: a. Tujuan Tujuan harus jelas bagi setiap anggota kelompok, agar diperoleh hasil kerja yang baik. Tiap anggota harus tahu persis yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. b. Interaksi Dalam kerja kelompok ada tugas yang harus diselesaikan bersama sehingga perlu dilakukan pembagian kerja. Syarat utama terjadinya kerjasama adalah komunikasi yang efektif, perlu ada interaksi antar anggota kelompok. c. Kepemimpinan Tugas yang jelas, komunikasi yang efektif, kepemimpinan yang baik, akan berpengaruh terhadap suasana mempengaruhi proses penyelesaian tugas. 40 kerja yang akan Keberhasilan metode kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri. Menurut Roestiyah (1985:19-20) supaya kerja kelompok dapat lebih berhasil, maka harus melalui langlah-langkah sebagai berikut: a. Menjelaskan tugas kepada siswa. b. Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu. c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok. d. Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kelompok tersebut. e. Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi saran/pertanyaan. f. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok. C. Mata Pelajaran Matematika 1. Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, dan kreatif pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Menurut Uno (2009:109) Matematika adalah sebagai salah satu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat 41 untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intusi, analisis dan kontruksi, generalisasi dan individualitas, dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmetika, aljabar, geometri, dan anlisis. Belajar matematika merupakan suatu kegiatan yang berkenaan dengan penyeleksian himpunan-himpunan dari unsur matematika yang sederhana dan merupakan himpunan-himpunan baru, yang selanjutnya membentuk himpunan-himpunan baru yang lebih rumit. Menurut Johnson dan Myklebust (Sam’s, 2010:11) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan pemikiran. Menurut Mulyani Sumantri (Sam’s, 2010:12) matematika adalah pengetahuan yang tidak kurang pentingnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tujuan pengajaran matematika ialah agar siswa dapat berkonsultasi dengan menggunakan angka-angka dan bahasa dalam matematika. 2. Hakikat Belajar Matematika Menurut Uno (2009:110) hakikat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkannya pada situasi nyata. Belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Matematika melibatkan pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya dengan fenomena fisik dan sosial. Maka belajar matematika merupakan suatu kegiatan yang 42 berkenaan dengan penyeleksian himpunan-himpunan dari unsur matematika yang sederhana dan merupakan himpunan-himpunan baru, yang selanjutnya membentuk himpunan-himpunan baru yang lebih rumit. 3. Fungsi dan Tujuan dalam Matematika Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran, geometri dan pengelolaan data. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Sedangkan tujuan pembelajaran matematika adalah: a. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi. b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. 43 4. Karakteristik Matematika Proses pembelajaran suatu mata pelajaran akan efektif bagi siswa jika guru memiliki pengetahuan tentang objek yang akan diajarkannya supaya dalam menyampaikan materi tersebut penuh dengan dinamika dan inovatif. Menurut Subarinah (Sam’s, 2010:29) matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika pada hakikatnya adalah belajar konsep, strukturnya, dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya. Karakteristik matematika antara lain: a. Memiliki kajian objek abstrak, disebut juga obyek mental yang ada dalam pikiran meliputi obyek dasar: fakta, konsep, definisi, operasi dan prinsip. Dari objek dasar disusun suatu pola dan struktur matematika. b. Bertumpu pada kesepakatan, aksioma (postulat) merupakan pertanyaan pangkal yang sering dinyatakan tetapi tidak perlu lagi dibuktikan. c. Berpola pikir deduktif, berpangkal dari hal umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus. d. Memiliki simbol yang kosong dari arti. e. Memperhatikan semesta dan pembicaraan. f. Konsisten dalam sistemnya, terdapat banyak sistem ada yang terkait dan ada yang saling terlepas. Dalam satu sistem tidak boleh ada kontradiksi, tetapi dalam antar sistem ada kemungkinan terdapat sebuah kontradiksi. 44 5. Ruang Lingkup Matematika Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek bilangan, giometri dan pengukuran serta pengolahan data. Bilangan membahas tentang kaedah konsep simbolisasi lambang bilangan dan perhitungan dasar sederhana yang banyak melibatkan media konkrit dan media manipulatif lainnya. Giometri dan pengukuran lebih fokus membelajarkan siswa tentang konsep ruang dan ukurannya dengan perhitungan dasar yang sederhana menggunakan media konkrit dan media manipulatif lainnya. Sedangkan Pengolahan data lebih banyak membahas tentang hakekat data, cara mengolah dan membaca data berdasarkan kaidah rasional dan ilmiah menggunakan data-data konkrit dan data manipulatif. Penggunaan media dari konkrit ke absatrak mempertimbangkan tingkatan kelas dan daya nalar siswa. Semakin tinggi tingkatan siswa maka penggunaan media di arahkan ke semi abstrak (manipulatif) sampai tingkatan abstrak. Demikian juga semakin tinggi daya nalar logis siswa maka semakin berani bagi guru menggunakan media yang semi abstrak sampai abstrak. 6. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika MI Kemampuan matematika yang dipilih dalam Standar Kompetensi ini dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik agar dapat berkembang secara optimal, serta memperhatikan pula perkembangan pendidikan sekarang. Untuk mencapai kompetensi tersebut, dipilih materi-materi matematika 45 dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara rinci, standar kompetensi dimaksud sebagai berikut: a. Bilangan 1) Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah. 2) Menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. 3) Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan masalah. 4) Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. 5) Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. b. Pengukuran dan Geometri 1) Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang, serta menggunakanya dalam pemecahan masalah. 2) Melakukan pengukuran, menentukan unsur bangun datar dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. 3) Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. 4) Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bagun ruang, menentukan kesimetrisan bangun datar, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. 46 5) Melakukan operasi hitung yang melibatkan satuan ukuran, mengenal sistem koordinat pada bidang datar dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. c. Pengelolaan Data 1) Mengumpulkan, menyajikan dan mengelola data (ukuran pemutusan data). D. Metode Kerja Kelompok Dalam Matematika Keterlibatan langsung siswa dalam pembelajaran dapat mempercepat penerimaan dan penyerapan terhadap bahan ajar/materi pelajaran yang diberikan. Metode kerja kelompok merupakan salah satu metode belajar dengan cara berkelompok-kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas yang dirasa perlu dikerjakan secara bersama-sama. Pembelajaran dengan metode kerja kelompok mengandung pengertian bahwa para siswa dilatih membentuk suatu kepribadian kesatuan serta kebersamaan, karena dengan cara seperti ini siswa yang kemampuannya kurang pandai dapat bekerja sama saling tukar pengetahuan dengan siswa yang lebih pandai. Metode kerja kelompok sangat berpengaruh dalam memotifasi belajar bagi para siswa dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika. Para siswa akan lebih terpacu untuk mencari hal-hal yang belum mereka ketahui dengan cara berdiskusi dengan para anggota kelompok mereka. Metode kerja kelompok dipakai dalam pelajaran matematika sangat bermanfaat karena dengan adanya interaksi terhadap sesama siswa dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Metode kerja kelompok 47 memiliki dampak yang positif dalam pelajaran matematika, siswa dituntut aktif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dengan metode kerja kelompok siswa yang mengalami kesulitan dapat dibantu oleh yang siswa kemampuan yang lebih. Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan metode kerja kelompok dapat meningkatkan peran serta siswa secara menyeluruh, tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Dengan kerja kelompok siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. 48 BAB III RANCANGAN PENELITIAN A. Gambaran Umum MI Ketanggen 1. Profil Madrasah Nama Madrasah : MI Darul Falah NSS : 112332203039 Propinsi : Jateng Kabupaten : Semarang Kecamatan : Susukan Desa : Ketanggen Kode pos : 50777 Status Madrasah : Swasta Akreditasi/TH : B/11-12-2009 Surat keputusan : Dd. 012704 Tahun Berdiri : 1967 Kegiatan Pembelajaran : Pagi dan Siang Bangunan Madrasah : Milik Sendiri Organisasi Penyelenggara : Yayasan 2. Keadaan Fisik Madrasah ini terletak di Dusun Ketanggen Ds. Susukan Kec. Susukan Kab. Semarang yang keadaannya sebagai berikut: a. Terletak di pinggir Dusun Ketanggen 49 b. Madrasah ini dikelilingi jalan raya, desa dan persawahan c. Mudah dijangkau, sebab terletak hanya 200 m dari jalan raya SruwenKaranggede. d. Terletak di daerah yang steril dari sumber penyakit sebab jauh dari pabrik, kandang hewan ternak. e. Fasilitas air mudah didapat, sebab PDAM sudah masuk. f. Fasilitas listrik terpenuhi. 3. Sejarah Berdirinya MI Ketanggen Madrasah ini berdiri pada tanggal 1 Juli 1967, dengan nama Madrasah Wajib Belajar (MWB) dan berada di bawah naungan Departemen Agama. Madrasah ini berdiri di atas tanah wakaf seluas 21 m x 21 m. Madrasah ini memiliki visi dan misi sebagai berikut: Visi : Berpacu dalam prestasi, santun dalam perilaku, kuat iman dan taqwa. Misi : a. Menjadikan madrasah sebagai sarana pengembangan pendidikan IPTEK dan IMTAQ. b. Membimbing secara intensif akan pentingnya pendidikan agama. c. Menumbuhkan penghayatan agama dalam kehidupan serta mengupayakan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat dalam bidang pendidikan. 50 4. Fasilitas sekolah Dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar madrasah ini dilengkapi sarana pendukung seperti tertera pada tabel berikut: Tabel 3.1 Daftar Sarana Ruang No. Nama Ruang Jumlah Keterangan 1 Ruang Kelas 6 Baik dan Standar 2 Kantor Kepala 1 Baik 3 Kantor Tata Usaha - - 4 Ruang Guru 1 Baik 5 R. Perpustakaan 1 Baik 6 R. Laboratorium IPA - - 7 R. Keterampilan - - 8 R. Laboratorium Komputer - - 9 R. Koperasi/Kantin - - 10 R. Gudang 1 Standar 11 WC Guru/Pegawai 1 Standar 12 WC Peserta Didik 1 Standar Tabel 3.2 Sarana/Media Pembelajaran No. Nama Ruang Jumlah Keterangan 1 UHP 1 Baik 2 Komputer - - 3 Laptop 1 Baik 51 4 Alat Musik - - 5 TV - - 6 Alat Peraga Kit IPA 1 set Baik Kit IPS 1 set Baik 5. Peserta Didik dan Tenaga Kependidikan Madrasah ibtidaiyah ini memiliki peserta didik sebanyak 129 dengan rombongan belajar berjumlah 6 kelas, dengan perincian sebagai berikut: Tabel 3.3 Data Peserta Didik MI Ketanggen Tahun Ajaran 2011/2012 Jumlah No. Kelas Jumlah Keterangan 1 11 20 Aktif 13 9 22 Aktif III 9 12 21 Aktif 4 IV 10 9 19 Aktif 5 V 12 10 22 Aktif 6 VI 12 13 25 Aktif Jumlah 65 64 129 L P I 9 2 II 3 Tabel 3.4 Data Guru MI Ketanggen Tahun Ajaran 2011/2012 No Nama Guru Status 52 TNT disini Mengajar 1 Samidi, A. Ma PNS 17-7-2006 Kelas II PNS 1-7-2008 Mapel, wakil NIP. 196110301984051001 2 Drs. Aunur Rofiq kelas VI NIP. 196809201992031003 3 Nofi Hidayati,S.Pd WB 1-7-1995 Kelas III 4 Nur Hidayati WB 1-7-1998 Mapel, wakil kelas IV 5 Siti Wahyu Ningsih, A.Ma WB 17-7-2003 Mapel 6 Muttaqin, A.Mdi WB 1-10-2005 Mapel 7 M. Nur Khakim, S.Pdi WB 14-8-2005 Mapel 8 Umi Nur Faizah. Spd WB 1-8-2009 Mapel, wakil kelas V No Nama Guru Status TNT disini Mengajar 9 M. Syarifudin Z, S.Pd.I WB 1-8-2009 Mapel 10 Anita Rahmawati, S.Pdi WB 11-7-2011 Kelas 1 B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada siklus I. Perangkat pembelajaran meliputi absensi, lembar observasi, lembar penilaian dan soal tes, dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan menyesuaikan program pembelajaran. 2. Tindakan (Action) 53 Tindakan kelas siklus I berlangsung selama 1 kali tatap muka (2 x 35 menit) yaitu jam ke 3-4 (08.25– 9.35). Siswa yang hadir sebanyak 19 siswa. Materi yang diajarkan dalam pertemuan ini adalah bangun datar jajar genjang yaitu mencari luas dan keliling bangun datar jajar genjang dengan menggunakan metode kerja kelompok. Langkah-langkah kegiatan pembelajarannya: a. Kegiatan Awal 1) Guru melakukan presensi kehadiran siswa dan mengondisikan kelas 2) Guru melakukan apersepsi terhadap siswa. 3) Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan siswa dengan materi yang akan diajarkan. b. Kegiatan Inti 1) Guru menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan diajarkan. 2) Siswa menulis informasi yang didapat dari penjelasan guru. 3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok (setiap kelompok 4 anak). 4) Siswa dalam kelompoknya saling memberikan kontribusi, saling bertukar dan berdiskusi tentang semua gagasan. 5) Guru membimbing siswa untuk menemukan rumus luas jajargenjang dan memberikan soal. 6) Siswa menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan luas bangun datar jajar genjang secara berkelompok. 54 7) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. 8) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. 9) Guru memberikan soal tes kepada siswa untuk dikerjakan. c. Kegiatan Penutup 1) Guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah terlaksana 2) Guru bersama siswa menutup pembelajaran dengan bacaan hamdalah dan salam Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran. Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada perencanaan tindakan yang telah dibuat, materi ajar yang disajikan. Dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar serta membimbing siswa dalam melakukan kerja kelompok. Penilaian pada siswa terdiri dari penilaian unjuk kerja yang dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan hasil belajar siswa yang dilakukan pada saat kegiatan inti. 3. Pengamatan (Observation) Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar hasil pengamatan terhadap siswa. Data yang dikumpulkan pada pelaksanaan siklus I adalah hasil observasi keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Setelah data terkumpul menunjukkan hasil observasi 55 keaktifan siswa dan hasil belajar siswa selama pembelajaran yang akan diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya. 4. Refleksi (Reflektion) Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I peneliti melakukan beberapa ide perbaikan. Hal ini dilakukan supaya pada siklus berikutnya tidak terjadi lagi kekurangan yang sama. Ide perbaikan tersebut adalah memberikan variasi mengkondisikan siswa pembelajaran sebelum dengan memulai bernyanyi, pelajaran dan lebih lebih memperhatikan siswa secara keseluruhan, khususnya pada siswa-siswa yang kurang aktif dan kurang memperhatikan pembelajaran agar lebih bersungguh-sungguh dan memperhatikan materi pembelajaran tersebut. Selain itu, lebih meningkatkan pengarahan dan bimbingan kepada siswa terhadap materi yang disampaikan. Guru lebih mempersiapkan waktu sebelum pembelajaran, guru memberikan arahan pembelajaran materi keseluruh kelompok tidak hanya kelompok tertentu saja. C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan perbaikan rencana tindakan dari siklus I. Dimulai mempersiapkan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran meliputi absensi, lembar observasi, lembar penilaian dan soal tes, dan rencana pelaksanaan 56 pembelajaran yang dilakukan dengan menyesuaikan program pembelajaran. 2. Tindakan (Action) Tindakan kelas siklus II dilaksanakan jam ke 1-2 (07.15 – 08.25). Siswa yang hadir sebanyak 19 siswa. Materi yang diajarkan dalam pertemuan ini adalah bangun datar jajargenjang yaitu mencari luas dan keliling bangun datar jajar genjang. Pada siklus II ide perbaikan yang akan dilakukan adalah dengan mengajak siswa bernyanyi bersama agar siswa lebih aktif dan bersemangat dalam pembelajaran. Langkah-langkah kegiatan pembelajarannya : a. Kegiatan Awal 1) Guru mengajak siswa bernyanyi bersama. 2) Mengingat kembali pelajaran tentang bangun datar. b. Kegiatan Inti 1) Guru memberikan contoh bangun datar jajar genjang yang ada didalam kelas. 2) Guru mendemonstrasikan cara menentukan keliling dan luas bangun datar jajar genjang. 3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok (sesuai dengan kelompok yang sudah dibentuk). 4) Siswa berkelompok untuk memecahkan soal mencari keliling dan luas bangun datar jajar genjang. 5) Siswa mempresentasikan hasil kelompok mereka. 57 6) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 7) Siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan guru secara mandiri. c. Kegiatan Akhir 1) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari materi yang telah diajarkan. 2) Guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah terlaksana. 3) Guru bersama siswa menutup pembelajaran dengan bacaan hamdalah dan salam. Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran. Penilaian pada siswa terdiri dari penilaian unjuk kerja yang dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan pada saat kegiatan inti. 3. Pengamatan (Observation) Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar observasi hasil pengamatan terhadap keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Aspek yang diamati sama pada siklus I. Selama pembelajaran dilakukan pengamatan ulang terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa pada saat pembelajaran apakah ada peningkatan dari siklus sebelumnya. Setelah data terkumpul menunjukkan hasil evaluasi dan hasil pengamatan selama pembelajaran yang akan diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya. 4. Refleksi (Reflektion) 58 Untuk mengatasi kekurangan pada siklus II peneliti melakukan beberapa ide perbaikan. Hal ini dilakukan supaya pada siklus berikutnya tidak terjadi lagi kekurangan yang sama. Ide perbaikan tersebut adalah peneliti mengubah formasi kelompok, memberikan variasi dalam pembelajaran berupa yel-yel untuk menambah semangat antar kelompok. Guru dapat mengkondisikan suasana kelas sebelum pembelajaran, guru memberi kesempatan kepada kelompok untuk menyimpulkan materi,. Diharapkan pada siklus III melalui metode kerja kelompok hasil belajarnya akan lebih meningkat dari siklus-siklus sebelumnya. D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus III merupakan perbaikan rencana tindakan dari siklus-siklus sebelumnya. Dimulai mempersiapkan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran meliputi absensi, lembar observasi, lembar penilaian dan soal tes, dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan menyesuaikan program pembelajaran. 2. Tindakan (Action) Tindakan kelas siklus III dilaksanakan pada jam ke 1-2 (07.1508.25). Siswa yang hadir sebanyak 19 siswa. Materi yang diajarkan dalam pertemuan ini adalah bangun datar jajargenjang yaitu mencari luas dan keliling bangun datar jajar genjang. Pada siklus III ide perbaikan yang 59 digunakan adalah menggunkan yel-yel untuk menambah semangat belajar antar kelompok dan mengubah formasi kolompok. Langkah-langkah kegiatan pembelajarannya: a. Kegiatan Awal 1) Menyanyikan yel-yel yang dibuat oleh masing-masing kelompok. 2) Mengingat kembali pelajaran tentang luas dan keliling bangun datar jajar genjang. b. Kegiatan Inti 1) Guru mengubah formasi kelompok. 2) Guru menyajikan sebuah masalah yang berkaitan dengan luas dan keliling bangun datar jajar genjang. 3) Guru membimbing siswa untuk memahami masalah tersebut. 4) Siswa mengkaji, menginvestigasi dan mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut. 5) Guru membimbing siswa untuk menemukan cara pemecahan masalah tersebut. 6) Siswa menyelesaikan beberapa soal latihan. 7) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. 8) Guru memberikan soal-soal kepada siswa untuk dikerjakan. c. Kegiatan Akhir 1) Guru memberi kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dalam mengikuti pembelajaran. 60 2) Guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah terlaksana. 3) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran. Pada siklus III peneliti menyajikan materi pelajaran sudah sesuai dengan skenario pembelajaran. Penilaian pada siswa terdiri dari penilaian unjuk kerja yang dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi keaktifan siswa dan penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan pada saat kegiatan inti. Pelaksanaan kegiatan pada siklus III berlangsung selama 1 kali tatap muka (2 x 35 menit). 3. Pengamatan (Observation) Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar hasil observasi keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Aspek yang diamati sama dengan siklus-siklus sebelumnya. Selama pembelajaran dilakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa dan hasil belajar apakah ada perubahan dari siklus-siklus sebelumnya selama pembelajaran berlangsung. 4. Refleksi (Reflektion) Hasil dari pengamatan di kumpulkan dan dianalisis. Setelah data terkumpul menunjukkan bahwa hasil evaluasi dan hasil pengamatan lebih mengalami kenaikan dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Maka penelitian ini berhasil jika terdapat peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. 61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN E. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas yang direncanakan menggunakan 3 siklus, dengan Kompetensi Dasar menggunakan konsep keliling luas bangun datar sederhana dalam memecahkan masalah. Siklus pertama, ke dua dan ke tiga menguraikan sub pokok bahasan yang sama yaitu keliling dan luas bangun datar jajargenjang, 2 x 35 menit (2 jam pelajaran) dalam 1 kali pertemuan. Dalam penelitian ini setiap pembelajaran di gunakan lembar observasi dan soal tes untuk mengukur sejauh mana keaktifan siswa dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan metode kerja kelompok. Adapun hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1. Hasil Penelitian Siklus I Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti menyajikan materi mencari luas dan keliling bangun datar jajargenjang dengan dengan menggunakan metode kerja kelompok. Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Melalui pengamatan selama proses pembelajaran tersebut, observasi terhadap siswa dilakukan pengamatan terhadap dua aspek yaitu: a. Keaktifan siswa 62 b. Hasil belajar Berikut adalah tabel pengamatan terhadap siswa: Tabel 4.1 Keaktifan Siswa pada Siklus I No. Keaktifan Siswa Jumlah Siswa Prosentase (%) 1 Kurang 12 63,16 2 Cukup 5 26,31 3 Baik 2 10,53 Jumlah 19 100 Data di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode kerja kelompok dalam pembelajaran matematika, dapat diketahui bahwa tingkat keaktifan siswa masih banyak yang kurang. Perlu adanya peningkatan dari aspek keaktifan tersebut pada siklus selanjutnya. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan penerapan metode kerja kelompok. Kesiapan siswa dalam pembelajaran juga masih kurang. Mereka juga belum berani untuk menjawab ataupun mengajukan pertanyaan. Peneliti juga memberikan tes formatif sebagai pengukuran hasil belajar siswa. Adapun dari hasil tes formatif pada siklus I ini didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini : Table 4.2 Hasil Tes Formatif Siklus I No Nama KKM Nilai Ketuntasan 1. A 55 50 Tidak Tuntas 63 2. B 55 55 Tuntas 3. C 55 45 Tidak Tuntas 4. D 55 50 Tidak Tuntas 5. E 55 60 Tuntas 6. F 55 65 Tuntas 7. G 55 50 Tidak Tuntas No Nama KKM Nilai Ketuntasan 8. H 55 60 Tuntas 9. I 55 45 Tidak Tuntas 10. J 55 50 Tidak Tuntas 11. K 55 40 Tidak Tuntas 12. L 55 65 Tuntas 13. M 55 60 Tuntas 14. N 55 35 Tidak Tuntas 15. O 55 70 Tuntas 16. P 55 50 Tidak Tuntas 17. Q 55 40 Tidak Tuntas 18. R 55 45 Tidak Tuntas 19. S 55 35 Tidak Tuntas 55 51,05 Tidak Tuntas Rata-rata Keterangan : Tuntas : 7 siswa (36,84%) Tidak Tuntas : 12 siswa (63,16%) 64 Data tersebut dapat dilihat bahwa ketuntasan individu masih rendah, hanya 7 siswa atau 36,84% yang sudah tuntas sedangkan sisanya masih mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Rata-rata ketuntasan klasikal siswa mencapai 51,05 yang berarti bahwa secara klasikal pembelajaran matematika belum tuntas. 2. Hasil Penelitian Siklus II Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti menyajikan materi jajargenjang dengan dengan menggunakan metode kerja kelompok. Dengan menerapkan ide perbaikan pada siklus II yaitu mengajak siswa bernyanyi. Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Melalui pengamatan selama proses pembelajaran tersebut, observasi terhadap siswa dilakukan pengamatan terhadap dua aspek yaitu: a. Keaktifan siswa b. Hasil belajar Berikut adalah tabel pengamatan terhadap siswa: Tabel 4.3 Keaktifan Siswa pada Siklus II No. Keaktifan Siswa Jumlah Siswa Prosentase (%) 1 Kurang 3 15,79 2 Cukup 6 31,58 3 Baik 10 52,63 Jumlah 19 100 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat keaktifan siswa cukup baik dan meningkat daripada siklus sebelumnya. Hal tersebut 65 menunjukkan bahwa melalui metode kerja kelompok mampu membuat siswa aktif dan memperhatikan materi yang sedang dipelajari serta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan. Walaupun masih ada beberapa siswa saja yang masih kurang. Diharapkan pada siklus selanjutnya lebih baik dan lebih meningkat. Seperti pada tindakan kelas siklus I peneliti juga memberikan tes formatif sebagai pengukuran hasil belajar siswa. Adapun dari hasil tes formatif pada siklus II ini didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini : Table 4.4 Hasil Tes Formatif Siklus II No Nama KKM Nilai Ketuntasan 1. A 55 60 Tuntas 2. B 55 60 Tuntas 3. C 55 45 Tidak Tuntas 4. D 55 75 Tuntas 5. E 55 75 Tuntas 6. F 55 70 Tuntas 7. G 55 75 Tuntas 8. H 55 85 Tuntas 66 9. I 55 75 Tuntas 10. J 55 70 Tuntas 11. K 55 45 Tidak Tuntas 12. L 55 65 Tuntas 13. M 55 65 Tuntas 14. N 55 50 Tidak Tuntas 15. O 55 75 Tuntas 16. P 55 55 Tuntas 17. Q 55 50 Tidak Tuntas 18. R 55 55 Tuntas 19. S 55 40 Tidak Tuntas 55 63,16 Tuntas Rata-rata Keterangan : Tuntas : 14 siswa (73,68%) Tidak Tuntas : 5 siswa (26,32%) Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa ketuntasan individu meningkat, terdapat 14 siswa atau 73,68% yang sudah tuntas sedangkan sisanya masih mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Rata-rata ketuntasan klasikal siswa mencapai 63,16 yang berarti bahwa secara klasikal pembelajaran matematika tuntas. Akan tetapi peneliti masih perlu melanjutkan penelitian pada tindakan kelas siklus III untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar. 67 Berdasarkan data yang telah diperoleh pada siklus I dan II, pada aspek keaktifan mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu: Tabel 4.5 Data Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II No. Kemampuan Siswa Sesudah Tindakan Siklus I Siklus II 1. Kurang 63,16% 15,79% 2. Cukup 26,31% 31,58% 3. Baik 10,53% 52,63% Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan keaktifan siswa pada pelajaran matematika menggunakan metode kerja kelompok. Dilihat dari siklus I siswa yang kurang aktif (63,16%) pada siklus II menjadi (15,79%), siswa yang cukup aktif siklus I (26,31%) pada siklus II (31,58%), dan siklus I mempunyai keaktifan baik (10,53%) pada siklus II menjadi (52,63%). Berdasarkan data yang telah diperoleh pada siklus I dan II, pada aspek hasil belajar mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu: Table 4.6 Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II Indikator Pencapaian Siklus I Siklus II Kurang dari KKM yaitu ≤55 12 siswa (63,16%) 5 siswa (26,32%) Mencapai KKM yaitu ≥ 55 7 siswa (36,84%) 14 siswa (73,68%) 68 Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika menggunakan metode kerja kelompok. Dilihat dari siklus I siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 12 siswa (63,16%) pada siklus II menjadi 5 siswa (26,32%). Siswa yang sudah mencapai KKM pada siklus I sebanyak 7 siswa (36,84%) pada siklus II menjadi (73,68%). 3. Hasil Penelitian Siklus III Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti menyajikan materi jajargenjang dengan dengan menggunakan metode kerja kelompok. Pada siklus III menerapkan ide perbaikan berupa mengubah formasi kelompok dan menggunkan yel-yel antar kelompok Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran. Melalui pengamatan selama proses pembelajaran tersebut, observasi terhadap siswa dilakukan pengamatan terhadap dua aspek yaitu: a. Keaktifan siswa b. Hasil belajar Berikut adalah tabel pengamatan terhadap siswa: Tabel 4.7 Keaktifan Siswa pada Siklus III No. Keaktifan Siswa Jumlah Siswa Prosentase (%) 1 Kurang 1 5,26 2 Cukup 3 15,79 3 Baik 15 78,95 Jumlah 19 100 69 Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan tingkat keaktifan siswa meningkat lebih baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa melalui metode kerja kelompok mampu membuat siswa aktif dan memperhatikan materi yang sedang dipelajari serta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan. Seperti pada tindakan kelas siklus I dan siklus II peneliti juga memberikan tes formatif sebagai pengukuran hasil belajar siswa. Adapun dari hasil tes formatif pada siklus III ini didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini : Tabel 4.8 Hasil Tes Formatif Siklus III No Nama KKM Nilai Ketuntasan 1. A 55 70 Tuntas 2. B 55 65 Tuntas 3. C 55 50 Tidak Tuntas 4. D 55 80 Tuntas 5. E 55 85 Tuntas 6. F 55 85 Tuntas 7. G 55 90 Tuntas 8. H 55 100 Tuntas 9. I 55 85 Tuntas 10. J 55 80 Tuntas 11. K 55 55 Tuntas 12. L 55 70 Tuntas 13. M 55 75 Tuntas 70 14. N 55 50 Tidak Tuntas 15. O 55 90 Tuntas 16. P 55 75 Tuntas 17. Q 55 70 Tuntas 18. R 55 75 Tuntas 19. S 55 60 Tuntas 55 74,21 Tuntas Rata-rata Keterangan : Tuntas : 17 siswa (89,47%) Tidak Tuntas : 2 siswa (10,53%) Berdasarkan data tersebut di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan individu tinggi, terdapat 17 siswa atau 89,47% yang sudah tuntas sedangkan sisanya masih mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Rata-rata ketuntasan klasikal siswa mencapai 74,21 yang berarti bahwa secara klasikal pembelajaran matematika tuntas. Peneliti merasa tidak perlu untuk melanjutkan ke tindakan selanjutnya. Berdasarkan data yang telah diperoleh pada siklus II dan III, pada aspek keaktifan mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu: Tabel 4.9 Data Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus II dan Siklus III No. Kemampuan Siswa Sesudah Tindakan Siklus II 71 Siklus III 1. Kurang 15,79% 5,26% 2. Cukup 31,58% 15,79% 3. Baik 52,63% 78,95% Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan keaktifan siswa pada pelajaran matematika menggunakan metode kerja kelompok. Dilihat dari siklus II siswa yang kurang aktif (15,79%) pada siklus III menjadi (5,26%), siswa yang cukup aktif siklus II (31,58%) pada siklus III (15,79%), dan siklus II mempunyai keaktifan baik (52,63%) pada siklus III menjadi (78,95%). Data yang telah diperoleh pada siklus I dan II, pada aspek hasil belajar mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu: Table 4.10 Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus II dan Siklus III Indikator Pencapaian Siklus II Siklus III Kurang dari KKM yaitu ≤55 5 siswa (26,32%) 2 siswa (10,53%) Mencapai KKM yaitu ≥ 55 14 siswa (73,68%) 17 siswa (89,47%) Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika menggunakan metode kerja kelompok. Dilihat dari siklus II siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 5 siswa (26,32%) pada siklus III menjadi 2 siswa (10,53%). 72 Siswa yang sudah mencapai KKM pada siklus II sebanyak 14 siswa (73,68%) pada siklus III menjadi 17 siswa (89,47%). F. Pembahasan 1. Peningkatan Keaktifan Siswa Tabel 4.11 Data Peningkatan Keaktifan Siswa No. Kemampuan Siswa Sesudah Tindakan Siklus I Siklus II Siklus III 1. Kurang 63,16% 15,79% 5,26% 2. Cukup 26,31% 31,58% 15,79% 3. Baik 10,53% 52,63% 78,95% Berdasarkan tabel peningkatan observasi siswa di atas dapat kita lihat bahwa keaktifan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok dari setiap siklus mengalami peningkatan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa indikator keaktifan siswa dari setiap putaran mengalami peningkatan secara bertahap dan cukup baik dibandingkan sebelum digunakannya metode kerja kelompok. Ini menunjukkan bahwa metode kerja kelompok dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. 2. Peningkatan Hasil Belajar Table 4.12 Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa Indikator Pencapaian Siklus I Siklus II 73 Siklus III Kurang dari KKM yaitu ≤55 Mencapai KKM yaitu ≥ 55 12 siswa 5 siswa 2 siswa (63,16%) (26,32%) (10,53%) 7 siswa 14 siswa 17siswa (36,84%) (73,68%) (89,47%) Tabel peningkatan hasil belajar siswa di atas dapat kita lihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode kerja kelompok dari setiap siklus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Data yang diperoleh dari hasil pengerjaan tes yang berupa tes formatif dari guru menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari setiap putaran mengalami peningkatan secara bertahap dan cukup baik dibandingkan sebelum menggunakan metode kerja kelompok. 74 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 melalui metode kerja kelompok dalam pembelajaran matematika dapat disimpulkan bahwa: 1. Keaktifan belajar siswa IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen meningkat signifikan itu terlihat dari hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Peningkatan pada aspek keaktifan siswa ini ditunjukkan pada siklus I yang kurang aktif 12 siswa (63,16%), cukup 5 siswa (26,31%), baik 2 siswa (10,53%). Pada siklus II yang kurang aktif 3 siswa (15,79%), cukup 6 siswa (31,58%), baik 10 siswa (52,63%). Dan siklus III yang kurang 1 siswa (5,26%), cukup 3 siswa (15,79%), baik 15 siswa (78,95%). 2. Hasil belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen meningkat signifikan, itu terlihat dari nilai hasil tes formatif yang mencapai KKM dari siklus I, siklus ke II dan siklus III. Peningkatan ini ditunjukkan pada siklus I 7 siswa (36,84%), pada siklus II menjadi 14 siswa (73,68%) dan siklus III peningkatannya menjadi 17 siswa (89,47%). 75 Jadi pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode kerja kelompok dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen Tahun Pelajaran 2011/2012. B. SARAN Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian tindakan kelas maka saran-saran yang ingin disampaikan adalah: 1. Metode kerja kelompok sebagai metode pembelajaran merupakan salah satu alternatif terbaik bagi guru yang dapat dipergunakan dalam menunjang berbagai proses belajar mengajar. 2. Bagi siswa hendaknya pada saat proses belajar mengajar berlangsung lebih aktif dan lebih memperhatikan pelajaran serta lebih disiplin supaya waktu proses pembelajaran lebih efisien. 3. Diharapkan kepada peneliti lain untuk dapat melaksanakan penelitian dengan lingkup yang lebih luas dalam skripsi ini, sehingga dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan umumnya dan bidang studi matematika khususnya. 76 LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Madrasah Ibtidaiyah Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : IV/Ganjil Alokasi Waktu : 2 x 35 Menit (1x petemuan) A. STANDAR KOMPETENSI Menggunakan konsep keliling luas bangun datar sederhana dalam memecahkan masalah. B. KOMPETENSI DASAR Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajaran genjang dan segitiga. C. INDIKATOR Siswa dapat menggambar bangun datar jajargenjang dengan benar. Siswa dapat mencari keliling bangun datar jajargenjang dengan benar. Siswa dapat mencari luas bangun datar jajargenjang dengan benar. D. TUJUAN PEMBELAJARAN Melalui demonstrasi, siswa dapat menggambar bangun datar jajargenjang dengan benar. Melalui penjelasan guru dan kerja kelompok, siswa dapat mencari keliling bangun datar jajargenjang dengan benar. Melalui panjelasan guru dan kerja kelompok, siswa dapat mencari luas bangun datar jajargenjang dengan benar. E. MATERI POKOK Keliling jajargenjang K = 2 x (a+t) Luas jajargenjang L=axt F. METODE PENGAJARAN Metode ceramah Metode demonstrasi Metode kerja kelompok G. SUMBER DAN BAHAN MEDIA PENGAJARAN SUMBER PENGAJARAN: Riris, Puji Astuti. 2010. Matematika untuk SD Kelas IV. Hasan Pratama: Karanganyar. (halaman 67-68) MEDIA PENGAJARAN: Gambar bangun–bangun datar H. STRATEGI PEMBELAJARAN a. Kegiatan Awal 1) Guru memberikan salam dan memulai pelajaran dengan mengucapkan basmalah dan berdoa sebelum memulai pelajaran. 2) Guru melakukan presensi kehadiran siswa dan mengondisikan kelas 3) Siswa menyiapkan bahan ajar. 4) Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan siswa dengan materi yang akan diajarkan. 5) Guru menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan diajarkan. 6) Guru memotivasi dan mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. b. Kegiatan Inti 1) EKSPLORASI a) Guru menyajikan sebuah masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar jajargenjang. b) Guru membimbing siswa untuk memahami masalah tersebut. 2) ELABORASI a) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. b) Siswa berkelompok untuk memecahkan soal mencari keliling dan luas bangun datar. c) Siswa mengemukakan hasil diskusi. d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. e) Guru memberikan soal-soal latihan yang telah disiapkan kepada siswa. 3) KONFIRMASI a) Guru memberi pujian atas usaha siswa b) Guru memotivasi siswa yang belum berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. c) Guru memberi umpan balik terhadap proses pembelajaran c. Kegiatan Penutup 1) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari materi yang telah diajarkan 2) Guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah terlaksana 3) Guru bersama siswa menutup pembelajaran dengan bacaan hamdalah dan salam. I. PENILAIAN 1. Jenis Penilaian : Tes Tertulis 2. Bentuk soal Instrumen 1. Angga memotong kertas yang berbentuk jajargenjang dengan ukuran tinggi 11 cm dan alas 9 cm. Berapakah keliling kertas tersebut? 2. Andi mempunyai mainan dari kayu yang berbentuk jajargenjang dengan alas 15 cm dan tinggi 8 cm. Hitunglah luas mainan Andi! 3. Ibu mempunyai roti yang akan dibagikan kepada 5 anaknya, ibu memotong roti tersebut berbentuk jajargenjang dengan panjang sisi alas 6cm dan tinggi 8cm. Setiap anak mendapat satu bagian yang sama besar. Berapakah luas roti yang diterima setiap anak? 4. Hitung keliling bangun dibawah ini! 16 cm 14 cm 5. Berapakah luas bangun dibawah ini? 8 cm 13 cm Kunci Jawaban: 1. Diket : a = 9cm t = 11 cm Ditanya : Keliling? Jawab : K = 2 x (a + t) = 2 x (9 + 11) = 2 x 20 = 40 cm 2. Diket : a = 15cm t = 8 cm Ditanya : Luas? Jawab :L =axt = 15 x 8 = 120 cm 3. Diket : a = 6cm t = 8 cm Ditanya : Luas? Jawab :L=axt =6x8 = 48 cm 4. Diket : a = 14 cm t = 16 cm Ditanya : Keliling? Jawab : K = 2 x (a + t) = 2 x ( 14 + 16) = 2 x 30 = 60 cm 5. Diket : a = 13cm t = 8 cm Ditanya : Luas? Jawab :L=axt = 13 x 8 = 104 cm 3. Penilaian Benar x 2 = 5 x 20 =100 Ketanggen, 12 November 2011 Lampiran 2 Soal Formatif Siklus I Nama : No Absen : 1. Hitunglah luas jajargenjang di bawah ini! 8 cm 13 cm 2. Sebuah jajargenjang memiliki tinggi 6 cm dan alas 10 cm. Berapakah luasnya? 3. Berapakah keliling bangun dibawah ini! 11 cm 5cm 4. Berapakah luas jajargenjang dibawah ini? 9cm 17 cm 5. Diketahui tinggi sebuah jajargenjang 5cm dan alas 14 cm. Berapakah keliling bangun tersebut? Lampiran 3 Soal Formatif Siklus II Nama : No Absen : Hitunglah luas bangun dibawah ini! 1. 18cm 10cm 2. 3cm 15cm 3. 7cm 17cm Hitunglah keliling bangun dibawah ini! 4. 12cm 21cm 5. 10 cm 13 cm Lampiran 4 Soal Formatif Siklus III Nama : No Absen : Kerjakan Soal di Bawah Ini! 1. Sebuah jajargenjang dengan ukuran tinggi 24cm dan alasnya 20cm. Berapakah keliling bangun tersebut? 2. Diketahui tinggi sebuah jajargenjang 15 cm dan alas 25cm. Hitunglah luas jajargenjang tersebut! 3. Ada sebuah potongan kayu berbentuk jajargenjang denagn ukuran sisi yang berhadapan 7cm dan 9cm. Berapakah keliling kayu itu? 4. Halaman rumah Angga berbentuk jajargenjang dengan panjang sisi 18m dan 9m. Hitung keliling halaman rumah Angga! 5. Rangga mempunyai jajargenjang dengan ukuran 13cm dan tinggi 23cm. Berapkah keliling jajargenjang Rangga tersebut? Lampiran 5 Kunci Jawaban Soal Formatif Siklus I 1. Diket : a = 13 cm t = 8 cm Ditanya : Luas? Jawab : L = a x t L = 13 x 8 L =104 cm 2. Diket : a = 10 cm t = 6 cm Ditanya : Luas? Jawab : L = a x t L = 10 x 6 L = 60 cm 3. Diket : a = 11 cm t = 5 cm Ditanya : Keliling? Jawab : K = 2 x (a + t) K = 2 x (11 + 5) K = 2 x 16 K = 32 cm 4. Diket : a = 17 cm t = 9 cm Ditanya : Luas? Jawab : L = a x t L = 17 x 9 L = 153 cm 5. Diket : a = 14 cm t = 5 cm Ditanya : Keliling? Jawab : K = 2 x (a + t) K = 2 x (14 + 5) K = 2 x 19 K = 38 cm Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal Formatif Siklus II 1. Diket : a = 10 cm t = 18 cm Ditanya : Luas? Jawab : L = a x t L = 10 x 18 L =180 cm 2. Diket : a = 15 cm t = 3 cm Ditanya : Luas? Jawab : L = a x t L = 15 x 3 L = 45 cm 3. Diket : a = 17 cm t = 7 cm Ditanya : Luas? Jawab : L = a x t L = 17 x 7 L = 119 cm 4. Diket : a = 21 cm t = 12 cm Ditanya : Keliling? Jawab : K = 2 x (a + t) K = 2 x (21 + 12) K = 2 x 33 K = 66 cm 5. Diket : a = 13 cm t = 10 cm Ditanya : Keliling? Jawab : K = 2 x (a + t) K = 2 x (13 + 10) K = 2 x 23 K = 46cm Lampiran 7 Kunci Jawaban Soal Formatif Siklus II 1. Diket : a = 20 cm t = 24 cm Ditanya : Keliling? Jawab : K = 2 x (a + t) K = 2 x (13 + 10) K = 2 x 23 K = 46 cm 2. Diket : a = 25 cm t = 15cm Ditanya : Luas? Jawab : L = a x t L = 25 x 15 L = 300 cm 3. Diket : a = 7 cm t = 9 cm Ditanya : Keliling? Jawab : K = 2 x (a + t) K = 2 x (7 + 9) K = 2 x 16 K = 32 cm 4. Diket : a = 18 cm t = 9 cm Ditanya : Keliling? Jawab : K = 2 x (a + t) K = 2 x (18 + 9) K = 2 x 27 K = 54 m 5. Diket : a = 13 cm t = 23 cm Ditanya : Keliling? Jawab : K = 2 x (a + t) K = 2 x (13 + 23) K = 2 x 36 K = 72 cm Lampiran 8 LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SIKLUS I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Keaktifan Siswa Nama Siswa A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S Jumlah K √ √ √ √ C B √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 12 5 2 Keterangan : Diisi dengan menggunakan tanda contreng (√) K : Kurang, C : Cukup, B : Baik Ketanggen, 1 November 2011 Lampiran 9 LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SIKLUS II No Keaktifan Siswa Nama Siswa K 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S Jumlah C B √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 3 6 √ √ 10 Keterangan : Diisi dengan menggunakan tanda contreng (√) K : Kurang, C : Cukup, B : Baik Ketanggen, 2 November 2011 Lampiran 10 LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SIKLUS III No Nama Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S Jumlah Keaktifan Siswa K C B √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 1 3 √ √ 15 Keterangan : Diisi dengan menggunakan tanda contreng (√) K : Kurang, C : Cukup, B : Baik Ketanggen, 3 November 2011 Lampiran 11 Nyanyian "Bangun Datar" (Irama lagu potong bebek angsa) Banyak Bangun Datar Bangun datar banyak Persegi, Segitiga, Persegi Panjang,, Belah Ketupat, Terapesium, Jajargenjang Lingkaran, Layang-layang.. Belah Ketupat, Terapesium, Jajargenjang Lingkaran, Layang-layang Lampiran 12 Yel - Yel Jajargenjang (Irama Lagu Balonku Ada Lima) Mari kita mengenal, Bangun jajar genjang, Sisinya ada empat, Berhadapan sama panjang, Jajar genjang bangun datar, Dooorrrr..... Sisis depan sama panjang, Jajar genjang bukan bangun ruang, Jajar genjang bangun datar, Lampiran 13 Siswa melakukan kerja kelompok Siswa mengerjakan tes formatif Kegiatan saat pembelajaran DAFTAR RIWAYAT HIDUP Dengan ini saya cantumkan daftar riwayat hidup sebagai berikut: 1. Nama : Hariyuda Lestari 2. TTL : Kab. Semarang, 05 Oktober 1989 3. Jenis Kelamin : Perempuan 4. Agama : Islam 5. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia 6. Alamat : Susukan RT. 04/RW.01, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang 50777 7. Riwayat Pendidikan a. RA, lulus tahun 1995 b. SD N Susukan I, lulus tahun 2001 c. MTS N Susukan, lulus tahun 2004 d. MAN I Boyolali, lulus tahun 2007 e. Masih menyelesaikan pendidikan S1 Tarbiyah PGMI STAIN Salatiga Demikian daftar riwayat hidup saya, saya buat dengan sebenar-benarnya. Salatiga, 29 November 2011 Penulis, Hariyuda Lestari