peningkatan hasil belajar matematika menggunakan metode kerja

advertisement
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK
PADA SISWA KELAS IV
MADRASAH IBTIDAIYAH KETANGGEN
KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
HARIYUDA LESTARI
11507005
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2011
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK
PADA SISWA KELAS IV
MADRASAH IBTIDAIYAH KETANGGEN
KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
HARIYUDA LESTARI
11507005
JURUSAN TARBIYAH
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2011
KEMENTERIAN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433
Salatiga 50721
Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Hariyuda Lestari
NIM
: 115 07 005
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 29 November 2011
Yang menyatakan,
Hariyuda Lestari
MOTTO
         .
Artinya : “…..Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan, beberapa derajat….
Pelajarilah ilmu
Sesungguhnya belajar karena Allah SWT itu adalah Taqwa
Menuntut ilmu adalah ibadah
Mempelajarinya adalah tasbih
Membahasnya adalah jihad
Mengajarkannya kepada keluarga
adalah pendekatan diri kepada Allah SWT
(Ma’ads bin Jabbal, r.a)
PERSEMBAHAN
Kebahagian atas hasil karya dan kesabaranku ini
tak ingin kurasakan sendiri, ingin rasanya kupersembahkan kepada:
Keluargaku tercinta
Ibuku yang selalu mendo’akan, dan memberi semangat
dengan kasih sayangnya
Bapak yang selalu menjadi seseorang yang terhebat dalam hidupku
Mas kahar, mbak hartatik, mas infantri, mbak cita yang selalu
menjadi motivatorku
Adikku tersayang “nisul”, yang membuat hidupku lebih berarti
dengan canda kita, tangis kita dan harapan-harapan kita....
Semoga kelak Allah menyatukan kita di surga-Nya...
Amin...
Dan tak lupa untuk sebentuk hati yang selalu memberi warna
Terimakasih
Hingga saat ini masih bersabar, mengerti, selalu menemani, dan menjadi
penyemangat dalam menyelesaikan karya ini
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan
rahmat,
taufiq,
dan
hidayahnya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Menggunakan Metode Kerja Kelompok Pada Siswa Kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Ketanggen Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2011/2012” ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna
memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN
Salatiga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal
hidup kita di dunia dan akhirat kelak.
Penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan
motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd, selaku ketua program studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga.
3. Miftachurrif’ah, M.Ag, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga.
4. Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program
studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
6. Samidi, A.Ma selaku kepala MI Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di madrasah yang beliau pimpin.
7. Bapak Muttaqin, A.Mdi selaku guru mata pelajaran matematika kelas IV di
MI Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang yang telah
membantu penulis selama melakukan penelitian.
8. Bapak/Ibu guru dan Karyawan MI Ketanggen, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang yang telah membantu penulis selama melakukan
penelitian di madrasah tersebut.
9. Murid-murid kelas IV MI Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang yang telah mendukung dan membantu penulis dalam melakukan
penelitian.
10. Teman-temanku tersayang Sri Maryati, Septi Dwi Indriastuti, Saidah, Ika
yunita, Sundari, Dysa Martina yang selalu menemani, dan memberi semangat
serta memberikan masukan-masukan dalam penyusunan skripsi.
11. Teman seperjuangan PGMI 2007 yang selama ini telah berjuang bersama.
12. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu
persatu, terima kasih atas dukungan kalian.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis berdo’a semoga amal baik dari semua pihak tersebut diterima oleh
Allah SWT sebagai amal yang shalih dan mendapat balasan yang setimpal. Dan
tak lupa penulis mengharapkan saran dan kritik demi sempurnanya skripsi ini.
Akhirnya, sebagai hamba yang memiliki keterbatasan ini, penulis
senantiasa mengharapkan hidayah, taufik, dan ridho Allah SWT. Semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Salatiga, 29 November 2011
Penulis,
Hariyuda lestari
ABSTRAK
Lestari, Hariyuda. 2011. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan
Metode Kerja Kelompok pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Ketanggen Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran
2011/2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing Drs. H. Ahmad Sultoni, M.Pd.
Kata kunci: hasil belajar dan metode kerja kelompok
Penelitian ini dilatar belakangi adanya kenyataan bahwa rendahnya hasil
belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012 dalam pelajaran matematika
kurang optimal. Oleh karena itu guru diharapkan mencoba suatu metode yang
efektif dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Metode
pembelajaran yang memungkinkan dapat berpengaruh terhadap keaktifan dan
hasil belajar siswa adalah metode kerja kelompok.
Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah (1) apakah
penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan keaktifan belajar pada
siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen Kecamatan Susukan, Kabupaten
Semarang tahun pelajaran 2011/2012?, dan (2) apakah penerapan metode kerja
kelompok dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang tahun
pelajaran 2011/2012?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan
penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan metode kerja kelompok.
Subjek penelitianya adalah seluruh siswa kelas kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Ketanggen dengan materi pokok keliling dan luas jajar genjang. Data dalam
penelitian ini diambil melalui observasi keaktifan siswa pada saat proses
pembelajaran dan pemberian tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui, dengan
menggunakan metode kerja kelompok pada pokok bahasan keliling dan luas
bangun datar jajargenjang dapat meningkatnya keaktifan belajar siswa yang
ditunjukkan pada siklus I siswa yang kurang aktif (63,16%), cukup (26,31%),
baik (10,53%). Pada siklus II, siswa yang kurang aktif (15,79%), cukup (31,58%),
baik (52,63%). Siklus III, siswa yang kurang (5,26%), cukup (15,79%), baik
(78,95%). Peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan pada siklus I
(36,84%), pada siklus II menjadi (73,68%) dan siklus peningkatannya menjadi III
(89,47%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen Kecamatan Susukan Kabupaten
Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012, sehingga pengembangan pembelajaran
Matematika dengan metode kerja kelompok diharapkan dapat menjadi salah satu
alternatif pembelajaran.
DAFTAR ISI
SAMPUL …………………………………………………........................
i
LEMBAR BERLOGO ……………………………………........................ ii
JUDUL ……………..................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ….............................................
vi
MOTTO........................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN........................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ................................................................................
ix
ABSTRAK .................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
BAB I
: PENDAHULUAN ..................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................
1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ..............................................................
5
D. Hipotesis Tindakan dan indikator keberhasilan ................ 5
E. Kegunaan Penelitian .........................................................
6
F. Definisi Operasional .........................................................
7
G. Metode Penelitian .............................................................
9
H. Sistematika Penulisan Skripsi ........................................... 15
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA ..............................................................
17
A. Belajar................................................................................ 17
1. Pengertian Belajar …………....................................... 17
2. Prinsip-Prinsip Belajar...........................…………......
21
3. Hasil Belajar………………………………………..... 22
4. Keaktifan Belajar.........................................................
26
B. Metode Kerja Kelompok...................................................
31
1. Kedudukan metode dalam belajar mengajar ............... 31
2. Pengertian Metode Pembelajaran................................
33
C. Mata Pelajaran Matematika...............................................
41
1. Pengertian Matematika................................................
41
2. Hakikat Belajar Matematika........................................
42
3. Fungsi dan Tujuan dalam Matematika Standar
Kompetensi Kurikulum 2004......................................
43
4. Karakteristik Matematika............................................
44
5. Ruang Lingkup Matematika........................................
45
6. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika MI.. 45
D. Metode Kerja Kelompok Dalam Matematika.................... 47
BAB III : RANCANGAN PENELITIAN ..........................................
A. Gambaran Umum MI Ketanggen......................................
49
49
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ......................................... 53
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ........................................ 56
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III ......................................
58
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................
62
A. Hasil Penelitian …………………..................................... 62
1. Hasil Penelitian Siklus I …………………………...... 62
2. Hasil Penelitian Siklus II ...……………………….....
64
3. Hasil Penelitian Siklus III .………………………......
68
B. Pembahasan ......................................................................
71
1. Peningkatan Keaktifan Siswa ……………….............
71
2. Peningkatan Hasil Belajar ...………………................ 72
BAB V
: PENUTUP ...............................................................................
77
A. Kesimpulan .......................................................................
77
B. Saran .................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1
: Daftar sarana dan ruang …………………………............ 51
2. Tabel 3.2
: Sarana/media pembelajaran……....................................... 51
3. Tabel 3.3
: Data
peserta
didik
MI ketanggen
tahun
ajaran
2011/2012……….............................................................. 52
4. Tabel 3.4
: Data Guru MI Ketanggen Tahun Ajaran 2011/2012 …… 52
5. Tabel 4.1
: Keaktifan Siswa pada Siklus I ……….............................. 63
6. Tabel 4.2
: Hasil Tes Formatif Siklus I ……………..........................
63
7. Tabel 4.3
: Keaktifan Siswa pada Siklus II ……………………........
65
8. Tabel 4.4
: Hasil Tes Formatif Siklus II ………………………….....
66
9. Tabel 4.5
: Data Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus
II........................................................................................
10. Tabel 4.6
67
: Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan
Siklus II …………………………………………………
67
11. Tabel 4.7
: Keaktifan Siswa pada Siklus III ……………...................
68
12. Tabel 4.8
: Hasil Tes Formatif Siklus III...………………………….. 69
13. Tabel 4.9
: Data Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus II dan Siklus
III.......................................................................................
70
14. Tabel 4.10 : Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus II dan
Siklus III …………….......................................................
71
15. Tabel 4.11 : Data Peningkatan Keaktifan Siswa ……………..............
71
16. Tabel 4.12 : Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa. .........…………...
72
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1.1 : Tahap-tahap penelitian tindakan kelas ………………..
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 2
Soal Test Formatif Siklus I
Lampiran 3
Soal Test Formatif Siklus II
Lampiran 4
Soal Test Formatif Siklus III
Lampiran 5
Kunci Jawaban Soal Tes Formatif Siklus I
Lampiran 6
Kunci Jawaban Soal Tes Formatif Siklus II
Lampiran 7
Kunci Jawaban Soal Tes Formatif Siklus III
Lampiran 8
Lembar Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus I
Lampiran 9
Lembar Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus II
Lampiran 10 Lembar Hasil Observasi Keaktifan Siswa pada Siklus III
Lampiran 11 Lampiran Nyanyian Bangun Datar
Lampiran 12 Lampiran Yel-Yel Bangun Datar
Lampiran 13 Lampiran Dokumentasi
Lampiran 14 Lampiran Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 15 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 16 Surat Permohonan ijin Penelitian
Lampiran 17 Surat Balasan Ijin Penelitian
Lampiran 18 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari
struktur kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif
dan efisien. Upaya tersebut antara lain peningkatan sarana dan prasarana,
peningkatan mutu para pendidik dan peserta didik serta perubahan dan
perbaikan kurikulum. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di
masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi
peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan
problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi
nurani maupun potensi kompetensi peserta didik. Konsep pendidikan tersebut
terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki kehidupan di
masyarakat dan dunia kerja, karena peserta didik harus mampu menerapkan
apa yang dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari saat ini maupun yang akan datang.
Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan harus mampu
melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi. Dengan kata lain,
sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan sebagai proses
edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mendidik dan
mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat terutama bagi anak
didik), dan wadah proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah
yang lebih baik atau lebih maju).
1
Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas.
Kelas dalam hal ini dapat berarti segala kegiatan yang dilakukan guru dan
anak didiknya di suatu ruangan dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar (KBM). Proses pembelajaran melalui interaksi guru dan siswa,
siswa dan siswa, dan siswa dengan guru, secara tidak langsung menyangkut
berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi satu sistem yang utuh.
Perolehan hasil belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan
pembelajaran selama program pendidikan dilaksanakan di kelas yang pada
kenyataannya tidak pernah lepas dari masalah.
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi
kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas IV di
Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen menunjukkan bahwa pencapaian hasil belajar
mata pelajaran matematika siswa kurang optimal. Pada umumnya siswa
menyukai
matematika
karena
faktor
pola
pengajaran
guru
yang
menyenangkan dan kreatif. Penyebab pencapaian kompetensi mata pelajaran
matematika siswa kurang optimal adalah pemilihan metode pembelajaran dan
kurangnya peran serta (keaktifan) siswa dalam KBM. Proses belajar mengajar
matematika masih terfokus pada guru dan kurang terfokus pada siswa. Hal ini
mengakibatkan kegiatan belajar mengajar (KBM) lebih menekankan pada
pengajaran daripada pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan
lebih didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Peran serta siswa belum
menyeluruh
sehingga
menyebabkan
diskriminasi
dalam
kegiatan
pembelajaran. Siswa yang aktif dalam KBM cenderung lebih aktif dalam
2
bertanya dan menggali informasi dari guru maupun sumber belajar yang lain
sehingga cenderung memiliki pencapaian kompetensi belajar yang lebih
tinggi. Siswa yang kurang aktif cenderung pasif dalam KBM, mereka hanya
menerima pengetahuan yang datang padanya sehingga memiliki pencapaian
kompetensi yang lebih rendah.
Tanpa disadari matematika menjadi bagian dalam kehidupan anak
yang dibutuhkan dimana saja sehingga menjadi hal yang sangat penting (Uno,
2009:120).
Untuk
menyajikan
matematika
dalam
suasana
yang
menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar matematika
beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhatian dan
motivasi siswa dalam belajar matematika. Berdasarkan pertimbangan di atas,
maka perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang mampu
melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga kegiatan belajar
mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Selain itu,
melalui pemilihan metode pembelajaran tersebut diharapkan sumber
informasi yang diterima siswa tidak hanya dari guru melainkan juga dapat
meningkatkan peran serta (keaktifan siswa) dan hasil belajar dalam
mempelajari dan menelaah ilmu yang ada terutama mata pelajaran
matematika.
Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa
adalah metode kerja kelompok. Dalam metode kerja kelompok lebih
menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan
sesuatu bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu
3
siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka tentang
materi pelajaran.
Para siswa dalam kelompok belajar bersama-sama dan memastikan
bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai konsep yang
telah dipelajari, karena keberhasilan mereka sebagai kelompok bergantung
dari pemahaman masing-masing anggota. Dengan kerja kelompok siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila
mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul
penelitian
sebagai
berikut:
“PENINGKATAN
HASIL
BELAJAR
MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE KERJA KELOMPOK
PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH KETANGGEN,
KECAMATAN
SUSUKAN,
KABUPATEN
SEMARANG
TAHUN
PELAJARAN 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah penelitian
tindakan ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan keaktifan
belajar matematika pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Apakah penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil
belajar matematika pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2011/2012?
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan keaktifan belajar
matematika pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar
matematika pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan jawaban yang masih bersifat sementara dan
bersifat teoritis terhadap masalah penelitian sampai terbukti melalui bukti
yang terkumpul (Sukardi,2009: 41). Hipotesis tindakan merupakan dugaan
sementara tentang akibat yang akan terjadi dari sebuah tindakan.
Berdasarkan rumusan masalah di atas hipotesis dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan metode kerja kelompok, hasil belajar siswa kelas IV
Madrasah
Ibtidaiyah
Ketanggen,
Kecamatan
Susukan,
Kabupaten
Semarang dalam mata pelajaran matematika dapat lebih baik.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan metode kerja kelompok ini dikatakan efektif apabila
indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat
dirumuskan penulis adalah sebagai berikut:
5
a. Ada peningkatan keaktifan siswa dalam penerapan metode kelompok
pada pembelajaran matematika.
b. Ada peningkatan hasil belajar secara berkelanjutan (continue) dari
siklus pertama ke siklus dua dan seterusnya memenuhi kriteria
ketuntasan minimal dalam pembelajaran matematika.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat yang berarti. Manfaat dapat dilihat dari sifat dan sasarannya. Dari
segi sifat, manfaat penelitian dapat berupa manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Dari sisi sasaran, manfaat dapat tertuju kepada guru, murid, pengelola
sekolah, bahkan orang tua siswa atau masyarakat umum.
1. Manfaat Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui
pengaruh penggunaan metode kerja kelompok sehingga peneliti dapat
mengetahui dan mampu menggunakan salah satu metode yang efektif
dalam pembelajaran matematika. Secara teoritis penelitian ini memberikan
informasi bagaimana cara mengatasi permasalahan yang ada dalam proses
belajar
mengajar
matematika,
terutama
dalam
hal
bagaimana
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika menggunakan metode kerja kelompok.
Apabila siswa tertarik untuk belajar matematika, keaktifan dan hasil
belajar dapat meningkat sehingga dapat tercipta sumber daya manusia
6
yang handal dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari–hari dan dapat
menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Bagi siswa, dapat memberikan suasana belajar yang menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan keaktifan belajar. Penelitian ini juga
bermanfaat untuk mengembangkan daya fikir dan tumbuh kompetisi
dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
b. Bagi Guru
Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk
memperkenalkan belajar matematika menggunakan metode kerja
kelompok. Khususnya bagi guru bidang studi matematika bahwa
metode kerja kelompok dapat digunakan dalam proses pembelajaran,
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna.
c. Bagi Sekolah
Untuk sekolah penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan
budaya kerjasama dan meningkatkan kualitas pembelajaran, kualitas
guru, dan pada akhirnya kualitas sekolah.
F. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan antara penafsiran dengan
maksud utama penulis, maka penulis menguraikan arti kata-kata yang
7
terangkum di dalamnya. Dengan harapan agar tidak ada kesalahpahaman
dalam pemahaman judul yang penulis angkat, yaitu:
1. Peningkatan Hasil belajar
Menurut Poerwadarminta (2006:1198) peningkatan adalah proses,
cara, usaha, perbuatan menaikkan atau mempertinggi untuk mencapai
suatu maksud.
Menurut Poerwadarminta (2006:856) hasil adalah suatu yang
diadakan (dibuat, dijadikan) oleh usaha.
Menurut Slameto (1991:2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Jadi, hasil belajar merupakan semua yang dapat diterima, dicerna
dan disimpan oleh siswa saat berlangsung pembelajaran sehingga dapat
mengubah pengetahuan atau perilaku siswa setelah pembelajaran.
peningkatan hasil belajar adalah upaya yang dilakukan guru dan siswa
dalam menyelesaikan pokok bahasan tertentu melalui pengajaran dan
latihan agar nilai siswa meningkat.
2. Keaktifan belajar
Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat
berusaha, mampu bereaksi dan beraksi, sedangkan arti kata keaktifan
adalah kesibukan atau kegiatan, dan keaktifan adalah segala aktifitas atau
8
kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar
disekolah (http://www.scribd.com/doc/57117745/9/Pengertian-KeaktifanBelajar). Belajar aktif adalah belajar yang menyenangkan bukan sekedar
bersenang-senang, kegiatan ini memang bisa menyenangkan dan tetap
dapat mendatangkan manfaat dan memberikan tantangan yang menuntut
kerja keras.
Keaktifan belajar merupakan strategi pembelajaran yang dapat
meningkatkan minat belajar dan sikap siswa yang positif
terhadap bahan pelajaran yang dihadapi dan harus dipelajari yang
dilakukan didalam kelas. Maksdunya adalah kondisi pembelajaran yang
tepat semua siswa akan dapat dan mau belajar dengan baik.
3. Metode Kerja Kelompok
Kerja kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan
oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2011:241).
Metode kerja kelompok dipakai dalam interaksi belajar mengajar
agar murid-murid bisa bekerja bersama-sama atau bergotong-royong
membahas dan memecahkan masalah (Sriyono, 1992:121).
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang istilah dalam bahasa inggrisnya adalah Classroom Action
9
Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas adalah pencermatan dalam
bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan (Suyadi, 2011:18).
Terdapat empat tahap yang digunakan secara sistematis dalam
prosedur penelitian dan diterapkan dalam tiga siklus yaitu proses tindakan
siklus I, siklus II, dan Siklus III. Adapun keempat tahapan yang digunakan
dalam setiap siklus yaitu perencanaan (planning), tindakan (action),
obervasi (observation), dan refleksi (reflection).
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, yang berjumlah 19
siswa Tahun Pelajaran 2011/2012. Terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 9
orang siswa perempuan.
3. Waktu pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas IV semester I tahun di
Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen tahun 2011/2012, mulai tanggal 19
Oktober 2011 sampai dengan selesai.
4. Langkah-langkah
Arikuntoro (2008:20) mengemukakan bahwa tahap-tahap dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahapan penting,
meliputi; (1) Planning (rencana), (2) Action (tindakan), (3) Observation
(pengamatan) dan (4) Reflektion (refleksi). Lebih jelasnya sebagai berikut:
10
Gambar 1.1 Tahap-tahap penelitian tindakan kelas (Arikunto, 2008:74)
a. Perencanaan (planning)
Proses penelitian tindakan kelas siklus I dilaksanakan 2 jam
pelajaran (2 x 35 menit). Pada tahap perencanaan dilaksanakan
berdasarkan refleksi awal sebelum melakukan penelitian. Hasilnya
dalam memahami tingkat penguasaan kompetensi siswa dalam
pembelajaran masih kurang. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan
tindakan I yang diawali dengan:
1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai dasar
untuk memecahkan segala permasalahan yang ditemukan dengan
adanya perencanaan tindakan pembelajaran.
2. Menyusun
lembar
observasi
keaktifan
siswa
pembelajaran menggunakan metode kerja kelompok.
11
dalam
proses
3. Menyusun tes formatif untuk siswa.
b. Tindakan (Action)
Pada tahap ini adalah menerapkan apa yang telah direncanakan,
tindakan harus sesuai dengan rencana. Penerapan pembelajaran sesuai
dengan skenario pembelajaran yang tertulis pada RPP dalam tahap
perencanaan.
c. Pengamatan (Observation)
Peneliti menggunakan pedoman observasi yang telah direncanakan
dalam
melaksanakan
pengamatan
pembelajaran
yaitu
terhadap
keaktifan dan hasil belajar siswa.
d. Refleksi (reflektion)
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh
tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul,
kemudian
dilakukan
evaluasi
guna
menyempurnakan
tindakan
berikutnya (Arikunto, 2008:80).
5. Instrumen Penelitian
a. Lembar observasi
Lembar observasi, alat yang digunakan dalam mengobservasi yaitu
pedoman observasi (Sam’s, 2010:92). Pedoman observasi berisikan
indikator yang didesain berdasarkan fokus penelitian. Berkaitan dengan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
12
b. Tes tertulis
Tes hasil belajar berupa tes tertulis mengenai materi yang telah
diberikan selama proses pembelajaran. Perangkat tesnya berupa soal
uraian yang berkaitan dengan materi. Tes tertulis digunakan untuk
mendapat
data
kuantitatif
berupa
nilai
yang
menggambarkan
pencapaian target kompetensi (Sam’s, 2010:92).
6. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
a. Tes
Mengadakan tes atau evaluasi terhadap siswa melalui tes formatif
untuk mengetahui hasil belajar siswa mengenai materi yang telah
diberikan dalam proses pembelajaran menggunakan metode kerja
kelompok.
b. Observasi
Melakukan pengamatan terhadap siswa selama pembelajaran
berlangsung untuk mengetahui keaktifan siswa dan hasil belajar dalam
pembelajaran
matematika
dengan
menggunakan
metode
kerja
kelompok.
c. Dokumentasi
Dokumentasi dalam arti sempit dapat diartikan sebagai kumpulan
data verbal yang berbentuk tulisan, sedang dalam arti luas dokumentasi
berupa sertifikat, foto, dan lain-lain.
13
7. Analisis Data
Penulis menganalisa data dengan menyusun dan mengolah data yang
terkumpul melalui hasil tes dan catatan observasi. Adapun metode analisis
data yang dipergunakan yaitu analisis data kuantitatif. Untuk itu
diperlukan dua teknik analisis data pula. Pelaksanaan analisis dilakukan
secara terus-menerus pada saat penelitian sedang berlangsung hingga
pembuatan laporan penelitian akan menghasilkan suatu kesimpulan yang
dapat dipertanggungjawabkan. Data yang diperoleh diolah dengan mencari
presentase tiap-tiap kegiatan dengan menggunakan rumus presentase
(Sudijono, 2010:43). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
P=
x 100%
Keterangan :
P = jumlah nilai dalam persen
f = jumlah siswa
N = jumlah seluruh siswa
Sedangkan untuk data yang bersifat kuantitatif, nilai ulangan harian
siswa di analisis menggunakan rata-rata kemudian dikelompokkan sesuai
tingkatan di atas rata-rata, rata-rata dan di bawah rata-rata.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi hasil penelitian tindakan kelas meliputi
tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Tiap-tiap
bagian dapat dirinci sebagai berikut:
14
Cakupan bagian awal, meliputi sampul, lembar berlogo, judul (sama
dengan sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan
keaslian tulisan, moto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar
tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
BAB I, memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, hipotesis tindakan
dan indikator keberhasilan, kegunaan
penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II, berisi kajian pustaka memuat Belajar meliputi pengertian
belajar, prinsip-prinsip belajar, hasil belajar, keaktifan belajar siswa. Metode
kerja kelompok meliputi kedudukan metode dalam belajar mengajar,
pengertian metode pembelajaran. Mata pelajaran matematika meliputi
pengertian matematika, hakikat belajar matematika, fungsi dan tujuan dalam
matematika standar kompetensi kurikulum 2004, karakteristik matematika,
ruang lingkup matematika, standar kompetensi mata pelajaran matematika
MI. Metode kerja kelompok dalam mata pelajaran matematika.
BAB III, Rencana Penelitian memuat gambaran umum MI Ketanggen,
deskripsi pelaksanaan siklus I (perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi), dan deskripsi pelaksanaan siklus II (perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi), deskripsi pelaksanaan siklus III (perencanaan,
tindakan, pengamatan, dan refleksi).
BAB IV berisi hasil penelitian dan pembahasan memuat hasil
deskripsi siklus I, siklus II, siklus III dan pembahasan peningkatan hasil
15
keaktifan, hasil belajar, hasil penghitungan dengan menggunakan t-tes antar
siklus.
BAB V berisi penutup memuat kesimpulan dan saran.
Pada bagian akhir memuat daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
riwayat hidup penulis.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. BELAJAR
1. Pengertian Belajar
Menurut Sam’s (2010:31) belajar artinya berusaha (berlatih)
supaya mendapat suatu kepandaian. Secara umum belajar dapat diartikan
sebagai proses perubahan perilaku akibat adanya interaksi individu dengan
lingkungannya. Dalam arti luas mencakup pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, sikap dan sebagainya. Belajar selalu berkenaan dengan
perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, mengarah kepada yang
lebih baik ataupun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain
yang juga selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman
yang terbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya. Dalam Al
Qur’an dijelaskan pada ayat:
             
          
Artinya: 122. Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya
(ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya. (Q.S At. Taubah:122)
Dari penjelasan ayat tersebut dapat kita ambil sebagai dasar untuk
kita selalu menuntut ilmu (belajar).
17
Menurut Hamalik (1992:45) belajar mengandung pengertian
terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan
perilaku.
Menurut
Witherington
(Sukmadinata,
2004:155)
belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai
pola-pola respons yang baru terbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan
jenis dan jenjang pendidikan (Syah, 2003:89).
Berdasarkan penjelasan belajar di atas dapat pahami bahwa dalam
belajar terjadi perubahan kegiatan mencakup pengetahuan, kecakapan, dan
tingkah laku. Perubahan itu diperoleh melalui latihan (pengalaman) bukan
perubahan yang dengan sendirinya karena pertumbuhan kematangan atau
karena keadaan sementara. Menurut Slameto (1991:79-80) ciri-ciri
perubahan tingkah laku dalam belajar antara lain:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar
Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu
atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan dalam dirinya.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu
berlangsung secara berkesinambungan. Satu perubahan yang terjadi
akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses belajar selanjutnya.
18
c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetapkan
atau permanen. Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat
menetap.
d. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan
dicapai. Proses belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang
benar-benar disadari. Dengan demikian proses belajar yang dilakukan
senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya.
e. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses
belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Sebagai hasilnya
siswa akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh
dalam sikap, keterampilan, pengetahuan.
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya
sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Tujuan belajar
yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional
yang biasa berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Menurut Sardiman
(2009:26-29) tujuan belajar ada tiga jenis, yaitu:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai hal yang tak dapat
dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan
berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir
19
akan memperkaya pengetahuan. Kemampuan inilah yang memiliki
kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan
suatu keterampilan. Pada keterampilan yang bersifat jasmani maupun
rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat,
diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau
penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu
berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat,
tetapi abstrak, dan keterampilan berfikir serta kreatifitas untuk
menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.
c. Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi siswa,
guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Dalam
interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa diobservasi, dilihat,
didengar dan ditiru perilakunya oleh siswa. Pembentukan sikap mental
dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari penanaman nilai-nilai.
Dengan dilandasi nilai-nilai itu, siswa akan tumbuh kesadaran dan
kemauannya, untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah
dipelajarinya.
20
2. Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Hamalik (1983:28) proses belajar memang kompleks,
tetapi dapat juga dianlisa dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip
belajar. Prinsip-prinsip itu ialah sebagai berikut:
a. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan saling
mempengaruhi secara dinamis antara siswa dan lingkungannya.
b. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa.
c. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi
yang murni dan bersumber dari dalam dirinya sendiri.
d. Adanya rintangan dan hambatan dalam belajar, siswa harus sanggup
mangatasinya secara tepat.
e. Belajar memerlukan bimbingan baik dari guru atau dosen dan tuntunan
dari buku pelajaran.
f. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga
diperoleh pengertian-pengertian.
g. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa yang telah dipelajari
dapat dikuasai.
h. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk
mencapai tujuan atau hasil.
i. Belajar
dianggap
berhasil
apabila
si
pelajar
telah
sanggup
mentransferkan atau menerapkan ke dalam bidang praktek sehari-hari.
21
3. Hasil belajar
Menurut Sam’s (2010:33) hasil belajar adalah suatu kemampuan
yang berupa ketrampilan dan perilaku baru sebagai akibat dari latihan atau
pangalaman yang diperoleh. Menurut Gagne (Sudjana, 1990:22)
mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk
kapabilitas yakni ketrampilan intelektual strategi kognitif, informasi
verbal, ketrampilan motorik dan sikap. Hasil belajar yang berkaitan
dengan lima kategori tersebut adalah: (1) ketrampilan intelektual adalah
kecakapan yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural yang terdiri
atas deskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi kaidah serta
prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan
masalah–masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing–
masing individu dalam memperlihatkan, mengingat dan berfikir, (3)
informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu
dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi–informasi yang
relevan, (4) ketrampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan
dan mengkoordinasikan gerakan–gerakan yang berhubungan dengan otot,
(5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil
tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap
obyek tersebut.
Menurut Bloom (Sudjana, 1990:22-23) membagi hasil belajar
menjadi 3 ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek,
22
yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis
dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang tediri dari lima
aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan
internalisasi.
Ranah
psikomotor
berkenaan
dengan
hasil
belajar
ketrampilan dan kemampuan bertindak.
Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas
pendidikan, maka upaya merencanakan dan melaksakan penilaian
handaknya memperhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian.
Prinsip penilaian yang dimaksudkan antara lain adalah sebagai berikut:
a. Menilai hasil balajar dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas
yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil
penilaian.
b. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dari proses belajar
mengajar. Penilaian senantiasa dilaksankan pada setiap saat proses
belajar mengajar sehingga pelaksanaanya berkesinambungan.
c. Hasil belajar yang objektif akan diperoleh dalam pengertian
menggambarkan prestasi dan kemamuan siswa sebagaimana adanya,
penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya
komprehensif.
d. Penilaian hasil belajar diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil
penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa.
Dalam proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat
kompleks. Oleh sebab itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar
23
proses belajar dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Suryabrata (Sriyanti, 2009:23-25) keberhasilan belajar sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor eksternal dan faktor
internal yaitu:
a. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri
individu. Faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan faktor sosial,
yaitu:
1) Faktor nonsosial
Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang
berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Kondisi fisik
berupa cuaca, alat, gedung, dan sebagainya.
2) Faktor sosial
Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang
berupa manusia. Faktor yang bersifat sosial, dibedakan menjadi
faktor yang berasal keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat. Misalnya, kehadiran orang dalam belajar, kedekatan
hubungan antara anak dengan orang lain, keharmonisan atau
pertengkaran dalam keluarga, hubungan antar personil sekolah dan
sebagainya.
24
b. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan
faktor psikologis, yaitu:
1) Faktor fisiologis
Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri
individu. Faktor fisiologis terdiri dari:
a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya
Keadaan tonus secara umum yang ada dalam diri individu
sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan tonus jasmani
secara umum ini, misalnya tingkat kesehatan dan kebugaran
fisik individu.
b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu
Keadaaan fungsi jasmani tertentu, terutama yang terkait
dengan fungsi panca indra yang ada dalam diri individu. Panca
indra merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalam
diri individu.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri
individu.
Faktor-faktor
psikis tersebut
antara
lain
tingkat
kecerdasan, keaktifan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian,
kematangan dan lain sebagainya.
25
4. Keaktifan belajar siswa
a. Aktivitas belajar
Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajarmengajar sehingga siswa harus aktif, karena siswa sebagai subjek didik
adalah yang merencanakan dan yang melaksanakan belajar. Pada
kenyataannya sering kali guru yang aktif sehingga siswa tidak diberi
kesempatan untuk aktif. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar sangat penting untuk mencapai tujuan belajar yang akan
dicapai. Aktivitas belajar siswa dibagi menjadi 2, aktivitas jasmaniah
dan aktivitas mental yang digolongkan dalam beberapa hal (Usman,
2010:22), yaitu:
1) Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis,
melakukan eksperimen, dan demonstrasi.
2) Aktivitas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak,
tanya jawab, diskusi, menyanyi.
3) Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan
penjelasan guru, ceramah, pengarahan.
4) Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari,
melukis.
5) Aktivitas menulis (writting activities) seperti mengarang, membuat
makalah, membuat surat.
26
Aktivitas di atas memiliki kadar atau bobot yang berbeda
bergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan
balajar mengajar. Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya
minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat sangat besar
pengaruhnya terhadap proses belajar sebab dengan minat siswa akan
melakukan sesuatu yang diminatinya. Keterlibatan siswa dalam belajar
erat kaitanya dengan sifat-sifat siswa yang bersifat kognitif seperti
kecerdasan dan bakat, dan yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa
percaya diri, dan minatnya.
Pembelajaran yang efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan
dalam pengorganisasian dan penentunan informasi (pengetahuan).
Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru.
Hasil belajar ini tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa saja,
tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir siswa.
Menurut Sriyono (1992:15-18) prinsip-prinsip belajar siswa aktif:
1) Stimulus belajar
Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi
biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut berbentuk
verbal atau bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Stimulus
handaknya benar-benar mengkomunikasikan informasi atau pesan
yang hendak disampaikan oleh guru kepada siswa. Ada dua cara
yang mungkin membantu para siswa agar pesan tersebut mudah
27
diterima. Pertama, perlu adanya pengulangan sehingga membantu
siswa
dalam
memperkuat
pemahamannya.
Kedua,
siswa
menyebutkan kembali pesan yang disampaikan oleh guru
kepadanya.
2) Perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan syarat utama dalam proses
belajar mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi hasil
belajar yang akan dicapai siswa tidak akan optimal. Stimulus
belajar yang akan diberikan oleh guru tidak akan berarti tanpa
adanya perhatian dan motivasi dari siswa. Perhatian dan motivasi
belajar siswa tidak akan lama bertahan selama proses belajar
mengajar berlangsung.
3) Respons yang dipelajari
Keterlibatan atau respon terhadap stimulus guru bisa meliputi
berbagai bentuk perhatian, proses internal terhadap kegiatan belajar
seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan oleh guru, menilai kemampuan diri dalam menguasai
informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan
oleh guru. Respon yang dipelajari siswa harus menunjang
tercapainya tujuan instruksional sehingga mampu mengubah
perilakunya sesuai rumusan tujuan intruksional tersebut. Dalam
proses belajar mengajar banyak kegiatan belajar siswa yang dapat
28
dicapai melalui respon fisik (motorik) di samping respon
intelektual.
4) Penguatan
Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal
dari luar seperti nilai, prestasi siswa, pendapat siswa, hadiah,
merupakan cara untuk memperkuat respon siswa. Sedangkan
penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respon yang
dilakukan oleh siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai
dengan kebutuhannya.
5) Pemakaian dan pemindahan
Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan
informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan
informasi yang tak terbatas ini penting sekali adanya pengaturan
dan penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali
apabila diperlukan. Pengingatan kembali informasi yang telah
diperoleh tersebut terjadi apabila digunakan dalam situasi yang
sama.
b. Membangkitkan motivasi siswa
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang
menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku
atau perbuatan. Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-
29
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan
dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu
yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam nencapai
tujuan tertentu (Usman, 2010:28-29).
            
             
    
32. Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan
Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.
(karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka
usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang
mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. An-Nisaa
(4 : 32)
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan (Hamalik, 2004:158). Sedangkan menurut Gage dan Berliner
motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang (Mahmud, 2002:42). Jadi motivasi adalah dorongan yang
timbul dari diri seseorang untuk mencapai tujuan.
Menurut Hamalik (2004:158) dalam hal motivasi, sedikitnya ada
tiga unsur yang saling berkaitan yaitu:
a. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affectif arousal.
Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan
suasana emosi ini menimbulkan kelakuan bermotif. Perubahan ini
30
mungkin bisa dan mungkin tidak, kita hanya dapat melihatnya
dalam perbuatan. Misalnya seseorang terlibat suatu diskusi, karena
dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan maka
suaranya akan timbul dan kata-katanya dengan lancar dan cepat
akan keluar.
b. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.
Pribadinya yang bermotivasi untuk mengadakan respons-respons itu
berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh energi
dalam dirinya. Setiap respons merupakan suatu langkah mencapai
tujuan, misalnya si A ingin mendapat hadiah maka ia akan belajar,
mengikuti ceramah, bertanya, membaca buku, dan mengikuti tes.
Motivasi dalam belajar terdapat dalam diri siswa dan perlu
dibangkitkan oleh guru. Sedangkan yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa antara lain:
a. Kemampuan yang terdapat dalam diri siswa.
b. Kondisi jasmani dan rohani siswa.
c. Kondisi lingkungan siswa
d. Upaya guru dalam membelajarkan siswa.
B. Metode Kerja Kelompok
1. Kedudukan metode dalam belajar mengajar
Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar
menarik bagi siswa. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang
dimiliki, guru gunakan untuk mempersiapkan program pengajaran dengan
31
baik dan sistematis. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan
adalah menggunakan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar.
Kedudukan metode dalam proses belajar mengajar, (Djamarah, 2006:7275) yaitu:
a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati
peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam
kegiatan belajar mengajar. Dalam mengajar, biasanya guru tidak hanya
menggunakan satu metode, karena mereka menyadari bahwa semua
metode ada kebaikan dan ada kelemahannya. Penggunaan metode yang
tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi
ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
b. Metode sebagai strategi pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua siswa mampu
berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap siswa
terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat,
ada yang sedang, ada yang lambat. Faktor intelegensi memepengaruhi
daya serap siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Karena itu dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki
strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena ada
tujuan yang diharapkan.
c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
32
Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan
belajar mengajar akan dibawa. Metode adalah salah satu alat untuk
mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru
akan mampu mancapai tujuan pengajaran. Ketika tujuan dirumuskan
agar siswa memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang
digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Menggunakan metode
yang tepat dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat
dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
2. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2011:147). Metode pembelajaran
adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang
berbeda di bawah kondisi yang berbeda (Uno, 2009:19). Metode sebagai
suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode Winarno
Surakhmad (Djamarah, 2006:78) mengatakan, bahwa pemilihan dan
penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:
1) Anak didik (siswa)
Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain.
Mereka berasal dari latar belakang yang beraneka ragam dan memiliki
intelektual yang berbeda. Ada yang berkulit putih, berkulit hitam, ada
yang pendiam, aktif, kreatif, terbuka, tertutup dan lain sebagainya.
33
Semua prilaku tersebut mewarnai suasana kelas. Perbedaan individual
anak didik pada aspek biologis, psikologis dan intelektual tersebut
sangat mempengaruhi pemilihan metode, sehingga guru harus kreatif
agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2) Tujuan
Tujuan pembelajaran juga sangat mempengaruhi dalam pemilihan
metode. Misalnya saja dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dan
kesehatan (penjaskes) dengan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat
melakukan gerakan senam sederhana. Tujuan tersebut tidak akan
berhasil jika dalam pembelajarannya menerapkan metode ceramah
ataupun diskusi kelompok.
3) Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak
selamanya sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu, ketika hari sedang
hujan, tidak mungkin guru mengajak siswa belajar IPA dengan
menerapkan metode jelajah alam. Maka situasi juga mempengaruhi
dalam pemilihan metode pembelajaran.
4) Fasilitas
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan
penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang
menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas
belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mangajar. Guru
34
penjaskes akan mengalami kesukaran dalam menerapkan metode
latihan jika tidak tersedia fasilitas olahraga.
5) Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Seorang guru
misalnya kurang suka berbicara sedangkan guru yang lain suka
berbicara. Guru yang bertitel sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda
dengan guru yang bertitel sarjana bukan pendidikan dan keguruan. Guru
yang berpengalaman juga akan beda dengan guru yang kurang
mempunyai pengalaman. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai
jenis metode menjadi kendala dalam memilih metode.
Guru sebagai salah satu sumber belajar harus menyediakan
lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak. Pemilihan dan
penentuan metode didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa
dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Guru harus mengetahui kelebihan
dan kekurangan masing-masing metode pengajaran. Metode-metode yang
dapat digunakan dalam pembelajaran antara lain:
a. Metode ceramah
b. Metode tanya jawab
c. Metode diskusi
d. Metode pemberian tugas/resitasi
e. Metode demonstrasi
f. Metode karya wisata
35
g. Metode latihan (driil)
h. Metode sistem beregu (team teaching)
i. Metode kerja kelompok
j. Metode problem solving
Dalam penelitian ini menggunakan metode kerja kelompok.
Metode kerja kelompok dipakai dalam interaksi belajar mengajar agar
murid-murid bisa bekerja sama-sama atau bergotong royong membahas
dan memecahkan masalah (Sriyono, 1992:122 ). Metode ini sebagai salah
satu strategi belajar mengajar. Suatu cara mengajar, dimana siswa di dalam
kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 atau 7 siswa, mereka bekerja
bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu,
dan berusaha mencapai tujuan yang telah ditentukan pula oleh guru.
Menurut Robert L. Cilastrap dan William R Martin (Roestiyah, 1985:15)
memberikan pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok
siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan
belajar. Metode kerja kelompok biasanya digunakan berdasarkan pada:
a. Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya.
Agar penggunaanya dapat lebih efisien dan efektif, maka siswa
perlu
dijadikan
kelompok-kelompok
kecil.
Dengan
pembagian
kelompok mereka dapat memanfaatkan alat-alat yang terbatas itu sebaik
mungkin, tanpa saling menunggu giliran.
b. Kemampuan belajar siswa.
36
Di dalam satu kelas kemampuan belajar siswa tidak sama.
Dengan adanya perbedaan kemampuan belajar itu, maka perlu dibentuk
kelompok menurut kemampuan belajar masing-masing, agar setiap
siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.
c. Minat khusus
Setiap individu memiliki minat khusus yang berbeda-beda yang
perlu dikembangkan. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada anak yang
minat khususnya sama, sehingga mungkinkan dibentuknya kelompok,
agar mereka dapat dibina dan mengembangkan bersama minat tersebut.
d. Memperbesar partisipasi siswa
Pada setiap kelas biasanya jumlah siswa terlalu banyak dan jam
pelajaran sangat terbatas. Karena itulah dibentuk kelompok, dan
diberikan tugas yang sama pada masing-masing kelompok, maka
banyak kemungkinan setiap siswa ikut serta melaksanakan dan
memecahkannya.
e. Pembagian tugas atau pekerjaan
Didalam kelas bila guru menghadapi suatu masalah yang meliputi
berbagai persoalan, maka perlu tugas membahas masing-masing
persoalan pada kelompok, sesuai dengan jumlah persoalan yang akan
dibahas. Dengan demikian masing-masing kelompok harus membahas
tugas yang diberikan itu.
f. Kerja sama yang efektif
37
Dalam kelompok siswa harus bisa bekerja sama, mampu
menyesuaikan diri, menyeimbangkan pikiran/pendapat atau tenaga
untuk kepentingan bersama, sehingga mencapai suatu tujuan untuk
bersama pula.
Menurut Sriyono (1992:122 ) kelebihan metode kerja kelompok:
a. Siswa mudah diawasi dan dibimbing, karena jumlahnya relatif kecil.
b. Siswa belajar diskusi, bertukar pikiran dan memecahkan masalah secara
demokratis.
c. Membina semangat kerja dan gotong royong.
d. Pendapat kelompok menjadi lebih matang dan dapat dipertanggung
jawabkan dari pada individu.
e. Mempercepat penyelesaian suatu problem atau tugas.
f. Membangkitkan semangat bersaing yang sehat antar kelompok.
g. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan
ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
h. Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu kasus atau masalah.
i. Dapat
mengembangkan
bakat
kepemimpinan
dan mengajarkan
ketrampilan kerja kelompok.
j. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai
individu serta kebutuhannya belajar.
k. Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka
lebih aktif berpartisipasi dalam kerja kelompok.
38
l. Memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa
menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat
orang lain.
Menurut Sriyono (1992:122 ) kekurangan metode kerja kelompok:
a. Sulit membentuk kelompok yang dapat bekerja sama secara baik.
b. Timbul rasa kelompokisme yang kurang sehat.
c. Anggota kelompok yang malas mungkin menyerahkan tugas kelompok
kepada ketua atau temannya yang rajin dan pandai.
d. Penilaian terhadap individu sulit karena tersembunyi dibalik kelompok.
e. Seluruh waktu bisa jadi didominasi oleh kelompok yang pandai atau
yang berani berbicara.
f. Terjadi pertentangan antar anggota kelompok, maka hasil pekerjaannya
akan kurang baik.
Menurut Sriyono (1992:122 ) Faktor-faktor yang menentukan hasil
kerja kelompok sebagai berikut:
a. Taraf kecerdasan anggota kelompok.
b. Hubungan antar anggota kelompok.
c. Pengenalan dan pengalaman dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan.
d. Besarnya jumlah kelompok.
e. Kemampuan
pemimpin
kelompok
anggotanya.
39
dalam
memimpin
anggota-
f. Minat, keaktifan dan ketrampilan anggota dalam menyelesaikan
masalah.
g. Strategi ini tidak ditunjang oleh penelitian khusus.
h. Kerja kelompok sering hanya melibatkan siswa yang mampu sebab
mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.
i. Strategi ini kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda
dan gaya mengajar yang berbeda.
Menurut Hasibuan (1993:24-25) aspek-aspek kelompok yang perlu
diperhatikan dalam kerja kelompok ialah:
a. Tujuan
Tujuan harus jelas bagi setiap anggota kelompok, agar diperoleh
hasil kerja yang baik. Tiap anggota harus tahu persis yang harus
dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
b. Interaksi
Dalam kerja kelompok ada tugas yang harus diselesaikan bersama
sehingga perlu dilakukan pembagian kerja. Syarat utama terjadinya
kerjasama adalah komunikasi yang efektif, perlu ada interaksi antar
anggota kelompok.
c. Kepemimpinan
Tugas yang jelas, komunikasi yang efektif, kepemimpinan yang
baik,
akan
berpengaruh
terhadap
suasana
mempengaruhi proses penyelesaian tugas.
40
kerja
yang
akan
Keberhasilan metode kerja kelompok ini tergantung kepada
kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.
Menurut Roestiyah (1985:19-20) supaya kerja kelompok dapat lebih
berhasil, maka harus melalui langlah-langkah sebagai berikut:
a. Menjelaskan tugas kepada siswa.
b. Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu.
c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok.
d. Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat
laporan tentang kemajuan dan hasil kelompok tersebut.
e. Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu
memberi saran/pertanyaan.
f. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja
kelompok.
C. Mata Pelajaran Matematika
1. Pengertian Matematika
Matematika
merupakan
ilmu
universal
yang
mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah
dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis,
analitis, sistematis, dan kreatif pada keadaan yang selalu berubah, tidak
pasti, dan kompetitif. Menurut Uno (2009:109) Matematika adalah sebagai
salah satu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat
41
untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya
logika dan intusi, analisis dan kontruksi, generalisasi dan individualitas,
dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmetika, aljabar, geometri,
dan anlisis. Belajar matematika merupakan suatu kegiatan yang berkenaan
dengan penyeleksian himpunan-himpunan dari unsur matematika yang
sederhana dan merupakan himpunan-himpunan baru, yang selanjutnya
membentuk himpunan-himpunan baru yang lebih rumit.
Menurut Johnson dan Myklebust (Sam’s, 2010:11) matematika
adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan
hubungan-hubungan
kuantitatif
dan
keruangan
sedangkan
fungsi
teoritisnya adalah untuk memudahkan pemikiran. Menurut Mulyani
Sumantri (Sam’s, 2010:12) matematika adalah pengetahuan yang tidak
kurang pentingnya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu tujuan
pengajaran matematika ialah agar siswa dapat berkonsultasi dengan
menggunakan angka-angka dan bahasa dalam matematika.
2. Hakikat Belajar Matematika
Menurut Uno (2009:110) hakikat belajar matematika adalah suatu
aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta
simbol-simbol, kemudian diterapkannya pada situasi nyata. Belajar
matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam
membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Matematika melibatkan
pengamatan, penyelidikan, dan keterkaitannya dengan fenomena fisik dan
sosial. Maka belajar matematika merupakan suatu kegiatan yang
42
berkenaan
dengan
penyeleksian
himpunan-himpunan
dari
unsur
matematika yang sederhana dan merupakan himpunan-himpunan baru,
yang selanjutnya membentuk himpunan-himpunan baru yang lebih rumit.
3. Fungsi dan Tujuan dalam Matematika Standar Kompetensi Kurikulum
2004
Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika sederhana
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan,
pengukuran, geometri dan pengelolaan data. Matematika juga berfungsi
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan
bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan
persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel.
Sedangkan tujuan pembelajaran matematika adalah:
a. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan
kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa
ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d. Mengembangkan
kemampuan
menyampaikan
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
43
4. Karakteristik Matematika
Proses pembelajaran suatu mata pelajaran akan efektif bagi siswa
jika guru memiliki pengetahuan tentang objek yang akan diajarkannya
supaya dalam menyampaikan materi tersebut penuh dengan dinamika dan
inovatif. Menurut Subarinah (Sam’s, 2010:29) matematika merupakan
ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola
hubungan yang ada di dalamnya. Ini berarti bahwa belajar matematika
pada hakikatnya adalah belajar konsep, strukturnya, dan mencari hubungan
antar konsep dan strukturnya. Karakteristik matematika antara lain:
a. Memiliki kajian objek abstrak, disebut juga obyek mental yang ada
dalam pikiran meliputi obyek dasar: fakta, konsep, definisi, operasi dan
prinsip. Dari objek dasar disusun suatu pola dan struktur matematika.
b. Bertumpu pada kesepakatan, aksioma (postulat) merupakan pertanyaan
pangkal yang sering dinyatakan tetapi tidak perlu lagi dibuktikan.
c. Berpola pikir deduktif, berpangkal dari hal umum
diterapkan atau
diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti.
e. Memperhatikan semesta dan pembicaraan.
f. Konsisten dalam sistemnya, terdapat banyak sistem ada yang terkait dan
ada yang saling terlepas. Dalam satu sistem tidak boleh ada kontradiksi,
tetapi dalam antar sistem ada kemungkinan terdapat sebuah kontradiksi.
44
5. Ruang Lingkup Matematika
Ruang lingkup mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan
sekolah dasar meliputi aspek bilangan, giometri dan pengukuran serta
pengolahan data. Bilangan membahas tentang kaedah konsep simbolisasi
lambang bilangan dan perhitungan dasar sederhana yang banyak
melibatkan media konkrit dan media manipulatif lainnya. Giometri dan
pengukuran lebih fokus membelajarkan siswa tentang konsep ruang dan
ukurannya dengan perhitungan dasar yang sederhana menggunakan media
konkrit dan media manipulatif lainnya. Sedangkan Pengolahan data lebih
banyak membahas tentang hakekat data, cara mengolah dan membaca data
berdasarkan kaidah rasional dan ilmiah menggunakan data-data konkrit
dan data manipulatif. Penggunaan media dari konkrit ke absatrak
mempertimbangkan tingkatan kelas dan daya nalar siswa. Semakin tinggi
tingkatan siswa maka penggunaan media di arahkan ke semi abstrak
(manipulatif) sampai tingkatan abstrak. Demikian juga semakin tinggi
daya nalar logis siswa maka semakin berani bagi guru menggunakan
media yang semi abstrak sampai abstrak.
6. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika MI
Kemampuan matematika yang dipilih dalam Standar Kompetensi
ini dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik agar
dapat
berkembang
secara
optimal,
serta
memperhatikan
pula
perkembangan pendidikan sekarang. Untuk mencapai kompetensi tersebut,
dipilih
materi-materi
matematika
45
dengan
memperhatikan
struktur
keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan
keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara rinci, standar
kompetensi dimaksud sebagai berikut:
a. Bilangan
1) Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.
3) Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan
masalah.
4) Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
5) Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan
bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan
masalah.
b. Pengukuran dan Geometri
1) Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang,
serta menggunakanya dalam pemecahan masalah.
2) Melakukan pengukuran, menentukan unsur bangun datar dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
3) Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
4) Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bagun ruang,
menentukan kesimetrisan bangun datar, serta menggunakannya
dalam pemecahan masalah.
46
5) Melakukan operasi hitung yang melibatkan satuan ukuran, mengenal
sistem koordinat pada bidang datar dan menggunakannya dalam
pemecahan masalah.
c. Pengelolaan Data
1) Mengumpulkan, menyajikan dan mengelola data (ukuran pemutusan
data).
D. Metode Kerja Kelompok Dalam Matematika
Keterlibatan langsung siswa dalam pembelajaran dapat mempercepat
penerimaan dan penyerapan terhadap bahan ajar/materi pelajaran yang
diberikan. Metode kerja kelompok merupakan salah satu metode belajar
dengan cara berkelompok-kelompok untuk menyelesaikan suatu tugas yang
dirasa perlu dikerjakan secara bersama-sama. Pembelajaran dengan metode
kerja kelompok mengandung pengertian bahwa para siswa dilatih membentuk
suatu kepribadian kesatuan serta kebersamaan, karena dengan cara seperti ini
siswa yang kemampuannya kurang pandai dapat bekerja sama saling tukar
pengetahuan dengan siswa yang lebih pandai.
Metode kerja kelompok sangat berpengaruh dalam memotifasi belajar
bagi para siswa dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika.
Para siswa akan lebih terpacu untuk mencari hal-hal yang belum mereka
ketahui dengan cara berdiskusi dengan para anggota kelompok mereka.
Metode kerja kelompok dipakai dalam pelajaran matematika sangat
bermanfaat karena dengan adanya interaksi terhadap sesama siswa dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Metode kerja kelompok
47
memiliki dampak yang positif dalam pelajaran matematika, siswa dituntut
aktif dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dengan metode kerja
kelompok siswa yang mengalami kesulitan dapat dibantu oleh yang siswa
kemampuan yang lebih.
Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan metode kerja
kelompok dapat meningkatkan peran serta siswa secara menyeluruh, tidak
hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Dengan kerja kelompok
siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang
sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan
temannya.
48
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum MI Ketanggen
1. Profil Madrasah
Nama Madrasah
: MI Darul Falah
NSS
: 112332203039
Propinsi
: Jateng
Kabupaten
: Semarang
Kecamatan
: Susukan
Desa
: Ketanggen
Kode pos
: 50777
Status Madrasah
: Swasta
Akreditasi/TH
: B/11-12-2009
Surat keputusan
: Dd. 012704
Tahun Berdiri
: 1967
Kegiatan Pembelajaran
: Pagi dan Siang
Bangunan Madrasah
: Milik Sendiri
Organisasi Penyelenggara
: Yayasan
2. Keadaan Fisik
Madrasah ini terletak di Dusun Ketanggen Ds. Susukan Kec.
Susukan Kab. Semarang yang keadaannya sebagai berikut:
a. Terletak di pinggir Dusun Ketanggen
49
b. Madrasah ini dikelilingi jalan raya, desa dan persawahan
c. Mudah dijangkau, sebab terletak hanya 200 m dari jalan raya SruwenKaranggede.
d. Terletak di daerah yang steril dari sumber penyakit sebab jauh dari
pabrik, kandang hewan ternak.
e. Fasilitas air mudah didapat, sebab PDAM sudah masuk.
f. Fasilitas listrik terpenuhi.
3. Sejarah Berdirinya MI Ketanggen
Madrasah ini berdiri pada tanggal 1 Juli 1967, dengan nama
Madrasah Wajib Belajar (MWB) dan berada di bawah naungan
Departemen Agama. Madrasah ini berdiri di atas tanah wakaf seluas 21 m
x 21 m.
Madrasah ini memiliki visi dan misi sebagai berikut:
Visi :
Berpacu dalam prestasi, santun dalam perilaku, kuat iman dan taqwa.
Misi :
a. Menjadikan madrasah sebagai sarana pengembangan pendidikan
IPTEK dan IMTAQ.
b. Membimbing secara intensif akan pentingnya pendidikan agama.
c. Menumbuhkan
penghayatan
agama
dalam
kehidupan
serta
mengupayakan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat dalam
bidang pendidikan.
50
4. Fasilitas sekolah
Dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar madrasah ini
dilengkapi sarana pendukung seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Daftar Sarana Ruang
No.
Nama Ruang
Jumlah
Keterangan
1
Ruang Kelas
6
Baik dan Standar
2
Kantor Kepala
1
Baik
3
Kantor Tata Usaha
-
-
4
Ruang Guru
1
Baik
5
R. Perpustakaan
1
Baik
6
R. Laboratorium IPA
-
-
7
R. Keterampilan
-
-
8
R. Laboratorium Komputer
-
-
9
R. Koperasi/Kantin
-
-
10
R. Gudang
1
Standar
11
WC Guru/Pegawai
1
Standar
12
WC Peserta Didik
1
Standar
Tabel 3.2 Sarana/Media Pembelajaran
No.
Nama Ruang
Jumlah
Keterangan
1
UHP
1
Baik
2
Komputer
-
-
3
Laptop
1
Baik
51
4
Alat Musik
-
-
5
TV
-
-
6
Alat Peraga

Kit IPA
1 set
Baik

Kit IPS
1 set
Baik
5. Peserta Didik dan Tenaga Kependidikan
Madrasah ibtidaiyah ini memiliki peserta didik sebanyak 129
dengan rombongan belajar berjumlah 6 kelas, dengan perincian sebagai
berikut:
Tabel 3.3 Data Peserta Didik MI Ketanggen Tahun Ajaran 2011/2012
Jumlah
No.
Kelas
Jumlah
Keterangan
1
11
20
Aktif
13
9
22
Aktif
III
9
12
21
Aktif
4
IV
10
9
19
Aktif
5
V
12
10
22
Aktif
6
VI
12
13
25
Aktif
Jumlah
65
64
129
L
P
I
9
2
II
3
Tabel 3.4 Data Guru MI Ketanggen Tahun Ajaran 2011/2012
No
Nama Guru
Status
52
TNT disini
Mengajar
1
Samidi, A. Ma
PNS
17-7-2006
Kelas II
PNS
1-7-2008
Mapel, wakil
NIP. 196110301984051001
2
Drs. Aunur Rofiq
kelas VI
NIP. 196809201992031003
3
Nofi Hidayati,S.Pd
WB
1-7-1995
Kelas III
4
Nur Hidayati
WB
1-7-1998
Mapel, wakil
kelas IV
5
Siti Wahyu Ningsih, A.Ma
WB
17-7-2003
Mapel
6
Muttaqin, A.Mdi
WB
1-10-2005
Mapel
7
M. Nur Khakim, S.Pdi
WB
14-8-2005
Mapel
8
Umi Nur Faizah. Spd
WB
1-8-2009
Mapel, wakil
kelas V
No
Nama Guru
Status
TNT disini
Mengajar
9
M. Syarifudin Z, S.Pd.I
WB
1-8-2009
Mapel
10
Anita Rahmawati, S.Pdi
WB
11-7-2011
Kelas 1
B. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan tindakan dimulai dengan mempersiapkan RPP
disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta
perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada siklus I. Perangkat
pembelajaran meliputi absensi, lembar observasi, lembar penilaian dan
soal tes, dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan
menyesuaikan program pembelajaran.
2. Tindakan (Action)
53
Tindakan kelas siklus I berlangsung selama 1 kali tatap muka (2 x
35 menit) yaitu jam ke 3-4 (08.25– 9.35). Siswa yang hadir sebanyak 19
siswa. Materi yang diajarkan dalam pertemuan ini adalah bangun datar
jajar genjang yaitu mencari luas dan keliling bangun datar jajar genjang
dengan menggunakan metode kerja kelompok. Langkah-langkah kegiatan
pembelajarannya:
a. Kegiatan Awal
1) Guru melakukan presensi kehadiran siswa dan mengondisikan kelas
2) Guru melakukan apersepsi terhadap siswa.
3) Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan siswa
dengan materi yang akan diajarkan.
b. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan
diajarkan.
2) Siswa menulis informasi yang didapat dari penjelasan guru.
3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok (setiap kelompok
4 anak).
4) Siswa dalam kelompoknya saling memberikan kontribusi, saling
bertukar dan berdiskusi tentang semua gagasan.
5) Guru membimbing siswa untuk menemukan rumus luas jajargenjang
dan memberikan soal.
6) Siswa menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan luas bangun
datar jajar genjang secara berkelompok.
54
7) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka.
8) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang
belum dipahami.
9) Guru memberikan soal tes kepada siswa untuk dikerjakan.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah terlaksana
2) Guru bersama siswa menutup pembelajaran dengan bacaan
hamdalah dan salam
Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan skenario
pembelajaran. Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada
perencanaan tindakan yang telah dibuat, materi ajar yang disajikan. Dan
membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar serta membimbing
siswa dalam melakukan kerja kelompok.
Penilaian pada siswa terdiri dari penilaian unjuk kerja yang
dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi
keaktifan siswa dan hasil belajar siswa yang dilakukan pada saat kegiatan
inti.
3. Pengamatan (Observation)
Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar hasil pengamatan
terhadap siswa. Data yang dikumpulkan pada pelaksanaan siklus I adalah
hasil observasi keaktifan siswa dan hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran. Setelah data terkumpul menunjukkan hasil observasi
55
keaktifan siswa dan hasil belajar siswa selama pembelajaran yang akan
diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya.
4. Refleksi (Reflektion)
Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I peneliti melakukan
beberapa ide perbaikan. Hal ini dilakukan supaya pada siklus berikutnya
tidak terjadi lagi kekurangan yang sama. Ide perbaikan tersebut adalah
memberikan
variasi
mengkondisikan
siswa
pembelajaran
sebelum
dengan
memulai
bernyanyi,
pelajaran
dan
lebih
lebih
memperhatikan siswa secara keseluruhan, khususnya pada siswa-siswa
yang kurang aktif dan kurang memperhatikan pembelajaran agar lebih
bersungguh-sungguh dan memperhatikan materi pembelajaran tersebut.
Selain itu, lebih meningkatkan pengarahan dan bimbingan kepada siswa
terhadap materi yang disampaikan. Guru lebih mempersiapkan waktu
sebelum pembelajaran, guru memberikan arahan pembelajaran materi
keseluruh kelompok tidak hanya kelompok tertentu saja.
C. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan
perbaikan rencana tindakan dari siklus I. Dimulai mempersiapkan RPP
disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta
perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran meliputi absensi, lembar
observasi, lembar penilaian dan soal tes, dan rencana pelaksanaan
56
pembelajaran
yang
dilakukan
dengan
menyesuaikan
program
pembelajaran.
2. Tindakan (Action)
Tindakan kelas siklus II dilaksanakan jam ke 1-2 (07.15 – 08.25).
Siswa yang hadir sebanyak 19 siswa. Materi yang diajarkan dalam
pertemuan ini adalah bangun datar jajargenjang yaitu mencari luas dan
keliling bangun datar jajar genjang. Pada siklus II ide perbaikan yang akan
dilakukan adalah dengan mengajak siswa bernyanyi bersama agar siswa
lebih aktif dan bersemangat dalam pembelajaran. Langkah-langkah
kegiatan pembelajarannya :
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengajak siswa bernyanyi bersama.
2) Mengingat kembali pelajaran tentang bangun datar.
b. Kegiatan Inti
1) Guru memberikan contoh bangun datar jajar genjang yang ada
didalam kelas.
2) Guru mendemonstrasikan cara menentukan keliling dan luas bangun
datar jajar genjang.
3) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok (sesuai dengan
kelompok yang sudah dibentuk).
4) Siswa berkelompok untuk memecahkan soal mencari keliling dan
luas bangun datar jajar genjang.
5) Siswa mempresentasikan hasil kelompok mereka.
57
6) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
7) Siswa mengerjakan soal-soal yang diberikan guru secara mandiri.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari materi
yang telah diajarkan.
2) Guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah terlaksana.
3) Guru bersama siswa menutup pembelajaran dengan bacaan
hamdalah dan salam.
Guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan skenario
pembelajaran. Penilaian pada siswa terdiri dari penilaian unjuk kerja yang
dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi
keaktifan siswa dan penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan pada saat
kegiatan inti.
3. Pengamatan (Observation)
Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar observasi hasil
pengamatan terhadap keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Aspek yang
diamati sama pada siklus I. Selama pembelajaran dilakukan pengamatan
ulang terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa pada saat pembelajaran
apakah ada peningkatan dari siklus sebelumnya. Setelah data terkumpul
menunjukkan hasil evaluasi dan hasil pengamatan selama pembelajaran
yang akan diadakan perbaikan pada siklus selanjutnya.
4. Refleksi (Reflektion)
58
Untuk mengatasi kekurangan pada siklus II peneliti melakukan
beberapa ide perbaikan. Hal ini dilakukan supaya pada siklus berikutnya
tidak terjadi lagi kekurangan yang sama. Ide perbaikan tersebut adalah
peneliti mengubah formasi kelompok, memberikan variasi dalam
pembelajaran berupa yel-yel untuk menambah semangat antar kelompok.
Guru dapat mengkondisikan suasana kelas sebelum pembelajaran, guru
memberi kesempatan kepada kelompok untuk menyimpulkan materi,.
Diharapkan pada siklus III melalui metode kerja kelompok hasil
belajarnya akan lebih meningkat dari siklus-siklus sebelumnya.
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus III merupakan
perbaikan rencana tindakan dari siklus-siklus sebelumnya. Dimulai
mempersiapkan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran
meliputi absensi, lembar observasi, lembar penilaian dan soal tes, dan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan menyesuaikan
program pembelajaran.
2. Tindakan (Action)
Tindakan kelas siklus III dilaksanakan pada jam ke 1-2 (07.1508.25). Siswa yang hadir sebanyak 19 siswa. Materi yang diajarkan dalam
pertemuan ini adalah bangun datar jajargenjang yaitu mencari luas dan
keliling bangun datar jajar genjang. Pada siklus III ide perbaikan yang
59
digunakan adalah menggunkan yel-yel untuk menambah semangat belajar
antar kelompok dan mengubah formasi kolompok. Langkah-langkah
kegiatan pembelajarannya:
a. Kegiatan Awal
1) Menyanyikan yel-yel yang dibuat oleh masing-masing kelompok.
2) Mengingat kembali pelajaran tentang luas dan keliling bangun datar
jajar genjang.
b. Kegiatan Inti
1) Guru mengubah formasi kelompok.
2) Guru menyajikan sebuah masalah yang berkaitan dengan luas dan
keliling bangun datar jajar genjang.
3) Guru membimbing siswa untuk memahami masalah tersebut.
4) Siswa mengkaji, menginvestigasi dan mengumpulkan informasi
tentang masalah tersebut.
5) Guru membimbing siswa untuk menemukan cara pemecahan
masalah tersebut.
6) Siswa menyelesaikan beberapa soal latihan.
7) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang
belum dipahami.
8) Guru memberikan soal-soal kepada siswa untuk dikerjakan.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberi kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dalam
mengikuti pembelajaran.
60
2) Guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah terlaksana.
3) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran.
Pada siklus III peneliti menyajikan materi pelajaran sudah sesuai
dengan skenario pembelajaran. Penilaian pada siswa terdiri dari penilaian
unjuk kerja yang dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan
lembar observasi keaktifan siswa dan penilaian hasil belajar siswa yang
dilakukan pada saat kegiatan inti. Pelaksanaan kegiatan pada siklus III
berlangsung selama 1 kali tatap muka (2 x 35 menit).
3. Pengamatan (Observation)
Tahap observasi dikumpulkan data dari lembar hasil observasi
keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Aspek yang diamati sama dengan
siklus-siklus sebelumnya. Selama pembelajaran dilakukan pengamatan
terhadap keaktifan siswa dan hasil belajar apakah ada perubahan dari
siklus-siklus sebelumnya selama pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi (Reflektion)
Hasil dari pengamatan di kumpulkan dan dianalisis. Setelah data
terkumpul menunjukkan bahwa hasil evaluasi dan hasil pengamatan lebih
mengalami kenaikan dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Maka
penelitian ini berhasil jika terdapat peningkatan keaktifan dan hasil belajar
siswa.
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
E. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang direncanakan menggunakan 3 siklus,
dengan Kompetensi Dasar menggunakan konsep keliling luas bangun datar
sederhana dalam memecahkan masalah. Siklus pertama, ke dua dan ke tiga
menguraikan sub pokok bahasan yang sama yaitu keliling dan luas bangun
datar jajargenjang, 2 x 35 menit (2 jam pelajaran) dalam 1 kali pertemuan.
Dalam penelitian ini setiap pembelajaran di gunakan lembar observasi
dan soal tes untuk mengukur sejauh mana keaktifan siswa dan hasil belajar
siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan menggunakan
metode kerja kelompok. Adapun hasil dari penelitian yang telah penulis
lakukan adalah sebagai berikut:
1. Hasil Penelitian Siklus I
Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti menyajikan
materi mencari luas dan keliling bangun datar jajargenjang dengan dengan
menggunakan metode kerja kelompok. Peneliti melakukan pengamatan
terhadap proses pembelajaran. Melalui pengamatan selama proses
pembelajaran tersebut, observasi terhadap siswa dilakukan pengamatan
terhadap dua aspek yaitu:
a. Keaktifan siswa
62
b. Hasil belajar
Berikut adalah tabel pengamatan terhadap siswa:
Tabel 4.1 Keaktifan Siswa pada Siklus I
No.
Keaktifan Siswa
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
1
Kurang
12
63,16
2
Cukup
5
26,31
3
Baik
2
10,53
Jumlah
19
100
Data di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode kerja
kelompok dalam pembelajaran matematika, dapat diketahui bahwa tingkat
keaktifan siswa masih banyak yang kurang. Perlu adanya peningkatan dari
aspek keaktifan tersebut pada siklus selanjutnya. Hal ini terjadi karena
siswa belum terbiasa dengan penerapan metode kerja kelompok. Kesiapan
siswa dalam pembelajaran juga masih kurang. Mereka juga belum berani
untuk menjawab ataupun mengajukan pertanyaan.
Peneliti juga memberikan tes formatif sebagai pengukuran hasil
belajar siswa. Adapun dari hasil tes formatif pada siklus I ini didapatkan
hasil sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini :
Table 4.2 Hasil Tes Formatif Siklus I
No
Nama
KKM
Nilai
Ketuntasan
1.
A
55
50
Tidak Tuntas
63
2.
B
55
55
Tuntas
3.
C
55
45
Tidak Tuntas
4.
D
55
50
Tidak Tuntas
5.
E
55
60
Tuntas
6.
F
55
65
Tuntas
7.
G
55
50
Tidak Tuntas
No
Nama
KKM
Nilai
Ketuntasan
8.
H
55
60
Tuntas
9.
I
55
45
Tidak Tuntas
10.
J
55
50
Tidak Tuntas
11.
K
55
40
Tidak Tuntas
12.
L
55
65
Tuntas
13.
M
55
60
Tuntas
14.
N
55
35
Tidak Tuntas
15.
O
55
70
Tuntas
16.
P
55
50
Tidak Tuntas
17.
Q
55
40
Tidak Tuntas
18.
R
55
45
Tidak Tuntas
19.
S
55
35
Tidak Tuntas
55
51,05
Tidak Tuntas
Rata-rata
Keterangan :
Tuntas
: 7 siswa (36,84%)
Tidak Tuntas : 12 siswa (63,16%)
64
Data tersebut dapat dilihat bahwa ketuntasan individu masih rendah,
hanya 7 siswa atau 36,84% yang sudah tuntas sedangkan sisanya masih
mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Rata-rata
ketuntasan klasikal siswa mencapai 51,05 yang berarti bahwa secara
klasikal pembelajaran matematika belum tuntas.
2.
Hasil Penelitian Siklus II
Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti menyajikan
materi jajargenjang dengan dengan menggunakan metode kerja kelompok.
Dengan menerapkan ide perbaikan pada siklus II yaitu mengajak siswa
bernyanyi. Peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran.
Melalui pengamatan selama proses pembelajaran tersebut, observasi
terhadap siswa dilakukan pengamatan terhadap dua aspek yaitu:
a. Keaktifan siswa
b. Hasil belajar
Berikut adalah tabel pengamatan terhadap siswa:
Tabel 4.3 Keaktifan Siswa pada Siklus II
No.
Keaktifan Siswa
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
1
Kurang
3
15,79
2
Cukup
6
31,58
3
Baik
10
52,63
Jumlah
19
100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat keaktifan
siswa cukup baik dan meningkat daripada siklus sebelumnya. Hal tersebut
65
menunjukkan bahwa melalui metode kerja kelompok mampu membuat
siswa aktif dan memperhatikan materi yang sedang dipelajari serta mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan. Walaupun masih ada beberapa
siswa saja yang masih kurang. Diharapkan pada siklus selanjutnya lebih
baik dan lebih meningkat.
Seperti pada tindakan kelas siklus I peneliti juga memberikan tes
formatif sebagai pengukuran hasil belajar siswa. Adapun dari hasil tes
formatif pada siklus II ini didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada
tabel berikut ini :
Table 4.4 Hasil Tes Formatif Siklus II
No
Nama
KKM
Nilai
Ketuntasan
1.
A
55
60
Tuntas
2.
B
55
60
Tuntas
3.
C
55
45
Tidak Tuntas
4.
D
55
75
Tuntas
5.
E
55
75
Tuntas
6.
F
55
70
Tuntas
7.
G
55
75
Tuntas
8.
H
55
85
Tuntas
66
9.
I
55
75
Tuntas
10.
J
55
70
Tuntas
11.
K
55
45
Tidak Tuntas
12.
L
55
65
Tuntas
13.
M
55
65
Tuntas
14.
N
55
50
Tidak Tuntas
15.
O
55
75
Tuntas
16.
P
55
55
Tuntas
17.
Q
55
50
Tidak Tuntas
18.
R
55
55
Tuntas
19.
S
55
40
Tidak Tuntas
55
63,16
Tuntas
Rata-rata
Keterangan :
Tuntas
: 14 siswa (73,68%)
Tidak Tuntas : 5 siswa (26,32%)
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa ketuntasan individu
meningkat, terdapat 14 siswa atau 73,68% yang sudah tuntas sedangkan
sisanya masih mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Rata-rata ketuntasan klasikal siswa mencapai 63,16 yang berarti
bahwa secara klasikal pembelajaran matematika tuntas. Akan tetapi
peneliti masih perlu melanjutkan penelitian pada tindakan kelas siklus III
untuk mengetahui peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar.
67
Berdasarkan data yang telah diperoleh pada siklus I dan II, pada
aspek keaktifan mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu:
Tabel 4.5 Data Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II
No.
Kemampuan
Siswa
Sesudah Tindakan
Siklus I
Siklus II
1.
Kurang
63,16%
15,79%
2.
Cukup
26,31%
31,58%
3.
Baik
10,53%
52,63%
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan
keaktifan siswa pada pelajaran matematika menggunakan metode kerja
kelompok. Dilihat dari siklus I siswa yang kurang aktif (63,16%) pada
siklus II menjadi (15,79%), siswa yang cukup aktif siklus I (26,31%) pada
siklus II (31,58%), dan siklus I mempunyai keaktifan baik (10,53%) pada
siklus II menjadi (52,63%).
Berdasarkan data yang telah diperoleh pada siklus I dan II, pada
aspek hasil belajar mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu:
Table 4.6 Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
Indikator Pencapaian
Siklus I
Siklus II
Kurang dari KKM yaitu ≤55
12 siswa (63,16%)
5 siswa (26,32%)
Mencapai KKM yaitu ≥ 55
7 siswa (36,84%)
14 siswa (73,68%)
68
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan
hasil belajar siswa pada pelajaran matematika menggunakan metode kerja
kelompok. Dilihat dari siklus I siswa yang belum mencapai KKM
sebanyak 12 siswa (63,16%) pada siklus II menjadi 5 siswa (26,32%).
Siswa yang sudah mencapai KKM pada siklus I sebanyak 7 siswa
(36,84%) pada siklus II menjadi (73,68%).
3. Hasil Penelitian Siklus III
Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti menyajikan
materi jajargenjang dengan dengan menggunakan metode kerja kelompok.
Pada siklus III menerapkan ide perbaikan berupa mengubah formasi
kelompok dan menggunkan yel-yel antar kelompok Peneliti melakukan
pengamatan terhadap proses pembelajaran. Melalui pengamatan selama
proses pembelajaran tersebut, observasi terhadap siswa dilakukan
pengamatan terhadap dua aspek yaitu:
a. Keaktifan siswa
b. Hasil belajar
Berikut adalah tabel pengamatan terhadap siswa:
Tabel 4.7 Keaktifan Siswa pada Siklus III
No.
Keaktifan Siswa
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
1
Kurang
1
5,26
2
Cukup
3
15,79
3
Baik
15
78,95
Jumlah
19
100
69
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan tingkat keaktifan siswa
meningkat lebih baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa melalui metode
kerja kelompok mampu membuat siswa aktif dan memperhatikan materi
yang sedang dipelajari serta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan.
Seperti pada tindakan kelas siklus I dan siklus II peneliti juga
memberikan tes formatif sebagai pengukuran hasil belajar siswa. Adapun
dari hasil tes formatif pada siklus III ini didapatkan hasil sebagaimana
terdapat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.8 Hasil Tes Formatif Siklus III
No
Nama
KKM
Nilai
Ketuntasan
1.
A
55
70
Tuntas
2.
B
55
65
Tuntas
3.
C
55
50
Tidak Tuntas
4.
D
55
80
Tuntas
5.
E
55
85
Tuntas
6.
F
55
85
Tuntas
7.
G
55
90
Tuntas
8.
H
55
100
Tuntas
9.
I
55
85
Tuntas
10.
J
55
80
Tuntas
11.
K
55
55
Tuntas
12.
L
55
70
Tuntas
13.
M
55
75
Tuntas
70
14.
N
55
50
Tidak Tuntas
15.
O
55
90
Tuntas
16.
P
55
75
Tuntas
17.
Q
55
70
Tuntas
18.
R
55
75
Tuntas
19.
S
55
60
Tuntas
55
74,21
Tuntas
Rata-rata
Keterangan :
Tuntas
: 17 siswa (89,47%)
Tidak Tuntas : 2 siswa (10,53%)
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan
individu tinggi, terdapat 17 siswa atau 89,47% yang sudah tuntas
sedangkan sisanya masih mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan
minimal (KKM). Rata-rata ketuntasan klasikal siswa mencapai 74,21 yang
berarti bahwa secara klasikal pembelajaran matematika tuntas. Peneliti
merasa tidak perlu untuk melanjutkan ke tindakan selanjutnya.
Berdasarkan data yang telah diperoleh pada siklus II dan III, pada
aspek keaktifan mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu:
Tabel 4.9 Data Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus II dan Siklus III
No.
Kemampuan
Siswa
Sesudah Tindakan
Siklus II
71
Siklus III
1.
Kurang
15,79%
5,26%
2.
Cukup
31,58%
15,79%
3.
Baik
52,63%
78,95%
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan
keaktifan siswa pada pelajaran matematika menggunakan metode kerja
kelompok. Dilihat dari siklus II siswa yang kurang aktif (15,79%) pada
siklus III menjadi (5,26%), siswa yang cukup aktif siklus II (31,58%) pada
siklus III (15,79%), dan siklus II mempunyai keaktifan baik (52,63%) pada
siklus III menjadi (78,95%).
Data yang telah diperoleh pada siklus I dan II, pada aspek hasil
belajar mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu:
Table 4.10 Data Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus II dan Siklus III
Indikator Pencapaian
Siklus II
Siklus III
Kurang dari KKM yaitu ≤55
5 siswa (26,32%)
2 siswa (10,53%)
Mencapai KKM yaitu ≥ 55
14 siswa (73,68%)
17 siswa (89,47%)
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ada peningkatan
hasil belajar siswa pada pelajaran matematika menggunakan metode kerja
kelompok. Dilihat dari siklus II siswa yang belum mencapai KKM
sebanyak 5 siswa (26,32%) pada siklus III menjadi 2 siswa (10,53%).
72
Siswa yang sudah mencapai KKM pada siklus II sebanyak 14 siswa
(73,68%) pada siklus III menjadi 17 siswa (89,47%).
F. Pembahasan
1. Peningkatan Keaktifan Siswa
Tabel 4.11 Data Peningkatan Keaktifan Siswa
No.
Kemampuan
Siswa
Sesudah Tindakan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
Kurang
63,16%
15,79%
5,26%
2.
Cukup
26,31%
31,58%
15,79%
3.
Baik
10,53%
52,63%
78,95%
Berdasarkan tabel peningkatan observasi siswa di atas dapat kita
lihat bahwa keaktifan siswa selama proses pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok dari setiap siklus mengalami
peningkatan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa indikator keaktifan
siswa dari setiap putaran mengalami peningkatan secara bertahap dan
cukup baik dibandingkan sebelum digunakannya metode kerja kelompok.
Ini menunjukkan bahwa metode kerja kelompok dapat meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Peningkatan Hasil Belajar
Table 4.12 Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Indikator
Pencapaian
Siklus I
Siklus II
73
Siklus III
Kurang dari
KKM yaitu
≤55
Mencapai
KKM yaitu ≥
55
12 siswa
5 siswa
2 siswa
(63,16%)
(26,32%)
(10,53%)
7 siswa
14 siswa
17siswa
(36,84%)
(73,68%)
(89,47%)
Tabel peningkatan hasil belajar siswa di atas dapat kita lihat bahwa
hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode kerja
kelompok dari setiap siklus mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Data yang diperoleh dari hasil pengerjaan tes yang berupa tes
formatif dari guru menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari setiap
putaran mengalami peningkatan secara bertahap dan cukup baik
dibandingkan sebelum menggunakan metode kerja kelompok.
74
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Ketanggen, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2011/2012 melalui metode kerja kelompok dalam pembelajaran
matematika dapat disimpulkan bahwa:
1. Keaktifan belajar siswa IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen meningkat
signifikan itu terlihat dari hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus I,
siklus II, dan siklus III. Peningkatan pada aspek keaktifan siswa ini
ditunjukkan pada siklus I yang kurang aktif 12 siswa (63,16%), cukup 5
siswa (26,31%), baik 2 siswa (10,53%). Pada siklus II yang kurang aktif 3
siswa (15,79%), cukup 6 siswa (31,58%), baik 10 siswa (52,63%). Dan
siklus III yang kurang 1 siswa (5,26%), cukup 3 siswa (15,79%), baik 15
siswa (78,95%).
2. Hasil belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen meningkat
signifikan, itu terlihat dari nilai hasil tes formatif yang mencapai KKM dari
siklus I, siklus ke II dan siklus III. Peningkatan ini ditunjukkan pada siklus
I 7 siswa (36,84%), pada siklus II menjadi 14 siswa (73,68%) dan siklus III
peningkatannya menjadi 17 siswa (89,47%).
75
Jadi pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode kerja
kelompok dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Ketanggen Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. SARAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian tindakan kelas maka
saran-saran yang ingin disampaikan adalah:
1. Metode kerja kelompok sebagai metode pembelajaran merupakan salah
satu alternatif terbaik bagi guru yang dapat dipergunakan dalam
menunjang berbagai proses belajar mengajar.
2. Bagi siswa hendaknya pada saat proses belajar mengajar berlangsung lebih
aktif dan lebih memperhatikan pelajaran serta lebih disiplin supaya waktu
proses pembelajaran lebih efisien.
3. Diharapkan kepada peneliti lain untuk dapat melaksanakan penelitian
dengan lingkup yang lebih luas dalam skripsi ini, sehingga dapat
memperkaya khasanah ilmu pengetahuan umumnya dan bidang studi
matematika khususnya.
76
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan
: Madrasah Ibtidaiyah
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas/Semester
: IV/Ganjil
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit (1x petemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI
Menggunakan konsep keliling luas bangun datar sederhana dalam
memecahkan masalah.
B. KOMPETENSI DASAR
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajaran
genjang dan segitiga.
C. INDIKATOR
 Siswa dapat menggambar bangun datar jajargenjang dengan benar.
 Siswa dapat mencari keliling bangun datar jajargenjang dengan benar.
 Siswa dapat mencari luas bangun datar jajargenjang dengan benar.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
 Melalui
demonstrasi,
siswa
dapat
menggambar
bangun
datar
jajargenjang dengan benar.
 Melalui penjelasan guru dan kerja kelompok, siswa dapat mencari
keliling bangun datar jajargenjang dengan benar.
 Melalui panjelasan guru dan kerja kelompok, siswa dapat mencari luas
bangun datar jajargenjang dengan benar.
E. MATERI POKOK
Keliling jajargenjang
K = 2 x (a+t)
Luas jajargenjang
L=axt
F. METODE PENGAJARAN
 Metode ceramah
 Metode demonstrasi
 Metode kerja kelompok
G. SUMBER DAN BAHAN MEDIA PENGAJARAN
SUMBER PENGAJARAN:
 Riris, Puji Astuti. 2010. Matematika untuk SD Kelas IV. Hasan Pratama:
Karanganyar. (halaman 67-68)
MEDIA PENGAJARAN:
 Gambar bangun–bangun datar
H. STRATEGI PEMBELAJARAN
a. Kegiatan Awal
1) Guru
memberikan
salam
dan
memulai
pelajaran
dengan
mengucapkan basmalah dan berdoa sebelum memulai pelajaran.
2) Guru melakukan presensi kehadiran siswa dan mengondisikan
kelas
3) Siswa menyiapkan bahan ajar.
4) Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan siswa
dengan materi yang akan diajarkan.
5) Guru menjelaskan secara singkat mengenai materi yang akan
diajarkan.
6) Guru memotivasi dan mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
1) EKSPLORASI
a) Guru menyajikan sebuah masalah yang berkaitan dengan luas
bangun datar jajargenjang.
b) Guru membimbing siswa untuk memahami masalah tersebut.
2) ELABORASI
a) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
b) Siswa berkelompok untuk memecahkan soal mencari keliling
dan luas bangun datar.
c) Siswa mengemukakan hasil diskusi.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
e) Guru memberikan soal-soal latihan yang telah disiapkan
kepada siswa.
3) KONFIRMASI
a) Guru memberi pujian atas usaha siswa
b) Guru memotivasi siswa yang belum berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran.
c) Guru memberi umpan balik terhadap proses pembelajaran
c. Kegiatan Penutup
1) Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari materi
yang telah diajarkan
2) Guru merefleksi kegiatan pembelajaran yang telah terlaksana
3) Guru bersama siswa menutup pembelajaran dengan bacaan
hamdalah dan salam.
I.
PENILAIAN
1. Jenis Penilaian
:
Tes Tertulis
2. Bentuk soal Instrumen
1. Angga memotong kertas yang berbentuk jajargenjang dengan ukuran
tinggi 11 cm dan alas 9 cm. Berapakah keliling kertas tersebut?
2. Andi mempunyai mainan dari kayu yang berbentuk jajargenjang
dengan alas 15 cm dan tinggi 8 cm. Hitunglah luas mainan Andi!
3. Ibu mempunyai roti yang akan dibagikan kepada 5 anaknya, ibu
memotong roti tersebut berbentuk jajargenjang dengan panjang sisi
alas 6cm dan tinggi 8cm. Setiap anak mendapat satu bagian yang
sama besar. Berapakah luas roti yang diterima setiap anak?
4. Hitung keliling bangun dibawah ini!
16 cm
14 cm
5. Berapakah luas bangun dibawah ini?
8 cm
13 cm
Kunci Jawaban:
1. Diket
: a = 9cm
t = 11 cm
Ditanya
: Keliling?
Jawab
: K = 2 x (a + t)
= 2 x (9 + 11)
= 2 x 20
= 40 cm
2. Diket
: a = 15cm
t = 8 cm
Ditanya
: Luas?
Jawab
:L =axt
= 15 x 8 = 120 cm
3. Diket
: a = 6cm
t = 8 cm
Ditanya
: Luas?
Jawab
:L=axt
=6x8
= 48 cm
4. Diket
: a = 14 cm
t = 16 cm
Ditanya
: Keliling?
Jawab
: K = 2 x (a + t)
= 2 x ( 14 + 16)
= 2 x 30
= 60 cm
5.
Diket
: a = 13cm
t = 8 cm
Ditanya
: Luas?
Jawab
:L=axt
= 13 x 8
= 104 cm
3.
Penilaian
Benar x 2 = 5 x 20 =100
Ketanggen, 12 November 2011
Lampiran 2
Soal Formatif Siklus I
Nama
:
No Absen
:
1. Hitunglah luas jajargenjang di bawah ini!
8 cm
13 cm
2. Sebuah jajargenjang memiliki tinggi 6 cm dan alas 10 cm. Berapakah luasnya?
3. Berapakah keliling bangun dibawah ini!
11 cm
5cm
4. Berapakah luas jajargenjang dibawah ini?
9cm
17 cm
5. Diketahui tinggi sebuah jajargenjang 5cm dan alas 14 cm. Berapakah keliling
bangun tersebut?
Lampiran 3
Soal Formatif Siklus II
Nama
:
No Absen
:
Hitunglah luas bangun dibawah ini!
1.
18cm
10cm
2.
3cm
15cm
3.
7cm
17cm
Hitunglah keliling bangun dibawah ini!
4.
12cm
21cm
5.
10 cm
13 cm
Lampiran 4
Soal Formatif Siklus III
Nama
:
No Absen
:
Kerjakan Soal di Bawah Ini!
1. Sebuah jajargenjang dengan ukuran tinggi 24cm dan alasnya 20cm.
Berapakah keliling bangun tersebut?
2. Diketahui tinggi sebuah jajargenjang 15 cm dan alas 25cm. Hitunglah luas
jajargenjang tersebut!
3. Ada sebuah potongan kayu berbentuk jajargenjang denagn ukuran sisi
yang berhadapan 7cm dan 9cm. Berapakah keliling kayu itu?
4. Halaman rumah Angga berbentuk jajargenjang dengan panjang sisi 18m
dan 9m. Hitung keliling halaman rumah Angga!
5. Rangga mempunyai jajargenjang dengan ukuran 13cm dan tinggi 23cm.
Berapkah keliling jajargenjang Rangga tersebut?
Lampiran 5
Kunci Jawaban Soal Formatif Siklus I
1. Diket
: a = 13 cm
t = 8 cm
Ditanya : Luas?
Jawab : L = a x t
L = 13 x 8
L =104 cm
2. Diket
: a = 10 cm
t = 6 cm
Ditanya : Luas?
Jawab : L = a x t
L = 10 x 6
L = 60 cm
3. Diket
: a = 11 cm
t = 5 cm
Ditanya : Keliling?
Jawab : K = 2 x (a + t)
K = 2 x (11 + 5)
K = 2 x 16
K = 32 cm
4. Diket
: a = 17 cm
t = 9 cm
Ditanya : Luas?
Jawab : L = a x t
L = 17 x 9
L = 153 cm
5. Diket
: a = 14 cm
t = 5 cm
Ditanya : Keliling?
Jawab : K = 2 x (a + t)
K = 2 x (14 + 5)
K = 2 x 19
K = 38 cm
Lampiran 6
Kunci Jawaban Soal Formatif Siklus II
1. Diket
: a = 10 cm
t = 18 cm
Ditanya : Luas?
Jawab : L = a x t
L = 10 x 18
L =180 cm
2. Diket
: a = 15 cm
t = 3 cm
Ditanya : Luas?
Jawab : L = a x t
L = 15 x 3
L = 45 cm
3. Diket
: a = 17 cm
t = 7 cm
Ditanya : Luas?
Jawab : L = a x t
L = 17 x 7
L = 119 cm
4. Diket
: a = 21 cm
t = 12 cm
Ditanya : Keliling?
Jawab : K = 2 x (a + t)
K = 2 x (21 + 12)
K = 2 x 33
K = 66 cm
5. Diket
: a = 13 cm
t = 10 cm
Ditanya : Keliling?
Jawab : K = 2 x (a + t)
K = 2 x (13 + 10)
K = 2 x 23
K = 46cm
Lampiran 7
Kunci Jawaban Soal Formatif Siklus II
1. Diket : a = 20 cm
t = 24 cm
Ditanya : Keliling?
Jawab : K = 2 x (a + t)
K = 2 x (13 + 10)
K = 2 x 23
K = 46 cm
2. Diket : a = 25 cm
t = 15cm
Ditanya : Luas?
Jawab : L = a x t
L = 25 x 15
L = 300 cm
3. Diket : a = 7 cm
t = 9 cm
Ditanya : Keliling?
Jawab : K = 2 x (a + t)
K = 2 x (7 + 9)
K = 2 x 16
K = 32 cm
4. Diket : a = 18 cm
t = 9 cm
Ditanya : Keliling?
Jawab : K = 2 x (a + t)
K = 2 x (18 + 9)
K = 2 x 27
K = 54 m
5. Diket : a = 13 cm
t = 23 cm
Ditanya : Keliling?
Jawab : K = 2 x (a + t)
K = 2 x (13 + 23)
K = 2 x 36
K = 72 cm
Lampiran 8
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SIKLUS I
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Keaktifan Siswa
Nama Siswa
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
Jumlah
K
√
√
√
√
C
B
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
12
5
2
Keterangan :
 Diisi dengan menggunakan tanda contreng (√)
 K : Kurang, C : Cukup, B : Baik
Ketanggen, 1 November 2011
Lampiran 9
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SIKLUS II
No
Keaktifan Siswa
Nama Siswa
K
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
Jumlah
C
B
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
3
6
√
√
10
Keterangan :
 Diisi dengan menggunakan tanda contreng (√)
 K : Kurang, C : Cukup, B : Baik
Ketanggen, 2 November 2011
Lampiran 10
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SIKLUS III
No
Nama Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
Jumlah
Keaktifan Siswa
K
C
B
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
1
3
√
√
15
Keterangan :
 Diisi dengan menggunakan tanda contreng (√)
 K : Kurang, C : Cukup, B : Baik
Ketanggen, 3 November 2011
Lampiran 11
Nyanyian "Bangun Datar"
(Irama lagu potong bebek angsa)
Banyak Bangun Datar
Bangun datar banyak
Persegi, Segitiga, Persegi Panjang,,
Belah Ketupat, Terapesium,
Jajargenjang Lingkaran, Layang-layang..
Belah Ketupat, Terapesium,
Jajargenjang Lingkaran, Layang-layang
Lampiran 12
Yel - Yel Jajargenjang
(Irama Lagu Balonku Ada Lima)
Mari kita mengenal,
Bangun jajar genjang,
Sisinya ada empat,
Berhadapan sama panjang,
Jajar genjang bangun datar,
Dooorrrr.....
Sisis depan sama panjang,
Jajar genjang bukan bangun ruang,
Jajar genjang bangun datar,
Lampiran 13
Siswa melakukan kerja kelompok
Siswa mengerjakan tes formatif
Kegiatan saat pembelajaran
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Dengan ini saya cantumkan daftar riwayat hidup sebagai berikut:
1. Nama
: Hariyuda Lestari
2. TTL
: Kab. Semarang, 05 Oktober 1989
3. Jenis Kelamin
: Perempuan
4. Agama
: Islam
5. Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
6. Alamat
: Susukan RT. 04/RW.01, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang 50777
7. Riwayat Pendidikan
a. RA, lulus tahun 1995
b. SD N Susukan I, lulus tahun 2001
c. MTS N Susukan, lulus tahun 2004
d. MAN I Boyolali, lulus tahun 2007
e. Masih menyelesaikan pendidikan S1 Tarbiyah PGMI STAIN Salatiga
Demikian daftar riwayat hidup saya, saya buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 29 November 2011
Penulis,
Hariyuda Lestari
Download