sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Oseana, Volume XVIII, Nomor 4 : 145 - 151 ISSN 0216-1877 BEBERAPA CATATAN MENGENAI KUDA LAUT DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA oleh Asmanelli dan Ikhsan Pralogi Andreas *} ABSTRACT SOME NOTES ON SEA HORSE GENUS HIPPOCAMPUS AND ITS PROSPECT OF DEVELOPMENT. The sea horse belong to the family Syngnathidae, and or do Syngnathiformes. Sea horse is long and slender with a bony exterior divided into numerous segments. They have head enlarged and positioned at an angle. Sea horse is one of ornamental fishes which is demanded as jewelery, souvenir and as traditional medicine. The female generally deposits a small number of eggs in a specialized brood pouch on the ventral surface of the male. The eggs are thus incubated by the male parent until hatching, which requires several weeks. One male can "deliver" 150 - 800 individuals of young sea horses. This article discussed several aspects of their mariculture. yang terbagi lagi menjadi 2 anak suku yaitu: Syngnathinae (ikan pipa) dan Hippocampinae (kuda laut). Kelompok ikan pipa (pipe fishes) biasa hidup di air payau dan air laut, beberapa diantaranya hidup di air tawar. Kelompok kuda laut (sea horse) hanya hidup di laut, yang terdiri dari 2 marga yaitu : Hippocampus dan Phyllopteryx dengan ±25 jenis (NELSON 1976). Kuda laut mempunyai keunikan tersendiri sebagai ikan hias, serta mempunyai nilai tambah yang besar, baik sebagai barang antik, perhiasan, souvenir dan juga untuk bahan obat-obatan dalam bentuk tepung. Kuda laut atu tangkur kuda merupakan jenis ikan komersil untuk pengobatan, yang di Cina disebut sebagai "Gingseng" dari Selatan. Kuda laut ini PENDAHULUAN Potensi ikan hias Indonesia yang dapat dimanfaatkan sekitar 30 juta ekor, yang terdiri dari 250 jenis ikan hias laut dan 60 jenis ikan hias tawar (RACHMAN 1985). Salah satu jenis ikan hias laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi adalah jenis kuda laut atau sering disebut dengan tangkur kuda {Hippocampus sp.). Dalam sistematik kuda laut termasuk dalam bangsa Syngnathiformes (Solenichthys) yang dikelompokkan ke dalam kelompok ikan bermulut tabung (tube mouthed fishes). Disebabkan mulutnya yang panjang, kuda laut menjadi teradaptasi untuk menghisap dan menyiphon makanan. Kuda laut termasuk ke dalam suku Syngnathidae, *) Balai Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta. 145 Oseana, Volume XVIII No. 4, 1993 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id digunakan sebagai tonik untuk memulihkan tubuh dari keletihan dan kelemahan fungsi ginjal dan sangat baik untuk memperbaiki kerusakan sistim syaraf (ANONIMUS 1985). Di negara cina, dibutuhkan kira-kira 500 kg kuda laut kering sebagai bahan baku untuk pabrik obat-obatan. Di Filipina (Marungas, Jolo dan Sulu) telah ada budidaya kuda laut secara besarbesaran, dengan rantai pemasarannya ke Borneo, Singapura dan Hongkong yang dijual dalam bentuk kering (ANONIMUS 1988). Di pasaran Tanjungpinang harga kuda laut kering berkisar antara Rp. 180.000,sampai dengan Rp. 200.000,- per kg kering(komunikasi pribadi). Nilai kuda laut kering sangat ditentukan oleh keutuhan kedua belah matanya. Konsumen terbesar untuk kuda laut kering adalah dari etnis Cina, baik yang berasal dari singapura maupun lokal. Pada tulisan ini penulis hanya akan membahas mengenai kuda laut dari marga Hippocampus, disebabkan daya tariknya sebagai ikan hias dan nilai tambah serta prospek pengembangannya. mempunyai kerangka luar yang kokoh, dengan bentuk kepala seperti kepala seekor kuda yang tegak lurus pada tubuhnya, tidak akan membengkok apabila dikeringkan. Kuda laut janta dilengkapi dengan kantong pengeraman (brood pouch) pada bagian bawah ekor. MORFOLOGI Kuda laut dikenal dengan nama Hippocampus, yang berarti kuda yang bergerigi dan sesuai dengan bentuk morfologinya yang unik dan aneh. Tubuh bersegmen dan mempunyai satu sirip punggung, insang membuka sangat kecil yang dilengkapi sepasang dada (pectoralfin), satu sirip dubur (analfin) yang sangat kecil, sirip perut dan sirip ekor tidak ada (NELSON 1976, WEBER & BEAUFORT 1922). Ekornya dapat mencekam dan digunakan untuk memegang pada suatu objek (Gambar 1). Ikan hias kecil ini Gambar 1. Morfologi kuda laut 1. Sirip dada; 2. Sirip punggung; 3. Sirip anal; 4. Kantong pengeraman (brood pouch) ( sumber, SCHULTZ, 1948). Untuk melihat, kuda laut menggunakan gerakan matanya secara bebas. Satu mata dapat melihat pada satu arah dan mata yang satu lagi bergerak ke semua arah. Dijelaskan oleh LAGLER et ai (1962), bahwa kuda laut mempunyai pandangan ganda (binocular vision) yang berhubungan 146 Oseana, Volume XVIII No. 4, 1993 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id secara internal, saat betina meletakkan telurnya pada kantong pengeraman jantan. Kuda laut termasuk hewan vivipar yaitu hewan yang bertelur, mengeram dan melahirkan dengan suplai makanan melalui pembuluh darah. Panjang maximum kuda laut dewasa dari jenis ukuran besar, kirakira 20 cm yang diukur dari puncak kepala sampai ujung ekor. Sedangkan panjang maksimum kuda laut dewasa dari jenis terkecil, kira-kira 4,0 cm. Proses reproduksi kuda laut sangat unik. Mereka mengeluarkan bunyi yang tidak jelas selama musim memijah. Selama musim pemijahan, kuda laut menunjukkan tingkah laku reproduksi yang aneh dan beragam tergantung pada masing-masing jenis. Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Dr. KURT FIEDLER di Naples Biologi Stasion sangat penting untuk disimak. Kuda laut berhidung pendek dengan retina mata. Dalam berenang kuda laut bergerak sangat lambat dengan posisi sangat vertikal, tetapi apabila dia berenang sangat lambat dengan kecepatan penuh siripsiripnya bergetar selaju 35 getaran per detik. Seekor anak kuda laut dapat membengkokkan ekomya ke arah punggung dalam bentuk bulan sabit, dan ekor mencekam ke arah depan. Dalam keadaan tertentu kuda laut menggunakan kepala untuk mengatur arah pergerakannya. Perubahan posisi kepala akan merubah pusat berat tubuh dan hubungan sirip punggung dengan sirip dada. Pergerakan sirip punggung dan sirip dada biasanya serentak dengan lalu getaran. Kuda laut mempunyai warna bermacam-macam, tergantung pada lokasi dimana mereka tinggal. Jenis yang hidup di perairan dangkal mempunyai warna kuning kecoklatan, hidup disekitar rumput laut dan lamun. Dan jenis-jenis perairan dalam hidup di antara sponge dan tanaman laut, umumnya berwarna orange sampai merah. Namun kebanyakan jenis kuda laut berwarna kuning sawo matang yang hidup di sekitar tumbuhan laut yang berwarna coklat, dan beberapa jenis dapat berubah warnya kontras dengan lingkungannya (KUITER 1992). Warna yang beragam dan bentuknya yang unik ini, menjadi daya tank tersendiri sebagai ikan hias akuarium. Hippocampus REPRODUKSI Kuda laut dengan jelas dapat dibedakan atas yang jantan dan betina. Kuda laut jantan bersifat "parental care" (memelihara telur dan embrio). Kuda laut jantan dilengkapi dengan kantong pengeraman yang terdapat di bagian bawah ekor. Kantong pengeraman ini mulai terlihat pada umur 3,5 bulan. Fertilisasi dilakukan 147 Oseana, Volume XVIII No. 4, 1993 brevirostris, aktifitas pemijahan biasanya dimulai dimana si jantan saling bercumbu satu sama lain, dengan tujuan untuk memikat si betina. Jantan Hippocampus brevirostris boleh merayu jantan dari jenis yang berbeda, seperti Hippocampus guttulatus. Cumbu rayu ini berlangsung selama beberapa hari sampai kantong si jantan berada dalam kondisi yang sempurna untuk menerima telur-telur dari si betina. Selama masa pemidahan telur, jantan dan betina biasanya berada dekat permukaan air, tetapi ekornya tidak saling melilit. Sebaliknya, cumbu rayu Hippocampus guttulatus lebih rumit. Pasangan ini biasanya saling memegang ekor, yang merupakan faktor penting dalam mencegah perkawinan silang dengan Hippocampus brevirostris. Dalam melakukan cumbu rayu ini, jantan biasanya mengisi penuh kantongnya dengan air dan harus dikeluarkan sebelum dia menerima segumpal telur dari si betina. sumber:www.oseanografi.lipi.go.id Aktifitas pemijahan ini berlangsung sepanjang waktu pada siang hari, pada malam hari hanya berlangsung bila ada penerangan. Untukbeberapa jenis kuda laut, proses pemindahan telur berlangsung pada waktu malam. Lamanya waktu yang diperlukan untuk pemindahan tergantung dari masing-masing jenis. Biasanya memakan waktu yang singkat selama 10 - 30 detik. Untuk jenis kuda laut kerdil Hippocampus zosterae, proses pemindahan telur berlangsung 2 kali. Dua hari setelah telur dimasukkan ke dalam kantong, si jantan siap untuk menerima segumpal telur yang lainnya. Keadaan ini akan menyebabkan perbedaan waktu penetasan. Kemampuan kantong pengeraman membawa telur berbeda-beda untuk tiap ukuran dan jenis. Kuda laut kerdil dapat membawa maximum 55 butir telur, tetapi biasanya 25 butir. Sedangkan untuk jenis ukuran besar, dapat membawa 200 butir telur atau lebih. Suplai makanan untuk embrio melalui pembuluh darah yang terdapat pada kantong pengeraman. Masa pengeraman telur berkisar antara 8 sampai 21 hari, tergantung pada suhu air dan jenisnya. Pengeluaran anak dari kantong telur biasanya didahului dengan adanya gerakan menekan selama 2 hari. Si jantan akan mencekam ekornya pada suatu objek dan menggerakkan tubuhnya ke depan blakang, sampai kantong pengeraman kosong kembali (Gambar 2). keadaan ini biasa memakan waktu beberapa jam, dan kadangkadang hanya 5 atu 6 individu yang keluar pada saat itu. Selama prosess ini kelihatan si jantan selam menderita. Jumlah anak kuda laut yang ditetaskan bisa mencapai ratusan ekor. hasil dari beberapa kali pengamatan terhadap Hippocampus hudsonius di laboratorium Sub Balitkandita Tanjungpinag, ternyata satu ekor induk jantan dapat menghasilkan 150-800 ekor anak kuda laut (Tabel 1), dengan ukuran waktu lahir 5,8 sampai 6,7 mm dan lebar mulut 0,5 mm (ASMANELLI 1989, data tidak dipublikasikan). Namun salah satu masalah dalam proses kelahiran ini, kadang-kadang ada beberapa anak kuda laut yang tidak menetas dan mengalami kematian dalam kantong sebelum lahir, hal ini akan menyebabkan terbentuknya gas. Si jantan kemudian menjadi seperti balon dan dengan cepat mengapung di permukaan. Dalam habitat alam, si jantan akan ditangkap oleh ikan-ikan buas. Tetapi di dalam akuarium kuda laut dapat membuka kantongnya dan menegeluarkan gas dengan jalan menekan sisi perut yang berlawanan. Kemudian kuda laut akan kembali ke dasar dan berenang dalam posisi normal. Tabel 1. Tetasan anak kuda laut per ekor induk jantan, pada setiap kelahiran (ASMANELLI 1989 & 1991, data tidak dipublikasikan) 148 Oseana, Volume XVIII No. 4, 1993 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id 5-6 jam. Predator kuda laut di alam adalah ikan tuna dan ikan karnivor lainnya. KEMUNGKINAN USAHA BUDIDAYA DAN USAHA MELESTARIKAN STOK ALAMI Gambar2. Beberapa penelitian terhadap tingkah laku reproduksi dan biologi kuda laut telah dilakukan oleh Dr. KURT FIEDLER dan Dr. KIRK STRAWN. Penelitian terhadap Hippocampus hudsonius yang diberi pakan nauplii Anemia menunjukkan pertumbuhan yang cepat, dengan ukuran waktu lahir 1,5 cm mencapai panjang 6 cm dalam waktu 2 bulan dan 7,5 cm dalam waktu 4 bulan (HERALD 1961). Pada 3,5 bulan pertama kantong kuda laut jantan sudah terlihat karena adanya pigmentasi yang tebal dibawah ekor. Setelah 10 bulan, ukuran maximum yang dicapai kira-kira 14 cm. Proses regenerasi kuda laut sangat cepat. Sirip yang hilang akan berganti dalam waktu 2 minggu. Penelitian terhadap jenis pakan untuk kuda laut juga telah dilakukan di laboratorium Sub Balitkandita Tanjungpinang (KUSDIARTI et al 1989). Tetapi anak kuda laut hanya dapat bertahan hidup selama 13 hari dengan diberi pakan nauplii Anemia instar 1, diduga hal ini disebabkan penyakit dan kualitas air media yang kurang baik. Kuda laut dari jenis ukuran besar, baik untuk dipelihara dan merupakan jenis ikan hias akuarium yang tahan namun jarang mencapai kematangan selama dipelihara. Sedangkan kuda laut kerdil dapat dipelihara selama beberapa generasi. Kuda laut ini mempunyai toleransi yang tinggi terhadap suhu dan salinitas, sehingga dapat hidup dalam air yang mengandung 40 % air tawar (HERALD 1961). Suhu air optimum untuk budidaya ikan hias kuda laut adalah berkisar Induk kuda laut jantan Hippocampus sp, saat melahirkan anak kuda laut melakukan gerakan ke depan dan ke belakang (Sumber : SCHULTZ 1948). CARA MAKAN DAN PREDATOR Semua jenis ikan hias dari suku Syngnathids, selama hidupnya memerlukan makanan hidup dari Krustasea kecil (HERALD 1961; NORMAN 1947; SCHULTZ 1948). Kelompok ikan ini menggunakan matanya untuk mencari mangsanya, karena kuda laut mempunyai pandangan ganda (binocular vision) yang berhubungan dengan retina mata. Jika dia tidak mampu berpindah dengan cepat untuk memburu mangsanya, maka hewan ini menggunakan senjata rahasianya untuk menangkap. Senjata rahasia ini terdiri dari sebuah alat penghisap yang sangat halus. Seekor Anemia atau organisme plankton lainnya yang berenang dalam jarak 4 cm dari mulutnya yang panjang, dengan cepat akan dihisap ke dalam mulut. Kemampuan daya cernanya sangat cepat, meskipun kuda laut mempunyai saluran pencernaan yang bergulung-gulung. Anak kuda laut dapat memakan lebih dari 3600 naupili Atremia selama waktu tertentu. Kuda laut yang berumur satu tahun dapat memakan 23 individu copepoda dan mencernanya selama 149 Oseana, Volume XVIII No. 4, 1993 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi anak kuda laut. Karena masalah utama dalam budidaya kuda laut adalah penyakit, musim dingin dan perlunya pengembangan pakan buatan. Seperti yang dijelaskan dalam HERAld (1961)., bahwa kuda laut muda sangat mudah diserang penyakit. Usaha lain untuk pelestarian stok alami ini, mungkin dengan kegiatan sea reaching, yaitu dengan mengambil stok alami induk jantan yng matang untuk dibiakkan dan dipelihara sampai ukuran tertentu, dan kemudian ditebarkan ke laut. Jika masalah tersebut telah dapat diatasi, dilihat dari sudut nilai tambahnya dan potensi sebagi ikan hias komersil, maka usaha budidaya kuda laut ini mempunya prospek yang cerah. Disamping dapat meningkatkan pendapatan nelayan, juga dapat meningkatkan devisa negara melalui ekspor komoditi ikan hias ataupun sebagai bahan baku obat-obatan. antara 19 sampai 28°C (ANONIMUS 1985). Pada tahun 1957, budidaya kuda laut dari jenis Hippocampus trimaculatus dan Hippocampus kuda pernah dilakukan di Propinsi Guangdong-Cina dalam kondisi laboratorium, yang sebelumnya telah dilakukan di sepanjang pantai Guangdong, anak kuda laut tersebut diberi pakan nauplii copepoda (ANONIMUS 1985). Di Filipina (Marungas, Jolo, dan Sulu) juga telah ada budidaya kuda laut secara besar-besaran, dengan stok awalnya 5000 ekor induk jantan matang untuk dibiakkan (ANONIMUS 1988). Di Kepulauan Riau, kuda laut dikenal dengan nama lokal Ondok-ondok. Kebutuhan akan kuda laut kering masih tergantung pada hasil tangkapan nelayan di alam, pada saat surut dengan menggunakan alat tangkap sondong atau sodo (Pust Net). Dan umumnya usaha yang mereka lakukan ini merupakan kegiatan sambilan. Untuk perairan Selat Dompak dan sekitarnya, pada saat musim benih (Maret-Agustus) hasil tangkapan bisa mencapai 30 ekor per had. Daerah pemasarannya yaitu pasar Tanjungpinang dan Singapura. Hasil tangkapan tersebut dijual kepada pedagang pengumpul dengan harga Rp. 300,- sampai Rp. 400,- per ekor (dalam bentuk basah). Sedangkan harga jual di pasar bisa mencapai Rp. 200.000,- per kg. kering, yang terdiri dari 80 sampai 90 ekor tergantung besar kecilnya ukuran kuda laut. Namun demikian eksploitasi hasil alam secara terus menerus tanpa ada usaha untuk melestarikannya, pada akhirnya akan menyebabkan punahnya stok alami. Upaya memelihara induk kuda laut jantan yang berasal dari alam, dan mencari pakan yang cocok untuk pemeliharaan anak kuda laut mungkin dapat mengatasi keadaan tersebut. Pengkayaan (enrichment) jasad pakan alami DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS 1985. Aspect of Asian Aquaulture. ICLARM Newsletter, 8 (4). ANONIMUS 1988. The value of sea horse. In : Aqua Farm News Vol. VI, No.5. SEAFDEC Aquaculture Department. HERALD, E.S. 1961. Living fishes of the world. Hamish Hamilton Ltd. London : 303 pp. KUITER, R.H. 1992. Tropical Reef-Fishes of the Western Pacific Indonesia and Adjacent Waters. PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Indonesia : 314 pp. 150 Oseana, Volume XVIII No. 4, 1993 sumber:www.oseanografi.lipi.go.id LAGLER, K.F. ; J.E. BARDACH and R.R. MILLER 1962. Ichthyology : The study of fishes. John Wiley and Sons. Inc. New York, london : 545 pp. NELSON, J.S.1976. Fishes of the world. A Wiley-Intersience Publication, John Wiley & Sons. New York. NORMAN, J.R. 1947. A history of fishes. Ernest Benn Limited, London : 436 pp. SCHULTZ, L.P. 1948. Te ways of fishes. D. Van Nostrand Company, Inc. : 264pp. WEBER, M. and L.F.D. BEAUFORT 1922. The fishes of the Indo-Australia Archipelago (IV). EJ. Brill Ltd. : 34-144 151 Oseana, Volume XVIII No. 4, 1993