REPUBLIKA khazanah 28 Halaman >> Selasa > 5 Oktober 2010 Studi Anatomi Kuda Oleh Yusuf Assidiq ebuah manuskrip abad ke-15 mengungkapkan penelitian kedokteran pada kuda. Teks ilmiah yang ditemukan di Mesir dan berasal dari era Dinasti Mamluk (1382-1517) itu, ditulis seorang dokter hewan yang tidak diketahui namanya. Sang dokter melakukan studi anatomi kuda dengan cara membedahnya. Literatur lengkapnya tertera dalam buku Islamic Science: an Illustrated Study karya Sayyed Hossein Nasr. Teks aslinya masih tersimpan di Perpustakaan Universitas Istanbul, Turki. Pada masa itu, para penguasa memiliki kuda dalam jumlah besar. Kuda terutama digunakan untuk kepentingan militer dan transportasi. Dari waktu ke waktu, kesehatan kuda perlu mendapatkan perhatian. Hal ini yang kemudian mendorong sang dokter menemukan terobosan penting di bidang kedokteran hewan. Studi tersebut mengurai organ tubuh kuda, mulai dari bentuk, letak, karakteristik, hingga jenis penyakit yang bisa menyerangnya. Maqbul Ahmed dan Albert Zaki Iskandar dalam Science and Technology in Islam, menyebutkan ilmuwan Islam telah memiliki keahlian tinggi dalam hal kesehatan, pemeliharaan, pelatihan, ataupun anatomi kuda. Dengan pemahaman mendalam terhadap anatomi kuda, mereka bisa menentukan kuali- S ● tas seekor kuda. Ada kriteria tertentu yang ditetapkan dalam menilai kualitas kuda, misalnya bentuk kepala, pundak, atau kaki harus lebar, dan sebaliknya untuk bagian ekor, telinga, serta tapal kaki. Petunjuk lebih lengkap tentang anatomi kuda juga tercantum pada karya Abu Yusuf Ya’qub bin Akhi Hizam yang berjudul al-Khayl wa al-Baytara. Buku yang terdiri atas 30 bab ini menjelaskan anatomi kuda, teknik penanganan penyakit, jenis kuda, perawatan, pembiakan, hingga teknik melatih kuda. Pada masanya, Hizam diakui sebagai salah satu dokter hewan paling berpengaruh. Karya-karya yang ia tulis, menjadi sumber rujukan di seluruh dunia. Lalu, ada Al-Ishbili yang melalui kitabnya, al-Filaha, menjelaskan gangguan penyakit pada bagian-bagian tubuh kuda, seperti mata, lidah, hidung, telinga, gigi, leher, kulit, dan bagian lainnya. Risalah yang disusun ilmuwan itu menorehkan pengaruh luas di Barat. Sebab, beberapa di antaranya diterjemahkan ke berbagai bahasa di Eropa. Buku karya Ibnu Mundhir dengan tema yang sama, misalnya diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh Perron pada abad ke-19. Seorang sarjana Barat, Moulle, memuji karya tersebut. “Ini warisan peradaban Islam yang berhasil membuka cakrawala intelektual di bidang kedokteran hewan.” ■ ed: ferry kisihandi Gambar Anatomi Kuda FOTO-FOTO: MUSLIMHERITAGE PERKEMBANGAN KEDOKTERAN HEWAN ABU UBAYDAH MENYUSUN 50 RISALAH MENGENAI KESEHATAN HEWAN. ● Oleh Yusuf Assidiq B ermula dari keingintahuan, ilmuwan Muslim mengembangkan bidang baru dalam kedokteran, yaitu kedokteran hewan. Pengembangan kajian ini biasanya berpijak pada ilmu lain yang sebelumnya dikembangkan, yaitu zoologi. Salah seorang ilmuwan Muslim yang berjasa memajukan bidang zoologi adalah ad-Damiri. Tokoh yang hidup pada abad ke-14 itu menulis buku ensiklopedi hewan berjudul Hayat alHayawan al-Kubra. Ia sering mengembara ke berbagai wilayah untuk meneliti beragam jenis hewan. Al-Jahiz merupakan pakar zoologi yang tak kalah terkenal. Buku yang ia tulis berjudul Kitab al-Hayawan. Buku al-Jahiz berisi penjelasan lengkap mengenai anatomi Gambar Hewan Dalam Karya Al-Jahiz binatang, makanan, serta manfaat yang diperoleh hewan ternak. Dengan mengandalkan kajian zoologi, para dokter hewan bisa mengetahui karakteristik hewan tertentu. Dan, kajian tersebut sangat membantu untuk menghasilkan obat dan metode penanganan kesehatan hewan, termasuk menghindarkan hewan dari serangan penyakit. Para dokter pun mengetahui metode pengembangbiakan, pemilihan pakan, dan perawatan hewan. Risalah paling awal tentang kedokteran hewan di dunia Islam berasal dari terjemahan karya ilmuwan Yunani kuno, Theomnestus, pada abad ke-4. Alih bahasa teks ilmiah tersebut dilakukan Hunayn ibnu Ishaq. Pada abad ke-9, hadir teks kedokteran hewan berbahasa Arab dengan judul Kitab al-Baytara fi Sifat al-Dawab min al-Khayl. Teks ini diterjemahkan dari buku medis yang berasal dari Persia. Pada perjalanannya, peradaban Islam berhasil melahirkan sejumlah dokter hewan. Mereka bereputasi tinggi dan banyak berkontribusi dalam pengembangan kajian ini. Sebut saja, misalnya, Abu Ubaydah (728-825). Ia menyusun buku yang terdiri dari 50 volume. Ia menjelaskan segala aspek kesehatan hewan. Cendekiawan ini juga menguraikan penjelasan terperinci tentang kuda. Mulai dari cara pengembangbiakan, pemeliharaan, hingga manfaatnya. Sosok lainnya adalah Ibnu al-Awwan. Buku yang berhasil ia susun adalah Kitab al-Filaha yang berisi penjelasan teknik pemeliharaan hewan. Ibnu alBaytar menyusun risalah farmakologi yang di dalamnya juga ia selipkan bab khusus membahas kedokteran hewan. Pengobatan hewan Sementara itu, Ahmad bin Muhammad al-Ishbili dalam AlMuqhni fi al-Filaha berbicara tentang teknik pengobatan hewan. Ia menekankan pada upaya pencegahan. Sejumlah langkah yang ia sarankan dalam pencegahan itu adalah menjaga kebersihan kandang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, dan pemberian pakan yang berkualitas. Sumbangan yang signifikan diberikan pula oleh al-Ghazali. Ia dikenal sebagai pakar di bidang kedokteran dan biologi. Pemikiran dan karyanya berhasil memacu bangkitnya studi kedokteran, khususnya ilmu anatomi dan pembedahan. Dalam buku The Revival of the Religious Sciences, ia mendorong umat Islam mempelajari ilmu pengobatan. Uraian soal anatomi dan pembedahan, termasuk pada hewan, ia jelaskan dalam bukunya. Belajar anatomi, kata al-Ghazali, dapat membantu umat Islam memahami kegunaan bagian-bagian tubuh dan struktur tubuh. Biasanya, literatur-literatur kedokteran hewan maupun zoologi hewan yang paling banyak dibicarakan adalah kuda. Alasannya, kuda merupakan hewan yang sangat dekat dengan keseharian masyarakat. Sejak lama, manusia dan kuda seolah tak terpisahkan satu sama lain. Berbeda dengan hewan lain, kuda juga memiliki paling banyak kegunaan bagi manusia. Kuda adalah hewan tunggangan yang bisa berlari kencang, terutama bagi keperluan transportasi darat. Di samping itu, kuda punya tenaga yang kuat sehingga mampu menarik kereta barang. Dalam dunia militer, banyak negara membentuk satuan pasukan berkuda. Begitu pula dalam ajang olaharaga. Kenyataan ini mendorong banyak kalangan termasuk ilmuwan untuk melakukan banyak kajian terhadap hewan ini. Hal ini ditegaskan oleh sejarawan sains Maqbul Ahmed dan Albert Zaki Iskandar dalam Science and Technology in Islam. Menurut mereka, kuda telah menjadi objek peneli-tian yang sangat penting. Ini dilatarbelakangi oleh sikap orang-orang Arab yang selalu ingin menjaga kudanya tetap sehat dan kuat. Juga seperti diceritakan oleh Abu al-Ma’ali dalam bukunya Bulugh al-Arab fi Ahwal al-Arab. “Pengetahuan bangsa Arab tentang kuda jauh melebihi pengetahuan mereka tentang hewan-hewan lainnya,” kata alMa’ali. Sebuah buku lainya yang ada pada abad ke-14 berjudul Kamil al-Sina Atayn fi al-Baytara wa al-Zarqada, yang juga membahas soal kuda. Penulisnya adalah Ibnu al-Mundhir. Al-Mundhir memberikan banyak informasi obat yang bisa digunakan untuk menyembuhkan hewan, termasuk kuda. Juga terdapat teknik-teknik untuk melatih kuda. Teks-teks kedokteran hewan hasil pemikiran para ilmuwan Muslim kemudian diadopsi kalangan Barat. ■ ed: ferry kisihandi