- Repository UNIKAMA

advertisement
BAB I
PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Setelah menyelesaikan kajian bab ini, pembaca diharapkan dapat memahami
tentang pengertian, proses belajar mengajar, faktor-faktor yang dapat menghambat
proses belajar, proses belajar mengajar sebagai proses komunikasi, pengertian media
pembelajaran, manfaat dan nilai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dan
kriteria pemilihan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
1. Pengertian Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar pada dasarnya terdiri dari dua kegiatan pokok, yaitu: (1)
belajar, dan (2) mengajar. Kedua kegiatan tersebut kait-mengkait, tak terpisahkan satu
sama lain.
Contoh 1:
Semula Sari belum menulis a sampai z, dan setelah caturwulan di SD ia dapat
menuliskan huruf-huruf tersebut dengan baik, benar dan lancar.
Contoh 2:
Bonita belum dapat berjalan sendiri, maklum karena umumnya baru sepuluh
bulan. Beberapa bulan kemudian ia sudah dapat berjalan dengan sempurna. Perhatikan
dua contoh di atas! Siapa di antara kedua anak itu yang belajar?
Sari dapat dikatakan telah belajar. Mengapa demikian? Sebab perubahan
perilaku dari tidak dapat menjadi dapat menulis dapat terjadi melalui proses belajar.
Sedangkan perubahan perilaku dari belum dapat berjalan itu disebabkan oleh proses
pertumbuhan. Haruskah seseorang yang belajar itu ada yang mengajar? Jawabannya
mungkin ya, mungkin tidak. Dikatakan ya, bila perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilannya diperolehnya sebagai akibat interaksinya dengan gurunya. Sebaliknya
dapat dikatakan tidak, bila anak tersebut memperolehnya dari temannya, dari melihat
film atau dari sumber belajar lainnya. Jadi, proses belajar dapat terjadi di mana saja dan
kapan saja. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individual dengan
lingkungannya, bukan karena proses kedewasaan, serta terlepas dari ada atau tidaknya
kegiatan mengajar.
1
Dalam perkembangan profesi dan fungsi guru, serta kegiatan belajar mengajar
akhir-akhir ini, harus diakui bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Namun
harus diakui pula bahwa tugas dan fungsi guru dalam kegiatan belajar mengajar masih
sangat penting dan tak dapat ditinggalkan sebab hanya sebagian kecil fungsi guru saja
yang dapat digantikan oleh sumber belajar yang lain, yaitu fungsinya dalam
menyalurkan pesan. Hal ini berarti bahwa kegiatan belajar dapat terjadi pula apabila
siswa secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar lain, salah satunya adalah dengan
media pengajaran. Dengan perkataan lain, proses belajar dalam diri seseorang itu dapat
terjadi melalui interaksi orang tersebut dengan guru yang mengajarnya dan atau dengan
sumber-sumber belajar lainnya. Masalahnya sekarang apakah peranan media pengajaran
dalam kegiatan belajar mengajar di SD? Untuk menjawab pertanyaan itu perlu dirinci
tahapan-tahapan yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Perhatikanlah kegiatan
belajar mengajar di kelas Anda. Pikirkanlah dan kelompokkanlah tahapan-tahapan
dalam kegiatan tersebut. Kemudian analisislah apa yang menjadi peranan media pada
masing-masing tahapan tersebut?
2. Faktor-Faktor yang Dapat Menghambat Proses Belajar Siswa
Keberhasilan kegiatan belajar siswa termasuk siswa sekolah dasar dipengaruhi
banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bersifat eksternal maupun internal dan
kemudian dapat menjadi penghambat atau penunjang proses belajar mereka. Di antara
faktor-faktor yang dianggap turut menghambat proses belajar siswa di kelas mungkin
dari verbalisme, kekacauan makna, kegemaran berangan-angan atau persepsi yang tidak
tepat.
1. Verbalisme
Verbalisme terjadi apabila guru terlalu banyak atau hanya menggunakan katakata dalam menjelaskan isi pelajaran, memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang
diperlukan. Situasi seperti tersebut di atas dengan mudah dapat mengganggu konsentrasi
belajar siswa, apalagi bila kata yang digunakan banyak yang terasa asing atau di luas
pengetahuan siswa. Sifat pengalaman, tingkat kemahiran berbahasa, dan kosakata yang
ada mungkin tidak sama bagi semua siswa. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena
pengaruh lingkungan keluarga di tempat siswa dibesarkan. Ada siswa yang dibesarkan
dalam lingkungan keluarga yang banyak memberi kesempatan cukup untuk melihat dan
membaca buku-buku, majalah dan koran yang baik, atau melihat program televisi
2
mengandung unsur pengetahuan dan pendidikan dan mengunjungi tempat-tempat
rekreasi yang bermanfaat bersama orang tua mereka. Ada pula siswa yang di rumahnya
tidak ada televisi, majalah, koran atau bahkan buku yang sangat diperlukan.
Kesempatan pergi bertamasya bersama orang tua atau guru ke tempat-tempat
seperti kebun binatang, pantai atau kebun raya turut memperkaya pengalaman siswa,
memperluas wawasan pengetahuan dan memperkaya kosakata yang ada pada diri siswa.
Kondisi semacam ini kemudian dapat mendorong mereka untuk berimajinasi dan
mengembangkan kreativitasnya. Apa bila guru kurang memahami keadaan latar
belakang pengalaman siswanya dan meneruskan cara menyajikan pelajaran yang sangat
verbal, maka siswa akan cepat menjadi bosan dengan pelajaran itu. Oleh karena siswa
tidak dapat menghindar dan meninggalkan kelas lalu ia mulai mengganggu teman di
dekatnya atau lari ke dunia angan-angannya. Bila pelajaran terakhir, sebagian besar
pelajaran yang dijelaskan guru luput dari perhatiannya dan segera dilupakannya. Maka
alangkah sia-sianya pekerjaan guru yang telah cukup lama dipersiapkan sebelumnya dan
alangkah tersiksanya si siswa. Situasi seperti ini dapat dicegah seandainya guru
mempelajari dulu keadaan siswanya dan menggunakan gambar atau benda-benda
lainnya untuk membantu memberikan contoh yang konkret dalam memberikan ilustrasi
yang tak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja. Dengan perkataan lain, media
gambar atau media lainnya dapat membantu usaha menghilangkan verbalisme dalam
proses belajar.
2. Kekacauan Makna
Bila berhadapan dengan situasi yang terasa asing orang cenderung menelusuri
berbagai pengalaman yang pernah dialami di masa lampau. Kemudian ia mencoba
menemukan situasi yang kira-kira mirip dengan apa yang sedang ia hadapi sekarang itu.
Apabila perkirannya meleset atau bertolak belakang, maka nama atau istilah yang sama
akan ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksud oleh guru. Umpama bila siswa
mendengar kata kuda dalam kata-kata kuda laut ia akan membayangkan kuda tunggang
atau kuda penarik sado. Ia menafsirkan bahwa kuda laut itu ukurannya sebesar kuda
tunggang atau kuda penarik sado. Ia menafsirkan bahwa kuda laut itu ukurannya sebesar
kuda tunggang yang berkaki empat. Kuda laut hidup di laut dan ukurannya kecil. Oleh
karena itu kuda laut dapat dipelihara dalam akuarium di rumah. Di sini makna kuda
dalam kuda laut tidak ada hubungan dengan kuda tunggang.
3
3. Kegemaran Berangan-angan
Kadang-kadang satu atau dua siswa tampak tenang mengikuti pelajaran dan
tidak pernah menimbulkan kesulitan bagi guru dan kelasnya. Mereka selalu tampak
mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian. Kesulitan baru tampak ketika mereka
harus menjawab soal-soal tes tertulis atau lisan karena mereka tak mampu memberikan
jawaban dengan benar. Mengapa hal seperti itu terjadi? Mungkin siswa tidak suka
dengan pelajaran itu dan kemudian ia lari ke dunia angan-angannya. Ia tetap duduk di
kelas tetapi kepalanya penuh dengan khayalan tentang mainan, sepatu, orang, permen
atau perkelahian yang ia lihat ketika berjalan-jalan dengan teman-teman kemarin sore
atau dari acara televisi. Meskipun ia duduk tenang di kelas tetapi ia tidak
memperhatikan dan mendengarkan pelajaran yang diterangkan guru, ia asyik dengan
dunia angan-angannya. Berangan-angan dapat menjadi senjata bela diri yang ampuh
bagi siswa yang ingin menghindari dari suasana dan kegiatan kelas yang menjemukan.
Namun kegemaran berangan-angan dapat mengganggu konsentrasi siswa ketika
mengikuti pelajaran dan karenanya menghambat tercapainya tujuan pengajaran. Guru
yang berpengalaman dengan cepat dapat melihat gejala tingkah laku siswa yang suka
lari ke dunia angan-angannya dan ia juga akan berusaha mencari penyebabnya. Dalam
hal ini media pengajaran dapat dipakai untuk membantu menciptakan suasana belajar
yang menarik, dan membantu siswa dalam memusatkan perhatian.
4. Persepsi yang Kurang Tepat
Kadang-kadang dua orang yang sama-sama melihat satu objek yang sama
mempunyai kesan yang berbeda tentang obyek itu. Situasi seperti itu terjadi karena
faktor-faktor seperti latar belakang, pengalaman, pengetahuan, tingkat kemahiran serta
kosakata yang berbeda, dan bukan karena inderanya tidak berfungsi dengan baik. Hal
yang sama dapat terjadi pada sejumlah siswa yang sama-sama duduk dalam satu kelas
dan mengikuti pelajaran yang sama. Mereka tidak mempunyai persepsi yang sama
tentang tujuan dan isi pelajaran yang dijelaskan.
Bahkan persepsi mereka juga mungkin tidak sama mengenai apa yang menjadi
tujuan guru mengajarkan topik tertentu. Bila ini terjadi maka siswa akan memperoleh
persepsi dan pemahaman yang keliru yang kemudian akan mempengaruhi respons
mereka ketika menjawab soal tes.
4
Untuk mengatasi hambatan yang timbul karena keterbatasan latar belakang
pengalaman dan bahasa seperti tersebut di atas dan untuk mencegah timbulnya
pemahaman yang keliru, pemanfaatan media sangat membantu. Media, karena
mempunyai kelebihan kemampuan teknis, mampu menyajikan suatu peristiwa secara
terpadu atau menyajikan konsep secara utuh dan benar. Media pengajaran terutama
yang mengandung unsur suara dan gerak mampu membuat siswa berasa berinteraksi
dengan peristiwa yang dilihatnya dan turut merasakan apa yang dialami tokohtokohnya. Media seperti chart dapat membantu siswa melihat hubungan antarkonsep,
peristiwa dan tokoh yang ada dalam pelajaran. Dengan bantuan media seperti chart,
siswa lebih mudah melihat hubungan antar berbagai komponen suatu teori atau isi suatu
pelajaran. Dengan bantuan berbagai jenis media guru lebih mudah mengajarkan
keterampilan menulis, membaca dan berhitung dalam konteks yang bermakna dan lebih
mudah mengatasi hambatan-hambatan yang mengganggu perhatian siswa di kelas.
3. Proses Belajar-Mengajar sebagai Proses Komunikasi
Setiap orang pasti pernah berkomunikasi dengan orang lain, bahkan dalam
kehidupan kita ini, kita selalu berkomunikasi dengan orang lain setiap waktu, baik
siang, sore maupun malam hari. Kecuali pada saat kita tidur atau sedang sendirian
berada di suatu tempat. Kita berkomunikasi dengan orang lain saat kita ada di rumah, di
jalan, di tempat kerja, dan di tempat-tempat lain. Kita berkomunikasi dengan orang lain
bila kita mempunyai gagasan, pikiran, perasaan atau pesan yang ingin kita sampaikan
pada orang lain. Kita juga akan berkomunikasi kalau kita ingin mengetahui gagasan,
pikiran, perasaan atau pesan tertentu yang ingin kita ketahui dari orang lain.
Dari uraian di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam proses komunikasi ini
sedikitnya harus ada orang atau dua pihak yang ingin berkomunikasi. Proses
komunikasi hanya akan terjadi bila ada pesan-pesan tertentu yang ingin disampaikan
oleh seseorang kepada orang lain, atau oleh satu pihak lain. Pernahkah Anda
memikirkan bagaimana proses komunikasi itu berlangsung? Kalau belum pernah,
simaklah pendapat ahli komunikasi yang akan diuraikan di bawah ini. Kalau sudah
pernah memikirkannya, cocokkanlah gagasan Anda itu dengan pendapat ahli tersebut.
Mungkin pendapat Anda tidak jauh berbeda dengan pendapat mereka. Setidak-tidaknya
mungkin unsur-unsurnya sama.
5
Banyak model komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Kalau setiap
model dipaparkan dalam bab ini rasanya akan terlalu banyak dan tak begitu perlu.
Karena itu di bawah ini akan dibicarakan sebuah model saja yang merupakan adaptasi
dari model-model yang ada, seperti model komunikasi gagasan Shannon, Schramm dan
Berlo.
Gambar 1: Model Komunikasi
Sumber : Instructional Media
Dalam model di atas, jelas digambarkan bahwa dalam suatu proses komunikasi
tentu ada sumber pesan dan ada penerima pesan. Sumber pesan itu dapat berupa orang
yang mempunyai gagasan, pikiran atau pesan lainnya yang ingin disampaikan kepada
orang lain. Sumber pesan itu, kecuali fungsinya sebagai sumber, juga bertugas
mengubah pesan itu ke dalam lambang-lambang. Maksudnya ialah, orang yang
memiliki pesan tertentu yang akan dikomunikasikan kepada orang lain, harus
menerjemahkan gagasan, pikiran, perasaan atau pesannya itu ke dalam bentuk lambang
tertentu. Lambang-lambang itu dapat berupa bahasa, tanda-tanda, atau gambar-gambar.
Proses pengubahan atau penuangan pesan ke dalam lambang-lambang atau simbol itu
disebut enconding. Yang perlu diperhatikan oleh orang yang menjadi sumber pesan
ialah bagaimana caranya supaya lambang-lambang itu dapat dipahami oleh penerima
pesan. Sebuah pesan yang penting untuk diketahui oleh orang lain, bila diinformasikan
dalam bentuk lambang yang tak dikenal tentu tak banyak artinya bagi orang-orang itu.
Contoh : Sebuah cerita yang bagus dan menarik kalau diceritakan dalam bahas Inggris
kepada orang yang tak dapat berbahasa Inggris tentu tak dapat dipahami karena
pendengarnya tak dapat merasakan kebagusan cerita itu. Orang dewasa kadang
berbicara kepada anak kecil tanpa menghiraukan perbendaharaan kata anak itu. Hal
seperti itu dapat menyebabkan salah pengertian, kebingungan dan kesalahpahaman.
6
Dalam mengubah pesan ke dalam lambang, sumber pesan juga harus mengingat
latar belakang pengalaman, pengetahuan dan kebudayaan penerima pesan. Kalau latar
belakang pengamalan sumber pesan dan penerima pesan jauh berbeda, pesan yang
disampaikan dengan menggunakan lambang tertentu dapat ditafsirkan berbeda dari arti
kata sebenarnya yang dimaksud oleh sumber pesan. Contoh, seorang berkebanggaan
Amerika bercerita kepada seorang Indonesia yang belum pernah berkunjung ke
Amerika. Ia berkata “Pemandangan di Amerika pada musim gugur indah sekali”.
Penerima pesan tadi mungkin membayangkan keindahan Amerika pada musim gugur
itu dengan membandingkan dengan keindahan pemandangan tempat-tempat yang
dilihatnya, seperti Bali, Puncak, danau Toba, atau tempat-tempat lain. Kalau demikian
halnya, pesan yang disampaikan oleh orang Amerika tadi belum dapat dimengerti
dengan baik. Sebab keindahan yang dimaksud oleh orang Amerika itu sangat berbeda
dengan keindahan di Bali dan tempat-tempat lainnya. Keindahan musim gugur itu
disebabkan oleh daun-daun di pohon telah berubah warna menjadi kuning, merah dan
coklat.
Setelah gagasan, pikiran, perasaan atau pesan dilambangkan dalam bentuk
bahasa, gambar, atau tanda-tanda lainnya, pesan tadi harus disalurkan melalui saluran
atau media tertentu. Media dalam hal ini mempunyai arti yang sangat luas, yaitu segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan. Supaya pesan dapat diterima
dengan baik dan tak berubah isinya, pesan itu harus disalurkan melalui saluran atau
media yang baik. Contoh: Dalam kegiatan pramuka seringkali anak diminta duduk atau
berdiri berjajar-jajar. Sebuah pesan akan disampaikan dari anak yang ada di ujung
paling kiri ke anak yang ada di ujung paling kanan. Sebuah pesan akan disampaikan
dari anak yang ada di ujung paling kiri. Anak itu kemudian harus membisikkan pesan
itu kepada anak yang ada tepat di samping kanannya. Demikian dan seterusnya,
sehingga pesan sampai ke anak yang ada di ujung paling kanan. Anak yang menerima
pesan paling akhir diminta menyebutkan pesan itu keras-keras supaya semua anak dapat
mendengarnya. Apakah yang terjadi? Mungkin akan terjadi sedikit keributan. Mungkin
ada anak yang tertawa, ada yang protes, dan ada yang mendiskusikannya dengan teman
yang disampingnya. Mengapa? Sebab pesan yang dibacakan tadi tidak sesuai dengan isi
pesan aslinya. Dalam hal ini, penyalur pesan tadi belum berfungsi dengan baik. Dalam
istilah komunikasi dikatakan terjadi noise atau distorsi dalam proses komunikasi itu.
7
Noise atau distorsi atau gangguan semacam itu dapat terjadi, apapun media atau
saluran yang kita gunakan. Makin jelek kualitas saluran atau medianya makin besar
kemungkinan terjadinya gangguan itu. Sebuah pesan yang disampaikan melalui radio,
misalnya, seringkali tidak dapat terdengar dengan baik karena adanya gangguan.
Gangguan ini bisa disebabkan oleh radionya yang jelek, atau udara yang sedang jelek,
atau pemancarnya jelek, atau informasinya kurang disusun dengan baik. Karena adanya
gangguan itu, akan mengurangi kejelasan penerimaan. Makin besar gangguan itu, makin
sulit penerima pesan itu memperoleh pesan dengan kelas. Karena itu perlu diusahakan
supaya gangguan komunikasi ini tidak ada atau diteken menjadi sekecil mungkin.
Pada saat pesan diterima oleh penerima pesan, pesan tersebut harus ditafsirkan
(di-decode). Kalau pesan tadi dapat diterima dengan baik dan penerima pesan
mempunyai latar belakang pengalaman yang sama dengan pengirim pesan, pesan
tersebut akan ditafsirkan dengan baik. Artinya, pengertian yang diperoleh oleh penerima
pesan tadi sama atau mendekati sama dengan pengertian yang dimaksud oleh sumber
atau pengirim pesan. Proses penafsiran lambang-lambang yang mengandung pesan itu
disebut decoding.
Dalam proses komunikasi sesungguhnya, penerima pesan itu pada saat-saat
tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber pesan. Pada saat penerima pesan itu
menjawab pertanyaan atau pada saat ia memberi tanggapan terhadap informasi yang
diterima, ia telah berfungsi sebagai sumber pesan. Sedangkan orang yang semula
menjadi sumber atau pengirim pesan akan berganti fungsi menjadi penerima pesan.
Kalau proses ini dapat berlangsung dengan baik, akan terjadi komunikasi dua arah.
Dengan cara ini pengirim pesan akan menerima umpan balik mengenai dapat tidaknya
pesan tadi diterima dan ditafsirkan dengan benar.
Apakah kaitan proses komunikasi ini dengan belajar-mengajar? Kalau kita amati
seorang guru yang sedang mengajar dalam kelas akan terlihat bahwa di dalam kelas itu
sedang terjadi proses komunikasi. Guru yang sedang mengajar itu berfungsi sebagai
sumber pesan, sedangkan siswanya menjadi penerima pesan. Materi pelajaran yang
sedang diajarkan oleh guru adalah pesannya. Pesan itu tentu saja diambil oleh guru dari
kurikulum yang berlaku.
Seperti laiknya dalam proses komunikasi, guru sebagai sumber pesan perlu
mengolah informasi itu supaya dapat diterima dengan baik oleh siswanya. Ia harus
mengubah isi pesan yang berasal dari kurikulum itu ke dalam lambang-lambang yang
8
dapat dimengerti siswanya. Ia juga harus menyesuaikan isi pesannya dengan latar
belakang pengalaman, pengetahuan dan kebudayaan siswanya.
Siswa sebagai penerima pesan bertugas menafsirkan pesan pengajaran sesuai
yang dimaksudkan oleh guru. Makin sesuai tafsirannya itu dengan pengertian yang
dimaksudkan guru atau sumber pesan, makin baik bagi siswa.
Dalam proses komunikasi dalam kelas itu tentu saja pada saat-saat tertentu siswa
akan berubah fungsi menjadi sumber pesan. Misalnya pada saat siswa memberi
tanggapan, menjawab pertanyaan guru, melakukan tugas-tugas, mengajukan pertanyaan
dan sebagainya. Dengan perkataan lain, dalam proses komunikasi dalam kelas ini dapat
juga terjadi proses komunikasi dua arah. Makin sering terjadinya komunikasi dua arah,
berarti makin besar aktivitas belajar siswa dan makin baiklah belajar mereka.
Apakah fungsi media dalam komunikasi dalam kelas ini? media dapat
membantu guru dalam menyalurkan pesan. Bila medianya dirancang dan dibuat dengan
baik makin baik pula media itu dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur pesan.
Untuk topik-topik pelajaran tertentu media dapat lebih baik dari guru dalam
menyalurkan pesan. Makin baik medianya, makin kecil distorsinya dan makin baik
pesan itu diterima siswa.
4. Pengertian media pengajaran
Ada orang yang memberi batasan dengan pengertian yang sangat luas. Misalnya
Mc Luhan, seorang ahli komunikasi, memberi batasan media dengan sangat luas
sehingga mencakup semua alat komunikasi. Menurut dia, media itu ialah semua saluran
pesan yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dari seorang ke orang lain yang
tidak ada di hadapannya. Menurut pengertian ini media komunikasi ini meliputi surat,
televisi, film dan telepon. Menurut batasan ini bahkan jalan dan jalur kereta apa pun
akan tercakup dalam pengertian media itu, sebab dapat digunakan oleh seseorang
sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain (MC Luhan 1964). Sebaliknya ada
juga orang yang beranggapan bahwa yang disebut media itu hanya alat-alat penyalur
informasi yang canggih seperti televisi saja. Romiszowski (1988), seorang profesor
dalam bidang teknologi pendidikan dari Syracuce Universty memberi saran pada kita
untuk mengambil jalan tengah diantara kedua pendapat yang ekstrim itu. Menurut dia,
media sebaiknya diberi batasan yang cukup sempit sehingga hanya mencakup media
yang dapat digunakan secara efektif untuk melaksanakan proses pengajaran yang
9
direncanakan dengan baik. Namun demikian ia juga mengharapkan supaya batasan itu
masih cukup luas sehingga tidak hanya mencakup media komunikasi elektronik yang
canggih saja, melainkan juga harus meliputi media yang lebih sederhana seperti film
bingkai (slide), gambar foto, diagram dan gambar bagan yang dapat dibuat sendiri oleh
guru.
Menrut Romiszowski, media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu
sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam
proses belajar mengajar penerima pesan itu ialah siswa. Pembawa pesan (media) itu
berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Siswa dirangsang oleh media itu
untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indera supaya dapat menerima pesan itu
secara lebih lengkap.
Dalam suatu proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari
sumber pesan ke penerima pesan itu ialah isi pelajaran. Dengan perkataan lain, pesan itu
ialah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada
siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin harus dirangsang dengan cermat
supaya dapat dikomunikasikan dengan baik kepada siswa.
5. Manfaat dan Nilai Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar
Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran
yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada
beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa.
Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar
siswa antara lain:
a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar;
b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik;
c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran;
d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan
uraian
guru,
tetapi
juga
aktivitas
mendemonstrasikan dan lain-lain.
10
lain
seperti
mengamati,
melakukan,
Contoh sederhana, guru akan mengajarkan masalah kepadatan penduduk sebuah kota. Ia
menggunakan berbagai media pengajaran antara lain gambar atau foto suatu kota yang
padat penduduknya dengan segala permasalahannya. Gambar dan atau foto tersebut
akan lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan cerita guru tentang padatnya
penduduk kota tersebut. Kemudian guru menyajikan suatu grafik pertumbuhan jumlah
penduduk kota tersebut dari tahun ke tahun, sehingga jelas betapa cepatnya
pertumbuhan penduduk kota tersebut.
Grafik tersebut dapat memperjelas pemahaman siswa terhadap pertumbuhan
penduduk dari tahun ke tahun. Para siswa dapat melakukan analisis data penduduk,
sebab-sebab pertumbuhan penduduk, melakukan proyeksi jumlah penduduk tahun
berikutnya, dan aspek lain dari grafik tersebut. Ia juga dapat membuat grafik penduduk
dan memberi interpretasinya. Ini berarti kegiatan belajar siswa lebih banyak dan lebih
mendalam.
Sementara itu guru lebih mudah mengatur dan memberi petunjuk kepada siswa
apa yang harus dilakukannya dari media yang digunakannya, sehingga tugasnya tidak
semata-mata menuturkan bahan melalui kata-kata (ceramah). Penggunaan gambar dan
foto serta grafik dalam contoh di atas adalah salah satu cara pengajaran dengan media
pengajaran.
Alasan kedua mengapa penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi
proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir
manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir konkret menuju ke
berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks.
Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab
melalui media pengajaran hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.
Sebagai contoh penggunaan peta atau globe dalam pelajaran Ilmu Bumi, pada
dasarnya merupakan penyederhanaan dan pengkonkretan dari konsep geografis,
sehingga dapat dipelajari siswa dalam wujud yang jelas dan nyata. Demikian pula
penggunaan diagram yang melukiskan hubungan dan alur-alur terjadinya bel listrik atau
bunyi radio merupakan gambaran dan penyederhanaan konsep berpikir abstrak dalam
wujud yang mudah dipelajari oleh para siswa.
Penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media pengajaran dalam proses
belajar mengajar sampai kepada kesimpulan, bahwa proses dan hasil belajar para siswa
menunjukkan perbedaan yang berarti antara pengajaran tanpa media dengan pengajaran
11
yang menggunakan media. Oleh sebab itu penggunaan media pengajaran dalam proses
pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pengajaran.
6. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar
Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses
pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram,
poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi,
yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi
yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model
susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti
slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan
lingkungan sebagai media pengajaran.
Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan
medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu
mempertinggi proses pengajaran.
Sebuah poster sederhana yang dapat menggugah pentingnya memelihara
kebersihan lingkungan, jauh lebih berharga daripada pemutaran film mengenai
gambaran sebuah kota yang bersih, untuk sekedar mencapai tujuan pengajaran
berkenaan dengan sikap siswa terhadap kebersihan lingkungan. Demikian juga gambar
peta Jawa Barat yang dibuat guru di papan tulis mempunyai manfaat yang lebih tinggi
dibandingkan dengan globe yang mahal harganya, apabila tujuannya hanya
menunjukkan letak kota kabupaten di Jawa Barat.
Oleh sebab itu, penggunaan media pengajaran sangat bergantung kepada tujuan
pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta
kemampuan guru dalam menggunakannya dalam proses pengajaran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media
pengajaran. Pertama, guru perlu memiliki pemahaman media pengajaran antara lain
jenis dan manfaat media pengajaran, kriteria memilih alat bantu mengajar dan tindak
lanjut penggunaan media dalam proses belajar siswa. Kedua, guru terampil membuat
media pengajaran sederhana untuk keperluan pengajaran, terutama media dua dimensi
atau media grafis, dan beberapa media tiga dimensi, dan media proyeksi. Ketiga,
pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan penggunaan media dalam
proses pengajaran. Menilai keefektifan media pengajaran penting bagi guru agar ia bisa
12
menentukan apakah penggunaan media mutlak diperlukan atau tidak selalu diperlukan
dalam pengajaran sehubungan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa. Apabila
penggunaan media pengajaran tidak mempengaruhi proses dan kualitas pengajaran,
sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu mencari usaha lain di luar
media pengajaran.
Dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a) Ketepatan dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih atas dasar
tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang
berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan
digunakannya media pengajaran.
b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta,
prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih
mudah dipahami siswa.
c) Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh,
setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis
umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana dan
praktis penggunaannya.
d) Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun jenis media yang diperlukan
syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Nilai
dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan
oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya.
Adanya OHP, proyektor film, komputer, dan alat-alat canggih lainnya, tidak
mempunyai arti apa-apa bila guru tidak dapat menggunakannya dalam pengajaran
untuk mempertinggi kualitas pengajaran.
e) Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat
bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan pengajaran
harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di
dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan
angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi anak SD kelas-kelas rendah tidak ada
manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga
13
diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa
dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kadar berpikir yang tinggi.
Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media
mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai
pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga
mempersulit tugas guru, tapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam
menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu media bukan keharusan tetapi sebagai
pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertinggi kualitas belajar mengajar.
Dalam hubungannya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya
pengajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut:
a) Perhatian
siswa
terhadap
pengajaran
sudah
berkurang akibat
kebosanan
mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan secara verbal oleh guru
mengenai bahan pengajaran biasanya sering membosankan apalagi bila cara guru
menjelaskannya tidak menarik. Dalam situasi ini tampilnya media akan mempunyai
makna bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian belajar para siswa.
b) Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Dalam situasi ini
sangat bijaksana apabila guru menampilkan media untuk memperjelas pemahaman
siswa mengenai bahan pengajaran. Misalnya menyajikan bahan dalam bentuk visual
melalui gambar, grafik, bagan atau model-model yang berkenaan dengan isi bahan
pengajaran.
c) Terbatasnya sumber pengajaran. Tidak semua sekolah mempunyai buku sumber,
atau tidak semua bahan pengajaran ada dalam buku sumber. Situasi ini menuntut
guru untuk menyediakan sumber tersebut dalam bentuk media. Misalnya peta atau
globe dapat dijadikan sumber bahan belajar bagi siswa, demikian juga model,
diorama, media grafis dan lain-lain.
d) Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui penuturan katakata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah mengajar cukup lama. Dalam
situasi ini guru dapat menampilkan media sebagai sumber belajar bagi siswa.
Misalnya guru menampilkan bagan atau grafik dan siswa diminta memberi analisis
atau menjelaskan apa yang tersirat dari gambar atau grafik tersebut, baik secara
individual maupun secara kelompok.
14
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan media dalam proses
pengajaran dapat ditempatkan sebagai:
a) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran.
Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai
bahan pengajaran.
b) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan
dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat
menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.
c) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus
dipelajari para siswa baik individual maupun kelompok. Dengan demikian akan
banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.
Sungguhpun demikian media sebagai alat dan sumber pengajaran tidak bisa
menggantikan guru sepenuhnya, artinya media tanpa guru suatu hal yang mustahil dapat
meningkatkan kualitas pengajaran. Peranan guru masih tetap diperlukan sekalipun
media telah merangkum semua bahan pengajaran yang diperlukan siswa.
Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada siswa tentang apa yang harus
dipelajarinya, bagaimana siswa mempelajarinya serta hasil-hasil apa yang diharapkan
diperolehnya dari media yang digunakannya. Harus diingat, bahwa media adalah alat
dan sarana untuk mencapai tujuan,serta media bukanlah tujuan.
Rangkuman
Kedudukan media pengajaran adalah dalam komponen metode mengajar sebagai
salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru-siswa dan interaksi siswa
dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu fungsi utama dari media pengajaran
adalah sebagai alat batu mengajar, yakni menunjang penggunaan metode mengajar yang
dipergunakan guru.
Melalui penggunaan media pengajaran diharapkan dapat mempertinggi kualitas
proses belajar-mengajar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar
siswa. Beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan
pengajaran dapat digolongkan menjadi media grafis, media fotografis, media tiga
dimensi, media proyeksi, media audio dan lingkungan sebagai media pengajaran.
15
Latihan :
1.
Jelaskan faktor-faktor yang dapat menghambat proses belajar di kelas!
2.
Apa yang Anda ketahui tentang proses komunikasi dan proses belajar mengajar !
3.
Bagaimana konsep baru dalam pelajaran IPS dan matematika bila menggunakan
media pembelajaran dan bila tidak menggunakan media pembelajaran ?
4.
Bagaimana menggunakan media untuk menjelaskan suatu peristiwa !
16
Download