BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar secara aktif dalam mengembangkan kreativitas berfikirnya. Tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran adalah membelajarkan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya sendiri. Indikator keberhasilan suatu pembelajaran adalah tercapainya ketuntasan belajar siswa yang dicerminkan oleh nilai kognitif, nilai afektif, dan nilai psikomotorik. Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar dan mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri (Syaiful Sagala, 2008: 63). Hal pokok yang menjadi pengalaman siswa adalah berupa cara-cara penting untuk memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang menjadi kebutuhannya. Hasil observasi di SMA MTA Surakarta menunjukkan adanya kecenderungan siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Aktivitas siswa yang berhubungan dengan proses belajar kurang optimal karena kurangnya sumber belajar yang digunakan. Sumber belajar yang digunakan pada umumnya terbatas pada guru dan buku teks yang dipakai dan kurang melibatkan sumber belajar nyata di lapangan. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar siswa tertarik dengan mata pelajaran biologi. Siswa menginginkan bentuk pembelajaran biologi yang disertai contoh kongkret dan pengamatan langsung objek yang dipelajari. Kenyaatan di lapangan menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan bersifat konvensional, guru lebih sering menggunakan metode 1 2 ceramah bervariasi seperti tanya jawab, diskusi, atau dengan menggunakan media power point. Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut, kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses. Ketuntasan belajar siswa hanya diarahkan pada penguasaan konsep (kognitif), sehingga sangat sedikit menyentuh penumbuhan sikap ilmiah dan pengembangan keterampilan proses. Biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Hakekat IPA meliputi tiga hal yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Produk yaitu sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas konsep, prinsip, teori dan hukum. Pengertian IPA sebagai produk adalah menekankan pada memahami apa yang sudah dihasilkan oleh IPA itu sendiri yang meliputi konsep, prinsip, teori dan hukum. Proses yaitu cara kerja yang dilakukan untuk memperoleh produk. Penekanan dari hakekat IPA sebagai proses adalah bagaimana siswa menemukan dan mengembangkan sendiri apa yang sedang dipelajari. Sikap ilmiah yaitu semua tingkah laku yang diperlukan dalam melakukan proses. Pembelajaran IPA yang terlaksana dengan baik dapat membentuk sikap dan nilai positif dalam diri siswa sebagai bekal untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Penyajian mata pelajaran biologi tidak hanya diarahkan pada penguasaan materi (ranah kognitif), tetapi juga menyentuh ranah psikomotor dan ranah attitude dalam wujud sikap dan nilai-nilai positif. Pembelajaran biologi seharusnya lebih menekankan pada proses, siswa berperan aktif selama proses pembelajaran untuk membangun pengetahuan melalui serangkaian kegiatan agar pembelajaran menjadi bermakna. Berdasarkan uraian di atas maka dipandang perlu adanya pengembangan berbagai pendekatan, strategi dan metode pembelajaran IPA khususnya biologi. Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran ialah belajar melalui proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang bermakna. Proses tersebut dilaksanakan melalui interaksi siswa dengan lingkungannya. Siswa diharapkan termotivasi dan senang melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar. 3 Pendekatan keterampilan proses menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan kreativitas peserta didik termasuk keterlibatan fisik, mental, dan sosial peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai suatu tujuan. Pendekatan keterampilan proses ini diterapkan pada materi Archaeobacteria dan Eubacteria melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Praktikum yang dilakukan adalah pengamatan bentuk-bentuk bakteri dan percobaan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Untuk praktikum pengamatan bentuk-bentuk bakteri, siswa mengamati, mengklasifikasikan bentuk-bentuk bakteri, menafsirkan hasil pengamatan dan mengkomunikasikan. Praktikum menghambat pertumbuhan bakteri, siswa mengajukan hipotesis percobaan, mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan, dan menerapkan konsep dalam pengawetan makanan. Melalui kegiatan tersebut siswa mampu menemukan dan membangun konsep yang ditanamkan oleh guru berdasarkan konsep yang telah dimiliki, mengembangkan cara berpikir logis, sistematis, kritis, terbuka, serta dapat menumbuhkan keterampilan dan kecakapan dalam melakukan kegiatan eksperimen. Penerapan pendekatan keterampilan proses pada materi Archaeobacteria dan Eubacteria memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif melalui kegiatan praktikum di laboratorium dalam proses pemerolehan hasil belajar baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Semakin besar keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka semakin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Bertolak dari latar belakang tersebut di atas, maka telah dilakukan penelitian dengan judul: “IMPLIKASI PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA MTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011” 4 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Aktivitas siswa yang berhubungan dengan proses belajar kurang optimal 2. Peranan guru masih dominan, kurang melibatkan peranan siswa, sehingga siswa cenderung pasif. 3. Ketuntasan belajar siswa hanya diarahkan pada penguasaan konsep, kurang menyentuh penumbuhan sikap ilmiah dan pengembangan keterampilan. 4. Karakteristik IPA meliputi tiga hal yaitu : produk, proses, dan sikap ilmiah yang belum dikembangkan secara maksimal. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, maka agar lebih jelas dan terarah pembahasan dibatasi pada hal-hal berikut : 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA MTA Surakarta semester I tahun ajaran 2010/2011. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah: a. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan keterampilan proses dan pendekatan konvensional. b. Hasil belajar biologi siswa ditunjukkan oleh parameter tes hasil belajar biologi berupa ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pada pokok bahasan Archaeobacteria dan Eubacteria kelas X semester I. D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta? 5 2. Adakah pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah afektif pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta? 3. Adakah pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah psikomotor pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta. 2. Untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah afektif pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta. 3. Untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah psikomotor pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat : 1. Bagi siswa, dapat meningkatkan keaktifan, keterampilan, dan hasil belajar biologi. 2. Bagi Guru sebagai masukan dalam rangka pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran biologi yang dapat digunakan untuk menyeimbangkan kreatifitas dan keterampilan siswa. 3. Instansi sekolah, dapat meningkatkan sumber daya pendidikan sehingga menghasilkan output yang berkualitas, dan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. 4. Bagi peneliti lain di bidang pendidikan, dapat menambah kepustakaan dalam bidang pendidikan dan menjadi acuan untuk diteliti lebih lanjut. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendekatan Keterampilan Proses a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Pendekatan pembelajaran digambarkan sebagai kerangka umum tentang skenario yang digunakan guru untuk membelajarkan siswa dalam rangka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dilakukan untuk menjelaskan materi pelajaran yang berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip atau teori. Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2003: 148) adalah belajar melalui proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang bermakna. Menurut Soli Abimanyu (2008: 2-6) “pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian pembelajaran”. Syaiful Sagala (2009: 69) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu. Tujuan instruksional tersebut dapat diamati dalam bentuk hasil belajar siswa. Muhibin Syah (2004: 139) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah segala cara atau seperangkat langkah operasional yang direkayasa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar dalam menunjang efektifitas dan efesiensi proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran menurut Wenno (2008: 50) merupakan teknik guru dalam menyajikan berbagai materi. Hal ini, dilakukan agar proses pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan dengan efektif dan efisien, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan targetnya. Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Pendekatan dapat dilakukan dengan baik, jika guru dapat memahami materi yang akan disajikan dan disesuaikan dengan tipe belajar siswa. 6 7 b. Pendekatan Keterampilan Proses 1) Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan keterampilan proses menekankan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Syaiful Sagala (2008: 74) “pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses”. Keterampilan proses berfungsi sebagai roda penggerak dalam penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Pendekatan keterampilan proses menurut E.Mulyasa (2009: 99) adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan kreativitas peserta didik termasuk keterlibatan fisik, mental, dan sosial peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai suatu tujuan. Lebih lanjut, Dimyati dan Mudjiono (2006: 138) mengemukakan bahwa pendekatan keterampilan proses diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Penerapan pendekatan dalam proses belajar mengajar diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar dalam diri siswa supaya mampu menemukan dan mengelola perolehannya. Soli Abimanyu (2008: 5-8) menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang mengutamakan penerapan berbagai keterampilan memproseskan perolehan dalam pembelajaran. Berbagai keterampilan proses itu pada prinsipnya telah dimiliki peserta didik namun belum dikembangkan secara maksimal. Pendekatan keterampilan proses menekankan pengembangan keterampilan memproseskan perolehan (ranah psikomotor), dari kegiatan memproseskan perolehan, siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman terhadap fakta, konsep, prinsip, dan teori yang dikaji (pengembangan 8 ranah kognitif), dan seiring dengan itu, berkembang sikap dan nilai yang relevan dengan bahan ajar atau cara belajar (pengembangan ranah afektif). Pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan menekankan pada bagaimana siswa belajar, bagaimana siswa mengelola perolehannya, sehingga menjadi miliknya, dipahami, dimengerti dan diterapkan sebagai bekal dalam kehidupan dimasyarakat sesuai kebutuhannya. Pengetahuan yang diperoleh dengan penemuan menyebabkan pengetahuan dapat bertahan lebih lama, dapat diingat, dan lebih mudah diterapkan pada situasi baru. Dimyati dan Mudjiono (2006: 43) mengemukan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Siswa tidak hanya sekedar mengamati secara langsung tetapi harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Tujuan pembelajaran dari keterampilan proses adalah untuk memperoleh pengetahuan yang dapat melatih kemampuan intelektual, merangsang keingintahuan, dan dapat memotivasi kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan yang baru diperoleh. Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena melibatkan pengunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan siswa dapat berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar denagn keterampilan proses (Nuryani R, 2005: 78). Menurut Meltem Duran dan Oğuz Özdemir (2010) ilmu pengetahuan dan pengajaran menjadi efektif apabila siswa memperoleh pengalaman belajar dimana siswa secara aktif berpartisipasi dalam proses dan langkah-langkah penelitian ilmiah harus dimasukkan dalam proses itu. Pengajaran ilmu yang efektif terdiri dari proses yang memungkinkan siswa untuk mendapatkan proses penyelidikan ilmiah, menampilkan kemampuan berpikir kritis dan menginternalisasikan konsep ilmiah dan prinsip-prinsip. Keterampilan proses menciptakan sebuah kontinum penemuan-penemuan sebagai lawan dari belajar hafalan berarti pengalaman. Keterampilan proses 9 meningkatkan kualitas dan tingkat pemahaman ilmiah yang dicapai oleh siswa. Ilmu harus mencakup pengalaman yang melibatkan keterampilan proses, seperti mengukur, mengamati, mengklasifikasi dan memprediksi. Keterampilan ini sangat penting dalam pengembangan pemahaman konsep-konsep dan teori ilmiah yang berharga dan bermanfaat. Pengalaman ini juga penting untuk mencapai keahlian dalam penggunaan prosedur ilmiah untuk memecahkan masalah dan untuk menerapkan pemahaman ilmiah kehidupan sehari-hari (Mary L. Ango, 2002). 2) Rasional Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Beberapa alasan perlunya penerapan keterampilan proses dalam kegiatan belajar-mengajar menurut Wenno (2008: 66-67) yaitu perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung pesat sehingga tidak mungkin bagi guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa karena membutuhkan waktu yang lama, secara psikologis siswa lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai contoh-contoh yang konkret, wajar dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, ilmu pengetahuan bersifat relatif artinya kebenaran suatu teori tidak bersifat mutlak benar, proses belajar mengajar bertujuan menghasilkan insan pemikir dan manusiawi yang selaras, serasi, dan seimbang sehingga pengembangan keterampilan proses harus menyatukan antara pengembangan konsep, sikap, serta nilai. Adrian Rustaman (2010: 6) mengemukan bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses didasarkan pada tuntutan kurikulum dan hakekat biologi sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Tuntutan kurikulum saat ini adalah kurikulum yang berbasis kompetensi. Kualifikasi kemampuan siswa mencakup sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). hakikat biologi sebagai bagian dari IPA meliputi tiga hal yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Produk yaitu sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas konsep, prinsip, teori dan hukum. Proses yaitu cara kerja yang dilakukan untuk memperoleh produk, sedangkan sikap ilmiah yaitu semua tingkah laku yang diperlukan dalam melakukan proses. 10 Berdasarkan alasan-alasan diatas, maka penerapan pendekatan keterampilan proses sangat penting dalam proses pembelajaran untuk memperoleh hasil belajar yang bermakna. 3) Tujuan Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Tujuan penerapan pendekatan keterampilan proses menurut Anwar Kholil (2008) antara lain memotivasi belajar siswa karena dalam keterampilan siswa dipacu untuk senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam belajar; memperjelas konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari siswa karena pada hakekatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut; mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan di dalam kehidupan sehari-hari; mempersiapkan dan melatih siswa dalam menghadapi kenyataan dalam kehidupan sehari-hari untuk bepikir logis dalam memecahkan masalah; mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai problem kehidupan. 4) Jenis-jenis Keterampilan Proses Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 141-145) mengemukakan bahwa ada dua kelompok keterampilan didalam keterampilan proses, yaitu keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan dasar terdiri atas enam keterampilan, yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Keterampilan terintegrasi terdiri atas mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, memdefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melaksanakan eksperimen. Jenis-jenis keterampilan menurut Wynne Harlen dalam Nuryani R (2005: 86-87) antara lain: mengamati, mengklasifikasikan (mengelompokkan), menafsirkan (interpretasi), meramalkan (prediksi), melakukan komunikasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis (berhipotesis), merencanakan percobaan/penelitian, menggunakan alat/bahan/sumber, menerapkan konsep, melaksanakan percobaan/penelitian. 11 a) Melakukan pengamatan (observasi) Keterampilan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai obyek dan peristiwa alam dengan menggunakan pancaindera dan menggunakan fakta-fakta yang relevan dengan hasil pengamatan. b) Mengklasifikasikan Keterampilan mengklasifikasikan atau menggolong-golongkan adalah salah satu kemampuan yang penting dalam kerja ilmiah. Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilahkan berbagai obyek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari obyek peristiwa yang dimaksud. Keterampilan mengamati meliputi: mencatat setiap pengamatan secara terpisah, mencari perbedaan persamaan, mengkontraskan ciri-ciri, membandingkan, mencari dasar pengelompokan. c) Menafsirkan (interpretasi) Keterampilan menginterpretasi meliputi: keterampilan mencatat setiap hasil pengamatan, menghubung-hubungkan hasil pengamatan, menemukan pola dalam suatu seri pengamatan kemudian menyimpulkan. d) Meramalkan (prediksi) Suatu prediksi merupakan suatu ramalan dari apa yang kemudian hari mungkin dapat diamati. Jadi, memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan. e) Mengkomunikasikan Mengkomunikasikan adalah menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. f) Mengajukan pertanyaan Pertanyaan yang diajukan dapat berupa meminta penjelasan tentang apa, mengapa, bagaimana, atau tentang latar belakang hipotesis. 12 g) Mengajukan hipotesis Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan perkiraan penyebab terjadinya sesuatu. Berhipotesis diungkapkan dengan cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis terkandung cara mengujinya. h) Merencanakan percobaan Suatu percobaan dapat dilaksanakan secara baik dan menghasilkan sesuatu yang berguna dan bermakna, maka diperlukan adanya rancangan percobaan. Merencanakan percobaan dapat diartikan suatu kegiatan mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dalam penelitian secara operasional, kemungkinan variabel yang dikontrol, hipotesis dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari percobaan yang akan dilaksanakan. i) Menerapkan konsep Menggunakan konsep atau prinsip yang telah dipelajari dalam situasi baru. Menggunakan konsep/prinsip pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. j) Melakukan percobaan/bereksperimen Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, an prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide tersebut. 5) Manfaat Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Manfaat menerapkan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 14) yaitu dengan penerapan pendekatan keterampilan proses, siswa akan memperoleh pengetahuan yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan, siswa belajar dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan itu, siswa secara serentak belajar tentang proses dan produk ilmu pengetahuan. 6) Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Keterampilan Proses Kelebihan pendekatan keterampilan proses menurut Syaiful Sagala (2009: 74) antara lain: a) Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat 13 penting untuk pengetahuan dan masa depan; b) Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan. Kelemahan pendekatan keterampilan proses antara lain: a) Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk menyelesaikan bahan pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum; b) Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah mampu menyediakannya. c. Pendekatan Konvensional 1) Pengertian Pendekatan Konvensional Pendekatan pembelajaran yang paling disukai dan sering digunakan adalah pendekatan konvensional. Pendekatan konvensional dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus diterima oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal. Guru sebagai subjek yang aktif dan siswa sebagai objek yang pasif. Pendekatan ekspositori disebut juga mengajar konvensional. Menurut Syaiful Sagala (2008:78) pendekatan ekspositori bertolak dari pandangan bahwa tingkah laku dari penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penejelasan dan penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istilah ceramah. Siswa diharapkan mampu menangkap dan mengungkapkan kembali informasi atau pengetahuan yang telah diberikan oleh guru. Ketut Juliantara (2009) mengemukakan bahwa penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih sering menggunakan modus telling (pemberian informasi), daripada modus demonstrating (memperagakan) dan doing direct performance (memberikan kesempatan untuk menampilkan unjuk kerja secara langsung). Pendekatan ini menunjukkan guru lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, guru lebih sering menggunakan metode ceramah dengan mengikuti urutan materi dalam kurikulum secara ketat. Siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Sehingga proses pembelajaran 14 lebih banyak didominasi guru sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu. Menurut Epon Ningrum (2009) pembelajaran konvensional memiliki ciriciri, yaitu: a) Pembelajaran berpusat pada guru; b) Terjadi passive learning; c) Interaksi di antara siswa kurang; d) Siswa belajar secara individual; e) Pembelajaran terlalu abstrak dan teoritis; f) Siswa menerima informasi secara pasif; g) Tidak didasarkan pada pengalaman siswa; h) Hasil belajar hanya diukur dari hasil tes kognitif. Secara garis besar prosedur dalam pendekatan pembelajaran konvensional menurut Syaiful Sagala (2008: 79-80) yaitu: persiapan, pertautan, penyajian dan evaluasi. a) Persiapan (preparation) yaitu guru menyiapkan bahan selengkapnya secara sistematik dan rapi. b) Pertautan (aperception) bahan terdahulu yaitu guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi yang telah diajarkan. c) Penyajian (presentation) terhadap bahan yang baru, yaitu guru menyajikan dengan cara member ceramah atau menyuruh siswa membaca bahan yang telah dipersiapkan diambil dari buku, teks tertentu atau ditulis oleh guru. d) Evaluasi (evaluation) yaitu guru bertanya dan siswa menjawab sesuai dengtan bahan yang dipelajari, atau siswa disuruh menyatakan kembali ndengan katakata sendiri pokok-pokok yang telah dipelajari baik lisan maupun tulisan. 2) Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Konvensional Kelebihan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional adalah: a) Berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. b) Menyampaikan informasi dengan cepat. c) Membangkitkan minat akan informasi. d) Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Sedangkan kelemahan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional antara lain: a) Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan. 15 b) Kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari. c) Pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis. d) Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi. d. Metode yang Digunakan dalam Pendekatan Konvensional 1) Pengertian Metode Ceramah Metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan, informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan. Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 116) mengemukakan bahwa metode ceramah adalah penyajian oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Sesuai dengan pernyatan Nuryani (2005: 104-105) “metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan”. Metode ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan, tidak membutuhkan alat bantu khusus, dan tidak perlu merancang kegiatan siswa. Penggunaan metode ceramah kurang merangsang kreativitas siswa dan tidak membuat siswa aktif mengemukakan pendapat, serta tidak dibiasakan mencari dan mengolah informasi karena pusat pengajaran berpusat pada guru (teacher center), guru sebagai satu-satunya sumber informasi. Hakekat mengajar dalam pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa dan siswa dipandang sebagai obyek penerima apa yang diberikan guru. Guru menyampaikan informasi mengenai suatu materi pelajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan. Siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah diberikan oleh guru, serta mengungkapkan kembali apa yang diberikan guru melalui respon yang diberikan pada saat diberi pertanyaan. Metode ceramah akan berhasil baik, bila didukung oleh metodemetode yang lain. Seperti; tanya jawab, tugas, latihan, demonstrasi, eksperimen dan metode lainya supaya siswa aktif belajar dan berpikir mengkonstruksi pengetahuannya (Wenno, 2008: 86). 16 2) Kelebihan dan Kekurangan Metode Ceramah Kelebihan metode ceramah menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 118-119) antara lain: a) Efesien dalam pemanfaatan waktu dan menghemat biaya. b) Materi dapat disesuaikan dengan keterbatasan peralatan. c) Meningkatkan daya dengar pesa didik dan menumbuhkan minat belajar dari sumber lain. d) Guru memperoleh penghargaan, kepuasan dan sikap percaya diri dari peserta didik atas perhatian yang ditunjukkan peserta didik. e) Memberikan wawasan yang luas pada guru karena dapat menjelaskan topik dengan mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Kekurangan metode ceramah antara lain: a) Dapat menimbulkan kejenuhan kepada peserta didik. b) Materi ceramah terbatas pada apa yang diingat guru. c) Menjejali peserta didik dengan konsep yang belum tentu diingat terus. d) Informasi yang digunakan mudah usang dan ketinggalan jaman. e) Tidak merangsang perkembangan kreativitas peserta didik. f) Terjadi proses satu arah dari guru kepada peserta didik. 2. Hasil Belajar Biologi a) Pengertian Hasil Belajar Belajar dan mengajar sebagai aktivitas utama di sekolah meliputi tiga unsur, yaitu tujuan pembelajaran, pengalaman belajar mengajar, dan hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut tampak dalam perubahan perilaku yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Rumusan tujuan pembelajaran berisi hasil belajar yang diharapkan dikuasai siswa mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar merupakan proses suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2005: 22). Hasil belajar Menurut Ella Yulaelawati (2004: 21) mencerminkan kemampuan peserta didik dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam kompetensi dasar. Syaiful Sagala (2008: 75) mengemukakan bahwa hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan 17 pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis, memecahkan masalah, membuat rencana, dan mengadakan pembagian kerja. Aktivitas dan produk yang dihasilkan dari proses belajar ini mendapatkan penilaian. Dimyati dan Mudjiono (2006: 176) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Biologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup, bagaimana interaksinya satu sama lain, dan bagaimana interaksinya dengan lingkungan. Biologi merupakan komponen ilmu pengetahuan alam yang mengkaji makhlik hidup sebagai objek kajiannya. Tema persoalan biologi berkembang secara dinamis. Karakteristik ilmu biologi ditentukan oleh objek yang dipelajari dan permasalahan yang dikaji (D. A Pratiwi, dkk 2007: 2). Berdasarkan pernyatan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar biologi adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar mengenai ilmu tentang makhluk hidup dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b. Ranah-ranah Hasil Belajar Taksonomi Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga kawasan belajar (learning domain) yaitu kognitif (kemampuan atau pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan). Ranah kognitif menyangkut aktivitas otak dan kemampuan berfikir, ranah afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap dan nilai-nilai, sedangkan ranah psikomotor berkaitan dengan gerakan otot-otot yang terpadu untuk dapat menyelesaikan suatu tugas. 1) Ranah Kognitif Ranah kognitif merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (Anas Sudijono, 2005: 50). Menurut Martinis Yamin (2009: 27) tujuan kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah 18 yang menuntut siswa untuk dapat menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Kompetensi aspek kognitif menurut Bloom (Anderson dan Krathwol, 2001: 31) dibagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif terdiri atas enam jenjang, dari yang rendah ke yang tinggi. Adapun enam kategori dimensi proses kognitif yaitu: a) Mengingat (remember), kemampuan menarik kembali pengetahuan dari memori yang sudah lama seperti kemampuan mengenal dan mengingat kembali. b) Mengerti (understand), kemampuan mengontruksi arti berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke skema yang telah ada dalam pemikiran siswa. Mengerti terdiri dari: menginterpretasi, memberi contoh, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, menerangkan. c) Mengaplikasikan (apply), kemampuan menggunakan prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas, meliputi: menjalankan dan mengimplementasikan. d) Menganalisis (analyze), kemampuan menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke bagian-bagian penyusunnya dan menentukan bagaimana bagianbagian tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain dengan struktur atau tujuan keseluruhan. Menganalisis meliputi: mendeferensiasi, mengorganisasi, menemukan pesan tersirat. e) Mengevaluasi (evaluate), kemampuan membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar, meliputi memeriksa dan mengkritik. f) Mengkreasi (create), kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Mengkreasi meliputi: membuat, merencanakan, memproduksi. Sedangkan dimensi pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu: a) Faktual, unsur dasar yang harus dikenal siswa yaitu disiplin dan penyelesaian masalah 19 b) Konseptual, hubungan antara elemen dasar dalam sebuah struktur yang bekerja sama. c) Prosedural, bagaimana melakukan sesuatu, cara penyelidikan dan kriteria untuk menggunakan kemampuan, teknik dan metode. d) Metakognitif, pengetahuan kognitif meliputi kesadaran dan pengetahuan kognitifnya sendiri. Ella Yulaelawati (2004: 59-61) mengemukakan bahwa kawasan kognitif terdiri dari enam tingkatan. keenam tingkatan tersebut adalah C1 (pengetahuan) merupakan kemampuan mengingat hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya; C2 (pemahaman) merupakan kemampuan memahami materi; C3 (penerapan) merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi yang nyata; C4 (analisis) merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam komponen-komponen yang lebih terstruktur dan mudah dipahami; C5 (sintesis) merupakan kemampuan untuk mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bagian yang utuh dan menyeluruh; C6 (penilaian) merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai suatu materi untuk tujuan tertentu. 2) Ranah Afektif Hamzah B. Uno, dkk (2001: 9) mengemukakan bahwa hasil belajar kawasan afektif berkaitan dengan sikap, nilai,-nilai interes, apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Hasil belajar ranah afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang komplek yang merupakan faktor internal seseorang. Tingkatan kawasan afektif ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks adalah sebagai berikut: a) kemauan menerima, merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu; b) kemauan menanggapi, merupakan kegiatan yang menujuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu; c) berkeyakinan adalah suatu sikap yang berkenaan dengan kemauan menerima sistem nilai tertentu pada diri individu; d) mengorganisasi, berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem 20 nilai yang lebih tinggi; e) tingkat karakteristik (pembentukan pola), menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya. Menurut Karthwohl dalam Mimin Haryati (2007: 36-37) ada lima tingkatan bidang afektif yaitu: a) Penerimaan (receiving), keinginan untuk memperhatikan suatu fenomena khusus rangsangan (stimulasi) yang mengandung estetika; b) Tanggapan (responding), merupakan partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu, bereaksi terhadap fenomena yanga ada; c) Penilaian (valuing), melibatkan penentuan nilai, kenyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen; d) Organisasi (organitation), berkenaan dengan penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda; e) Karakterisasi (characterization), berkenaan dengan mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk pola hidup. 3) Ranah Psikomotor Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Martinis Yamin (2009: 37) mengemukakan bahwa kawasan psikomotor adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Kawasan psikomotor dibagi menjadi empat kategori yaitu: a) Gerakan seluruh badan (gross body movements) yaitu perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh; b) Gerakan yang terkoordinasi (coordination movements) yaitu gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan; c) Komunikasi nonverbal (nonverbal communication); e) Kebolehan dalam berbicara (speech behavior). Menurut Hamzah B. Uno, dkk (2001: 12-13) ada enam tingkatan keterampilan, yakni: a) Persepsi, termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif, motoris, dan lain-lain; b) Kesiapan, perilaku persiapan atau kesiapan untuk kegiatan tertentu; c) Gerakan terbimbing, gerakan yang berada pada tingkat mengikuti suatu model; d) gerakan terbiasa, penampilan respon yang sidah dan sudah menjadi kebiasaan; e) gerakan kompleks, gerakan yang berada pada tingkat 21 ketrampilan tertinggi; f) Adaptasi, menyesuaikan tindakannya untuk situasi-situasi yang menuntut persyaratan tertentu. Kawasan Psikomotor menurut Winkel W.S (2005: 274) diklasifikasikan menjadi tujuh tingkatan yaitu: a) Persepsi (perception); b) Kesiapan (set); c) Gerakan terbimbing (guided response;) d) Gerakan yang terbiasa (mechanical response); e) Gerakan kompleks (complex response); f) Penyesuain pola gerakan (adjusment); g) Kreativitas (creativity). Tipe hasil belajar ranah psikomotoris berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar ini sebenarnya tahap lanjutan dari hasil belajar afektif. Bukti keberhasilan siswa selain hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa. Hal ini dapat dilihat dari perubahan perilaku siswa setelah menerima pelajaran dimana ia mampu mengaplikasikan teori. B. Kerangka Pemikiran Kegiatan pembelajaran terdapat dua aspek penting yaitu aspek hasil belajar dan aspek proses belajar. Aspek hasil belajar adalah perubahan perilaku pada diri siswa sedangkan aspek proses belajar adalah sejumlah pengalaman intelektual, emosional, dan fisik pada diri siswa. Pengalaman intelektual, emosional, dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar akan tercapai tidak hanya jika siswa mampu menguasai materi dari segi kognitif saja, tetapi juga mampu menguasai dari segi afektif dan psikomotor. Berdasarkan hasil observasi di SMA MTA Surakarta khususnya kelas X menunjukkan adanya kecenderungan siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar. Aktivitas siswa yang berhubungan dengan proses belajar kurang optimal karena kurangnya sumber belajar yang digunakan. Sumber belajar yang digunakan pada umumnya terbatas pada guru dan buku teks yang dipakai dan kurang melibatkan sumber belajar nyata di lapangan. Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut, kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses. Pendekatan pembelajaran yang digunakan bersifat konvensional, guru lebih sering 22 menggunakan metode ceramah bervariasi seperti tanya jawab, diskusi, atau dengan menggunakan media power point. Ketuntasan belajar siswa hanya diarahkan pada penguasaan konsep (kognitif), kurang mengembangkan kemampuan afektif dan keterampilan (psikomotor). Untuk itu dibutuhkan pendekatan yang dapat mencakup ketiga aspek tersebut. Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang menekankan pada proses belajar, keterlibatan, dan kreativitas peserta didik. Penerapan pendekatan keterampilan proses melalui kegiatan praktikum pada materi Archaeobacteria dan Eubacteria. Siswa melakukan menghambat praktikum pengamatan pertumbuhan bntuk-bentuk bakteri. Melalui bakteri dan kegiatan percobaan mengamati, mengklasifikasikan bentuk-bentuk bakteri, menafsirkan hasil pengamatan, mengajukan hipotesis percobaan, mengajukan pertanyaan, melakukan percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan, dan menerapkan konsep siswa terlibat secara aktif dan kreatif termasuk keterlibatan fisik, intelektual, mental, dan sosial. Siswa terlibat langsung saat pembelajaran dalam memperoleh konsep, sehingga siswa dapat lebih lama menyimpan konsep yang dipelajari dalam struktur kognitifnya, dan mampu melihat relevansi dari konsep yang telah dipelajari. Selain itu, siswa dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga hasil belajar ranah kognitif, afektif dan psikomotor tercapai maksimal. Alur kerangka berpikir dalam melaksanakan kegiatan penelitian secara sederhana dapat digambarkan pada Gambar 1. 23 MASALAH DALAM PEMBELAJARAN - Ketuntasan belajar siswa hanya diarahkan pada ranah kognitif, kurang mengembangkan sikap dan keterampilan proses PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES Siswa terlibat aktif dan kreatif baik keterlibatan secara fisik, intelektual, mental, dan sosial dalam proses pemerolehan hasil belajar Hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor tercapai maksimal PENYEBAB - Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran kurang - Aktivitas siswa yang berhubungan dengan proses belajar kurang - Penekanan aktivitas belajar lebih banyak pada buku teks dan kemampuan mengungkapkan kembali isi buku teks tersebut - Pendekatan yang digunakan berpusat pada guru (teacher center) PRAKTIKUM - Pengamatan Bentuk-bentuk Bakteri - Percobaan Menghambat Pertumbuhan Bakteri Keterampilan Proses yang Digunakan - Mengamati - Mengklasifikasikan - Menafsirkan hasil pengamatan - Mengajukan pertanyaan - Mengajukan hipotesis percobaan - Melakukan percobaan - Mengkomunikasikan hasil pengamatan dan percobaan - Menerapkan konsep Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran 24 C. Hipotesis Berdasarkan deskripsi kajian teori dan kerangka berpikir tersebut, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta. 2. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah afektif pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta. 3. Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah psikomotor pada siswa kelas X SMA MTA Surakarta. 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA MTA Surakarta tahun ajaran 2010/ 2011. Alamat di Jl. Kyai Mojo Semanggi Pasar Kliwon Surakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2010/2011. Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian No Kegiatan Bulan I 1. II Tahap Persiapan a. Pengajuan judul skripsi b. Penyusunan proposal c. Seminar proposal d. Perijinan penelitian e. Survai sekolah f. Konsultasi instrumen penelitian 2 Tahap Penelitian a. Uji instrumen penelitian b.Pengambilan data 3 Tahap Penyelesaian a. Pengolahan data b. Penyusunan laporan 25 III IV V VI VII VIII IX X XI XII 26 B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2003: 57). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA MTA Surakarta tahun ajaran 2010/2011. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti (Sugiyono, 2003: 57). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Dari 8 kelas yang terdapat di SMA MTA Surakarta diambil 2 kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengambilan sampel secara acak diperoleh X-5 sebagai kelas eksperimen dan X-1 sebagai kelas kontrol . C. Teknik Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber objek pengamatan sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Variabel Bebas 1) Pendekatan pembelajaran Pendekatan pembelajaran terkait dengan masalah psikologi belajar. Pendekatan pembelajaran dalam penelitian ini meliputi: pendekatan keterampilan proses dan pendekatan konvensional. b. Variabel Terikat 1) Hasil Belajar Biologi Siswa Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar biologi mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 27 2. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah sebagai berikut: a. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mengambil data hasil belajar siswa yang ditinjau dari ranah kognitif. Tes berbentuk tes obyektif yaitu bentuk pilihan ganda. b. Metode Angket Angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang maupun sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban, tanggapan dan informasi yang di perlukan oleh peneliti (Mardalis, 2007: 67). Pengukuran hasil belajar ranah afektif digunakan angket tertutup sehingga siswa tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan. c. Metode observasi Observasi merupakan langkah untuk memperoleh data tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik secara langsung. Metode observasi digunakan untuk mengambil data hasil belajar ranah psikomotor. 3. Teknik Penyusunan Instrumen a. Pengukuran Hasil Belajar Ranah Kognitif Pengukuran hasil belajar ranah kognitif menggunakan tes. Adapun langkah-langkah penyusunan sebagai berikut: 1) Spesifikasi materi berdasarkan kurikulum. 2) Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian materi. 3) Pembuatan alat ukur sesuai indikator. 4) Pembuatan kisi-kisi soal sesuai dengan indikator yang diharapkan. 5) Soal-soal yang disusun mencakup 6 jenjang kemampuan yaitu C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis), C5 (sintesis), C6 (evaluasi) menurut Ella Yulaelawati (2004: 59-63). 6) Penyusunan item soal ranah kognitif. 7) Pengujian kesahihan item menggunakan uji validitas dan reliabilitas. 8) Item diuji lagi dengan daya pembeda dan tingkat kesukaran item. 28 b. Pengukuran Hasil Belajar Ranah Afektif Pengukuran hasil belajar ranah afektif menggunakan angket dalam bentuk ceklist. Pemberian skor tiap item pernyataan menurut skala Likert dalam Suharsimi Arikunto (2002: 180) sebagai berikut: SS : sangat setuju dengan skor 5 S : setuju dengan skor 4 TB : tidak berpendapat dengan skor 3 TS : tidak setuju dengan skor 2 STS : sangat tidak setuju dengan skor 1 Menurut Karthwohl dalam Mimin Haryati (2007: 36-37) ada lima tingkatan bidang afektif yaitu: penerimaan (receiving), tanggapan (responding), penilaian (valuing), organisasi (organizing), karakterisasi (characterizing). Uji kesahihan angket ranah afektif diukur dengan uji validitas dan uji reliabilitas (Suharsimi Arikunto, 2002: 64-113). c. Pengukuran Hasil Belajar Ranah Psikomotor Pengukuran hasil belajar ranah psikomotor menggunakan lembar observasi. Cara pemberian skor lembar observasi sebagai berikut: 1 : Sangat kurang (SK) 2 : Kurang (K) 3 : Sedang (S) 4 : Baik (B) 5 : Sangat Baik (SB) Ranah psikomotor menurut Winkel W.S (2005: 274) diklasifikasikan menjadi tujuh tingkatan yaitu: a) Persepsi (perception); b) Kesiapan (set); c) Gerakan terbimbing (guided response;) d) Gerakan yang terbiasa (mechanical response); e) Gerakan kompleks (complex response); f) Penyesuain pola gerakan (adjusment); g) Kreativitas (creativity). Uji kesahihan diukur dengan uji validitas dan uji reliabilitas (Suharsimi Arikunto, 2002: 64-113). 29 4. Analisis Instrumen a. Uji Validitas Butir Soal Validitas menunjukkan daya ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur untuk mengukur suatu hal yang hendak diukur. Suatu tes atau instrumen mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil yang sesuai dengan maksud yang dilakukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi secara isi (content validity) dan butir. Penyusunan instrumen penelitian dengan validitas isi (content validity) melibatkan penilaian ahli (expert judgment) yaitu pembimbing. Dalam proses ini disusun indikator yang disesuaikan dengan kompetensi dasar. Penilaian ahli dimaksudkan untuk memberi masukan terhadap kesesuaian indikator dan penjabaran indikator yang telah disusun. Validitas butir dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal. Untuk menguji validitas butir soal tes digunakan rumus korelasi Product Moment : rxy = N XY X Y {N X 2 X }{N Y 2 Y } 2 2 Keterangan : rxy = koefisien korelasi antar variabel X dan variabel Y yang dikorelasikan X = skor untuk butir ke-i (dari subjek uji coba) Y = skor total N = jumlah subyek Jika harga rhitung > r tabel maka item petanyaan dinyatakan valid. Sebaliknya, jika harga rhitung < r tabel maka korelasi tidak signifikan sehingga item pertanyaan dikatakan tidak valid (Suharsimi Arikunto, 2002: 72). Uji validitas tes try out kognitif, afektif, dan psikomotor siswa secara lengkap disajikan pada Tabel 2 dan selengkapnya pada Lampiran 2. 30 Tabel 2. Rangkuman Uji Validitas Hasil Tes Try Out Siswa Penilaian Jumlah Item Keputusan Uji Validitas Valid Invalid Kognitif 40 30 10 Afektif 30 26 4 Psikomotor 17 17 0 Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji validitas tes kognitif menunjukkan item yang valid sebanyak 30 soal sedang untuk item yang tidak valid sebanyak 10 soal. Hasil uji angket afektif menunjukkan item yang valid sebanyak 26 soal sedang item yang tidak valid sebanyak 4 soal. Hasil uji lembar observasi psikomotor menunjukkan item yang valid sebanyak 19 sedang yang tidak valid sebanyak 0 item. Item yang tidak valid dibuang karena indikatornya sudah diwakili item lain. b. Reliabilitas Menurut Budiyono (2004: 69) suatu instrumen dikatakan reliabel apabila hasil pengukuran dengan instrumen tersebut adalah sama jika sekiranya pengukuran tersebut dilakukan pada orang yang sama pada waktu yang berlainan atau pada orang-orang yang berlainan (tetapi mempunyai kondisi yang sama) atau pada waktu yang berlainan. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes kognitif digunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) yaitu sebagai berikut : n r11= n 1 St 2 p i q i St 2 Sedangkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas angket afektif dan psikomotor digunakan rumus Alpha yaitu sebagai berikut: n r11 = n 1 si 2 1 St 2 Dengan : = indeks reliabilitas instrumen n = cacah butir instrumen pi = proporsi cacah subyek yang menjawab benar pada butir ke-i 31 = 1- pi , i = 1,2,...,n qi = variansi total si 2 = variansi butir ke-i Koefisien reliabilitas menurut Hamzah B. Uno (2001: 144) sebagai berikut: Harga r11 1 : Korelasi sempurna Harga r11 0,99-0,81 : Korelasi sangat tinggi Harga r11 0,80-0,61 : Korelasi tinggi Harga r11 0,60-0,41 : Korelasi sedang Harga r11 0,40-0,21 : Korelasi rendah Harga r11 0,20-0.01 : Sangat rendah Hasil uji reliabilitas tes try out kognitif, afektif dan psikomotor secara lengkap disajikan pada Tabel 3 dan selengkapnya pada Lampiran 2. Tabel 3. Rangkuman Uji Reliabilitas Hasil Tes Try Out Siswa. Penilaian Jumlah Item Indeks Reliabilitas Keputusan Uji Kognitif 30 0,95 Reliabel Afektif 26 0,87 Reliabel Psikomotor 17 0,84 Reliabel Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas tes kognitif menggunakan rumus Kuder-Richardson (K-R 20) diperoleh r11 = 0,95 yang berarti bahwa koefisien reliabilitas soal tes kognitif sangat tinggi. Uji reliabilitas angket afektif dan psikomotor menggunakan rumus Alpha karena reliabilitas skornya bukan 1 atau 0. Hasi uji reliabilitas angket afektif diperoleh r11 = 0,87 yang berarti koefisien reliabilitas angket afektif tinggi, sedang untuk psikomotor diperoleh r11 = 0,84 yang berarti koefisien lembar observasi tinggi. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian sangat reliabel untuk digunakan. c. Taraf Kesukaran Soal yang baik disamping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksud 32 adalah ada soal-soal yang termasuk kategori mudah, sedang, dan sulit secara proposional. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir soal digunakan rumus: I= B N Dimana : I = Indeks Kesukaran B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar N = Jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria indeks kesukaran soal sebagai berikut: 0,17 – 1,00 : Mudah (M) 0,31 – 0,70 : Sedang atau Cukup (Sd) 0,00 – 0,30 : Sukar (S) (Nana Sudjana, 2005: 136-137) Hasil uji taraf kesukaran tes try out kognitif secara lengkap disajikan pada Tabel 4 dan selengkapnya pada Lampiran 2. Tabel 4. Rangkuman Uji Taraf Kesukaran Hasil Tes Try Out Siswa Ranah Penilaian Jumlah Soal Item yang dipakai Item yang dibuang Kognitif 40 30 10 Tabel 4 menunjukkan bahwa hasil uji taraf kesukaran diperoleh soal yang mempunyai indeks kesukaran baik sebanyak 30 soal. Sedangkan soal yang mempunyai indeks kesukaran jelek sebanyak 10 item. d. Daya Pembeda Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 213-214) daya pembeda adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antar siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Suatu butir soal dikatakan mempunyai daya pembeda jika kelompok siswa yang pandai menjawab benar lebih banyak dari kelompok siswa yang kurang pandai. Untuk mengetahui daya beda butir soal digunakan rumus sebagai berikut : D= B A BB PA PB JA JB 33 Keterangan : J = Jumlah peserta tes JA= Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar PA = BA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar JA PB = BB =Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar JB Klasifikasi daya pembeda menurut Suharsimi Arikunto (2002: 218) adalah sebagai berikut: D : 0.00 – 0.20 : jelek (poor) D: 0.20 – 0.40 : cukup (satisfactory) D: 0.40 – 0.70 : baik (good) D: 0.70 – 1.00 : baik sekali (excellent) D: Negatif : semua butir soal yang mempunyai D negatif semuanya tidak baik sebaiknya dibuang Butir soal yang dipakai adalah butir soal yang mempunyai indeks diskriminasi 0.40 – 0.70 kategori baik dan 0.70 – 1.00 kategori baik sekali. Hasil uji daya beda tes try out kognitif secara lengkap disajikan pada Tabel 5 dan selengkapnya pada Lampiran 2. Tabel 5. Rangkuman Uji Daya Beda Hasil Tes Try Out Siswa. Ranah Penilaian Jumlah Kognitif Kriteria Soal Jelek Cukup Baik Baik Sekali 40 9 1 28 2 Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji daya beda diperoleh soal yang jelek 9 item, cukup 1 item, baik 28 item, dan baik sekali 2 item. Soal yang memiliki kriteria ID jelek dan cukup tidak dapat digunakan sehingga 10 item harus dibuang dan 30 soal yang dipakai. 34 D. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (Quasi experimental). Penelitian ini menggunakan desain penelitian Randomized Control Group Pretes-Postes Design. Tabel 6. Desain Penelitian “Randomized Control Group Pretes-Postes Design” Group Pretes Treatment Postes Eksperimen Group (R) T1 X T2 Control Group (R) T1 - T2 Keterangan: T1 : Tes awal yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. X : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu dengan penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran. T2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. (R) : Random assigment (pemilihan kelompok secara random). E. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dengan cara statistik menggunakan analisis kovarian. Untuk menguji hipotesis dengan analisis kovarian, sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Sebaran Uji normalitas sebaran bertujuan untuk menyelidiki normal atau tidaknya populasi yang menjadi subyek penelitian. Dalam penelitian ini untuk uji normalitas sebaran menggunakan uji Kolmogorov Smirnow dengan SPSS 17. 1) Taraf Signifikansi (α) = 0,01 2) Keputusan Uji Jika nilai signifikansi (p) > α artinya data terdistribusi normal Jika nilai signifikansi (p) < α artinya data tidak terdistribusi secara normal 35 b. Uji Homogenitas varians Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk mengetahui homogenitas varians digunakan uji Lavene dengan program SPSS 17. 1) Taraf signifikan (α) = 0,01 2) Keputusan Uji Jika nilai signifikansi (p) < α artinya data homogen Jika nilai signifikansi (p) < α artinya data tidak homogen 2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan analisis kovarian dengan program SPSS 17. Skor pretes sebagai kovariabel atau variabel kendali (X), skor postes sebagai kriterium atau variabel terikat (Y), sedang untuk pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan konvensional dan keterampilan proses sebagai faktor atau variabel bebas (Tulus Winarsunu, 2006: 255-259). a. Asumsi Dasar 1) Variabel luar yang dikendalikan berskala interval atau rasio. 2) Ada hubungan antara variabel kendali dengan variabel terikat. 3) Variabel kendali tidak dipengaruhi oleh variabel bebas. b. Rancangan Anakova Tabel 7. Rancangan Anakova untuk Hasil Belajar Ranah Kognitif A B X Y X Y … … … … … … … … ∑X ∑Y ∑X ∑Y 36 Tabel. 8 Rancangan Anakova untuk Hasil Belajar Ranah Afektif A B X1 Y1 X1 Y1 … … … … … … … … ∑X1 ∑X1 ∑X1 ∑X1 Tabel. 9 Rancangan Anakova untuk Hasil Belajar Ranah Psikomotor A B X2 Y2 X2 Y2 … … … … … … … … ∑X2 ∑Y2 ∑X2 ∑Y2 Keterangan : A : Pendekatan konvensional B : Pendekatan keterampilan proses X : Skor pretes ranah kognitif X1 : Skor pretes ranah afektif X2 : Skor pretes ranah psikomotor Y : skor postes ranah kognitif Y1 : skor postes ranah afektif Y2 : skor postes ranah psikomotor c. Taraf Signifikansi (α) = 0,05 d. Keputusan Uji H0 diterima jika nilai signifikansi (p) < α H0 ditolak jika nilai signifikansi (p) > α 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Data Hasil Belajar pada Pembelajaran Biologi Data penelitian dalam pembelajaran biologi berupa hasil belajar biologi siswa pada materi Archaeobacteria dan Eubacteria yang meliputi 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Data-data tersebut diambil dari dua kelas sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, dengan jumlah 64 siswa dari kelas X-1 dan X-5 SMA MTA Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Kelas X-1 sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional berjumlah 30 siswa. Kelas X-5 sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses berjumlah 34 siswa. Berikut disajikan data hasil belajar biologi siswa dari hasil penelitian: a. Hasil Belajar Ranah Kognitif Data penelitian mengenai hasil belajar biologi siswa ranah kognitif materi pokok Archaeobacteria dan Eubacteria dari kelompok kontrol pada siswa kelas X-1 dengan sampel sebanyak 30 siswa dan kelompok eksperimen pada siswa kelas X-5 dengan sampel sebanyak 34 siswa, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan secara ringkas disajikan dalam Tabel 10 dan diagram batang pada Gambar 2. Tabel 10. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Kognitif Hasil Statistik Kontrol Eksperimen Pretes Postes Pretes Postes Nilai Tertinggi 63 83 66 95 Nilai terendah 26 53 30 63 Rata-rata 43,83 71,3 44 80,32 Standar deviasi 10,09 9,02 10,28 6,73 37 38 Berdasarkan Tabel 10 dapat dibuat diagram batang perbandingan hasil belajar ranah kognitif pada kelompok kontrol (pendekatan konvensional) dan kelompok eksperimen (pendekatan keterampilan proses) sebagai berikut: Gambar 2. Perbandingan Nilai Mean Pretes dan Postes Kognitif Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen b. Hasil Belajar Ranah Afektif Data penelitian mengenai hasil belajar biologi siswa ranah afektif materi pokok Archaeobacteria dan Eubacteria dari kelompok kontrol pada siswa kelas X1 dengan sampel sebanyak 30 siswa dan kelompok eksperimen pada siswa kelas X-5 dengan sampel sebanyak 34 siswa, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan secara ringkas disajikan dalam Tabel 9 dan diagram batang pada Gambar 3. Tabel 11. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Afektif Hasil Statistik Kontrol Eksperimen Pretes Postes Pretes Postes Nilai Tertinggi 81 95 83 98 Nilai terendah 60 52 65 68 Rata-rata 72,2 81,2 73,56 84,03 Standar deviasi 5,25 9,72 5,09 7,12 39 Berdasarkan Tabel 11 dapat dibuat diagram batang perbandingan hasil belajar ranah afektif pada kelompok kontrol (pendekatan konvensional) dan kelompok eksperimen (pendekatan keterampilan proses) sebagai berikut: Gambar 3. Perbandingan Nilai Mean Pretes dan Postes Afektif Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen c. Hasil Belajar Ranah Psikomotor Data penelitian mengenai hasil belajar biologi siswa ranah psikomotor materi pokok Archaeobacteria dan Eubacteria dari kelompok kontrol pada siswa kelas X-1 dengan sampel sebanyak 30 siswa dan kelompok eksperimen pada siswa kelas X-5 dengan sampel sebanyak 34 siswa, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan secara ringkas disajikan dalam Tabel 10 dan diagram batang pada Gambar 3. Tabel 12. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Psikomotor Hasil Statistik Kontrol Eksperimen Pretes Postes Pretes Postes Nilai Tertinggi 40 57 40 85 Nilai terendah 20 30 20 60 Rata-rata 27,33 43,17 27,85 76,65 Standar deviasi 5,94 9,06 5,8 6,49 40 Berdasarkan Tabel 12 dapat dibuat diagram batang perbandingan hasil belajar ranah psikomotor pada kelompok kontrol (pendekatan konvensional) dan kelompok eksperimen (pendekatan keterampilan proses) sebagai berikut: Gambar 4. Perbandingan Nilai Mean Pretes dan Postes Psikomotor Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen B. Analisis Data 1. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data Pengujian prasyarat analisis kovarian meliputi uji normalitas sebaran dan uji homogenitas varians. a. Uji Normalitas Sebaran Uji normalitas sebaran bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya data dari masing-masing kelas kontrol dan kelas eksperimen yang berasal dari populasi. Hasil uji normalitas ranah kognitif, afektif dan psikomotor secara lengkap disajikan pada Lampiran 4 dan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 13. 41 Tabel 13. Hasil Uji Normalitas Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Hasil Belajar Kelompok kontrol Kelompok Keterangan eksperimen Kognitif Afektif Psikomotor p (Sig) α p (Sig) α Pretes 0,20 0,01 0,17 0,01 Normal Postes 0,03 0,01 0,20 0,01 Normal Pretes 0,15 0,01 0, 02 0,01 Normal Postes 0,20 0,01 0,20 0,01 Normal Pretes 0,20 0,01 0,20 0,01 Normal Postes 0, 20 0,01 0,08 0,01 Normal Tabel 13 menunjukkan bahwa harga statistik uji p > α sehingga dapat disimpulkan bahwa semua sampel pada penelitian ini terdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Varians Uji homogenitas varians dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Hasil uji homogenitas hasil belajar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara lengkap disajikan pada Lampiran 4 dan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor untuk Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen P (Sig) α Keterangan Kognitif 0,13 0,01 Homogen Afektif 0,06 0,01 Homogen Psikomotor 0,81 0,01 Homogen Hasil Belajar Tabel 14 menunjukkan bahwa harga p > α sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang homogen. C. Pengujian Hipotesis 1. Hasil Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis kovarian dengan pengendalian pada kondisi awal variabel kriterium yaitu suatu 42 pengendalian yang dikenakan pada skor-skor awal yang dimiliki variabel kriterium sebelum terpengaruh oleh perlakuan yang akan dilakukan pada subjek penelitian. Analisis kovarian adalah perpaduan antara analisis regresi dan analisis varian (anava). Dalam penelitian ini, skor postes sebagai variabel terikat (kriterium) yaitu variabel yang dipengaruhi, skor pretes sebagai variabel kendali (kovariabel) yaitu variabel kontrol, sedangkan pendekatan pembelajaran yang digunakan (pendekatan keterampilan proses dan konvensional) sebagai faktor yaitu variabel bebas yang ingin diketahui pengaruhnya. Asumsi yang digunakan dalam analisis kovarian adalah variabel luar yang dikendalikan berskala interval atau rasio, variabel kendali tidak dipengaruhi oleh variabel bebas, dan ada hubungan antara variabel kendali dengan variabel terikat. 1) Uji Hipotesis Hasil Belajar Ranah Kognitif Hasil analisis pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap ranah kognitif melalui uji analisis kovarian selengkapnya pada Lampiran 5 dan rangkuman hasil analisis tersebut disajikan dalam Tabel 15. Tabel 15. Rangkuman Hasil Analisis Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses terhadap Ranah Kognitif Sumber Fhitung p (Signifikansi) Pendekatan 50,68 0,00 Pretes 615,32 0,00 Tabel 16 menunjukkan bahwa hasil pengujian statistik hasil belajar ranah kognitif menggunakan analisis kovarian diperoleh Fhitung sebesar 50,68 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,00 sehingga p < α (0,00 < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan hipotesis nihil (Ho) ditolak sedangkan (H1) yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara pendekatan konvensional dan pendekatan keterampilan proses diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan keterampilan proses berpengaruh terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif siswa kelas X SMA MTA Surakarta. Nilai pretes berfungsi sebagai kovariat. Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai Fhitung untuk kovariat (pretes) sebesar 615,32 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,00 sehingga p < α (0,00 < 0,05). Nilai Fhitung kovariat yang signifikan 43 menunjukkan bahwa nilai pretes berpengaruh terhadap nilai postes yang berarti ada perubahan nilai dari pretes ke postes. Berdasarkan data hasil penelitian siswa mengalami peningkatan nilai kognitif dari pretes ke postes. Siswa yang mengalami peningkatan skor yang besar adalah siswa dalam kelompok eksperimen, sedangkan siswa yang mengalami peningkatan kecil adalah siswa dalam kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran memberikan pengaruh terhadap hasil belajar kognitif. Hasil perhitungan rata-rata hasil belajar ranah kognitif selengkapnya pada Lampiran 5 dan rangkuman hasil perhitungan tersebut disajikan dalam Tabel 16. Tabel 16. Estimated Marginal Means Hasil Belajar Ranah Kognitif Pendekatan Mean Std. Error Batas Bawah Batas Atas Keterampilan Proses 80,27 0,41 79,46 81,09 Konvensional 71,38 0,43 70,51 72,25 Tabel 16 menunjukkan bahwa rata-rata nilai kognitif untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses sebesar 80,27 dengan standar error sebesar 0,41, nilai batas bawah 79,46, dan nilai batas atas 81,09. Sedangkan rata-rata nilai kognitif untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan konvensional sebesar 71,38 dengan standar error 0,43, nilai batas atas 70,51, dan nilai batas atas 72,25. Rata-rata nilai kognitif yang menggunakan pendekatan keterampilan proses mengalami perbedaan sebesar 8,90 lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan konvensional. Berdasarkan tabel diatas penggunaan pendekatan keterampilan proses memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar kognitif dibandingkan dengan penggunaan pendekatan konvensional dalam pembelajaran. 2) Uji Hipotesis Hasil Belajar Ranah Afektif Hasil analisis pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap ranah afektif melalui uji analisis kovarian selengkapnya pada Lampiran 5 dan rangkuman hasil analisis tersebut disajikan dalam Tabel 17. 44 Tabel 17. Rangkuman Hasil Analisis Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses terhadap Ranah Afektif Sumber Fhitung P (Signifikansi) Pendekatan 14,73 0,00 Pretes 733,62 0,00 Tabel 17 menunjukkan bahwa hasil pengujian statistik hasil belajar ranah afektif menggunakan analisis kovarian diperoleh Fhitung sebesar 14,73 dan nilai signifikansi (p) sebesar adalah 0,00 sehingga p < α (0,00 < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan hipotesis nihil (Ho) ditolak sedangkan (H1) yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara pendekatan konvensional dan pendekatan keterampilan proses diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah afektif siswa kelas X SMA MTA Surakarta. Nilai Fhitung untuk kovariat (pretes) pada Tabel 17 sebesar 733,62 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,00 sehingga p < α (0,00 < 0,05). Nilai Fhitung kovariat yang signifikan menunjukkan bahwa nilai pretes berpengaruh terhadap nilai postes yang berarti ada perubahan nilai dari pretes ke postes. Berdasarkan data hasil penelitian siswa mengalami peningkatan nilai afektif dari pretes ke postes. Siswa yang mengalami peningkatan skor yang besar adalah siswa dalam kelompok eksperimen, sedangkan siswa yang mengalami peningkatan kecil adalah siswa dalam kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran memberikan pengaruh terhadap hasil belajar afektif. Hasil perhitungan rata-rata ranah kognitif selengkapnya pada Lampiran 5 dan rangkuman hasil perhitungan tersebut disajikan dalam Tabel 18. Tabel 18. Estimated Marginal Means Hasil Belajar Ranah Afektif Pendekatan Mean Std. Error Batas Bawah Batas Atas Keterampilan Proses 83,17 0, 41 82,36 83,98 Konvensional 82,48 0, 43 81,62 83,35 45 Tabel 18 menunjukkan bahwa rata-rata nilai afektif untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses sebesar 83,17 dengan standar error sebesar 0,41, nilai batas bawah 82,36, dan nilai batas atas 83,98. Sedangkan rata-rata nilai afektif untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan konvensional sebesar 82,48 dengan standar error 0,43, nilai batas atas 81,62, dan nilai batas atas 83,35. Rata-rata nilai afektif yang menggunakan pendekatan keterampilan proses mengalami perbedaan sebesar 0,69 lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan konvensional. Berdasarkan tabel diatas penggunaan pendekatan keterampilan proses memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar afektif dibandingkan dengan penggunaan pendekatan konvensional dalam pembelajaran. 3) Uji Hipotesis Hasil Belajar Ranah Psikomotor Hasil analisis pengaruh penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap ranah psikomotor melalui uji analisis kovarian selengkapnya pada Lampiran 5 dan rangkuman hasil analisis tersebut disajikan dalam Tabel 19. Tabel 19. Rangkuman Hasil Analisis Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Terhadap Ranah Psikomotor Sumber Fhitung P (Signifikansi) Pendekatan 177,19 0,00 Pretes 398,74 0,00 Tabel 19 menunjukkan bahwa hasil pengujian statistik hasil belajar ranah psikomotor menggunakan analisis kovarian diperoleh Fhitung sebesar 177,19 dan nilai signifikansi (p) sebesar 0,00 sehingga p < α (0,00 < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat diambil keputusan hipotesis nihil (Ho) ditolak sedangkan (H1) yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara pendekatan konvensional dan pendekatan keterampilan proses diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar ranah psikomotor siswa kelas X SMA MTA Surakarta. Nilai Fhitung untuk kovariat (pretes) pada Tabel 19 sebesar 398,740 dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,00 sehingga p < α (0,00 < 0,05). Nilai Fhitung kovariat yang signifikan menunjukkan bahwa nilai pretes berpengaruh terhadap 46 nilai postes yang berarti ada perubahan nilai dari postes ke pretes. Berdasarkan data hasil penelitian siswa mengalami peningkatan nilai psikomotor dari pretes ke postes. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran memberikan pengaruh terhadap hasil belajar psikomotor. Hasil perhitungan rata-rata ranah kognitif selengkapnya pada Lampiran 5 dan rangkuman hasil perhitungan tersebut disajikan dalam Tabel 20. Tabel 20. Estimated Marginal Means Hasil Belajar Ranah Psikomotor Pendekatan Mean Std. Error Batas Bawah Batas Atas Keterampilan Proses 76,35 0, 49 75,38 77,33 Konvensional 43,66 0,52 42,62 44,70 Tabel 20 menunjukkan bahwa rata-rata nilai psikomotor untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses sebesar 76,35 dengan standar error sebesar 0,488, nilai batas bawah 75,38, dan nilai batas atas 77,33. Sedangkan rata nilai psikomotor untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan konvensional sebesar 43,66 dengan standar error 0,52, nilai batas bawah 42,62, dan nilai batas atas 44,70. Rata-rata nilai psikomotor yang menggunakan pendekatan keterampilan proses mengalami perbedaan sebesar 32,69 lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan konvensional. Berdasarkan tabel diatas penggunaan pendekatan keterampilan proses memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar psikomotor dibandingkan dengan penggunaan pendekatan konvensional dalam pembelajaran. D. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses terhadap Hasil Belajar Kognitif Hasil pengujian hipotesis untuk ranah kognitif sebagaimana tercantum pada Tabel 15 menyatakan bahwa terdapat pengaruh pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar kognitif. Rata-rata nilai kognitif pada Tabel 16 menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan pendekatan konvensional dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan penerapan pendekatan 47 keterampilan proses memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami proses IPA melalui kegiatan pengamatan secara langsung objek yang dipelajari dan proses-proses biologi yang terjadi di alam sekitar. Siswa mampu menemukan dan membangun konsep yang ditanamkan guru melalui perngamatan atau percobaan dengan berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Siswa melakukan pengamatan secara langsung bentuk-bentuk bakteri dan melakukan percobaan cara menghambat pertumbuhan bakteri sehingga mendapatkan gambaran yang jelas dan kongkret tentang kebenaran pengetahuan yang telah didapat sebelumnya. Siswa akan lebih mudah memahami dan mengingat konsep-konsep yang telah didapat melalui kegiatan pengamatan langsung objek yang dikaji atau dengan melakukan percobaan percobaan sendiri. Sebagaimana pendapat Wenno (2008: 66) yang menyatakan bahwa secara psikologis siswa lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit jika disertai dengan contoh-contoh kongkret yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui kegiatan percobaan atau pengamatan secara langsung. Keterampilan proses yang digunakan dalam kegiatan percobaan antara lain keterampilan mengidentifikasi dan memdefinisikan variabel secara operasional, menyusun hipotesis, melaksanakan eksperimen membuat tabulasi data, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis hasil percobaan, dan mengkomunikasikan hasil percobaan mampu meningkatkan kreasi siswa yang berhubungan dengan proses belajar. Hasil penelitian Doni Dwi Cahyadi (2009: v) menunjukkan bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Jatinegara tahun pelajaran 2006/2007. Hal ini didukung penelitian Hilal Aktamiş dan Ömer Ergin (2008: 11) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan keterampilan poses dapat meningkatkan prestasi belajar siswa jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Sesuai dengan hasil penelitian Nina Kadaritna (2010: 16) yang menjelaskan bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa kelas XI-2 MAN 1 Bandarlampung. Sebagaimana salah satu tujuan dari penerapan 48 keterampilan proses menurut Anwar Kholil (2008) adalah memperjelas konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari siswa karena pada hakekatnya siswa sendiri yang mencari dan menemukan konsep tersebut. 2. Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses terhadap Hasil Belajar Afektif Hasil uji hipotesis untuk ranah afektif dapat dilihat pada Tabel 17 yang menunjukkan terdapat pengaruh pendekatan keterampilan terhadap hasil belajar afektif. Berdasarkan rata-rata nilai afektif pada tabel 18 menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan penggunaan pendekatan konvensional dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam pendekatan keterampilan proses, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama temannya, dan dari lingkungan sekitar, sehingga menciptakan interaksi aktif dengan guru, sesama, dan lingkungan sekitar. Interaksi ini menumbuhkan motivasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya dan menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang beum diketahui. Pola interaksi ini dapat membangun peningkatan hasil belajar afektif yang berkenaan dengan nilai-nilai moral, sikap positif , dan norma yang berlaku. Oemar Hamalik (2003: 149) mengemukan bahwa dalam penggunaan pendekatan keterampilan proses, siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa misalnya kreatif, kritis, teliti, dan kemampuan memecahkan masalah. Lebih lanjut, Dimyati dan Mudjiono (2006: 139) mengemukakan bahwa interaksi antara keterampilan proses dengan fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan akan mengembangkan sikap dan nilai ilmuwan pada diri siswa. Penelitian yang telah dilakukan Setyaningsih (2006: 69) menunjukkan bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar afektif. Sejalan dengan hasil penelitian Aruna PK dan Sumi VS (2010: 3) yang menyatakan bahwa pembelajaran melalui pendekatan keterampilan proses efektif untuk meningkatkan sikap ilmiah siswa. Awal dari kegiatan ilmiah ini adalah rasa ingin tahu tentang fenomena alam, kemudian menjadi permasalahan dan pertanyaan untuk dicari pemecahannya melalui 49 pengamatan dan percobaan, hingga diperoleh kesimpulan. Proses yang terdapat dalam pengamatan dan percobaan dikemas secara sistematis berupa keterampilanketerampilan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan kegiatan ilmiah yaitu keterampilan proses yang terdiri dari keterampilan mengamati, mengklasifikasikan, menafsirkan, meramalkan (prediksi), mengkomunikasikan, mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, merencanakan percobaan/penelitian, menggunakan alat/bahan/sumber, menerapkan konsep, melaksanakan percobaan/penelitian. Dari kegiatan pengamatan dan percobaan yang menggunakan keterampilan proses memungkinkan peningkatan sikap ilmiah siswa seperti sikap ingin tahu, kritis, objektif, ingin menemukan, menghargai orang lain, tekun, dan terbuka. Seperti yang diungkapkan Nuryani R (2005: 86) bahwa belajar dengan pendekatan keterampilan proses memungkinkan siswa mempelajari konsep yang menjadi tujuan belajar sains dan sekaligus mengembangkan sikap ilmiah dan kritis. Sebagaimana salah satu kelebihan pendekatan keterampilan proses menurut R.Bekti Kiswardianta (2009: 91) adalah membentuk siswa bersikap mandiri, cepat tanggap, bersikap saling belajar, gotong-royong, terbuka, percaya diri, mempunyai kebebasan untuk berinisiatif dan berkreatif, bersikap jujur, serta mendorong untuk bersikap kritis. 3. Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses terhadap Hasil Belajar Psikomotor Hasil uji hipotesis untuk ranah psikomotor sebagaimana tercantum pada Tabel 19 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar psikomotor. Berdasarkan rata-rata nilai psikomotor pada Tabel 20 menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar psikomotor memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan penggunaan pendekatan konvensional dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan, penerapan pendekatan keterampilan proses melibatkan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Siswa mempelajari bentuk-bentuk bakteri melalui pengamatan secara langsung dan melakukan percobaan tentang menghambat pertumbuhan bakteri. Kegiatan mengamati bentuk-bentuk bakteri, kemudian mengklasifikasikan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan hasil 50 pengamatan, mengajukan pertanyaan dan hipotesis dari percobaan tentang menghambat pertumbuhan bakteri, menggunakan alat/bahan/sumber, melaksanakan percobaan, kemudian menerapkan konsep dalam kehidupan seharihari tentang bagaimana mengawetkan makanan dapat menumbuhkan keterampilan dan kecakapan yang mencakup hasil belajar psikomotor. Seperti yang diungkapkan Dimyati dan Mudjiono (2006: 137-138) bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip yang dibutuhkan seperti keterampilan mengamati, mengklasifikasi, menginterpretasi, menggunakan alatalat laboratorium, mengkomunikasikan dan menyimpulkan hasil pengamatan. Hasil penelitian Damriani (2008: 12) menunjukkan bahwa pengaruh yang sangat dominan dalam penerapan pendekatan keterampilan proses melalui metode eksperimen mampu meningkatnya aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran terutama aktivitas motorik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan Emmawaty Sofya dan Tulus (2008: 5) yang menjelaskan bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar psikomotor. Sejalan juga dengan hasil penelitian Setyaningsih (2006: 69) yang menjelaskan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar psikomotor setelah dilakukan penerapan pendekatan keterampilan proses dalam proses pembelajaran. Secara umum, penggunaan pendekatan keterampilan proses menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Hal ini dikarenakan dengan penggunaan pendekatan keterampilan proses memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, dan sosial. Mulyasa (2009: 99) menyatakan bahwa pendekatan keterampilan proses menekankan pada proses belajar, aktivitas, kreativitas peserta didik termasuk keterlibatan fisik, mental, dan sosial peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut, Nuryani R (2005: 78) menyatakan bahwa keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan 51 kognitif atau intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, dan penyusunan alat. Sedangkan, keterampilan sosial dimaksudkan bahwa siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses. Hal senada juga diungkapkan Soli Abimanyu (2010: 5-8) bahwa pendekatan keterampilan proses menekankan pengembangan keterampilan memproseskan perolehan (ranah psikomotor), dari kegiatan memproseskan perolehan, siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman terhadap fakta, konsep, prinsip, dan teori yang dikaji (pengembangan ranah kognitif), dan seiring dengan itu, berkembang sikap dan nilai yang relevan dengan bahan ajar atau cara belajar (pengembangan ranah afektif). Penelitian yang telah dilakukan Haryono (2006: 11) menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses cukup efektif dalam pencapaian hasil belajar secara keseluruhan. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Fajar Triyana (2005: 100) yang menjelaskan bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses memberikan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan pendekatan konvensional. Hasil belajar yang diperoleh dengan penggunaan pendekatan keterampilan proses akan bertahan dalam waktu yang lama serta dapat membentuk sikap dan keterampilan. Hal ini didukung pendapat Çepni dalam Meltem Duran dan Özdemir Oguz (2010: 2) bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses membuat siswa aktif, meningkatkan tanggung jawab siswa dalam pembelajaran, membuat hasil belajar tahan lama, dan membekali siswa dengan cara dan metode penyelidikan. Penggunaan pendekatan keterampilan proses memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami proses IPA melalui kegiatan ekperimen. Semakin besar keterlibatan siswa, semakin besar baginya untuk mengalami proses belajar. 52 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif siswa kelas X SMA MTA Surakarta tahun ajaran 2010/2011. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah afektif siswa kelas X SMA MTA Surakarta tahun ajaran 2010/2011. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan pendekatan keterampilan proses terhadap hasil belajar biologi ranah psikomotor siswa kelas X SMA MTA Surakarta tahun ajaran 2010/2011. B. IMPLIKASI Berdasarkan hasil dan simpulan penelitian dapat dikaji implikasi teotis dan praktis sebagai berikut: 1. Implikasi Teoretis Hasil penelitian secara teoretis dapat digunakan sebagai bahan kajian dan referensi pada penelitian sejenis. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru dalam memberikan pembelajaran biologi dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar. 52 53 C. SARAN Berdasarkan simpulan dan dengan memperhatikan keterbatasan penelitian tersebut diatas, saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Kepada Guru a. Guru mata pelajaran biologi hendaknya menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran yang tepat, yang tidak hanya berorientasi pada pengetahuan (kognitif) tetapi juga berorientasi sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). b. Guru hendaknya dapat memberikan alternatif sumber belajar yang dapat mendukung proses belajar bagi siswanya. 2. Para Peneliti Penelitian ini sangat terbatas pada kemampuan peneliti, maka perlu kiranya diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang penerapan pendekatan keterampilan proses dalam ruang lingkup yang lebih luas sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa dapat diamati lebih teliti. 54 DAFTAR PUSTAKA Adrian Rustaman. 2009. Belajar dan Pembelajaran Biologi. Bandung: UPI Anas Sudijono. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Anwar Kholil. 2008. Tujuan Menggunakan Keterampilan Proses. (Online) http://anwarholil.blgospot. Diakses 1 Januari 2011. Aruna PK & Sumi VS. 2010. Process Approach: Effect on Attitude towards Science and Process Skills in Science. Ejournal of All India Association for Educational Research. Vol.22, No.1. Budiyono. 2004. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Damriani. 2008. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika melalui Pendekatan Keterampilan Proses Materi Listrik-Magnet (PTK pada Kelas XII IPA-5 SMAN 3 Bandar Lampung. Jurnal Nuansa Pendidikan. Vol.VI, No.1. D.A Pratiwi, Sri Maryani, Srikini, Suharno, Bambang S. 2007. Buku Biologi Untuk Kelas X SMA. Jakarta: Penerbit Erlangga. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Doni Dwi Cahyadi. 2009. Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses Melalui Metode Eksperimen dan Demontrasi terhadap Hasil Belajar Biologi Kelas VIII SMPN 1 Jatinegara Tahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi). Surakarta: UNS. Tidak Dipublikasikan. A. Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Pakar Raya. Emmawaty Sofya dan Tulus. 2008. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Sistem Koloid dengan Pendekatan Keterampilan Proses. (Skripsi). Lampung: UNILA. Tidak Dipublikasikan. Epon Ningrum. 2009. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Makalah disampaikan pada kegiatan Pelatihan dan Workshop Model-model Pembelajaran dalam Persiapan RSBI di kabupaten Kerawang tanggal 23 September 2009. 55 Fajar Triyana. 2005. Implementasi Pendekatan Ketrampilan Proses melalui Pemanfaatan LKS untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa pada Pokok Bahasan Karakteristik dan Jenis Transaksi Perusahaan Dagang Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI di SMA Muhammadiyah 1 Semarang. (Skripsi). Semarang: UNNES. Tidak Dipublikasikan. Hamzah B. Uno, Hermianto Sofyan, I Made Candiasa. 2001. Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian. Jakarta: Delima Press. Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol.7, No.1, 1-13 Hilal Aktamis & Omer Ergin. 2008. The Effect of Scientific Process Skills Education on Students Scientific Creativity, Science Attitudes, and Academic Achievements. Asia Pacific Forum on Science Teaching and Learning. Volume 9, Issue 4, Article 1, p.1 (Jun 2008) Ketut Juliantara. 2009. Pendekatan Pembelajaran Konvensional. Online. http://edukasi.kompasiana.com. Diakses 5 juli 2010. Lorin W. Anderson and David R. Krathwohl. 2001. A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing. New York: David Mckay Company. Mardalis. 2007. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Martinis Yamin. 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press. Mary L. Ango. 2002. Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of cience Education in the Nigerian Context. International Journal of Educology. Vol 16, No. 1 Meltem Duran & Oğuz Özdemir. 2010. The Effects of Scientific Process Skills– Based Science Teaching on Students’ Attitudes Towards Science. USChina Education Review. USA. Volume 7, No.3 (Serial No.64). Mimin Haryati. 2007. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press. Mulyani Sumantri dan Johar Pemana. Bandung: CV. Maulana 2001. Strategi Belajar Mengajar. Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 56 Nina Kadaritna. 2010. Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Reaksi di Tingkat Kelas Ilmu XI.2 MAN 1 Bandar Lampung Tahun Akademik 2009/2010. (Skripsi). Lampung: UNILA. Tidak Dipublikasikan. Nuryani R. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Oemar Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. R.Bekti Kiswardianta. 2009. Implementasi Pendekatan Ketrampilan Proses dengan Metode Inkuiri melalui Kolaborasi Guru dan Dosen (Team Teaching) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa. (Tesis). Surakarta: UNS. Tidak Dipublikasikan. Setyaningsih. 2006. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Mencapai Ketuntasan Belajar pada Pokok Materi Sistem Koloid bagi Siswa Kelas XI Semester II SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006. (Skripsi). Semarang: UNNES. Tidak Dipublikasikan. Soli Abimanyu. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Tabrani Rusyan. 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tulus Winarsunu. 2006. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Wenno I.H. 2008. Strategi Belajar Mengajar Sains Berbasis Kontekstual. Yogyakarta: Inti Media. Winkel, W.S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.