2.3.1 Customer Equity

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Pemasaran
Philip Kotler dan Gary Armstrong (2012:29) menyatakan bahwa pemasaran
(marketing) merupakan suatu proses bekerja dengan pasar sasaran untuk mewujudkan
pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan kebutuhan dan keinginan
manusia, membangun hubungan yang menguntungkan serta memahami kebutuhankebutuhan costumer, memulai membangun produk yang menyediakan nilai secara
unggul, menetapkan harga, mendistribusikan, serta mempromosikannya secara efektif,
sehingga produk akan terjual lebih mudah.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan
suatu proses, aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dengan tujuan membangun
hubungan yang baik dan menguntungkan dengan konsumen. Dimulai dari
perencanaan, penciptaan produk atau jasa, penetapan harga, promosi kepada pihak
terkait dengan tujuan memuaskan individu atau organisasi, dan pengevaluasian hasil
dari produk dan juga promosi yang dilakukan oleh perusahaan kepada konsumen.
2.1.1
Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Menurut Kotler & Armstrong (2006: 62) bauran pemasaran adalah kumpulan
alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk menghasilkan hasil
yang diinginkan di pasar sasaran. Bauran pemasaran dikelompokan menjadi empat
variabel yang dikenal dengan “empat P” yaitu: product (produk), price(harga), place
(tempat), promotion (promosi).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bauran pemasaran
merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperluas
pasarnya yang bertujuam untuk memperoleh keuntungan.Strategi bauran pemasaran
yang diambil oleh perusahaan harus di dasarkan pada beberapa hal yang berkaitan
dengan perusahaan yang tujuannya untuk menghasilkan suatu keputusan yang
bersinambungan pada perusahaan.Jadi strategi bauran pemasaran 4P (Product, Price,
Place, Promotion)yang diterapkan oleh setiap perusahaan pun pasti berbeda antara
satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
15
16
Price
Product
Ragam
Daftar Harga
Kualitas
Diskon
Desain
Potongan Harga
Fitur
Periode Pembayaran
Persyaratan Kredit
Nama Merek
Bauran
Kemasan
Pemasaran
Layanan
(4 p)
Promotion
Place
Saluran
Iklan
Cakupan
Penjualan Pribadi
Pemilahan
Promosi Penjualan
Hubungan Masyarakat
Lokasi
Gambar 2.1 Bauran Pemasaran (4P)
Persediaan
Sumber: Kotler & Armstrong (2006:p)
Transportasi
Komponen Bauran Pemasaran 4P (Marketing Mix)
Logistik
1. Product (produk)
Menurut Kotler & Keller (2009: 4), produk adalah sesuatu yang
dapatditawarkan kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau
kebutuhan, termasuk barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang, tempat,
properti, organisasi, informasi, dan ide.
2. Price (harga)
Menurut Kotler & Keller (2009: 67), harga merupakan elemen
bauranpemasaran yang menghasilkan pendapatan, harga merupakan elemen
termudah dalam program pemasaran untuk disesuaikan, fitur produk, saluran,
dan bahkan komunikasi membutuhkan banyak waktu.
3. Place (tempat)
Menurut Kotler & Keller (2009: 184), tempat adalah lokasi yang digunakan
untuk proses penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen.
17
Variabel tempat mencakup lokasi yang strategis, akses ke lokasi yang mudah
dijangkau, penempatan layout produk yang rapi dan teratur, keluasan areal dan
kenyamanan suasana belanja, dan keluasan areal dan keamanan parkir
kendaraan.
4. Promotion (promosi)
Menurut Kotler & Keller (2009: 263), promosi adalah proses penyebaran
informasi yang bertujuan mempengaruhi atau membujuk konsumen atas suatu
produk yang ditawarkan agar konsumen bersedia menerima dan membeli suatu
produk yang ditawarkan tersebut. Variabel promosi mencakup periode jangka
waktu promosi yang lebih diperpanjang, media promosi yang disampaikan
melalui brosur dan spanduk, dan bentuk promosi yang ditawarkan melalui
kupon undian, dan hadiah langsung untuk total belanja tertentu.
Adapun alat-alat yang dapat dipergunakan untuk mempromosikan produknya
pengusaha dapat memilih beberapa cara yaitu :
a)
Periklanan (Advertising)
Advertising merupakan alat utama bagi pengusaha untuk mempengaruhi
konsumennya. Advertising ini dapat dilakukan oleh pengusaha lewat surat
kabar, radio, majalah, bioskop, televisi ataupun dalam bentuk poster-poster
yang dipasang dipinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis. Dengan
membaca atau melihat advertensi itu diharapkan para konsumen atau calon
konsumen akan terpengaruh lalu tertarik untuk membeli produk yang di
advertensikan tersebut. Oleh karena itu maka advertensi ini haruslah dibuat
sedemikian rupa sehingga menarik perhatian para pembacanya.
b)
Promosi penjualan (Sales Promotion)
Promosi penjualan adalah merupakan kegiatan perusahaan untukmenjajakan
produk yang dipasarkannya sedemikian rupa sehingga konsumen akan mudah
untuk melihatnya dan bahkan dengan cara penempatan dan pengaturan tertentu
maka produk tersebut akan menarik perhatian konsumen.
c)
Penjualan Pribadi (Personal Selling)
Personal
selling
merupakan
kegiatan
perusahaan
untuk
melakukan
kontaklangsung dengan para calon konsumennya. Dengan kontak langsung ini
18
diharapkan akan terjadi hubungan atau interaksi yang positif antara pengusaha
dengan calon konsumennya itu. Kontak langsung itu akan dapatmempengaruhi
secara lebih intensif pada konsumennya karena dalam hal ini pengusaha dapat
mengetahui keinginan dan selera konsumennya.
d)
Publisitas (Publication)
Publisitas merupakan cara yang biasa digunakan juga oleh pengusahauntuk
membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada konsumen agar mereka
menjadi tahu dan menyenangi produk yang dipasarkannya. Cara ini dilakukan
dengan cara memuat berita tentang produk atau perusahaan yang
menghasilkan produk tersebut di mass media, misalnya saja berita di surat
kabar, berita di radio atau televisi maupun majalah tertentu dan sebagainya.
Dengan memuat berita itu maka para pembaca secara tidak sadar telah
dipengaruhi oleh berita tersebut.
2.1.2Customer Relationship Management
2.1.2.1Definisi Customer Relationship Management
Kotler dan Keller yang diterjemahkan oleh Benyamin Molan (2009:189)
mendefinisikan
Customer
Relationship
Managementsebagai
proses
pengelolaan informasi rinci mengenai titik sentuhan (touch point) individual
pelanggan untuk memaksimalkan loyalitas pelanggan. Untuk sebuah hotel,
titik sentuh itu dapat mencakup reservasi, check-in, check-out, frekuensi
menginap, layanan kamar, layanan bisnis, fasilitas olahraga, layanan cucian,
restoran, maupun bar.
Menurut Lovelock dan Writz (2011:386), Customer Relationship
Management menandakan seluruh proses mengenai hubungan apa yang
terjalin dan apa yang terpelihara dengan pelanggan yang harus dilihat sebagai
pembuka jalan untuk membangun loyalitas pelanggan.
Sedangkan Kumar dan Werner J.Reinartz (2011:17) mendefinisikan
Customer Relationship Managementsebagai praktek menganalisis dan
memanfaatkan database pemasaran serta memanfaatkan teknologi komunikasi
untuk menentukan praktek-praktek perusahaan dan metode yang akan
19
memaksimalkan nilai seumur hidup masing-masing pelanggan kepada
perusahaan.
Baran, Galka, dan Strunk (2009:4) menyebutkan untuk tetap menganggap
Customer Relationship Management sebagai sebuah teknik baru yang
mencakup semuanya, maka dari itu tidak mengherankan ada beberapa definisi
yang muncul mengenai Customer Relationship Management, karena Customer
Relationship Management merupakan praktek bisnis yang sulit untuk
didefinisikan. Hal itu disebabkan karena Customer Relationship Management:
1. Dapat diaplikasikan pada tingkat pelanggan-pelanggan yang berbeda,
contohnya distributor, dealer, mitra, dan konsumen.
2. Beberapa
komponen
Managementakan
bergeser
kunci
ketika
dariCustomer
Relationship
mempertimbangkan
beberapa
hubungan Business to Business (B2B) versus Business to Customer
(B2C), misalnya tenaga penjualan dan otomatisasi lebih berlaku untuk
pendahulu daripada pemula.
3. Komposisi sistem Customer Relationship Managementakan berbeda
dalam perusahaan besar versus perusahaan kecil, bahkan meskipun
tujuan mereka akan sama.
Customer Relationship Management mempunyai kemungkinan untuk
berbalik menjadi bumerang bagi perusahaan apabila tidak dikelola dengan
baik.Tidak menutup kemungkinan adanya pelanggan yang merasa tidak
diperlakukan secara adil, sehingga malah memicu konflik antar pelanggan
dengan
perusahaan.
Banyak
perusahaan
yang
gagal
dalam
mengimplementasikan Customer Relationship Managementkarena terlalu
fokus pada penerapan teknologi dalam Customer Relationship Management,
sebagai contoh Gartner Groupyang memiliki tingkat kegagalan 55% konsultan
McKinsey merekomendasikan untuk mengambil langkah mundur dan
mempelajari tentang bagaimana membangun loyalitas pelanggan. Begitu juga
halnya dengan Adrian Payne dan Pennie Frow dalam Journal of Marketing
(2005:Vol69). Lebih memilih untuk memandang Customer Relationship
Management
dari segi
strategi
yang berfokus
pada pengembangan
20
menguntungkan dan pengelolaan hubungan dengan pelanggan daripada
memandang Customer Relationship Management dari segi teknologi.
Dari kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Customer
Relationship Managementmerupakan salah satu kegiatan dalam bisnis untuk
mendapatkan loyalitas pelanggan yang menguntungkan hubungan yang
kompleks.Maka dari itu, bermunculan beberapa definisi tentang Customer
Relationship Managementmeningkat hubungan dengan pelanggan cenderung
kompleks untuk benar-benar dipahami secara keseluruhan dengan mudah.
2.1.2.2Penyebab Umum Kegagalan Customer Relationship Management
Penting bagi perusahaan yang sedang atau akan mengimplementasikan
Customer Relationship Management untuk mengevaluasi dan belajar dari
penyebab-penyebab gagalnya Customer Relationship Management yang
umum terjadi pada perusahaan lain. Kembali dalam ulasan Christoper
Lovelock dan Jochen Wirtz (2011:363) disebutkan penyebab-penyebab umum
kegagalan Customer Relationship Management tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Melihat Customer Relationship Managementsebagai inisiatif teknologi
sering terjadi pergeseran fokus ke arah teknologi dan fitur-fiturnya,
karena bagian teknologi informasi lebih mengambil alih dalam
perancangan strategiCustomer Relationship Management yang sering
menyebabkan lemahnya arah strategi dan pemahaman pelanggan dan
pasar pada saat pengimplementasian.
2. Kurangnya
fokus
pada
pelanggan,
banyak
perusahaan
menerapkanCustomer Relationship Managementtanpa tujuan khusus
menyampaikan layanan yang konsisten bagi pelanggan-pelanggan
yang bernilai bagi perusahaan dari semua pelanggan yang ada.
3. Kurangnya apresiasi bagi nilai hidup pelanggan (customer lifetime
value) banyak program pemasaran perusahaan tidak cukup terstruktur
dalam perbedaan probabilitas tiap pelangganya. Selanjutnya, biaya
pelayanan untuk segmen-segmen pelanggan yang berbeda sering kali
tidak dipahami dengan baik.
21
4. Kurangnya dukungan dari manajemen puncak, tanpa kepemilikan dan
keterlibatan yang aktif dari manajemen puncak, tujuan dari
strategiCustomer Relationship Managementtidak akan bertahan utuh
dalam pengimplementasinya.
5. Meremehkan tantangan dalam pengintregasikan data, perusahaan
sering gagal dalam mengintergasikan data pelanggan yang tersebar
pada seluruh organisasi tersebut. Kunci untuk membuka potensi penuh
dariCustomer
Relationship
Managementadalah
menyediakan
pengetahuan tentang pelanggan secara real time (keadaan yang sedang
berjalan pada saat itu) kepada semua karyawan yang membutuhkanya.
2.1.2.3KomponenCustomer Relationship Management (CRM)
Kincaid (2003:116), membagi CRM kedalam tiga komponen utama, yaitu:
1. Manusia(People)
Manusia adalah faktor utama nomor satu, karena CRM sebenarnya adalah
bagaimana mengelola hubungan atau relasi antara manusia, sehingga
diperlukan sentuhan pribadi dan manusiawi.Dalam hal ini adalah
karyawan
yang
memiliki
peranan
yang
sangat
penting
dalam
keberlangsungan pelaksanaan CRM, karena merekalah yang melakukan
CRM sebagai suatu aktifitas atau keinginan perusahaan.Dengan adanya
penerapan CRM telah terjadi suatu perubahan paradigma pemasaran, bila
sebelumnya produksi menjadi fokus utama maka dalam penerapan CRM,
pelangganlah yang menjadi fokus utama.
2. Proses (Process)
Impelementasi CRM akan merubah proses usaha yang telah ada
sebelumnya. Baik proses usaha yang melibatkan pelanggan secara
langsung maupun yang tidak. Pada CRM seluruh fungsi usaha yang ada
harus berfokus kepada pelanggan. Proses-proses CRM:
a.
Identifikasi
Identifikasi pelanggan dan prospek berdasarkan data yang ada,
siapa pelanggan yang menguntungkan, dia tinggal dimana dan
mengapa dia menguntungkan.Kebanyakan perusahaan hanya
22
peduli seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari pelangganya
tanpa tahu siapa pelangganya yang telah memberikan keuntungan.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang pelanggan seperti:
i.
Firmagrafik: yaitu informasi tentang pelanggan atau
perusahaan yang melakukan bisnis dengan kita, seperti:
alamat, bidang bisnis, kode pos dan sebagainya.
ii.
Demografi dan psikografi: yaitu info yang menyangkut
contact person (pelanggan).
iii.
Infografi: bagaimana contact person menginginkan cara
interaksi dalam mendapatkan informasi mengenai dirinya.
b. Diferensiasi
Segmentasikan pelanggan berdasarkan tingkah laku, demografi,
ekspetasi pelanggan secara sederhana dibagi menjadi tiga
kelompok:
i.
Most Valuable Customer (MVC): adalah pelanggan yang
saat ini memberikan profit besar bagi perusahaan.
ii.
Most Growable Customer(MGC): adalah pelanggan yang
menjadi sangat bahagia bila kita mampu menjalani lebih
banyak lagi bisnis dengan mereka.
iii.
Below Zero Customer (BZW): adalah pelanggan yang
membuat rugi karena biaya untuk melayani lebih besar dari
pemasukan.
c. Interaksi
Membuat rencana terbaik untuk berinteraksi dengan pelanggan,
kemudian membuat program kesetiaan pelanggan, cross selling,
dan sebagainya. Semakin lama interaksi terjadi, semakin tahu satu
sama lain, semakin enggan pelanggan pindah kepesaing karena
pelanggan akan merasa berat untuk memulai hubungan baru
dengan pesaing. Interaksi dapat dilakukan dengan e-mail, telepon
dan fax, surat, serta tatap muka.
23
d. Personalisasi
Produk maupun program loyalitas yang disesuaikan dengan
keinginan pelanggan secara terus-menerus menggunakan semua
informasi yang telah didapat sebelumnya untuk membuat barang
dan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan.
3. Teknologi (Technology)
Teknologi memiliki peranan dalam CRM.Pertama, adalah membangun
database pelanggan melalui sistem operasi hingga interaksi. Kedua,
menganalisa siapa pelanggan paling bagus, dia beli apa, berapa sering.
Ketiga, melaksanakan aktifitas penjualan, marketing dan customer service
dengan menyatukan saluran komunikasi berbeda (oprational CRM).Salah
satunya adalah dengan digital marketing.Digital Marketing adalah
penggunaan internet dan penggunaan teknologi interaktif lain untuk
membuat dan menghubungkan dialog antara perusahaan dan konsumen
yang telah teridentifikasi. Pengguna teknologi yang digunakan yaitu:
a. Website perusahaan
Website merupakan komponen besar yang sebaiknya dimiliki oleh
setiap perusahaan, karena selain berfungsi sebagai tempat rujukan
informasi yang resmi mengenai sebuah perusahaan, juga bisa
digunakan untuk membangun brand.
b. E-Mail Direct Marketing
Database e-mail pelanggan sangat penting untuk dimiliki karena
memiliki peran yang sangat strategis dalam menjaga loyalitas
pelanggan.Database ini bisa digunakan untuk mengirimkan
infomasi mengenai produk terbaru, penawaran khusus, atau bahkan
untuk menyebar invitation bagi mereka untuk berpartisipasi dalam
riset pengembangan produk.
c. Social Media
Social Media adalah media yang sangat efektif untuk membangun
interaksi
yang
baik
dengan
konsumen
dan
membantu
mempertahankan loyalitas pelanggan. Dengan interaksi yang baik
ini perusahaan akan memperoleh feedback dari konsumen untuk
24
membangun produk dari twitter, facebook, youtube, linkedIn,
Google+ hingga yang baru-baru ini menjadi popular Pinterest.
d. Advertising Online
Mengiklankan produk secara online juga sangat baik untuk
membangun awareness dari calon konsumen kita yang perlu
diperhatikan adalah media periklanan seperti apa yang akan dipilih
dan budget yang akan dikeluarkan harus dianggarkan terlebih
dahulu jangan sampai perusahaan tidak memperoleh ROI (Return
On Investment). Bentuk iklan di media digital sangat beragam,
mulai dari banner, hingga search engine marketing.
2.1.2.4 Manfaat Customer Relationship Management
Menurut Tunggal (2008:10) menyatakan manfaat CRM (Customer Relationship
Management) adalah sebagai berikut:
1. Mendorong Loyalitas Pelanggan
Aplikasi CRM memungkinkan perusahaan untuk mendayagunakan informasi dari
semua titik kontak dengan pelanggan, baik via web, call center, ataupun lewat staf
pemasaran dan pelayanan di lapangan.Konsistensi dan aksessibilitas informasi ini
memungkinkan penjualan dan pelayanan yang lebih baik dengan berbagai
informasi penting mengenai pelanggan itu.
2. Mengurangi Biaya
Dengan kemampuan swalayan dalam penjualan dan pelayanan pelanggan, ada
biaya yang bisa dikurangi.Misalkan dengan memanfaatkan teknologi web.Aplikasi
CRM juga memungkinkan penjualan atau pelayanan dengan biaya lebih murah
dalam sebuah skema program pemasaran yang spesifik dan terfokus.Tertuju ke
pelanggan yang tepat dan waktunya yang tepat pula.
3. Meningkatkan Efisisensi Operasional
Otomasi penjualan dan proses layanan dapat mengurangi resiko turunnya kualitas
pelayanan dan mengurangi beban cash flow. Pengguna teknologi web dan call
center misalnya, akan mengurangi hambatan birokrasi dan biaya serta proses
adminitrasi yang mungkin timbul.
4. Peningkatan Time to Market
25
Aplikasi CRM memungkinkan kita membawa produk ke pasar dengan lebih cepat
dengan informasi pelanggan yang lebih baik, adanya data trend pembeli oleh
pelanggan,sampai integrasi dengan aplikasi ERP untuk keperluan perencanaan
yang lebih baik.Dengan kemampuan penjualan di web, maka hambatan
waktu,geografis, sampai ketersediaan sumber data dapat dikesampingkan untuk
mempercepat penjualan produk tersebut.
5. Peningkatan Pendapatan
Aplikasi CRM menyediakan informasi untuk meningkatkan pendapatan dan
keuntungan perusahaan.Dengan aplikasi CRM, perusahaan dapat melakukan
penjualan dan pelayanan melalui website, sehingga peluang dari penjualan secara
global tanpa perlu menyediakan upaya khusus untuk mendukung penjualan dan
pelayanan tersebut.
2.1.2.5 Dimensi dalam Customer Relationship Management
1. People
People atau dalam hal ini adalah Sumber Daya Manusia (SDM) adalah salah satu
faktor penting dalam pengertian marketing mix ini. Di sini orang atau SDM meliputi:
Karyawan atau pekerja, Manajemen, Budaya atau kultur, Layanan pelanggan atau
Customer service.Dengan memiliki SDM yang sangat unggul, maka tentu akan sangat
menunjang dalam pekerjaan dan dapat memberikan hasil yang maksimal terutama
bagi konsumen. Kesan pertama yang didapatkan oleh seorang konsumen terhadap
SDM sebuah produk ataupun jasa akan sangat berarti. Kesan pertama yang baik akan
membuat konsumen kembali membeli produk kita. Sebaliknya kesan yang buruk akan
membuat pelanggan yang pertama kali datang tidak akan kembali untuk kedua
kalinya.
2. Process
Dalam sebuah industri, terutama industri yang bergerak dibidang jasa atau pelayanan,
maka proses adalah faktor yang lebih dominan. Dalam pengertian Marketing Mix,
proses ini meliputi hal tentang bagaimana melayani pelanggan dengan sempurna
tanpa membedakan gender.
26
Melayani dengan baik tidaklah cukup, proses melayani terkait dengan Marketing Mix
harus dilakukan dengan sempurna.Jangan melewatkan sedikitpun celah untuk
kesalahan, walaupun manusia adalah tempatnya kesalahan. Di sini sebuah peroses
akan dimulai dari saat pelanggan melakukan kontak pertama dengan produk atau jasa
kita, hingga semua hal selesai dilakukan dan konsumen merasa puas.
3. Technology
Adalah menggunakan kemajuan teknologi dan riset untuk memperoleh suatu produk
yang akan menjadi kebutuhan pasar, contoh:
Saat ini dalam membaca sebuah email, seseorang tidak harus login ke halaman
webemail miliknya untuk masuk ke dalam inbox dan membaca sebuah email disana.
Namun dengan adanya teknologi yang diterapkan dalam smartphone, PDA, dan
perangkat lunak komputer, email tersebut langsung dapat ditampilkan dengan tidak
harus repot-repot login pada halaman webmail.
2.2.1 Brand Equity
2.2.1.1 Definisi Merek
Merek adalah nama yang membedakan antara satu produk atau jasa
perusahaan dengan produk atau jasa perusahaan lainnya. Keberadaan merek dewasa
ini amat vital. Orang membeli sebuah produk umumnya pada merek yang sudah ia
kenal sebelumnya. Merek yang masih baru tidak akan dilirik banyak pengguna,
kecuali
merek
tersebut
menawarkan
diferensiasi
yang
sangat
kuat
(Chandra.2008,p:128).
Pada prinsipnya,tujuan penggunaan merek untuk mengedintifikasi produk atau
jasa sebagai hak milik atau kepunyaan organisasi tertentu dan untuk memfasilitaskan
diferensiasi suatu produk dari produk-produknya.
Bagi customer, mengutip dari Kapferer, Fandy Tjiptono menjabarkan
mengenai delapan fungsi dan manfaat pokok merek:
a. Fungsi identifikasi,yakni dapat dikenali,dilihat dan diidentifikasi dengan jelas
dan cepat.
27
b. Fungsi praktikalitas, yaitu memungkinkan menghemat waktu dan energi
melalui pembelian ulang yang identik dan loyalitas.
c. Fungsi jaminan atau garansi, yakni menjamin diperolehnya kualitas yang sama
dimanapun dan kapanpun cutomer membeli produk atau jasa yang
bersangkutan.
d. Fungsi optimalisasi, yaitu memastikan bahwa customer membeli produk
terbaik dalam kategorinya atau produk yang memiliki kinerja terbaik dalam
tujuan pembelian tertentu.
e. Fungsi karakterisasi, yaitu konfirmasi atas citra diri (self-image) customer atau
citra yang ditampilkan pembeli atau customer kepada pihak lain.
f. Fungsi kontinuitas, yakni adanya kepuasan yang didapatkan dari familiaritas
dan intimasi dengan merek yang sudah sejak lama dikonsumsi customer.
g. Fungsi hedonistik, yakni kepuasan yang berkaitan dengan daya tarik merek,
logo maupun komunikasi.
h. Fungsi etis, yaitu kepuasan berkenaan dengan perilaku merek yang
bertanggung jawab dalam jalinan relasi dengan masyarakat (misalnya
ekologi,penyediaan lapangan kerja,dan iklan
yang harmonis dengan
lingkungan sekitar dan norma sosial).
Berbeda dengan sebagian besar penawaran produk fisik yang menggunakan
merek dalam berbagai bentuk, penawaran jasa cenderung lebih terbatas dalam hal
penggunaan merek sebagai basis utama diferensiasi produk yang paling banyak
dijumpai adalah proses pemberian merek (branding) yang lebih berfokus pada citra
korporasi penyediaan jasa (Tjiptono. 2007,p:97).
Menurut Durianto, Sugiarto dan Sitinjak (2004, p.1) merek merupakan nama,
istilah, tanda, simbol desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasi suatu
produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.
Menurut Kotler (2000,p.227), mereksebagai sebuah nama, istilah, simbol,
desain, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari salah satu
penjualan dan mendiferensiasikan barang atau jasa dari salah satu atau penjual untuk
mendiferensiasikan mereka dari barang pesaing.
Menurut Rangkuti (2002, p.1), merek adalah nama,tanda, istilah, simbol, atau
rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah
28
untuk
mengidentifikasi
produk/jasa
yang
dihasilkan,
sehinggaberbeda
dari
produk/jasa yang dihasilkan oleh pesaing.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
merek merupakan
identitas dari suatu produk/jasa yang tidak dapat terpisahkan dan menjadi pembeda
dengan produk/jasa dari pesaing.
2.2.1.2 Peranan dan Kegunaan Merek
Durianto, et al (2004a, p1-2), merek memegang peranan sangat penting, salah
satunya adalah menjembatani harapan konsumen pada saat kita menjanjikan suatu
kepada konsumen.Dengan demikian dapat diketahui adanya ikatan emosional yang
tercipta antara konsumen dengan perusahaan penghasil produk melalui merek.
Pesaing bisa saja menawarkan produk yang mirip, tapi mereka tidak mungkin
menawarkan janji emosional yang sama.
Merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor seperti:
1. Emosi konsumen terkadang turun naik. Mereka mampu membuat janji emosi
menjadi konsisten dan stabil.
2. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin
kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin
banyak asosiasi merek (brand association) yang terbentuk memiliki kualitas
dan kuantitas yang kuat, potensi ini akan meningkatkan citra merek (brand
images).
3. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat bahwa
suatu merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan budaya.
4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku konsumen. Merek yang
kuat akan sanggup merubah perilaku konsumen.
5. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan pembelian oleh
konsumen.
6. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan.
2.2.1.3 Pengertian Brand Equity
Menurut Knapp (2002,p.3) Brand Equity adalah totalitas dari persepsi merek
mencakup kualitas relatif dari produk dan jasa, kinerja keuangan, loyalitas pelanggan,
kepuasan, dan keseluruhan penghargaan terhadap merek. Ini semua tentang
29
bagaimana para konsumen, pelanggan,karyawan, dan semua stokeholder merasakan
tentang merek.
Menurut Yoo et al., 2000 : Rust dkk. 2001 dari definisi ini Brand Equity dapat
dikatakan sebagai nilai incrementality karena nama merek meskipun definisi klasik
dari merek pemerataan mengacu pada nilai tambah dari merek kaya olah namanya,
tulisan-tulisan baru tentang Brand Equity telah mengembangkan definisi yang luas
untuk memasukan set atribut yang mengarahkan puluhan pelanggan.
Berdasarkan uraian diatas maka disimpulkan bahwa Brand Equity
merupakan bagian terpenting dari sebuah merek agar merek tersebut mampu
menghasilkan presepsi yang baik bagi perusahaan maupun konsumen dan Brand
Equity mampu menambah serta mengurangi nilai terhadap suatu produk/jasa.
2.2.1.4 Unsur Pembentuk Brand Equity
Menurut Tsu-Yii (2020), elemen pembentuk dari Brand Equity terdiri dari 3
hal:

Brand Loyalty/Loyalitas Merek
Mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan suatu merek
produk.

Brand Images
Merupakan anggapan/persepsi konsumen tentang merek berdasarkan
pengalaman konsumen atau keyakinan konsumen terhadap suatu
merek.

Perceived Quality
Merupakan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau
keunggulan suatu produk/jasa yang berkenan dengan maksud yang di
harapkan.
2.2.1.5 Peranan Brand Equity
Menurut Durianto, Sugiarto, dan Sitinjak (2001,.p.6) Brand Equity
mempunyai peranan kepada konsumen dan perusahaan.
Peran Brand Equity bagi konsumen diantaranya adalah:
30

Aset (nama,simbol) yang dikandungnya dapat membantu pelanggan
dalam menafsirkan,memproses, dan menyimpan informasi yang terkait
dengan produk dan merek tersebut.

Brand Equity dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu
dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai
karakteristik merek.

Dalam kenyataanya,presepsi kualitas dan asosiasi merek dapat
mempertinggi kepuasan konsumen.
Peran Brand Equity bagi perusahaan diantaranya:

Brand Equity yang kuat dapat mempertinggi keberhasilan program
dalam memikat konsumen baru atau merangkul kembali konsumen
lama.

Brand Equity yang kuat dapat digunakan sebagai dasar untuk
pertumbuhan dan perluasan merek kepada produk lainya atau
menciptakan bidang bisnis baru yang terkait.

Brand Equity yang kuat dapat meningkatkan penjualan karena mampu
menciptakan loyalitas saluran distribusi.

Aset-aset Brand Equity dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi
perusahaan dengan memanfaatkan celah-celah yang tidak dimiliki
pesaing.
2.2.1.6 Membangun Brand Equity
Menurut Kotler dan Keller (2008,p.342), pemasar membangun Brand Equity
dengan menciptakan struktur pengetahuan merek yang tepat dan konsumen yan tepat.
Proses ini tergantung pada semua kontrak yang berkaitan dengan merek apakah yang
diperkasai oleh pemasar atau tidak. Akan tetapi, dari sudut pandang manajemen
pemasaran, ada tiga perangkat utama pendorong Brand Equity:

Pilihan awal atas unsur-unsur merek atau identitas membentuk merek
(misalnya, nama merek, URL, logo, simbol, karakter, juru bicara,
slogan, lagu, kemasan dan tanda).
31

Produk dan layanan serta semua aktivitas pemasaran yang menyertai
program pemasaran yang mendukung.

Asosiasi lain yang secara tidak langsung dialihkan kemerek dengan
menautkanya dengan beberapa entitas lain (misalnya pribadi, tempat,
atau barang).
2.2.1.7 Dimensi dalam Brand Equity
•
Brand Awareness
Brand Awareness adalah kemampuan pembeli potensial untuk mengenali atau
mengingat
bahwa
sebuah
merek
merupakan
anggota
kategori
produk
tertentu.Terdapat sejumlah level/tingkatan dalam pengenalan merek ini.
•
Brand Association
Brand Association adalah mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan
tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk,
geografis, harga, pesaing, dan lain-lain.
•
Preceived Quality
Preceived Quality dapat didefinisikan sebagi persepsi pelanggan mengenai kualitas
atau keunggulan secara keseluruhan dari produk atau jasa sehubungan dengan tujuan
yang telah ditetapkan, relatif terhadap alternatif.
•
Brand Loyalty
Pelanggan yang loyal pada umumnya akan melanjutkan pembelian merek tersebut
walaupun dihadapkan pada banyak alternatif merek produk pesaing yang menawarkan
karakteristik produk yang lebih unggul dipandang dari berbagai sudut atributnya. Bila
banyak pelanggan dari suatu merek masuk dalam kategori ini berarti merek tersebut
memiliki Brand Equity yang kuat.
2.3.1 Customer Equity
2.3.1.1 Pengertian Pelanggan
Menurut Grifin (2005) Pelanggan adalah seorang yang menjadi terbiasa untuk
membeli. Kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian dan interaksi seiring selama
32
periode waktu tertentu, tanpa adanya hubungan yang kuat dan pembelian berulang,
orang tersebut bukanlah pelanggan, ia adalah pembeli. Pelanggan yang sejati tumbuh
seiring dengan waktu.
Menurut Tjiptono dan Chandra (2005) sesuai dengan pandangan tradisional,
konsumen adalah setiap orang yang membeli dan menggunakan produk atau jasa yang
berbeda di perusahaan tersebut.Sesuai dengan pandangan modern, konsumen
mencakup konsumen eksternal dan konsumen internal. Konsumen eksternal adalah
setiap orang pembeli produk atau jasa dari perusahaan, sedangkan konsumen internal
adalah semua pihak yang berbeda dalam suatu organisasi atau perusahaan yang sama,
yang menggunakan jasa suatu bagian atau departmen tertentu.
2.3.1.2 Pengertian Customer Equity
Customer Equity Management adalah sistem pemasaran integratife dan
dinamis yang memanfaatkan teknik-teknik penilaian finansial dan data mengenai
pelanggan untuk mengoptimalkan akuisisi, retensi, dan penjualan produk-produk
tambahan kepada para pelanggan perusahaan, dan untuk memaksimumkan nilai relasi
pelanggan selama siklus hidupnya bagi perusahaan (Blattberg, Getz, Thomas, 2001,
p.3).
Tujuan Manajemen Relasional Pelanggan (CRM: Customer Relationship
Management) adalah untuk menghasilkan Customer Equity (Customer Equity) yang
tinggi. Customer Equity adalah total nilai seumur hidup semua pelanggan perusahaan
yang didiskontokan. Yang jelas, semakin setia pelanggan, semakin tinggi Customer
Equity (Rust, Zeithmal, dan Lemon, 2000).
Ekuitas Nilai adalah penilaian objektif pelanggan atas kegunaan tawaran
berdasarkan pemikirannya tentang manfaat yang kemudian dibandingkan dengan
biayanya.Sub-pendorong (subdriver) ekuitas nilai adalah mutu, harga, dan
kenyamanan.Tiap-tiap industri harus mendefinisikan faktor-faktor spesifik yang
melandasi tiap-tiap sub-pendorong dalam rangka menemukan program yang bisa
memperbaiki ekuitas nilai.
33
2.3.1.3 Pendekatan Customer Equity
Ada dua alasan utama mengapa perusahaan menggunakan pendekatan
Customer Equity(Blattberg, Getz, Thomas, 2001, p.7), yaitu:
1.
Beberapa teknologi baru yang dibutuhkan bisa digabungkan untuk
menghasilkan aset berbasis manajemen.
2.
Untuk menyesuaikan perubahan-perubahan yang muncul dalam bisnis saat ini,
kecanggihan teknologi ini menjadi suatu persyaratan pengelolaan pemasaran
untuk memperbesar jumlah nilai aset pelanggan perusahaan.
Customer
Equitybergantung
pada
teknologi
karena
Customer
Equitymenuntut
kemampuan membuat dan menggunakan database pembelian pelanggan.
Perusahaan yang bisa menggunakan semua data tentang perilaku pembelian
pelanggan akan mendapatkan pelanggan baru, mempertahankan pelanggan
yang sudah ada dan akan lebih efektif menjual daripada perusahaan yang tidak
menggunakan
data
tersebut.
Selain
daripada
itu,
perusahaan
yang
menggunakan data mampu menghubungkan pengetahuan mereka dengan data
biaya secara sangat efisien.
Customer Equitybergantung pada teknologi karena Customer Equitymenuntut
kemampuan membuat dan menggunakan database pembelian pelanggan. Perusahaan
yang bisa menggunakan semua data tentang perilaku pembelian pelanggan akan
mendapatkan pelanggan baru, mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan akan
lebih efektif menjual daripada perusahaan yang tidak menggunakan data tersebut.
Selain daripada itu, perusahaan yang menggunakan data mampu menghubungkan
pengetahuan mereka dengan data biaya secara sangat efisien.
2.3.1.4 Dasar-dasar Customer Equity
Customer Equity Management bergantung pada empat pilar untuk memaksimalkan
nilai dari pelanggan sebagai aset finansial.
1.
Mengatur daur hidup pelanggan.
2.
Mengeksploitasi kekuatan database.
3.
Mengukur nilai pelanggan yang tepat.
4.
Mengoptimalkan gabungan dari akuisisi, retensi, dan penjualan produk-
34
produk tambahan
stuktur yang dibutuhkan untuk mentargetkan, mengolah, dan mendapatkan hasil nilai
pelanggan.
2.3.1.5 Dimensi Dalam Costumer Equity
•
Retention-rate
Merupakan indikasi tingkat kemungkinan konsumen akan menjadi loyal untuk
pembelian mendatang. Retention-rate berkaitan erat dengan determinan dari loyalitas
seperti kepuasan pelanggan, switching barrier, dan lain-lain.
•
Revenue
Revenue adalah hasil penjualan produk dan jasa dari aktivitas yang dilakukan oleh
suatu perusahaan atau individu dalam bentuk laporan keuangan dalam satu periode.
•
Purchase
Purchase (pembelian) adalah suatu proses pencarian sumber dan pemesanan barang
atau jasa untuk membantu fungsi prosuksi dalam kegiatan produksinya.Proses
pembelian adalah tindakan-tindakan yang dilakukan secara berurutan dalam kegiatan
pembelian, atau kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh bagian pembelian.
35
2.2 Kerangka Penelitian
1.
2.
3.
CRM(X)
Brand Equity(Y)
Customer Equity(Z)
Dimensi:
Dimensi:
Dimensi :
People
Process
Technology
1.
2.
3.
4.
Brand
Awareness
Brand
Association
Preceived
Quality
Brand Loyalty
1. Retention-rate
2.
Reveneu
3.
Purchase
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian
Sumber:Richards a & Eli Jones b, 2008
2.3 Rancangan Uji Hipotesis
1. Hipotesis pengujian parsial variabel X terhadap Y. (T-1)
Perngaruh Customer Relationship Managementterhadap Brand Equity.
Brand Equity memiliki peran ganda yaitu dari sisi konsumen dan perusahaan. Dari
sisi konsumen, Brand Equity dapat menambah atau mengurangi nilai yang dirasakan
oleh konsumen. Nilai tersebut diperoleh dari apa yang dipelajari, dirasakan, didengar,
dan dialami dari brand knowledge(pengetahun merek) saat menggunakan produk atau
jasa (Keller, 2008).
Sedangkan konsep yang didasarkan pada CRM adalah customer value creation
melalui kepuasan pelanggan pada saat melakukan transaksi (Minami & Dawson,
2008). Dalam konteks industri jasa maka yang dimaksud produk adalah sebuah
proses. Produk call center Bank Rasht Tejarat adalah menyediakan layanan terhadap
pelanggan. Tidak hanya sekedar sebuah layanan namun terdapat banyak atribut dalam
pembentukannya.
Jika dalam kurun waktu terdahulu call center hanya dipandang sebagai operator
telepon, maka image tersebut telah mengalami pergeseran dalam kurun waktu sepuluh
tahun terakhir. Penerapan CRM (Customer Relationship Management) dalam sebuah
36
call center merupakan salah satu hal yang dipandang signifikan mempengaruhi Brand
Equity sebuah Perusahaan. Oleh sebab itu perumusan hipotesisnya sebagai berikut:
Ho: Customer Relationship Management tidak berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap Variabel Brand Equity pada PT Putra Karya Nugraha.
Ha: Customer Relationship Management berpengaruh secara parsial dan signifikan
terhadap Variabel Brand Equity pada PT Putra Karya Nugraha.
2. Hipotesis pengujian parsial variabel Y terhadap Z. (T-2)
Pengaruh Brand Equity terhadap Customer Equity.
Hubungan antara Customer Equity dan Brand Equity dikatakan Keller (2008) saling
mempengaruhi satu sama lain. Keterkaitan ini juga dibahas oleh Bick (2009), bahwa
Customer Equity dan Brand Equity memiliki beberapa perbedaan dan persamaan
dalam konsep penerapannya. Brand Equity lebih memfokuskan kepada produk dan
keputusan investasi merek, sementara Customer Equity lebih memfokuskan kepada
keputusan manajemen pelanggan. Oleh sebab itu perumusan hipotesisnya sebagai
berikut:
Ho: Brand Equity tidak berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap Variabel
Customer Equity pada PT Putra Karya Nugraha.
Ha: Brand Equity berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap Variabel
Customer Equity pada PT Putra Karya Nugraha.
3. Hipotesis pengujian parsial variabel X terhadap Z. (T-3)
Pengaruh Customer Relationship Management terhadap Customer Equity.
Ho: Customer Relationship Managemnet tidak berpengaruh secara parsial dan
signifikan terhadap Variabel Customer Equity
Ha: Customer Relationship Managemnet berpengaruh secara parsial dan signifikan
terhadap Variabel Customer Equity
37
4. Hipotesis pengujian simultan X dan Y terhadap Z. (T-4)
Brand Equity juga berhubungan dengan Customer Equity.Customer Equity berkaitan
dengan lifetime value dari sebuah perusahaan terkait dengan Customer Relationship
Management (CRM).Peppard (2000) mengatakan bahwa pembentukan Customer
Relationship
Management
dipergunakan
untuk
meningkatkan
Customer
Retention.Customer Relationship Management juga diyakini mampu meningkatkan
Customer Satisfaction (Minami & Dawson, 2008). Keller (2008) mengatakan bahwa
pembentuk dari Customer Equity adalah: Value Equity, Brand Equity dan
Relationship Equity. Customer Satisfaction dan Customer Retention merupakan
komponen dari terbentuknya Relationship Equity. Oleh sebab itu perumusan
hipotesisnya sebagai berikut:
Ho :Customer Relationship Management, dan Brand Equity tidak berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap Variabel Customer Equity pada PT Putra Karya
Nugraha.
Ha :Customer Relationship Management, dan Brand Equity berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap Variabel Customer Equity pada PT Putra Karya
Nugraha.
38
Download