MODUL I BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA Fakultas Program Studi MODUL 01 Kode MK Disusun Oleh MK90008 Dra. Hj. Ekawati, M.Pd. Abstract Kompetensi Perkuliahan ini menjelaskan gambaran perihal bahasa Indonesia mulai dari satuan terkecil bahasa sampai dengan satuan terbesar. Mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan umum tentang kebahasaan, khususnya bahasa Indonesia. KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA PENGENALAN BAHASA Bahasa sering dipergunakan oleh masyarakat dalam berbagai konteks dengan berbagai makna. Ada orang yang berbicara tentang “bahasa warna”, “bahasa bunga”, tentang “bahasa doplomasi”, tentang “bahasa militer”, dan sebagainya. Di samping itu, dalam kalangan terbatas, terutama di dalam kalangan orang yang membahas soal-soal bahasa, ada yang berbicara tentang “bahasa tulisan”, “bahasa tutur”, dan sebagainya. Definisi bahasa adalah sebagai berikut. Pertama, bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu bukanlah sebuah unsur yang terkumpul secara tak beraturan. Seperti halnya sistem-sistem lain, unsur-unsur bahasa “diatur” seperti pola-pola yang berulang sehingga jika salah satu bagian saja tidak tampak, dapatlah “diramalkan” atau “dibayangkan” keseluruhan ujaran itu tidak utuh. Contohnya, Berangkat ...kantor Mereka ... kampus Kedua contoh itu dapat kita duga bagaimana bunyi kalimat itu secara keseluruhan.Sifat itu dapat dijabarkan lebih jauh dengan mengatakan bahwa bahasa itu dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang terkombinasi dengan kaidah-kaidah yang dapat diramalkan.Di samping itu, bahasa juga bersifat sistemis, artinya bahasa itu bukanlah sebuah sistem yang tunggal, melainkan terdiri atas beberapa subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem gramatika, dan subsistem leksikon. Kedua, bahasa adalah sebuah sistem tanda. Tanda adalah hal atau benda yang mewakili sesuatu atau hal yang menimbulkan reaksi yang sama bila orang menanggapi (melihat, mendengar, dan sebagainya) apa yang diwakilinya itu. Setiap bagian dari sistem itu atau setiap bagian dari bahasa tentu mewakili sesuatu. Dengan kata lain, bahasa itu bermakna, artinya bahasa itu berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar masyarakat yang memakainya. Ketiga, bahasa adalah sistem bunyi.Pada dasarnya, bahasa itu berupa bunyi.Apa yang kita kenal sebagai tulisan sifatnya sekunder karena manusia dapat berbahasa tanpa mengenal tulisan. Beberapa huruh bahkan tidak lain adalah turunan dari bunyi. 2012 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Keempat, supaya orang dapat bekerja sama dan dapat berkomunikasi, bahasa digunakan berdasarkan kesepakatan. Artinya, sesuatu diberi makna dalam bahasa tertentu karena demikianlah kesepakatan pemakai bahasa itu.Para pengguna baru tinggal mempelajarinya. Kelima, bahasa bersifat produktif.Artinya, sebagai sistem dari unsur-unsur yang jumlahnya terbatas bahasa dapat dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya.Bahasa Indonesia, misalnya, mempunyai fonem kurang dari 30, tetapi mempunyai kata lebih dari 80.000 yang mengandung fonem itu.Dengan fonem-fonem itu masih mungkin diciptakan kata-kata baru. Dari sudut pertuturan, bahasa Indonesia hanya mempunyai lima tipe kalimat, yaitu pernyataan, pertanyaan, perintah, keinginan, dan seruan. Dengan kelima tipe itu kita dapat menyusun kalimat dalam bahasa Indonesia yang jumlahnya ribuan, bahkan mungkin jutaan. Keenam, bahasa itu bersifat unik. Artinya, tiap bahasa mempunyai sistem yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain. Bahasa Jawa mempunyai 100 kata untuk menyebutkan anak berbagai binatang. Hal ini tidak ada dalam bahasa lain. Bahasa Inggris mempunyai lebih dari 50 kata untuk menggambarkan berbagai bentuk daun yang tidak dikenal dalam bahasa lain. Ketujuh, ada sifat-sifat bahasa Indonesia yang juga dimiliki bahasa lain sehingga terdapat keuniversalan atau hampir universal. Hal ini tampak dalam bahasa Indonesia. Konfiks ke-an dalam bahasa Indonesia yang hanya dapat bergabung dengan sebanyakbanyaknya dua bentuk, seperti pada contoh berikut ini. tidak pasti menjadi ketidakpastian salah paham menjadi kesalahpahaman boleh jadi kebolehjadian menjadi ini mungkin sifat unik dalam bahasa Indonesia. Di samping itu, bahasa Indonesia juga mempunyai sifat agak universal, misalnya, bahwa pada umumnya kata sifat mengikuti kata benda, seperti mobil baru, rumah besar, orang pintar. Ternyata sifatini tidak hanya ada dalam bahasa Indonesia, tetapi juga ada dalam bahasa Prancis, bahasa Tonkawa di Amerika, dan bahasa Swahili di Afrika. Kedelapan, bahasa mempunyai variasi-variasi karena bahasa itu dipakai oleh kelompok manusia untuk bekerja sama dan berkomunikasi. Kelompok manusia itu banyak ragamnya, misalnya, terdiri atas laki-laki dan perempuan, tua dan muda, orang kota dan 2012 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id orang desa, orang yang bersekolah dan orang yang tidak bersekolah, dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kepribadian sendiri.Hal ini yang paling menonjol dalam berbahasa. Walaupun suatu kelompok sosial mempunyai satu bahasa, keseragaman dalam berbahasa tidak akan kita temui. Tiap orang secara sadar atau tidak akan mengungkapkan ciri khas pribadinya. Kesembilan, suatu kelompok sosial dapat mengidentifikasikan dirinya dengan bahasa. Di antara semua ciri budaya, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa tiap kelompok sosial merasa diri sebagai suatu kesatuan yang berbeda dari kelompok lain. Bagi kelompok-kelompok sosial tertentu, bahas tidak hanya sekadar merupakan sistem tanda, melainkan sebagai lambang identitas sosial. Kesepuluh, bahasa mempunyai fungsi. Fungsi itu bergantung pada faktor-faktor siapa, apa, kepada siapa, tentang siapa, di mana, bilamana, berapa lama, untuk apa, dan dengan apa bahasa itu diujarkan. SATUAN-SATUAN DALAM BAHASA Satuan-satuan bahasa dimulai dari satuan yang terkecil hingga yang besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut. Fonem adalah satuan bunyi fungsional suatu bahasa. Fonem merupakan satuan hasil penyarian atau abstraksi dari bunyi-bunyi ujaran yang diucapkan oleh para penutur bahasa.Kita dapat mengatakan bahwa bunyi-bunyi ujaran adalah realisasi atau wujud lahiriah fonem.Suatu fonem direalisasikan oleh beberapa bunyi. Dalam bahasa Indonesia, misalnya, kita dapati bahwa fonem /k/ direalisasikan oleh bunyi [k], [k], dan [k]; fonem /i/ direalisasikan oleh bunyi [i], [i:], [i^], [I]. Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung makna. Ilmu yang mempelajari morfem disebut morfologi.Morfem terbagi atas morfem bebas dan morfem terikat.Contohnya, mahasiswa fakultas ekonomi terdiri atas tiga morfem bebas bebas.Artinya, ketiga morfem itu dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Contoh lain adalah jualdan beli juga merupakan morfem bebas yang mempunyai makna. Kedua morfem itu dapat dibentuk menjadi diperjualbelikan.Kata diperjualbelikan dapat dipotong-potong menjadi bagian-bagian terkecil yang masih mempunyai makna masing-masing menjadi jual beli dan di-+ {per-...-kan}. Morfem di-, per-, dan -kan juga merupakan morfem (terikat) yang mempunyai makna. Bentuk-bentuk itu tidak bisa dipotong menjadi lebih kecil lagi. Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan hubungan antarkata dalam tuturan.Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa, 2012 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan kalimat.Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.Contohnya, rumah mewah.Pada contoh itu, baik rumah maupun mewah, tidak satu pun yang berfungsi sebagai predikat.Klausa adalah satuan gramatikal yang merupakan kelompok kata, yang sekurang-kurangnya memiliki predikat dan berpotensi menjadi kalimat. Dengan kata lain, klausa membicarakan hubungan sebuah gabungan kata dengan gabungan kata yang lain. Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah subjek dan predikat. Dapat dikatakan kalimat membicarakan hubungan antara klausa yang satu dengan klausa yang lain. Semantik adalah ilmu tentang makna kata atau makna tanda bahasa.Sebuah kata, misalnya, terdiri atas unsur lambang bunyi, yaitu [b-u-k-u] dan konsep atau citra mental benda (objek) yang dinamakan buku.Makna kata buku adalah konsep tentang buku yang tersimpan dalam otak kita dan dilambangkan dengan kata buku.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semantik mengkaji makna tanda bahasa, yaitu kaitan antara konsep dan tanda bahasa yang melambangkannya.Makna kosakata yang dikuasai seseorang merupakan bagian utama memori semantis yang tersimpan dalam otak kita yang disebut makna denotatif atau sering juga disebut makna deskriptif atau makna leksikal yang merupakan relasi kata dengan konsep benda/peristiwa atau keadaan yang dilambangkan dengan kata tersebut.Sumber informasi ini dapat dimanfaatkan dalam suatu komunikasi.Makna leksikal kata seniman adalah ‘orang yang menciptakan karya seni’.Di dalam komunikasi, kata seniman dapat menyempit maknanya bergantung pada konteks pembicaraan.Contohnya sebagai berikut. a. Mustafa seorang seniman besar, pengunjung pameran terpesona dengan lukisan-lukisan karyanya. b. Karya seniman itu dapat dilihat pada setiap pameran patung c. Seniman-seniman muda ikut ambil bagian dalam pergelaran musik di TIM. Makna kata seniman pada (a) adalah ‘pelukis’, pada (b) ‘pematung’, dan pada (c) ‘musisi’. Makna kata seniman pada (a), (b), dan (c) berbeda dalam hal makna referensial. Makna leksikal pada umumnya dikaitkan dengan kata, sedangkan kosakata tidak hanya terdiri atas kata, tetapi ada juga yang terdiri atas beberapa kata, seperti kambing hitam.Makna kambing hitam bukan merupakan gabungan makna kambing dan makna hitam, melainkan memiliki makna tersendiri, yaitu ‘orang yang dipersalahkan’.Karena mempunyai makna yang tidak dapat ditelusuri dari makna setiap kata pembentuknya, kambing hitam dikatakan memiliki makna idiomatis. 2012 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Wacana adalah kesatuan makna antarbagian di dalam suatu bangun bahasa.Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu.Di samping itu, wacana juga terikat pada konteks. Sebagai kesatuan yang abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, dan tuturan, yang mengacu pada makna yang sama, yaitu ‘wujud konkret yang terlihat, terbaca, dan terdengar’. BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA Bahasa selain dapat dilihat dari aspek intern bahasa, sebagaimana sudah dijelaskan sebelum ini, dapat pula dilihat dari aspek luar bahasa. Dengan kata lain, bahasa tidak hanya dapat ditinjau dari sistem bahasa itu sendiri, tetapi ditinjau dari keberagaman bahasa di dalam masyarakat. Keberagaman bahasa berkenaan dengan pemakai dan pemakaian bahasa. A. Keberagaman Bahasa menurut Pemakainya Keberagaman bahasa ditentukan oleh berbagai aspek luar bahasa, seperti kelas sosial, jenis kelamin, etnisitas, dan usia. Sebagian besar aspek tersebut merupakan hal-hal yang berkaitan dengan pemakai bahasa.Adanya perbedaan dialek dan aksen dalam satu komunitas merupakan bukti keberagaman itu yang keberadaannya dipengaruhi oleh aspekaspek sosial.Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan ucapan atau unsur tata bahasa ataupun pemakaian kata. Perbedaan ucapan, misalnya, ditemukan pada kata gunung dan kidul dalam bahasa Jawa yang masing-masing berarti ‘gunung’ dan ‘selatan’. Pada umumnya, kata itu masing-masing diucapkan sebagai [gunun] dan kioul].Akan tetapi, di daerah Surabaya masing-masing diucapkan dengan vokal yang lebih rendah [gonon] dan [keool].Perbedaan unsur tata bahasa terdapat dalam frasa yang menunjukkan tindakan pelaku, seperti pada sudah saya baca atau sudah kamu baca.Keberagaman bahasa seperti itu adalah keberagaman yang terjadi karena faktor kedaerahan, dalam hal ini perbedaan daerah pemakai bahasa.Keberagaman bahasa jenis ini sering disebut dialek regional atau biasa disebut dialek. Selain karena faktor kedaerahan, perbedaan dalam sebuah bahasa dapat pula terjadi karena faktor lain, seperti latar belakang pendidikan pemakainya, pekerjaannya, atau karena faktor derajat keresmian situasinya. Keberagaman bahasa jenis ini sering disebut dialek sosial atau sosiolek.Ilmu bahasa yang membahas keterkaitan aspek-aspek sosial dengan fenomena bahasa ini adalah sosiolinguistik, studi yang mempelajari pemekaian bahasa dalam masyarakat. 2012 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id B. Keberagaman Bahasa menurut Pemakaiannya Suatu bahasa dipakai oleh masyarakat penuturnya untuk keperluan komunikasi sesuai dengan keadaan atau keperluan yang mereka hadapi. Peristiwa komunikasi meliputi tiga hal, yaitu medan(field), suasana (tenor), dan cara (mode). Medan (fiels) merupakan istilah yang mengacu kepada hal atau topik, yaitu tentang apa bahasa itu dipakai. Ketika ujaran dihubungkan dengan kegiatan tertentu yang sedang berlangsung, maka bidangnya adalah kegiatan itu sendiri.Kata-kata, seperti gunting, pinset, pisau, dan perban kemungkinan besar merupakan kata-kata yang berkaitan dengan aktivitas dalam ruang bedah atau ruang operasi sebagai bidangnya. Medan merupakan subjek atau topik dalam teks sustu pembicaraan. Jadi, banyak terdapat contoh medan, misalnya, ekonomi, politik, dan teknologi. Kata-kata, seperti replik, duplik, naik banding, kasasi, dan grasi sering dipakai oleh mereka yang bergerak di bidang hukum, sedangkan kata-kata, seperti aki, rem, perseneling, terot, dan roda gila banyak dipakai oleh mereka yang bekerja di bidang perbengkelan. Keberagaman bahasa kelompok ini sering memperlihatkan laras bahasa (register) yang ditandai oleh, salah satunya, penggunaan istilah teknis (jargon). Suasana (tenor) mengacu pada hubungan peran peserta tuturan atau pembicaraan, yakni hubungan sosial antara penutur atau pembicara dan mitra tutur atau pendengar yang ada dalam teks atau pembicaraan tersebut.Suasana menekankan bagaimana pemilihan bahasa dipengaruhi oleh hubungan sosial antara peserta tutur, yaitu antara pembicara dan pendengar atau antara penulis dan pembaca.Keberagaman menurut suasana berwujud dalam aspek kesantunanukuran formal dan tidaknya suatu ujaran, dan status partisipan yang terlibat di dalamnya.Kata-kata, seperti tidak, membuat, dan berbicara lebih sering dipakai dalam situasi resmi daripada nggak, bikin, dan ngomong yang lebih sering dipakai dalam situasi tak resmi. Suasana dapat juga tercermin dalam penggunaan cara menyapa. Menyapa orang lain dengan kata bapak dan ibu, misalnya, berbeda konteksnya dengan penggunaan kata om dan tante. Selanjutnya, suasana pun memengaruhi pemilihan ragam bahasa ke dalam pembagian gaya berbahasa, seperti ragam intim, santai, konsultatif, resmi, dan beku. 2012 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Cara (mode) mengacu pada peran yang dimainkan bahasa dalam komunikasi.Termasuk di dalamnya adalah peran yang terkait dengan jalur yang digunakan ketika berkomunikasi.Jalur yang dimaksud adalah apakah pesan disampaikan dengan bahasa tulis, lisan lisan yang dituliskan, dan tulis yang dilisankan. Berkomunikasi melalui suratberbeda ragamnya dengan berbicara melalui telepon, apalagi jika dibandingkan dengan ragam bahasa ketika berkomunikasi bersemuka. Cara juga berhubungan dengan ragam retoris yang dipakai, misalnya, bahasa persuasif, ekspositoris, dan naratif. Perpaduan subdimensi tersebut, medan, suasana, dan cara membentuk laras bahasa suatu teks atau tuturan. Oleh karena itu, kita melihat perbedaan laras bahasa antara tulisan jurnalistik dan tulisan ilmiah. Perbedaan itu ditandai oleh kosakata, struktur kalimat, dan lafal (untuk bahasa lisan). PRAGMATIK Untuk mengkaji pragmatik di dalam bahasa tertentu, kita perlu memahami budaya masyarakat pemakai bahasa itu.Di berbagai daerah di Indonesia, kita terbiasa mendengar sapaan, “Mau ke mana?” tanpa harus menjawab secara tepat ke mana tujuan kita. Di RRC kita akan mendapat sapaan, “Sudah makan?” dan tidak perlu menanggapinya dengan jawaban yang lugas. Contoh-contoh sapaan tersebut menunjukkan bahwa penutur bahasa yang bersangkutan mengerti bahwa orang yang mengajaknya bicara bermaksud berbasabasi kepadanya.Apa yang dimaksud oleh pemakai bahasa ketika berinteraksi inilah yang, antara lain, dipelajari dalam pragmatik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa prakmatik mengkaji makna yang dipengaruhi oleh hal-hal di luar bahasa. Hal-hal di luar bahasa memengaruhi pemahaman kita pada hal di dalam bahasa. Untuk memahami apa yang terjadi di dalam sebuah percakapan, misalnya, kita perlu mengetahui siapa saja yang terlibat di dalamnya, bagaimana hubungan dan jarak sosial di antara mereka, atau status relatif di antara mereka. Contohnya, perhatikan penggalan-penggalan percakapan berikut ini. (1) A: Setelah ini, kerjakan yang lain. B: Baik, Bu. (2) C: Bantuin, donk! D: Sabar sedikit kenapa, sih! 2012 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sebagai penutur bahasa Indonesia, Anda akan dengan mudah mengatakan bahwa di dalam penggalan percakapan (1) status sosial A lebih tinggi dari B, sedangkan di dalam penggalan percakapan (2) C dan D mempunyai kedudukan yang sama. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika ada syarat-syarat tertentu terpenuhi, salah satunya adalah kesadaran akan bentuk sopan santun. Bentuk sopan santun dapat diungkapkan dengan berbagai hal.Salah satu penanda sopan santun adalah penggunaan bentuk kata ganti orang (pronomina) tertentu dalam percakapan. Di dalam bahasa Indonesia kita jumpai kata Anda dan beliau untuk menghormati orang yang diajak bicara. Bentuk lain dari sopan santun adalah pengungkapan suatu hal dengan cara tidak langsung. Contoh ketidaklangsungan dapat kita lihat dalam penggalan percakapan berikut ini. (3) A: Hari ini ada acara? B: Kenapa? A: Kita makan-makan, yuk! B: Wah, terima kasih, deh. Saya sedang banyak tugas! Di dalam penggalan percakapan di atas, B secara tidak langsung menolak ajakan A untuk makan B sama sekali tidak mengatakan kata tidak. Akan tetapi, A akan mengerti bahwa apa yang diucapkan B adalah sebuah penolakan. Kata terima kasih yang diungkapkan oleh B bukanlah bentuk penghargaan terhadap suatu pemberian, tetapi sebagai bentuk penolakan secara halus.Hal ini juga diperkuat oleh kalimat yang diujarkan B selanjutnya. Di dalam percakapan, ketidaklangsungan juga ditemukan dalam bentuk praurutan.Kita juga sering menemukannya dalam situasi sehari-hari.Di dalam penggalan percakapan (3) kita melihat praajakan pada kalimat pertama yang diucapkan oleh A. Di dalam penggalan percakapan (4) kita melihat prapengumuman pada kalimat pertama yang diucapkan oleh A. (4) 2012 A: Sebelumnya saya mohon maaf B: Ada apa, Pak? A: Kali ini saya tidak dapat memberi apa-apa. 9 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kita dapat melihat bahwa suatu hal yang diungkapkan dalam percakapan akan lebih berterima jika ada semacam “pembuka” di dalamnya. Permohonan maaf dari A pada contoh (4) merupakan sebuah pengantar untuk menyampaikan maksud yang sebenarnya. Salah satu bentuk ketidaklangsungan dapat ditemukan di dalam maksud yang tersirat di dalam suatu ujaran. Di dalam hal ini, ketidaklangsungan mensyaratkan kemampuan seseorang untuk menangkap maksud yang tersirat, misalnya, menanggapi sebuah kalimat yang diujarkan orang lain sebagai sebuah perintah. Perhatikan contoh berikut ini. (5) A: Tong sampah sudah penuh. B: Tunggu, ya. Aku baca koran dulu. Nanti kubuang, deh! Di dalam contoh di atas, A tidak menyuruh B secara langsung untuk membuang sampah. Akan tetapi, B dapat menangkap maksud yang tersirat di dalam ujaran A. Dapat kita bayangkan bahwa setelah B membaca koran ia akan membuang sampah karena hal ini dapat kita simpulkan dari jawaban B. Jika B tidak peka terhadap maksud A, tentu jawabannya akan berbeda. Bayangkan saja jika B hanya menjawab, “Ya, betul.” BUKU RUJUKAN Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: Grasindo. --------------------. 2007. Morfologi. Jakarta: Grasindo. Darmojuwono, Setiawati. 2009. Semantik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti. 2009. Bahasa dan Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kushartanti. 2009. Pragmatik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suhardi, 2009.Aspek Sosial Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yuwono, Untung (Ed.). 2009. Pesona Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2012 10 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2012 11 Nama Mata Kuliah dari Modul Dosen Penyusun Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id