PENGARUH MOTIVASI, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN MEDIA TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IPS MADRASAH IBTIDAIYYAH (MI) DI KABUPATEN KUDUS Muhamad Mustaqim Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus Abstract: Ibtidaiyyah Madrasah (MI) is an essential part of Islamic education. In MI, students begin learning basic process. One of the main subjects taught in MI is a social sciences (IPS). In general, the IPS has a great purpose in order to make learners to be good citizens. In realizing its effectiveness, teachers are important factors of IPS learning process in MI. The competent ones must be supported by some of the factors that influence it. This study carried out tests on the influence of motivation, educational background, and ability to use the media to the professional competence of an MI social studies teacher at Kudus Regency. It used a quantitative approach by statistical method. Data analysis used SPSS. From the analysis of the data, it is concluded that motivation variable, educational background, and media ability doubly influence 55,4% of professional competence variable While 44.6 % of the teachers’ professional competence is influenced by factors or other variables. Key words: educational background, media ability motivation, professional competence A.Latar Belakang Pendidikan adalah wahana untuk membangun jati diri manusia. Melalui pendidikan, manusia mampu membangun dirinya dalam rangka melaksanakan tugas kemanusiaannya. Di sini, pendidikan berfungsi sebagai pembimbing manusia agar senantiasa menjadi pengelola alam semesta dengan tidak melupakan fungsi kehambaannya. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara terus menerus, 114 sepanjang hayat selama manusia itu hidup. Selama manusia masih menghembuskan nafas, selama itu pula manusia membutuhkan pendidikan. Sehingga awal manusia mengenal pendidikan pada hakekatnya adalah ketika ia menghembuskan nafas untuk yang pertama kali di dunia ini. Sejak dini, manusia harus diperkenalkan dengan pendidikan. Secara umum, hal ini kemudian dikenal dengan pendidikan dasar. Salah satu bagian dari pendidikan dasar adalah keberadaan Madrasah Ibtidaiyyah atau MI. MI adalah salah satu bentuk pendidikan dasar yang ada di Indonesia, yang bernuansa Islam. Keberadaan MI dalam dunia pendidikan dirasa telah memberikan peranan yang berarti bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Saat ini, kedudukan MI dalam Sistem Pendidikan Nasional telah disetarakan dengan Sekolah Dasar (SD), yang merupakan level pendidikan dasar secara formal. Salah satu dari mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah Ibtidaiyyah yang merupakan mata pelajaran pokok adalah Ilmu Pengetahuan Social (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan materi dasar yang di ajarkan pada hampir semua tingkat pendidikan. Hal ini dikarenakan IPS merupakan materi umum yang menyangkut kehidupan manusia, serta segala hal yang mengitarinya. IPS merupakan ilmu pengetahuan yang terpadu, antara ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan dalam rangka membangun kompetensi kewargaan.1 Di sini, IPS mencakup beberapa disiplin Ilmu yang saling melengkapi, di antaranya : Antropologi, Archeologi, Ekonomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat, Ilmu Politik, Psikologi, Agama, dan Sosiologi.2 Secara umum, pembelajaran IPS mempuyai tujuan utama, bagaimana siswa nantinya mampu menjadi warga negara yang baik (good citizen). Sehingga, materi yang ada dalam IPS merupakan bekal bagi siswa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salah satu faktor yang berperan penting dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran adalah guru. Guru merupakan ujung tombak bagi terlaksanakannya proses pembelajaran di kelas.3 Melalui guru yang mempunyai kompetensi tinggi, out put pembelajaran diharapkan akan semakin tinggi pula. Sehingga dalam hal ini kompetensi profesional guru NCSS, Curriculum Standar for Social Studies, (Washinton DC: Newart St, 1994), 3. Walter C Parker, Social Studies in Elemtary Education.(New Jersey: Prentice Hall, 2001), 1 2 5. 3 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta : Bumi Aksara, 2002), 7. Muhamad Mustakim Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_ 115 merupakan sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan. Secara substansi, guru adalah orang yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam ranah kognitif, afektif dam psikomotorik.4 Meskipun pada prinsipnya tidak harus mempunyai kualifikasi keguruan secara formal, namun dalam kaitannya dengan administrasi, hal ini menjadi kebutuhan yang tak terelakkan, sebagai alat evaluasi yang terukur dan teramati. Dalam UU Guru dan Dosen, Guru didefinisikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.5 Untuk mewujudkan guru yang berkompeten dan profesional diperlukan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Di antara beberapa faktor yang mempengaruhi kompetensi profesionalitas guru tersebut adalah motivasi guru, latar belakang pendidikan dan kemampuan guru dalam menggunakan media.6 Ketiga hal ini merupakan bagian dari beberapa hal yang bisa berpengaruh terhadap kompetensi guru. Motivasi atau dorongan merupakan faktor yang ada dalam diri seseorang, yang mampu mempengaruhi profesionalitasnya.7 Seorang guru yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam melakukan tugas pengajarannya, akan mampu melakukan kegiatan belajar yang produktif, sehingga akan mampu mewujudkan tujuan pembelajaran. Di sini, motivasi bisa berasal dari dalam diri (internal), dan bisa juga datang dari luar (eksternal). Latar belakang pendidikan seorang guru akan mewarnai gaya dan kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Di sini, semakin tinggi jenjang pendidikan seorang guru, akan semakin tinggi pula kemampuan dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Keberadaan UU Guru dan Dosen (UUGD) meniscayakan bahwa guru setidaknya harus mempunyai kualifikasi pendidikan Strata 1 (S1). Hal ini adalah standar minimal bagi guru dalam rangka mewujudkan kompetensi profesionalitas. Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: Rasail, 2007), 3. Undang-Undang Republik Indonesia no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab I 4 5 pasal 1 ayat 1. Kisbiyanto, Bunga Rampai Penelitian Manajemen Pendidikan, (Semarang: Rasail, 2008), 6 76. 7 Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 141 ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013 116 Secara jelas UUGD mensyaratkan bahwa guru profesional wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.8 Kualifikasi akademik ini diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat. Dalam proses pembelajaran, ada beberapa unsur yang mengitarinya. Unsur-unsur tersebut mulai dari materi, metode, media sampai kondisi lingkungan pembelajaran.9 Penggunaan media yang tepat dalam hal ini akan berpengaruh terhadap pencapai tujuan pembelajaran. Karena pemakaian media dalam pendidikan sangat berkaitan erat dengan perkembangan psikologi belajar siswa.10 Dengan kata lain, guru yang profesional dituntut untuk mampu menggunakan media sebagai pendukung pembelajaran. Fenomena Guru MI, dalam hal ini merupakan salah satu fenomena yang sangat menarik, berkaitan dengan problematika pendidikan. Tuntutan kompetensi yang semakin ketat, meniscayakan seorang Guru MI mampu mengikuti arah tuntutan tersebut. Secara realitas, Guru di MI banyak yang belum mampu memenuhi kualifikasi-kualifikasi standar tersebut. Namun hal ini tidak berarti bahwa seorang guru MI tidak profesional, karena banyak faktor yang bisa mempengaruhi profesionalitas guru MI tersebut. Paper ini merupakan hasil penelitian yang telah penulis lakukan pada tahun 2010 yang meneliti tentang hubungan motivasi, latar belakang pendidikan dan kemampuan menggunakan media bagi guru MI yang mengajar mata pelajaran IPS di Kabupaten Kudus. B.Kajian Teoritis 1. Motivasi Secara etimologi (bahasa) motivasi berasal dari kata movere yang berarti dorongan atau menggerakkan11. Menurut Soemadi Suryabrata dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”, mengemukakan bahwa motivasi adalah “keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu untuk Undang-Undang RI no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab V pasal 8 Sutari Imam Barnadib, Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi, 2000), 5. 10 Fatah syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang:Rasail, 2008), 5. 11 Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi (Jakarta: 8 9 Aksara, 2005), 141. Bumi Muhamad Mustakim Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_ 117 melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan”.12 Wood Word, yang dikutip oleh B. Simanjuntak dan L.L. Pasaribu dalam bukunya “Psikologi Perkembangan” mengatakan bahwa motivasi adalah “suatu keadaan dalam diri individu yang menyebabkan orang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan”.13 Sedangkan P. J. Hill, mengemukakan bahwa “motifasion is the process irich leads the individual to attemp to satisty some need”.14 Motiovasi adalah suatu proses yang mengantarkan individu untuk berusaha memenuhi kebutuhannya. Kinerja seorang pegawai, termasuk dalam hal ini guru tergantung dari motivasi dan kemampuan (ability)-nya, di mana faktor motivasi terdiri dari komponen nilai-nilai (valence), peralatan (instrumentality) dan harapan. Dalam hal ini, motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan pekerjaan atau keinginan. Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan hasrat atas keinginan seseorang untuk melakukan aktifitasaktifitas tertentu, karena ada tujuan-tujuan yang hendak di capai. Adapun indikator penilaian variabel motivasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Motivasi internal 1) Tanggung jawab pegawai dalam melaksanakan tugas. 2) Melaksanakan tugas dengan target yang jelas. 3) Memiliki tujuan yang jelas dan menantang. 4) Umpan balik atas hasil pekerjaannya. 5) Selalu berusaha untuk mengungguli orang lain. b. Motivasi eksternal 1) Selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kerjanya. 2) Senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakannya. 3) Bekerja dengan harapan ingin memperoleh insentif Soemadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Ed. IV, Cet. III, (Yogyakarta: Fak. Psikologi UGM, 1981), 70. 12 B. Simanjuntak dan L.L. Pasaribu, Psikologi Perkembangan (Bandung: Tarsito, 1979), 13 203. Roudieglge, Ke Gan Poul, A Dictionary of Education al (London: P.J. Hill, 1982), 202. 14 ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013 118 4) Bekerja dengan harapan ingin memperoleh perhatian dari teman dan atasan 2. Pendidikan Guru Pendidikan merupakan pembentuk kemampuan seseorang. Sebagai tenaga pendidik, seorang guru dituntut untuk memiliki kualifikasi pendidikan yang relevan. Keberadaan Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) meniscayakan bagi guru untuk memiliki kualifikasi pendidikan tertentu. Hal ini bertujuan, bahwa ketika guru memiliki kualifikasi pendidikan yang cukup, maka kualitas pembelajaran akan semakin baik. Dalam UUGD, guru disyaratkan mempunyai kualifikasi akademik. Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan.15 Di sini latar belakang guru yang relevan, sesuai dengan kompetensi tugas yang dilaksanakannya akan sangat mempengaruhi ketercapaian kegiatan pembelajaran. Ada tiga hirarki profesionalisme guru dilihat dari penjenjangan dalam pendidikan guru, yaitu: a. Tenaga profesional, merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan sekurang-kurangnya SI atau yang setara, memliki wewenang penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengendalian pendidikan. b.Tenaga semiprofesional, merupakan tenaga kependidikan yang perkualifikasi pendidikan D3 atau yang setara, memliki wewenang mengajar secara mandiri, tetapi masih harus berkonsultasi dengan tenaga kependidikan yang lebih tinggi jenjang profesionalitasnya. 3. Tenaga para profesional, merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan D2 ke bawah, yang memerlukan pembinaan. Secara umum, jenis jenjang pendidikan guru dalam pendidikan formal di Indonesia adalah pendidikan guru tingkat SPG/SGO/PGA, Tingkat Diploma II,/Diploma III, pendidikan guru tingkat Diploma IV dan Sarjana S1, serta dilanjutkan pendidikan tingkat Magister/S2 dan Doctor/S3. Dalam pendidikan keguruan, atau pendidikan tenaga kependidikan, ada dua jenis pendidikan untuk guru, yaitu pendidikan prajabatan (pre-service 15 Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen , Bab I, Ayat g Muhamad Mustakim Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_ 119 education) dan pendidikan dalam jabatan (in-service education). Dua `jenis pendidikan tersebut untuk guru ini berbeda esensi dan pengelolaanmya. Tetapi sam-sama dimaksudkan untuk peningkatan SDM guru dan pendidikan. Pada umumnya, jenis pendidikan ini berbentuk pendidikan atau pelatihan (diklat). Dalam hal ini, pendidikan guru akan berhubungan dengan tingkat keberasilan proses pembelajaran. 4. Media pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin, bentuk jamak dari kata medium secara bahasa berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara istilah media merupakan benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat mempengarui efektitas pembelajaran.16 Dalam proses pembelajaran, media adalah sesuatu yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan kepada para siswa dalam proses pembelajarn dapat mencapai tujuan. Secara umum, media berupa benda fisik yang dapat di indra, yang bisa berupa buku, film, video, tape, slide, peta, globe, foto dan sebagainya yang digunakan untuk pembelajaran.17 Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran.18 Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke–20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Media memiliki beberapa fungsi, di antaranya : Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin imbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan 16 Arif Sadiman dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2003), 13. 17 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta,1997) 34 Asnawir dan Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 27. 18 ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013 120 media adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya. Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.19 Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbedabeda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Obyek di maksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur, model, maupun bentuk gambar–gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial. Dalam memilih dan menggunakan media secara tepat, guru harus mempertimbangkan beberapa hal yang berkaitan dengan kriteria dan prosedur penentuan media pembelajaran.20 a.Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. b. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam memilih media c. Kondisi siswa menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi anak. d. Ketersediaan media di sekolah yang memungkinkan bagi guru mendesain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi pertimbangan seorang guru. 19 Ibrahim, et.al. Media pembelajaran: Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar. (Malang: FIP. UM, 2001) ,43. 20 76. Kisbiyanto, Bunga Rampai Penelitian Manajemen Pendidikan, (Semarang: Rasail, 2008), Muhamad Mustakim Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_ 121 e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan disampaikan kepada siswa secara tepat dan berhasil guna. f. Biaya yang akan dikeluarkan selama pemanfaatan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai. g. Kajian teoritis tentang kompetensi profesional 5. Kompetensi Profesional Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang guru, dinyatakan bahwasanya salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional yang di maksud dalam hal ini merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Dalam UUGD, kompetensi didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.21 Kompetensi profesional juga dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik. Berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan kemampuan guru untuk mendidikkan ilmu pengetahuan tersebut kepada peserta didiknya.22 Di sini, guru dituntut untuk mendalami ilmu pengetahuan sesuai dengan disiplin keilmuan yang ditekuni sebagai spesifikasi dan keahliannya. Dalam Undang-undang guru dan dosen, kompetensi yang harus dimiliki oleh guru meliputi: a.Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. b. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik. c. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. d.Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk komunikasi dan interaksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I ayat 10 21 22 2008), 9. Kisbiyanto, Bunga Rampai Penelitian Manajemen Pendidikan, (Semarang: Rasail, ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013 122 orang tua/wali dan masyarakat sekitar.23 Guru yang profesional, setidaknya memiliki kompetensi sebagai berikut: a. Menguasai bahan pelajaran b. Mengelola program belajar mengajar c. Mengelola kelas d. Menggunakan media/sumber belajar e. Menguasai landasan-landasan kependidikan f. Mengelola interaksi belajar-mengajar g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran h. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.24 C.Hubungan Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media dengan Kompetensi Professional Guru Dalam sebuah adagium disebutkan bahwa “metode itu lebih efektif daripada materi. Akan tetapi, guru itu lebih efektif daripada metode. Namun jiwa seorang guru jauh lebih efektif daripada diri guru itu sendiri”. Dari adagium ini tampak jelas bahwa guru menempati peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sehingga kemampuan seorang guru, baik sebagai guru maupun sebagai entitas manusia, sangat mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Dari sini kompetensi guru sebagai sebuah prasyarat guru profesional, didukung oleh berbagai aspek yang mempengaruhinya. Guru yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi akan berpengaruh terhadap kompetensi. Karena motivasi merupakan dorongan yang mampu memberi semangaat kerja untuk mencapai keberhasilan sebuah proses pembelajaran. Demikian juga dengan latar belakang pendidikan, seorang guru yang telah mengalami proses pendidikan guru, akan mempunyai pengalaman yang 23 Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 24 Sudarnan Denim, Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. (Bandung: Pustaka SETIA, 2002), 32. Muhamad Mustakim Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_ 123 berkaitan dengan profesi guru, sehingga guru akan mempunyai kemampuan penguasaan materi, kemampuan untuk mengajarkan, mengembangkan dan mengevaluasinya. Media sebagai alat bantu efektifitas pembelajaran tentunya akan mempermudah guru dalam memahamkaan kepada siswa. Di sini, guru yang mampu menggunakan media dengan baik dan tepat akan mampu mencapai keberhasilan pembelajaran. Secara lebih jelas, kompetensi professional guru dipengaruhi oleh beberapa variable, di antaranya adalah motivasi, latar belakang pendidikan dan kemampuan menggunakan media, dengan deskripsi sebagai berikut: 1. Motivasi guru dalam mengajar merupakan bagian tak terpisahkan dalam kegiatan pengajaran. Guru yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi, akan mampu mengajar secara optimal, dengan pemanfaatan metode dan media secara tepat. Dalam kaitannya dengan guru Madrasah Ibtidaiyyah (MI), Guru MI yang mempunyai motivasi yang tinggi, akan semakin mampu memberikan pembelajaran yang efektif. Meskipun secara sosial ekonomi, motivasi ini kurang begitu mendukung, tapi karena ada motivasi yang lain, khususnya motivasi internal, guru akan lebih bersemangat dalam pembelajaran. Karena secara umum, ada semacam doktrin religius yang ada dalam motivasi guru, yakni bahwa mereka mengajar itu sematamata karena ibadah. Sehingga gaji dan beberapa tunjangan yang tidak seberapa, tidak menjadi kendala untuk menciptakan motivasi kerja yang tinggi. 2. Latar belakang pendidikan guru merupakan bagian terpenting dalam persyaratan kualifikasi guru. Persyaratan S1 untuk guru yang berada dalam jenjang pendidikan dasar, baik itu SD ataupun MI, menuntut guru untuk mengikuti kualifikasi ini. Terutama dalam program sertifikasi guru, di mana guru yang akan melakukan sertifiksi setidaknya harus memenuhi kualifikasi sarjana. Meskipun dalam kenyataanya masih banyak guru MI yang belum memenuhi kualifikasi ini. Kompetensi guru erat kaitannya dengan latar belakang pendidikan karena dengan proses pendidikan, guru mendapatkan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan mendidik. Guru yang berkualitas adalah guru yang secara akademik telah lulus dalam pendidikan keguruan sesuai dengan tingkatan guru.25 3. Kemampuan menggunakan media dalam proses pembelajaran adalah salah satu strategi mengajar guru. Guru yang mampu meggunakan media 25 Ibid., 31. ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013 124 pembelajaran dengan baik, akan berpengaruh terhadap ketercapaian kegiatan pembelajaran. Salah satu dari kemampuan dasar guru profesional adalah kemampuan menggunakan media, yakni memilih dan menggunakan media, membuat alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium, serta menggunakan perpustakaan dalam proses pembelajaran. D. Hasil Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka diajukan hipotesis pokok: “Motivasi, latar Belakang Pendidikan dan kemampuan menggunakan media berkorelasi signifikan terhadap kompetensi profesional guru”. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji dengan menggunakan teknik korelasi parsial dan teknik analisis ganda dengan bantuan program SPSS. 1. Analisis Korelasi Parsial Analisis parsial dimaksudkan untuk mengetahui hubungan murni antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun hasilnya dapat dikelaskan sebagai berikut: a. Pengaruh motivasi terhadap Kompetensi Profesional Hasil dari korelasi parsial antara motivasi dengan kompetensi profesional dapat dilihat pada tabel berikut: Correlations Kontrol Variabels pend mo Correlation Significance (2-tailed) mo 1.000 . kom .656 .000 0 76 Correlation .656 1.000 Significance (2-tailed) Df .000 76 . 0 Df kom Berdasarkan tabel di atas, diperoleh angka korelasi sebesar 0, 656. sedangkan angka probabilitas (sig) 0,000 yang dalam hal ini lebih kecil dari batas tolerance 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korelasi signifikan pada taraf 5 % maupun taraf 1%. Dengan demikian hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima. Muhamad Mustakim Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_ 125 b. Pengaruh latar belakang pendidikan terhadap Kompetensi Profesional Hasil dari korelasi parsial antara latar belakang pendidikan dengan kompetensi profesional dapat dilihat pada tabel berikut: Correlations Kontrol Variabels mo kom Correlation Significance (2-tailed) Df pend Correlation Significance (2-tailed) Df kom 1.000 . 0 .138 .227 76 pend .138 .227 76 1.000 . 0 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh angka korelasi sebesar 0, 138. Sedangkan angka probabilitas (sig) 0,227 yang dalam hal ini lebih besar dari batas tolerance 0,05. Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ha) ditolak dan hipotesis nihil (Ho) diterima. c. Pengaruh kemampuan menggunakan media terhadap Kompetensi Profesional Hasil dari korelasi parsial antara kemampuan menggunakan media dengan kompetensi profesional dapat dilihat pada tabel berikut: Correlations Kontrol Variabels mo kom Correlation Significance (2-tailed) kom 1.000 . mdia .470 .000 0 76 Correlation .470 1.000 Significance (2-tailed) Df .000 76 . 0 Df mdia Berdasarkan tabel di atas, diperoleh angka korelasi sebesar 0, 470. Sedangkan angka probabilitas (sig) 0,000 yang dalam hal ini lebih kecil dari batas tolerance 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korelasi signifikan pada taraf 5 % maupun taraf 1%. Dengan demikian hipotesis ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013 126 nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima. 2. Analisis Korelasi Ganda Analisis Korelasi ganda dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel motivasi (X1), latar belakang pendidikan (X2) dan kemampuan menggunakan media (X3) terhadap kompetensi profesional guru (Y) Adapun hasil analisis regresi linier ganda dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Hasil perhitungan korelasi ganda dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut: ANOVAb Model 1 Regression Sum of Squares 452.556 3 Mean Square 150.852 4.856 Df Residual 364.178 75 Total 816.734 78 F 31.067 Sig. .000a a. Predictors: (Constant), mdia, mo, pend b. Dependent Variabel: kom Dari data di atas, diperoleh nilai koefiensi korelasi ganda sebesar 0,744. untuk mengetahui tingkat signifikannya, perlu diuji dengan nilai F. dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai F hitung=31, 064 pada tingkat signifikansi 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama, motivasi (X1), latar belakang pendidikan (X2) dan kemampuan menggunakan media (X3) berpengaruh signifikan terhadap kompetensi profesional guru (Y). b. Hasil regresi dari persamaan regresinya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Muhamad Mustakim Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_ 127 Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Std. Model B Error Beta 1 (Constant) 3.811 3.590 mo pend mdia .581 .006 .564 .082 .078 .128 a. Dependent Variabel: kom Collinearity Statistics t Sig. Tolerance VIF 1.062 .292 .562 7.051 .000 .006 .079 .937 .365 4.406 .000 .935 1.070 .922 1.084 .865 1.156 Diketahui B1= 0,581, B2= 0,006 dan b3= 0,564 dan besarnya konstansta = 3,811. Berdasarkan harga-harga tersebut, untuk menunjukkan sumbangan setiap harga x dari seluruh harga X dan Y maka dibuat persamaan regresinya Y= 0,581 X1 + 0,006 X2 + 0,564 X3 + 3,811. Persamaan garis regresi tersebut menunjukkan rasio Y akan meningkat sebesar 0,562/unit bila X1 meningkat satu unit, variabel Y akan meningkat 0,006/unit bila nilai X2 meningkat satu unit, dan Nilai Y akan meningkat 0,365/unit jika X3 meningkat satu unit. Sedangkan untuk mengetahui besarnya presentase variabel bebas atau variabel prediktornya terhadap variabel terikat, dapat dilihat pada tabel berikut: Model Summaryb Model 1 R R Square a .744 .554 Adjusted R Std. Error of Square the Estimate .536 2.20357 DurbinWatson 1.126 a. Predictors: (Constant), mdia, mo, pend b. Dependent Variabel: kom Dari tabel tersebut, diperoleh nilai koefisien determinasi (R square) sebesar, 0,554. Selanjutnya nilai tersebut dikalikan 100, sehingga diperoleh prosentasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah 55,4 %. Sedangkan 44,6% (100%-55,4%) dipengaruhi oleh variabel lain. ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013 128 E.Analisis Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Deskriptif Berdasarkan hasil analisis deskriptif, dapat dijelaskan bahwa motivasi guru yang menjadi sampel penelitian ini adalah berkategori cukup. Hal ini bisa dilihat dari hasil analisis deskriptif bahwa jumlah skor kumulatif dibagi jumlah responden, diperoleh nilai 36,77 (kategori cukup). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi guru IPS MI di Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori cukup. Berdasarkan data deskripsi, latar pendidikan guru IPS MI di Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori cukup. Hal ini bisa dilihat dari hasil analisis deskriptif bahwa jumlah skor kumulatif dibagi jumlah responden, diperoleh nilai 10,69 (kategori cukup). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latar belakang pendidikan guru IPS MI di Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori cukup. Hasil analisis tentang latar belakang pendidikan guru IPS MI di Kabupaten Kudus memberikan beberapa hal sebagai berikut: a. Secara kuantitaif, guru IPS MI di Kabupaten Kudus merupakan berlatar belakang S1, meskipun banyak juga yang belum berkualifikasi ini. Guru IPS merupakan guru mata pelajaran yang kebanyakan mereka memang mempunyai kualifikasi pendidikan yang relevan. Namun bagi guru yang lain, khususnya guru agama, masih banyak yang belum mempunyai kualifikasi ini. Banyaknya guru MI yang sudah berkualifikasi S1 juga dikarenakan kebijakan tentang sertifikasi guru, di mana guru MI jika ingin mendapatkan sertifikasi, harus mempunyai kualifikasi S1. b. Realitas guru IPS yang belum S1 diindikasikan karena keberadaan MI di Kudus yang kebanyakan merupakan lembaga pendidikan swasta, khususnya yang bernaung dalam organisasi Keagamaan (baik NU maupun Muhammadiyah). Sehingga banyak guru yang biasanya merupakan “kyai” atau santri. Selain itu, banyaknya guru MI yang merupakan guru senior, sehingga kebanyakan mereka berkualifikasi pendidikan D3 ataupun D2. Meskipun dalam waktu terakhir ini banyak di antara mereka yang kemudian meneruskan ke jenjang S1, meskipun terkadang tidak linier. c. Kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru, yang juga merambah pada Madrasah Ibtidaiyyah, memberikan motivasi tersendiri bagi guru MI untuk meneruskan jenjang pendidikan sarjana. Sehingga ke depan Muhamad Mustakim Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_ 129 kualifikasi pendidikan bagi guru MI, khususnya IPS akan semakin relevan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, dapat dijelaskan bahwa kemampuan menggunakan media guru yang menjadi sampel penelitian ini adalah berkategori kurang. Hal ini bisa dilihat dari hasil analisis deskriptif bahwa jumlah skor kumulatif dibagi jumlah responden, diperoleh nilai 22,84 (kategori kurang). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan menggunakan media guru IPS MI di Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori kurang. Hasil analisis tentang kemampuan menggunakan media guru IPS MI memberikan catatan sebagai berikut: a. Kemampuan menggunakan media guru IPS MI yang termasuk dalam kategori kurang dikarenakan ketersediaan media yang ada di MI relative sangat minim. Hal ini tidak lepas dari sumber daya yang ada di MI, mengingat kebanyakan MI di Kabupaten Kudus berstatus swasta. Tak bisa dielakkan fasilitas pembelajaran yang ada, khusunya media pembelajaran IPS sangatlah minim. b. Selain itu, latar belakang kemampuan dan keterbatasan biaya juga menjadi hambatan tersendiri dalam menggunakan media pembelajaran. Dari hasil analisis deskriptif, dapat dijelaskan bahwa kompetensi profesional guru yang menjadi sampel penelitian ini adalah berkategori cukup. Hal ini bisa dilihat dari hasil analisis deskriptif bahwa jumlah skor kumulatif dibagi jumlah responden, diperoleh nilai 38,12 (kategori cukup). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru IPS MI di Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori cukup. Kompetensi profesional guru adalah prasyarat terwujudnya efektifitas pembelajaran. Dan untuk menjadikan guru berkompeten, tentunya dipengaruhi oleh banyak variabel. Hasil analisis deskripsi yang menyatakan bahwa kompetensi profesional guru IPS MI termasuk dalam kategori cukup memberikan gambaran bahwa banyak hal yang bisa mempengaruhi kompetensi tersebut. 2. Hasil Analisis Korelasi Berdasar hasil analisis korelasi sederhana antar variabel, dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Berdasar analisis korelasi parsial, dapat dijelaskan bahwa korelasi ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013 130 variabel motivasi terhadap kompetensi profesional guru adalah signifikan dengan nilai 0,656 atau 65,6 % dengan variabel kontrol latar belakang pendidikan. Dengan analisis parsial ini dapat disimpulkan bahwa motivasi guru berkorelasi terhadap kompetensi profesional guru. b. Sedangkan pada korelasi variabel latar belakang pendidikan terhadap kompetensi profesional guru adalah tidak ada korelasi signifikan dengan nilai 0,135 atau 13,5% dengan variabel kontrol motivasi. Dengan analisis parsial ini dapat disimpulkan bahwa latar belakang pendidikan guru tidak berkorelasi terhadap kompetensi profesional guru. c. Pada korelasi variabel kemampuan menggunakan media terhadap kompetensi profesional guru adalah signifikan dengan nilai 0,470 atau 47% dengan variabel kontrol motivasi. Dengan analisis parsial ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan menggunakan media guru berkorelasi terhadap kompetensi profesional guru. Dari analisis korelasi parsial di atas memberikan penjelasan bahwa secara parsial (murni), variabel latar belakang pendidikan guru tidak berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru. Meskipun begitu, kompetensi profesional guru IPS MI tetap dalam kategori cukup, karena dipengaruhi oleh faktor motivasi dan kemampuan menggunakan media, serta faktor-faktor yang lain. Berdasar hasil analisis regresi ganda, dapat dijelaskan bahwa, kompetensi profesional guru akan meningkat sebesar 0,581/unit jika variabel motivasi dinaikkan sebesar satu unit. Kompetensi profesional guru juga akan naik 0,006 /unit, jika latar belakang pendidikan guru meningkat satu unit. Demikian juga bila kemampuan menggunakan media ditingkatkan satu unit, maka kompetensi profesional guru akan meningkat sebesar 0,564 /unit. Dari hasil analisis regresi ganda juga dijelaskan bahwa ketiga variabel, yakni motivasi, latar belakang pendidikan dan kemampuan menggunakan media secara bersama-sama juga berpengaruh terhadap kompetensi profesional, yaitu sebesar 55,4 %. Sedangkan 44,6 % lainnya dipengaruhi oleh variabel atau faktor lainnya. F. Kesimpulan Kesimpulan dari paper ini adalah sebagai berikut: 1. Motivasi guru IPS MI di Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori cukup. Muhamad Mustakim Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_ 131 Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kompetensi profesional guru. Latar belakang pendidikan guru IPS MI di Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori cukup. Latar belakang pendidikan guru berdasarkan uji parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kompetensi professional guru. Kemampuan menggunakan media guru IPS MI di Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori kurang. Kemampuan menggunakan media berpengaruh signifikan terhadap kompetensi professional guru. 2. Motivasi, latar belakang pendidikan dan kemampuan menggunakan media secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kompetensi profesionalitas guru, dengan prosentase sebesar 55, 4 %. Dengan demikian sebesar 44,6% kompetensi profesional guru dipengaruhi oleh faktor atau variaabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini. ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013 132 DAFTAR PUSTAKA Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta,1997. Alek Nitisemito, Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001. Arif Sadiman dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2003. Asnawir dan Usman, Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press, 2002. Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Roesda Karya,2004. Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan. Semarang:Rasail, 2008. Gary Desler, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kesepuluh (terj). Klaten: PT Indeks, 2003. Hani Handoko, et.al, Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 1994. Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Ibrahim, et.al. Media pembelajaran: Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar. Malang: FIP. UM, 2001. Kisbiyanto, Bunga Rampai Penelitian Manajemen Pendidikan. Semarang: Rasail, 2008. Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara, 2005. NCSS, Curriculum Standar for Social Studies.Washinton DC: Newart St, 1994. Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta : Bumi Aksara, 2002. ____________ , Pendidikan Guru Konsep dan Strategi. Bandung: Mandar Maju,, 1991. Sondang Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka cipta, 1995. Sudarnan Denim, Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2002. Susilo Martoyo, Pengelolaan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE, 1998. Muhamad Mustakim Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_ 133 Suyanto dan Hisyam. Pendidikan di Indonesia Memasduki Millinium III. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000. Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Rasail, 2007. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Walter C Parker, Social Studies in Elemtary Education. New Jersey: Prentice Hall, 2001. Wursanto, Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi Offset, 2005. ELEMENTARY Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013