pengaruh motivasi, latar belakang pendidikan dan kemampuan

advertisement
PENGARUH MOTIVASI,
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN
KEMAMPUAN MENGGUNAKAN MEDIA
TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL
GURU IPS MADRASAH IBTIDAIYYAH (MI)
DI KABUPATEN KUDUS
Muhamad Mustaqim
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus
Abstract: Ibtidaiyyah Madrasah (MI) is an essential part of
Islamic education. In MI, students begin learning basic process.
One of the main subjects taught in MI is a social sciences (IPS). In
general, the IPS has a great purpose in order to make learners to be
good citizens. In realizing its effectiveness, teachers are important
factors of IPS learning process in MI. The competent ones must be
supported by some of the factors that influence it. This study carried
out tests on the influence of motivation, educational background,
and ability to use the media to the professional competence of an
MI social studies teacher at Kudus Regency. It used a quantitative
approach by statistical method. Data analysis used SPSS. From
the analysis of the data, it is concluded that motivation variable,
educational background, and media ability doubly influence 55,4%
of professional competence variable While 44.6 % of the teachers’
professional competence is influenced by factors or other variables.
Key words: educational background, media ability motivation,
professional competence
A.Latar Belakang
Pendidikan adalah wahana untuk membangun jati diri manusia.
Melalui pendidikan, manusia mampu membangun dirinya dalam rangka
melaksanakan tugas kemanusiaannya. Di sini, pendidikan berfungsi sebagai
pembimbing manusia agar senantiasa menjadi pengelola alam semesta
dengan tidak melupakan fungsi kehambaannya.
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara terus menerus,
114
sepanjang hayat selama manusia itu hidup. Selama manusia masih
menghembuskan nafas, selama itu pula manusia membutuhkan pendidikan.
Sehingga awal manusia mengenal pendidikan pada hakekatnya adalah ketika
ia menghembuskan nafas untuk yang pertama kali di dunia ini. Sejak dini,
manusia harus diperkenalkan dengan pendidikan. Secara umum, hal ini
kemudian dikenal dengan pendidikan dasar.
Salah satu bagian dari pendidikan dasar adalah keberadaan Madrasah
Ibtidaiyyah atau MI. MI adalah salah satu bentuk pendidikan dasar yang ada
di Indonesia, yang bernuansa Islam. Keberadaan MI dalam dunia pendidikan
dirasa telah memberikan peranan yang berarti bagi perkembangan
pendidikan di Indonesia. Saat ini, kedudukan MI dalam Sistem Pendidikan
Nasional telah disetarakan dengan Sekolah Dasar (SD), yang merupakan
level pendidikan dasar secara formal.
Salah satu dari mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah Ibtidaiyyah
yang merupakan mata pelajaran pokok adalah Ilmu Pengetahuan Social
(IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan materi dasar yang di ajarkan
pada hampir semua tingkat pendidikan. Hal ini dikarenakan IPS merupakan
materi umum yang menyangkut kehidupan manusia, serta segala hal yang
mengitarinya. IPS merupakan ilmu pengetahuan yang terpadu, antara
ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan dalam rangka membangun kompetensi
kewargaan.1 Di sini, IPS mencakup beberapa disiplin Ilmu yang saling
melengkapi, di antaranya : Antropologi, Archeologi, Ekonomi, Geografi,
Sejarah, Hukum, Filsafat, Ilmu Politik, Psikologi, Agama, dan Sosiologi.2
Secara umum, pembelajaran IPS mempuyai tujuan utama, bagaimana siswa
nantinya mampu menjadi warga negara yang baik (good citizen). Sehingga,
materi yang ada dalam IPS merupakan bekal bagi siswa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Salah satu faktor yang berperan penting dalam keberhasilan suatu
proses pembelajaran adalah guru. Guru merupakan ujung tombak bagi
terlaksanakannya proses pembelajaran di kelas.3 Melalui guru yang
mempunyai kompetensi tinggi, out put pembelajaran diharapkan akan
semakin tinggi pula. Sehingga dalam hal ini kompetensi profesional guru
NCSS, Curriculum Standar for Social Studies, (Washinton DC: Newart St, 1994), 3.
Walter C Parker, Social Studies in Elemtary Education.(New Jersey: Prentice Hall, 2001),
1
2
5.
3
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta : Bumi
Aksara, 2002), 7.
Muhamad Mustakim
Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_
115
merupakan sebuah keniscayaan yang tak terbantahkan.
Secara substansi, guru adalah orang yang mempunyai kompetensi
keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam ranah
kognitif, afektif dam psikomotorik.4 Meskipun pada prinsipnya tidak harus
mempunyai kualifikasi keguruan secara formal, namun dalam kaitannya
dengan administrasi, hal ini menjadi kebutuhan yang tak terelakkan, sebagai
alat evaluasi yang terukur dan teramati.
Dalam UU Guru dan Dosen, Guru didefinisikan sebagai pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.5
Untuk mewujudkan guru yang berkompeten dan profesional diperlukan
beberapa faktor yang mempengaruhinya. Di antara beberapa faktor yang
mempengaruhi kompetensi profesionalitas guru tersebut adalah motivasi
guru, latar belakang pendidikan dan kemampuan guru dalam menggunakan
media.6 Ketiga hal ini merupakan bagian dari beberapa hal yang bisa
berpengaruh terhadap kompetensi guru.
Motivasi atau dorongan merupakan faktor yang ada dalam diri
seseorang, yang mampu mempengaruhi profesionalitasnya.7 Seorang guru
yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam melakukan tugas pengajarannya,
akan mampu melakukan kegiatan belajar yang produktif, sehingga akan
mampu mewujudkan tujuan pembelajaran. Di sini, motivasi bisa berasal dari
dalam diri (internal), dan bisa juga datang dari luar (eksternal).
Latar belakang pendidikan seorang guru akan mewarnai gaya dan
kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Di sini, semakin tinggi
jenjang pendidikan seorang guru, akan semakin tinggi pula kemampuan
dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Keberadaan UU Guru dan Dosen
(UUGD) meniscayakan bahwa guru setidaknya harus mempunyai kualifikasi
pendidikan Strata 1 (S1). Hal ini adalah standar minimal bagi guru dalam
rangka mewujudkan kompetensi profesionalitas.
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator, (Semarang: Rasail, 2007), 3.
Undang-Undang Republik Indonesia no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab I
4
5
pasal 1 ayat 1.
Kisbiyanto, Bunga Rampai Penelitian Manajemen Pendidikan, (Semarang: Rasail, 2008),
6
76.
7
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 141
ELEMENTARY
Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
116
Secara jelas UUGD mensyaratkan bahwa guru profesional wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.8 Kualifikasi akademik ini diperoleh melalui pendidikan
tinggi program sarjana atau program diploma empat.
Dalam proses pembelajaran, ada beberapa unsur yang mengitarinya.
Unsur-unsur tersebut mulai dari materi, metode, media sampai kondisi
lingkungan pembelajaran.9 Penggunaan media yang tepat dalam hal ini akan
berpengaruh terhadap pencapai tujuan pembelajaran. Karena pemakaian
media dalam pendidikan sangat berkaitan erat dengan perkembangan
psikologi belajar siswa.10 Dengan kata lain, guru yang profesional dituntut
untuk mampu menggunakan media sebagai pendukung pembelajaran.
Fenomena Guru MI, dalam hal ini merupakan salah satu fenomena
yang sangat menarik, berkaitan dengan problematika pendidikan. Tuntutan
kompetensi yang semakin ketat, meniscayakan seorang Guru MI mampu
mengikuti arah tuntutan tersebut. Secara realitas, Guru di MI banyak yang
belum mampu memenuhi kualifikasi-kualifikasi standar tersebut. Namun
hal ini tidak berarti bahwa seorang guru MI tidak profesional, karena banyak
faktor yang bisa mempengaruhi profesionalitas guru MI tersebut.
Paper ini merupakan hasil penelitian yang telah penulis lakukan
pada tahun 2010 yang meneliti tentang hubungan motivasi, latar belakang
pendidikan dan kemampuan menggunakan media bagi guru MI yang
mengajar mata pelajaran IPS di Kabupaten Kudus.
B.Kajian Teoritis
1. Motivasi
Secara etimologi (bahasa) motivasi berasal dari kata movere yang
berarti dorongan atau menggerakkan11. Menurut Soemadi Suryabrata
dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”, mengemukakan bahwa motivasi
adalah “keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu untuk
Undang-Undang RI no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Bab V pasal 8
Sutari Imam Barnadib, Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi, 2000), 5.
10
Fatah syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang:Rasail, 2008), 5.
11
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi (Jakarta:
8
9
Aksara, 2005), 141.
Bumi
Muhamad Mustakim
Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_
117
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan”.12
Wood Word, yang dikutip oleh B. Simanjuntak dan L.L. Pasaribu dalam
bukunya “Psikologi Perkembangan” mengatakan bahwa motivasi adalah
“suatu keadaan dalam diri individu yang menyebabkan orang melakukan
kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan”.13
Sedangkan P. J. Hill, mengemukakan bahwa “motifasion is the process
irich leads the individual to attemp to satisty some need”.14 Motiovasi
adalah suatu proses yang mengantarkan individu untuk berusaha memenuhi
kebutuhannya.
Kinerja seorang pegawai, termasuk dalam hal ini guru tergantung dari
motivasi dan kemampuan (ability)-nya, di mana faktor motivasi terdiri dari
komponen nilai-nilai (valence), peralatan (instrumentality) dan harapan.
Dalam hal ini, motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang
untuk melakukan pekerjaan atau keinginan.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan hasrat atas keinginan seseorang untuk melakukan aktifitasaktifitas tertentu, karena ada tujuan-tujuan yang hendak di capai.
Adapun indikator penilaian variabel motivasi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Motivasi internal
1) Tanggung jawab pegawai dalam melaksanakan tugas.
2) Melaksanakan tugas dengan target yang jelas.
3) Memiliki tujuan yang jelas dan menantang.
4) Umpan balik atas hasil pekerjaannya.
5) Selalu berusaha untuk mengungguli orang lain.
b. Motivasi eksternal
1) Selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan
kerjanya.
2) Senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakannya.
3) Bekerja dengan harapan ingin memperoleh insentif
Soemadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Ed. IV, Cet. III, (Yogyakarta: Fak. Psikologi
UGM, 1981), 70.
12
B. Simanjuntak dan L.L. Pasaribu, Psikologi Perkembangan (Bandung: Tarsito, 1979),
13
203.
Roudieglge, Ke Gan Poul, A Dictionary of Education al (London: P.J. Hill, 1982), 202.
14
ELEMENTARY
Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
118
4) Bekerja dengan harapan ingin memperoleh perhatian dari teman dan
atasan
2. Pendidikan Guru
Pendidikan merupakan pembentuk kemampuan seseorang. Sebagai
tenaga pendidik, seorang guru dituntut untuk memiliki kualifikasi pendidikan
yang relevan. Keberadaan Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD)
meniscayakan bagi guru untuk memiliki kualifikasi pendidikan tertentu. Hal
ini bertujuan, bahwa ketika guru memiliki kualifikasi pendidikan yang cukup,
maka kualitas pembelajaran akan semakin baik.
Dalam UUGD, guru disyaratkan mempunyai kualifikasi akademik.
Kualifikasi akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang
harus dimiliki oleh guru atau dosen sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan
pendidikan formal di tempat penugasan.15 Di sini latar belakang guru yang
relevan, sesuai dengan kompetensi tugas yang dilaksanakannya akan sangat
mempengaruhi ketercapaian kegiatan pembelajaran.
Ada tiga hirarki profesionalisme guru dilihat dari penjenjangan dalam
pendidikan guru, yaitu:
a. Tenaga profesional, merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi
pendidikan sekurang-kurangnya SI atau yang setara, memliki wewenang
penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengendalian
pendidikan.
b.Tenaga semiprofesional, merupakan tenaga kependidikan yang
perkualifikasi pendidikan D3 atau yang setara, memliki wewenang
mengajar secara mandiri, tetapi masih harus berkonsultasi dengan
tenaga kependidikan yang lebih tinggi jenjang profesionalitasnya.
3. Tenaga para profesional, merupakan tenaga kependidikan
yang berkualifikasi pendidikan D2 ke bawah, yang memerlukan
pembinaan.
Secara umum, jenis jenjang pendidikan guru dalam pendidikan
formal di Indonesia adalah pendidikan guru tingkat SPG/SGO/PGA, Tingkat
Diploma II,/Diploma III, pendidikan guru tingkat Diploma IV dan Sarjana
S1, serta dilanjutkan pendidikan tingkat Magister/S2 dan Doctor/S3.
Dalam pendidikan keguruan, atau pendidikan tenaga kependidikan, ada
dua jenis pendidikan untuk guru, yaitu pendidikan prajabatan (pre-service
15
Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen , Bab I, Ayat g
Muhamad Mustakim
Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_
119
education) dan pendidikan dalam jabatan (in-service education). Dua `jenis
pendidikan tersebut untuk guru ini berbeda esensi dan pengelolaanmya.
Tetapi sam-sama dimaksudkan untuk peningkatan SDM guru dan pendidikan.
Pada umumnya, jenis pendidikan ini berbentuk pendidikan atau pelatihan
(diklat). Dalam hal ini, pendidikan guru akan berhubungan dengan tingkat
keberasilan proses pembelajaran.
4. Media pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin, bentuk jamak dari kata medium
secara bahasa berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Secara istilah media
merupakan benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca
atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam
kegiatan belajar mengajar dan dapat mempengarui efektitas pembelajaran.16
Dalam proses pembelajaran, media adalah sesuatu yang digunakan
oleh guru untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan kepada para
siswa dalam proses pembelajarn dapat mencapai tujuan. Secara umum,
media berupa benda fisik yang dapat di indra, yang bisa berupa buku, film,
video, tape, slide, peta, globe, foto dan sebagainya yang digunakan untuk
pembelajaran.17
Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran.18 Pada mulanya,
media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar
yang digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke–20
usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio,
sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan,
saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin
luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet. Media memiliki
beberapa fungsi, di antaranya :
Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi
media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan
yang mungkin imbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan
16
Arif Sadiman dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya,
(Jakarta: PT Rajagrafindo Persada 2003), 13.
17
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta,1997) 34
Asnawir dan Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 27.
18
ELEMENTARY
Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
120
media adalah sebagai berikut. Pertama, kemapuan fiksatif, artinya dapat
menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau
kejadian. Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar,
dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat
diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.
Kedua, kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan
kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi)
sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya,
serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya. Ketiga, kemampuan distributif,
artinya media mampu menjangkau audien yang besar jumlahnya dalam satu
kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio.19
Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbedabeda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman
anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya.
Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik
tidak mungkin dibawa ke obyek langsung yang dipelajari, maka obyeknyalah
yang dibawa ke peserta didik. Obyek di maksud bisa dalam bentuk nyata,
miniatur, model, maupun bentuk gambar–gambar yang dapat disajikan
secara audio visual dan audial.
Dalam memilih dan menggunakan media secara tepat, guru harus
mempertimbangkan beberapa hal yang berkaitan dengan kriteria dan
prosedur penentuan media pembelajaran.20
a.Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
b. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam
memilih media
c. Kondisi siswa menjadi perhatian yang serius bagi guru dalam memilih
media yang sesuai dengan kondisi anak.
d. Ketersediaan media di sekolah yang memungkinkan bagi guru mendesain
sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang perlu menjadi
pertimbangan seorang guru.
19
Ibrahim, et.al. Media pembelajaran: Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar.
(Malang: FIP. UM, 2001) ,43.
20
76.
Kisbiyanto, Bunga Rampai Penelitian Manajemen Pendidikan, (Semarang: Rasail, 2008),
Muhamad Mustakim
Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_
121
e. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan
disampaikan kepada siswa secara tepat dan berhasil guna.
f. Biaya yang akan dikeluarkan selama pemanfaatan media harus seimbang
dengan hasil yang akan dicapai.
g. Kajian teoritis tentang kompetensi profesional
5. Kompetensi Profesional
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang
guru, dinyatakan bahwasanya salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh
guru adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional yang di maksud
dalam hal ini merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi
pelajaran secara luas dan mendalam. Dalam UUGD, kompetensi didefinisikan sebagai seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.21
Kompetensi profesional juga dapat diartikan sebagai kemampuan
guru dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik. Berkaitan dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan kemampuan guru untuk mendidikkan
ilmu pengetahuan tersebut kepada peserta didiknya.22 Di sini, guru dituntut
untuk mendalami ilmu pengetahuan sesuai dengan disiplin keilmuan yang
ditekuni sebagai spesifikasi dan keahliannya.
Dalam Undang-undang guru dan dosen, kompetensi yang harus
dimiliki oleh guru meliputi:
a.Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik.
b. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta
didik.
c. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam.
d.Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk komunikasi dan
interaksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I ayat 10
21
22
2008), 9.
Kisbiyanto, Bunga Rampai Penelitian Manajemen Pendidikan, (Semarang: Rasail,
ELEMENTARY
Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
122
orang tua/wali dan masyarakat sekitar.23
Guru yang profesional, setidaknya memiliki kompetensi sebagai
berikut:
a. Menguasai bahan pelajaran
b. Mengelola program belajar mengajar
c. Mengelola kelas
d. Menggunakan media/sumber belajar
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan
f. Mengelola interaksi belajar-mengajar
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
h. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.24
C.Hubungan Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan
Kemampuan Menggunakan Media dengan Kompetensi
Professional Guru
Dalam sebuah adagium disebutkan bahwa “metode itu lebih efektif
daripada materi. Akan tetapi, guru itu lebih efektif daripada metode. Namun
jiwa seorang guru jauh lebih efektif daripada diri guru itu sendiri”. Dari
adagium ini tampak jelas bahwa guru menempati peranan yang sangat
penting dalam proses pembelajaran. Sehingga kemampuan seorang guru,
baik sebagai guru maupun sebagai entitas manusia, sangat mempengaruhi
keberhasilan pendidikan.
Dari sini kompetensi guru sebagai sebuah prasyarat guru profesional,
didukung oleh berbagai aspek yang mempengaruhinya. Guru yang
mempunyai motivasi kerja yang tinggi akan berpengaruh terhadap
kompetensi. Karena motivasi merupakan dorongan yang mampu memberi
semangaat kerja untuk mencapai keberhasilan sebuah proses pembelajaran.
Demikian juga dengan latar belakang pendidikan, seorang guru yang telah
mengalami proses pendidikan guru, akan mempunyai pengalaman yang
23
Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
24
Sudarnan Denim, Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan. (Bandung: Pustaka SETIA, 2002), 32.
Muhamad Mustakim
Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_
123
berkaitan dengan profesi guru, sehingga guru akan mempunyai kemampuan
penguasaan materi, kemampuan untuk mengajarkan, mengembangkan
dan mengevaluasinya. Media sebagai alat bantu efektifitas pembelajaran
tentunya akan mempermudah guru dalam memahamkaan kepada siswa.
Di sini, guru yang mampu menggunakan media dengan baik dan tepat akan
mampu mencapai keberhasilan pembelajaran.
Secara lebih jelas, kompetensi professional guru dipengaruhi oleh
beberapa variable, di antaranya adalah motivasi, latar belakang pendidikan
dan kemampuan menggunakan media, dengan deskripsi sebagai berikut:
1. Motivasi guru dalam mengajar merupakan bagian tak terpisahkan dalam
kegiatan pengajaran. Guru yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi,
akan mampu mengajar secara optimal, dengan pemanfaatan metode dan
media secara tepat. Dalam kaitannya dengan guru Madrasah Ibtidaiyyah
(MI), Guru MI yang mempunyai motivasi yang tinggi, akan semakin
mampu memberikan pembelajaran yang efektif. Meskipun secara sosial
ekonomi, motivasi ini kurang begitu mendukung, tapi karena ada motivasi
yang lain, khususnya motivasi internal, guru akan lebih bersemangat
dalam pembelajaran. Karena secara umum, ada semacam doktrin religius
yang ada dalam motivasi guru, yakni bahwa mereka mengajar itu sematamata karena ibadah. Sehingga gaji dan beberapa tunjangan yang tidak
seberapa, tidak menjadi kendala untuk menciptakan motivasi kerja yang
tinggi.
2. Latar belakang pendidikan guru merupakan bagian terpenting dalam
persyaratan kualifikasi guru. Persyaratan S1 untuk guru yang berada
dalam jenjang pendidikan dasar, baik itu SD ataupun MI, menuntut guru
untuk mengikuti kualifikasi ini. Terutama dalam program sertifikasi
guru, di mana guru yang akan melakukan sertifiksi setidaknya harus
memenuhi kualifikasi sarjana. Meskipun dalam kenyataanya masih
banyak guru MI yang belum memenuhi kualifikasi ini. Kompetensi guru
erat kaitannya dengan latar belakang pendidikan karena dengan proses
pendidikan, guru mendapatkan bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan
mendidik. Guru yang berkualitas adalah guru yang secara akademik telah
lulus dalam pendidikan keguruan sesuai dengan tingkatan guru.25
3. Kemampuan menggunakan media dalam proses pembelajaran adalah
salah satu strategi mengajar guru. Guru yang mampu meggunakan media
25
Ibid., 31.
ELEMENTARY
Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
124
pembelajaran dengan baik, akan berpengaruh terhadap ketercapaian
kegiatan pembelajaran. Salah satu dari kemampuan dasar guru
profesional adalah kemampuan menggunakan media, yakni memilih
dan menggunakan media, membuat alat bantu pelajaran sederhana,
menggunakan dan mengelola laboratorium, serta menggunakan
perpustakaan dalam proses pembelajaran.
D. Hasil Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka diajukan hipotesis pokok:
“Motivasi, latar Belakang Pendidikan dan kemampuan menggunakan media
berkorelasi signifikan terhadap kompetensi profesional guru”. Selanjutnya
hipotesis tersebut akan diuji dengan menggunakan teknik korelasi parsial
dan teknik analisis ganda dengan bantuan program SPSS.
1. Analisis Korelasi Parsial
Analisis parsial dimaksudkan untuk mengetahui hubungan murni
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun hasilnya dapat
dikelaskan sebagai berikut:
a. Pengaruh motivasi terhadap Kompetensi Profesional
Hasil dari korelasi parsial antara motivasi dengan kompetensi
profesional dapat dilihat pada tabel berikut:
Correlations
Kontrol Variabels
pend mo
Correlation
Significance (2-tailed)
mo
1.000
.
kom
.656
.000
0
76
Correlation
.656
1.000
Significance (2-tailed)
Df
.000
76
.
0
Df
kom
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh angka korelasi sebesar 0, 656.
sedangkan angka probabilitas (sig) 0,000 yang dalam hal ini lebih kecil
dari batas tolerance 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korelasi
signifikan pada taraf 5 % maupun taraf 1%. Dengan demikian hipotesis
nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima.
Muhamad Mustakim
Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_
125
b. Pengaruh latar belakang pendidikan terhadap Kompetensi
Profesional
Hasil dari korelasi parsial antara latar belakang pendidikan dengan
kompetensi profesional dapat dilihat pada tabel berikut:
Correlations
Kontrol Variabels
mo
kom
Correlation
Significance (2-tailed)
Df
pend Correlation
Significance (2-tailed)
Df
kom
1.000
.
0
.138
.227
76
pend
.138
.227
76
1.000
.
0
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh angka korelasi sebesar 0, 138.
Sedangkan angka probabilitas (sig) 0,227 yang dalam hal ini lebih besar
dari batas tolerance 0,05. Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ha)
ditolak dan hipotesis nihil (Ho) diterima.
c. Pengaruh kemampuan menggunakan media terhadap Kompetensi
Profesional
Hasil dari korelasi parsial antara kemampuan menggunakan media
dengan kompetensi profesional dapat dilihat pada tabel berikut:
Correlations
Kontrol Variabels
mo
kom
Correlation
Significance (2-tailed)
kom
1.000
.
mdia
.470
.000
0
76
Correlation
.470
1.000
Significance (2-tailed)
Df
.000
76
.
0
Df
mdia
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh angka korelasi sebesar 0, 470.
Sedangkan angka probabilitas (sig) 0,000 yang dalam hal ini lebih kecil
dari batas tolerance 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korelasi
signifikan pada taraf 5 % maupun taraf 1%. Dengan demikian hipotesis
ELEMENTARY
Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
126
nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima.
2. Analisis Korelasi Ganda
Analisis Korelasi ganda dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
secara bersama-sama variabel motivasi (X1), latar belakang pendidikan
(X2) dan kemampuan menggunakan media (X3) terhadap kompetensi
profesional guru (Y)
Adapun hasil analisis regresi linier ganda dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Hasil perhitungan korelasi ganda dengan menggunakan SPSS adalah
sebagai berikut:
ANOVAb
Model
1
Regression
Sum of
Squares
452.556
3
Mean
Square
150.852
4.856
Df
Residual
364.178
75
Total
816.734
78
F
31.067
Sig.
.000a
a. Predictors: (Constant), mdia, mo, pend
b. Dependent Variabel: kom
Dari data di atas, diperoleh nilai koefiensi korelasi ganda sebesar
0,744. untuk mengetahui tingkat signifikannya, perlu diuji dengan nilai
F. dengan menggunakan program SPSS diperoleh nilai F hitung=31,
064 pada tingkat signifikansi 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama, motivasi (X1),
latar belakang pendidikan (X2) dan kemampuan menggunakan media
(X3) berpengaruh signifikan terhadap kompetensi profesional guru (Y).
b. Hasil regresi dari persamaan regresinya dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
Muhamad Mustakim
Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_
127
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Std.
Model
B
Error
Beta
1 (Constant) 3.811
3.590
mo
pend
mdia
.581
.006
.564
.082
.078
.128
a. Dependent Variabel: kom
Collinearity
Statistics
t
Sig. Tolerance VIF
1.062 .292
.562 7.051 .000
.006 .079 .937
.365 4.406 .000
.935 1.070
.922 1.084
.865 1.156
Diketahui B1= 0,581, B2= 0,006 dan b3= 0,564 dan besarnya
konstansta = 3,811. Berdasarkan harga-harga tersebut, untuk
menunjukkan sumbangan setiap harga x dari seluruh harga X dan Y maka
dibuat persamaan regresinya Y= 0,581 X1 + 0,006 X2 + 0,564 X3 + 3,811.
Persamaan garis regresi tersebut menunjukkan rasio Y akan
meningkat sebesar 0,562/unit bila X1 meningkat satu unit, variabel Y
akan meningkat 0,006/unit bila nilai X2 meningkat satu unit, dan Nilai
Y akan meningkat 0,365/unit jika X3 meningkat satu unit.
Sedangkan untuk mengetahui besarnya presentase variabel bebas
atau variabel prediktornya terhadap variabel terikat, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
a
.744
.554
Adjusted R Std. Error of
Square
the Estimate
.536
2.20357
DurbinWatson
1.126
a. Predictors: (Constant), mdia, mo, pend
b. Dependent Variabel: kom
Dari tabel tersebut, diperoleh nilai koefisien determinasi (R square)
sebesar, 0,554. Selanjutnya nilai tersebut dikalikan 100, sehingga
diperoleh prosentasi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
adalah 55,4 %. Sedangkan 44,6% (100%-55,4%) dipengaruhi oleh variabel
lain.
ELEMENTARY
Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
128
E.Analisis Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil analisis deskriptif, dapat dijelaskan bahwa motivasi
guru yang menjadi sampel penelitian ini adalah berkategori cukup. Hal ini
bisa dilihat dari hasil analisis deskriptif bahwa jumlah skor kumulatif dibagi
jumlah responden, diperoleh nilai 36,77 (kategori cukup). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa motivasi guru IPS MI di Kabupaten Kudus
termasuk dalam kategori cukup.
Berdasarkan data deskripsi, latar pendidikan guru IPS MI di Kabupaten
Kudus termasuk dalam kategori cukup. Hal ini bisa dilihat dari hasil analisis
deskriptif bahwa jumlah skor kumulatif dibagi jumlah responden, diperoleh
nilai 10,69 (kategori cukup). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
latar belakang pendidikan guru IPS MI di Kabupaten Kudus termasuk dalam
kategori cukup.
Hasil analisis tentang latar belakang pendidikan guru IPS MI di
Kabupaten Kudus memberikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Secara kuantitaif, guru IPS MI di Kabupaten Kudus merupakan berlatar
belakang S1, meskipun banyak juga yang belum berkualifikasi ini. Guru
IPS merupakan guru mata pelajaran yang kebanyakan mereka memang
mempunyai kualifikasi pendidikan yang relevan. Namun bagi guru yang
lain, khususnya guru agama, masih banyak yang belum mempunyai
kualifikasi ini. Banyaknya guru MI yang sudah berkualifikasi S1 juga
dikarenakan kebijakan tentang sertifikasi guru, di mana guru MI jika
ingin mendapatkan sertifikasi, harus mempunyai kualifikasi S1.
b. Realitas guru IPS yang belum S1 diindikasikan karena keberadaan MI
di Kudus yang kebanyakan merupakan lembaga pendidikan swasta,
khususnya yang bernaung dalam organisasi Keagamaan (baik NU maupun
Muhammadiyah). Sehingga banyak guru yang biasanya merupakan “kyai”
atau santri. Selain itu, banyaknya guru MI yang merupakan guru senior,
sehingga kebanyakan mereka berkualifikasi pendidikan D3 ataupun
D2. Meskipun dalam waktu terakhir ini banyak di antara mereka yang
kemudian meneruskan ke jenjang S1, meskipun terkadang tidak linier.
c. Kebijakan pemerintah tentang sertifikasi guru, yang juga merambah
pada Madrasah Ibtidaiyyah, memberikan motivasi tersendiri bagi guru
MI untuk meneruskan jenjang pendidikan sarjana. Sehingga ke depan
Muhamad Mustakim
Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_
129
kualifikasi pendidikan bagi guru MI, khususnya IPS akan semakin
relevan.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif, dapat dijelaskan bahwa
kemampuan menggunakan media guru yang menjadi sampel penelitian ini
adalah berkategori kurang. Hal ini bisa dilihat dari hasil analisis deskriptif
bahwa jumlah skor kumulatif dibagi jumlah responden, diperoleh nilai 22,84
(kategori kurang). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menggunakan media guru IPS MI di Kabupaten Kudus termasuk dalam
kategori kurang.
Hasil analisis tentang kemampuan menggunakan media guru IPS MI
memberikan catatan sebagai berikut:
a. Kemampuan menggunakan media guru IPS MI yang termasuk dalam
kategori kurang dikarenakan ketersediaan media yang ada di MI
relative sangat minim. Hal ini tidak lepas dari sumber daya yang ada di
MI, mengingat kebanyakan MI di Kabupaten Kudus berstatus swasta.
Tak bisa dielakkan fasilitas pembelajaran yang ada, khusunya media
pembelajaran IPS sangatlah minim.
b. Selain itu, latar belakang kemampuan dan keterbatasan biaya juga
menjadi hambatan tersendiri dalam menggunakan media pembelajaran.
Dari hasil analisis deskriptif, dapat dijelaskan bahwa kompetensi
profesional guru yang menjadi sampel penelitian ini adalah berkategori
cukup. Hal ini bisa dilihat dari hasil analisis deskriptif bahwa jumlah skor
kumulatif dibagi jumlah responden, diperoleh nilai 38,12 (kategori cukup).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi profesional guru
IPS MI di Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori cukup.
Kompetensi profesional guru adalah prasyarat terwujudnya efektifitas
pembelajaran. Dan untuk menjadikan guru berkompeten, tentunya
dipengaruhi oleh banyak variabel. Hasil analisis deskripsi yang menyatakan
bahwa kompetensi profesional guru IPS MI termasuk dalam kategori
cukup memberikan gambaran bahwa banyak hal yang bisa mempengaruhi
kompetensi tersebut.
2. Hasil Analisis Korelasi
Berdasar hasil analisis korelasi sederhana antar variabel, dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Berdasar analisis korelasi parsial, dapat dijelaskan bahwa korelasi
ELEMENTARY
Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
130
variabel motivasi terhadap kompetensi profesional guru adalah signifikan
dengan nilai 0,656 atau 65,6 % dengan variabel kontrol latar belakang
pendidikan. Dengan analisis parsial ini dapat disimpulkan bahwa
motivasi guru berkorelasi terhadap kompetensi profesional guru.
b. Sedangkan pada korelasi variabel latar belakang pendidikan terhadap
kompetensi profesional guru adalah tidak ada korelasi signifikan dengan
nilai 0,135 atau 13,5% dengan variabel kontrol motivasi. Dengan analisis
parsial ini dapat disimpulkan bahwa latar belakang pendidikan guru
tidak berkorelasi terhadap kompetensi profesional guru.
c. Pada korelasi variabel kemampuan menggunakan media terhadap
kompetensi profesional guru adalah signifikan dengan nilai 0,470 atau
47% dengan variabel kontrol motivasi. Dengan analisis parsial ini dapat
disimpulkan bahwa kemampuan menggunakan media guru berkorelasi
terhadap kompetensi profesional guru.
Dari analisis korelasi parsial di atas memberikan penjelasan bahwa
secara parsial (murni), variabel latar belakang pendidikan guru tidak
berpengaruh terhadap kompetensi profesional guru. Meskipun begitu,
kompetensi profesional guru IPS MI tetap dalam kategori cukup, karena
dipengaruhi oleh faktor motivasi dan kemampuan menggunakan media,
serta faktor-faktor yang lain.
Berdasar hasil analisis regresi ganda, dapat dijelaskan bahwa,
kompetensi profesional guru akan meningkat sebesar 0,581/unit jika variabel
motivasi dinaikkan sebesar satu unit. Kompetensi profesional guru juga akan
naik 0,006 /unit, jika latar belakang pendidikan guru meningkat satu unit.
Demikian juga bila kemampuan menggunakan media ditingkatkan satu unit,
maka kompetensi profesional guru akan meningkat sebesar 0,564 /unit.
Dari hasil analisis regresi ganda juga dijelaskan bahwa ketiga variabel,
yakni motivasi, latar belakang pendidikan dan kemampuan menggunakan
media secara bersama-sama juga berpengaruh terhadap kompetensi
profesional, yaitu sebesar 55,4 %. Sedangkan 44,6 % lainnya dipengaruhi
oleh variabel atau faktor lainnya.
F. Kesimpulan
Kesimpulan dari paper ini adalah sebagai berikut:
1. Motivasi guru IPS MI di Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori cukup.
Muhamad Mustakim
Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_
131
Motivasi berpengaruh signifikan terhadap kompetensi profesional guru.
Latar belakang pendidikan guru IPS MI di Kabupaten Kudus termasuk
dalam kategori cukup. Latar belakang pendidikan guru berdasarkan uji
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kompetensi professional
guru. Kemampuan menggunakan media guru IPS MI di Kabupaten
Kudus termasuk dalam kategori kurang. Kemampuan menggunakan
media berpengaruh signifikan terhadap kompetensi professional guru.
2. Motivasi, latar belakang pendidikan dan kemampuan menggunakan
media secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kompetensi
profesionalitas guru, dengan prosentase sebesar 55, 4 %. Dengan
demikian sebesar 44,6% kompetensi profesional guru dipengaruhi oleh
faktor atau variaabel lain yang belum diteliti dalam penelitian ini.
ELEMENTARY
Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
132
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta,1997.
Alek Nitisemito, Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001.
Arif Sadiman dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2003.
Asnawir dan Usman, Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press, 2002.
Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Roesda Karya,2004.
Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan. Semarang:Rasail, 2008.
Gary Desler, Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Kesepuluh (terj).
Klaten: PT Indeks, 2003.
Hani Handoko, et.al, Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 1994.
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar.
Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Ibrahim, et.al. Media pembelajaran: Bahan Sajian Program Pendidikan
Akta Mengajar. Malang: FIP. UM, 2001.
Kisbiyanto, Bunga Rampai Penelitian Manajemen Pendidikan. Semarang:
Rasail, 2008.
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta:
Bumi Aksara, 2005.
NCSS, Curriculum Standar for Social Studies.Washinton DC: Newart St,
1994.
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta : Bumi Aksara, 2002.
____________ , Pendidikan Guru Konsep dan Strategi. Bandung: Mandar
Maju,, 1991.
Sondang Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka cipta,
1995.
Sudarnan Denim, Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Susilo Martoyo, Pengelolaan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE,
1998.
Muhamad Mustakim
Pengaruh Motivasi, Latar Belakang Pendidikan dan Kemampuan Menggunakan Media terhadap Kompetensi Profesional_
133
Suyanto dan Hisyam. Pendidikan di Indonesia Memasduki Millinium III.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2000.
Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Rasail, 2007.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen
Walter C Parker, Social Studies in Elemtary Education. New Jersey: Prentice
Hall, 2001.
Wursanto, Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi Offset, 2005.
ELEMENTARY
Vol. 1 | No. 1 | Juli - Desember 2013
Download