Etika bisnis di Bidang Pemasaran

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Judul :
Business Ethics &
Corporate Governance
Pokok Bahasan:
Ethics & Marketing
Fakultas
Fakultas
Program
Studi
Program
Studi
Tatap
Muka
00
Kode MK
Disusun Oleh
Kode MK
Nama
Abstract
Kompetensi
Diisi dengan abstract
Diisi dengan kompetensi
Topik bahasan etika dan marketing ini menjelaskan
bahwa kegiatan perusahaan dibidang pemasaran yang
meliputi tanggung jawab perusahaan terkait keamanan
produk yang diproduksi dan dijualnya terhadap
konsumen, lingkungan dan aspek hukumnya, jujur
dalam kegiatan periklanan dan penjualan, serta tidak
memanipulasi informasi dan memanfaatkan bagian
masyarakat yang terpinggirkan dan turut bertanggung
jawab terhadap kegiatan sepanjang value chain.
Setelah mempelajari materi
topik ini, menjawab quiz dan
membahas forumnya,
diharapkan mahasiswa dapat
menguasai materi tentang
tanggung jawab perusahaan
terhadap konsumen, regulator,
lingkungan dan aspek
hukumnya dari kegiatan2
marketing.
Pembahasan
Etika di Bidang Produksi dan Pemasaran (Production and Marketing Ethics).
Hubungan yang dilakukan perusahaan dengan para pelanggannya dapat menimbulkan
berbagai permasalahan etika di bidang produksi dan pemasaran. Untuk melindungi
konsumen dari perlakuan yang tidak etis yang mungkin dilakukan oleh perusahaan,
pemerintah Indonesia telah memberlakukan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Undang-undang ini dijelaskan berbagai perbuatan yang dilarang
dilakukan oleh pelaku usaha. Antara lain, pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyarakatkan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan
sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut
c. tidak sesuai dengn ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah hitungan menurut ukuran
yang sebenarnya
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana
dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut

Etika manajer berdasarkan fungsi produksi.
Fungsi produksi adalah semua kegiataan operasional perusahaan yang berkaitan dengan
mengasilkan barang atau jasa yang akan dipasarkan oleh perusahaan. Berkaitan dengan
kegiatan produksi tersebut maka perusahaan harus melaksanakan etika manajer sebagai
berikut:
1.
Menghasilkan barang dengan kualitas bahan baku yang standar dan hasil
produksi dengan kualitas yang standar yang menjamin tidak membahayakan
kehidupan masyarakat.
2.
Manajer harus memberikan perlindungan kepada semua personalia yang
bekerja menghasilkan barang dan jasa.
3.
Di dalam menghasilkan barang dan jasa menggunakan peralatan atau mesinmesin yang menjamin keselamatan pekerja.
4.
Produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan bukan tiruan atau plagiat dari
hasil produksi perusahaan lain yang dilakukan dengan cara yang tidak syah.
5.
Di dalam menghasilkan barang dan jasa harus tepat kualitas, tepat harga dan
waktu penyerahan kepada masyarakat sesuai dengan kesepakatan.

Etika manajer berdasarkan fungsi pemasaran.
Fungsi pemarasan adalah fungsi perusahaan yang berhubungan dengan usaha untuk
menyampaikan barang sehingga pemakai barang mendapatkan kepuasan dan disisi lain
perusahaan mendapatkan laba atau keuntungan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut
manajer harus melaksanakan etika manajer sebagai berikut:
1.
Memberikan informasi barang kepada pemakai atau konsumen dengan
sebenarnya.
2.
Promosi termasuk iklan yang dikeluarkan tidak menyinggung nilai moral
masyarakat dan tidak bersifat berdusta.
3.
Menyerahkan barang sesuai dengan kesepakatan dengan pembeli.
2012
2
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4.
Menerima komplin atau pengembalian atas barang yang rusak atau cacat
dari pembeli.
5.
Memberikan pelayanan purna jual seperti yang dijanjikan perusahaan.
ETIKA PRODUKSI DAN PEMASARAN
1.1 Pendahuluan
Ketika para pebisnis membicarakan mengenai etika bisnis, maka maknanya adalah:
(1) Penghindaran terhadap pelanggaran hukum kriminal dalam aktivitas kerja seseorang;
(2) Tindakan penghindaran
terhadap perlawanan hukum sipil yangdilakukan
perusahaan;
(3)
Penghindaran terhadap penciptaan imej buruk perusahaan.
Bisnis biasanya memperhatikan tiga hal tersebut jika sudah mengalami kerugian
dan reputasi perusahaan mulai menurun. Munculnya kasus-kasus yang melahirkan
problematik etika bisnis bisa beragam sifatnya, seperti adanya kepentingan pribadi yang
berlawanan dengan kepentingan orang lain, hadirnya tekanan persaingan dalam meraih
keuntungan yang melahirkan konflik perusahaan dengan pesaingnya, munculnya
pertentangan antara tujuan perusahaan dengan nilai-nilai pribadi yang melahirkan
pertentangan antara kepentingan atasan dan bawahannya.
Terdapat 3 hal penting yang harus dimiliki oleh perusahaan dalam berbisnis:
(1) Transparansi
Masyarakat ingin mengetahui tentang operasi perusahaan. Posisi etis dari perusahaan harus
jelas bagi para pembeli agar mereka dapat menilai. Hal ini biasanya bisa dilakukan pada
perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik.
(2) Kejujuran
Ketidakjujuran adalah aspek kritis terbesar dalam etika bisnis. Pemberian label yang salah
atau tidak lengkap, harga yang membingungkan dapat merugikan konsumen. Kejujuran ini
juga meliputi perilaku perusahaan, staf dan personil lainnya yang berkaitan dengannya.
(3) Kerendahan Hati
Perusahaan harus mencegah untuk menggunakan kekuatan atau uangnya untuk
mengamankan posisinya.
Di Indonesia sendiri hak konsumen dilindungi oleh Undang-Undang Perlindungan
Konsumen No. 8 Tahun 1999. Pasal 2 UUPK yang menyebutkan bahwa perlindungan
konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan
konsumen serta kepastian hukum.
(1)
(2)
(3)
(4)
Sedangkan Hak konsumen menurut pasal 4 UUPK, adalah sebagaiberikut:
Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkon-sumsi barang
dan/atau jasa;
Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa;
Hak untuk didengar pendapat atau keluhannya atas barang danjasa yang dia gunakan;
2012
3
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(5)
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyel saian sengketa
perlindungan konsumen secara patut.
(6)
Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;
(7)
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
(8) Hak
untuk
mendapatkan
kompensasi,
ganti
rugi
dan
/
atau
penggam apabila barang dan / atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya;
(9)
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya;
(1)
(2)
(3)
(4)
Namun demikian konsumen juga mempunyai kewajiban, sebagaiberikut (pasal 5):
Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemak; atau pemanfaatan
barang dan /atau jasa demi keamanan dan lamatan.
Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan;jasa;
Membayar dengan nilai tukar yang disepakati;
Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut;
Sedangkan pasal-pasal yang berkaitan dengan pelaku usaha adalah:
a. Pasal 7, Kewajiban Pelaku Usaha
Kewajiban pelaku usaha diantaranya adalah:
(1) Memberikan
informasi
yang
jelas,
benar
dan
jujur
mengenai
komdan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelas penggunaan perbaika
n dan pemeliharaan.
(2) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujurserta tidak diskriminatif
(3) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atadiperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.
(4) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabilabarang dan/atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai perjanjian.
b. Pasal 13, Ayat l:
Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan suatu
barang dan atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan atau
jasa lain secara cuma-cuma dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan tidak
sebagaimana yang dijanjikan-nya.
c. Pasal 14
Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk:
(1) Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan;
(2) Mengumumkan hasilnya tidak melalui media masa;
(3) Memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
(4) Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan;
d. Pasal 18, Ayat 2:
Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausa baku yang Ietak atau bentuknya sulit
terlihat atau tidak dapat dibaca jelas, atau pengung-kapannya sulit dimengerti.
Terdapat 3 (tiga) Teori Dasar dalam pendekatan etis dan yuridis yang berkaitan
dengan hubungan antara konsumen dan produsen, yaitu:
(1) Teori Kontrak
Menurut teori ini hubungan antara konsumen dan produsen sebaiknya dilihat sebagai
semacam kontrak dan kewajiban produsen terhadap konsumen yang didasarkan pada
kontrak tersebut. Kewajiban produsen adalah memberikan produk yang mempunyai
2012
4
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kualitas sesuai dengan yang dijanjikan dalam promosinya, sedangkan kewajiban
konsumen adalah membayar sejumlah uang pada perusahaan untuk produk tersebut
dengan prinsip berhati-hati dalam mempunyai kewajiban dasar untuk mematuhi isi dari
perjanjian penjualan dan kewajiban sekunder untuk memahami sifat produk, menghindari
misrepresentasi dan menghindari penggunaan paksaan.
(2) Teori Perhatian Semestinya
Teori ini menekankan bahwa faktor yang sangat diperbatikan adalahkepentingan konsumen
untuk mendapatkan produk yang berkualitas adalah menjadi tanggung jawab produsen.
Norma dasar yang melandasi pandangan ini adalah bahwa seseorang tidak boleh merugikan
orang lain dengan kegiatannya.
(3) Teori BiayaSosial
Teori ini berkaitan dengan inovasi dari desain produk, dalam hal iniprodusen mempunyai
tanggungjawab atas semua kekurangan produk dan setiap kerugian yang dialami konsumen
dalam memakaiproduknya.
1.2 Etika Produksi
Produksi berarti diciptakannya manfaat, produksi tidak diartikan sebagai menciptakan
secara fisik sesuatu yang tidak ada, karena tidak seorang pun dapat menciptakan benda.
Kegiatan produksi mempunyai fungsi menciptakan barang dan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat pada waktu, harga dan jumlah yang tepat.
Dalam proses produksi biasanya perusahaan menekankan agar produk yang
dihasilkannya mengeluarkan biaya yang termurah, melalui peng-kombinasian penggunaan
sumber-sumber daya yang dibutuhkan, tentu saja tanpa mengabaikan proses inovasi serta
kreasi. Secara praktis, ini memerlukan perubahan dalam cara membangun. Yakni dari cara
produksi konvensional menjaai cara produksi dengan menggunakan sumber daya alam
semakin sedikit, membakar energi semakin rendah, menggunakan ruang-tempat lebih kecil,
membuang limbah dan sampah lebih sedikit dengan hasil produk yang setelah dikonsumsi
masih bisa didaur ulang.
Pola produksi ini dilaksanakan dalam ruang lingkup dunia usaha yang merangsang
diterapkannya secara lebih meluas ISO-9000 dan ISO-14000.
ISO-9000 bertujuan untuk peningkatan kualitas produksi. Sedangkan ISO-14000
bertujuan untuk peningkatan pola produksi berwawasan ling-kungan, membangun pabrik
atau perusahaan hijau(green company) dengan sasaran "keselamatan kerja, kesehatan, dan
lingkungan"
yang
maksimal
dan pola
produksi
dengan
"limbah-nol" (zero
waste), mendorong penjualan dengan pengepakan barang secara minimal dan bisa
dikembalikan untuk didaur-ulang kepada penjual, merangsang perusahaan asuransi
mengem-bangkan
"risiko
lingkungan"
dan
mendorong
Bursa
Jakarta
mengembangkan semacam "Dow Jones Sustainable Development Index".
Langkah-langkah tersebut memerlukan ditegakkannya kode etika"tanggung jawab dan
akuntabilitas korporasi" (corporate responsibility and accountability) yang diawasi ketat oleh
asosiasi-asosiasi perusahaan danmasyarakat umum. Kualitas produk pun bisa dikorbankan
demi pemangkasan biaya produksi.
Hukum harus menjadi langkah pencegahan (precautionary measures)yang ketat bagi
perilaku ekonomi. Perilaku ekonomi yang membahayakankeselamatan publik harus diganjar
seberat-beratnya. Ini bukan sekadarlabelisasi "aman" atau "tidak aman" pada barang
konsumsi. Karena, itu amat rentan terhadap kolusi. Banyak pengusaha rela membayar
miliaran rupiah bagi segala bentuk labelisasi. Seharusnya pengusaha membayar
2012
5
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
miliaran rupiah atas perbuatannya yang membahayakan keselamatan publik. Hukum harus
menjadi pencegah dan bukan pemicu perilaku ekonomi tak etis.
Sebagai contoh kasus di luar negeri yang terjadi pada biskuit Arnotts di Australia.
Pada suatu saat perusahaan ditelpon oleh seseorang yang hendak memeras perusahaan
tersebut bahwa salah satu kemasan produknya berisi biskuit yang beracun tidak diketahui
kecuali oleh si pemeras tersebut. Perusahaan dihadapkan pada dua pilihan yaitu
membayar orang yang memeras tersebut untuk menunjukkan produk mana yang beracun,
atau menarik seluruh peredaran biskuit tersebut.
Namun perusahaan lebih memilih untuk menanggung kerugian yangbesar dengan
menarik seluruh produk-produknya dan memusnahkannya.Ternyata itu menanamkan
kepercayaan konsumen kepada perusahaan,walaupun pada saat itu perusahaan
menanggung kerugian yang cukup besar, namun ternyata enam bulan kemudian pendapatan
perusahaan naik tiga kali lipat.
Contoh kasus yang ada di Indonesia terjadi pada kasus Ajinomoto,dimana saat
dinyatakan oleh MUI bahwa produknya tidak halal, Ajinomotomenarik semua produknya,
dan perusahaan pun menanggung banyakkerugian.
Namun dengan mengindahkan himbauan dari MUI dan denganmelakukan
pendekatan dengan para ulama, kinerja keuangan yang semulamenurun tajam lama
kelamaan naik. Juga kasus obat anti nyamuk HIT,dimana PT Megahsari Makmur ketahuan
memakai bahan pestisida yang bisa menyebabkan kanker pada manusia di dalam produk
barunya, walau zat tersebut sudah dilarang penggunaannya sejak tahun 2004 lalu.
Atau produsen makanan terutama untuk makanan anak-anak, mereka kebanyakan
menggunakan pemanis buatan untuk menekan ongkos produksinya, namun dalam
kemasannya mereka tidak mencantumkan batas penggunaan maksimal yang dapat
dikonsumsi, mengingat efek yang ditimbulkannya sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan penyakit kanker dan keterbelakangan mental.
Untuk produk kosmetik juga dengan maraknya penggunaan bahanmercury dengan
khasiat untuk memutihkan kulit dalam jangka waktu yangtidak terlalu lama, namun efek
yang ditimbulkannya malah sangatberbahaya.
3.3 Etika Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan menciptakan, mempromosikan dan menyampai-kan
barang atau jasa ke para konsumennya (Philip Kotler, 2003). Pemasaran berupaya untuk
menciotakan nilai yano lebih dari pandangan konsumen atau pelanggan terhadap suatu produk
perusahaan dibandingkan dengan harganya serta menampilkan nilai tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan produk pesaingnya.
Pemasaran merupakan salah satu fungsi utama dalam menentukanbisnis
perusahaan. Tenaga pemasar merupakan sarana penghubung utama perusahaan dengan
konsumen, atau dengan kata lain tenaga pemasar adalah ujung tombak bisnis perusahaan,
karena merekalah yang memotivasi para konsumen untuk mernbeli produk perusahaan
atau bertransaksi dengan perusahaan.
Pemasaran antara produk dan jasa juga sangat berbeda. Biasanya untuk produk
manufaktur diperbolehkan untuk diiklankan di media baik massa maupun elektronik.
Sernentara untuk jasa secara etis dan moral tidak diperbolehkan untuk diiklankan
atau diungkapkan secara terbuka kepada khalayak umurn. Apalagi untuk anggota profesi
biasanya sudah ada kode etik tersendiri yang harus dipatuhi dan dijunjung tinggi, sebagai
contohnya Akuntan dan Pengacara.
2012
6
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Era globalisasi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadappemasaran dan
tentunya hal ini menimbulkan tantangan baru bagi profesipemasar saat ini, dimana tentunya
mereka dituntut untuk dapat memahami peluang untuk mendapat terobosan baru.
Terdapat beberapa tantangan bagi profesi pemasaran pada abad 21 ini yaitu:
1) Tantangan Visi
Dimana tanggungjawab untuk melihat masa depan menjadi beban yang berat bagi para
eksekutif pemasaran, dimana pemasar harus mempunyai kebe-ranian untuk mendobrak
kemapanan dan kreativitas dalam menentukan strategi pemasaran.
2) Tantangan pada Power Marketing
Konsep ini merujuk pada konsep memanusiakan pelanggan, dimana ekspek-tasi pelanggan
semaktn tinggi, hal ini menyebabkan perusahaan perlu meningkatkan kepedulian pada
pelanggan melalui langkah-langkah inovasi di segala bidang.
3) Tantangan pada Transferable Marketing
Perusahaan menyusun pola pemasaran yang dapat dimanfaatkan pada beberapa lokasi
dengan derajat universalitas yang ditingkatkan.
4)
(1)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(1)
Tantangan pada Manajemen Merk
Perusahaan perlu menumbuhkan adanya iklim kerja yang diwarnai dengan kebanggaan
merek mengingat banyaknya jumlah merek yang beredar di pasaran. Pemasaran di
lmgkungan yang mengglobal pun perlu mengadaptasi dengan budaya di negara yang
bersangkutan, misalnya saja iklan Coca Cola di bulan Suci Ramadhan.
Walaupun produk Coca Cola bukan berasal dari negara muslim,namun pemasaran
produk tersebut disesuaikan dengan negara yang menjadi sasarannya.
Dunia usaha sekarang ini menghadapi lingkungan yang dinamis dan bergejolak, dimana
biasanya para konsumen menuntut untuk mendapatkan produk/jasa dengan kualitas yang
tinggi, namun dengan biaya yang rendah.Karena bagi perusahaan konsumen adalah raja.
Pada penelitian yang dilaku-kan oleh Elizabeth H. Greyer and William T. Ross Jr. ditemukan
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan
untuk membeli:
Keetisan dari perilaku perusahaan adalah pertimbangan yang penting selama
pengambilan keputusan untuk membeli barang.
(2)
Diharapkan suatu perilaku perusahaan yang etis.
Mereka akan memberi hadiah perilaku etis dalam bentuk harga yang
lebih tinggi bagi produk perusahaan tersebut.
Meskipun mereka mungkin membeli dari perusahaan yang tidak etis,mereka ingin untuk
membayar dengan harga yang lebih rendah bagi perusahaan yang berlaku tidak etis.
Terdapat 3 (tiga) tanggungjawab moral perusahaan dalam memasarkan produknya
yaitu:
Kualitas produk, tentu saja perusahaan wajib menyediakan produksesuai dengan yang
dijanjikannya baik melalui kontrak ataupun melalui iklan yang ditawarkannya.
Harga, perusahaan menetapkan harga dengan selayaknya, sesuai dengan kualitas.
Pemberian label serta pengemasan, hal ini dilakukan selayaknya olehperusahaan agar
konsumen mengetahui informasi yang Iengkapmengenai produk yang bersangkutan, agar
konsumen tidak dirugikan karena kandungan yang terdapat dalam produk tersebut
Dalam pemasaran dan penjualan, yang harus kita perhatikan adalah:
Dimana perbandingan diijinkan oleh undang-undang, bandingkan secara jujur produk,
layanan atau karyawan kita dengan kompetitor;
2012
7
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
(2) Membuat semua estimasi harga dan rencana tanggal pengiriman secara jelas dan padat,
yang mana tergantung dari variasi pengiriman pemasok dan permintaan pelanggan;
(3)
Tidak pernah memberikan atau menerima pembayaran atau hadiah yangtidak semestinya
kepada atau dari seseorang yang berhubungan dengan penjualan atau pembelian dari
produk atau layanan, biarpun untuk kesempatan bisnis di hari depan; dan
(4) Waspada pada kemungkinan ancaman hukum atas produk, dan bila diperlukan,
memperingatkan pelanggan kita untuk bahaya-bahaya yang berhubungan dengan produk
kita yang terjual.
Etika pemasaran disini merupakan studi mengenai aspek-aspek moral dari kegiatan
pemasaran, dalam kegiatan ini dinilai dengan pedoman apakah perbuatan yang dilakukan
tersebut adalah sesuai dengan asas-asas meng-hormati manusia, dan adil atau tidak.
Seringkali para pemasar menghadapi dilema etik, suatu keadaandimana seseorang
harus memaksa memutuskan sesuatu tindakan, yangmeskipun akan memberikan
keuntungan baik bagi pribadi maupun organi-sasi, namun keputusan yang diambil itu
dianggap tidak etis.
Perusahaan dalam memasarkan produknya hendaknya taat pada perjanjian kontrak
dan perundangan yang berlaku. Perusahaan perlu menyadari bahwa mereka tergantung
pada konsumen. Pelanggaran etika bukan hanya terjadi pada tahap proses produksi tapi
juga terjadi pada tahap pemasaran.
Contoh utama terlihat pada susu formula untuk bayi. Studi yangdilakukan YLKI
selama lima tahun terakhir menunjukkan, berbagai caraditempuh produsen untuk
memasarkan produknya meskipun dengan carayang kurang etis, atau cara yang telah
melanggar Kode Etik' pemasaran Susu Formula yang telah ditetapkan Kode Etik
Internasional.
Salah satu caranya adalah dengan melalui saran dari para medis.Terbukti dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa 40% ibu rumah tanggamenjawab bahwa pemakaian susu
formula tersebut adalah merupakan saran dari tenaga medis (Indah Suksmaningsih, 2001).
Ada tiga faktor yang mempengaruhi manajer pemasaran untukmelakukan tindakan
tidak etis (Schermerhorn, 1999), yaitu:
(1)
Manajer sebagai pribadi. Manajer secara pribadi ingin memaksimalkan keuntungan bagi
dirinya sendiri, faktor lain yang mendorong manajer melakukan perilaku tidak etis yaitu
agama dan tingkat pendidikan.
(2)
Organisasi. Adanya aturan tertulis serta kebijakan resmi dari topmanajemen akan
mempengaruhi tindakan etis para manajer, sehingga kadangkala mereka mengabaikan
prinsip-prinsip pribadi mereka untuk kepentingan organisasi.
(3)
Lingkungan
Salah satu bentuk pemasaran yaitu melalui iklan. Iklan dikenal sebagaimotor penggerak
ekonomi dalam dunia industri. Perusahaan membuat iklan dengan tujuan untuk
meningkatkan profit dan keeksisan di pasar, untuk merebut pengaruh dan perhatian
konsumen.
Perusahaan akan berlomba-lomba menanamkan image produknyadengan kuat
kepada konsumen melalui iklan yang ditayangkan. Fenomena yang terjadi di Indonesia juga
banyak iklan yang dibuat semenarik mungkin dengan mengabaikan tata krama dan tata cara
periklanan di Indonesia, yang tentunya melanggar juga etika dan moral.
Tentunya hal ini merupakan tantangan bagi dunia periklanan khusus-nya dan pada
perusahaan pada umumnya untuk menciptakan iklan yangdapat diterima semua kalangan
tanpa dianggap membodohi masyarakat,karena faktanyapun banyak iklan di Indonesia
2012
8
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
melebih-lebihkan, menyesat-kan, saling menjelekkan dengan produk pesaing atau bahkan
denganmenggunakan keindahan tubuh seorang wanita.
Sebenarnya dalam dunia periklanan sudah ada peraturan yangmengatur tata cara
dalam periklanan yang diantaranya tertuang dalam Tata Krama dan Tata Cara Periklanan
Indonesia serta SK Menkes Nomor 368.
Hal yang sangat berkakan dengan etika dalam dunia periklanandintaranya adalah:
(1) Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia
Bab II A Ayat 1 yang berbunyi:" Iklan harus jujur, bertanggungjawab dan tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku."
Bab II B No. 1 Ayat a yang berbunyi: "Iklan tidak boleh menyesatkan,antara lain dengan
memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabui dan memberikan janji yang
berlebihan."
Bab II B No. 3 Ayat 3 a yang berbunyi: "Iklan tidak bolehmenggunakan kata "ter",
"paling", "nomor satu" dan atau sejenisnya tanpa menjelaskan dalam hal apa keungulannya
itu dan harus dapat membuktikan sumber-sumber otentik pernyataan tersebut."
Bab II B No. 3 Ayat b yang berbunyi: "Iklan harus dijiwai oleh asas persaingan yang
sehat. Perbandingan tidak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak menyesatkan
konsumen."
Bab II B No. 3 Ayat c yang berbunyi: "Iklan tidak boleh secaralangsung ataupun tidak
langsung merendahkan produk-produk lain."
Bab II C No. 2 yang berbunyi: "Dokter, ahli farmasi, tenaga medisdan paramedis lain
atau atribut-atribut profesinya tidak boleh digunakanuntuk mengiklankan produk obatobatan, alat kesehatan maupun kosmetika."
Bab II C no. 10 ayat g yang berbunyi: "Iklan tidak boleh memani-pulasi rasa takut
seseorang terhadap suatu penyakit karena tidakmenggunakan obat yang diiklankan."
(2). Pedoman Periklanan Obat Bebas
Bagian A No. 8 yang berbunyi: "Iklan tidak boleh dimuat dengan ilustrasi peragaan
maupun kata-kata yang berlebihan sehingga dapat menyesatkan konsumen".
Bagian A No. 9 yang berbunyi: Iklan obat tidak boleh diperankanoleh tenaga profesi
kesehatan atau aktor yang berperan sebagai profesikesehatan dan atau menggunakan
"setting" yang beratribut profesi kesehatan dan laboratorium".
Bagian B No. 103 yang berbunyi: "Iklan obat harus meivantumkanspot peringatan
perhatian seperti pada ketentuan umum".
Bagian No. 8 yang berbunyi: "Iklan obat tidak boleh ditujukan untukkhaiayak anak-anak
atau menampilkan anak-anak tanpa adanya supervisi orang dewasa atau memakai narasi
suara anak-anak yang menganjurkan penggunaan obat. Iklan tidak boleh menggambarkan
bahwa keputusan penggunaan obat diambil oleh anak-anak.
(3) Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999
Pasal 17 ayat a yang berbunyi;"Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan
yang mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga
barang dan atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan atau jasa.
Dari ketentuan yang telah dipaparkan di atas, ternyata banyak sekalipelanggaran etika
yang telah dilakukan oleh para pengusaha periklanan dan perusahaan. Bentuk
pelanggarannya kebanyakan iklan yang ditayangkan di televisi untuk sebagian produk susu
2012
9
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan minuman penyegar telah bn, juga untuk iklan motor yang dengan sengaja maupun tidak
menjelekkan produk pesaing baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dampaknya pun ada beberapa iklan yang kemudian ditarik daripenayangannya karena
dianggap kurang beretika. Yang tak kalah pentingnya adalah perlunya kontrol dalam dunia
periklanan yaitu kontrol dari peme-rintah, kontrol para pengiklan itu sendiri (self
regulation), dan yang tak kalah pentingnya adalah kontrol dari masyarakat.
3.4 Multimedia Business Ethics
Salah satu cara pemasaran yang efektif adalah melalui multimedia. Kita menyadari
bahwa bisnis multimedia berperan penting dalam menyebarkan informasi, karena multimedia
is the using of media variety to fulfill communications goals. Elemen dari multimedia terdiri
dari teks, graph, audio, video, and animation. Bicara mengenai bisnis multimedia, tidak
bisa lepas dari stasiun TV, koran, majalah, buku, radio, internet provider, event organizer,
advertising agency, dll. Multimedia memegang peranan penting dalam penyebaran informasi
produk salah satunya dapat terlihat dari iklan-iklan yang menjual satu kebiasaan/produk yang
nantinya akan menjadi satu kebiasaan populer. Sebagai saluran komunikasi, media
berperan efektif sebagai pembentuk sirat konsumerisme.
Etika berbisnis dalam multimedia didasarkan pada pertimbangan:
(1) Akuntabilitas perusahaan, di dalamnya termasuk corporate governance,kebijakan
keputusan, manajemen keuangan, produk dan pemasaranserta kode etik.
(2) Tanggung
jawab
sosial,
yang
merujuk
pada
peranan
bisnis
dalamlingkungannya, pemerintah lokal dan nasional, dan kondisi bagipekerja.
(3) Hak dan kepentingan stakeholder, yang ditujukan pada mereka yangmemiliki andil dalam
perusahaan, termasuk pemegang saham,owners, para eksekutif, pelanggan, supplier dan
pesaing.
Contoh terakhir yang terjadi pada fenomena acara yang ditayangkanoleh salah satu
stasiun TV kita yaitu "Smack Down" yang membuat kitaterpana sejenak, ternyata bisnis ini
kurang mempertimbangkan etika. Atasnama nilai komersial, walaupun katanya dengan
maksud memuaskan selera konsumennya, pihak televisi mengabaikan dampak negatif yang
akan terjadi di masyarakat, terutama pada anak-anak.
Acara tersebut menayangkan aksi kekerasan yang mengundang anak-anak untuk
menirukannya. Setelah acara ini menelan korban di beberapa kota, dari yang luka ringan
sampai korban tewas di Bandung, memuncaklah tekanan untuk menghentikan acara ini.
Walaupun stasiun TV tersebut tidak serta merta menghentikan namun dengan terlebih
dahulu menghimbau terutama kepada anak-anak untuk tidak menonton acara tersebut,
namun setelah sedemikian gencarnya tuntutan dari masyarakat dan lembaga-lembaga
terkait, terutama setelah dikeluarkannya surat dari Komisi Penyiaran Indonesia
bemomor 553/K/KPI/11/06 bertanggal 29 November 2006 maka acara ini mulai dihentikan
penayangannya.
Di sinilah manajemen, produser, tim kreatif atau pihak manapun yangberhubungan
dengan penayangan acara tersebut dituntut untuk berpikir lebih bijak, agar apa yang akan
disajikan kepada penontonnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat,
tidak membawa dampak yang negatif, sehingga tidak ada pihak manapun yang akan atau
merasa dirugikan.
Namun demikian penghentian penayangan acara tersebut tidaklangsung dapat
membuat kita lega, karena walaupun sudah tidakditayangkan lagi, namun acara tersebut
bisa kita temukan dalam bentuk VCD maupun ploystation, yang tentu sudah banyak
2012
10
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
menyebar. Inilah PR buat kita, terutama untuk para orangtua, dan para penjual ataupun
penyewa PS agar tergugah nuraninya, agar kejadian yang sudah menelan korban tersebut
tidak terulang kembali.
3.5 Pencegahan Perilaku Tidak Etis Melalui Multimedia
Dalam kasus "Smack Down" ini, membuat kita sadar bahwa etika dalam berbisnis
tidak dapat diabaikan, sehingga pelaku bisnis khususnya multimedia, dalam hal ini perlu
merumuskan kode etik yang harus disepakati oleh stakeholder, termasuk di
dalamnya production house,stasiun TV, radio, penerbit buku, media masa, internet provider,
event organizer, advertising agency, dll.
Hal lain yang bisa dilakukan oleh pemerintah pusat dengan mencobauntuk memandu
pembentukan kultur melalui kurikulum pendidikan, perayaan liburan nasional, dan
mengendalikan dengan seksama media masa, organisasi sosial dan tata ruang kota.
Media masapun sangat berperan penting dalam hal ini, karena merekalah yang
menginformasikan kepada masyarakat, merekalah yang bisa membentuk opini baik
ataupun buruk dari masyarakat, hendaknya media menjadi sarana untuk menghibur,
sumber informasi dan edukasi bagi masyarakat.
Wartawan telah mempunyai kode etik jurnalistik yang dapatmembantu para
wartawan menentukan apa yang benar, dan apa yang salah, baik atau buruk, dan
bertanggungjawab atau tidak dalam proses kerja kewartawanan.
Kita berharap banyak kepada media masa ini karena apabila seseorang terjun ke dunia
kewartawanan, maka paling tidak ada tiga pilar utama yang menjadi pegangan dalam
menjalankan tugasnya, yaitu kode etik jumalistik, norma hukum dan profesionalisme.
Namun harus diingat bahwa semua pelaku bisnis ini akan menjalankan bisnisnya
secara lebih etis apabila ditunjang oleh peraturan pemerintah yang tegas.
Dilema produksi
Smartphones rely on coltan, much of which is mined in the Democratic Republic of
Congo. Given that the Congo represents one of the worst illustrations of modern mineral
exploitation, what will you do? Use a device that is a necessity? Seek the manufacturer that
is socially and environmentally responsible? Or rely on the marketplace to change the
production of coltan and smartphones?
Desember 1, 2013
PERANAN DAN MANFAAT ETIKA BISNIS DI BIDANG PEMASARAN, KEUANGAN DAN
TEKNOLOGI DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI
anisamugni
Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha termasuk
dalam berinterkasi dengan pemangku kepentingan (stakeholders).
Etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini
berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan
perilaku bisnis (Velasquez, 2005)
2012
11
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tidak dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan memancing
tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat sehingga akan kontra produktif, misalnya
melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya.
Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan
perusahaan yang menjunjung tinggi nilai etika bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan
yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaaan
tidak mentolerir tindakan yang tidak etis. Misalnya diskriminsi dalam sistem jenjang karier.
Faktor-faktor yang Mendorong Timbulnya Masalah Etika Bisnis
1. Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi
2. Tekanan persaingan terhadap laba perusahaan
3. Pertentangan antara nilai-nilai perusahaan dengan perorangan
Pengertian Promosi
Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada
dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan
adanya promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan.
Tujuan Promosi di antaranya adalah:
1. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial
2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit
3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan
4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar
5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing
6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.
Beberapa cara untuk melakukan promosi adalah:
1. Melalui e-mail
2. Melalui sms
3. Melalui pembicaraan
4. Melalui iklan
Etika bisnis (juga etika perusahaan) merupakan bentuk etika terapan atau etika profesi yang
meneliti prinsip etika dan masalah moral atau etika yang timbul dalam lingkungan bisnis. Ini
berlaku untuk semua aspek perilaku bisnis dan relevan dengan perilaku individu dan
organisasi secara keseluruhan.
Etika bisnis telah baik normatif dan dimensi deskriptif. Sebagai praktik perusahaan dan
spesialisasi karir, bidang ini terutama normatif.Akademisi mencoba untuk memahami
perilaku bisnis menggunakan metode deskriptif. Rentang dan kuantitas masalah bisnis etika
mencerminkan interaksi perilaku memaksimalkan keuntungan dengan non-ekonomi. Bunga
dalam etika bisnis dipercepat secara dramatis selama tahun 1980 dan 1990-an, baik di
dalam perusahaan besar dan dalam akademisi.
PERANAN DAN MANFAAT ETIKA BISNIS DI BIDANG PEMASARAN
Definisi Konsep Pemasaran :
Falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakansalah
satu syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Tahapan-tahapan dalam Manajemen Pemasaran :
 Tahap orientasi Produksi
tujuan dan perencanaan perusahaan ditentukan oleh Bagian Produksi
tugas Bagian Penjualan hanya menjual dan mengkoordinasikan tenaga
penjual
harga produk sudah ditentukan oleh Bagian Produksi dan Bagian Keuangan
Konsep yang dianut disebut Konsep Produksi

2012
Tahap orientasi Penjualan
12
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pengukuran keberhasilan perusahaan ditentukan oleh volume penjualan dan bukan laba
perusahaan
Konsep yang dianut disebut Konsep Penjualan
MASYARAKAT modern adalah masyarakat pasar atau masyarakat bisnis atau juga disebut
masyarakat konsumen. Alasannya tentu jelas, semua orang dalam satu atau lain bentuk
tanpa terkecuali adalah konsumen dari salah satu barang yang diperlukan melalui kegiatan
bisnis. Bisnis sudah merasuki seluruh masyarakat dan semua sendi kehidupan manusia.
Karena itu tidak satu orang pun luput dari bisnis itu. Semua manusia adalah konsumen,
termasuk pelaku bisnis atau pedagang/produsen itu sendiri.
Hanya, para pelaku bisnis/pedagang punya anggapan bahwa mereka sesungguhnya hanya
memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka hanya memenuhi permintaan. Jadi mereka tidak
bertanggung jawab atas sebuah barang/makanan yang merugikan atau berpotensi
merugikan konsumen. Dalam hal ini, bisnis lalu dianggap sebagai suatu aktivitas netral yang
hanya ingin melayani kebutuhan dan permintaan konsumen. Contohnya dalam kasus
makanan yang mengandung zat berbahaya, pedagang hanya memenuhi kebutuhan dan
permintaan konsumen. Bahwa makanan yang mengandung zat berbahaya merugikan
kesehatan manusia, pedagang tidak bertanggung jawab, karena masyarakat itu sendiri yang
membutuhkan, sementara pedagang hanya memenuhi apa yang dibutuhkan masyarakat.
Sikap netral itu merupakan salah satu prinsip yang harus dipegang oleh pelaku
bisnis/pedagang. Mereka hanya boleh menawarkan barang yang dibutuhkan manusia dan
tidak boleh ”menipu” konsumen untuk membeli atau mengkonsumsi barang yang
diinginkannya. Namun, apakah betul, dalam menawarkan barang dagangannya, pedagang
bersikap netral? Apakah betul bahwa kebutuhan itu ada pada konsumen dan bukan
ditawarkan oleh pedagang/pelaku bisnis? Apakah betul pelaku bisnis/pedagang tidak
”menipu”?Dalam kenyataannya tidak demikian. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam
banyak hal pedagang itulah yang menciptakan kebutuhan pada konsumen dan bukan
sekadar memenuhi kebutuhan yang sudah ada. Dalam arti tertentu pedagang menciptakan
(barang termasuk makanan) berbagai kebutuhan masyarakat sambil menemukan cara yang
paling gampang dan pintas untuk meraup keuntungan. Dalam contoh negatif, mi, bakso dan
lain-lain jenis makanan merupakan kebutuhan, oleh karenanya diciptakan oleh
pedagang/pelaku bisnis.
Dengan demikian, tidak bisa sepenuhnya benar bahwa bisnis bersikap netral. Bahkan,
bukan hanya kehadiran bisnis menciptakan kebutuhan atau permintaan, melainkan melalui
iklan yang gencar (baik iklan dalam bentuk sederhana maupun iklan dengan biaya tinggi),
apa yang semula tidak dibutuhkan menjadi dibutuhkan. Tentu saja tidak bisa disangkal
bahwa bisnis juga punya peranan yang sangat besar dalam membuat kehidupan manusia
modern menjadi jauh lebih menyenangkan dan nyaman. Namun tidak bisa disangkal pula
bahwa bisnis tertentu merusak masyarakat, baik dalam kaitannya dengan kesehatan,
mental, maupun budaya masyarakat. Timbulnya berbagai penyakit yang sangat dipengaruhi
oleh pola konsumsi makanan tidak bisa tidak merupakan tanggung jawab pedagang atau
orang bisnis. Demikian pula, sampai pada tingkat tertentu orang bisnis membuat masyarakat
menjadi sangat konsumtif dan bahkan sampai pada tindakan kriminal seperti pencurian,
perampokan dan korupsi hanya demi memenuhi kebutuhan atau permintaan yang dalam
banyak hal tidak begitu diperlukan. Maka, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa bisnis ikut
bertanggung jawab (secara etika) atas baik buruknya masyarakat modern ini.
Bisnis harus dikendalikan dalam batas-batas yang tidak sampai merusak kebebasan dan
hak setiap orang: hak pelaku bisnis dan hak konsumen atau hak masyarakat secara
keseluruhan. Pada tempat pertama, pelaku bisnis perlu dibuatkan kode etik profesi (sudah
selayaknya pelaku bisnis ini diatur dalam suatu kode etik profesi. Karena pelaku
bisnis/pebisnis merupakan bagian dari etika sosial yang terdiri dari etika profesi termasuk
pelaku bisnis sebagai suatu profesi sama dengan profesi lainnya yang ditujukan untuk orang
banyak). Pelaku bisnis diharapkan masih mempunyai kesadaran moral dan tanggung jawab
2012
13
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
untuk memperhatikan efek negatif dari kegiatan bisnisnya bagi masyarakat, baik
menyangkut kesehatan, moral, budaya, sosial dan ekonomi. Diharapkan pelaku-pelaku
bisnis masih peka terhadap kepentingan dan keadaan masyarakat untuk tidak sampai
merusaknya hanya demi keuntungan bagi dirinya.
Pada tingkat berikut, tetap dibutuhkan kebijaksanaan untuk menjinakkan bisnis ini.
Dibutuhkan perangkat legal politis untuk menentukan aturan main yang masih ditoleransi
bagi kepentingan masyarakat atau konsumen. Dibutuhkan peraturan perundang-undangan
yang meletakkan batas-batas minimal yang masih dapat diterima bagi kegiatan-kegiatan
bisnis tertentu dalam kaitannya dengan hak dan kepentingan masyarakat. Secara kongkret,
misalnya, dibutuhkan undang-undang periklanan, undang-undang tentang kesehatan dan
keamanan suatu produk, undang-undang mengenai mutu produk dan seterusnya. Atau
paling kurang, iklan pelayanan masyarakat sebagai ”imbangan” dari iklan misnis perlu
semakin digencarkan. Misalnya iklan tentang bahaya merokok, bahaya susu formula
dibandingkan dengan ASI, bahaya makanan yang memakai zat pengawet atau makanan
dalam kaleng dan semacamnya. Ini penting untuk mengamankan kepentingan masyarakat
banyak, agar konsumen tidak dirugikan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka
panjang.
Etika Pemasaran dalam konteks promosi :
a) Sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan obyektif.
b) Sebagai sarana untuk membangun image positif.
c) Tidak ada unsur memanipulasi atau memberdaya konsumen.
d) Selalu berpedoman pada prinsip2 kejujuran.
e) Tidak mengecewakan konsumen.
Etika bisnis di Bidang Pemasaran
Dalam setiap produk harus dilakukan promosi untuk memberitahukan atau menawarkan
produk atau jasa agar mudah dan cepat dikenali oleh masyarakat dengan harapan kenaikan
pada tingkat pemasarannya.
Promosi sangat diperlukan untuk dapat membuat barang yang produksi menjadi diketahui
oleh publik dalam berpromosi diperlukan etika-etika yang mengatur bagaimana cara
berpromosi yang baik dan benar serta tidak melanggar peraturan yang berlaku, etika ini juga
diperlukan agar dalam berpromosi tidak ada pihak-pihak yang dirugikan oleh tekhnik
promosi.
Cara-Cara Melakukan Promosi Dengan Etika Bisnis
Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengendalian Diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak
memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
3. Mempertahankan Jati Diri
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
4. Menciptakan Persaingan yang Sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan
yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan
perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap
perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatankekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
2012
14
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
5. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi
perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi
lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang
dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan Negara.
7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh)
karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi”
serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk
mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan
Pengusaha Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap saling
percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah,
sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang
sudah besar dan mapan.
9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap
orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya
semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendiri
maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi,
jelas semua konsep etika bisnis itu akan “gugur” satu semi satu.
10. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa memiliki
terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
11. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi
Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika
bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.
Daftar Pustaka

2012

peranan dan manfaat etika bisnis di bidang pemasaran, keuangan dan
teknologi terhadap era globalisasi Desember 1, 2013 by anisamugni
Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999.

ISO 9000 dan 14000 International Standard Organization

Ethics and the conduct of business . Edisi 5th Karangan John R Boatright , Pearson International
Edition. 2007 Business Ethichs (concept & case) Karangan Manuel G Velasquez
15
Business Ethics and Good Governance
Dr. Tri Mardjoko, SE, MA
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download