MODUL PERKULIAHAN Judul : Business Ethics & Corporate Governance Pokok Bahasan: Ethics & Marketing Fakultas Fakultas Program Studi Program Studi Tatap Muka 00 Kode MK Disusun Oleh Kode MK Nama Abstract Kompetensi Diisi dengan abstract Diisi dengan kompetensi Topik bahasan etika dan marketing ini menjelaskan bahwa kegiatan perusahaan dibidang pemasaran yang meliputi tanggung jawab perusahaan terkait keamanan produk yang diproduksi dan dijualnya terhadap konsumen, lingkungan dan aspek hukumnya, jujur dalam kegiatan periklanan dan penjualan, serta tidak memanipulasi informasi dan memanfaatkan bagian masyarakat yang terpinggirkan dan turut bertanggung jawab terhadap kegiatan sepanjang value chain. Setelah mempelajari materi topik ini, menjawab quiz dan membahas forumnya, diharapkan mahasiswa dapat menguasai materi tentang tanggung jawab perusahaan terhadap konsumen, regulator, lingkungan dan aspek hukumnya dari kegiatan2 marketing. Pembahasan Etika di Bidang Produksi dan Pemasaran (Production and Marketing Ethics). Hubungan yang dilakukan perusahaan dengan para pelanggannya dapat menimbulkan berbagai permasalahan etika di bidang produksi dan pemasaran. Untuk melindungi konsumen dari perlakuan yang tidak etis yang mungkin dilakukan oleh perusahaan, pemerintah Indonesia telah memberlakukan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-undang ini dijelaskan berbagai perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha. Antara lain, pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang: a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyarakatkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut c. tidak sesuai dengn ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah hitungan menurut ukuran yang sebenarnya d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut Etika manajer berdasarkan fungsi produksi. Fungsi produksi adalah semua kegiataan operasional perusahaan yang berkaitan dengan mengasilkan barang atau jasa yang akan dipasarkan oleh perusahaan. Berkaitan dengan kegiatan produksi tersebut maka perusahaan harus melaksanakan etika manajer sebagai berikut: 1. Menghasilkan barang dengan kualitas bahan baku yang standar dan hasil produksi dengan kualitas yang standar yang menjamin tidak membahayakan kehidupan masyarakat. 2. Manajer harus memberikan perlindungan kepada semua personalia yang bekerja menghasilkan barang dan jasa. 3. Di dalam menghasilkan barang dan jasa menggunakan peralatan atau mesinmesin yang menjamin keselamatan pekerja. 4. Produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan bukan tiruan atau plagiat dari hasil produksi perusahaan lain yang dilakukan dengan cara yang tidak syah. 5. Di dalam menghasilkan barang dan jasa harus tepat kualitas, tepat harga dan waktu penyerahan kepada masyarakat sesuai dengan kesepakatan. Etika manajer berdasarkan fungsi pemasaran. Fungsi pemarasan adalah fungsi perusahaan yang berhubungan dengan usaha untuk menyampaikan barang sehingga pemakai barang mendapatkan kepuasan dan disisi lain perusahaan mendapatkan laba atau keuntungan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut manajer harus melaksanakan etika manajer sebagai berikut: 1. Memberikan informasi barang kepada pemakai atau konsumen dengan sebenarnya. 2. Promosi termasuk iklan yang dikeluarkan tidak menyinggung nilai moral masyarakat dan tidak bersifat berdusta. 3. Menyerahkan barang sesuai dengan kesepakatan dengan pembeli. 2012 2 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Menerima komplin atau pengembalian atas barang yang rusak atau cacat dari pembeli. 5. Memberikan pelayanan purna jual seperti yang dijanjikan perusahaan. ETIKA PRODUKSI DAN PEMASARAN 1.1 Pendahuluan Ketika para pebisnis membicarakan mengenai etika bisnis, maka maknanya adalah: (1) Penghindaran terhadap pelanggaran hukum kriminal dalam aktivitas kerja seseorang; (2) Tindakan penghindaran terhadap perlawanan hukum sipil yangdilakukan perusahaan; (3) Penghindaran terhadap penciptaan imej buruk perusahaan. Bisnis biasanya memperhatikan tiga hal tersebut jika sudah mengalami kerugian dan reputasi perusahaan mulai menurun. Munculnya kasus-kasus yang melahirkan problematik etika bisnis bisa beragam sifatnya, seperti adanya kepentingan pribadi yang berlawanan dengan kepentingan orang lain, hadirnya tekanan persaingan dalam meraih keuntungan yang melahirkan konflik perusahaan dengan pesaingnya, munculnya pertentangan antara tujuan perusahaan dengan nilai-nilai pribadi yang melahirkan pertentangan antara kepentingan atasan dan bawahannya. Terdapat 3 hal penting yang harus dimiliki oleh perusahaan dalam berbisnis: (1) Transparansi Masyarakat ingin mengetahui tentang operasi perusahaan. Posisi etis dari perusahaan harus jelas bagi para pembeli agar mereka dapat menilai. Hal ini biasanya bisa dilakukan pada perusahaan yang sudah menjadi perusahaan publik. (2) Kejujuran Ketidakjujuran adalah aspek kritis terbesar dalam etika bisnis. Pemberian label yang salah atau tidak lengkap, harga yang membingungkan dapat merugikan konsumen. Kejujuran ini juga meliputi perilaku perusahaan, staf dan personil lainnya yang berkaitan dengannya. (3) Kerendahan Hati Perusahaan harus mencegah untuk menggunakan kekuatan atau uangnya untuk mengamankan posisinya. Di Indonesia sendiri hak konsumen dilindungi oleh Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999. Pasal 2 UUPK yang menyebutkan bahwa perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen serta kepastian hukum. (1) (2) (3) (4) Sedangkan Hak konsumen menurut pasal 4 UUPK, adalah sebagaiberikut: Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkon-sumsi barang dan/atau jasa; Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; Hak untuk didengar pendapat atau keluhannya atas barang danjasa yang dia gunakan; 2012 3 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyel saian sengketa perlindungan konsumen secara patut. (6) Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen; (7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; (8) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan / atau penggam apabila barang dan / atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; (9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya; (1) (2) (3) (4) Namun demikian konsumen juga mempunyai kewajiban, sebagaiberikut (pasal 5): Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemak; atau pemanfaatan barang dan /atau jasa demi keamanan dan lamatan. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan;jasa; Membayar dengan nilai tukar yang disepakati; Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut; Sedangkan pasal-pasal yang berkaitan dengan pelaku usaha adalah: a. Pasal 7, Kewajiban Pelaku Usaha Kewajiban pelaku usaha diantaranya adalah: (1) Memberikan informasi yang jelas, benar dan jujur mengenai komdan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelas penggunaan perbaika n dan pemeliharaan. (2) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujurserta tidak diskriminatif (3) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atadiperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku. (4) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabilabarang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai perjanjian. b. Pasal 13, Ayat l: Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan suatu barang dan atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan atau jasa lain secara cuma-cuma dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikan-nya. c. Pasal 14 Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian, dilarang untuk: (1) Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang dijanjikan; (2) Mengumumkan hasilnya tidak melalui media masa; (3) Memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan; (4) Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan; d. Pasal 18, Ayat 2: Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausa baku yang Ietak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca jelas, atau pengung-kapannya sulit dimengerti. Terdapat 3 (tiga) Teori Dasar dalam pendekatan etis dan yuridis yang berkaitan dengan hubungan antara konsumen dan produsen, yaitu: (1) Teori Kontrak Menurut teori ini hubungan antara konsumen dan produsen sebaiknya dilihat sebagai semacam kontrak dan kewajiban produsen terhadap konsumen yang didasarkan pada kontrak tersebut. Kewajiban produsen adalah memberikan produk yang mempunyai 2012 4 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kualitas sesuai dengan yang dijanjikan dalam promosinya, sedangkan kewajiban konsumen adalah membayar sejumlah uang pada perusahaan untuk produk tersebut dengan prinsip berhati-hati dalam mempunyai kewajiban dasar untuk mematuhi isi dari perjanjian penjualan dan kewajiban sekunder untuk memahami sifat produk, menghindari misrepresentasi dan menghindari penggunaan paksaan. (2) Teori Perhatian Semestinya Teori ini menekankan bahwa faktor yang sangat diperbatikan adalahkepentingan konsumen untuk mendapatkan produk yang berkualitas adalah menjadi tanggung jawab produsen. Norma dasar yang melandasi pandangan ini adalah bahwa seseorang tidak boleh merugikan orang lain dengan kegiatannya. (3) Teori BiayaSosial Teori ini berkaitan dengan inovasi dari desain produk, dalam hal iniprodusen mempunyai tanggungjawab atas semua kekurangan produk dan setiap kerugian yang dialami konsumen dalam memakaiproduknya. 1.2 Etika Produksi Produksi berarti diciptakannya manfaat, produksi tidak diartikan sebagai menciptakan secara fisik sesuatu yang tidak ada, karena tidak seorang pun dapat menciptakan benda. Kegiatan produksi mempunyai fungsi menciptakan barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada waktu, harga dan jumlah yang tepat. Dalam proses produksi biasanya perusahaan menekankan agar produk yang dihasilkannya mengeluarkan biaya yang termurah, melalui peng-kombinasian penggunaan sumber-sumber daya yang dibutuhkan, tentu saja tanpa mengabaikan proses inovasi serta kreasi. Secara praktis, ini memerlukan perubahan dalam cara membangun. Yakni dari cara produksi konvensional menjaai cara produksi dengan menggunakan sumber daya alam semakin sedikit, membakar energi semakin rendah, menggunakan ruang-tempat lebih kecil, membuang limbah dan sampah lebih sedikit dengan hasil produk yang setelah dikonsumsi masih bisa didaur ulang. Pola produksi ini dilaksanakan dalam ruang lingkup dunia usaha yang merangsang diterapkannya secara lebih meluas ISO-9000 dan ISO-14000. ISO-9000 bertujuan untuk peningkatan kualitas produksi. Sedangkan ISO-14000 bertujuan untuk peningkatan pola produksi berwawasan ling-kungan, membangun pabrik atau perusahaan hijau(green company) dengan sasaran "keselamatan kerja, kesehatan, dan lingkungan" yang maksimal dan pola produksi dengan "limbah-nol" (zero waste), mendorong penjualan dengan pengepakan barang secara minimal dan bisa dikembalikan untuk didaur-ulang kepada penjual, merangsang perusahaan asuransi mengem-bangkan "risiko lingkungan" dan mendorong Bursa Jakarta mengembangkan semacam "Dow Jones Sustainable Development Index". Langkah-langkah tersebut memerlukan ditegakkannya kode etika"tanggung jawab dan akuntabilitas korporasi" (corporate responsibility and accountability) yang diawasi ketat oleh asosiasi-asosiasi perusahaan danmasyarakat umum. Kualitas produk pun bisa dikorbankan demi pemangkasan biaya produksi. Hukum harus menjadi langkah pencegahan (precautionary measures)yang ketat bagi perilaku ekonomi. Perilaku ekonomi yang membahayakankeselamatan publik harus diganjar seberat-beratnya. Ini bukan sekadarlabelisasi "aman" atau "tidak aman" pada barang konsumsi. Karena, itu amat rentan terhadap kolusi. Banyak pengusaha rela membayar miliaran rupiah bagi segala bentuk labelisasi. Seharusnya pengusaha membayar 2012 5 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id miliaran rupiah atas perbuatannya yang membahayakan keselamatan publik. Hukum harus menjadi pencegah dan bukan pemicu perilaku ekonomi tak etis. Sebagai contoh kasus di luar negeri yang terjadi pada biskuit Arnotts di Australia. Pada suatu saat perusahaan ditelpon oleh seseorang yang hendak memeras perusahaan tersebut bahwa salah satu kemasan produknya berisi biskuit yang beracun tidak diketahui kecuali oleh si pemeras tersebut. Perusahaan dihadapkan pada dua pilihan yaitu membayar orang yang memeras tersebut untuk menunjukkan produk mana yang beracun, atau menarik seluruh peredaran biskuit tersebut. Namun perusahaan lebih memilih untuk menanggung kerugian yangbesar dengan menarik seluruh produk-produknya dan memusnahkannya.Ternyata itu menanamkan kepercayaan konsumen kepada perusahaan,walaupun pada saat itu perusahaan menanggung kerugian yang cukup besar, namun ternyata enam bulan kemudian pendapatan perusahaan naik tiga kali lipat. Contoh kasus yang ada di Indonesia terjadi pada kasus Ajinomoto,dimana saat dinyatakan oleh MUI bahwa produknya tidak halal, Ajinomotomenarik semua produknya, dan perusahaan pun menanggung banyakkerugian. Namun dengan mengindahkan himbauan dari MUI dan denganmelakukan pendekatan dengan para ulama, kinerja keuangan yang semulamenurun tajam lama kelamaan naik. Juga kasus obat anti nyamuk HIT,dimana PT Megahsari Makmur ketahuan memakai bahan pestisida yang bisa menyebabkan kanker pada manusia di dalam produk barunya, walau zat tersebut sudah dilarang penggunaannya sejak tahun 2004 lalu. Atau produsen makanan terutama untuk makanan anak-anak, mereka kebanyakan menggunakan pemanis buatan untuk menekan ongkos produksinya, namun dalam kemasannya mereka tidak mencantumkan batas penggunaan maksimal yang dapat dikonsumsi, mengingat efek yang ditimbulkannya sangat berbahaya karena dapat menimbulkan penyakit kanker dan keterbelakangan mental. Untuk produk kosmetik juga dengan maraknya penggunaan bahanmercury dengan khasiat untuk memutihkan kulit dalam jangka waktu yangtidak terlalu lama, namun efek yang ditimbulkannya malah sangatberbahaya. 3.3 Etika Pemasaran Pemasaran adalah kegiatan menciptakan, mempromosikan dan menyampai-kan barang atau jasa ke para konsumennya (Philip Kotler, 2003). Pemasaran berupaya untuk menciotakan nilai yano lebih dari pandangan konsumen atau pelanggan terhadap suatu produk perusahaan dibandingkan dengan harganya serta menampilkan nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan produk pesaingnya. Pemasaran merupakan salah satu fungsi utama dalam menentukanbisnis perusahaan. Tenaga pemasar merupakan sarana penghubung utama perusahaan dengan konsumen, atau dengan kata lain tenaga pemasar adalah ujung tombak bisnis perusahaan, karena merekalah yang memotivasi para konsumen untuk mernbeli produk perusahaan atau bertransaksi dengan perusahaan. Pemasaran antara produk dan jasa juga sangat berbeda. Biasanya untuk produk manufaktur diperbolehkan untuk diiklankan di media baik massa maupun elektronik. Sernentara untuk jasa secara etis dan moral tidak diperbolehkan untuk diiklankan atau diungkapkan secara terbuka kepada khalayak umurn. Apalagi untuk anggota profesi biasanya sudah ada kode etik tersendiri yang harus dipatuhi dan dijunjung tinggi, sebagai contohnya Akuntan dan Pengacara. 2012 6 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Era globalisasi memberikan pengaruh yang cukup besar terhadappemasaran dan tentunya hal ini menimbulkan tantangan baru bagi profesipemasar saat ini, dimana tentunya mereka dituntut untuk dapat memahami peluang untuk mendapat terobosan baru. Terdapat beberapa tantangan bagi profesi pemasaran pada abad 21 ini yaitu: 1) Tantangan Visi Dimana tanggungjawab untuk melihat masa depan menjadi beban yang berat bagi para eksekutif pemasaran, dimana pemasar harus mempunyai kebe-ranian untuk mendobrak kemapanan dan kreativitas dalam menentukan strategi pemasaran. 2) Tantangan pada Power Marketing Konsep ini merujuk pada konsep memanusiakan pelanggan, dimana ekspek-tasi pelanggan semaktn tinggi, hal ini menyebabkan perusahaan perlu meningkatkan kepedulian pada pelanggan melalui langkah-langkah inovasi di segala bidang. 3) Tantangan pada Transferable Marketing Perusahaan menyusun pola pemasaran yang dapat dimanfaatkan pada beberapa lokasi dengan derajat universalitas yang ditingkatkan. 4) (1) (3) (4) (1) (2) (3) (1) Tantangan pada Manajemen Merk Perusahaan perlu menumbuhkan adanya iklim kerja yang diwarnai dengan kebanggaan merek mengingat banyaknya jumlah merek yang beredar di pasaran. Pemasaran di lmgkungan yang mengglobal pun perlu mengadaptasi dengan budaya di negara yang bersangkutan, misalnya saja iklan Coca Cola di bulan Suci Ramadhan. Walaupun produk Coca Cola bukan berasal dari negara muslim,namun pemasaran produk tersebut disesuaikan dengan negara yang menjadi sasarannya. Dunia usaha sekarang ini menghadapi lingkungan yang dinamis dan bergejolak, dimana biasanya para konsumen menuntut untuk mendapatkan produk/jasa dengan kualitas yang tinggi, namun dengan biaya yang rendah.Karena bagi perusahaan konsumen adalah raja. Pada penelitian yang dilaku-kan oleh Elizabeth H. Greyer and William T. Ross Jr. ditemukan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli: Keetisan dari perilaku perusahaan adalah pertimbangan yang penting selama pengambilan keputusan untuk membeli barang. (2) Diharapkan suatu perilaku perusahaan yang etis. Mereka akan memberi hadiah perilaku etis dalam bentuk harga yang lebih tinggi bagi produk perusahaan tersebut. Meskipun mereka mungkin membeli dari perusahaan yang tidak etis,mereka ingin untuk membayar dengan harga yang lebih rendah bagi perusahaan yang berlaku tidak etis. Terdapat 3 (tiga) tanggungjawab moral perusahaan dalam memasarkan produknya yaitu: Kualitas produk, tentu saja perusahaan wajib menyediakan produksesuai dengan yang dijanjikannya baik melalui kontrak ataupun melalui iklan yang ditawarkannya. Harga, perusahaan menetapkan harga dengan selayaknya, sesuai dengan kualitas. Pemberian label serta pengemasan, hal ini dilakukan selayaknya olehperusahaan agar konsumen mengetahui informasi yang Iengkapmengenai produk yang bersangkutan, agar konsumen tidak dirugikan karena kandungan yang terdapat dalam produk tersebut Dalam pemasaran dan penjualan, yang harus kita perhatikan adalah: Dimana perbandingan diijinkan oleh undang-undang, bandingkan secara jujur produk, layanan atau karyawan kita dengan kompetitor; 2012 7 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (2) Membuat semua estimasi harga dan rencana tanggal pengiriman secara jelas dan padat, yang mana tergantung dari variasi pengiriman pemasok dan permintaan pelanggan; (3) Tidak pernah memberikan atau menerima pembayaran atau hadiah yangtidak semestinya kepada atau dari seseorang yang berhubungan dengan penjualan atau pembelian dari produk atau layanan, biarpun untuk kesempatan bisnis di hari depan; dan (4) Waspada pada kemungkinan ancaman hukum atas produk, dan bila diperlukan, memperingatkan pelanggan kita untuk bahaya-bahaya yang berhubungan dengan produk kita yang terjual. Etika pemasaran disini merupakan studi mengenai aspek-aspek moral dari kegiatan pemasaran, dalam kegiatan ini dinilai dengan pedoman apakah perbuatan yang dilakukan tersebut adalah sesuai dengan asas-asas meng-hormati manusia, dan adil atau tidak. Seringkali para pemasar menghadapi dilema etik, suatu keadaandimana seseorang harus memaksa memutuskan sesuatu tindakan, yangmeskipun akan memberikan keuntungan baik bagi pribadi maupun organi-sasi, namun keputusan yang diambil itu dianggap tidak etis. Perusahaan dalam memasarkan produknya hendaknya taat pada perjanjian kontrak dan perundangan yang berlaku. Perusahaan perlu menyadari bahwa mereka tergantung pada konsumen. Pelanggaran etika bukan hanya terjadi pada tahap proses produksi tapi juga terjadi pada tahap pemasaran. Contoh utama terlihat pada susu formula untuk bayi. Studi yangdilakukan YLKI selama lima tahun terakhir menunjukkan, berbagai caraditempuh produsen untuk memasarkan produknya meskipun dengan carayang kurang etis, atau cara yang telah melanggar Kode Etik' pemasaran Susu Formula yang telah ditetapkan Kode Etik Internasional. Salah satu caranya adalah dengan melalui saran dari para medis.Terbukti dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 40% ibu rumah tanggamenjawab bahwa pemakaian susu formula tersebut adalah merupakan saran dari tenaga medis (Indah Suksmaningsih, 2001). Ada tiga faktor yang mempengaruhi manajer pemasaran untukmelakukan tindakan tidak etis (Schermerhorn, 1999), yaitu: (1) Manajer sebagai pribadi. Manajer secara pribadi ingin memaksimalkan keuntungan bagi dirinya sendiri, faktor lain yang mendorong manajer melakukan perilaku tidak etis yaitu agama dan tingkat pendidikan. (2) Organisasi. Adanya aturan tertulis serta kebijakan resmi dari topmanajemen akan mempengaruhi tindakan etis para manajer, sehingga kadangkala mereka mengabaikan prinsip-prinsip pribadi mereka untuk kepentingan organisasi. (3) Lingkungan Salah satu bentuk pemasaran yaitu melalui iklan. Iklan dikenal sebagaimotor penggerak ekonomi dalam dunia industri. Perusahaan membuat iklan dengan tujuan untuk meningkatkan profit dan keeksisan di pasar, untuk merebut pengaruh dan perhatian konsumen. Perusahaan akan berlomba-lomba menanamkan image produknyadengan kuat kepada konsumen melalui iklan yang ditayangkan. Fenomena yang terjadi di Indonesia juga banyak iklan yang dibuat semenarik mungkin dengan mengabaikan tata krama dan tata cara periklanan di Indonesia, yang tentunya melanggar juga etika dan moral. Tentunya hal ini merupakan tantangan bagi dunia periklanan khusus-nya dan pada perusahaan pada umumnya untuk menciptakan iklan yangdapat diterima semua kalangan tanpa dianggap membodohi masyarakat,karena faktanyapun banyak iklan di Indonesia 2012 8 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id melebih-lebihkan, menyesat-kan, saling menjelekkan dengan produk pesaing atau bahkan denganmenggunakan keindahan tubuh seorang wanita. Sebenarnya dalam dunia periklanan sudah ada peraturan yangmengatur tata cara dalam periklanan yang diantaranya tertuang dalam Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia serta SK Menkes Nomor 368. Hal yang sangat berkakan dengan etika dalam dunia periklanandintaranya adalah: (1) Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia Bab II A Ayat 1 yang berbunyi:" Iklan harus jujur, bertanggungjawab dan tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku." Bab II B No. 1 Ayat a yang berbunyi: "Iklan tidak boleh menyesatkan,antara lain dengan memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabui dan memberikan janji yang berlebihan." Bab II B No. 3 Ayat 3 a yang berbunyi: "Iklan tidak bolehmenggunakan kata "ter", "paling", "nomor satu" dan atau sejenisnya tanpa menjelaskan dalam hal apa keungulannya itu dan harus dapat membuktikan sumber-sumber otentik pernyataan tersebut." Bab II B No. 3 Ayat b yang berbunyi: "Iklan harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat. Perbandingan tidak langsung harus didasarkan pada kriteria yang tidak menyesatkan konsumen." Bab II B No. 3 Ayat c yang berbunyi: "Iklan tidak boleh secaralangsung ataupun tidak langsung merendahkan produk-produk lain." Bab II C No. 2 yang berbunyi: "Dokter, ahli farmasi, tenaga medisdan paramedis lain atau atribut-atribut profesinya tidak boleh digunakanuntuk mengiklankan produk obatobatan, alat kesehatan maupun kosmetika." Bab II C no. 10 ayat g yang berbunyi: "Iklan tidak boleh memani-pulasi rasa takut seseorang terhadap suatu penyakit karena tidakmenggunakan obat yang diiklankan." (2). Pedoman Periklanan Obat Bebas Bagian A No. 8 yang berbunyi: "Iklan tidak boleh dimuat dengan ilustrasi peragaan maupun kata-kata yang berlebihan sehingga dapat menyesatkan konsumen". Bagian A No. 9 yang berbunyi: Iklan obat tidak boleh diperankanoleh tenaga profesi kesehatan atau aktor yang berperan sebagai profesikesehatan dan atau menggunakan "setting" yang beratribut profesi kesehatan dan laboratorium". Bagian B No. 103 yang berbunyi: "Iklan obat harus meivantumkanspot peringatan perhatian seperti pada ketentuan umum". Bagian No. 8 yang berbunyi: "Iklan obat tidak boleh ditujukan untukkhaiayak anak-anak atau menampilkan anak-anak tanpa adanya supervisi orang dewasa atau memakai narasi suara anak-anak yang menganjurkan penggunaan obat. Iklan tidak boleh menggambarkan bahwa keputusan penggunaan obat diambil oleh anak-anak. (3) Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999 Pasal 17 ayat a yang berbunyi;"Pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang dan atau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang dan atau jasa. Dari ketentuan yang telah dipaparkan di atas, ternyata banyak sekalipelanggaran etika yang telah dilakukan oleh para pengusaha periklanan dan perusahaan. Bentuk pelanggarannya kebanyakan iklan yang ditayangkan di televisi untuk sebagian produk susu 2012 9 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan minuman penyegar telah bn, juga untuk iklan motor yang dengan sengaja maupun tidak menjelekkan produk pesaing baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampaknya pun ada beberapa iklan yang kemudian ditarik daripenayangannya karena dianggap kurang beretika. Yang tak kalah pentingnya adalah perlunya kontrol dalam dunia periklanan yaitu kontrol dari peme-rintah, kontrol para pengiklan itu sendiri (self regulation), dan yang tak kalah pentingnya adalah kontrol dari masyarakat. 3.4 Multimedia Business Ethics Salah satu cara pemasaran yang efektif adalah melalui multimedia. Kita menyadari bahwa bisnis multimedia berperan penting dalam menyebarkan informasi, karena multimedia is the using of media variety to fulfill communications goals. Elemen dari multimedia terdiri dari teks, graph, audio, video, and animation. Bicara mengenai bisnis multimedia, tidak bisa lepas dari stasiun TV, koran, majalah, buku, radio, internet provider, event organizer, advertising agency, dll. Multimedia memegang peranan penting dalam penyebaran informasi produk salah satunya dapat terlihat dari iklan-iklan yang menjual satu kebiasaan/produk yang nantinya akan menjadi satu kebiasaan populer. Sebagai saluran komunikasi, media berperan efektif sebagai pembentuk sirat konsumerisme. Etika berbisnis dalam multimedia didasarkan pada pertimbangan: (1) Akuntabilitas perusahaan, di dalamnya termasuk corporate governance,kebijakan keputusan, manajemen keuangan, produk dan pemasaranserta kode etik. (2) Tanggung jawab sosial, yang merujuk pada peranan bisnis dalamlingkungannya, pemerintah lokal dan nasional, dan kondisi bagipekerja. (3) Hak dan kepentingan stakeholder, yang ditujukan pada mereka yangmemiliki andil dalam perusahaan, termasuk pemegang saham,owners, para eksekutif, pelanggan, supplier dan pesaing. Contoh terakhir yang terjadi pada fenomena acara yang ditayangkanoleh salah satu stasiun TV kita yaitu "Smack Down" yang membuat kitaterpana sejenak, ternyata bisnis ini kurang mempertimbangkan etika. Atasnama nilai komersial, walaupun katanya dengan maksud memuaskan selera konsumennya, pihak televisi mengabaikan dampak negatif yang akan terjadi di masyarakat, terutama pada anak-anak. Acara tersebut menayangkan aksi kekerasan yang mengundang anak-anak untuk menirukannya. Setelah acara ini menelan korban di beberapa kota, dari yang luka ringan sampai korban tewas di Bandung, memuncaklah tekanan untuk menghentikan acara ini. Walaupun stasiun TV tersebut tidak serta merta menghentikan namun dengan terlebih dahulu menghimbau terutama kepada anak-anak untuk tidak menonton acara tersebut, namun setelah sedemikian gencarnya tuntutan dari masyarakat dan lembaga-lembaga terkait, terutama setelah dikeluarkannya surat dari Komisi Penyiaran Indonesia bemomor 553/K/KPI/11/06 bertanggal 29 November 2006 maka acara ini mulai dihentikan penayangannya. Di sinilah manajemen, produser, tim kreatif atau pihak manapun yangberhubungan dengan penayangan acara tersebut dituntut untuk berpikir lebih bijak, agar apa yang akan disajikan kepada penontonnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat, tidak membawa dampak yang negatif, sehingga tidak ada pihak manapun yang akan atau merasa dirugikan. Namun demikian penghentian penayangan acara tersebut tidaklangsung dapat membuat kita lega, karena walaupun sudah tidakditayangkan lagi, namun acara tersebut bisa kita temukan dalam bentuk VCD maupun ploystation, yang tentu sudah banyak 2012 10 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyebar. Inilah PR buat kita, terutama untuk para orangtua, dan para penjual ataupun penyewa PS agar tergugah nuraninya, agar kejadian yang sudah menelan korban tersebut tidak terulang kembali. 3.5 Pencegahan Perilaku Tidak Etis Melalui Multimedia Dalam kasus "Smack Down" ini, membuat kita sadar bahwa etika dalam berbisnis tidak dapat diabaikan, sehingga pelaku bisnis khususnya multimedia, dalam hal ini perlu merumuskan kode etik yang harus disepakati oleh stakeholder, termasuk di dalamnya production house,stasiun TV, radio, penerbit buku, media masa, internet provider, event organizer, advertising agency, dll. Hal lain yang bisa dilakukan oleh pemerintah pusat dengan mencobauntuk memandu pembentukan kultur melalui kurikulum pendidikan, perayaan liburan nasional, dan mengendalikan dengan seksama media masa, organisasi sosial dan tata ruang kota. Media masapun sangat berperan penting dalam hal ini, karena merekalah yang menginformasikan kepada masyarakat, merekalah yang bisa membentuk opini baik ataupun buruk dari masyarakat, hendaknya media menjadi sarana untuk menghibur, sumber informasi dan edukasi bagi masyarakat. Wartawan telah mempunyai kode etik jurnalistik yang dapatmembantu para wartawan menentukan apa yang benar, dan apa yang salah, baik atau buruk, dan bertanggungjawab atau tidak dalam proses kerja kewartawanan. Kita berharap banyak kepada media masa ini karena apabila seseorang terjun ke dunia kewartawanan, maka paling tidak ada tiga pilar utama yang menjadi pegangan dalam menjalankan tugasnya, yaitu kode etik jumalistik, norma hukum dan profesionalisme. Namun harus diingat bahwa semua pelaku bisnis ini akan menjalankan bisnisnya secara lebih etis apabila ditunjang oleh peraturan pemerintah yang tegas. Dilema produksi Smartphones rely on coltan, much of which is mined in the Democratic Republic of Congo. Given that the Congo represents one of the worst illustrations of modern mineral exploitation, what will you do? Use a device that is a necessity? Seek the manufacturer that is socially and environmentally responsible? Or rely on the marketplace to change the production of coltan and smartphones? Desember 1, 2013 PERANAN DAN MANFAAT ETIKA BISNIS DI BIDANG PEMASARAN, KEUANGAN DAN TEKNOLOGI DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI anisamugni Pengertian Etika Bisnis Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha termasuk dalam berinterkasi dengan pemangku kepentingan (stakeholders). Etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005) 2012 11 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tidak dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat sehingga akan kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai etika bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis. Misalnya diskriminsi dalam sistem jenjang karier. Faktor-faktor yang Mendorong Timbulnya Masalah Etika Bisnis 1. Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi 2. Tekanan persaingan terhadap laba perusahaan 3. Pertentangan antara nilai-nilai perusahaan dengan perorangan Pengertian Promosi Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan. Tujuan Promosi di antaranya adalah: 1. Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial 2. Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit 3. Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan 4. Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar 5. Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing 6. Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan. Beberapa cara untuk melakukan promosi adalah: 1. Melalui e-mail 2. Melalui sms 3. Melalui pembicaraan 4. Melalui iklan Etika bisnis (juga etika perusahaan) merupakan bentuk etika terapan atau etika profesi yang meneliti prinsip etika dan masalah moral atau etika yang timbul dalam lingkungan bisnis. Ini berlaku untuk semua aspek perilaku bisnis dan relevan dengan perilaku individu dan organisasi secara keseluruhan. Etika bisnis telah baik normatif dan dimensi deskriptif. Sebagai praktik perusahaan dan spesialisasi karir, bidang ini terutama normatif.Akademisi mencoba untuk memahami perilaku bisnis menggunakan metode deskriptif. Rentang dan kuantitas masalah bisnis etika mencerminkan interaksi perilaku memaksimalkan keuntungan dengan non-ekonomi. Bunga dalam etika bisnis dipercepat secara dramatis selama tahun 1980 dan 1990-an, baik di dalam perusahaan besar dan dalam akademisi. PERANAN DAN MANFAAT ETIKA BISNIS DI BIDANG PEMASARAN Definisi Konsep Pemasaran : Falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakansalah satu syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Tahapan-tahapan dalam Manajemen Pemasaran : Tahap orientasi Produksi tujuan dan perencanaan perusahaan ditentukan oleh Bagian Produksi tugas Bagian Penjualan hanya menjual dan mengkoordinasikan tenaga penjual harga produk sudah ditentukan oleh Bagian Produksi dan Bagian Keuangan Konsep yang dianut disebut Konsep Produksi 2012 Tahap orientasi Penjualan 12 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pengukuran keberhasilan perusahaan ditentukan oleh volume penjualan dan bukan laba perusahaan Konsep yang dianut disebut Konsep Penjualan MASYARAKAT modern adalah masyarakat pasar atau masyarakat bisnis atau juga disebut masyarakat konsumen. Alasannya tentu jelas, semua orang dalam satu atau lain bentuk tanpa terkecuali adalah konsumen dari salah satu barang yang diperlukan melalui kegiatan bisnis. Bisnis sudah merasuki seluruh masyarakat dan semua sendi kehidupan manusia. Karena itu tidak satu orang pun luput dari bisnis itu. Semua manusia adalah konsumen, termasuk pelaku bisnis atau pedagang/produsen itu sendiri. Hanya, para pelaku bisnis/pedagang punya anggapan bahwa mereka sesungguhnya hanya memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka hanya memenuhi permintaan. Jadi mereka tidak bertanggung jawab atas sebuah barang/makanan yang merugikan atau berpotensi merugikan konsumen. Dalam hal ini, bisnis lalu dianggap sebagai suatu aktivitas netral yang hanya ingin melayani kebutuhan dan permintaan konsumen. Contohnya dalam kasus makanan yang mengandung zat berbahaya, pedagang hanya memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen. Bahwa makanan yang mengandung zat berbahaya merugikan kesehatan manusia, pedagang tidak bertanggung jawab, karena masyarakat itu sendiri yang membutuhkan, sementara pedagang hanya memenuhi apa yang dibutuhkan masyarakat. Sikap netral itu merupakan salah satu prinsip yang harus dipegang oleh pelaku bisnis/pedagang. Mereka hanya boleh menawarkan barang yang dibutuhkan manusia dan tidak boleh ”menipu” konsumen untuk membeli atau mengkonsumsi barang yang diinginkannya. Namun, apakah betul, dalam menawarkan barang dagangannya, pedagang bersikap netral? Apakah betul bahwa kebutuhan itu ada pada konsumen dan bukan ditawarkan oleh pedagang/pelaku bisnis? Apakah betul pelaku bisnis/pedagang tidak ”menipu”?Dalam kenyataannya tidak demikian. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam banyak hal pedagang itulah yang menciptakan kebutuhan pada konsumen dan bukan sekadar memenuhi kebutuhan yang sudah ada. Dalam arti tertentu pedagang menciptakan (barang termasuk makanan) berbagai kebutuhan masyarakat sambil menemukan cara yang paling gampang dan pintas untuk meraup keuntungan. Dalam contoh negatif, mi, bakso dan lain-lain jenis makanan merupakan kebutuhan, oleh karenanya diciptakan oleh pedagang/pelaku bisnis. Dengan demikian, tidak bisa sepenuhnya benar bahwa bisnis bersikap netral. Bahkan, bukan hanya kehadiran bisnis menciptakan kebutuhan atau permintaan, melainkan melalui iklan yang gencar (baik iklan dalam bentuk sederhana maupun iklan dengan biaya tinggi), apa yang semula tidak dibutuhkan menjadi dibutuhkan. Tentu saja tidak bisa disangkal bahwa bisnis juga punya peranan yang sangat besar dalam membuat kehidupan manusia modern menjadi jauh lebih menyenangkan dan nyaman. Namun tidak bisa disangkal pula bahwa bisnis tertentu merusak masyarakat, baik dalam kaitannya dengan kesehatan, mental, maupun budaya masyarakat. Timbulnya berbagai penyakit yang sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi makanan tidak bisa tidak merupakan tanggung jawab pedagang atau orang bisnis. Demikian pula, sampai pada tingkat tertentu orang bisnis membuat masyarakat menjadi sangat konsumtif dan bahkan sampai pada tindakan kriminal seperti pencurian, perampokan dan korupsi hanya demi memenuhi kebutuhan atau permintaan yang dalam banyak hal tidak begitu diperlukan. Maka, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa bisnis ikut bertanggung jawab (secara etika) atas baik buruknya masyarakat modern ini. Bisnis harus dikendalikan dalam batas-batas yang tidak sampai merusak kebebasan dan hak setiap orang: hak pelaku bisnis dan hak konsumen atau hak masyarakat secara keseluruhan. Pada tempat pertama, pelaku bisnis perlu dibuatkan kode etik profesi (sudah selayaknya pelaku bisnis ini diatur dalam suatu kode etik profesi. Karena pelaku bisnis/pebisnis merupakan bagian dari etika sosial yang terdiri dari etika profesi termasuk pelaku bisnis sebagai suatu profesi sama dengan profesi lainnya yang ditujukan untuk orang banyak). Pelaku bisnis diharapkan masih mempunyai kesadaran moral dan tanggung jawab 2012 13 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id untuk memperhatikan efek negatif dari kegiatan bisnisnya bagi masyarakat, baik menyangkut kesehatan, moral, budaya, sosial dan ekonomi. Diharapkan pelaku-pelaku bisnis masih peka terhadap kepentingan dan keadaan masyarakat untuk tidak sampai merusaknya hanya demi keuntungan bagi dirinya. Pada tingkat berikut, tetap dibutuhkan kebijaksanaan untuk menjinakkan bisnis ini. Dibutuhkan perangkat legal politis untuk menentukan aturan main yang masih ditoleransi bagi kepentingan masyarakat atau konsumen. Dibutuhkan peraturan perundang-undangan yang meletakkan batas-batas minimal yang masih dapat diterima bagi kegiatan-kegiatan bisnis tertentu dalam kaitannya dengan hak dan kepentingan masyarakat. Secara kongkret, misalnya, dibutuhkan undang-undang periklanan, undang-undang tentang kesehatan dan keamanan suatu produk, undang-undang mengenai mutu produk dan seterusnya. Atau paling kurang, iklan pelayanan masyarakat sebagai ”imbangan” dari iklan misnis perlu semakin digencarkan. Misalnya iklan tentang bahaya merokok, bahaya susu formula dibandingkan dengan ASI, bahaya makanan yang memakai zat pengawet atau makanan dalam kaleng dan semacamnya. Ini penting untuk mengamankan kepentingan masyarakat banyak, agar konsumen tidak dirugikan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Etika Pemasaran dalam konteks promosi : a) Sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan obyektif. b) Sebagai sarana untuk membangun image positif. c) Tidak ada unsur memanipulasi atau memberdaya konsumen. d) Selalu berpedoman pada prinsip2 kejujuran. e) Tidak mengecewakan konsumen. Etika bisnis di Bidang Pemasaran Dalam setiap produk harus dilakukan promosi untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa agar mudah dan cepat dikenali oleh masyarakat dengan harapan kenaikan pada tingkat pemasarannya. Promosi sangat diperlukan untuk dapat membuat barang yang produksi menjadi diketahui oleh publik dalam berpromosi diperlukan etika-etika yang mengatur bagaimana cara berpromosi yang baik dan benar serta tidak melanggar peraturan yang berlaku, etika ini juga diperlukan agar dalam berpromosi tidak ada pihak-pihak yang dirugikan oleh tekhnik promosi. Cara-Cara Melakukan Promosi Dengan Etika Bisnis Dalam menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengendalian Diri Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. 2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility) Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. 3. Mempertahankan Jati Diri Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. 4. Menciptakan Persaingan yang Sehat Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatankekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut. 2012 14 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan” Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang. 6. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi) Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan Negara. 7. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait. 8. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar dan mapan. 9. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan “gugur” satu semi satu. 10. Memelihara Kesepakatan Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis. 11. Menuangkan ke dalam Hukum Positif Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah. Daftar Pustaka 2012 peranan dan manfaat etika bisnis di bidang pemasaran, keuangan dan teknologi terhadap era globalisasi Desember 1, 2013 by anisamugni Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999. ISO 9000 dan 14000 International Standard Organization Ethics and the conduct of business . Edisi 5th Karangan John R Boatright , Pearson International Edition. 2007 Business Ethichs (concept & case) Karangan Manuel G Velasquez 15 Business Ethics and Good Governance Dr. Tri Mardjoko, SE, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id