modul botani farmasi anatomi dan morfologi buah dan biji

advertisement
MODUL
BOTANI FARMASI
ANATOMI DAN
MORFOLOGI BUAH DAN
BIJI
Disusun Oleh :
Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt.
BAGIAN BIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala nikmat kepada kami sehingga penyusunan modul kuliah ini
dapat diselesaikan sebagai mana mestinya.
Modul kuliah ini dimaksudkan sebagai bahan ajar yang akan
mendukung kelancaran proses pembelajaran pada Mata Kuliah
BOTANI FARMASI pada Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Materi-materi yang disajikan dalam modul ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman mendalam mengenai Anatomi dan
Morfologi Buah dan Biji yang penting sebagai dasar bagi mata
kuliah semester-semester berikutnya.
Sebagai sebuah karya keilmiahan, kami berharap semoga
modul ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca dan mempelajarinya. Dan sebagai sebuah karya pula maka
kami menyadari bahwa sudah pasti terdapat kekurangan ataupun
kejanggalan di berbagai tempat dalam buku ini. Oleh sebab itu, demi
kesempurnaannya di masa mendatang, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan.
Jember, Januari 2016
PENYUSUN
DAFTAR ISI
Hal.
Halaman Judul ............................................................................ i
Kata Pengantar ........................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................... iii
1.1.Anatomi Buah dan Biji .................................................... 2
1.1.1. Anatomi Buah ................................................... 2
1.1.2. Anatomi Biji ..................................................... 7
1.2.Morfologi Buah dan Biji ............................................... 32
1.2.1. Morfologi Buah .............................................. 32
1.2.2. Morfologi Biji ................................................. 35
1.3.Tugas/Diskusi ................................................................ 37
1.4.Rangkuman.................................................................... 38
1.5.Rujukan Pengayaan ....................................................... 38
1.6.Latihan Soal................................................................... 40
1
ANATOMI DAN MORFOLOGI BUAH DAN BIJI
A. Capaian Pembelajaran (LO) Prodi
Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam
perancangan, pembuatan dan penjaminan mutu sediaan
farmasi bahan alam.
B. Capaian Pembelajaran (LO) MK
Memahami anatomi dan morfologi buah dan biji dalam
rangka mendukung pembuatan sediaan farmasi bahan alam
yang berkualitas.
C. Kompetensi yang Diharapkan
1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagian anatomi
dari organ buah suatu tanaman beserta fungsinya.
2. Mahasiswa mampu mengenali dan membedakan
tanaman berdasarkan struktur anatomi buah.
3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagian morfologi
dari organ buah suatu tanaman beserta fungsinya.
4. Mahasiswa mampu mengenali dan membedakan
tanaman berdasarkan struktur morfologi buah.
5. Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagian anatomi
dari organ biji suatu tanaman beserta fungsinya.
6. Mahasiswa mampu mengenali dan membedakan
tanaman berdasarkan struktur anatomi biji.
7. Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagian morfologi
dari organ biji suatu tanaman beserta fungsinya.
8. Mahasiswa mampu mengenali dan membedakan
tanaman berdasarkan struktur morfologi biji.
2
1.1. Anatomi Buah dan Biji
1.1.1. Anatomi Buah
Berdasarkan derajat kekerasan perikarpium (dinding
buah) buah dibedakan ke dalam dua tipe, yaitu buah kering
dan buah berdaging. Pada buah yang berdaging, perikarpium,
yang berasal dari dinding ovarium terdiferensiasi menjadi
epikarpium, mesokarpium dan endokarpium. Endokarpium
biasanya keras dan mengandung sel baru. Pada buah kering
perikarpium
sering
mempunyai
jaringan
sklerenkiniatis.
Penggolongan buah yang lain didasarkan pada tingkat
kemampuan buah untuk membuka (merekah) atau tidak pada
waktu masak.
Perkembangan buah
Secara normal perkembangan buah terjadi setelah
pembuahan. Bakal buah meluas ke arah plasenta dan ovarium.
Bertambahnya ukuran buah disebabkan oleh adanya 2 proses,
yaitu pembelahan sel (yang diawali oleh membesarnya sel,
sebelum pembelahan mitosis) dan pembesaran sel selanjutnya.
Biasanya awal terjadinya pembesaran sel tergantung pada
pembelahan sel, dan dimulai sebelum antesis, kemudian
berlanjut sampai buah nyata. Tingkat ini kemudian secara
berangsur diganti dengan pembentangan sel, dan diikuti oleh
pertumbuhan memanjang.
Periode tingkat perkembangan buah berbeda-beda dan
diikuti pula oleh pertumbuhan komponen buah seperti
3
perikarpium, kulit biji, endosperm dan embrio. Faktor yang
mempengaruhi perkembangan buah adalah faktor dalam dan
faktor luar. Salah satu faktor dalam adalah perkembangan biji.
Struktur buah
Apabila bakal buah berkembang menjadi buah, dinding
ovarium menjadi perikarpium. Dinding ovarium terdiri dari
sel-sel parenkim, jaringan pembuluh dari lapisan epidermis
dalam dan luar. Selama pemasakan, perikarpium bertambah
jumlah selnya. Jaringan dasar secara relatif tetap homogen dan
parenkim terdiferensiasi menjadi parenkim dan jaringan
sklerenkim. Perikarpium mungkin terdiferensiasi menjadi 3
bagian yang secara morfologi berbeda yaitu eksokarpium
(lapisan
terluar),
mesokarpium
(bagian
tengah),
dan
endokarpium (lapisan terdalam). Kadang-kadang eksokarpium
dan endokarpium merupakan epiderinis luar dan epiderinis
dalam dinding ovarium. Dinding ovarium menyelubungi
ovarium dimana biji dihasilkan. Struktur jaringan pembuluh
bervariasi untuk setiap jenis buah dan terdapat pada
perikarpium. Struktur perikarpium menunjukkan variasi yang
luas untuk setiap jenis atau tipe buah. Ada 2 macam tipe
perikarpium, yaitu parenkimatik, pada buah berdaging dan
sklerenkimatik pada buah kering.
Pada buah polongan, pada waktu buah masak karpel
memisah sepanjang sutur atau kampula yang mengelilingi
buah, meninggalkan biji yang melekat pada rusuk dan
4
membentuk suatu kerangka di sekitar sekat.
Buah pisang (Musa acuminata) mempunyai tipe
ovarium inferior, dengan 3 karpel. Ovarium ini kemudian
sebagai buah yang mempunyai biji, atau buah tanpa biji
(partenokarpi). Buah yang berbiji/partenokarpi mempunyai
struktur sama pada awal perkembangan. Akhirnya ovulum
pada buah partenokarpi mengalami degenerasi, dan lokulus
ditutupi oleh daging buah yang berasal dari perikarp dan sekat.
Daging buah kaya akan amilum. Pada varietas yang
berbiji, biji yang masak hampir memenuhi lokulus, dan daging
buah sangat tipis. Ikatan pembuluh bersama dengan lateks,
terselubung dalam jaringan parenkini dinding buah.
5
Berbeda dengan buah pisang, buah tomat (Lycopersicon
esculentum), mempunyai jumlah karpel yang banyak, janingan
berdaging terdiri atas perikarpium, sekat dan plasenta. Jaringan
plasenta meluas, memasuki ruang-ruang antara ovulum.
Plasenta menutup lokulus, dan terselubung oleh ovulum.
Jaringan antara ovulum berisi gelatin pada waktu buah masak.
Perubahan warna kulit buah selama pemasakan disebabkan
adanya transformasi kloroplas menjadi kromoplas.
6
7
1.1.2. Anatomi Biji
Setelah pembuahan bakal biji akan berkembang menjadi
biji. Integumen berkembang menjadi kulit biji atau testa, sel
telur yang dibuahi (zigot) berkembang menjadi embrio, dan sel
endosperm
primer
akan
membelah
secara
mitosis
menghasilkan endosperm. Bentuk, ukuran, warna, struktur dan
permukaan biji sangat bervariasi.
Struktur biji
Kulit biji
Merupakan bagian terluar biji. Pada Angiospermae
bakal biji mempunyai satu atau dua integumen. Pada
umumnya semua bagian yang menyusun integumen berperan
dalam pembentukan kulit biji. Sering pada biji tertentu
jaringan integumen mengalami kerusakan karena adanya
perkembangan jaringan lain pada biji, sehingga kulit biji
berasal dari bagian yang tersisa di dalam integumen.
Gossypium sp. mempunyai ovulum yang biteginik, dan
ke dua integumen berperan dalam pembentukan kulit biji.
Perubahan-perubahan histologis tampak jelas 6 hari setelah
pembuahan. Struktur anatomi kulit biji sangat bervariasi untuk
setiap jenis tumbuhan.
Sel-sel
parenkim
pada
integumen
mengalami
diferensiasi menjadi aerenkim sel-sel cadangan makanan, selsel tanin, sel kristal, sel gabus, sel sklerenkim, dan lain- lain.
Mengenai susunan kulit biji pada umumnya adalah:
8
1. di sebelah luar terdapat epidermis, atau sering tanpa
epidermis;
2. di sebelah dalam lapisan epidermis adalah jaringan
yang sel-selnya
berdinding
tebal,
mempunyai
ukuràn yang panjang, tersusun seperti jaringan tiang
pada daun, disebut jaringan palisaden atau dikenal
sebagai makrosklereida;
3. di sebelah dalam lapisan ini mungkin masih
dijumpai
adanya
jaringan
yang
sel-
selnya
berdinding tebal disebut jaringan osteoskiereida;
4. selanjutnya di jumpai sel-sel parenkim, sel-sel
kristal atau sel-sel yang mengandung pigmen.
Pada permukaan kulit biji, pengamatan dengan
menggunakan mikroskop elektron skaning menunjukkan
adanya ornamentasi pada kulit biji yang bermacammacam bentuknya.
Tergantung pada ada atau tidaknya endosperm pada
biji, maka dibedakan 2 tipe yaitu:
1. Endospermus (albuminus)
Pada biji dijumpai adanya endosperm.
Misalnya pada : Zea mays, Ricinus communis, dll.
2. Non endospermus (eks-albuminus)
Pada biji tidak dijumpai adanya endosperm.
Misalnya pada : Areca catechu, Piper nigrum,
Glycine max, Cucurbita, dll.
Pada biji yang masak sering masih dijumpai adanya
9
arilus atau karunkula arilus (salut biji) dijumpai pada
Punica granatum dan Nephelium, sedang karunkula pada
biji Ricinus communis.
Gambar 1. Struktur umum kulit biji beberapa spesies
tumbuhan Angiospermae. Keterangan: A.
Gymnocladus diolea; B. Viola tricolor; C.
Phaseolus multifiorus; (lapisan dalam yang
berbatu hanya tampak 1/5 bagian); D. Magnolia
macrophylla; E. Plantago lanceolata; F.
Lepidium sativum; G. Vaccinium corrymbosum
(epidermis dengan sel yang besar, lapisan dalam
10
berlendir); H. Maluspuinila; c. dikotiledon; e.
endosperm; i. Integumen dalam; 11. Jaringan
palisade; n. nuselus; o. integumen luar (Eames &
MacDaniels, 1953).
Gambar 2. Perkembangan kulit biji pada Gossypium sp.
Keterangan: Penampang bujur ovulum. Ovulum
mempunyai 2 integumen; B. Struktur anatomi
integumen luar dan dalam; C-D. Integumen
dalam dan luar dari ovulum pada saat 2-3 hari
dan 5-6 hari setelah pembuahan. Setelah terjadi
pembuahan semua jaringan yang menyusun
integumen mengadakan diferensiasi, dan natinya
menyusun kulit biji; E. Kulit biji (15 hari setelah
11
pembuahan); F. Kulit biji dewasa; G-H. Trikoma
(rambut) yang biasanya terdapat pada
permukaan kulit biji merupakan derivat
epidermis integumen luar.
Gambar 3. Diagram struktur anatomi biji. Keterangan: A. Biji
Zea mays; B. Biji Glycine max; C. Biji Piper
nigrum seluruh biji ditempati perisperm. Perisperm
lebih berkembang daripada endospem.
12
Integumen
Suatu ovulum kebanyakan mempunyal satu atau dua
integumen. Ovulum dengan satu intigumen disebut unitegmik,
dan yang mempunyai dua intigumen tersebut bitegmik. Pada
tumbuhan
Sympetalae
umumnya
menunjukkan
keadaan
unitegmik, sedang pada Polypetalae dan monokotil adalah
bitegmik. Pada beberapa anggota Olacaceae menurut Davis
(1966), ovulum tidak berintegumen dan disebut ateginik.
Ovulum pada umumnya berasal dari jaringan plasenta di
dalam ovarium, sedang integumen berasal dari bagian basal
primordium ovulum.
Keadaan
unitegmik
mungkin
disebabkan
karena
hilangnya salah satu integumen, seperti pada Cyilnus. Pada
beberapa dijumpai adanya integumen ketiga atau arilus, Pada
Ulmus dilaporkan, bahwa integumen ketiga berasal dari
pembelahan integumen luar, tetapi struktur tersebut dapat pula
berasal dari pangkal ovulum.
Pada anggota Euphorbiaceae dikenal adanya karunkula
yang berasal dari poliferasi sel-sel integumen di daerah
mikrofil. Kadang-kadang poliferasi ini sangat kuat dan
karunkula ini masih dapat dilihat sampai biji masak. Misalnya
pada biji Ricinus communis.
Mikropil
Mikropil dapat dibentuk oleh integumen luar dan atau
integumen dalam. Mikropil yang dibentuk oleh integumen
13
dalam seperti pada Centrospermales dan Plumbagmales, oleh
integumen luar dan dalam, seperti pada suku Pontederiaceae.
Jarang sekali Mikropil dibentuk oleh integumen luar misalnya
pada suku Podostemaceae. Rhamnaceae, dan Euphorbiaceae.
Lubang mikropil yang dibentuk oleh integumen luar disebut
eksostoma, sedang yang dibentuk oleh integumen dalam
disebut endostoma.
Tapetum integumen (endotelium)
Pada beberapa tumbuhan, nuselus segera mengalami
disorganisasi dan kantong embrio langsung mengadakan
kontak dengan lapisan integumen yang semula berbatasan
dengan nuselus. Lapisan yang semula berbatasan dengan
nuselus itu terdiferensiasi menjadi lapisan yang khusus, baik
bentuk maupun kandungan selnya.
Sel-selnya memanjang ke arah radial, kadang-kadang
menjadi binuldeat (mengandung
dua
inti). Sel-sel ini
mempunyai persamaan dengan sel-sel tapetum pada antera,
oleh karena itu disebut tapetum integumen (endotelium).
Endotelium berfungsi nutritif, membantu transport bahan
makanan dan integumen menuju ke kantong embrio. Pada
waktu embrio dewasa permukaan dalam dan lapisan endotelium
mengalami kutinisasi dan lapisan tersebut berubah menjadi
lapisan pelindung.
Endotelium merupakan lapisan tunggal, dijumpai pada
beberapa taksa yang mempunyai tipe intigumen unitegmik,
14
seperti Compositae, Lentibulariaceae dan Orobanchaceae.
Pada Compositae endotelium lebih dari satu lapis sel yaitu 210 lapisan seperti pada bunga matahari.
Hipostase dan Epistase
Hipostase adalah sekelompok sel yang terdapat di
bawah kantong embrio di bagian khalaza, berhadapan dengan
jaringan pengangkut yang ada di funikulus. Merupakan derivat
sel-sel
nuselus
di
bawah
kantong
embrio.
Hipostase
mempunyai dinding yang tebal dan dingin, sedikit sitoplasma.
Jaringan inti terdapat pada beberapa suku, antara lain
Crossosomataceae
clan
Umbelliferae.
Kadang-kadang
hipostase terbentuk setelah pembuahan. Epistase merupakan
jaringan yang letaknya di daerah mikropil, dan dibentuk oleh
sel-sel epidermis nuselus. Strukturnya seperti kaliptra pada
akar,
oleh
karena
itu
sering
disebut
tudung
nuselus
(operkulum), misalnya pada Castalia dan Costus.
Obturator
Obturator adalah jaringan yang merupakan poliferasi
sel-sel funikulus atau plasenta. Yang berasal dari funikulus
misalnya pada famili Acanthaceae, Anacardiaceae, Labiatae
dan Magnoliaceae. Jaringan ini berfungsi untuk membantu
pembuahan yaitu memandu buluh pollen menuju mikropil.
Sel-selnya
pembuahan.
mengalami
Pada
degenerasi
Tetragonia
setelah
tetragonioides
terjadinya
obturator
15
mempunyai struktur seperti trikomata (rambut-rambut) berasal
dan epidermis kedua sisi funikulus yang letaknya berhadapan
dengan mikropil. Obturator yang berasal dari sel-sel plasenta
misalnya pada suku Euphorbiaceae dan Cuscutaceae.
Gambar 4. Struktur tambahan pada Ovulum. Keterangan: I.
Obturator pada Tetragonia tetragonoider; A, B.
Mikropil; II. Endotelium pada Asteraceae: D.
Volutacella ramose; E. Glossocardia bosvallia;
III. Integumen ketiga pada Trianthema
monogyna.
Nuselus
Nuselus merupakan dinding megasporangium. Setiap
16
ovulum hanya mempunyai satu nuselus. Yang mempunyai dua
nuselus antara lain adalah Aegle marmelos dan Hydrocleis
nymphoides. Pada awal terbentuknya calon ovulum, nuselus
terbentuk lebih dulu, terdiri atas sel-sel yang homogen
diselubungi oleh epidermis. Di bawah lapisan epidermis
nuselus terdapat sekelompok sel-sel arkesporium.
Pada
Sympetalae,
sel-sel
arkesponum
berfungsi
langsung sebagai sel induk megaspora (sel sporogen),
sehingga sel sporogen adalah sel hipodermal (hipo = bawah;
dermal = epidermis). Berdasarkan asal sel-sel sporogen (sel
induk megaspora) maka nuselus dibedakan menjadi dua tipe
yaitu:
1. tenumuselat
Sel sporogen (sel induk megaspora) adalah sel
hipodermal, sehingga sel sporogen berbatasan
langsung dengan epidermis nuselus.
2. krasmuselat
Antara sel-sel sporogen dengan epidermis nuselus
dipisahkan oleh lapisan sel parietal primer.
17
Gambar 5. Perkembangan ovulum tipe tenuinuselat dan tipe
krassinuselat. Keterangan: I. Megasporogenesis
pada ovulum Elytraria acaulis tipe tenumuselat; II.
Megasporogenesis pada ovulum Myriophyllum
intermedium tipe krassinuselat. Sel induk
megaspora membelah meiosis menghasilkan
tetrad linier (Gambar I dan II: C-D); im. sel induk
megaspora (sel sporogen); sp. sel parietal; en.
epidermis nuselus.
Endosperm
Pada
umumnya
endosperm
merupakan
hasil
pembelahan sel endosperm primer secara mitosis berkali-kali,
dan
berfungsi
memberi
makan
embrio
yang
sedang
berkembang. Tidak semua golongan tumbuhan mempunyai
endosperm. Tumbuhan yang tidak mempunyai endosperm
adalah suku Orchidaceae, Podostemaceae dan Trapaceae.
18
Derajat ploidi (jumlah kromosom) endosperm bervariasi
tergantung pada jumlah inti megaspora yang berfungsi pada
pembentukan gametofit betina. Endosperm pada kebanyakan
tumbuhan mempunyai derajat ploidi 3 (tripolid). Ploidi pada
endosperm haustonum pada Thesium alpinum lebih dari 384 n.
Yang mempunyai ploidi sangat tinggi adalah endosperm Arum
maculatum, yaitu 24576 n. Terjadinya poliploidisasi pada
endosperm disebabkan karena penistiwa endomitosis dan fusi
inti di dalam sel- sel endosperm (Kapoor, dalam Bhojwarn dan
Bhatnagar, 1978).
Sel-sel endosperm biasanya berbentuk isodiametris, di
dalamnya terdapat butir-butir amilum, lemak, protein, atau
butir-butir aleuron. Pada serealia, beberapa lapisan endosperm
yang terluar menjadi terspesialisasi baik secara morfologi
maupun fisiologi, dan menyusun suatu jaringan aleuron. Pada
gandum jaringan aleuron terdiri atas 3-4 lapis sel. Pada waktu
biji masak, lapisan aleuron masih tetap hidup, dan bagian sel
yang mengandung amilum (endosperm) dikelilingi oleh lapisan
aleuron. Sel- sel aleuron mempunyai dinding tebal, inti besar
dan sitoplasma tidak bervakuola.
Pada dikotil aleuron tidak merupakan lapisan, tetapi
merupakan butir-butir yang terdapat di dalam sel endosperm.
Misalnya pada Ricinus communis, Viccia faba dan lain-lain.
Apabila di dalam biji tidak dijumpai adanya endosperm,
fungsi nutritif bagi embrio yang sedang berkembang diambil
alih oleh jaringan yang ada di dalam ovulum. Pada suku
19
tertentu, antara lain Amaranthaceae, Cannaceae, Piperaceae
dan Cappatidaceae, jaringan nuselus dapat berfungsi sebagai
tempat cadangan makanan. Jaringan nuselus ini disebut
perisperm. Pada Piper nigrum jaringan nuselus di bawah
kantong embrio membelah, dan aktivitas pembelahannya terus
bertambah. Sel-sel tersebut adalah perisperm. Perisperm dan
epidermis
nuselus
banyak mengandung amilum, sedang
endospermnya sendiri yang terdapat di sekitar embrio sangat
mereduksi bila dibanding perisperm. Jumlah amilum terus
bertambah mulai dan khalaza sampai ke bagian mikrofil,
sehingga 90% bagian dan biji Piper nigrum ini ditempati oleh
perisperm. Pada biji Myristica fragans (pala), endosperm dan
perisperm berkembang sama kuat.
Pada Cyanastrum, endosperm dan sebagian besar
nuselus tidak kelihatan selama perkembangan biji. Tetapi selsel nuselus yang ada di bagian khalaza, tepat di atas janingan
vaskular aktif mengadakan pembelahan membentuk jaringan
yang disebut khalasosperm. Sel-sel jaringan ini penuh dengan
lemak dan amilum, berfungsi sebagai pengganti endosperm.
Berdasarkan perkembangannya, endosperm dibedakan
menjadi 3 tipe yaitu:
1. nuklear
Pada tipe ini pembelahan inti endosperm primer
(secara mitosis) yang pertama serta pembelahan
selanjutnya tidak diikuti oleh pembentukan
dinding sekat, sehingga terjadi inti bebas.
20
2. seluler
Pembelahan pertama dan pembelahan selanjutnya
inti endosperm primer diikuti oleh pembentukan
dinding sekat. Di sini kantong embrio terbagi
dalam ruangan-ruangan, walaupun di antaranya
ada yang mengandung lebih dari satu inti.
Misalnya pada Peperomia.
3. helobial.
Tipe ini intermediar antara tipe pertama dan tipe
kedua. Misalnya pada Helobiae, Zea mays atau
Oryza sativa.
Pada beberapa famili, endosperm di bagian khalaza
sering mengalami perubahan menjadi haustorium.
21
Gambar 6. Endosperm tipe helobial pada Asphodelus
temafolius. Keterangan: A-B. 2 sel endosperm,
1 sel yang besar adalah ruang mikrofil, yang
kecil ruang khalaza; C-D. Pada ruang mikrofil
terdapat banyak inti, sedang di bagian khalaza
terdapat 4 inti, zigot belum membelah;
pembelahan inti tidak diikuti oleh pembentukan
dinding; A. Terjadi selulerisasi di bagian penfer
niang mikrofil, sedang di ruang khalaza tetap
terjadi periode inti bebas; B. Perbesaran gambar
E di bagian khalaza.
22
Gambar 7. Endosperm tipe nuklear pada Acalypha indica.
Keterangan: A. Kantong embno setelah
pembuahari, inti primer dan zigot belum
membelah; B-C. Pembelahan inti endosperm,
menunjukkan periode inti bebas (tanpa dinding
sekat); D. Inti endosperm telah pindah ke bagian
tepi kantong embrio; E. Terjadi selulerisasi pada
akhir perkembangan. Pembentukan dinding sekat
biasanya terjadi secara sentnpetal (dan bagian tepi
ke bagian tengah); F. Endosperm mengalami
selulerisasi secara sempuma, dan embrio
berkembang menjadi stadium jantung.
Perkembangan endosperm pada Loranthaceae adalah
unik. Tumbuhan ini ovulumnya tidak mempunyai integumen
23
(ateginik), sehingga kandung lembaga terdapat di dalam
ovarium, dan hubungan antara ovulum satu dengan lainnya
adalah
parenkim
penghubung.
Pada
perkembangannya
endosperm di dalam kandung lembaga mengadakan fusi,
membentuk endosperm majemuk.
Gambar
8.
Endosperm majemuk pada Tolypanthus
involucratus. Keterangan: A. penampang
lintang ovarium dengan 4 kelompok
endosperm; B. Endosperm masing-masing
kelompok berfusi, menjadi satu membentuk
struktur majemuk.
Pada endosperm yang telah dewasa kadang terjadi
keadaan yang menyinipang, dimana
sel-sel endosperm
mengadakan aktivitas pertumbuhan ke arah luar atau dalam
yang tidak teratur. Atau kemungkinan kulit biji yang
mengadakan
pertumbuhan
tidak
teratur,
sehingga
menyebabkan perubahari struktur endosperm. Keadaan ini
yang menyebabkan endosperm dikatakan bertipe ruminat.
Misalnya pada pala Myristica fragrans.
24
Gambar 9. Endosperm ruminat pada biji. Keterangan: A.
permukaan biji tampak berlekuk-lekuk; B.
potongan melintang biji, perhatikan struktur
endosperm.
Embrio
Telur yang telah dibuahi disebut zigot, dan ini
merupakan sel tunggal yang bersifat diploid. Polaritas embno
pada Angiospermae adalah endoskopik, yaltu berlawanan
dengan mikrofil. Pembelahan zigot yang pertama kali pada
kebanyakan
Angiospermae
dengan
dinding
melintang,
sehingga menghasilkan proembrio 2 sel. Dan proembrio 2 sel
ini; sel a (ca), sel bagian atas disebut terminal (sel apikal)
merupakan sel yang jauh dan mikrofil; sel b (cb), sel bagian
bawah disebut sel basal, adalah sel yang letaknya dekat dengan
mikrofil. Selain dengan dinding melintang, pembelahan zigot
dengan dinding tegak lurus pada suku Loranthaceae atau miring
(Triticum sp.). Pembelahan dengan dinding miring jarang.
Variasi pola perkembangan embrio pada awal embriogeni
25
merupakan hal umum pada tumbuhan monokotil maupun
dikotil. Dan stadium 2 sel sampai stadium diferensiasi biasanya
disebut proembrio.
Suspensor
Merupakan bagian embrio yang letaknya berdekatan
dengan ujung radikula. Perkecambahan suspensor mencapai
maksimum pada saat embrio mencapai stadium
(globular).
Pada
biji
yang
masak
sisa-sisa
bulat
suspensor
menunjukkan variasi dalam bentuk, ukuran serta sel yang
menyusunnya. Variasi ini biasanya berhubungan dengan fungsi
nutritif bagi embrio. Pada tumbuhan yang tidak mempunyai
endospenn, suspensor bersifat haustorium. Dikatakan pula
selain membantu memberi makan, suspensor merupakan akar
embrionik yang bersifat sementara.
Struktur embrio
Setelah
pembuahan
zigot
membelah
berkali-kali
menjadi embrio. Embrio ini mempunyai potensi untuk
membentuk tanaman yang sempurna. Embrio mempunyai
poros embrional. Poros (sumbu) embrional pada dikotil
menyebabkan terjadinya dua kutub, yaitu kutub yang ada di
bagian atas yaitu epikotil dan yang ada dibagian bawah
hipokotil.
Epikotil
akhirnya
menjadi
pucuk
embnônik
(plumula), dan hipokotil akan menghasilkan batang sedang
pada bagian bawah hipokotil akan menghasilkan calon akar.
26
Pada
umumnya
embrio
dikotil
dan
monokotil
mempunyai persamaan perkembangan sampai stadium 8 sel,
yaitu stadium bulat. Embrio pada monokotil bentuknya
silindris karena mempunyai satu kotiledon, sedang pada dikotil
mungkin biobus (2 lobi) karena mempunyai dua kotiledon.
Kotiledon
pada
dikotil
meristematik pada
muncul
sebagai
ujung apikal embrio.
dua
tonjolan
Tonjolan
ini
disebabkan adanya perluasan ujung apikal embrio ke arah
lateral. Karena adanya dua kotiledon ini maka embrio terbelah
secara bilateral simetris. Bagian apeks yang terdapat pada
lekukkan di antara dua kotiledon menyusun suatu meristem
apikal (shoot).
Diferensiasi kutub atas sudah ditentukan mulai dari
awal, jauh sebelum embrio mencapai ukuran yang maksimum.
Meristem yang ada di kutub atas adalah protoderm,
prokambium dan meristem dasar. Sedang diferensiasi kutub
bawah meliputi organisasi meristem ujung akar dan tudung
akar (root). Meristem ujung akar ini mirip sekali dengan titik
tumbuh
ujung
batang,
dalam
hubungannya
dengan
pembentukan jaringan- jaringan primier.
Embrio pada monokotil berbeda dengan dikotil, karena
selain jumlah kotiledon, juga berbeda dalam struktur.
Kotiledon
pada
monokotil
dinamakan
skutelum.
Pada
potongan membujur embrio dapat dilihat adanya sumbu
embrional. Sumbu embrional bagian bawah dan skutelum
27
adalah radikula (calon akar) yang menghasilkan meristem
ujung akan dan tudung akar. Radikula dan tuding akar
diselubungi oleh selaput pelindung yang disebut koleonza.
Epikotil menyusun tunas apeks dengan primordium daun.
Epikotil bersama primordium daun diselubungi oleh koleoptil.
Disisi lateral koleoriza membentuk tonjolan kecil ke arah luar,
dan tonjolan ini disebut epiblas.
Pada beberapa tumbuhan yang endospermnya tidak
berkembang, embrio berfungsi sebagai penyinipan makanan
cadangan sehingga embrio menjadi tebal. Misalnya pada
tumbuhan Leguminosae. Sedang pada biji yang endsopermnya
berkembang embrio sangat tipis.
28
29
30
e. endosperm; en. Endotelium; ep. epiblas; k. kotiledon; kh.
koleoriza; ko. Koleoptil; la. Lapisan aleuron; m. meristem
apikal; n. nuselus ; p. prokambium; r. radikula; s. skutelum; t.
tunas pucuk.
31
Poliembrioni
Poliembrioni adalah terdapatnya lebih dari satu embrio
dalam satu biji. Orang yang melaporkan pertama kali,
terjadinya poliembrioni adalah Antom van Leeuwenhoek pada
tahun 1719, pada biji jeruk.
Poliembrioni pada Angiospermae kemungkinan terjadi
karena:
1. pembelahan embrio yang sudah ada (Cleavage proembryo).
2. embrio berasal dari sel-sel dalam kandung lembaga
selain sel telur yang dibuahi.
3. terbentuknya kandung lembaga yang banyak, dalam
satu ovulum.
4. aktivitas sel-sel sporofilik (sel-sel sama) pada
ovulum.
“Cleavage
dijumpai
pada
polyembryony”
anggrek,
seperti
pada
Angiospermae
Eulophia epidendraea.
Poliembrioni juga dapat berasal dari sel-sel dalam kandung
lembaga selain sel telur yang dibuahi, misalnya dari sel
antipoda.
Klasifikasi poliembrioni ada 2, yaitu spontan dan
induksi. Ernst (1901; 1910) membedakan poliembrioni
spontan menjadi:
1. Poliembrioni sejati
32
Dua atau lebih embrio terdapat dalam satu kantong
lembaga.
2. Poliembrioni palsu
Embrio terdapat dalam kantong embrio, pada satu
ovulum (Fragaria) atau plasenta (Loranthaceae).
Gambar
10.
Poliembrioni pada Eulophia epidendraea;
Keterangan: A. zigot membentuk kelompok
sel, 3 diantaranya membelah membentuk
embrio yang bebas; B-C. embrio yang
terbentuk tumbuh tunas (cabang) pada bagian
sisi embrio dan masing-masing cabang akan
tumbuh menjadi embrio.
1.2. Morfologi Buah dan Biji
1.2.1. Morfologi Buah
Buah yang mengalami penyerbukan akan diikuti oleh
pembuahan, sehingga akan merangsang pembentukan embrio dan
biji. Bersama dengan itu bunga mengalami perubahan yang
menyebabkan pembentukan buah. Perhiasan bunga serta benang
33
sari biasanya layu lalu gugur dan kemudian tangkai putik
mengering kecuali pada beberapa spesies tumbuhan.
Buah
perkembangan
dapat
biji.
berkembang
Peristiwa
tanpa
tersebut
pembuahan
dikenal
dan
sebagai
partenokarpi. Hal ini sering terjadi pada spesies yang buahnya
berbiji banyak, misalnya pisang, semangka, nenas, dan tomat.
Partenokarpi dapat terjadi tanpa penyerbukan atau hanya
memerlukan rangsangan proses penyerbukan.
Buah yang berkembang hanya dari bakal buah dinamakan
buah sejati. Tetapi jika bagian lain selain bakal buah juga ada
bagian tambahan lain yang berasal dari sekitar bakal buah maka
disebut buah semu.
Bagian bunga yang dapat berkembang dan ikut
menyusun buah antara lain: (1) daun pelindung, misalnya
klobot tanaman jagung, (2) daun kelopak, misalnya tanaman
terong, (3) tangkai putik, misal pada buah jagung, (4) kepala
putik, misalnya buah manggis, (5) tangkai bunga, misalnya
jambu monyet, (6) perhiasan bunga, misalnya nangka, (7) dasar
bunga, misalnya tanaman elo.
Pada perkembangannya dinding buah sering menebal,
bahkan berdaging. Dalam hal ini dapat dibedakan beberapa
lapisan, yaitu :
1. Eksokarp (epikarp) yaitu bagian luar yang lebih keras dan
bersifat seperti jangat
34
2. Mesokarp yaitu lapisan bagian tengah yang terdiri dari
jaringan renggang, berdaging, atau
berserat dan
merupakan bagian terlebar
3. Endokarp yaitu lapisan paling dalam dan paling tipis
Jika tidak dapat dibedakan, dinding buah disebut
perikarp. Di dalam buah dapat ditemukan biji yang melekat pada
plasenta. Jaringan yang menghubungkan antara plasenta dan biji
disebut funikulus.
Menurut perkembangan bakal buah dikenal :
1. Buah tunggal, yaitu hasil perkembangan dari satu atau lebih
daun buah (karpel), dapat berasal dari bunga tunggal atau
bunga majemuk
2. Buah majemuk, yaitu buah yang didapat dari perkembangan
suatu perbungaan (bunga majemuk) secara bersama.
3.
Buah ganda (agregat), yaitu buah yang dibentuk oleh
ginesium apokarp. Setiap daun buah mempertahankan diri
hingga buah masak, misalnya pada cempaka (Michelia
champaka)
Berdasarkan hal tersebut, buah dapat dikelompokkan lagi
menjadi :
1.
Buah Sejati
Buah sejati tunggal, misalnya buah alpukat (Persea
americana),
zibentinus)
pepaya
(Carica
papaya),
durian
(Durio
35
Buah sejati ganda, misalnya buah cempaka (Michelia
champaka)
Buah sejati majemuk, misalnya buah Ficus (Ficus sp).
2.
Buah Semu
Buah
semu
tunggal,
misalnya
buah
jambu
monyet
(Anacardium occidentale)
Buah semu ganda, misalnya buah arbei (Fragraria ananasa)
Buah semu majemuk, misalnya buah nangka (Arthrocarpus
heterophila)
1.2.2. Morfologi Biji
Biji memiliki bagian-bagian:
1. Kulit biji (spermodermis)
Berasal dari selaput bakal biji (integumentum). Pada
tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) kulit biji terdiri
atas dua lapisan, yaitu lapisan luar (testa) keras dan lapisan
dalam (tegmen) sebagai kulit ari. Pada tumbuhan berbiji
telanjang umumnya tersusun dari kulit luar (sarcotesta),
kulit tengah (scierotesta), dan kulit dalam (endotesta). Alat
tambahan pada kulit biji dapat berupa:
(1) sayap (alae), adalah alat tambahan pada kulit luar,
umumnya digunakan untuk pemencaran biji,
(2) bulu (coma), berasal dari sel kulit biji bagian terluar,
menjadi
rambut
atau
berguna untuk pemencaran,
bulu
halus,
umumnya
36
(3) salut biji (arillus), merupakan pertumbuhan tali pusar
atau penggantung biji (funiculus),
(4) salut biji semu (ariflodium), berasal dan pertumbuhan
bagian liang bakal biji (microphyle),
(5) pusar biji (hilus), bekas pelekatan dengan tali pusar,
dengan warna dan kekasaran yang berbeda,
(6) liang biji (microphyle),
(7) tulang biji (raphe), terusan tali pusar pada biji.
2. Tali pusar (foenikulus)
Tali pusar sering disebut sebagai penggantung biji, dapat
memiliki bentuk yang bervariasi, bila biji telah tua maka
tali pusar umumnya mengering dan lepas.
3. Inti biji atau isi biji (nucleus seminis)
Inti biji terdiri atas lembaga (embrio) dan putih lembaga
(albumen) yang berisikan cadangan makanan, untuk
pertumbuhan kecambah, sebelum memiliki kemampuan
mencari makan sendiri.
Lembaga (Embrio)
Pada tumbuhan berbiji lembaga memperlihatkan tiga
bagian utama tubuh tumbuhan, yaitu :
(1) Akar lembaga atau calon akar (radicula) bagian ini
tumbuh hipokotil (hypocotyhe), di ujungnya akan
tumbuh akar primer (radix primarius), yang pada
tumbuhan Dicotyledoneae membentuk sistem akar
37
tunggang. Pada Monocotyledoneae akar primer
mereduksi sehingga terbentuk sistem akar serabut.
(2)
Daun lembaga (cotyledon), merupakan daun
pertama, pada Dicotyledoneae berjumlah
dua
(keping dua), pada Monocotyledoneae berjumlah
satu (keping satu).
(3) Batang lembaga (caulicula), merupakan cikal
bakalnya batang yang memiliki ruas (internodes)
dan buku (node), dapat dibedakan antara ruas
batang
di
atas
daun lembaga (internodium
epicotylum) dan ruas di bawah daun lembaga
(internodium hypocotylum).
Gambar 11. Skema lembaga pada biji tumbuhan; a. biji kacang
(Dicoyledoneae),
b.
biji
jagung
(Monocotyledoneae).
1.3.Tugas/Diskusi
Buatlah makalah tentang contoh perbedaan buah sejati dan
buah semu. Gunakan setidaknya 2 artikel dari buku teks, jurnal
38
ilmiah terakreditasi atau jurnal ilmiah internasional untuk
menyusun makalah anda.
1.4.Rangkuman
Berdasarkan derajat kekerasan perikarpium, buah
dibedakan ke dalam dua tipe, yaitu buah kering dan buah
berdaging. Pada buah yang berdaging, perikarpium, yang
berasal
dari
epikarpium,
dinding
ovarium
mesokarpium
dan
terdiferensiasi
menjadi
endokarpium.
Menurut
perkembangan bakal buah, buah dibagi menjadi buah tunggal,
buah majemuk, dan buah ganda. Secara normal perkembangan
buah
dan
biji
terjadi
setelah
pembuahan.
Integumen
berkembang menjadi kulit biji atau testa, sel telur yang dibuahi
(zigot) berkembang menjadi embrio, dan sel endosperm primer
akan membelah secara mitosis menghasilkan endosperm.
1.5.Rujukan Pengayaan
Arnett, RH., and Barungart DC., 1970. An Introduction to Plant
Biology. 3rd edition. The CV. Saint Louis: Mosby Company.
Bell, AD., 1991. Plant Form. Oxford: Oxford University Press.
Bold, HC., Alexopoulus, CJ., and Delevoryas, T., 1987. Morphology of
Plant and Fungi. 5th edition. New York: Harper dan Row
Publisher.
De Vogel, EF., 1987. Manual of Herbarium Taxonomy: Theory and
Practice. United Nation Educational, Scientific dan Cultural
39
Organization. Jakarta: Regional Office for Science and
Technology.
Gifford, EM., and Foster, AS., 1989. Morphology and Evolution of
Vascular Plants. 3rd edition. New York: W.H. Freeman and
Company.
Halle, F., and Oldeman, RAA., 1975. An Essay on the Architecture and
Dynamics of Growth of Tropical Trees. Kuala Lumpur:
University Malaya.
Hartman, HT., and Kester, DE., 1983. Plant Propagation: Principles
and Pracitce. 4th edition. New York: Prentice-Hall Inc.
Lyndon, RF., 1990. Plant Development: the Celular Basis.
London: Unwin Hyman Ltd.
Radford, AE., 1986. Fundamentals of Plant Systematics. Harper
International Edition. New York: Harper & Row Publishers
Inc.
Schulz, V., Hansel, R., Tyler, VE., 1998. Rational Phytotherapy:
a physician’s guide to herbal medicine. 3rd edition. Berlin:
Springer.
Sinnott E.W. and K.S. Wilson. 1955. Botany: Principle and Problems.
5th edition. New York: McGraw-Hill Book Company Inc.
Sinnott E.W. 1960. Plant Morphogenesis. New York: McGrawHill Book Company Inc.
40
Steeves T.A. and I.M. Sussex. 1989. Patern in Plant
Development.
2nd
edition.
Cambridge:
Cambridge
Morfologi
Tumbuhan.
Yogyakarta:
University Press.
Tjitrosoepomo, G.,
1988.
Gadjah Mada University Press.
Undang Ahmad Dasuki. 1992. Penuntun Praktikum Sistematik
Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas. Bandung: ITB.
Weier, TE., Stocking CR., and Barbour MG., 1974. Botany: An
Introduction to Plant Biology. 5th edition. New York: John
Wiley and Sons.
1.6. Latihan Soal
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan jelas!
1. Jelaskan
struktur
anatomi
dari
buah
dan
asal
perkembangannya!
2. Apa yang dimaksud dengan buah sejati dan buah
majemuk?
3. Jelaskan perbedaan antara buah tunggal dan buah ganda!
4. Apa perbedaan morfologi antara biji dikotil dan
monokotil?
5. Jelaskan macam-macam alat tambahan yang terdapat
pada kulit biji disertai contoh tanamannnya!
Download
Study collections