PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Yulia Djahir*) Abstract: This action research aimed to bring improvement to the teaching of social science. Poor learning achievement indicated that prevous teaching and learning process was not successful . In order to make teaching and learning process more meaningful and fruitful, a jigsaw technique was applied. The subjects of the research were all the VII.7 grade students of SMP Negeri 17 Palembang consisting of 40 students. There were three cycles implemented. Each cycle consisted of three steps, namely, planning, implementing and controlling, evaluating and reflection. The result obtained from the test and questionnaire showed that there was an increase in the learning achievement of the students who were taught by jigsaw technique. However, it was found that there were some weaknesses of each cycle, especially in the ability to work in team. At the end of the third cycle, every indicators could be achieved. Key words: Active learning, jigsaw technique, learning exprience Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kelulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Penyusunannya dengan memperhatikan beberapa ketentuan yaitu untuk tingkat SMP memuat 10 mata pelajaran dan mata pelajaran IPA dan IPS merupakan mata pelajarai “IPA terpadu” dan “IPS terpadu”. Selain itu, jam pelajaran untuk mata pelajaran Matematika sebanyak 4 jam pelajaran dengan alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 40 menit. Untuk melaksanakan standar isi kurikulum ini didasarkan pada Peraturan Menteri Nomor 4 tahun 2006 tentang pengembangan dan penerapan kurikulum dilakukan sesuai dengan potensi sekolah dan potensi daerah sekitarnya. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran guru merupakan salah satu variabel yang penting, peningkatan prestasi belajar sangat tergantung pada peranan guru dalam mengelola pembelajaran. Seorang guru minimal harus memiliki kemampuan dasar dan sikap sebagai guru yang mendapat kepercayaan untuk mempersiapkan hari depan bangsa. Kemampuan dasar tersebut adalah menguasai kurikulum, materi pembelajaran, metode dan teknik evaluasi, dan mempunyai komitmen disiplin dalam pelaksanaan tugas. Sehubungan dengan keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan di kelas harus benar-benar memenuhi persyaratan yang telah diatur dalam kurikulum dan harus selaras dengan tujuan yang hendak dicapai. Hasil diskusi dengan guru SMP Negeri 17 Palembang, hasil yang dicapai oleh kegiatan pendidikan sebagai hasil proses pembelajaran pengetahuan sosial masih belum mencapai terget yang diharapkan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Untuk melaksanakan pembelajaran agar berjalan lebih produktif dan bermakna maka diperlukan peningkatan pembelajaran dengan memperbaiki desain dan strategi pembelajaran yang memberdayakan semua potensi siswa dalam mengembangkan dan meningkatkan sikap dan keterampilan sosial, maka dirasa perlu meneliti mengenai peningkatan pembelajaran aktif pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (Ekonomi) dengan masalah penelitian: apakah terjadi peningkatan kemampuan belajar siswa melalui pembelajaran aktif pada mata pelajaran pengetahuan sosial (Ekonomi) dengan teknik jigsaw? Untuk mengatasi masalah tersebut di atas, pertama-tama guru bersedia mengubah desain dan strategi pembelajaran dengan menggunakan teknik Jigsaw yang berpedoman pada kerangka pikir model jigsaw dan alat penilaian kemam-puan guru (APKG 1 & 2). Penelitian ini bertuju-an untuk (1) mengembangkan pembelajaran pada mata pelajaran pengetahuan sosial (Ekonomi) yang efektif sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa pada proses pembelajaran dan (2) meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pengetahuan sosial (Ekonomi) khususnya. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui *) Yulia Djahir adalah dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sriwijaya aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dalam waktu singkat membuat mereka berfikir tentang materi pelajaran. Mil Siberman (2002:283) mengatakan pembelajaran aktif dengan teknik jigsaw dapat membantu mekanisme dengan melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus dilakukannya. Siswa menggunakan otak mereka mempelajari gagasan-gagasan memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Teknik jigsaw merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “penukaran dari kelompok ke kelompok“ dengan suatu perbedaan penting, setiap siswa mengajar sesuatu; ini adalah alternatif menarik ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau dipotong dan di saat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain (Amin, 2002:161). Untuk itu siswa diberi pembelajaran sesuatu yang dikombinasikan dengan materi yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya. Pembelajaran teknik jigsaw merupakan bentuk belajar kelompok yang melibatkan kelompok dalam jumlah kecil, jenis tugas yang diberikan berbeda-beda untuk masing-masing kelompok (Jhonson, 2002 dalam Lie 2003). Teknik ini merupakan salah satu model pembelajaran yang termasuk di dalam model pembelajaran kooperatif (learning community). Model pembelajaran kooperatif mengupayakan seorang peserta didik (siswa) mengajar teman sebaya lainnya, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain. Syaodih menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif (kerja sama) merupakan model pembelajaran yang bertolak dari sifat dasar manusia dan diarahkan pada pengembang kemampuan siswa dalam realisasi sifat tersebut (2004:238). Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi yang biasanya dilaksanakan dikelas, karena di dalam pembelajaran kooperatif menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok secara optimal. Strategi pembelajaran kooperatif melakukan tanggung jawab individu sekaligus kelompok sehingga pada diri siswa tumbuh dan berkembang sikap dan perilaku saling ketergantungan secara aktif. Depdiknas (2002:20) menjelaskan tentang langkah-langkah pembelajaran teknik jigsaw se- bagai berikut. (a). Kelompok cooperative (awal): siswa dibagi kelompok kecil yang beranggotakan 3--5 orang., bagikan wacana atau tugas yang sesuai dengan materi yang dajarkan, masingmasing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana/tugas yang berbeda-beda dan memahami informasi di dalamnya. (b). Kelompok Ahli: kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/tugas yang sama dalam satu kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana/tugas yang telah dipersiapkan oleh tim peneliti, dalam kelompok ahli ditugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi ahli sesuai dengan wacana/tugas yang menjadi tanggung jawabnya, tugaskan semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat menyampaikan informasi tentang hasil dan wacana/tugas yang telah dipahami kepada kelompok cooperatif, apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing siswa kembali pada kelompok cooperatif, beri kesempatan secara bergilir masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari tugas dikelompok ahli, apabila sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klarifikasi. Secara umum faktor yang memperangaruhi hasil belajar dikelompokkan menjadi tiga yaitu faktor internal (kondisi jasmani dan rohani), faktor eksternal (kondisi lingkungan di sekitar siswa) dan pendekatan belajar yaitu jenis upaya yang meliputi strategi dan metode yang digunakan (Syah, 2003:132). Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal antara lain faktor psikis (minat dan motivasi) dan fisik (kesehatan), kemampuan awal. Sedangkan faktor eksternal antara lain lingkungan, baik lingkungan sekolah, rumah dan pergaulan (Slameto, 1991). Sedangkan menurut Suryabrata faktor luar meliputi faktor sosial dan non sosial dan faktor dalam diri siswa meliputi faktor fisiologi dan psikologi. Menurut Ibrahim, dkk. (2000) model kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Dalam mencapai tujuan belajar akademik, beberapa ahli ber- pendapat bahwa model ini unggul dalam memahami konsep-konsep dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam pengembangan keterampilan sosial, penggunaan metode kooperatif bertujuan untuk mengajarkan keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Selanjutnya Lie (2003) menyatakan dengan teknik jigsaw, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal. Mata pelajaran pengetahuan sosial yang terdiri dari mata pelajaran Sejarah, Ekonomi dan Geografi; dalam hal ini yang menjadi fokus adalah mata pelajaran Ekonomi kelas VIII terdapat 3 pokok pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran teknik jigsaw yaitu: pasar, pemasaran produk, pembentukan harga. Dari ketiga pokok bahasan tersebut dibuat desain/rencana pembelajaran yang digunakan untuk proses pembelajaran. Setiap selesai proses pembelajaran diadakan diskusi yang membahas apa yang menjadi kelemahan untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 17 Palembang pada kelas VIII Tujuh tahun ajaran 2006/2007 untuk mata pelajaran Pengetahuan Sosial (Ekonomi). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII tujuh dan guru mata pelajaran Pengetahuan Sosial (Ekonomi). Jumlah siswa yang diteliti sebanyak 40 orang siswa, terdiri dari 19 orang laki-laki dan 21 orang perempuan. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam tiga siklus yaitu siklus I, siklus II dan siklus III. Masing-masing siklus dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan, evaluasi dan perenungan (refleksi). Secara umum, masing-masing siklus melakukan kegiatan sebagai berikut. Perencanaan Pada tahap ini peneliti dosen dan guru secara kolaboratif mengadakan kegiatan: menyusun rencana pembelajaran yang materinya dapat menggunakan teknik jigsaw. Selanjutnya menyusun tugas-tugas yang terdiri atas pertanyaan-pertanyaan untuk setiap pertemuan. Peneliti juga menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas pembelajaran, merencana- kan evaluasi berupa soal tes dan menyiapkan angket untuk melihat keefektifan pembelajaran dengan teknik jigsaw. Pelaksanaan dan Pemantauan Dalam tahap ini dilakukan tindakan, sebagai berikut: pelaksanaan penelitian tindakan kelas siklus pertama, diberikan rencana pembelajaran kemudian dilaksanakan proses pembelajaran mata pelajaran pengetahuan sosial (Ekonomi) sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dalam pelaksanaannya dilakukan observasi, setelah selesai proses pembelajaran, dosen dan guru berdiskusi membahas tentang aktivitas pelaksanaan pembelajaran, baik kekurangan maupun kelebihannya kemudian dilakukan perbaikan pada tindakan siklus ke dua dan siklus ke tiga. Selama pembelajaran berlangsung, tim peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam pembelajaran. Pada akhir siklus dilakukan pengamatan hasil belajar siswa melalui ujian. Pemantauan/observasi ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan dengan rencana tindakan. Evaluasi dan Perenungan (Refleksi) Pada tahap ini dosen dan guru yang membantu dalam penelitian kolaboratif ini serta siswa peserta mata pelajaran pengetahuan sosial (Ekonomi) mengevaluasi apakah hasil yang diharapkan dari penelitian ini telah tercapai. Evaluasi dilakukan berdasarkan hasil pemantauan, hasil tes maupun hasil diskusi. Yang didiskusikan antara lain mengenai proses dan hasil yang dicapai, membahas perbedaan antara rencana dan pelaksanaan tindakan, melakukan pemaknaan dan penyimpulan data yang diperoleh dan melihat hubungannya dengan rencana yang telah ditetapkan, melakukan diskusi untuk menentukan strategi yang ditentukan pada siklus berikutnya dan kemudian diawali dengan refleksi lagi. Adapun instrumen yang digunakan adalah lembar pengamatan (observasi), tes, dan Angket (kuesioner). Lembar pengamatan (observasi) digunakan selama pelaksanaan pembelajaran untuk mencatat segala aktivitas yang dilakukan oleh guru dan seluruh siswa selama berlangsung pembelajaran. Yang terpenting lagi adalah untuk mencatat aktivitas siswa pada saat melakukan diskusi teknik jigsaw. Pengamatan dilakukan juga pada saat siswa melaksanakan pembelajaran jigsaw. Hasil yang diperoleh dari pengamatan dilaporkan pada kegiatan selanjutnya. Tes diberikan setelah selesai setiap siklus penelitian/ pemberian tindakan. Tes setelah tindakan siklus pertama (T1) bertujuan untuk melihat berapa besar nilai yang dicapai siswa dengan menggunakan pembelajaran teknik jigsaw. Dilanjutkan dengan siklus ke dua dan pada akhir siklus ke dua diberikan tes 2 (T2) ini bertujuan untuk melihat perbandingan dengan T1, ada atau tidak perubahan nilai, sudah atau belum mencapai nilai yang ditargetkan untuk pembelajaran aktif dengan teknik jigsaw di mana kelemahankelemahannya, kemudian dilanjutkan dengan tes 3 (T3) pada akhir siklus ketiga. Berdasarkan hasil tes, dilihat nilai yang diperoleh setiap siswa pada setiap siklus dan juga dilihat nilai rata-rata setiap siklus. Angket (Kuesioner) diberikan setelah selesai siklus 1, 2, dan 3 dengan tujuan untuk mendapatkan masukan dari siswa mengenai efektivitas penggunaan teknik jigsaw dalam pembelajaran pengetahuan sosial (Ekonomi) yang telah mereka lakukan, mengenai kelemahan dan keunggulannya. Indikator keberhasilan dari setiap siklus: dengan menggunakan model pendekatan pembelajaran teknik jigsaw aktivitas pembelajaran meningkat misalnya dari sangat kurang menjadi menjadi baik atau sangat baik. pada siklus pertama: 65% peningkatan nilai siswa dari nilai T0 sebelum menerapkan pembelajaran aktif dengan teknik jigsaw. pada siklus kedua peningkatan nilai siswa menjadi 80%. pada siklus ketiga peningkatan nilai siswa menjadi 95% Kerangka Pikir Model Jigsaw KEGIATAN DOSEN, GURU LANGKAH KEGIATAN SISWA * Siapkan bahan * Bentuk kelompok * Bimbing kelompok KAJIAN BAHAN * Mempersiapkan R-P ke lapangan * Kelompok siswa berdasarkan tugas kajian bahan * Bimbingan diskusi kelompok siswa DISKUSI KELOMPOK SISWA * Duduk dalam kelompok * Berbagi tugas dalam kelompok setiap anggota kelompok membaca & mengkaji bahan * Kelapangan yang berbeda * Keluar dari kelompok * Diskusi kelompok * Kelompokkan kembali pada kelompok asal * Siapkan tes/kuis * Berikan tes/kuis * Berikan pemantapan DISKUSI SISWA TES/KUIS PEMANTAPAN * Kembali ke kelompok asal * Penyajian setiap anggota kelompok * Menjawab tes/ kuis * Mendengarkan/ menanggapi, bertanya HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Siklus I dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan untuk pokok bahasan Pasar. Pada saat proses pembelajaran tim peneliti melakukan observasi terhadap aktivitas siswa dan keterampilan guru. Pada setiap pertemuan guru menggunakan langkah pembelajaran berupa pembukaan, kegiatan inti, dan penutup. Pada kegiatan pembukaan, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, melakukan apersepsi dan memotivasi siswa. Pada tahap kegiatan inti, guru membagi siswa dalam 8 kelompok yang terdiri atas 5 siswa dan memberi tugas yang berkaitan dengan pasar. Selama 30 menit setiap siswa diminta mempelajari tugas yang diberikan dan mempersiapkan jawaban nya masing-masing untuk didiskusikan dalam kelompok ahli. Kemudian guru meminta siswa yang mendapatkan tugas yang sama untuk membentuk kelompok ahli. Saat berada pada kelompok ahli siswa berdiskusi tentang tugas yang diperoleh, sehingga mereka menjadi ahli untuk tugas tersebut. Diskusi kelompok ahli dilakukan selama 10 menit. Kemudian siswa kembali lagi ke kelompok asal, masing-masing anggota diberikan kesempatan menjelaskan hasil diskusi dari kelompok ahli kepada teman-temannya. Kegiatan ini dilakukan selama 10 menit. Selama diskusi berlangsung guru membantu jalannya diskusi dengan memberikan pengarahan-pengarahan. Untuk mengetahui hasil kerja dari setiap kelompok, selama 5 menit dberikan kesempatan untuk presentasi kelompok secara klasikal. Pada kegiatan ini guru memberikan penguatanpenguatan atas jawaban yang diberikan. Kegiatan pembelajaran diakhir dengan melakukan penarikan kesimpulan atas materi pembelajaran dan pemberian tes (T1). Pada pertemuan pertama siklus I dari penerapan pembelajaran aktif dengan teknik jigsaw mengalami beberapa kendala. Kendala yang dihadapi berkaitan dengan banyaknya siswa yang masih merasa bingung ketika siswa harus memilih kelompok ahli dan kembali ke kelompok asal. Di samping itu siswa belum menunjukkan kemampuan yang baik dalam bekerja sama baik pada kelompok asal maupun pada kelompok ahli sehingga peran guru masih sangat dominan. Sebagian besar siswa belum terbiasa mengeluarkan pendapat (aktivitas lisan) dan belum terbiasa melakukan aktivitas menuliskan hasil diskusi kelompok. Hal tersebut terjadi pada diskusi ke- lompok asal dan berlanjut pada diskusi kelompok ahli. Sedangkan dalam diskusi kelas, sebagian besar masih didominasi siswa pintar. Kendala kurangnya alokasi waktu terlihat pada proses pembelajaran terutama waktu yang disediakan untuk diskusi secara klasikal sehingga membawa pengaruh ke aktivitas guru dalam menggunakan respon & pertanyaan siswa serta merangkum pembelajaran. Hasil pengamatan tentang aktivitas siswa dengan teknik jigsaw pada siklus I ditampilkan pada tabel berikut. Tabel 1. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dengan Teknik Jigsaw Pada Siklus I No Deskriptor Prosentase 1 Aktivitas mental dan emosi (kemampuan bekerjasama) 2 Melakukan aktivitas lisan 3 Melakukan aktivitas gerak 4 Melakukan aktivitas mendengarkan 5 Melakukan aktivitas menulis 6 Melakukan aktivitas visual Skor Total Sumber data: Diolah sendiri, tahun 2006 60,0 44,0 60,0 78,5 40,0 80,0 60,4 Dari Tabel 1 diatas terlihat bahwa rata-rata aktivitas mental dan emosi siswa sebesar 60% dan aktivitas gerak sebesar 60% sudah baik. Pada aktivitas mendengarkan 78,5% dan aktivitas visual rata-rata 80% sudah sangat baik. Sedangkan untuk aktivitas siswa lisan rata-rata cukup 44% demikian juga aktivitas siswa menulis sebesar 40%. Tabel 2. Hasil Pengamatan Kemampuan Membimbing Diskusi dengan Teknik Jigsaw Pada Siklus I No 1 2 3 Deskriptor Mendeskripsikan tujuan Mendeskripsikan masalah Memberikan langkah pembelajaran jigsaw 4 Memberikan pernyataan setuju/tidak 5 Meneliti alasannya 6 Memotivasi siswa untuk bertanya 7 Menunggu respon siswa 8 Memberi dukungan/penguatan 9 Memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi 10 Mencegah pembicaraan berlebih 11 Menutup diskusi bersama siswa merangkum JUMLAH KEGIATAN YANG MUNCUL NILAI ANGKA Pertemuan 1 v v v v v v v v 8 7,2 Pengamatan terhadap kemampuan guru dalam membimbing diskusi dengan teknik jigsaw dari tiga kali pertemuan menunjukkan hampir sebagian besar deskriptor telah muncul, hanya tiga deskriptor yang belum muncul yaitu menunggu respon siswa, memberi dukungan/ penguatan, dan menutup diskusi bersama siswa merangkum. Nilai rata-rata yang diperoleh untuk kegiatan ini adalah 7,2 (baik) yang terlihat pada Tabel 2. Perubahan metode belajar dari cara lama menjadi cara baru menyebabkan siswa mengalami ketidaksiapan dalam aktivitas belajar. Dalam proses pembelajaran siswa masih terlihat kaku. Beberapa tanda yang menunjukkan kekakuan tersebut antara lain masih bingung mengatur tempat duduk baik pada kelompok awal maupun kelompok ahli. Tanda lainnya ditunjukkan dalam bekerja sama dan mengeluarkan pendapat pada diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Sehubungan dengan belum berjalan dengan baiknya penggunaan metode pembelajaran jigsaw pada mata pelajaran Pengetahuan Sosial (Ekonomi) pada siklus I, Syah (2003) menyatakan selain perbedaan faktor kemampuan individu yang tidak sama, faktor lain yang menjadi penyebabnya adalah ketidaksiapan menerima perubahan metode belajar dari yang biasa dipakai menjadi pembelajaran aktif. Dampak lain dari belum siapnya siswa dengan teknik jigsaw ini menyebabkan siswa tidak dapat menguasai pelajaran dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Slameto (1991) yang menyatakan bahwa kondisi kejiwaan siswa mempengaruhi hasil belajar sebagai faktor internal.Maka dalam melaksanakan suatu model pembelajaran hedaknya memperhatikan kondisi siswa. Siklus II Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan untuk materi Pemasaran Produk. Pada proses pembelajaran peneliti mengamati kegiatan siswa dan guru yaitu: menunjukkan kondisi siswa yang mulai terbiasa melakukan aktivitas berkumpul pada kelompok ahli dan kembali ke kelompok asal. Aktivitas mental & emosi, aktivitas lisan dan aktivitas menulis sudah mulai berjalan baik pada kelompok asal dan kelompok ahli, walaupun pada diskusi kelas masih didominasi siswa pintar dan pandai bicara, maka pelaksanaan diskusi dilanjutkan pada pengalaman belajar yaitu pembelajaran dilakukan di luar kelas, mem- bawa siswa dan guru ke perusahaan Indofood Sukses Makmur dengan materi Pemasaran Produk. Tabel 3. Rekapitulasi Prosentase Rata-Rata Aktivitas Siswa dengan Teknik Jigsaw Pada Siklus I dan Siklus II Deskriptor Aktivitas mental dan emosi ( kemampuan bekerjasama) Melakukan aktivitas lisan Melakukan aktivitas gerak Melakukan aktivitas mendengarkan Melakukan aktivitas menulis Melakukan aktivitas visual Skor Total Siklus 1 60,0 Siklus 2 63,3 Peningkatan 3,3 44,0 67,5 23,5 60,0 68,5 8,5 78,5 100 21,5 40,0 61,3 21,3 80,0 100 20,0 60,4 76,8 16,4 Pemberian tindakan pada siklus II terlihat telah memberikan peningkatan aktivitas siswa kelas VIII tujuh SMP Negeri 17 Palembang. Peningkatan aktivitas mental&emosi sebesar 2,8% dari 60,5% pada siklus I menjadi 63,3% pada siklus II. Aktivitas siswa dalam mengeluarkan pendapat (aktivitas lisan) juga mengalami peningkatan sebesar 20,8% dari 46,5% pada siklus I menjadi 67,3% pada siklus II. Demikian juga pada aktivitas menulis dari 41,7% pada siklus I meningkat 19,6% pada siklus II (Tabel 3). Mulai terbiasanya siswa mengikuti pembelajaran dengan teknik jigsaw menyebabkan siswa secara totalitas siap menerima transfer pengetahuan yang dipelajarinya. Hal ini berhubungan dengan kenyataan yang dikemukakan Sastrawijaya (1988:15) bahwa tiap orang menciptakan pengetahuannya sendiri, belajar adalah menciptakan dan berkreasi dengan pengalamannya secara bermakna. Penggunaan teknik jigsaw telah mengajarkan siswa untuk bekerja sama sehingga beban tugas menjadi ringan. Lie (2003) menyatakan dengan teknik ini siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal. Pengalaman belajar dengan teknik jigsaw pada siklus I dan ditambah dengan pengalaman lapangan (kunjungan ke PT Indofood Sukses Makmur Palembang) untuk melihat langsung kegiatan ekonomi dan sosial lainnya telah meningkatkan motivasi dan aktivitas pem- belajaran siswa, yang selanjutnya meningkatkan hasil belajarnya. Siklus III Siklus III merupakan siklus yang dijalankan setelah mengadakan perbaikan tindakan. Siklus ini dilakukan sebanyak satu kali pertemuan. Pada siklus ini dilakukan pembelajaran untuk pokok bahasan pembentukan harga. Pada pelaksanaan siklus III peneliti mengobservasi kegiatan proses pembelajaran; siswa terlihat antusias dan percaya diri dalam mengikuti pembelajaran aktif dengan teknik jigsaw. Siswa sudah terbiasa bekerja sama dalam kelompok diskusi (aktivitas mental dan emosi siswa). Siswa juga sudah berani mengemukakan pendapat dan bertanya pada teman jika belum paham atas jawaban tugas baik pada kelompok awal, kelompok ahli dan saat kembali ke kelompok awal untuk menjelaskan hasil diskusi dari kelompok ahli. Hal ini juga tampak pada kegiatan dis- kusi kelas, siswa pandai memberikan kesempatan kepada teman lain untuk bertanya dan memberikan jawaban dari pertanyaan teman kelompok lain. Kemampuan guru dalam membimbing diskusi dengan teknik jigsaw pada siklus III masih tetap menunjukkan hasil yang sangat baik. Hasil yang sangat baik juga ditunjukkan pada hampir semua deskriptor pelaksanaan pembelajaran baik pada rencana pembelajaran maupun pada proses pembelajaran. Hasil belajar siswa pada siklus III menunjukan peningkatan dari siklus sebelumnya. Keberhasilan pemberian tindakan dalam meningkatkan aktivitas pembelajaran utamanya disebabkan faktor pengelolaan guru dan faktor penerimaan siswa terhadap teknik jigsaw. Dari segi guru, dapat dirasakan adanya kemapanan dalam perencanaan dan pelaksanaan penggunaan teknik jigsaw. Dalam proses pembelajaran secara klasikal terjadi peningkatan sebesar 11,5% dari 84,8 % pada siklus II menjadi 96,3% pada siklus III (Table 4). Tabel 4. Rekapitulasi Prosentase Rata-Rata Pelaksanaan Pembelajaran dengan Teknik Jigsaw Pada Siklus I sampai Siklus III Siklus I Siklus II Siklus III 75,0 66,7 66,7 66,7 66,7 58,3 66,7 66,7 66,7 87,5 87,5 87,5 87,5 87,5 75,0 87,5 87,5 84,5 100 100 83,3 83,3 100 100 100 100 95,8 1. Kemampuan mempersiapkan dan membuka pelajaran 2. Menggunakan media pembelajaran 3. Menggunakan strategi pembelajaran 4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam pembelajaran 5. Menggunakan respon dan pertanyaan siswa dalam pembelajaran 6. Menyampaikan materi pembelajaran dengan tepat 7. Menggunakan bahasa dan suara yang jelas 8. Menggunakan alokasi waktu yang tepat 9. Merangkum materi pembelajaran 10. Melaksanakan penilaian pembelajaran Rata-Rata (G2) 66,7 66,7 66,7 66,7 87,5 87,5 87,5 87,5 100 83,3 100 100 50,0 75,0 75,0 50,0 41,7 75,0 63,3 87,5 87,5 87,5 62,5 75,0 87,5 83,8 91,7 100 100 100 91,7 100 96,7 Nilai Akhir 65,0 84,8 96,3 Deskriptor RENCANA PEMBELAJARAN 1. Rumusan Pengalaman Belajar 2. Rumusan Indikator Pencapaian Hasil 3. Penyusunan Materi Pelajaran 4. Penentuan Media Pelajaran 5. Penentuan Strategi Pembelajaran 6. Alokasi Waktu 7. Penetapan Alat Penilaian 8. Penentuan Sumber Belajar Rata-Rata (G1) PROSES PEMBELAJARAN Adanya penerimaan teknik jigsaw sebagai metode belajar dengan sendirinya berpengaruh terhadap interaksi belajar sesama anggota kelompok. Hal ini terlihat dengan meningkatnya kerja sama di antara sesama anggota kelompok pada tiap tahapan pelaksanaan teknik jigsaw. Penggunaan teknik jigsaw telah membawa perubahan pada perilaku sosial siswa dalam belajar yang tercermin dari sikap saling membantu antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Ibrahim, dkk (2002) mengemukakan bahwa metode tutor sebaya sangat besar pengaruhnya bagi keberhasilan belajar siswa. Sejalan dengan itu menurut Suryabrata (1995) kehadirian seseorang dalam kegiatan belajar siswa sangat besar pengaruhnya. Dengan adanya proses belajar di antara teman sebaya menyebabkan siswa yang kurang pandai merasa lebih bebas dalam berpikir dan mampu menyelesaikan tugasnya. Pencapaian ketuntasan belajar dengan teknik jigsaw pada siklus III sebesar 92,5% mengalami peningkatan sebesar 15% dari yang dicapai pada siklus II (77,5%). Siswa yang mendapat nilai sangat baik meningkat (12,5 %) dari siklus II, sedangkan yang mendapat nilai baik, cukup dan kurang mengalami penurunan (Tabel 5). Tabel 5. Rekapitulasi Prosentase Rata-Rata Hasil BelaBelajar Siswa Pada Siklus I , II dan III Nilai Siswa 81 - 100 66 – 80 51 - 65 36 – 50 0 - 35 T1 32,5 30,0 27,5 10,0 0 T2 45,0 32,5 15,0 7,5 0 T3 67,5 25,0 5,0 2,5 0 Peningkatan pembelajaran yang dicapai dengan teknik jigsaw ini sejalan dengan pendapat Ibrahim, dkk (2000) yang menyatakan model kooperatif (jigsaw) dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Pendapat siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan teknik jigsaw siklus I, siklus II dan siklus III dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada Tabel 6 dapat diterangkan bahwa seluruh siswa berpendapat guru menyenangkan, guru menerangkan dengan jelas dan guru menguasai materi pelajaran. Sedangkan 37 orang siswa (92,5%) merasa suasana kelas menyenangkan dan 7,5% merasa suasana kelas tidak menyenangkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa merasa senang terhadap guru yang menerapkan pembelajaran dengan teknik jigsaw. Tabel 6. Pernyataan tentang pembelajaran aktif dengan teknik jigsaw terhadap guru No 1 Pernyataan S T B Guru menyenangkan bagi 40 mahsiswa 2 Guru menerangkan dengan 40 jelas 3 Guru menguasai materi 40 4 Suasana kelas 37 3 menyenangkan Keterangan: S=Setuju, T=Tidak Setuju, B=Biasa-biasa saja Tabel 7. Pernyataan tentang pembelajaran aktif dengan teknik jigsaw terhadap siswa No Pernyataan S T B 1 Banyak kesempatan 40 berdiskusi 2 Siswa aktif selama belajar 33 7 3 Mendapat kesempatan 40 bekerja dalam kelompok 4 Mendapat kesempatan ke 40 perusahaan Keterangan: S=Setuju, T=Tidak setuju, B=Biasa-biasa saja Dari Tabel 7 tersebut dapat diterangkan bahwa seluruh siswa merasa mendapat banyak kesempatan berdiskusi, mendapat kesempatan bekerja dalam kelompok, dan kesempatan kunjungan ke perusahaan. Sedangkan 33 orang siswa (82,5%) merasa aktif selama belajar, 7 orang siswa merasa biasa-biasa saja. Setelah pelaksanaan pembelajaran dengan teknik jigsaw ditemukan beberapa kebaikan teknik ini yaitu: siswa menjadi lebih aktif, siswa lebih mudah mengerjakan tugasnya, siswa menjadi percaya diri dalam mengeluarkan pendapat, pembelajaran menjadi lebih efektif. Sedangkan kelemahannya: susunan kelas yang kurang mendukung dan jumlah siswa yang terlalu banyak. SIMPULAN DAN SARAN Penerapan kurikulum berdasarkan standar kelulusan dan standar kompetensi mata pelajaran, didasarkan pada Peraturan Menteri No. 4 Thn 2006, dilaksanakan sesuai dengan potensi sekolah dan daerah dalam proses pembelajaran maka pembelajaran pengetahuan sosial dengan teknik jigsaw menunjukkan adanya perubahan dalam proses pembelajaran dan meningkatnya hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 17 Palembang. Ditemukan adanya kelemahan dari setiap siklus, terutama pada kemampuan bekerja sama, lisan dan menulis. Sehingga pada akhir siklus ketiga semua indikator dapat tercapai dan diadakannya pengalaman belajar di perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Palembang dapat menunjukkan peningkatan wawasan pengetahuan pada materi yang diberikan di dalam kelas. Disarankan pengalaman ke lapangan dilakukan di luar jam pelajaran sekolah sehingga tidak mengganggu jam pelajaran lain dan diharapkan guru-guru mau mengubah strategi dan model pembelajaran terutama menggunakan teknik jigsaw dalam pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Amin. 2002. Pedoman Kontekstual (Countextual Teaching (CLT). Rineka Cipta: Jakarta. Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontektual (Contextual Teaching). Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama: Jakarta. Ernalia. 2002. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa melalui Teknik Jigsaw di SMPN 52 Palembang. Skripsi FKIP Unsri. Ibrahim, H.M., F. Rachmawati, M.Nur, dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah. Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Komarudin. 2002. 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yappendis: Yogyakarta. Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning di Ruangruang Kelas). PT. Gramedia: Jakarta. Mel Sieberman. 2002. Active Learning. Yappendis: Yogyakarta. Oemar Hamalik. 2003. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara. Sastrawijaya, S. 1988. Pengantar Bimbingan Belajar. Kalarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta. Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar CBSA. Rineka Cipta: Jakarta. Sujana, Nana. 2002. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Siswa Baru Algesindo. Suryabrata, S. 1995. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syah. M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Rafindo Persada. Syoadih, Nana Sukmadinata. 1998. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Direktorat Pendidikan Tinggi P2LPTK. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Yulia. 2005. Penerapan Pembelajaran Aktif Pada Mata Kuliah Budgeting dengan Teknik Jigsaw di Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP Universitas Sriwijaya. Laporan Penelitian Dikti. -------, dikk. 2006. Peningkatan Pembelajaran Aktif Pada Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial dengan Teknik Jigsaw di SMP Negeri 17 Palembang. Laporan Penelitian Dikti.