BAB 1 - Nawasis

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Program dan dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen
perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, juga
merupakan hasil sinkronisasi dan koordinasi pada tingkat Kabupaten Lampung Barat, Provinsi
Jawa Tengah maupun Kementerian / Lembaga untuk periode Jangka Menengah. Dari sisi
penganggaran, dokumen ini juga memuat rancangan dan komitmen pendanaan untuk
implementasinya, baik komitmen alokasi penganggaran pada tingkat Kabupaten Lampung Barat,
Provinsi Jawa Tengah, Pusat maupun dari sumber pendanaan lainnya.
Untuk sumber penganggaran dari sektor Pemerintah, keseluruhan komitmen dalam dokumen ini
akan menjadi acuan dalam tindak lanjutnya melalui proses penganggaran formal tahunan.
Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

Pemrograman telah mempertimbangkan komitmen bersama antara kemampuan Anggaran
Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Barat dan pendanaan
Pemerintah Pusat maupun partisipasi dari sektor pendanaan lain yang peduli sanitasi.

Program dan anggaran untuk 5 (lima) tahun ke depan sudah diketahui, sehingga
perencanaan lebih optimal dan matang.

Memorandum program investasi Kabupaten Lampung Barat merupakan rekapitulasi dari
semua dokumen perencanaan sanitasi dan telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan
Kabupaten Lampung Barat dari aspek teknis, biaya dan waktu.

Memorandum program investasi ini dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang
diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati/ Gubernur selaku kepala daerah.

Program investasi sektor Sanitasi ini telah disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan
Kabupaten Lampung Barat untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan Kabupaten
Lampung Barat.

Penyusunan rencana program investasi ini telah ditekankan aspek keterpaduan antara
pengembangan wilayah/ kawasan dengan pengembangan sektor bidang yang terkait kesanitasian,
yang mencakup: koordinasi pengaturan, integrasi perencanaan, dan sinkronisasi program
berdasarkan skala prioritas tertentu atau yang ditetapkan yang paling sesuai dalam rangka
menjawab tantangan pembangunan.
Memorandum Program ini dilengkapi dengan tabel-tabel rencana investasi program, rencana
pelaksanaan periode sampai akhir 5 (lima) tahun ke depan, dan peta-peta pokok yang dapat
menjelaskan arah pengembangan dan struktur ruang kotanya.
1.2
Maksud dan Tujuan
Memorandum Program Sanitasi (MPS) merupakan terminal seluruh program dan kegiatan
pembangunan sektor sanitasi kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota, Provinsi, Pusat dan masyarakat setempat dalam kurun waktu 5 tahun, yang
pendanaannya berasal dari berbagai sumber: APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/Kota,
Bantuan Luar Negeri (pinjaman maupun hibah), swasta maupun masyarakat, dan sebagainya.
Sebagai suatu terminal, Memorandum Program Sanitasi (MPS) merangkum masukan dari
Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK), Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM),
sejalan dengan itu (MPS) telah disusun pula dokumen-dokumen perencanaan sebagai berikut :
RTRWK, RPJMD, Renstra Kabupaten/Kota, RKA KL, dan lain-lain.
Memorandum Program merupakan justifikasi dan komitmen pendanaan dari Pemerintah
Kabupaten/Kota, Provinsi, Pusat, atau dari lembaga lainnya untuk program/kegiatan yang telah
teridentifikasi. Memorandum Program merupakan landasan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota
untuk melaksanakan strategi pembangunan sektor sanitasi dalam jangka menengah (5 tahun).
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Memorandum Program ini adalah
sebagai berikut.
Maksud :
1. Tersusunnya dokumen rencana strategi dan komitmen pendanaan oleh pemerintah
Kabupaten dan pihak terkait untuk implementasi pembangunan sektor sanitasi yang
komprehensif Jangka Menengah. Secara umum MPS ini secara spesifik bersifat sebagai
“Expenditure Plan” – khususnya untuk program pembangunan sektor sanitasi.
2. Mendorong para stakeholders melaksanakan kebijakan pengembangan sanitasi yang
lebih efektif, partisipatif, dan berkelanjutan.
Tujuan:
1. MPS diharapkan dapat dipakai sebagai pedoman penganggaran pendanaan untuk
implementasi pelaksanaan pembangunan sanitasi mulai tahun 2014 sampai dengan tahun
2018 yang telah tercantum dalam dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten.
2. Dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pendanaan untuk implementasi
pembangunan Sanitasi Kabupaten Lampung Barat selama 5 tahun yaitu tahun 2014 sampai
dengan tahun 2018 baik pendanaan yang dialokasikan dari APBD Kabupaten, Propinsi,
Pemerintah Pusat maupun sumber pendanaan lain non pemerintah.
3. Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Operasional tahapan pembangunan
sanitasi.
4. Sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta)
yang akan melibatkan diri untuk mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi
daerah Kabupaten Lampung Barat.
5. Sebagai dasar masukan bagi umpan balik (feed-back) RPJMD pada periode berikutnya.
1.3
Wilayah Perencanaan
Cakupan wilayah dalam penyusunan MPS Kabupaten Lampung Barat ini yaitu wilayah
administratif Kabupaten Lampung Barat yang meliputi 15 kecamatan 131 desa/pekon dan 5
kelurahan.
Dalam rangka perencanaan spasial di Indonesia, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang mengamanatkan adanya dokumen rencana tata ruang yang terdiri dari rencana
umum dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang terdiri dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) dengan jangka waktu 20 tahun, Rencana Tata Ruang Wilayah
Propinsi (RTRWP) untuk jangka waktu 20 tahun, serta Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota (RTRWK) untuk jangka waktu 20 tahun yang dikaji ulang setiap 5 tahunnya.
Disamping rencana umum, diperlukan juga adanya rencana rinci yang terdiri dari rencana tata
ruang pulau/kepulauan dan rencana tata ruang kawasan strategis nasional, rencana tata ruang
kawasan strategis propinsi, serta rencana detail tata ruang kabupaten/kota dan rencana tata ruang
kawasan strategis kabupaten/kota. Gambaran Rencana Tata Ruang Wilayah khususnya Rencana
Lahan Permukiman di Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada Gambar 1.1
Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat
menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Barat tahun 2010-2030 dengan Visi
“LAMPUNG BARAT SEJAHTERA DAN BERDAYA SAING BERLANDASKAN IMAN DAN
TAQWA”. yang bertujuan untuk mewujudkan kabupaten Lampung Barat yang, sejahtera, berdaya
saing dan berkelanjutan. Untuk mencapai visi tersebut, beberapa misi yang ditetapkan adalah:
Pokok-pokok
Penjelasan Visi
Visi
Sejahtera
Berdaya Saing
Iman dan Taqwa
Terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat, melalui
pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan kekayaan
sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, dan kebudayaan
daerah.
Terwujudnya peningkatan kemampuan dan keunggulan daerah.
Terwujudnya masyarakat yang memiliki keshalehan hidup (taat kepada
Tuhan dalam arti mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya) serta
meningkatnya kerukunan hidup antar umat beragama.
Dalam rangka pencapaian visi Kabupaten Lampung Barat tahun 2010 – 2015 yang telah dipaparkan
diatas, Kabupaten Lampung Barat menetapkan beberapa misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas kehidupan yang agamis, harmonis, kesetaraan gender dan
mengembangkan kebudayaan daerah.
2. Mengembangkan perekonomian daerah berbasis pertanian, kepariwisataan, inovasi teknologi,
dengan fokus utama pemberdayaan ekonomi kerakyatan, pengelolaan dan pelestarian
sumberdaya alam serta energi baru dan terbarukan yang berwawasan lingkungan.
3. Meningkatkan kualitas kesehatan, pendidikan dan iptek, kepemudaan serta kesejahteraan sosial.
4. Meningkatkan daya dukung infrastruktur, tata ruang dan penyelenggaraan penanggulangan
bencana.
5. Meningkatkan tata kelola
pemerintahan yang baik, demokratis dan berkeadilan.
1.3.1
Geografis, Kondisi Fisik , dan Administratif
1.3.1.1. Kondisi Geografis
Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu dari 15 kabupaten/kota di Provinsi Lampung.
Terletak dibagian Barat Laut dari ibukota Provinsi Lampung dengan posisi geografis terletak
diantara koordinat 04°51’26” – 05°20’26” Lintang Selatan dan 103°50’13” – 104°33’49” Bujur
Timur dan merupakan kabupaten yang wilayahnya berbatasan tidak hanya dengan kabupaten di
Provinsi Lampung tetapi juga dengan Kabupaten OKU Selatan di Provinsi Sumatera Selatan.
Sekitar 61,5% atau seluas 126.956,27 Ha dari luas wilayah administratif Kabupaten Lampung
Barat, merupakan kawasan hutan negara, yang terdiri dari Hutan Lindung (HL) seluas ±
39.231,27 ha, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) seluas ± 87.725 ha. Luas
wilayah yang hanya dimungkinkan untuk dikelola dan diusahakan hanya sekitar ± 79.483,73 ha
atau sekitar 38,5% dari luas administrasi Lampung Barat. Pada sisi penggunaan lahan, luas
wilayah yang paling dominan adalah TNBBS, diikuti oleh hutan, perkebunan dan persawahan.
Memperhatikan letak geografis tersebut, posisi Kabupaten Lampung Barat memiliki 3 (tiga) nilai
strategis (Geostrategic) yaitu sebagai paru-paru Pulau Sumatera, dan catchment area Provinsi
Lampung. Keberadaan Kawasan Hutan Negara, memberikan nilai strategis bagi Kabupaten
Lampung Barat sebagai pendukung Koridor Konservasi Provinsi Lampung dan Pulau Sumatera.
Letak Kabupaten Lampung Barat sebagai simpul penghubung antara Sumatera Selatan dan
Bengkulu memberikan peran strategis sebagai Pintu Gerbang Provinsi Lampung di bagian
Barat. Keberadaan jalan lintas yang menghubungkan Lampung Barat ke Provinsi Sumatera
Selatan dan Provinsi Bengkulu, membuat Kabupaten Lampung Barat menjadi daerah lintasan
strategis yang menunjang lalu lintas barang dan orang dari dan ke daerah-daerah di Pulau
Sumatera.
3.1.1.2. Kondisi Fisik
a. Topografi
Sebagian besar wilayah Kabupaten Lampung Barat adalah daerah perbukitan dan pegunungan
yang terletak di ujung selatan Bukit Barisan. Secara topografis wilayah ini dapat dibedakan
menjadi 3 unit topografi, yaitu wilayah dataran rendah (200-600 mdpl) yang berada di lembah
Suoh DAS Semangka. Wilayah Berbukit (600-1000 mdpl) yang merupakan gugus Bukit Barisan
yang memanjang dari utara hingga ke selatan, dan Wilayah Bergunung (1000 – 2000 mdpl) di
bagian Timur Laut hingga arah Tenggara, dimana banyak dijumpai gunung-gunung sebagai
benteng alam antara lain Gunung Seminung (1.804 m), Gunung Kawit Kerambai (1.777 m),
Gunung Subhanallah (1.744 m), Gunung Pematang Beringin (1.680 m), Gunung Sekincau
(1.718 m), Gunung Pesagi (2.127 m) dan Gunung Tanjung Jati (1.658 m). Keberadaan gununggunung tersebut memberikan pengaruh bagi kestabilan iklim mikro, kesuburan lahan, dan siklus
hidrologi, serta potensi energi listrik baru terbaharukan.
Sebagian besar wilayah Lampung Barat berlereng miring sampai sangat terjal sebesar 70 %
dari seluruh luasan wilayah Lampung Barat. Wilayah ini memanjang dari utara ke selatan di
sepanjang Patahan Semangka. Wilayah terjal sampai sangat terjal dengan kemiringan 25% –
40% dan >40%.
b. Geohidrologi
Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Lampung Barat merupakan hulu dari sungai-sungai
besar di Provinsi Lampung. Oleh sebab itu, daerah ini memegang peranan penting dalam
sistem hidrologi Provinsi Lampung, yaitu sebagai daerah tangkapan air (catchment area) dari
sungai-sungai besar dengan lebih dari 170 anak sungai. Sungai-sungai tersebut diantaranya
adalah sungai Way Besay yang membentuk sub DAS Way Besai Hulu dan Way Giham yang
membentuk sub DAS Giham, merupakan bagian hulu dari DAS Tulang Bawang, sungai Way
Semangka yang membentuk DAS Semangka, dan sungai Way Warkuk sebagai sub DAS
Warkuk yang merupakan bagian dari sistem DAS Musi. Bentuk topografi yang berbukit dan
bergelombang mempengaruhi pola aliran sungai pada sistem DAS Tulang Bawang maupun
DAS Semangka yang berada di Kabupaten Lampung Barat membentuk pola aliran dendritik,
sedangkan di bagian tengah DAS Semangka yaitu di lembah Suoh mempunyai pola aliran
sungai meander, sehingga pada daerah tersebut rawan terjadi bencana banjir.
DAS Tulang Bawang (wilayah Sungai Mesuji-Tulang Bawang), memiliki luasan ± 982.292 Ha,
dimana sekitar 6,8% dari luasan tersebut atau sekitar 67.411 Ha berada di Kabupaten
Lampung Barat sebagai hulu dari sungai-sungai besar pembentuk DAS Tulang Bawang.
Berdasarkan data BPDAS tahun 2008, sub DAS dari DAS Tulang Bawang yang wilayahnya
masuk Kabupaten Lampung Barat antara lain sub DAS Way Besai (41.780 ha), Way Giham
(15.315 ha), Way Rarem (1.972 ha), dan Way Tahmi (8.345 ha). Kecamatan di Lampung Barat
yang masuk wilayah DAS Tulang Bawang antara lain kecamatan Way Tenong, Kecamatan Air
Hitam, Kecamatan Pagar Dewa, Kecamatan Gedung Surian, Kecamatan Kebun Tebu, dan
Kecamatan Sumberjaya. DAS Semangka (wilayah sungai Semangka), memiliki luasan DAS
1.645 Km2 dengan luas wilayah sungai 6.414 Km2. Hulu dari DAS Semangka meliputi
Kecamatan Sukau, Balik Bukit, Batu Brak, Belalau, Batu Ketulis, Sekincau, Bandar Negeri Suoh
dan Suoh. Pola aliran sungai Way Semangka di Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh
berbeda dengan kecamatan lainnya yaitu membentuk pola aliran meander.
Sebagian besar DAS yang ada di Kabupaten Lampung Barat, masuk katagori DAS Prioritas.
Proses erosi yang sudah lanjut, besarnya material yang terangkut (sediment load)
menyebabkan makin cepatnya daerah ini mengalami kemiskinan unsur hara tanah. Dengan
berkurangnya flora penutup tanah dan sifat drainase tanah yang baik (terdiri dari lempung
pasiran bergeluh) praktis daya simpan air di sub DAS Way Besai Hulu maupun Semangka
semakin berkurang, sehingga menyebabkan fluktuasi aliran permukaan (run off) makin besar,
dan mengakibatkan sungai-sungai yang mengalir ke sebelah timur menjadi terganggu
kestabilannya.
Kabupaten Lampung Barat juga memiliki salah satu danau besar di Pulau Sumatera yaitu
Danau Ranau yang secara administratif terbelah menjadi dua, sebagian masuk ke dalam
wilayah Kabupaten Lampung Barat, sebagian lagi menjadi bagian dari Kabupaten OKU
Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Selain itu terdapat juga 3 danau kecil di Kecamatan Suoh
yaitu Danau Belibis, Danau Asam dan Danau Minyak.
Tabel 1.1.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Dan Debit Rata-Rata Tahunan di Kabupaten Lampung Barat
NO
DAS
SUB DAS
LUAS (HA)
DEBIT (M3/DT)
1
Tulang
Bawang
Nasal
Musi
Way Besai
97.672
99,35 - 2,95 M3 /Detik
Manula
Danau Ranau
2.5451,8
50.800
18,5 M3 /Detik
2
3
Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai VIII Sumatera Selatan, Balai Besar Wilayah Mesuji-Sekampung, Balai Besar
Wilayah Sungai Padang Guci – Nasal
c. Geologi
Berdasarkan peta geologi Provinsi Lampung skala 1 : 250.000 yang disusun oleh S. Gafoer, TC
Amin, Andi Mangga (1989), Lampung Barat terdiri dari batuan vulkan tua (Old Quarternary
Young), Formasi Simpang Aur, Formasi Ranau, Formasi Bal, Batuan Intrusive. Batuan yang
umum dijumpai di Kabupaten Lampung Barat adalah endapan gunung api, batu pasir neogen,
granit batu gamping, metamorf, tufa lempung, dan alluvium, formasi tufa masam dari debu
gunung api di sekitar Bukit Barisan. Sedangkan endapan gunung api menutupi sebagian besar
wilayah dan kadang-kadang dijumpai endapan emas dan perak serta mineral logam lainnya
sebagai mineral ikutan. Sedangkan jenis tanahnya adalah alluvial, marine, teras marine,
vulkan, perbukitan, pegunungan dan plato.
Berdasarkan hasil interpretasi citra radar SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) dan citra
Landsat 7 ETM dengan ditunjang oleh data sistem lahan dan survei lapangan, Kabupaten
Lampung Barat dapat dikelompokkan menjadi 3 grup landform utama, yaitu:, Fluvial (F),
Struktural (S), dan Vulkanik (V).
Grup Fluvial. Bentuk lahan ini terbentuk dari bahan endapan sungai dan hasil proses fluvial di
kaki lereng perbukitan/pegunungan yang landai. Tersebar antara ketinggian 0 – 100 meter dari
permukaan laut di sepanjang jalur aliran sungai daerah sebelah Selatan Gunung Sekincau
(Suoh). Bentuk lahan ini dicirikan dengan adanya cekungan fluvial atau rawa belakang, kipas
alluvial dan kipas alluvial aktif.
Grup Struktural. Bentuklahan struktural menunjukkan ciri dominan dari proses endogen
(pengangkatan dan perlipatan) yang telah terjadi. Bentuklahan ini terdiri dari dataran
bergelombang sampai berbukit dan gugusan pegunungan memanjang diselingi lembah-lembah
dengan sistem drainase terkontrol struktur batuan, sayap antiklinal, gugusan perbukitan
sinklinal dan antiklinal serta bidang patahan dan garis patahan. Bentuk lahan ini terdapat di
tengah Kecamatan Batu Brak
Grup Vulkanik. Grup vulkanik terbentuk karena aktivitas volkan/gunung berapi. Grup ini
dicirikan oleh bentukan kerucut volkan, aliran lahar atau wilayah yang merupakan akumulasi
bahan vulkanik. Secara umum bentuklahan ini dapat dibedakan berdasarkan litologinya
induknya yaitu dari jenis andesitis dan basal yang terletak pada ketinggian 25 – 200 meter dari
permukaan laut. Lereng atas dan lereng tengah telah mengalami pengikisan lanjut, berlereng
curam dengan lereng lebih dari 30% sedangkan lereng bawahnya berlereng kurang dari 16%.
Grup Vulkanik terdapat di Sebelah Utara hingga Timur Kabupaten Lampung Barat tersebar di
Kecamatan Sumber Jaya, Sekincau, Belalau, Balik Bukit dan Sukau. Umumnya tanah yang
terbentuk dari proses vulkanik mempunyai kesuburan tinggi karena pelapukan batuan vulkanik
menghasilkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanah yang terbentuk adalah jenis
Andosol yang kaya akan bahan vulkan dan belum mengalami dan menunjukkan
perkembangan lanjut. Penyebarannya terletak di lereng pegunungan vulkan terutama di
sepanjang Bukit Barisan. Bahan pembentuknya berupa bahan vulkan, sediment, plutonik
masam dan batuan basal setempat yang ditutupi oleh bahan tufa masam ranau.
Jenis tanah di kabupaten Lampung Barat cukup bervariasi, seperti Podsolik (Tropudults,
Dystropepts, Humitropepts), Latosol (Eutropepts), andosol (Dystrandepts), Aluvial
(Trapaquepts, Tropofluvents), Gleisol (Hydraquents, Sulfaquents), dan Regosol
(Tropopsamments).
Jenis tanah Andosol seperti yang ada di kecamatan Sumber Jaya, Way Tenong, Belalau, Batu
Brak, dan Balik Bukit sesuai untuk budidaya tanaman kopi robusta dan hortikultura. Jenis
tanah aluvial yang menyebar di kaki lereng bukit seperti di Kecamatan Sukau umumnya
bertekstur halus, mempunyai kedalaman efektif > 100 cm, berdrainase terhambat, dan sesuai
untuk budidaya tanaman padi sawah.
d. Klimatologi
Kondisi iklim di wilayah Kabupaten Lampung Barat berdasarkan klasifikasi Oldeman dan Las
Davies (1979) memiliki dua tipe iklim, yaitu: Tipe Iklim A, terdapat di bagian Barat Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan dan Tipe Iklim B, terdapat di bagian Timur Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan. Dengan terbentuknya DOB Kabupaten Pesisir Barat maka tipe iklim di
wilayah Kabupaten Lampung Barat hanya memiliki tipe iklim B, dengan bulan basah berkisar
antara 7-9 bulan, dengan suhu rata-rata berkisar antara 20-250C.
Berdasarkan data iklim yang terdapat di Stasiun Klimatologi Balik Bukit dan Belalau, diketahui
banyaknya curah hujan di Kabupaten Lampung Barat berkisar antara 2.500 – 3.000 mm per
tahun. Regim kelembaban tergolong basah (udic), dengan kelembaban berkisar antara 50 –
80%. Regim suhu berkisar dari panas (isohypothermic) pada dataran rendah Suoh sampai
dingin (isomesic) di daerah perbukitan, dengan persentase penyinaran matahari berkisar 37,9 –
50,0%.
e. Aspek Kebencanaan
Kabupaten Lampung Barat dilalui oleh Sesar Semangka yang merupakan salah satu sesar
utama di Pulau Sumatera. Adanya patahan ini mengakibatkan seluruh wilayah Kabupaten
Lampung Barat merupakan daerah rawan gempa dan tanah longsor. Berdasarkan analisa Tim
RTRW (2009) luasan kawasan rawan bencana di Kabupaten Lampung Barat meliputi kawasan
rawan gempa seluas 59.138,14 Ha (11,95%), tsunami 53.979,71 Ha (10,90%), longsor
309.364,92 Ha (62,48%), dan banjir seluas 12.290,47 Ha (2,48%).
Kawasan Rawan Bencana Longsor; Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk
lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material yang bergerak ke bawah atau
keluar lereng. Tanah longsor adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang
terjadi adalah longsor bahan rombakan (debris avalanches) dan nendatan (slumps/rotational
slides). Gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage) merupakan penyebab utama
ketidakstabilan (instability) pada lereng alami maupun lereng yang di bentuk dengan cara
penggalian atau penimbunan. Dari seluruh kecamatan yang ada hanya Gedung Surian saja
yang relatif tidak terdapat kawasan rawan longsor. Artinya lebih dari 62,48 % dari luas
kawasan Kabupaten Lampung Barat merupakan kawasan rawan longsor. Bahaya longsor
menduduki urutan teratas pada sisi sebarannya (lebih kurang 80%)
Kawasan Rawan Banjir; Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan
yang tinggi dan di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak
sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan tidak mampu
menampung akumulasi air hujan sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistem
pengaliran air berkurang akibat sedimentasi, maupun penyempitan sungai akibat fenomena
alam dan manusia. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga
menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem
pengaliran air menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu
terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem
pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga
berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.
Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi; Berdasarkan Peta Seismotektonik Indonesia, secara
regional Wilayah Kabupaten Lampung Barat terletak pada Zona Sumber Gempa bumi
Samudera Indonesia. Lajur penunjaman (Palung Samudera Indonesia) yang terletak di sebelah
barat wilayah Lampung Barat menjadikan wilayah ini rawan bencana gempa bumi. gempa bumi
menempati urutan pertama sebagai ancaman yang berpotensi menimbulkan kerugian materil
dan korban jiwa. Hal ini disebabkan karena kawasan padat penduduk seperti Kota Liwa berada
dekat dengan patahan Semangka. Berdasarkan data seismik hasil rekaman tahun 1973-2003 (
1.256 titik pusat gempa).
1.3.1.3. Administratif
Kabupaten Lampung Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1991 tentang
Pembentukan Kabupaten Lampung Barat, yang diundangkan pada tanggal 16 Juli 1991. Luas
wilayah Administratif Kabupaten Lampung Barat sebelum pemekaran Kabupaten Pesisir Barat
adalah 495.128 Ha atau 4.951,28 km2 meliputi 26 (dua puluh enam) kecamatan. Sedangkan luas
Kabupaten Lampung Barat setelah pemekaran Kabupaten Pesisir Barat adalah 2.064,40 km2
(sebesar 6,0% dari luas Provinsi Lampung atau 41,7% dari luas sebelum pemekaran) dengan
jumlah kecamatan sebanyak 15 (lima belas) kecamatan, 131 pekon dan 5 kelurahan yang
disajikan pada Tabel 1.2 sedangkan peta adiministrasi Kabupaten Lampung Barat dan cakupan
wilayah kajian dapat dilihat pada gambar 1.1
Tabel 1.2: Nama, Ibukota kecamatan, jumlah desa dan luas wilayah per-Kecamatan.
Luas Wilayah
Jumlah
Nama Kecamatan
Ibukota Kecamatan
Km2
(%) thd total
Pekon
1. Balik Bukit
2. Sukau
Liwa
Buay Nyerupa
12
10
175,63
223,10
8,51
10,81
3. Lumbok Seminung
Lumbok
11
22,40
1,09
Kenali
Bakhu
Pampangan
Basungan
Sumber Agung
Sri Mulyo
Pekon Balak
Tugu Sari
Pura Jaya
Mutar Alam
Semarang Jaya
Gedung Surian
10
10
5
10
7
10
11
6
10
12
10
11
217,93
103,70
118,28
110,19
170,77
170,85
261.55
195,38
14,58
116,67
76,23
87,14
10,56
5,02
5,73
5,34
8,27
8,28
12,67
9,46
0,71
5,65
3,69
4,22
136
2.064,40
4. Belalau
5. Batu Ketulis
6. Sekincau
7. Pagar Dewa
8. Suoh
9. Bandar Negeri Suoh
10. Batu Brak
11. Sumber Jaya
12. Kebun Tebu
13. Way Tenong
14. Air Hitam
15. Gedung Surian
Jumlah
100
Sumber: : BPS, Kabupaten Lampung Barat Dalam Angka 2009; Perda Lambar No. 02 Tahun 2010, Perbup
Nomor 40 tahun 2010 tentang Pemekaran Kecamatan dan Pekon
1.3.2 Orientasi Geografis di Dalam Provinsi
Kabupaten Lampung Barat merupakan satu di Antara 15 Kabupaten/ Kota yang berada di
provinsi Lampung. Ibukota Kabupaten Lampung Barat adalah Liwa yang berjarak kurang lebih
220 Kilometer sebelah Barat Kota Bandar Lampung.
Adapun batas-batas wilayah administratif Kabupaten Lampung Barat sebagai berikut :




Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten OKU Selatan (Provinsi Sumatera Selatan) dan
Kabupaten Way Kanan;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara, dan Kabupaten Lampung
Tengah;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Barat dan Kabupaten Tanggamus;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Barat.
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lampung Barat
1.4 Metodologi
1.4.1 Metodologi Penyusunan Dokumen
Metode penyusunan MPS adalah sebagai berikut:
Metode penyusuanan sebagai berikut:
1. Review SSK dan penetapan program prioritas
2. Internalisasi program kegiatan dan anggaran
3. Konsultasi dengan Pokja Provinsi dan Satker terkait di provinsi
4. Akses Sumber Pendanaan Non-Pemerintah
5. Pengawalan Program dan Kegiatan kedalam mekanisme pengangaran.
Proses penyusunan MPS terdiri dari beberapa tahapan yang tidak dapat terlepas antara satu
dan yang lain sebagai berikut;
1. Melakukan review SSK khususnya untuk kerangka kerja logis, program, kegiatan dan
penganggaran serta prioritas program
2. Melakukan konsultasi dengan SKPD Kabupaten Lampung Barat.
3. Melakukan Konsultasi Teknis kepada Pokja Provinsi dan Satker terkait penyususan MPS
Kabupaten Lampung Barat.
4. Melakukan pertemuan dengan sumber-sumber alternatif dengan pemerintah tingkat
Kabupaten Lampung Barat.
5. Melakukan pengawalan kepada mekanisme penganggaran.
1.4.2 Sistematika Penyajian Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Lampung Barat
Sistematika penyusunan MPS Kabupaten Lampung Barat terdiri dari 5 Bab, sebagai berikut;
 Bab pertama berisi pendahuluan yang menggambarkan tentang latar belakang, maksud
dan tujuan penyusunan MPS, metode penyusunan dan sistematika dokumen.
 Bab kedua menyajikan hasil review SSK yang menyangkut kondisi eksisting sanitasi,
Prioritasi Program, kerangka logis.
 Bab ketiga berisi tentang rencana implementasi program dan kegiatan, perhitungan volume
kebutuhan infrastruktur dan non infrastruktur.
 Bab keempat berisi tentang rencana kebutuhan biaya untuk implementasi dan sumber
pendanaan bagi masing-masing kegiatan. Disamping itu dalam bab ini juga menguraikan
rencana antisipasi bilamana terjadi funding gap.
 Bab kelima berisi inventarisasi status kesiapan dari masing-masing kegiatan, langkahlangkah dan tindak lanjut yang harus dilakukan bagi kegiatan yang belum memenuhi kriteria
kesiapan dan rencana Monev.
1.4.3 Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penyusunan Dokumen Memorandum Progam
Sanitasi ( MPS ) adalah data sekunder, yang terdiri dari Buku Putih Sanitasi ( BPS ) dan
Strategi Sanitasi Kabupaten ( SSK ) serta Dokumen dokumen perencanaan formal yang ada di
Kabupaten Lampung Barat.
Download