Efek Terapi Dydrogesteron Pada Abortus Imminens

advertisement
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
JOURNAL READING
Efek Terapi Dydrogesteron Pada Abortus Imminens ; Tinjauan Sistematis
dan Meta-analisis
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Departemen Obsterti dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Diajukan Kepada:
Pembimbing : dr. Hary Purwoko, SPOG. KFER
Disusun Oleh :
Dionissa Shabira 1320221109
Kepaniteraan Klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Periode 25 Mei 2015 – 31 Juli 2015
Efek Terapi Dydrogesteron Pada Abortus Imminens ; Tinjauan
Sistematis dan Meta-analisis
Thitiporn Siriwachirachai MD
Thammasorn Piriyasupong MD, Ph.D
Department of Obstetrics and Gynecology, Khon Kaen Hospital, Thailand
Department of Social Medicine, Khon Kaen Hospital, Thailand
ABSTRAK
TUJUAN : Pemilihan pendekatan sistematis dan meta-analisis untuk mengetahui manfaat
dan efek samping terapi dydrogesteron per oral pada wanita dengan abortus imminens.
METODE : Kami menggunakan empat pusat data meliputi PubMed, Scopus, Ovid, dan
Science Direct. Kata kunci yang digunakan adalah “abortus imminens” atau “Kehilangan
kandungan” dan “dydrogesterone”. Penelitian ini merupakan peninjauan sistematis terhadap
wanita hamil dengan abortus imminens yang mendapatkan terapi dydrogesteroe oral
dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan terapi pengobatan.
HASIL : Tiga percobaan acak meliputi 480 sampel. Wanita dengan abortus imminens,
dydrogesterone memiliki hubungan yang signifikan dalam mengurangi kejadian abortus OR
0,41%, 95% CI 0,25 – 0,68, P=0,0005 I 2=2%, kelompok ini lebih efektif dibandingkan yang
tidak mendapatkan terapi pengobatan pada abortus dan pancapaian usia persalinan OR 2.07,
95% CI 1.24 sampai 3.48, P=0,0006 I2=17%. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna
dalam pencegahan persalinan premature OR 1.22, 95% CI 0.45 sampai 2.70, P=0,82 I 2=%
dan insidensi komplikasi terhadap kehamilan.
KESIMPULAN : Terdapat data yang kurang memadai pada efek dari penggunaan
dydrogesterone pada terapi abortus imminens, hasil berasal dari penggabungan tiga penelitian
dengan kualitas metodologi yang kurang baik, masih dibutuhkan penelitan lebih lanjut
Kata Kunci : dydrogesterone, abortus imminens, abortus, melanjutkan kehamilan, efek
samping
PENDAHULUAN
2
Abortus imminens merupakan masalah yang sering timbul selama kehamilan. Sekitar
20% wanita hamil memiliki riwayat abortus imminens dan setengah dari mereka akan
mengalami abortus yang nyata. Pada wanita yang memiliki riwayat abortus sebelumnya,
kejadian abortus spontan pada kehamilan sekitar 20%. Wanita dengan riwayat abortus
berulang tiga kali berurutan memiliki risiko lebih dari 50% untuk mengalami kehilangan
kehamilan. Maka, risiko terhadap komplikasi kehamilan, seperti lahir premature, preeklamsia, dan berat bayi lahir rendah setelah mengalami abortus imminens juga meningkat.
Progesterone memiliki peran dalam mempertahankan kehamilan dengan menginduksi
perubahan sekresi pada endometrium selama fase luteal untuk menginisiasi proses implantasi
dan menyokong kehamilan. Hal ini menginduksi imunitas maternal dalam mencegah
hilangnya hasil konsepsi dan menyebabkan relaksasi otot polos uterus. Penelitian yang
dilakukan oleh Perkins menunjukkan bahwa konsentrasi serum progesterone kurang dari 45
nmol/L memiliki risiko tinggi terjadinya abortus (Sensitivitas 88,6%, Spesifisitas 87.5%). Hal
ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara progesteron dengan proses kehamilan.
Pemeberian progesterone alami secara oral memberikan efek samping berupa mual, sakit
kepala, rasa ngantuk, dan menunjukkan konsentrasi yang tinggi pada plasma bergantung pada
variasi penyerapan di dalam gaster dan intestinal setiap individu. Dydrogesterone adalah
progesterone sintetik. Struktur dan farmakodinamiknya sangat menyerupai progesterone
alami dengan bioavailibilatas per oral lebih baik. Zat ini cocok untuk wanita dengan abortus
imminens karena obat ini tidak memiliki efek androgenic dan esterogenik pada fetus maupun
setelah sekresi alami oleh endometrium atau menghambat pembentukan progesterone oeh
plasenta. Penggunaannya baik pada dosis rendah untuk mencegah efek samping akibat
progesterone.
Tiga penelitian menghubungkan manfaat terapi dydrogesterone dengan yang tidak
mendapatkan terapi khusus
dalam mempertahankan usia kehamilan hingga 20 minggu.
3
Sebagian besar menggunakan jumlah sampel yang kecil dengan metodologi yang masih
kurang memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek terapi dydrogesterone
terhadap manfaat (melanjutkan usia kehamilan hingga lebih dari 20 minggu) dan risiko
(komplikasi pada ibu dan bayi seperti pre-eklamsi, perdarahan ante partum, berat bayi lahir
rendah, kelainan kongenital, dan pertumbuhan janin terhambat) dibandingkan terhadap
wanita dengan abortus imminens yang tidak mendapatkan terapi pengobatan.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian sistematis dan meta-analisis.
Kriteria Sampel
Wanita hamil yang didiagnosis abortus imminens dengan kriteria janin yang masih
utuh.
Kriteria Intervensi
Dydrogesteron per oral pada wanita dengan abortus imminens dengan yang tidak
mendapatkan terapi ataupun placebo.
Hasil
Hasil primer dari penelitian ini adalah kemampuan melanjutkan kehamilan hingga
usia lebih dari 20 minggu. Hasil sekundernya meliputi kemampuan melanjutkan hingga usia
persalinan; kejadian persainan premature, pre-eklamsi, perdarahan ante partum, berat bayi
lahir rendah, kelainan kongenital, dan pertumbuhan janin terhambat.
Kriteria Uji Kelayakan
4
Penelitian secara acak terhadap wanita hamil dengan abortus imminens yang
menggunakan dydrogesterone sebagai terapi. Variabel yang digunakan meliputi usia ibu,
gravida, paritas, riwayat abortus pada multigravida, abortus, persalinan premature, persalinan
aterm, efek samping ibu dan janin seperti kejadian persainan premature, pre-eklamsi,
perdarahan ante partum, berat bayi lahir rendah, kelainan kongenital, dan pertumbuhan janin
terhambat.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Penelitian
Dari tiga penelitian yang meliputi 480 sampel wanita hamil, 256 sampel mendapatkan
terapi dydrogesteron sedangkan 224 sampel tidak mendapatkan terapi. Seluruh sampel diacak
dan dilihat efek penggunaan dydrogesterone pada wanita hamil yang memiliki keluhan
perdarahan per vaginam dan didiagnosis abortus imminens pada trimester satu. Kelompok
pertama diberikan 10 mg dydrogesterone dua kali sehari dan kelompok kedua mendapatkan
40 mg per hari.
Gambar 1. Tahapan penelitian
5
Hasil Pengobatan
Hasil dari pemberian dydrogesteron pada abortus imminens dibandingkan dengan
yang tidak mendapatkan terapi pengobatan, menunjukkan bahwa dydrogesterone memiliki
hubungan yang signifikan dalam menurunkan angka terjadinya abortus (0.41, 95%, CI 0.250.68, P=0.0005, I2=2%). Hubungannya dengan persalinan preterm dan aterm, dua penelitian
dengan 337 sampel diperiksa, dan hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan tetapi terdapat peningkatan persalinan aterm pada kelompok yang mendapatkan
terapi dydrogesteroen (OR 2.07, 95% CI 1.24-3.48, P=0.006 I2=17). Selain itu, tidak terdapat
perbedaan hasil yang signifikan juga antara kelompok dengan penilaian efek samping ibu dan
janin seperti kejadian persainan premature, pre-eklamsi, perdarahan ante partum, berat bayi
lahir rendah, kelainan kongenital, dan pertumbuhan janin terhambat.
6
Gambar 2. Hasil meta-analisis dari percobaan yang membandigkan terapi dengan
dydrogesteron dan tanpa terapi dydrogesteron
DISKUSI
Pada
penelitian
kami,
ini
merupakan
tinjauan
sistematis
pertama
yang
menghubungkan efek terapi dydrogesteron terhadap wanita hamil dengan abortus imminens
yang tidak mendapatkan terapi khusus. Dydrogesteron lebih efektif dalam mempertahankan
usia kehamilan mencapai usia kehamilan lebih dari 20 minggu dibandingkan pada pasien
yang tidak mendapatkan terapi.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian terhadap efektivitas dan efek samping pengobatan masih homogen dengan
nilai maksimu m 1 sampai 17%. Penelitian juga masih menggunakan jumlah sampel yang
sedikit, yaitu kurang dari 500 sampel dan skor jadad kurang dari 3 dari ketiga penelitian yang
kita pilih.
7
Perbandingan Terhadap Penelitian Lain
Penelitian ini menunjukkan manfaat dari pemberian dydrogesteron untuk dapat
mempertahankan usia kehamilan lebih dari 2 minggu tanpa meningkatkan risiko terhadap ibu
dan janin. Walaupun, Queisser-Luft pernah melaporkan 28 kasus defek pada persalinan
terhadap wanita hamil yang mendapatkan terapi dydrogesteron. Kelainan muskuoskeletal
yang paling sering terjadi, namun belum ada literatur yang dapat membuktikan hubungan
tersebut lebih lanjut.
Kesimpulan
Penelitian dengan menggunakan data sekunder yang dilakukan untuk mengetahui efek
terapi dydrogesterone pada wanita hamil dengan abortus imminens ini menunjukkan hasil
manfaat dalam memperthankan usia kandungan hingga lebih dari 20 minggu dan tidak
terbukti memberikan efek samping lanjut. Namun, pada penelitian ini metodologi yang
digunakan masih kurang baik, dibutuhkan jumlah sampel dan metode yang lebih baik lagi
pada penelitian selanjutnya.
8
DAFTAR PUSTAKA
1.
Everett C. Incidence and outcome of bleeding before the 20th week of pregnancy:
prospective study from general practice. BMJ 1997;315:32­4. 2.
Stabile I, Campbell S, Grudzinskas JG. Ultrasonic assessment of complications during first
trimester of pregnancy. Lancet 1987;2:1237­40. 3.
Weiss JL, Malone FD, Vidaver J, Ball RH, Nyberg DA, Comstock CH, et al. Threatened
abortion: A risk factor for poor pregnancy outcome, a population­based screening study. Am
J Obstet Gynecol 2004;190:745­ 50. 4.
Sotiriadis A, Papatheodorou S, Makrydimas G. Threatened miscarriage: evaluation and
management. BMJ 2004;329:152­5. 5.
Stirrat GM. Recurrent miscarriage. Lancet 1990;336:673­5. 6.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap III LC, Wenstrom KD.
Williams’s obstetrics. 22 ed. New York: McGraw­Hill Professional; 2005. 7.
Schindler AE. First trimester endocrinology: consequences for diagnosis and treatment of
pregnancy failure. Gynecol Endocrinol 2004;18:51­7. 8.
Szekeres­Bartho J, Barakonyi A, Polgar B, Par G, Faust Z, Palkovics T, et al. The role of
gamma/delta T cells in progesterone­mediated immunomodulation during pregnancy: a
review. Am J Reprod Immunol 1999;42:44­8. 9.
Hidalgo A, Suzano RC, Revuelta MP, Sanchez­Diaz C, Baamonde A, Cantabrana B. Calcium
and depolarization­dependent effect of pregnenolone derivatives on uterine smooth muscle.
Gen Pharmacol 1996;27:879­85. 10.
Perkins SL, Al­Ramahi M, Claman P. Comparison of serum progesterone as an indicator of
pregnancy nonviability in spontaneously pregnant emergency room and infertility clinic
patient populations. Fertil Steril 2000;73:499­504. 11.
Spitz IM. Progesterone antagonists and progesterone receptor modulators: an overview.
Steroids 2003;68:981­93. 12.
Di Renzo GC, Mattei A, Gojnic M, Gerli S. Progesterone and pregnancy. Curr Opin Obstet
Gynecol 2005;17:598­ 600. 13.
Schindler AE, Campagnoli C, Druckmann R, Huber J, Pasqualini JR, Schweppe KW, et al. 14.
Tausk M. A general summary of dydrogesterone, a derivative of retro­progesterone. In:
Tausk M, ed. International Encyclopaedia of Pharmacology and Therapeutics. Section 48.
Pharmacology of the Endocrine System and Related Drugs: Progesterone, Progestational
Drugs and Antifertility Drugs. Volume II. Pergamon Press: Oxford, New York 1972:481. 15.
Anin SA, Vince G, Quenby S. Trophoblast invasion. Hum Fertil (Camb) 2004;7:169­74. 9
16.
El­Zibdeh MY, Yousef LT. Dydrogesterone support in threatened miscarriage. Maturitas
2009;65 Suppl 1:S43­6. 17.
Omar MH, Mashita MK, Lim PS, Jamil MA. Dydrogesterone in threatened abortion:
pregnancy
18.
Pandian RU. Dydrogesterone in threatened miscarriage: a Malaysian experience. Maturitas
2009;65 Suppl1:S47­50.19. 19.
Moher D, Weeks L, Ocampo M, Seely D, Sampson M,Altman DG, et al. Describing
reporting guideline for health research: a systematic review. J Clin Epidemiol 2011 Jan 6
20. Olivo SA, Macedo LG, Gadotti IC, Fuentes J, Stanton T, Magee DJ. Scales to assess
the quality of randomized controlled trials: a Systematic review 2008;88:165­75.
21. Queisses­Luft A. Dydrogesterone use during pregnancy: Overview of birth defects
since 1997. Early Hum Dev 2009;85:375­7.
10
Download