kegawat daruratan di bidang onkologi

advertisement
KEGAWAT DARURATAN
DI BIDANG ONKOLOGI
Dr. Lopo Triyanto, SpB Onk
Laboratorium Ilmu Bedah
RSU DADI KELUARGA
We serve like family
Jl Sultan Agung No 8A Teluk Telp 0281 6847366
RSU DADI KELUARGA
Jl sultan agung no 8A teluk
Pendahuluan
Keadaan gawat darurat merupakan keadaan yang dapat
mengancam nyawa dan memerlukan pertolongan dengan
segera.
Semua kejadian akut dan mengancam jiwa pasien kanker
sebagai akibat langsung maupun tak langsung dari penyakit
kanker yang dideritanya atau dari terapinya
Keadaan gawat darurat di bidang onkologi dapat
dikelompokan menjadi Non metabolik dan Metabolik
We serve like family
Non Metabolik
 Terbagi menurut masing-masing organ yang terkena :
I. Sistem saluran Pernapasan
1. Sumbatan Airway
Etiologi:Neoplasma primer pada trachea, Kanker kepala
dan leher, Ca. Bronchogenik, Invasi trakea oleh ca
paru atau ca tyroid
Klinis:Dispneu, Batuk dan hemoptysis
Diagnosa:Dapat melalui Thoraks foto, CT scan, MRI.
Dengan bronkoskopy dapat dipergunakan sebagai
diagnostik maupun sebagai terapi
Terapi:Bergantung pada tempat sumbatannya.Dapat
dilakukan trakeostomiTerapi adjuvannya diberikan
antibiotik dan cortikosteroid
RSU DADI KELUARGA
2. Hemoptysis
Etiologi:
Infeksi : Bakteri virus dan jamur
Inflamasi : Bronkitis
Trauma
Neoplasma : Ca. Bronkogenik
Klinis :Darah pada sputum atau pendarahan yang masif
Diagnosa:Dengan pemeriksaaan mikroskopik dan sampel dari
sputumHemoptisis yang masif bila (> 600 ml darah dalam
24 jam)
Bronkoskopy
Terapi :
Non spesifik :Bed rest, O2, IV line, transfusi darah bila
perlu
Spesifik : Mencari tempat pendarahan dengan
bronkoskpy dan intubasi yang selektif kedalam paru yang
sehat
Hemoptisis Masif
• Batuk darah atau perdarahan intra bronkial
 600 ml dalam 24 jam
Penyebab : tersering karsinoma bronkogenik
• Jarang terjadi, tapi bila terjadi → 36 % fatal
Tatalaksana Hemoptisis Masif
- Bronkoskopi untuk diagnosis dan terapi menghentikan perdarahan
- Terapi definitif → reseksi segmen paru yang mengalami
perdarahan
- Bila pasien tidak bisa dioperasi:
 Tampon dengan Fogarty balon catheter
 Arteriografi dengan embolisasi arteri bronkial
 Radiasi
Epistaksis
• Penyebab : Trombositopenia dan Gangguan Koagulasi
• Hentikan perdarahan dengan
- Menekan cuping hidung
- Tampon anterior (bila perlu)
3. Dyspnea
Etiologi:
Paru-paru merupakan tempat metastasis ca yang
tersering, yang digambarkan sebagai nodul pada
paru-paru.Penyebaran tumor melalui sistem limfatik
dapat menyebabkan fibrotik
Klinis : Batuk yang tidak berdahak & Hipoksia
Diagnosa:Dapat melalui Thoraks foto, CT scan, MRI.
Terapi :O2, prednison dan kemoterapi untuk penyakit
parunya
Emboli Paru
• Penyebab utama :
invasi sel tumor ke pembuluh
darah
obstruksi aliran darah vena
akibat tumor dan pembedahan
• Bila tidak segera dikenali dan diatasi  mortalitas
sampai 30%.
Emboli Paru
Emboli Paru
Diagnosis
Tanda tersering: hipotensi, hipoksemia akut
Gold standard  Angiografi
Pulmonal
Tatalaksana
Oksigen
Intubasi dan
ventilasi
mekanik
bila perlu
Cairan IV,
dilanjutkan
dengan
vasopressor bila
pasien tetap
hipotensi
Prognosis buruk
bila terjadi
hipotensi,
hipoksemia
berat, aritmia,
penurunan
kesadaran, atau
henti jantung
4. Efusi Pleura Maligna
Etiologi: Karena peningkatan permeabilitas kapiler dari proses
inflamasi atau kerusakan dari endotel atau obstruksi limfatik
karena tumor
Klinis:
Dyspnea, batuk, nyeri dada yang tidak spesifik namun ada juga
yang tanpa gejala.
Diagnosa: Dari pemeriksaan fisik dan imaging (thoraks foto & CT
scan)
Prosedur invasive (thorakosintesis)
Terapi:
Thorakosintesis hanya untuk mengeluarkan sedikit cairan CTT
untuk efusi pleura yang banyak dan berulang Pleurodesis
Kemoterapi atau radoterapi pada kanker penyebab
Kegawatdaruratan
kardiovaskular
II Sistem Kardiovaskular
1. Perikardial Tamponade
Etiologi:Dapat berupa primer dari tumor pericardial
ataupun dari obstuksi vena dan limfatik (dari ca mamae
dan ca paru)
Klinis:Nyeri dada, dispneu dan anxietas
Diagnosa:
Non Invasif : melalui pemeriksaan fisik Thoraks foto,
EKG, CT scan dan MRI
Infasif : Dengan parakardiosintesis dengan guiding USG
Terapi:
Non Spesifik :Pericardiosintesis
Spesifik :Kemoterapi dan radioterapi
2. Sindrom Vena Cava Superior
Etiologi:
Keganasan Kanker paru (65%). Keganasan
mediastinal primer lainnya (10%) seperti thymoma
dan germ cell tumor, metastase (terutama dari
camammae).
Patogenesa:
Obstruksi dan trombosis Pertumbuhan
tumor di mediastinum menekan VCS sehingga
collaps.
Klinis:
Gejala tersering adalah mengeluh sesak
napas (63%), wajah dan leher bengkak (50%),
Diagnosa:- Umumnya ditemukan distensi vena
Foto thoraks,CT scan dada, Diagnosis
histologis
Terapi : Suportif, Stenting, Radioterapi, Dekompresi
Sindrom Vena Kava Superior
Ekspresi klinis obstruksi aliran darah yang melalui vena kava superior
Pembuluh utama untuk drainasi darah vena dari kepala, leher, ektremitas atas,
dan toraks atas
Lokasi: mediastinum tengah, dikelilingi oleh struktur yang relatif rigid (sternum,
trakea, bronkus kanan, aorta, arteri pulmoner, KGB perhiler dan paratrakea)
Berdinding tipis, mudah tertekan, dan rentan terhadap proses space-occupying di
sekitarnya
How
Bagaimana
terjadinya?
What
Apa
penyebabnya?
Pembuluh darah tertekan, terinvasi, atau tersumbat akibat
proses di mediastinum superior
Paling sering keganasan, selain itu: trombosis akibat kateter
vena sentral dan pacu jantung
Kanker paru (small cell, karsinoma sel skuamosa), limfoma di
mediastinum, timoma, metastasis kanker payudara
Sindrom Vena Kava Superior
Penegakan Diagnosis
Identifikasi klinis sederhana karena gejala dan tanda khas dan tidak mungkin
salah
Foto toraks: terdapat massa pada kebanyakan pasien
Abnormalitas paling sering: pelebaran mediastinal superior dan efusi pleura
CT: lebih detail (CT phlebography memberi informasi lokasi, luas obstruksi ,
dan status kolateral )
Sitologi : sitologi sputum (menegakkan diagnosis pada 50% pasien), sitologi
dari bronkoskopi dan transbronchial needle aspiration, torakosentesis
Biopsi: biopsi KGB, biopsi sumsum tulang, mediastinoskopi, percutaneous
transthoracic CT-guided fine-needle biopsy, biopsi torakoskopi/torakotomi
KEGAWATDARURATAN
SISTEM SARAF
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Komplikasi neurologis yang umum pada pasien dengan kanker yang melibatkan
sistem saraf
Etiologi tersering: metastasis serebral yang besar (>> ca paru 18-65%, dan
melanoma 10-40%)
Faktor risiko: koagulopati (risiko perdarahan subdural), immunocompromise
(risiko infeksi jamur/bakteri SSP), dll
“Increase in the volume of one compartment is at
the expense of the other two.
(Monro-Kellie hypothesis)
Peningkatan Tekanan Intrakranial
Manifestasi Klinis
Sakit kepala (keluhan tersering); berat, resisten
terhadap analgetik biasa, paling berat saat bangun pagi
Mual dan muntah
Defisit neurologis
Terapi
• Elevasi kepala dan badan bagian atas
• Kortikosteroid  efektif untuk manajemen awal
(dexamethasone)
• Diuretik Osmosis (mannitol/glycerol)
+ Terapi spesifik untuk penyakit dasar
RSU DADI KELUARGA
Jl sultan agung no 8A teluk
Mannitol
Dexametason
Inisial : 0,25-2gr/KgBB/>20
mnt/iv
Maintenance : 0,251gr/KgBB/6-8 jam/hari/iv
Inisial : 10 mg/iv
Maintenance : 4-5mg/4-6
jam/hari/iv
Tappering off : Hari ke-2-4
Berhenti : hari ke-5-7
Kompresi Medula Spinalis
= MSCC (Malignant spinal cord compression)
 diagnostic challenge; terutama pada
pasien tanpa riwayat kanker (keluhan sakit
punggung sangat umum)
Salah satu komplikasi neurologis
yang paling merusak, terjadi pada 5-10% pasien dengan kanker
Mayoritas kasus akibat metastasis spinal dengan perluasan ke ruang epidural
(>> kanker payudara, prostat, paru, dan limfoma)
Manifestasi klinis awal yang paling sering: NYERI  dalam hitungan minggu,
terjadi gangguan neurologis dan irreversible bila terapi tidak dimulai segera
Pemeriksaan penunjang : MRI vertebra  paling sensitif
Terapi: KORTIKOSTEROID; harus dimulai segera pada suspek MSCC 
analgetik, ↓ edema vasogenik  mencegah kerusakan spinal cord lebih lanjut
akibat penurunan perfusi.
Terapi lain: RADIOTERAPI (respon tergantung histologi tumor),
IV. Sistem saluran kemih
1. Pendarahan Saluran kemih
Etiologi
: Tumor primer atau sistitis
Klinis
: Gross hematuri
Diagnosa : Urinalisa, USG, Sitoskopi
Terapi
: Pembilasan buli
2. Obstruksi uropati
Etologi
: Penekanan tumor
Klinis
: Nyeri pinggang, mual,
muntah
Diagnosa : Foto polos & Uretrografi
Terapi
: Diversi urine
V. Sistem Saluran Cerna
1. Obstruksi
Etiologi
Klinis
Diagnosa
Terapi
2. Pendarahan
Etiologi
Klinis
Diagnosa
Terapi
: Tergantung organ, dapat tumor gaster
maupun tumor abdomen
: Mual muntah Obstipasi
: Endoskopi, preparat barium
: Dekompresi, resusitasi cairan,
gastrostomimaupun colostomi
: umumnya oleh non keganasan
: Hematemesis, melena
: Endoskopi, kolonoskopi
: resusitasi cairan, tindakan
pembedahan
VI. Kegawatan Sistem Hematopoetik
Perdarahan
PENYEBAB
Trombositopeni
- Penyebab utama perdarahan yang mengancam
jiwa pasien kanker
- Penyebab : Invasi tumor ke sumsum tulang,
Kemoterapi, Radiasi, Autoimun
- Resiko fatal : Trombosit < 10.000/mm3
- Pasien dengan perdarahan spontan dan hitung
trombosit 20.000-50.000/mm3  infus platelet
METABOLIK
1. Hiperkalsemia
Dapat terjadi primer maupun sekunder
Gejala : fatique, konstipasi, nausea dan poliuria.Gejala
lanjut terjadi stupor bahkan koma.
Pendapat lama mengatakan hiperkalsemia sekunder
pada kanker dihubungkan dengan ada tidaknya destruksi
pada tulang oleh sel kanker (lokal osteolitik
hiperkalsemia), Namun bukti sekarang menunjukan
bahwa hiperkalsemi terjadi akibat adanya mediasi oleh
faktor yang dilepaskan oleh sel kanker yang
menyebabkan resorbsi kalsium tulang.
Terapi secara langsung ditujukan untuk menurunkan
kadar kalsium serum dengan cara meningkatkan ekskresi
kalsium melalui urine atau menurunkan resorbsi kalsium
tulang dengan cara menghambat osteoclast
RSU DADI KELUARGA
We serve like family
Untuk pasien dengan kadar kalsium ≥ 15 mg/dl atau
dengan gejala yang berat dapat diberi tambahan
calcitonin (8 u/kg i.m. tiap 6 jam selama 2-3 hari)
untuk menghasilkan suatu hipokalsemia akut.
Kortikosteroid dapat diberikan bila penyakit
dasarnya respon terhadap steroid
2.Tumor lisis Sindrom
Ditandai dengan Hperuricemia, hiperkalemia,
Hiperosfatemia dan Hipokalsemia
2. Tumor lisis Sindrom
Ditandai dengan:
Hiperuricemia
Hiperkalemia
Hiperosfatemia dan Hipokalsemia
3. Lactic Asidosis
 Tipe A terjadi dari kegagalan mengirim oksigen ke
jaringan perifer, dan umumnya terlihat pada
keadaan sepsis dan syok. Tipe B dihubungkan
dengan keadaan berbagai penyakit seperti
diabetes, gagal ginjal, hepar, infeksi dan kanker.
 Keadaan ini ditandai dengan turunnya pH arteri (<
7,37) sekunder dari penumpukan laktat di dalam
darah (> 2mEq/L).
4. Hipoglikemia
Paling sering terjadi pada tumor insulin producting islet
cell. Pada tumor non insulin producting islet cell terjadi
pada tumor mesenkim (fibrosarcoma, leiomyoma,
rhabdomyosarcoma, liposarcoma, mesothelioma). Gejala
klasik hipoglikemia (kelemahan, pusing, diaporesis,dan
mual)
Mekanisme terjadinya hipoglikemia yang berhubungan
dengan kanker diajukan sebagai berikut:
Sekresi dari insulin like substance
Konsumsi glukosa oleh sel tumor yang melampaui produksinya di
hepar
Kegagalan dari mekanisme counterregulation yang mencegah
terjadinya hipoglikemia (seperti reduksi dari kadar growth hormon)
Percepatan penggunaan glukosa oleh tumor yang besar mungkin juga
berhubungan dengan hipoglikemia pada tumor. Diperkirakan bahwa 1
kg tumor menggunakan 50-200 mg glukosa per hari. Dengan
kemampuan hepar memproduksi glukosa 700 mg per hari
Terapi : Pemberian glukagon secara infus kontinua menggunakan
pompa portable memberikan hasil yang memuaskan.
We serve like family
RSU DADI KELUARGA
Jl Sultan Agung No 8A Teluk Telp 0281 6847366
Download