PENGGUNAAN MODEL SYNECTIK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi antara yang belajar (siswa) dengan pengajar (guru). Seorang siswa telah dikatakan belajar apabila ia telah mengetahui sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat mengetahuinya, termasuk sikap tertentu yang sebelumnya belum dimilikinya. Sebaliknya, seorang guru dikatakan telah mengajar apabila ia telah membantu siswa atau orang lain untuk memperoleh perubahan yang dikehendaki. Guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar hendaknya berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efesien untuk para siswanya. Dalam hal ini dapat meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar. Model mengajar adalah suatu rencana atau pola mengajar yang digunakan oleh guru dalam menyusun kurikulum, mengatur materi-materi pelajaran dan petunjuk bagaimana seharusnya guru mengajar di kelas. Mengingat beragamnya model mengajar yang telah diterapkan di sekolah-sekolah ini, tentu akan lebih bijaksana bila guru memilih dan mencoba menggunakan model mengajar secara bervariasi untuk meningkatkan kualitas profesi dan produktivitasnya dalam mengacu pada pemenuhan kebutuhan siswa, dan hal inilah yang dilakukan oleh guru-guru di SD Inpres Rappokalling I Makassar untuk mencoba model synectik diterapkan dalam proses belajar mengajar. Dalam penerapan model synectik ini oleh guru, yakni guru tersebut hanya memberikan gambaran atau informasi tentang suatu bahan pelajaran kemudian siswa atau informasi tentang suatu bahan pelajaran kemudian siswa tersebut mengelolanya sendiri, nanti pada tahap akhir baru guru memberikan bimbingan lagi. Jadi peranan guru hanya memberikan bimbingan pada tahap awal dan tahap akhir kegiatan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana teknik penggunaan/ penerapan model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar. 2. Faktor-faktor apa yang menjadi penunjang dan penghambat penerapan model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar. C. Hipotesis Adapun hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari permasalahan di atas, adalah: 1. Teknik penerapan model synectik oleh guru-guru dalam proses belajar mengajar adalah model yang berhasil memecahkan masalah atau kesulitan belajar yang mereka miliki. 2. Mengingat bahwa model synectik adalah model pengembangan kreatifitas berfikir siswa untuk memecahkan kesulitan berfikir dalam belajar, berdasarkan analisa tersebut maka dapat dipikirkan bahwa model synectik efektif diterapkan dalam proses belajar mengajar. D. Pengertian Judul dan Defenisi Operasional Agar skripsi ini mudah dipahami dan dimengerti dengan jelas, maka akan diberikan pengertian kata-kata yang dianggap penting untuk memahami judul tersebut di atas adapun kata-kata yang dimaksud adalah: “Model synectik”, model pengembangan kreatifitas untuk memecahkan masalah dengan melatih individu untuk bekerjasama mengatasi problema, sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya.1 “Proses Belajar Mengajar, proses komunikasi, proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan.2 Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan pengertian judul bahwa model synectic dalam proses belajar mengajar adalah model pengembangan kreatifitas untuk memecahkan masalah dengan melatih individu untuk bekerjasama mengatasi problema. Sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya dengan melibatkan seluruh komponen yang ada dalam unsur pendidikan baik itu guru, lingkungan siswa, sarana masyarakat sehingga terjadi proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut: a. Untuk memperoleh data tentang sejauhmana penguasaan guru dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran apabila menggunakan model synectik. b. Untuk mengetahui kerajinan dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran apabila menggunakan model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini pada intinya, sebagai berikut: a. Untuk menjadi pertimbangan bagi pembaca pada khususnya pendidik dan si terdidik pertimbangan bagi pembaca pada khususnya pendidik dan si terdidik dalam proses belajar mengajar. b. Agar supaya hasil penelitian nanti dapat memberikan gambaran kepada pembaca tentang halhal yang menjadi faktor pendukung didalam pelaksanaan penggunaan model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar. c. Memberikan konstribusi pemikiran atau strategi dan operasionalisasi tentang penggunaan model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar. d. Supaya hasil penelitian nanti dapat berfungsi sebagai informasi kepada pembaca tentang sejauh mana penggunaan model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar. F. Garis Besar Isi Untuk memudahkan cara pembaca mengerti secara global dari pada isi skripsi ini, maka penulis perlu memberikan gambaran kandungan skripsi ini: Pada bab pertama adalah pendahuluan, yang membicarakan latar belakang, di mana dalam proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi antara yang belajar (siswa) dengan pengajar (guru), rumusan masalah meliputi bagaimana teknik penggunaan penerapan model synectik dan faktor-faktor apa yang menjadi penunjang penerapan model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar, hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap problema, pengertian judul dari skripsi ini, meliputi pengertian penggunaan model synectik dalam proses belajar mengajar ,tujuan dan kegunaan penelitian, dan terakhir adalah garis–garis besar isi yang meliputi abstrak dari semua bab. Pada bab dua, membahas tinjauan pustaka yang meliputi proses belajar mengajar di mana proses kegiatan yang berinteraksi antara guru dengan siswa, pengertian komponen yang meliputi tujuan pengajaran yang bersumber dari tujuan kurikuler dan tujuan instruksional umum yang berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya meliputi faktor anak didik, pendidik, alat pendidikan dan tujuan pendidikan, dan terakhir adalah model mengajar synectik yang merupakan suatu pendekatan baru yang menarik guna mengembangkan kreatifitas. Bab tiga membahas tentang metode penelitian yang meliputi lokasi, populasi dan sampel, yang membahas jumlah keseluruhan dari siswa dan jumlah guru SD Inpres Rappokalling I Makassar instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data, adalah merupakan keberhasilan dalam penelitian karena berfungsi sebagai sarana mengumpulkan data yang banyak, prosedur pengumpulan data dan tahap pengumpulan data yang meliputi tahap persiapan dalam menyusun instrumen pengumpulan data, dan tahap pengumpulan data yang meliputi riset kepustakaan ,kutipan langsung dan kutipan tidak langsung serta penelitian lapangan dan terakhir teknik analisis data meliputi metode induksi, deduksi, tabulasi dan metode komparatif. Bab empat, membahas hasil penelitian tentang tinjauan deskripsi SD Inpres Rappokalling I Makassar yang meliputi keadaan sarana dan prasarana, keadaan guru, keadaan siswa, dan keadaan kurikulum, teknik penerapan model synectik yakni guru hanya memberikan gambaran atau informasi tentang suatu bahan pelajaran nanti siswa tersebut mengelolanya sendiri, faktor yang menjadi penunjang penerapan model synectik, efektivitas penerapan model mengajar synectik dalam proses belajar mengajar di mana model synectik ini efektif diterapkan dalam proses belajar mengajar dan terakhir prestasi belajar siswa yang meliputi hasil belajar siswa. Kemudian bab lima, yakni pada bab terakhir berisi penutup yang berupa kesimpulan yang meliputi teknik penggunaan penerapan model synectik dan faktor penunjang penerapan model synectik dan terakhir implikasi penelitian. 1H. Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, (Ujung Pandang; Bintang Selatan, 1990), h. 144 2Sadiman Arief. et.al. Media Pendidikan, (Pustekkom Dikbud dan PT. Raja Grafindo Persada), h. 11 PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga mempunyai peranan dan tanggungjawab utama atas perawatan dan perlindungan anak sejak bayi hingga remaja. Pengenalan anak kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan normanorma kehidupan bermasyarakat dimulai dalam lingkungan keluarga. Untuk perkembangan kepribadian anak-anak yang sempurna dan serasi, mereka harus tumbuh dalam lingkungan keluarga dalam suatu iklim kebahagiaan, penuh kasih saying dan pengertian. Menurut Siti Partini ( 1977 : 11 ) Keluarga adalah sekelompok manusia yang terdiri atas suami, istri, anak-anak ( bila ada ) yang terikat atau didahului dengan perkawinan. Keluarga Merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan yang terbaik yakni pendidikan yang mencakup pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak-anak, yaitu : Potensi fisik, potensi nalar, dan potensi nurani / qalbu (Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 39). Dengan pendidikan yang utuh tersebut akan mengembangkan kualitas kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara menyeluruh. Dan kualitas sumberdaya manusia ( SDM ) yang demikian sebenarnya yang dibutuhkan sekarang dan masa datang, yakni kualitas sumberdaya manusia yang meliputi ; kreatifitas yang kuat, produktifitas yang tinggi, kepribadian yang tangguh, kesadaran sosial yang besar, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa ( Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 43 ). Siswa Sekolah Menengah Atas ( SMA ) sebagai salah satu unsur sumberdaya manusia yang potensial sangat diperlukan dalam rangka mencapai kemajuan bangsa, “Di Indonesia, pendidikan diarahkan pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya sebagai warga Negara yang pancasila “. Pada dasarnya, proses pendidikan dapat terjadi dalam banyak situasi sosial yang menjadi ruang lingkup kehidupan manusia. Secara garis besar proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga lingkungan pendidikan yang terkenal dengan sebutan : Tri Logi Pendidikan, yaitu Pendidikan di dalam Keluarga ( Pendidikan Informal ), Pendidikan di dalam Sekolah ( Pendidikan Formal ), dan Pendidikan di dalam Masyarakat ( Pendidikan Non Formal ). Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati. Apalagi setelah anak lahir, pengenalan diantara orang tua dan anak-anaknya yang diliputi rasa cinta kasih, ketentraman dan kedamaian. Anak-anak akan berkembang kearah kedewasaan dengan wajar di dalam lingkungan keluarga segala sikap dan tingkah laku kedua orang tuanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena ayah dan ibu merupakan pendidik dalam kehidupan yang nyata dan pertama sehingga sikap dan tingkah laku orang tua akan diamati oleh anak baik disengaja maupun tidak disengaja sebagai pengalaman bagi anak yang akan mempengaruhi pendidikan selanjutnya. Maka, keluarga yang baik di dalamnya akan terjadi interaksi diantara para anggotanya. Sebagaimana dikemukakan oleh St. Vembriarto ( 1978 : 35 ) : Bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar yaitu suatu proses akomodasi dengan mana individu memohon, menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil oper cara hidup atau kebudayaan masyarakat. Komunikasi, istilah ini berasal dari bahasa Inggris yaitu Communication, yang berarti “memberitahukan”, berpartisipasi, kabar”. ( Poerwadarminto WJS dkk, 1980 : 28 ). Sedangkan Menurut A.G. Lunandi Komunikasi adalah suatu kegiatan terus menerus yang dilakukan orang untuk saling berhubungan dengan orang lain, khususnya pada waktu berhadapan muka. ( Komunikasi orang tua dengan anak memegang peranan penting dalam membina hubungan keduanya, hal ini dapat dilihat dengan nyata, misalnya : membimbing, membantu mengarahkan, menyayangi, menasehati, mengecam, mengomando, mendikte, dan lain sebagainya. Orang tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan anaknya akan menimbulkan kerenggangan atau konflik hubungan, sebaliknya orang tua yang dapat menerima anaknya sebagaimana adanya, maka si anak cenderung dapat tumbuh, berkembang, membuat perubahan-perubahan yang membangun, belajar memecahkan masalah-masalah, dan secara psikologis semakin sehat, semakin produktif, kreatif dan mampu mengaktualisasikan potensi sepenuhnya. Sesuai dengan judul penelitian penulis, dalam pembahasan berikutnya penulis akan memusatkan diri pada pembahasan tentang pendidikan di dalam sekolah atau pendidikan Formal. Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Sedangkan menurut Winkel (1983 : ) Pendidikan di sekolah diartikan : “Proses Kegiatan terencana dan terorganisir, yang terdiri atas kegiatan mengajar dan belajar”. Pendidikan di sekolah merupakan intesifikasi dan modifikasi dasar-dasar Kepribadian dan polapola sikap anak yang dipelajarinya di rumah. Artinya memperkuat dasar-dasar dan pola-pola sikap anak yang positif dan mengubah dasar-dasar kepribadian dan pola-pola sikap anak yang negatip yang dipelajari dilua sekolah. Tugas pokok SMP dan SMA adalah mendidik dalam arti luas. Sedangkan fungsi pokok SMP dan SMA adalah dalam arti mengajar, melatih dan mendidik dalam arti sempit. Mendidik dalam arti luas yang merupakan tugas pokok sekolah adalah dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luas bagi siswa untuk mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sesuai dengan potensi dan lingkungannya disamping memberikan latihan mengenai : akhlak, dan kecerdasan seseorang. Disamping tugas pokok sekolah tersebut diatas, maka dapat dijelaskan pula tentang tujuan institusional SMA sebagai lembaga pendidikan formal tingkat atas, sesuai dengan fungsi SMA dalam rangka keseluruhan pendidikan, yaitu : 1. Menjadikan para siswa untuk menjadi manusia Indonesia seutuhnya, sebagai warga negara yang Pancasila 2. Memberikan bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa-siswa yang akan melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi. 3. Memberikan bekal kemampuan bagi siswa yang akan terjun ke dunia kerja setelah menyelesaikan pendidikannya di SMA. ( Depdikbud, 1984 : 7 ) Pencapaian tujuan institusional SMA sesuai dengan fungsinya dalam rangka keseluruhan proses pendidika pada khususnya dala salah satu tugas sekolah sebagai lembaga pendidikan formal pada umumnya tidaklah mudah. Disepanjang tahun, khususnya pada tahun ajaran baru, mutu pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan secara umum disegala jenjang pendidikan formal, termasuk SMA sering dipermasalahkan.Permasalahan ini seringkali dikaitankan dengan adanya kecenderungan merosotnya minat belajar dan prestasi belajar yang dicapai siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siwa tentunya beraneka ragam, tetapi secara garis besar ada dua faktor yaitu “Faktor-faktor pada pihak siswa dan Faktor-faktor diluar siswa” ( Winkel : ) Menurut Crow and Crow yang dikutip oleh Johny Killis ( 1988 : 26 ) Ada tiga factor yang menimbulkan minat yaitu : Faktor yang ditimbulkan dari dalam diri sendiri, faktor motif sosial dan faktor emosional yang ketiganya mendorong timbulnya minat. Pendapat tersebut sejalan yang dikemukakan Sudarsono, Faktof-faktor yang meimbulkan minat dapat digolongkan sebagai berikut ; 1). Faktor kebutuhan dari dalam Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan. 2). Faktor motif sosial Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dari lingkungan dimana ia berada 3). Faktor emosional Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terdapat suatu kegiatan / objek tertentu ( 1980 : 12 ) Jadi berdasarkan dua pendaat diatas faktor yang meimbulkan minat, dalam hal ini minat untuk belajar ada tiga yaitu ; dorongaan dari diri individu, dorongan sosial dan dorongan emosional. Timbulnya minat untuk belajar pada individu berasal dari dalam diri individu, kemudian individu mengadakan interaksi dengan lingkungan yang menimbulkan dorongan sosial dan dorongan emosional, juga adanya pengaruh perhatian orang tua. Karena hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh minat dalam belajr, perhatian orang tua, maka keduanya menjadi perlu untuk dibahas dan diteliti. Hal ini dikemukakan oleh Dakir : Perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu, baik yang didalam maupun yang ada diluar ( 1993 : 114 ) Dengan demikian seseorang yang mempunyai perhatian dan hubungan yang baik ( bukan broken home ), cenderung mempunyai kesanggupan yang lebih besar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, memecahkan problem-problem yang dihadapi secara cepat dan tepat, termasuk problem-peoblem dalam rangka meraih prestasi yang optimal. Uraian tersebut diatas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang Pengaruh Perhatian Orang tua dan Minat belajar dengan Prestasi Belajar siswa dalam bentuk Karangan Ilmiah dengan : 1. Tema : Prestasi Belajar 2. Aspek Masalah : Pengaruh Perhatian Orang Tua, minat 3. Judul : Pengaruh Perhatian Orang tua dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa ( Penelitian yang dikhususkan pada Prestasi Belajar pilihan program Ilmu Pengetahuan Alam Kelas II SMA PGRI 2 Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2004 / 2005 ) B. Identifikasi Masalah Alasan-alasan yang mendorong penulis untuk memilih judul penelitian diatas maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Adanya kecenderungan menurunnya prestasi belajar yang dicapai siswa-siswa di segala jenjang pendidikan formal yang ada di Indonesia termasuk SMA sehingga perlu mendapatkan perhatian dan penanganannya. 2. Salah satu penanganannya adalah perlunya mencari latar belakang masalah tersebut. 3. Salah satu indicator yang menyebabkan prestasi belajar siswa menurun adalah pengaruh perhatian orang tua, yang kurang baik. 4. Disisi lain diagnosa minat belajar didalam dunia pendidikan dirasa cukup penting dan perlu untuk dibahas dan diteliti. Karena Minat Belajar mempunyai hubungan yang cukup tinggi dengan hasil prestasi belajar siswa. 5. Bahwa hasil prestasi belajar siswa dalam suatu lembaga pendidikan formal merupakan hal yang sangat pokok untuk diperhatikan, karena dengan mengetahui prestasi belajar siswa kita akan mengetahui pula efektifitas proses belajar dan mengajar yang berlangsung di sekolah. C. Batasan Masalah Untuk memperjelas pengertian yang terkadang dalam Judul penelitian diatas, maka akan penulis kemukakan arti daripada judul penelitian tersebut, dengan maksud memberi gambaran secara jelas dan tidak terjadi salah tafsir terhadapjudul penelitian tersebut. Adapun penjelasan judul yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh, yang dimaksud disini mempunyai arti yang sama dengan “Hubungan atau Korelasi” ( Sutrisno Hadi, 1977 : 20 ). Pengaruh disini diartikan mempunyai hubungan yang timbal balik antara dua variabel atau lebih. Sedangkan yang dimaksud hubungan timbal balik adalah hubungan dimana satu variabel dapat menjadi sebab akibat dari variabel lainnya. 2. Perhatian Menurut Dakir ( 1993 : 114 ) : “Perhatian adalah Keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu, baik yang di dalam maupun yang ada di luar. Sedangkan yang dimaksud dengan perhatian dalam penelitian ini adalah Kecenderungan atau Keaktifan perhatian orang tua yang dikerahkan, untuk memberikan motivasi atau dorongan yang positif terhadap anaknya dalam usaha mencapai prestasi belajar yang optimal 3. Minat Belajar Minat adalah Kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek ( Sumadi Suryabrata, 1988 : 109 ) Sedangkan pengertian Belajar adalah proses mental yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan, skill, kebiasaan atau sukap yang semuanya diperoleh, disimpan, dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif ( Winkel, 1983 : 92 ) Sedangkan yang penulis maksudkan dengan minat Belajar disini, adalah suatu kemampuan umum yang dimiliki siswa untuk mencapai prestasi yang optimal yang dapat ditunjukkan dengan kegiatan belajar. 4. Prestasi Belajar Prestasi Belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapatmencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu ( Sutartinah Tirtonegoro, 1984 : 14 ) Sedangkan yang penulis maksudkan dengan prestasi belajar disini adalah hasil dari pengukuran serta penilaian hasil usaha belajar siswa dalam satu semester untuk semua bidang studi kelompok pilihan program. Indikasi hasil belajar yang akan digunakan adalah angka hasil tes prestasi belajar semester genap tahun pelajaran 2004/2005. Anak judul yang berbunyi Penelitian yang dikhususkan pada Prestasi belajar pilihan program Ilmu Pengetahuan Alam Kelas II SMA PGRI 2 Kajen Kabuaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2004/2005 mempunyai maksud bahwa penelitian tentang pengaruh perhatian orang tuan dan minat belajar dengan prestasi belajar siswa dikhususkan pada siswa SMA PGRI 2 Kajen yang duduk di kelas II pilihan program Ilmu Pengetahuan Alam, untuk mendalam mata pelajaran Fisika, Biologi, Kimia dan Matematika sebagai pilihan progran yang diambil. D. Rumusan Masalah Dalam latar belakang telah dijelaskan tentang pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan prestasi belajar siswa. Dari masalah-masalah yang ada dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan prestasi belajar siswa 2. Apakah benar ada hubungan antara pengaruh perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa 3. Apakah benar ada hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa. E. Tujuan Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis mempunyai tujuan yang hendak dicapai yaitu : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan prestasi belajar siswa 2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa 3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk menambah perbendaharaan penelitian dalam dunia pendidikan, khususnya dalam Karya tulis ilmiah dalam rangka mengembangkan khasanah ilmiah b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam c. Sebagai pengembang disiplin ilmu kearah berbagai spesifikasi 2. Manfaat Praktis a. Bagi pengelola pendidikan menengah khususnya SMA : memberikan masukan di dalam memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa SMA untuk meningkatkan prestasi belajar. b. Bagi siswa-siswa SMA : 1). Memberi pengetahuan bahwa perhatian orang tua, minat belajar sangat membantu dalam meningkatkan prestasi belajar di sekolah 2). Memberikan pengetahuan bahwa bantuan orang tua, guru sangat mendukung dalam memperbesar minat belajar 3). Memberikan pengetahuan bahwa besarnya perhatian orang tua,minat belajar sangat berpengaruh dalam mencapai dan meningkatkan dalam meraih prestasi belajar. G. Batasan Istilah 1. Perhatian orang tua adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu agar dapat memilih, menyiapkan, menyesuikan dan menetapkan dirinya dalam belajar sesuai dengan keadaan dirinya. 2. Minat Belajar adalah suatu kecenderungan yang mengandung perhatian, rasa senang, harapan dan pengalaman untuk melakukan suatu kegiatan belajar 3. Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian hasil usaha belajar siswa dan bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya. H. Sistematika Skripsi Untuk mempermudah pembaca dalam memahami alur penelitian skripsi ini, maka penulis sajikan sistematika skripsi berikut : 1. Bagian Awal Bagian awal ini meliputi : Halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, halaman persembahan, kata pengantar dan ucapan terima kasih, daftar isi, daftar tabel, daftar laporan dan abstrak 2. Bagian Inti Pada bagian inti ini terdiri dari lima bab, secara berturut-turut meliputi : Penerapan Pengajaran Dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Mema BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang tidak terhingga bagi kehidupan manusia. Perkembangan teknologi tersebut telah mencakup segala aspek kehidupan masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi tersebut dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Pendidikan merupakan salah satu bidang yang bertujuan untuk membentuk manusia seutuhnya yang handal dan berkompeten di segala bidang. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan akan menghasilkan SDM yang mampu bersaing secara sehat dalam ketatnya kompetisi dalam Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI). Sehingga sangat diharapkan adanya lembaga yang menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkompeten dibidangnya. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang akan menghasilkan lulusan yang nantinya diharapkan mempunyai lulusan yang dibutuhkan baik di dunia usaha/dunia industri (DU/DI). Sekolah yang mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan berkualitas lebih ditujukan kepada SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Hal ini dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990, Pasal 3 ayat 2, yaitu, “Menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional”. Berbicara mengenai pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) seringkali masih menimbulkan persoalan yaitu kurangnya pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan, hal ini terjadi dikarenakan banyaknya siswa yang mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik tentang materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya siswa tidak memahami konsep yang diajarkan. Siswa mampu menghapal berbagai rumus-rumus dan konsep-konsep yang berhubungan dengan materi ajar teknik elektro tetapi mereka tidak mampu menghubungkan atau mengkaitkan materi ajar yang mereka terima di sekolah dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan nantinya. Melihat hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) pada 3 (tiga) sekolah antara lain SMKN 1 Bukittinggi, SMKN 1 Pariaman, dan SMKN 1 Padang menunjukkan bahwa belum tercapainya Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) dengan nilai rata – rata siswa pada SMKN 1 Bukittingi pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) adalah 6.61 dan jumlah siswa yang dinyatakan lulus sebanyak 58 % (Tata Usaha SMKN 1 Bukittinggi). Selanjutnya hasil belajar siswa di SMKN 1 Pariaman untuk mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) belum juga mencapai kriteria tuntas belajar mengajar, hal ini ditunjukkan berdasarkan rata-rata nilai siswa adalah 6.96 dan jumlah siswa yang lulus adalah 65%.(Tata Usaha SMKN 1 Pariaman). Sedangkan pada SMKN 1 Padang nilai rata – rata siswa pada mata diklat yang sama adalah 7.2 dan jumlah siswa yang tidak lulus sebanyak 35% (Tata Usaha SMKN 1 Padang) berdasarkan standar yang telah ditetapkan maka pada SMKN 1 Padang pembelajaran mata diklat MSPS dinyatakan tuntas. Melihat rata – rata nilai pada ketiga sekolah diatas menunjukkkan belum tercapainya Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) dimana batas kelulusan mata diklat produktif adalah ≥ 70 dan persentase kelulusan mencapai 60% (Depdiknas 2006). Ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata diklat MSPS ini, antara lain disebabkan faktor dari siswa dan faktor dari guru sendiri. Dari segi siswa terlihat kurangnya antusias siswa dalam proses belajar mengajar seperti ada siswa yang ke sekolah tanpa persiapan misalnya tidak membawa alat – alat tulis, tidak membawa modul sebagai pegangan siswa, dan tidak sedikit siswa yang tidak mempelajari modul atau jobsheet yang diberikan di rumah. Dilihat dari segi ketersediaan fasilitas belajar di SMKN 1 Bukittinggi dapat dikategorikan lengkap, berdasarkan kurikulum yang digunakan SMKN 1 Bukittinggi untuk mata diklat MSPS fasilitas dan bahan-bahan praktek yang dibutuhkan cukup memadai dan setiap 1 (satu) kelompok terdiri atas 2 -3 siswa. Untuk SMKN 1 Pariaman ketersediaan fasilitas belajar untuk mata diklat ini cukup memadai dan setiap praktek dalam satu kelompok terdiri atas 3-4 siswa. Dan untuk SMKN 1 Padang ketersediaan alat dan bahan praktek untuk mata diklat ini dikategorikan lengkap dan setiap praktek terdiri atas 3 – 4 siswa per kelompoknya. Faktor dari guru juga sangat mempengaruhi hasil belajar, peningkatan hasil belajar siswa didukung dengan guru yang mempunyai kompetensi mengajar yang baik. Sutjipto (Rektor Universitas Negeri Jakarta) menyebutkan, “Saat ini baru 50 persen dari guru se-Indonesia yang memiliki standarisasi dan kompetensi. Kondisi seperti ini masih dirasa kurang. Sehingga kualitas pendidikan kita belum menunjukkan peningkatan yang signifikan”.(www.pikiranrakyat.com, 24 Okt 2006). Kompetensi mengajar guru salah satunya adalah penguasaan metode mengajar yang baik dan efektif. Depdiknas (2006) mengemukakan 36 model pembelajaran yang efektif, model pembelajaran ini disesuaikan dengan tingkat satuan pendidikan dan peserta didik. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis pada guru yang mengajar mata diklat MSPS di ketiga sekolah tersebut, metode yang digunakan guru dalam mengajar antar lain metode ceramah untuk menjelaskan teori pengantar, setelah itu beralih pada kegiatan praktikum berdasarkan jobsheet yang telah disusun, setelah siswa selesai melakukan pekerjaan yang diberikan maka guru akan menguji coba hasil pekerjaan yang telah dilakukan siswa. Setelah itu guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa dan pada akhir pertemuan guru memberikan tugas dalam bentuk laporan tertulis tentang apa yang telah dikerjakan tadi. Dapat disimpulkan guru mata diklat MSPS pada ketiga sekolah yang telah diamati ini melakukan metode pengajaran yang hampir sama dan tidak ada perbedaan yang signifikan yaitu metode ceramah, praktikum dan pemberian tugas. Pembelajaran seperti dijelaskan diatas ini sifatnya terpusat pada guru. Djohar (2003) dalam Reorientasi Paradigma Pembelajaran (Sumarni, Pikiran Rakyat 17-01-07) menyebutkan, “ Sistem pendidikan saat ini masih berperan sebagai panggung pentas (delivery system). Guru berdiri di depan siswa untuk menyampaikan pengetahuan, sementara siswa menerimanya tanpa harus mengetahui prosesnya. Siswa menerima ilmu, bukan memahami budaya ilmu, sehingga kehilangan orientasi hidupnya karena mereka tidak dituntun membaca fenomena sekelilingnya”. Sebagai akibat pendekatan pembelajaran yang cenderung linear indoktrinatif, siswa bukan cuma menjauh tetapi juga tidak mampu menghadapi kehidupan nyata, gagap terhadap masalahnya sendiri apalagi dengan lingkungan dan masyarakatnya sendiri. Tenaga pendidik yang profesional sebaiknya mampu menemukan metode pembelajaran yang efektif dan bervariasi agar peserta didik dapat mengembangkan kreatifitas dan bakatnya dalam proses pendidikan itu sendiri. Guru sebaiknya menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingatnya lebih lama konsep tersebut. Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang mereka pelajari. Tenaga pendidik yang profesional dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu mengkaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga dapat membuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mangaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pada pengajaran berbasis CTL, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Depdiknas (2007) dalam Sosialisasi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menyebutkan,“ Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa minat dan prestasi siswa dalam bidang matematika, sains, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat : 1. Mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah mereka miliki atau mereka kuasai. 2. Mereka diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep, dan bagaimana konsep tersebut dapat dipergunakan di luar kelas. 3. Mereka diperkenankan untuk bekerja secara bersama-sama (cooperative) Meningkatnya minat dan prestasi siswa tersebut dicapai, karena guru menggunakan suatu pendekatan pembelajaran dan pengajaran kontekstual” (Depdiknas 2006). Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bermaksud untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMK Jurusan Teknik Listrik dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching Learning/CTL). B. Identifikasi Masalah Untuk meningkatkan hasil belajar dilakukan dengan berbagai cara. Dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa ditemukan beberapa permasalahan yang menghambat jalannya proses PBM. Masalah – masalah tersebut diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Rendahnya partisipasi siswa ketika diberikan pelajaran yang bersifat teori . 2. Rendahnya hasil belajar siswa pada beberapa sekolah untuk mata diklat MSPS kelas I Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik (TPTL) 1 SMKN 1 Bukittinggi, SMKN 1 Pariaman, dimana nilai tersebut belum mencapai Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKMB). 3. Guru jarang melakukan variasi metode mengajar dalam menyampaikan materi ajar sehingga menimbulkan kejenuhan dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi ajar. 4. Fasilitas belajar yang kurang terutama untuk alat dan bahan praktek. C. Batasan Masalah Melihat luasnya permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, maka penulis melakukan pembatasan masalah dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya, dan ketersediaan referensi, maka penelitian ini difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) dengan menggunakan metode pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL) pada siswa kelas I SMKN 1 Bukittinggi. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa ketika diberikan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kontekstual (CTL) ? E. Asumsi Landasan pemikiran yang penulis jadikan sebagai anggapan dasar dalam penelitian ini adalah : 1. Siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat mengikuti proses belajar mengajar yang diberikan dengan metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual. 2. Faktor-faktor individu siswa yang dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar seperti minat, tingkat kecerdasan dan lingkungan tidak mempengaruhi hasil belajar siswa. 3. Bahan ajar yang dibuat berdasarkan kurikulum yang digunakan sekolah tempat melakukan penelitian dan materi ajar disesuaikan dengan Rencana Pembelajaran yang telah disusun pihak sekolah. 4. Skor yang didapat melalui tes hasil belajar merupakan cerminan dari hasil belajar siswa menggunakan metode CTL. F. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) dengan menggunakan metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL) di SMKN 1 Bukittinggi. G. Kegunaan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, maka manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Informasi bagi guru tentang penerapan model pengajaran berbasis CTL untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya di SMK. 2. Sebagai informasi dan masukan bagi pihak terkait khususnya yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Penerapan Metode Inquiry Dengan Media VCD Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengembang suatu misi yang teramat penting yaitu membentuk manusia seutuhnya yang memiliki semangat kebangsaan cinta tanah air dan mampu mengisi partisipasi dalam pembangunan. Dalam era globalisasi ini semakin dirasakan betapa pentingnya pengembangan pendidikan, hal ini disebabkan karena banyaknya teknologi yang bermunculan atau pesatnya peradaban, manusia tetap lebih banyak di sebabkan oleh bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat modern yang berkepribadian yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Untuk mewujudkan cita-cita itu maka usaha mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan semakin di galakkan, salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan sekarang ini adalah rendahnya mutu lulusan MAN. Diantara penanda lulusan mutu lembaga pendidikan dinyatakan dalam bentuk prestasi belajar. Proses belajar mengajar merupakan isi pokok pendidikan, oleh karena itu semua komponen yang ada dalam pendidikan harus di abadikan demi terciptanya proses belajar pada siswa. 1 Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas, dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat mengakibatkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Di samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Sejalan dengan uraian ini, (Yunus, 1942:78) dalam bukunya Attarbiyatu watta’liim mengungkapkan sebagai berikut : Bahwasannya media pengajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman….orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lama bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarnya. Selanjutnya, (Ibrahim, 1946:432) menjelaskan betapa pentingnya media pengajaran karena : Media pengajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbarui semangat mereka…membantu memantapkan pengetahuan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran[1] Media pengajaran, menurut Kemp & Daytori, dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pengajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau memberikan sumbangan material). Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, dan emosi.[2] Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mempunyai kemampuan mengajar secara professional dan terampil dalam menggunakan metode dan media yang tepat dalam proses belajar mengajar. Seorang guru harus menguasai materi yang akan disampaikan dan juga harus pandai menciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar yang menarik. Demikian juga peserta didik harus memiliki kemauan dan kemampuan belajar yang tinggi serta harus berperan aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga menjadi pribadi yang berkualitas. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Oleh karena itu agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu adanya penyesuaian-penyesuaian, terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor pembelajaran di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah media pembelajaran yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh guru, sehingga mereka dapat menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara baik dan mudah dipahami. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dibidang informasi dan telekomunikasi. Dengan munculnya berbagai alat informasi dan komunikasi, kita dapat mengetahui kejadian atau peristiwa disuatu daerah atau Negara pada saat kejadian itu berlangsung. Pada satu sisi, ilmu pengetahuan dapat menghasilkan teknologi dan pada sisi yang lain pengetahuan dapat diserap melalui hasil teknologi. Tidak dapat dipungkiri, munculnya berbagai alat informasi dan komunikasi telah banyak membantu proses pendidikan. Ini terbukti sekarang ini dalam proses belajar mengajar seorang guru sering menggunakan media seperti komputer, tape rekorder, overhead projector dan lain-lain. Dalam dunia pendidikan perangkat elektronik dapat dijadikan sebagai media yang dapat mempermudah dan mempercepat proses penyampaian materi pendidikan. Kemajuan dunia yang cepat dan pesat telah memuat agar bagaimana kita dapat mengakses ilmu pengetahuan sebanyak mungkin dengan cepat dan akurat. Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, lembaga pendidikan berusaha meningkatkan kualitas dan proses hasil pembelajaran. Usaha-usaha dalam meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain mengembangakan media pembelajaran, menerapkan media pembelajaran, serta memilih dan menetapkan jenis media pembelajaran yang akan digunakan. Pengembangan dan penerapan media pembelajaran diharapkan dapat memberikan motivasi belajar terhadap siswa sehingga berdampak pula pada prestasi belajarnya. Berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lembaga pendidikan harus mampu menerapkan media pendidikan yang sudah ada. Media pendidikan yang diterapkan oleh lembaga pendidikan sekarang ini belum di daya gunakan secara optimal, melihat kenyataan yang ada dilapangan guru jarang sekali menggunakan media pendidikan dalam proses belajar mengajar di kelas, guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Dalam proses belajar mengajar di kelas yang hanya menggunakan metode ceramah dan guru sebagai satu-satunya sumber belajar tanpa adanya media, maka komunikasi antara guru dan siswa tidak akan berjalan secara lancar. Hal ini terkait dengan permasalahan dalam proses belajar mengajar. Permasalahan yang dihadapi suasana kelas ramai, penjelasan guru membosankan, siswa kesulitan memahami pesan-pesan verbal, materi cenderung bersifat umum, dan kadangkadang penyampaian guru terlalu cepat. Sering kita jumpai banyak siswa merasa enggan menerima pelajaran dari seorang guru, karena merasa bosan. Dan tidak sedikit siswa mengeluh dengan mata pelajaran ekonomi, mereka merasa bahwa ilmu ekonomi merupakan pelajaran yang sangat sulit dan tidak disukai, karena pelajaran ekonomi tidak hanya menghitung dan menghafal, tetapi harus faham dengan sesuatu yang dipelajari. Oleh karena itu proses belajar mengajar seharusnya melibatkan peran suatu siswa dalam menggali potensi belajar siswa dengan cara menggunakan metode Inquiry dengan media VCD. Karena metode Inquiry dengan media VCD sebagai perantara penyampaian pesan untuk dikembangkan dan didayagunakan seoptimal mungkin. Karena metode dengan media merupakan wadah yang dapat menyalurkan pesan yang oleh sumber pesan atau pemberi pesan ingin diteruskan atau disampaikan kepada penerima pesan. Dalam penyampaian pesan pembelajaran, guru tentunya menginginkan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan jelas, mudah dimengerti siswa, konkrit dan tahan lama dalam ingatan siswa Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Puji. B mengenai penerapan metode inquiry menunjukkan bahwa, selama proses pembelajaran berlangsung dalam penerapannya, budi membagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok satu dan kelompok dua, dimana pembelajaran siswa kelompok satu beraktifitas dengan baik. Siswa kelompok satu menyenangi kegiatan yang memerlukan interaksi antara siswa dengan siswa dan juga antara siswa dengan guru. Dengan demikian maka belajar dengan metode inquiry dapat digunakan pada kelompok satu, dengan catatan bahwa waktu yang dibutuhkan tidak sedikit. Selama proses pembelajaran siswa kelompok dua kurang beraktivitas dengan baik, siswa kelompok dua lebih senang bekerja sendiri-sendiri. Dengan demikian maka belajar dengan metode inquiry kurang tepat diterapkan pada siswa kelompok dua, meski demikian tidak berarti metode inquiry tidak boleh diterapkan pada siswa kelompok dua, karena terdapat segi positif yang timbul pada siswa kelompok dua, selama belajar dengan menggunakan metode inquiry yaitu dapat menimbulkan keberanian dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Sebagaimana hasil pengembangan media VCD pembelajaran yang dilakukan oleh Ari. P ini memenuhi kriteria valid, karena setelah dilakukan penelitian tentang penerapan media VCD, untuk ahli media memperoleh hasil 81%, untuk ahli materi mempunyai hasil 85%, untuk audien perorangan mempunyai hasil 90%, dan untuk audien kelompok kecil memperoleh hasil 92%, sedangkan untuk menguji hipotesis Ho ditolak menggunakan rumus uji t (tabel) dalam uji t menunjukkan bahwa hasil t hitung = 2,34 bila dikonsultasikan dengan harga t tabel pada taraf signifikan 0,05 = 2,024, maka t hitung > t tabel. Dengan demikian Ho ditolak karena ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelompok eksperimen (siswa yang menggunakan media VCD pembelajaran). Artinya siswa yang menggunakan media VCD pembelajaran hasil post tesnya lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan media VCD pembelajaran. Oleh karena itu dengan menggunakan metode dan media pembelajaran siswa dapat memperoleh pengalaman belajar secara langsung, sehingga siswa mampu memahami teori dan konsep dan pembelajaran akan lebih menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar Berdasarkan latar belakang diatas, maka hal itu menjadi suatu alasan yang sangat tepat bagi penulis untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah tulisan skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Inquiry Dengan Media VCD Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Di MAN Malang I” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I? 2. Bagaimana persepsi siswa terhadap penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I? 3. Apa kendala-kendala yang ditemui dalam penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I? 4. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I? C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah di atas, Maka penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengetahui bagaiman penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I. b. Mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I. c. Mengetahui adakah kendala-kendala yang ditemui dalam penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I. d. Mengetahui bagaimana solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I. 2. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi dunia pendidikan umumnya dan secara teknis juga berguna bagi : a. Bagi peneliti. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keintelektual sehingga peneliti ini bisa digunakan sebagai wahana untuk mengkaji secara ilmiah tentang bagaimana mengupayakan penggunaan metode dengan media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar dan nantinya dapat diterapkan ketika bekerja dilapangan (sebagai tenaga pengajar) b. Bagi lembaga yang terkait. Dari penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk menentukan dasar kebijaksanaan dalam upaya meningkatkan prestasi siswa. c. Bagi institusi pendidikan. Dari penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan sumbangan pengetahuan untuk memperkaya khususnya dalam bidang pengajaran. d. Bagi guru. Sebagai masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan metode dengan media yang sesuai dengan bidang studi ekonomi kepada siswa. D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian Sesuai dengan judul yang penulis angkat, dan untuk menjaga kemungkinan adanya kekaburan pemahaman terhadap judul ini, maka perlu kiranya penulis kemukakan ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi permasalahan yang diteliti sehingga penelitian yang dilakukan tidak akan menyimpang dari tujuan, ruang lingkup penelitian ini. Penelitian ini berjudul “Penerapan Metode Inquiry Dengan Media VCD Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi“ dari Kelas XI MAN Malang I. Ada tiga variabel yang termaktub dalam judul di atas, yaitu metode dan media pembelajaran ekonomi sebagai variabel bebas dan prestasi belajar ekonomi sebagai variabel terikat. 2. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan masalah penelitian ini adalah hal-hal yang membatasi masalah yang berhubungan dengan penelitian, untuk lebih jelasnya mengenai keterbatasan dalam penelitian ini akan penulis rinci sebagai berikut : a. Penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2006-2007 dengan demikian data yang diperoleh juga merupakan cerminan keadaan pada saat penelitian dilakukan. Jika dilaksanakan pada waktu yang lain dimana kondisi sudah berubah, kemungkinan juga berubah pula hasilnya. b. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah metode Inquiry (pemecahan maslaah). c. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah media VCD. E. Definisi Operasional Istilah operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Metode Inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti suatu masalah ke kelas. Siswa di bagi menjadi kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. 2. Media VCD pembelajaran Menurut Brown adalah suatu media pada program distribusi atau produksi untuk program master yang dibuat dalam bentuk film atau video tape dan dipindahkan atau ditransfer pada disc atau potongan plastik melalui proses yang tepat, yang dibentuk seperti piringan hitam. 3. Yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah nilai raport siswa kelas XI MAN Malang I. F. Sistematika Pembahasan Sistematika akan mempermudah pembahasan dan pemberian gambaran pemikiran terhadap maksud yang terkandung. Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini dapat dijelaskan bahwa dalam : Bab I : Pendahuluan Dalam pendahuluan ini penulis mengulaskan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Ruang lingkup dan Keterbatasan Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan. Bab II : Kajian Pustaka Merupakan kajian teoritis yang akan membahas tentang berbagai teori yang berkaitan dengan rumuskan penelitian diatas yaitu tentang penerapan metode inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi Bab III : Metode Penelitian Bab ini berisi metode-metode yang sesuai yang digunakan penulis untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap dan valid. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam bab ini berisi kajian empiris yang menyajikan hasil penelitian lapangan pada pembahasan ini akan terlihat realita yang sebenarnya nanti akan dipadukan dengan teori yang ada. Bab V : Penutup Pada akhir pembahasan skripsi ini penulis mengemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran yang berkaitan dengan realitas hasil penelitian dan keberhasilan dan pencapaian tujuan yang diharapkan. [1] . Azhar, Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta : Grafindo Persada. 2002. Hlm 15-16 [2] . Ibit. Hlm 20-21 kurangnya perbendaharaan kosa kata siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang selanjutnya diatur dengan undang-undang. Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang sangat penting dan mendasar dalam sistem pendidikan nasional. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran di SD adalah mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan. Peserta didik di SD berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga pembelajarannya masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialaminya. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran tematik yang merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik (Depdiknas, 2006). Karakteristik dalam model pembelajaran tematik adalah berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung, menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran, bersifat fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Tuntutan kurikulum berbasis kompetensi untuk pengajaran bahasa Inggris diharapkan siswa sekolah dasar sudah mempunyai kosa kata yang mendasar. Sebagai standar kompetensi yang harus dikuasai murid dalam pengajaran bahasa Inggris maka penguasaan perbendaharaan kosa kata menjadi sangat penting (Depdiknas, 2006). Untuk mengajarkan kosa kata bahasa Inggris, biasanya guru mengalami kesulitan karena kata yang diajarkan berbeda antara tulisan dan cara membacanya bila belum terbiasa dengan ejaan bahasa Inggris. Penggunaan lagu-lagu bahasa Inggris dalam pengajaran kosa kata di anggap sebagai suatu pemecahan masalah kosa kata. Hal ini karena dengan mendengarkan cara pengucapan kata langsung dari lagu maka murid akan terbiasa dengan berbagai kosa kata bahasa Inggris yang ada. Berdasarkan dari kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan permasalahan: kurangnya perbendaharaan kosa kata siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : Apakah penggunaan lagu-lagu dapat meningkatkan perbendaharaan kosa kata bahasa Inggris pada siswa kelas IV SDN Tanjung Selor kecamatan Daha Barat” I.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan yang dilakukan adalah : meningkatkan perbendaharaan kosa kata siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan menggunakan lagu-lagu pada siswa kelas IV SDN Tanjung Selor kecamatan Daha Barat. I.4 Manfaat Penelitian Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaatmanfaat, yaitu: 1. Penulis Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana refleksi diri guna perbaikan proses pembelajaran yang selama ini dilakukan untuk meningkatkan mutu pengajaran yang akan datang. 2. Bagi Guru Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat membuat guru lebih mengetahui kekuatan dan kelemahan berbagai metode mengajar dengan menggunakan lagu sehingga dapat memilih metode yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan mengajar materi kosa kata bahasa Inggris. 3. Bagi Siswa Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa yang untuk mengatasi kesulitan dalam meningkatkan kosa kata bahasa Inggris. 4. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu sekolah dalam hal proses belajar mengajar. Pembelajaran Berbasis Video Game Written by harrybs on April 21, 2009 – 11:17 am - Oleh: Muhamad Reza Benaji* Ketika kita membuka buku pelajaran, yang kita jamak temui adalah halaman yang penuh dengan deretan tulisan kecil-kecil, terkadang dilengkapi dengan gambar ataupun diagram yang sulit dipahami. Semua itu disusun dengan layout yang kaku demi memaksimalkan tempat yang ada. Belum lagi ukuran buku yang begitu tebal yang berarti akan lebih banyak lagi tulisan kecil dan diagram rumit yang harus dihadapi. Sekarang cobalah kita jalankan sebuah software video game. Yang akan menyambut kita adalah gambar dan animasi yang bagus, dilengkapi dengan musik, efek suara dan efek visual yang menarik. Mainkanlah video game tersebut dan kita akan disuguhi tantangan demi tantangan yang membuat kita betah berlama-lama menikmatinya. Yaang mana yang lebih menarik untuk dilakukan? Tentunya sebagian besar akan lebih memilih untuk memainkan video game daripada membuka buku pelajaran. Masalah utama dalam model pembelajaran yang umm diterapkan saat ini adalah car penyampaiannya yang kurang menarik. Alasan utama seseorang enggan untuk belajar adalah bukan karena materinya yang terlalu sulit untuk dipahami, namun karena belajar merupakan proses yang membosankan. Namun proses pembelajaran tidaklah harus selalu menjadi sesuatu yang membosankan. Intinya adalah mengemas materi yang akan dipelajari dalam kemasan yang lebih menarik. Kemasan yang banyak disukai oleh generasi pembelajar masa kini. Generasi ini adalah generasi yang tumbuh dalam lingkungan dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, dengan diliputi MTv, iPod, Playstation, internet, film Holywood dan berbagai sarana hiburan lainnya. Metode pembelajaran yang sebenarnya tidak banyak berubah selama puluhan tahun sudah sampai taraf tertentu kurang cocok untuk diterapkan pada generasi ini. Sudah saatnya pembelajaran bukan lagi menjadi suatu kewajiban yang membebankan, namun menjadi suatu bentuk hiburan. Orang kebanyakan menyadari sebagai suatu bentuk hiburan, video game memiliki resiko dampak buruk tersendiri. Namun di sisi lain video game dapat dijadikan sarana pembelajaran yang menantang dan menyenangkan. Dengan perkembangan teknologi saat ini, video game menawarkan kualitas grafis yang memukai, iringan musik yang indah dan pengalaman bermain yang adiktif, masih ditambah dengan jalan cerita yang membuat pemainnya tidak sabar untuk menyelesaikannya. Jika Video game dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan cerita, mengapa tidak digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran. Ada banyak sekali teori pembelajaran namun kebanyakan setuju bahwa sangat penting untuk melibatkan pembelajar dalam proses pembelajaran. Video game memiliki sifat interaktif yang dapat membuat pembelajar mempraktikkan langsung ilmu yang diperolehnya. Feedback yang dapat diberikan oleh Video game dapat membuat pemainnya belajar dari apa yang dilakukannya. Video game juga dapat memberikan tantangan-tantangan dan persangan yang tidak hanya mengasah kreativitas pembelajar, namun juga membuat pembelajar terus termotivasi. Menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut akan memuaskan ego pemainnya yang juga berperan dalam meningkatkan motivasi. Dengan kemajuan teknologi saat ini, pengaplikasian video game sebagai sarana belajar sangatlah luas. Mulai dari membantu balita belajar membaca, menyampaikan kurikulum sekolah, mengasah kemampuan praktisi finansial sampai simulasi untuk keperluan kemiliteran. Semuanya dikemas dalam format yang menarik dan nyaman bagi penggunanya sehingga meningkatkan motivasi dan efektivitas belajar. Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar saat ini dapat dengan mudah ditemui berbagai macam software edukasi yang berbasis video game. Walaupun kebanyakan vieo game ini dikhususkan untuk anak-anak dan balita, dan belum digarap dengan baik, namun ini merupakan sebuah permulaan. Ini menunjukkan kefektifak menggunakan video game sebagai sarana belajar sudah mulai diakui. Generasi muda Indonesia saat ini menunjukkan minat yang sangat tinggi terhadap video game. Ini ditunjukkan dengan menjamurnya tempat rental Playstation dan game center di pusat-pusat belanja. Walaupun budaya pembajakan yang merajalela menjadi penghambat utama, namun ini menunjukkan Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial bagi video game jika digarap dengan baik. Hal ini dapat dijadikan peluang untuk menerapkankan pembelajaran berbasis video game. Jika dikerjakan dengan baik dengan melibatkan pengajar, perancang materi dan game developer yang kompeten, tentu dapat dikembangkan suatu video game yang edukatif yang membuat belajar menjadi tidak hanya menyenangkan, namun juga lebih efektif. Materi-materi yang membosankan dan sulit sekalipun akan lebih mudah untuk diajarkan, dan bahkan menumbuhkan motivasi untuk belajar dengan sendirinya *) Muhamad Reza Benaji adalah Peserta matakuliah Pengajaran Berbantuan Komputer Fasilkom UI Semester Genap 2008/2009 Tags: Pembelajaran, Video Game Posted in Opini Mahasiswa | No Comments » Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Internet dalam Proses Pembelajaran Written by harrybs on April 21, 2009 – 10:41 am - Oleh: M. Arief Furqon* Penggunaan Internet berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Dicky Moechtar, Direktur Marketing First Media, jumlah pengguna internet di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi meskipun persentasenya masih kecil. Internet World Stats memberikan peringkat lima pada Indonesia dengan 25 juta pengguna dalam kategori jumlah pengguna Internet di Asia setelah China pada peringkat pertama dengan 298 juta pengguna, Jepang pada peringkat kedua dengan 94 juta pengguna, India pada peringkat ketiga dengan 81 juta pengguna, serta Korea Selatan dengan 36,8 juta pengguna. Tingkat pertumbuhan pengguna Internet di Indonesia pun cukup tinggi, yaitu sebesar 1150% pada tahun 2000 hingga 2008. Berdasarkan fakta tersebut, kita mengetahui bahwa pengguna Internet di Indonesia tidaklah sedikit. Pengguna Internet tersebut mayoritas adalah remaja yang berusia lima belas hingga sembilan belas tahun. Usia tersebut adalah rentang usia pelajar SMA. Penggunaan Internet tersebut memiliki dapat memberikan dampak positif serta negatif kepada penggunanya. Bagi remaja, sebagai mayoritas pengguna, Internet dapat memberikan dampak positif berupa pemberian sumber informasi bermanfaat yang dapat membantu mengembangkan dirinya. Dampak negatifnya antara lain adalah rusaknya moral akibat situs-situs yang hanya memenuhi kebutuhan hawa nafsu penggunanya, seperti situs yang berisikan pornografi, kekerasan, permainan, dan lain-lain. Penggunaan Internet sebagai sarana belajar dapat menjadikan salah satu cara untuk meningkatkan dampak positif penggunaan Internet. Hal ini tentu saja membutuhkan peran serta para pendidik dalam pengelolaannya agar penggunaannya dapat terarah dengan baik serta sesuai dengan proses pembelajaran. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan Internet sebagai media pembelajaran. Pertama, Internet hanya dijadikan sebagai sumber referensi materi pelajaran. Melalui metode ini, peserta didik bisa mendapatkan berbagai informasi yang berhubungan dengan materi yang sedang diajarkan. Dengan demikian, peserta yang didik akan mendapatkan berbagai wacana dari Internet sebelum pengajar menyampaikan materi tersebut. Metode kedua adalah dengan memanfaatkan blog yang dikelola oleh pengajar. Blog tersebut dapat berisikan wacana-wacana yang diberikan oleh pengajar serta kemudian dikomenteri oleh peserta didik. Dengan demikian, peserta didik harus aktif menanggapi isu-isu yang dilontarkan oleh pengajar di blog tersebut. Metode ketiga adalah tiap peserta didik dan pengajar mengelola blog masing-masing. Blog pengajar dapat berisikan penugasan-penugasan yang diberikan kepada peserta didik. Peserta didik mengelola blog yang berisikan jawaban dari penugasan-penugasan yang diberikan oleh pengajar. Kemudian, para peserta didik mengomentari tugas yang dibuat oleh peserta lain. Metode keempat adalah dengan menggunakan sarana jejaring sosial yang berkembang pesat saat ini, seperti Friendster dan Facebook. Sarana jejaring sosial ini digunakan dalam proses belajar karena tidak sedikit remaja yang aktif menggunakannya untuk berkomunikasi dengan temanteman atau komunitasnya. Pemanfaatan sarana jejaring sosial ini dalam proses pembelajaran pun cukup mudah. Pengguna dapat melakukannya hanya dengan menuliskan tulisan-tulisan ilmiahnya pada fitur yang telah disediakan, contohnya Notes pada Facebook. Namun demikian, yang perlu diperhatikan adalah hal yang menjadi titik tekan pada sarana jejaring sosial ini bukanlah sebagai sarana edukasi tetapi sebagai sarana untuk membangun komunitas pertemanan atau jejaring sosial. Jadi, tentu saja porsi membangun komunitas lebih besar daripada sisi edukasinya, Metode kelima adalah dengan menggunakan Learning Management System (LMS). Saat ini telah banyak LMS yang populer. Salah satu dari LMS yang populer saat ini adalah Moodle. Dengan penggunaan LMS tersebut, pengelolaan proses pembelajaran akan lebih terjaga dibandingkan dengan empat metode sebelumnya. Hal tersebut karena LMS telah dirancang khusus untuk proses pembelajaran sedangkan yang lain tidak. Di sisi lain, penggunaan Internet dalam pembelajaran masih memiliki kendala. Setidaknya ada dua kendala yang terjadi saat ini. Pertama, sarana Internet di Indonesia masih terpusat di kotakota besar saja. Belum mampu menjangkau seluruh pelosok Indonesia. Kualitas sarana juga masih banyak yang belum baik. Hal ini dapat diatasi dengan penyediaan sarana yang memadai di seluruh Indonesia. Kedua, tingkat pemahaman pengajar sebagai fasilitator terhadap IT masih berbeda-beda. Ada orang yang dapat dengan cepat beradaptasi dengan teknologi baru. Namun, ada pula yang tidak. Bahkan sering pula terjadi pemahaman pengajar tidak lebih baik daripada peserta didik terhadap perkembangan IT. Sumber : • Internet World Stats. Internet Usage on Asia. http://www.internetworldstats.com/stats3.htm#asia diakses pada hari Selasa, 14 April 2009 pukul 10:34. • Kompas.com. Pengguna Internet Indonesia Didominasi Remaja. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/03/20/2028042/Pengguna.Internet.Indonesia. Didominasi.Remaja diakses pada hari Selasa, 14 April 2009 pukul 15:04. • Script InterMedia News. Pengguna Internet Indonesia Tumbuh 1.000 Persen. http://www.scriptintermedia.com/view.php?id=2527&jenis=ITNews diakses pada hari Selasa, 14 April 2009 pukul 10:30. *) M. Arief Furqon adalah Peserta matakuliah Pengajaran Berbantuan Komputer Fasilkom UI Semester Genap 2008/2009 STRATEGI PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DAN QUANTUM LEARNING Seperti kita ketahui, di dalam dua tiga dasa warsa terakhir ini perkembangan teknologi itu berjalan dengan amat cepat. Teknologi yang di hari keamarin masih dianggap modern (sunrise teohnology ) bukan tak mungkin hari ini sudah mulai basi (sunset technology). Teknologi baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalarn pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with fun. Apalagi dalam pembelajaran orang dewasa, learning with effort menjadi hal yang cukup menyulitkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, seperti kemauan berusaha, mudah bosan dll. Jadi proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan menjadi pilihan para guru/fasilitator. Jika situasi belajar seperti ini tidak tercipta, paling tidak multimedia dapat membuat belajar lebih efektif menurut pendapat beberapa pengajar. Pada saat ini kita semua memahami bahwa proses belajar dipandang sebagai proses yang aktif dan partisipatif, konstruktif, kumulatif, dan berorientasi pada tujuan pembelajaran, baik Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) maupun Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) untuk mencapai kompetensi tertentu. SMK yang sudah mapan pada umumnya menggunakan teknologi multimedia di dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pada beberapa tahun lalu yang masih menggunakan Overhead Projector (OHP) dan menggunakan media Overhead Transparancy (OHT), pada saat ini menjadi tidak mode dan mulai ditinggalkan. Beberapa kelebihan multimedia seperti tidak perlu pencetakan hard copy dan dapat dibuat/diedit pada saat mengajar menjadi hal yang memudahkan guru dalam penyampaian materinya. Berbagai variasi tampilan/visual bahkan audio mulai dicoba seperti animasi bergerak, potongan video, rekaman audio, paduan warna dll dibuat untuk mendapatkan sarana bantu mengajar yang sebaik-baiknya. Bahkan pada beberapa kesempatan telah diadakan ToT Multimedia dan juga In House Training Pembelajaran yang Efektif Sejauh ini multimedia mampu mengubah pembelajaran secara drastis dan fundamental. Namun pertanyaannya adalah, kapan multimedia efektif digunakan dalam proses pembelajaran peserta diktat ? dan mengapa efektif ? Untuk dapat menjawab pertanyaan di atas, kita harus merniliki pemahaman yang menyeluruh tentang multimedia. Ketika membahas multimedia, biasanya yang kita maksudkan adalah gabungan alat-alat teknik seperti komputer, memori elektronik, jaringan informasi, dan alat-alat display yang dapat menyajikan informasi melalui berbagai format seperti teks, gambar nyata atau grafik dan melalui multi saluran sensorik. Hal ini analog dengan pernikiran jika kita menganggap komputer sebagai mesin tik misalnya. Padahal komputer jelas-jelas merniliki berbagai fungsi dan manfaat yang lebih banyak dibanding mesin tik manual. Beberapa kesalahan konsep mengenai multimedia dapat diringkas sebagai berikut : 1.Sebagian besar pengguna teknologi multi media masih menganggap multi media hanya sebagai alat penampil suatu materi yang akan disampaikan 2.Multimedia dipandang sebagai wahana yang selalu memberikan dampak positif pada pembelajaran. 3.Karena multimedia memanfaatkan banyak ragam media (audio, visual, animasi gerak, dll) maka serta merta akan menghasilkan proses kognitif yang banyak pula. Dengan bahasa sederhana dikatakan bahwa dengan memberikan banyak hal (teks, gambar, animasi, dll.) maka peserta didik akan mendapatkan lebih banyak. Kembali pada topik terkemuka, sebelum kita mencari jawaban atas pertanyaan di atas hendaknya kita memaharni level-level pada multimedia. Secara keseluruhan, multimedia terdiri dari tiga level (Mayer, 2001) yaitu : 1.Level teknis, yaitu multimedia berkaitan dengan alat-alat teknis ; alat-alat ini dapat diartikan sebagai wahana yang meliputi tanda-tanda (signs). 2.Level semiotik, yaitu representasi hasil multimedia seperti teks, gambar, grafik, tabel, dll. 3.Level sensorik, yaitu yang berkaitan dengan saluran sensorik yang berfungsi untuk menerima tanda (signs). Dengan memanfaatkan ketiga level di atas diharapkan kita dapat mengoptimalkan multimedia dan mendapatkan efektifitas pemanfaatan multimedia pada proses pembelajaran. Berikut ini dipaparkan hasil-hasil penelitian berkaitan dengan pemanfaatan multimedia. Pengaruh multimedia dalam pembelajaran menurut YG Harto Pramono antara lain : a.Multi bentuk representasi b.Animasi c.Multi saluran sensorik d.Pembelajaran non-linearitas e.Interaktivitas. 1.Multi Bentuk Representasi Yang dimaksud dengan multi bentuk representasi adalah perpaduan antara teks, gambar nyata, atau grafik. Berdasarkan hasil penelitian tentang pemanfaatan multi bentuk representasi, informasi/materi pengajaran melalui teks dapat diingat dengan baik jika disertai dengan gambar. Hal ini dijelaskan dengan dual coding theory (Paivio, 1986). Menurut teori ini, sistem kognitif manusia terdiri dua sub sistem : sistem verbal dan sistem gambar (visual). Kata dan kalimat biasanya hanya diproses dalam sistem verbal (kecuali untuk materi yang bersifat kongkrit), sedangkan gambar diproses melalui sistem gambar maupun sistem verbal. Jadi dengan adanya gambar dalam teks dapat meningkatkan memori oleh karena adanya dual coding dalam memori (bandingkan dengan single coding). Seseorang yang membaca/memahami teks yang disertai gambar, aktifitas yang dilakukannya yaitu : memilih informasi yang relevan dari teks, membentuk representasi proporsi berdasarkan teks tersebut, dan kemudian mengorganisasi informasi verbal yang diperoleh ke dalam mental model verbal. Demikian juga ia memilih informasi yang relevan dari gambar, lalu membentuk image, dan mengorganisasi informasi visual yang dipilih ke dalam mental mode visual. Tahap terakhir adalah menghubungkan 'model' yang dibentuk dari teks dengan model yang dibentuk dari gambar .Model ini kemudian dapat menjelaskan mengapa gambar dalam teks dapat menunjang memori dan pemahaman peserta didik. Fitur penting lain dalam multimedia adalah animasi. Berbagai fungsi animasi antara lain : untuk mengarahkan perhatian peserta diklat pada aspek penting dari materi yang sedang dipelajari (tetapi awas, animasi dapat juga mengalihkan perhatian peserta dari topik utama), Menurut Schnotz dan Bannert (2003), pemahaman melalui teks dan gambar dapat mendukung pembentukan mental model melalui berbagai route (yang juga ditunjang oleh latar belakang pengetahuan sebelurnnya atau prior knowledge). Menurut model ini, gambar dapat menggantikan teks dan demikian pula sebaliknya. Model ini dapat juga menjelaskan perbedaan tiap-tiap individu dalam belajar menggunakan multimedia Beberapa hasil penelitian menunjukkan peserta diklat yang memiliki latar belakang pengetahuan sebelurnnya (prior knowledge) tinggi tidak memperoleh banyak keuntungan dengan adanya gambar pada teks, sedangkan peserta diklat dengan prior knowledge rendang sangat terbantu dengan adanya gambar pada teks. Berarti bagi guru/fasilitator cukup jelas kapan menggunakan gambar pada teks dan kapan tidak menggunakannya. Tetapi perlu diingat juga bahwa pada dasarnya gambar sebagai penunjang penjelasan substansi materi yang tertera pada teks, jadi jangan sekali-sekali porsi gambar melebihi teks yang ada. Juga gambar harus relevan dan berkaitan dengan narasi pada teks. 2.Animasi Menurut Reiber (1994) bagian penting lain pada multimedia adalah animasi. Animasi dapat digunakan untuk menarik perhatian peserta diklat jika digunakan secara tepat, tetapi sebaliknya anirnasi juga dapat mengalihkan perhatian dari substansi materi yang disampaikan ke hiasan animatif yang justru tidak penting. Animasi dapat membantu proses pelajaran jika peserta diklat banya akan dapat melakukan proses kognitif jika dibantu dengan animasi, sedangkan tanpa animasi proses kognitif tidak dapat dilakukan. Berdasarkan penelitian, peserta diklat yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan rendah cenderung memerlukan bantuan, salah satunya animasi, untuk menangkap konsep materi yang disampaikan. 3.Multi Saluran Sensorik Dengan penggunaan multimedia, peserta diklat sangat dimungkinkan mendapatkan berbagai variasi pemaparan materi. Atau sebaliknya guru/fasilitator dapat menggunakan berbagai saluran sensorik yang tersedia pada media tersebut. Dengan penggunaan multi saluran sensorik, dimungkinkan penggunaan bentuk-bentuk auditif dan visual. Menurut basil penelitian, pemerolehan pengetahuan melalui teks yang menggunakan gambar disertai animasi, basil belajar peserta akan lebih baik jika teks disajikan dalam bentuk auditif dari pada visual. 4.Pembelajaran Non Linear Pembelajaran non linear dirnaksudkan sebagai proses pembelajaran yang tidak hanya mengandalkan materi-materi dari guru/widyaiswara, tetapi peserta diklat hendaknya menambah pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai somber ekstemal seperti narasumber di lapangan, studi literatur dari beberapa perpustakaan, situs internet, dan sumber-sumber lain yang relevan dan menunjang peningkatan diri. Berdasarkan suatu penelitian dikatakan bahwa tingkat pemahaman dengan sistem pembelajaran non linear merniliki hasil yang lebih baik dibanding peserta diktat mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan hanya dari fasilitator. Jadi tugas guru/fasilitator untuk dapat merangsang dan menciptakan suatu kondisi semangat menambah ilmu para peserta diklat dari berbagai sumber lain. 5.Interaktivitas Interaktivitas disini diterjermahkan sebagai tingkat interaksi dengan media pembelajaran yang digunakan, yakni multimedia. Karena kelebihan yang dimiliki multimedia, memungkinkan bagi siapapun (guru/fasilitator dan peserta diklat) untuk eksplore dengan memanfaatkan detail-detail di dalam multimedia dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Permasalahannya tinggal bagaimana aktivitas behavioristik terhadap multimedia memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak (guru & peserta). Saya JELARWIN DABUTAR setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). CATATAN: Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh penulis-penulis artikel masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau kepercayaan Pendidikan Network. BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang a. Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alatalat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan utnuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987 : 234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. (Arsyad, 2003 : 3). Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman,2002:6). Arti media pengajaran: Menurut Marshall Mcluhan, Media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia. Dalam arti sempit, media pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana. 1 Sedangkan dalam arti luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks akan tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti: tv radio, slide, fotografi, diagram, dan bagan buatan guru, atau objek-objek nyata lainnya. Latuheru(1988:14), menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. Menurut Sadiman (2002:16), media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut: a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. c. Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. d. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Dalam hal ini, media pendidikan berguna untuk: 1) Menimbulkan kegairahan belajar. 2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. 3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya 2 Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam: 1) Memberikan perangsang yang sama. 2) Mempersamakan pengalaman. 3) Menimbulkan persepsi yang sama. Berdasarkan manfaat tersebut, nampak jelas bahwa media pembelajaran mempunyai andil yang besar terhadap kesuksesan proses belajar mengajar. Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan ini bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan meda cetak, menjadi penyediaanpermintaan dan pemberian layanan secara multi-sensori dari beragamnya kemampuan individu untuk mencerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif dan secara luas.Selain itu,dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta diketemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pengajaran semakin menuntut dan memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas pula. Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar yang disebut orang. AECT (Associationfor Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu: 1. Pesan; didalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata pelajaran. 2. Orang; didalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya. 3. Bahan;merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran,seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head transparency), program slide,alat peraga dan sebagainya (biasa disebut software). 4. Alat; yang dimaksud di sini adalah sarana (piranti, hardware) untuk menyajikan bahan pada butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, film tape recorder, dan sebagainya. 3 5. Teknik; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam membeikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah,permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama (roleplay), dan sebagainya. 6. Latar (setting) atau lingkungan; termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, dan sebagainya. Bahan & alat yang kita kenal sebagai software dan hardware tak lain adalah media pendidikan B. Rumusan masalah Pada makalah ini akan kami bahas: 1. Manfaat media pembelajaran. 2. Fungsi media pembelajaran. 3. Fungsi dan Manfaat Media 4. Pengenalan beberapa media 5. Pemilihan Media 6. Penggunaan Media C. TUJUAN Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua. D. METODE PENULISAN Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Dalam metode ini penulis membaca buku-buku dan mencari lewat internet yang berkaitan dengan penulisan makalah ini. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Manfaat Dan Tujuan Media Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahwa membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan menyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa mengingkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menaruk dan terpercahaya. Yunus (1942: 78) نناور ن ىف ار ث ان مظ ن اهنا …منفمر مخوف.. ممر ننكءمر امفMaksudnya: bahwasanya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman ….orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarkannya. Selanjutnya, Ibrahim (196:432) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena: ا ج مب ن سامن …… ف م تل م ذ ما جثد ا ش ار طه.…مظ نلاور ن تل م ذ ناوار اسار ث مظ ادااب ن ابرنا..ناور ااح ن ثنا Maksudnya: media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka…membantu memantapkan pada benak para siswa serta menghidupkan pelajaran. 5 B. Fungsi Media Media pembelajaran, menurut Kemp dan Dayton (1985: 28), dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan uuntuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu: 1. Memotivasi minat atau tindakan Untuk memenuhi tugas motivasi media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau memberikan material). Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, emosi. 2. Menyajikan informasi untuk memenuhi tugas informasi media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Ketika mendengar atau menonton bahan informasi, para siswa bersikap pasif. Partisipasi yang diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara mental, atau terbatas pada perasaan tidak / kurang senang, netral, atau senang. 3. Memberi instruksi Media bertugas sebagai instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Disamping menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa. 6 Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp dan Dayton (1985:3-4) meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan / manfaat penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam programprogram pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan: 1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian dan latihan lebuh lanjut. 2. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat di asosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memeperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik, image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat. 3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan. 4. Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan memunkinkannya di serap oleh siswa. 5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemenelemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas. 6. Pemebelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu. 7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. 8. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif. Beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting laindalamprosesbelajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat siswa. 7 Dale (1969: 180) mengemukakan bahwa manfaat media antara lain: 1. Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas. 2. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa. 3. Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran, kebutuhan, dan minat siswa dengan meningkatnya motivasi belajar. 4. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa. 5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa. 6. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajenasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar. 7. Memberikan umpan balik yang diperlukan sehingga dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajari. 8. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan. 9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan dan membuat generalisasi yang tepat. 10. Menyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna. Sudjana dan Rivai (1992: 2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu: 1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa sehingga memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. 3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar pada setiap jam pelajaran. 4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan mendemonstrasikan, memamerkan, dll. Encyclopedi of educational research dalam Hamalik (1994: 15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut: 1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir oleh karena itu mengurangi verbalisme. 2. Memperbesar perhatian siswa. 3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap. 4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa. 8 5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup. 6. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa. 7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan mengenai manfaat belajar, antara lain: 1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dan lingkungannya. 3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. a. Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model. b. Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar. c. Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide, disamping secara verbal. d. Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat dapat ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer. e. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video. f. Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik teknik rekaman seperti time lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer. 4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya. 9 C. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan Dalam suatu proses pembelajaran, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh tenaga pendidik. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Levie & Lentsz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu : Fungsi Atensi Fungsi Afektif Fungsi Kognitif Fungsi Kompensatoris Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran peserta didik tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata kuliah yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media visual yang diproyeksikan dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada mata kuliah yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi materi perkuliahan semakin besar. 10 Fungsi Afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal. Sudjana & Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran : Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh tenaga pendidik, sehingga peserta didik tidak bosan dan tenaga pendidik tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau tenaga pendidik mengajar setiap jam pelajaran Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian dari dosen, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemosntrasikan, memerankan dan lain-lain. Hakikat dari proses belajar mengajar adalah proses komunikasi yaitu penyampaian informasi dari sumber informasi melalui media tertentu kepada penerima informasi. Berdasarkan hal tersebut, salah satu faktor kegagalan pembelajaran adalah adanya berbagai jenis hambatan dalan proses komunikasi antara peserta didik dan tenaga pendidik. Berbagai hambatan ini dapat berupa hambatan fisiologis, psikologis, kultural dan lingkungan (khoe, 2000 : 117). Keempat jenis hambatan itu, baik yang berasal dari Tenaga pendidik maupun peserta didik, membuat komunikasi belajar mengajar tidak berjalan secara efektif dan efisien. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan penggunaan media pembelajaran, termasuk diantaranya teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi sebagai media pembelajaran dapat melalui pemanfaatan penggunaan komputer sebagai media interaktif. Diharapkan dengan pemanfaatan media ini dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, serta perhatian peserta didik sedemikan rupa sehingga proses pembelajaran dapat terjadi. Para peneliti menemukan bahwa ada berbagai cara peserta didik dalam memproses informasi yang bersifat unik. Sebagian lebih mudah memproses informasi visual, sebain lain lebih mudah kalau ada suara (auditorial), dan sebagian lain akan memahami dengan mudah atau lebih baik jika melakukannya dengan sentuhan/praktek (kinestetik). (Bobbi DePorter&Mike Hernacki : 1992