BAB IV

advertisement
ABSTRAKSI
ENDANG TUTI HAYATI, Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Pidana
Terhadap Perilaku Homoseksual
Istilah homoseksual sebenarnya merupakan perbuatan seks yang dilakukan
oleh dua orang yang mempunyai kelamin sejenis, termasuk hubungan seks antara
laki-laki dan atau hubungan seks antara perempuan dengan perempuan.
Homoseksual merupakan salah satu bentuk penyimpangan seks dan
merupakan pelanggaran terhadap aturan Allah SWT. dan aturan hukum positif,
dimana para pelakunya adalah sesama jenis, yaitu laki-laki dengan laki-laki, mereka
melakukannya melalui dubur (anus) atau mulut (oral).
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : untuk
mengetahui sebab-sebab homoseksual itu merupakan pelanggaran terhadap hukum
baik Hukum Islam, maupun Hukum Pidana. Untuk mengetahui hukuman yang harus
dijatuhi pelaku homoseksual itu, untuk mengetahui usaha yang harus dilaksanakan
dalam menanggulangi perbuatan homoseksual.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analisis, yaitu penyelesaian permasalahan yang ada saat ini, dan juga
membandingkan permasalahan-permasalahan yang timbul tersebut antara perilaku
homoseksual menurut Hukum Islam dan Hukum Pidana di Indonesia. Sedangkan
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pusat kepustakaan, yaitu
penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang ada
hubungannya dengan permasalahan yang dibahas, terutama dari Al-Qur’an,
Al-Hadist, pendapat para ulama, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, serta
pendapat para pakar tentang permasalahan yang ada.
Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah :
l.a. Perbuatan homoseksual merupakan pelanggaran terhadap Hukum Islam, karena
praktek homoseksual menurut ajaran Islam sangat bertentangan dengan fitrah
manusia, dimana seorang lelaki diharuskan memenuhi kebutuhan seksualnya
dengan perempuan yang sah, begitu juga sebaliknya. Oeh sebab itu praktek
homoseksual diharamkan dalam Islam.
b. Perbuatan homoseksual dalam Hukum Pidana Indonesia belum menjadi tindak
pidana, kecuali apabila korbannya merupakan orang di bawah umur dapat
dikenakan pidana pasal 292 KUHP, namun apabila perbuatan tersebut
menimbulkan bahaya dalam masyarakat dan masyarakat menuntut, Hakim dapat
mengenakan pidana terhadap pelakunya.
2.a.Dalam masalah sanksi hukum terhadap pelaku homoseksual, para ulama berbeda
pendapat, dan terbagi ke dalam tiga pendapat. Pendapat pertama mengemukakan
bahwa pelaku homoseksual kedua-duanya harus dibunuh. Pendapat kedua
mengatakan bahwa pelakunya itu harus dihadd sebagaimana hadd zina. Pendapat
ketiga mengemukakan bahwa kedua pelaku homoseksual itu harus
disanksi/ta’zir. Menurut hemat penulis, hukuman, bunuh merupakan hukuman
yang paling tepat, mengingat homoseksual merupakan praktek seksual yang tidak
pantas dilakukan oleh manusia, karena binatangpun tidak pernah melakukan
hubungan seksual dengan yang berkelamin sama. Jadi orang yang melakukan
perbuatan homoseksual itu derajatnya lebih hina dan rendah daripada binatang.
vii
b. Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, BAB XIV pasal 292, hanya
terbatas pada perlakuan homoseksual terhadap orang yang belum cukup umur
dengan hukuman pidana penjara paling lama lima tahun, sedangkan untuk
perilaku homoseksual yang sama-sama cukup umur belum ada ketentuannya
apalagi jika perbuatan tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka tanpa adanya
unsur paksaan, sehingga hal yang demikian ini tidak jelas status hukumnya dalam
hukum pidana. Tetapi apabila perbuatan tersebut menimbulkan bahaya dalam
masyarakat dan adat, serta masyarakat menuntut, Hakim dapat mengenakan
pidana terhadap pelakunya dengan sanksi yang serupa yang terdapat dalam pasal
292 KUHP, karena Hukum Pidana sebenarnya tidak mengadakan norma sendiri,
melainkan sudah terletak pada lapangan hukum yang lain, dan sanksi pidana
diadakan untuk menguatkan ditaatinya norma-norma di luar hukum pidana.
3.a.Ajaran-ajaran yang bersifat preventive dimaksudkan sebagai upaya pencegahan
agar manusia jangan sampai terjerumus ke dalam praktek homoseksual, seperti
memerintahkan manusia untuk beriman dan beribadah kepada Allah SWT.,
menggolongkan dosa homoseksual sebagal dosa besar yang hukumannya sangat
berat.
b. Sedangkan pencegahan melalui ajaran curative dimaksudkan sebagal upaya
penyembuhan bagi orang yang sudah terlanjur melakukan perbuatan
homoseksual, seperti memerintahkan pelaku untuk bertaubat dengan sungguhsungguh dan menghukum pelaku dengan hukuman yang berat. Di samping itu
dilaksanakan penyelenggaraan penyuluhan dan pemerintah Indonesia tentang
perilaku seksual yang sehat melalui kerjasama dengan LSM dan organisasioraganisasi massa agar masyarakat terhindar dari perbuatan homoseksual, dan
pihak yang berkepentingan dan kompeten di bidang hukum menyediakan
larangan yang tegas dan gamblang terhadap perilaku homoseksual lengkap
dengan sanksi yang berat.
viii
Download