ABSTRAKSI ENDANG TUTI HAYATI, Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Pidana Terhadap Perilaku Homoseksual Istilah homoseksual sebenarnya merupakan perbuatan seks yang dilakukan oleh dua orang yang mempunyai kelamin sejenis, termasuk hubungan seks antara laki-laki dan atau hubungan seks antara perempuan dengan perempuan. Homoseksual merupakan salah satu bentuk penyimpangan seks dan merupakan pelanggaran terhadap aturan Allah SWT. dan aturan hukum positif, dimana para pelakunya adalah sesama jenis, yaitu laki-laki dengan laki-laki, mereka melakukannya melalui dubur (anus) atau mulut (oral). Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : untuk mengetahui sebab-sebab homoseksual itu merupakan pelanggaran terhadap hukum baik Hukum Islam, maupun Hukum Pidana. Untuk mengetahui hukuman yang harus dijatuhi pelaku homoseksual itu, untuk mengetahui usaha yang harus dilaksanakan dalam menanggulangi perbuatan homoseksual. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu penyelesaian permasalahan yang ada saat ini, dan juga membandingkan permasalahan-permasalahan yang timbul tersebut antara perilaku homoseksual menurut Hukum Islam dan Hukum Pidana di Indonesia. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pusat kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dibahas, terutama dari Al-Qur’an, Al-Hadist, pendapat para ulama, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, serta pendapat para pakar tentang permasalahan yang ada. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah : l.a. Perbuatan homoseksual merupakan pelanggaran terhadap Hukum Islam, karena praktek homoseksual menurut ajaran Islam sangat bertentangan dengan fitrah manusia, dimana seorang lelaki diharuskan memenuhi kebutuhan seksualnya dengan perempuan yang sah, begitu juga sebaliknya. Oeh sebab itu praktek homoseksual diharamkan dalam Islam. b. Perbuatan homoseksual dalam Hukum Pidana Indonesia belum menjadi tindak pidana, kecuali apabila korbannya merupakan orang di bawah umur dapat dikenakan pidana pasal 292 KUHP, namun apabila perbuatan tersebut menimbulkan bahaya dalam masyarakat dan masyarakat menuntut, Hakim dapat mengenakan pidana terhadap pelakunya. 2.a.Dalam masalah sanksi hukum terhadap pelaku homoseksual, para ulama berbeda pendapat, dan terbagi ke dalam tiga pendapat. Pendapat pertama mengemukakan bahwa pelaku homoseksual kedua-duanya harus dibunuh. Pendapat kedua mengatakan bahwa pelakunya itu harus dihadd sebagaimana hadd zina. Pendapat ketiga mengemukakan bahwa kedua pelaku homoseksual itu harus disanksi/ta’zir. Menurut hemat penulis, hukuman, bunuh merupakan hukuman yang paling tepat, mengingat homoseksual merupakan praktek seksual yang tidak pantas dilakukan oleh manusia, karena binatangpun tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan yang berkelamin sama. Jadi orang yang melakukan perbuatan homoseksual itu derajatnya lebih hina dan rendah daripada binatang. vii b. Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, BAB XIV pasal 292, hanya terbatas pada perlakuan homoseksual terhadap orang yang belum cukup umur dengan hukuman pidana penjara paling lama lima tahun, sedangkan untuk perilaku homoseksual yang sama-sama cukup umur belum ada ketentuannya apalagi jika perbuatan tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka tanpa adanya unsur paksaan, sehingga hal yang demikian ini tidak jelas status hukumnya dalam hukum pidana. Tetapi apabila perbuatan tersebut menimbulkan bahaya dalam masyarakat dan adat, serta masyarakat menuntut, Hakim dapat mengenakan pidana terhadap pelakunya dengan sanksi yang serupa yang terdapat dalam pasal 292 KUHP, karena Hukum Pidana sebenarnya tidak mengadakan norma sendiri, melainkan sudah terletak pada lapangan hukum yang lain, dan sanksi pidana diadakan untuk menguatkan ditaatinya norma-norma di luar hukum pidana. 3.a.Ajaran-ajaran yang bersifat preventive dimaksudkan sebagai upaya pencegahan agar manusia jangan sampai terjerumus ke dalam praktek homoseksual, seperti memerintahkan manusia untuk beriman dan beribadah kepada Allah SWT., menggolongkan dosa homoseksual sebagal dosa besar yang hukumannya sangat berat. b. Sedangkan pencegahan melalui ajaran curative dimaksudkan sebagal upaya penyembuhan bagi orang yang sudah terlanjur melakukan perbuatan homoseksual, seperti memerintahkan pelaku untuk bertaubat dengan sungguhsungguh dan menghukum pelaku dengan hukuman yang berat. Di samping itu dilaksanakan penyelenggaraan penyuluhan dan pemerintah Indonesia tentang perilaku seksual yang sehat melalui kerjasama dengan LSM dan organisasioraganisasi massa agar masyarakat terhindar dari perbuatan homoseksual, dan pihak yang berkepentingan dan kompeten di bidang hukum menyediakan larangan yang tegas dan gamblang terhadap perilaku homoseksual lengkap dengan sanksi yang berat. viii