Peranan Model Tiga Faktor Terhadap Pembentukan Portofolio

advertisement
PERANAN MODEL TIGA FAKTOR TERHADAP PEMBENTUKAN
PORTOFOLIO EFISIEN SAHAM LQ 45
DI BURSA EFEK INDONESIA
Prakarsa Panji Negara
ABSTRAK
Fama dan French (1995) mengembangkan CAPM dalam Three Factor Model untuk menganalisis
hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian dengan menambah kan variabel market return
dengan variabel size dan value (Book to Market Ratio (B/M) atau Book Equity to Market Equity
(BE/ME). Size dan Value memiliki hubungan yang signifikan dengan return. Fama dan French juga
menegaskan bahwa model ini mempunyai kemampuan yang lebih baik daripada model CAPM.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran model tiga factor dalam menjelaskan pembentukan
return portofolio efisien saham di Bursa Efek Indonesia yang diwakili oleh data perusahaan yang
masuk kedalam indek LQ 45 dari periode Januari 2007 sampai dengan Desember 2011. Pengukuran
kinerja portofolio dilihat berdasarkan nilai Excess Return portofolio (Alpha). Hasil perhitungan kinerja
portofolio didapatkan 10 perusahaan yang terdaftar di indeks LQ 45 yang layak untuk dimasukkan
kedalam portofolio saham.
Keywords: market return, Size, BE/ME, Return, Alpha.
I. PENDAHULUAN
Ketidakpastian atas tingkat pengembalian saham pada saat investor melakukan investasi di pasar
saham menunjukkan risiko yang tinggi bagi investor untuk menanamkan modalnya di sector tersebut.
Pada dasarnya investor yang rasional akan mempertimbangkan hasil yang didapat (return) dengan
tingkat resiko investasi yang dihadapi. Imbangan antara hasil dan tingkat resiko (trade off) pada
investasi tersebut harus disesuaikan dengan biaya modal atas investasi yang telah dikeluarkan oleh
investor. Oleh karena itu, perlu adanya perhitungan yang pasti oleh investor dalam memutuskan untuk
mengalokasikan dana yang dimiliki pada asset-asset tertentu. Pembentukan portofolio investasi
merupakan salah satu cara bagi investor untuk mengantisipasi ketidakpastian hasil dari investasi yang
dilakukan. Portofolio merupakan istilah dari penganekaragaman investasi atas beberapa asset dengan
tujuan menyebarkan sumber perolehan pendapatan dan kemungkinan resiko (Samsul, 2006).
Penentuan alokasi dana pada asset-asset tertentu sangat tergantung kepada preferensi dari setiap
investor atas tingkat resiko yang dihadapi. Sharpe, et al. 1997, mengatakan bahwa dalam teori
portofolio ada tiga jenis preferensi investor apabila dihadapkan oleh resiko, antara lain: Investor
menyenangi resiko (risk seeking), investor yang menghindari resiko (risk aversion), dan investor yang
netral atau acuh terhadap resiko (risk neutral). Namun dalam menentukan portofolio yang efisien,
semua jenis investor dapat memilih alternative investasi pada portofolio-portofolio yang terletak pada
suatu daerah yang disebut dengan efficient frontier (Elton & Gruber, 1995: 70).
Beberapa model perhitungan resiko sistematis telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti.
Salah satu penelitian yang terkenal adalah model tiga factor yang dikemukakan oleh Fama dan French
(1996). Penelitian tersebut mengemukakan gagasan bahwa ada tiga factor yang mempengaruhi return
saham yaitu: beta pasar, ukuran perusahaan (size) dan rasio nilai buku terhadap nilai pasar saham
(book to market ratio). Beberapa pengujian terhadap model tiga factor tersebut telah banya dilakukan
diberbagai negara. Drew, Naughton, dan veeraraghavan (2003) melakukan pengujian model tiga factor
tersebut di negara China pada The Shanghai Stock Exchange, dengan periode pengamatan dari tahun
1993-2001 dimana hasilnya terungkap bahwa ukuran perusahaan dan rasio nilai buku terhadap nilai
pasar saham berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel beta pasar tidak
berpengaruh secara signifikan. Isna Y & Yudaruddin (2007) melakukan penelitian dengan model yang
sama pada sampel 26 perusahaan sector property dan real estate yang listing di Bursa Efek Indonesia
pada periode 2002-2006 menghasilkan kesimpulan bahwa variabel beta, size, book to market value
berpengaruh signifikan terhadap return saham. Dede Irawan & Umi Murtini (2008), membandingkan
penggunaan perhitungan CAPM untuk menjelaskan return saham dibandingkan dengan model tiga
factor dengan menggunakan data saham yang termasuk kedalam indek LQ 45 di Bursa Efek Indonesia
dari februari 2000 sampai dengan Juli 2007, dengan hasil yang didapat bahwa model CAPM lebih
mampu menjelaskan perubahan.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai bagaimana peranan model tiga faktor Fama and French dalam pembentukan portofolio
efisien di Bursa Efek Indonesia dengan membentuk portofolio pada perusahaan-perusahaan yang yang
termasuk kedalam indeks LQ 45.
II. STUDI LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal
Investor yang rasional akan memilih portofolio yang efisien, karena merupakan portofolio
yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu dengan return ekspektasi
atau return portofolio. Portofolio yang efisien adalah portofolio yang memberikan return
ekspektasi terbesar dengan tingkat risiko yang sudah pasti atau portofolio yang mengandung
risiko terkecil dengan tingkat return ekspektasi yang sudah pasti (Jogiyanto, 2003). Portofolio
dikatakan efisien jika portofolio tersebut terletak di efficient set atau efficient frontier.
Portofolio dikategorikan efisien apabila memiliki tingkat risiko yang sama, mampu memberikan
tingkat keuntungan yang lebih tinggi, atau mampu menghasilkan tingkat keuntungan yang sama,
tetapi dengan risiko yang lebih rendah. Sedangkan portofolio optimal merupakan portofolio yang
dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang
efisien (Tandelilin, 2001). Investor memilih portofolio yang memberi kepuasan melalui risiko dan
return, dengan memilih sekuritas yang berisiko.
Portofolio optimal merupakan sesuatu yang unik atas investasi pada aset berisiko. Investasi
yang realistik akan melakukan investasi tidak hanya pada satu jenis investasi, akan tetapi
melakukan diversifikasi pada berbagai investasi dengan pengharapan akan meminimalkan risoko
memaksimalkan return (Sartono dan Zulaihati, 1998).
Fama and French Three Factor Model
Fama and French Three Factor Model dibentuk dengan dilatar belakangi untuk menguji model
CAPM. Penelitian tersebut diawali dari penelitian sebelumnya yang menemukan adanya factor lain
selain beta yang dapat mempengaruhi return saham (Dede Irawan & Umi Murtini, 2008). Gagasan dari
Fama dan French (1993) adalah bahwa market, size dan rasio BE/ME harus dipertimbangkan sebagai
factor yang mempengaruhi stock return selain beta. Hal ini bila diformulasikan dalam sebuah
persamaan akan tampak sebagai berikut:
Ri  Rf t   i   i Rmt  Rf t   si SMBt  hi HMLt  eit
Keterangan:
Ri
= Stock Return
Rf t
= Tingkat Return Bebas Resiko
Rmt
= Return portofolio pasar
SMBt = Small Minus Big: perbedaan setiap bulan antara rata-rata dari return pada tiga portofolio
saham kecil (S/L, S/M, S/H) dan rata-rata return pada tiga portofolio saham
besar
(B/L, B/M, B/H).
HMLt = High book to market minus low book to market:
Perbedaan setiap bulan antara rata-rata pada dua portofolio yang BE/ME-nya tinggi (S/H
dan B/H) dan rata-rata return pada dua portofolio yang BE/ME-nya rendah (S/L dan B/L).
Tinjauan Empiris
Ajili (2002) mencoba menguji model tiga factor Fama dan French dengan model CAPM di Paris Stock
Exchange selama periode Juli 1976 hingga Juni 2001. Hasil penelitian dari Ajili menunjukkan bahwa
model tiga factor Fama dan French lebih baik dalam menjelaskan stock return disbanding dengan
CAPM.
Di Indonesia, penelitian model tiga faktor yang dilakukan oleh Ongky Suryawan (2009), pada
industry sector keuangan dan perusahaan investasi di BEI menunjukkan hanya beta pasar dan firm size
yang berpengaruh terhadap return saham. Sedangkan book to market rasio secara parsial tidak
signifikan mempengaruhi return saham.
Andreas C dan Eleni Concantinidis (2007), melakukan pengujian model tiga faktor di pasar
modal Jepang pada periode 1992-2001 dengan menggunakan factor yang sama memperoleh hasil yang
medukung kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel beta pasar, firm size
dan book to market value terhadap return saham.
III. METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan berupa data sekunder yang saham- saham listing
(LQ 45) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham LQ 45 merupakan saham likuid kapitalisasi pasar
yang tinggi, memiliki frekuensi perdagangan tinggi, memiliki prospek pertumbuhan serta kondisi
keuangan yang cukup baik, tidak fluktuatif dan secara obyektif telah diseleksi oleh BEI dan
merupakan saham yang aman dimiliki karena fundamental kinerja saham tersebut bagus, sehingga
dari sisi resiko kelompok saham LQ45 memiliki resiko terendah dibandingkan saham-saham
lain. Fluktuatif harga pada kelompok saham LQ 45 cenderung smooth menjadikan return dari
capital gain tidak setinggi pada kelompok saham yang mengalami fluktuasi harga siginifikan.
Saham-saham LQ 45 merupakan saham aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI),
data saham LQ 45 yang digunakan adalah data saham periode J a n u a r i 2 0 0 7 s a m p a i
dengan Desember 2011.
Adapun daftar perusahaan yang masuk ILQ 45 pada tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1 Daftar Saham LQ 45 Tahun 2007 sampai Tahun 2011
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kode
AALI
ANTM
ASII
BBCA
BBRI
BDMN
BMRI
INCO
INDF
Nama Emiten
Astra Agro Lestari Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Astra International Tbk
Bank Central Asia Tbk
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Bank Danamon Indonesia Tbk
Bank Mandiri (Persero) Tbk
International Nickel Indonesia Tbk
Indofood Sukses Makmur Tbk
No Kode
Nama Emiten
10. ISAT Indosat Tbk
11. MEDC Medco Enegi International Tbk
12. PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero)
13. PTBA Tbk
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
14. SMCB Holcim Indonesia Tbk
15. TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk
16. UNSP Bakrie Sumatra Plantation Tbk
17. UNTR United Tractor Tbk
Sumber : Hasil Analisis, 2012
Teknik Analisis Data
Metode analis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif,
yang digunakan untuk menganalisis ukuran kinerja portofolio yang terdiri dari saham-saham LQ 45.
Langkah-langkah dalam menganalisis data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
Bank Indonsesia (BI) untuk mengukur kinerja portofolio tersebut adalah sebagai berikut:
Uji Stasioneritas Data
Uji asumsi normalitas adalah untuk mengetahui apakah data sudah tersebar secara normal. Untuk
uji asumsi normalitas dapat dilihat melalui uji Augmented Dickey Fueller (ADF).
Pembentukkan Model Tiga Faktor dan Mencari Abnormal Return
Menghitung return saham
Menghitung return saham setiap bulan selama periode estimasi dengan menggunakan indeks
harga saham individual (IHSI) dari masing-masing perusahaan emiten LQ 45 guna mengantisipasi
adanya corporate action yang dilakukan yang dapat mempengaruhi penggunaan harga saham dalam
menghitung return saham (Samsul, 2006) , metode perhitungan dengan menggunakan rumus:
Rumus :
IHSIt – (IHSIt – 1)
Ri =
+ Dt
………………………………………………(1)
IHSIt – 1
Dimana :
Ri
: Return pada bulan t
Pt
: harga saham (closing price) pada bulan t (dalam rupiah)
Pt-1
: harga saham (closing pric e) pada bulan t-1 (dalam rupiah)
Dt
: Dividen saham pada periode t
Menghitung Return Pasar Bulanan
Menghitung Return pasar bulanan yang dihitung dengan persamaan berikut, dengan asumsi
dividen pasar tidak dihitung atau dianggap nol.
ILQ45t – ILQ45t-1
Rm =
+ Dt ……………………………………………………(2)
ILQ45t-1
Dimana:
Rm
= return pasar
IHSGt = indeks harga pasar sekuritas pada periode ke-t
IHSGt-1= harga pasar sekuritas pada periode ke-t sebelumnya
Dt
= Dividen pasar periode t
Meregresikan (Ri-Rf) dan (Rm-Rf) untuk membentuk model Tiga Faktor
Ri  Rf t  ai   i Rmt  Rf t    i SMBt  hi HMLt  eit ……………….(3)
Keterangan:
Ri
= Stock Return
Rf t
= Tingkat Return Bebas Resiko
Rmt = Return portofolio pasar
SMBt = Small Minus Big: perbedaan setiap bulan antara rata-rata dari return pada tiga porto folio
saham kecil (S/L, S/M, S/H) dan rata-rata return pada tiga portofolio saham besar (B/L, B/M, B/H).
HMLt
= High book to market minus low book to market: Perbedaan setiap bulan antara rata-rata
pada dua portofolio yang BE/ME-nya tinggi (S/H dan B/H) dan rata-rata return pada dua
portofolio yang BE/ME-nya rendah (S/L dan B/L).
Pembentukan Peringkat saham berdasarkan Excess Return to Beta (ERB)
ERB = (Ri –Rf)/βi …………………………………………………(4)
Menentukan besarnya Cut-off rate (Ci)

n
Ci 
 m2 
( R j  R f ) j
 ej2
n 2
1   m2  2j
j 1  ej
j 1
……………………………….(5)
Menentukan saham-saham efisien yang akan dimasukkan kedalam portofolio dengan dasar
nilai positif yang didapatkan dari pengurangan ERB-Ci
Melakukan pembobotan masing-masing saham berdasarkan berdasarkan rata-rata tertimbang
dari nilai return saham
Bobot Xi =
Zi
Z
j 1
Dimana Z i 
………………………………………………(6)
n
j
 i Ri  Rf
(
 C * ) …………………………………..(7)
i
 ei2
Melakukan pembentukan portofolio berdasarkan jenis kelompok industrinya
Melakukan perhitungan kinerja portofolio berdasarkan nilai Alpha (Indeks Jensen) yang
didapat dimana:
Α = Rp – (Rf+  i Rmt  Rf t   si SMBt  hi HMLt  eit ) …………(8)
IV. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Uji Stasioneritas Data
Penggunaan variabel yang dominan dalam penelitian ini adalah Tingkat Suku Bunga Bank
Indonesia (SBI), return saham perusahaan LQ45, return pasar yang diproxikan dengan return indeks
LQ 45, ukuran kapitalisasi saham perusahaan (firm size), dan perbandingan nilai buku saham terhadap
nilai pasarnya (book to market value). Variabel-variabel tersebut sebelum dianalisis terlebih dahulu
diuji stasioneritas datanya menggunakan Uji Augmented Dickey Fuller (ADF) untuk menghindari
munculnya regresi lancung (spurious regression) (Sugiyanto, 1995).
Variabel-variabel yang memiliki akar unit menunjukkan bahwa perbedaan tingkat pertama (first
difference) dari variabel-variabel bersifat stasioner, dimana hipotesis nol menyatakan bahwa setiap
data mempunyai akar unit, jika dari hasil pengujian ternyata menolak hipotesis nol (data tidak
stasioner) maka berarti data telah stasioner. Signifikansi dari nilai alpha yang digunakan pada
penelitian ini adalah 1% sampai dengan 10%.
Hasil pengujian dirangkum pada tabel IV.1 dan IV.2 yang menunjukkan bahwa pada tingkat pertama
(first difference) semua data menunjukkan menolak hipotesis nol yang berarti data stasioner.
Tabel IV.1. Hasil Uji Stasioner pada Variabel Bebas
Variabel Bebas
RMLQ45
Rf
SMB
HML
Test Critical Value
1%
5%
10%
Sumber: data diolah
ADF (Prob.Value)
t
-3.18538
-9.15439
-4.8613408
-5.00348
Prob.
0.021
0.000
0.000
0.000
-3.519050
-2.900137
-2587409
Sedangkan penilaian stasioneritas data pada variabel terikat berupa return perusahan sebanyak 17
sampel menunjukkan hasil yang tertera pada tabel IV.2.
Tabel IV.2. Hasil Uji Stasioner pada Variabel Terikat
ADF (Prob.Value)
Variabel Terikat
Return AALI
Return ANTM
Return ASII
Return BBCA
Return BBRI
Return BDMN
Return BMRI
Return INCO
Return INDF
Return ISAT
Return MEDC
Return PGAS
Return PTBA
Return SMCB
Return TLKM
Return UNSP
Return UNTR
Test Critical Value
1%
5%
10%
Sumber: data diolah
t
-6.194673
-5.36281
-6.821715
-7.68999
-7.435284
-8.423966
-7.3633504
-6.4639159
-4.123947
-8.38881
-8.856351
-8.8481
-8.916715
-5.896368
-8.938052
-8.518154
-7.740051
Prob.
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
-3.519050
-2.900137
-2587409
Analisis Data
Perhitungan Return Saham dengan Model Tiga Faktor
Sebelum mengelompokkan 17 (tujuh belas) perusahaan LQ45 kedalam portofolio saham terlebih
dahulu ditentukan nilai return masing-masing saham dengan model tiga factor, sehingga didapat nilai
Return, Beta dan simpangan baku(σ) nya.
Hasil Perhitungan expected return (E(R)), β dan σ masing-masing perusahaan di rangkum pada Tabel
IV.3.
Tabel IV.2. Hasil Perhitungan E(R), β dan σ 17 emiten LQ45 Tahun 207-2011
Emiten
AALI
ANTM
ASII
BBCA
BBRI
BDMN
BMRI
INCO
INDF
ISAT
MEDC
PGAS
PTBA
SMCB
TLKM
UNSP
UNTR
Expected Return E(R)
2.939
1.030
2.825
2.277269821
2.257939306
0.481764
2.211683
1.334463
2.949492
0.133644
0.212766
1.242851
3.851025
3.138302
-0.30694
0.245434
3.787224
β
0.182713
0.423740
0.598632
0.135970
0.082452
0.366613
0.285673
0.417397
0.834109
0.232848
0.772575
0.143157
0.477266
0.17964531
0.094805
0.980466
0.40345
σ
14.30849
14.65411
12.58243
9.053987
11.45965
12.28484
12.46082
16.29546
13.22755
9.33359
12.67012
11.82648
15.38614
15.15951
7.657517
19.83993
0.579888
Adjusted R-Squared
0.954
0.876
0.9122
0.9092
0.8854
0.7993
0.9306
0.7766
0.9288
0.9501
0.9327
0.6845
0.7917
0.8076
0.9114
0.9376
0.8989
Sumber: data diolah
Melakukan Pemeringkatan Saham
Untuk menentukan peringkat saham digunakan model Excess Return to Beta (ERB) dengan
menggunakan variabel return saham, Beta atau risiko sistematis saham, tingkat suku bunga bebas
resiko (Rf), dan risiko tidak sistematis (σei2).
Pembentukan excess return to beta dengan melihat nilai perbandingan selisih return perusahaan
dengan tingkat suku bunga bebas resiko dibandingkan dengan nilai beta (β).
Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai cut off rate (nilai batas efisien saham) untuk memilah
saham-saham yang layak dijadikan portofolio, dimana saham-saham yang berada diatas nilai cut off
rate dapat dimasukkan kedalam portofolio saham. Hasil penilaian saham yang layak dijadikan
portofolio dapat dilihat pada tabel IV. 3 dibawah ini.
Tabel IV.3. Saham-saham yang masuk kategori portofolio berdasarkan peringkat dan selisih
perhitungan ERB dan Cut off rate
Emiten
BBRI
SMCB
AALI
BBCA
UNTR
PTBA
BMRI
PGAS
ASII
INDF
INCO
ANTM
UNSP
BDMN
MEDC
ISAT
TLKM
Sumber: Data diolah
ERB
19.81787
13.99639
12.6706
12.15969
7.840643
6.761656
5.557985
4.323465
3.676855
2.788095
1.702327
0.958331
-0.38602
-0.38775
-0.53218
-2.10555
-9.81865
Nilai
Cut off Rate
0.088519
0.255018
0.425239
0.643615
1.097438
1.489621
1.637883
1.664893
1.935454
2.098386
2.08628
2.043989
1.804141
1.727989
1.675858
1.587521
1.522272
Selisih
19.72935
13.74137
12.24536
11.51608
6.743205
5.272034
3.920102
2.658572
1.741402
0.689709
-0.38395
-1.08566
-2.19016
-2.11573
-2.20804
-3.69307
-11.3409
Berdasarkan hasil tabel IV.3 diatas dapat dilihat terdapat 7 perusahaan emiten dari 17 perusahaan
yang memiliki nilai selisih negatif antara pengurangan ERB dengan Ci (cut off rate) yaitu: INCO,
ANTM, UNSP, BDMN, ISAT, MEDC, dan TLKM. Hal tersebut menunjukkan bahwa ke 7
perusahaan tersebut tidak layak masuk kedalam pembentukan portofolio sedangkan 10 perusahaan
emiten lainnya layak untuk dimasukkan kedalam persamaan portofolio.
Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan 10 perusahaan emiten LQ45 kedalam masingmasing jenis industrinya sehingga didapat 8 kelompok industry seperti yang terlihat pada table IV.4.
Tabel IV.4 pengelompokkan 10 perusahaan LQ45 berdasarkan jenis industrinya
Emiten
AALI
ASII
BBCA
BBRI
BMRI
INDF
PGAS
PTBA
SMCB
UNTR
Sektor
Perkebunan
Otomotif
Perbankan
Perbankan
Perbankan
Makanan dan minuman
Energi
Pertambangan batu bara
Semen
Perdagangan skala besar
Dengan mengasumsikan bahwa, perusahaan-perusahaan yang masuk dalam satu sector industry
yang sama adalah identik dalam risiko bisnis yang dihadapinya sehingga tidak dimasukkan kedalam
portofolio yang sama, maka dengan hasil pengelompokan yang didapat, dibentuk 3 (tiga) kombinasi
portofolio dengan 7 (tujuh) emiten didalamnya, antara lain:
1. Portofolio 1 terdiri dari perusahaan: AALI, ASII,BBCA, INDF, PGAS, PTBA, SMCB, UNTR.
2. Portofolio 2 terdiri dari perusahaan: AALI, ASII, BBRI, INDF, PGAS, PTBA, SMCB, UNTR.
3. Portofolio 2 terdiri dari perusahaan: AALI, ASII, BMRI, INDF, PGAS, PTBA, SMCB, UNTR.
Pembentukan Portofolio dengan Pembobotan masing-masing Saham
Masing-masing perusahaan didalam portofolio diberi bobot untuk mengalokasikan dana yang
diinvestasikan kedalam portofolio dengan menggunakan Pembobotan X score (Elton & Gruber, 1995)
(Tabel IV.5), sehingga didapat hasil:
1. Return Portofolio 1 didapat: Rp1 = 3.070221
2. Return Portofolio 2 didapat: Rp2 = 3.008481
3. Return Portofolio 3 didapat: Rp3 = 3.132182
Tabel IV.3. Pembobotan Saham-saham yang masuk kategori portofolio berdasarkan nilai X score.
Emiten
BBRI
SMCB
AALI
BBCA
UNTR
PTBA
BMRI
PGAS
ASII
INDF
Xp1
0.178274777
0.14903902
0.151191676
0
0.186019443
0.150651044
0
0.036494497
0.095641738
0.052687808
Bobot (Xi)
Xp2
0
0.136840045
0.138816504
0.245533708
0.170793587
0.138320123
0
0.033507391
0.087813378
0.048375265
Xp2
0
0.161345964
0.163676376
0
0.201380057
0.163091101
0.110417992
0.039508042
0.103539385
0.057038521
Evaluasi Kinerja Portofolio Efisien dengan menggunakan nilai Alpha (α) model tiga factor.
Setelah didapatkan hasil return portofolio dari masing-masing perusahaan dengan menggunakan
excess return to beta, dilanjutkan dengan perhitungan kinerja porofolio dengan menggunakan nilai α
yang merupakan selisih antara average return yang dilihat dengan nilai return portofolio pasar dengan
minimum rate of return yang merupakan penjabaran dari model tiga factor.
Model perhitungan yang digunakan:
  R p  ( R f  ( R m  R f ) j   j SHM   j HML)
Setelah dilakukan perhitungan α masing-masing portofolio, kemudian dilakukan evaluasi
berdasarkan nilai α yang didapat seperti yang ditampilkan pada Tabel IV.4.
Tabel IV.4 hasil perhitungan α portofolio saham LQ45 periode Januari 2007-Desember 2011
No
Portofolio
1
AALI, ASII,BBCA, INDF, PGAS, PTBA, SMCB, UNTR.
2
AALI, ASII, BBRI, INDF, PGAS, PTBA, SMCB, UNTR
3
AALI, ASII, BMRI, INDF, PGAS, PTBA, SMCB, UNTR
Sumber: data diolah
Alpha (α)
0.009447
0.28284
0.071029
Berdasarkan hasil perhitungan portofolio efisien dari beberapa perusahaan didapat nilai portofolio
optimal didapat pada porofolio ke 2 yang terdiri dari perusahaan: Astra Agro Lestari Tbk , Astra
International Tbk, Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, Perusahaan
Gas Negara (Persero) Tbk, Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, Holcim Indonesia Tbk, dan United
Tractor Tbk dengan nilai Alpha tertinggi sebesar 0.28284. Nilai tersebut menunjukkan kinerja
portofolio pada portofolio 2 lebih baik dibandingkan kinerja portofolio 1 dan portofolio 3.
V. SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
Melihat hasil pembahasan dan analisis data menggunakan model tiga factor menunjukkan bahwa
model tersebut memiliki peran yang sangat baik dalam menentukan portofolio efisien dan optimal
pada perusahaan yang termasuk kedalam indeks LQ 45 sejak periode Januari 2007 sampai dengan
Desember 2011. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut; hasil uji stasioneritas dengan uji ADF menunjukkan bahwa signifikansi lebih kecil dari 0,05,
yang berarti data variabel
yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal, dengan
menggunakan model tiga factor dan excess return to beta didapatkan 10 perusahaan yang terdaftar di
indeks LQ 45 yang layak untuk dimasukkan kedalam portofolio saham yaitu saham: AALI, ASII,
BBCA, BBRI, BMRI, INDF, PGAS, PTBA, SMCB, UNTR. Sedangkan dari ke 10 saham tersebut
disusun 3 jenis portofolio berdasarkan penganekaragaman jenis industry. hasil perhitungan kinerja
portofolio dengan menggunakan nilai excess return portfolio atau nilai Alpha (α) didapat kinerja
portofolio 2 yang terdiri dari saham AALI, ASII, BBRI, INDF, PGAS, PTBA, SMCB, UNTR yang
memiliki kinerja portofolio saham tertinggi dari ke 3 jenis portofolio yang ada.
Untuk investor dan calon investor yang akan mengambil keputusan untuk berinvestasi pada
saham-saham LQ 45 sebaiknya melakukan penganeka ragaman (portofolio) investasi guna menghidari
risiko kegagalan pencapaian hasil yang diinginkan dan sebaiknya memilih investasi pada saham
AALI, ASII, BBRI, INDF, PGAS, PTBA, SMCB, UNTR yang memiliki kinerja saham terbaik
berdasarkan perhitungan Alpha (α). Penelitian ini menggunakan model tiga factor untuk menentukan
Expected Return, dan Beta dengan rentang waktu penelitian tertentu. Masih terbuka kesempatan bagi
peneliti lain untuk menggunakan model yang lebih komplek dan menggunakan variabel yang lebih
dan rentang waktu penelitian yang lebih panjang guna mendapatkan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ajili, Sonad The Asset Pricing Model and The Three Factor Model of Fama and Frenc, Revisited in
The Case of Finance, Yahoo Internet, 2002
Ary Gumanti, Tatang dan Sriutami, Elok (2002), “Bentuk Pasar Efisien dan Pengujiannya”,Jurnal
Akuntansi & Keuangan Vol. 4, No1, Mei 2002:54-68
Elton, Edwin J., and Gruber, Martin J., Modern Portfolio Theory and Investment Analysis. Fifth
Edition, USA: John Wiley & Sons, Inc.
Fama, Eugene and Kenneth French (1998), “Value Versus Growth: The International Evidence”,
Journal of Finance, 53. 1975-1979.
Fama, Eugene, French. (1995), “Size and Book to Market Factors In Earnings and Returns”, Journal
of Finance, 50, 131-155.
Francis, Jack Clark, Investment: Analysis and Management. Fifth Edition,Singapore:McGraw-Hill
Inc.
Haugen, Rober A. (2001), Modern Portfolio Theory, 5th Edition, Prentice Hall, New Jersey.
Hartono, Jogiyanto, Prof. Dr., MBA., Ak. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yokyakarta :
BPFE Yokyakarta.
Hartono, Jogiyanto, Prof. Dr., MBA., Ak. 2005. Pasar Efisien Secara Keputusan. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Husnan, Suad. 2003. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”. Yokyakarta : UPP
AMPYKPN.
Indarti, Johana. 2003. Analisis Perilaku Return dan Aktivitas Volume Perdagangan Saham di Bursa
Efek Jakarta (Event Study : Dampak Peristiwa Bom Bali Tanggal 12 Oktober 2002 pada
Saham LQ 45). Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang.
Jones, Charles P. (1998), Investment: Analysis and Management, John Wiley and Son,California, 6th
Edition
Koetin, E.A, Analsis Pasar Modal. Jakarta:Pustaka SinarHarapan,1996.
Le Baron, Dean (1983), “Reflections on Market Inefficiency”, Financial Analysts Journal, 39
(May/June): 16-23.
Levy, Haim S. (1996), Introduction to Investment. South Western Publishing.
Malkiel, Burton (1989), “Efficient Market Hypothesis”, dalam John Eatwell, Murray Milgate, dan
Peter Newman, editor, The New Palgrave: Finance, New York,MacMillan Press Limited, hal.
131.
Megginson, William. L. (1997), Corporate Finance Theory, Addison Wesley, New York.
Miller, Merton (1999), “The History of Finance”, Journal of Portfolio Management, 25 (4): 95-101.
Nazir, Moh. Ph.D. 2002. Metode Penelitian. Darussalam : Ghalia Indonesia.
Rusdin, Drs., MSi. 2008. Pasar Modal (Teori, Masalah dan Kebijakan dalam Praktik). Jatinangor :
Alfabeta Bandung.
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”. Surabaya : Erlangga.
Sartono, R Agus, Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga, Yogyakarta:BPFE.1997.
Supranto, J., Statistik: Teori dan Aplikasi. Jilid 2, Edisi Kelima, Jakarta: Penerbit Erlangga. 1998.
Universitas Lampung. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandar
Lampung : Penerbit Universitas Lampung.
Van Horne, James C and Jhon Wachawicz Jr, Fundamental of Financial Management, Tenth Edition,
New Jersey: Prentice Hall Inc.1998.
Weston J.Fred and Thomas E. Copeland, Management Financial, Ninth Eedition, USA: The Dryden
Press, 1992.
Wiyanto. 2002. http://digilib.petra.ac.id/viewer. Uji Efisiensi Pasar Bentuk Lemah pada Saham
Industri Rokok di Bursa Efek Jakarta pada periode 1999-2001 ( Metode Peramalan BoxJenkins dan Runs Test). Petra Cristian University Library. Jakarta
http://www.idx.co.id
http://www.yahoofinance.com
http://www.google.co.id
Download