PENGARUH TINGKAT PROFITABILITAS, FINANCIAL DISTRESS, DAN PELAPORAN RUGI BERSIH KLIEN TERHADAP AUDIT REPORT LAG PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ABSTRAK Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk mendapatkan bukti empiris bahwa: (1) tingkat profitabilitas berpengaruh terhadap audit report lag, (2) financial distress berpengaruh terhadap audit report lag, dan (3) pelaporan rugi bersih klien berpengaruh terhadap audit report lag. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2008-2011. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu populasi yang dijadikan sampel merupakan populasi yang memenuhi kriteria tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Adapun sampel yang digunakan adalah 100 data sampel perusahaan yang didapat dari 25 perusahaan selama 4 tahun periode penelitian. Penelitian ini menggunakan regresi berganda untuk menganalisis data. Hasil dari penelitian membuktikan bahwa: (1) tingkat profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit report lag, (2) financial distress tidak berpengaruh terhadap audit report lag, dan (3) pelaporan rugi bersih klien tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Variabel tingkat profitabilitas, financial distress, dan pelaporan rugi bersih klien mampu menjelaskan variabel dependen (audit report lag) sebesar 15.5 % sedangkan sisanya sebesar 84.5% dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model regresi. Kata kunci: Audit report lag, tingkat profitabilitas, financial distress, pelaporan rugi bersih klien Nama : Ricco Francois Julien NPM : 0711031086 Hp : 08975707835 E-mail : [email protected] Pembimbing I: Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. Pembimbing II: Retno Yuni Nur S, S.E., M.Sc.,Akt. PENDAHULUAN Laporan keuangan adalah sarana penyedia informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan. Di samping laporan pokok dan catatan atas laporan keuangan, ketepatan waktu pelaporan keuangan merupakan salah satu bagian yang penting. Perusahaan yang go public wajib menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan SAK dan telah diaudit oleh akuntan publik sesuai dengan Peraturan Bapepam (Kep/134/BL/2006). Para investor memiliki berbagai cara untuk menanamkan modalnya di perusahaan mana. Secara umum investor melihat laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang akan dipilihnya. Laporan keuangan yang terbit setelah batas waktu disinyalir memiliki masalah pada kinerja keuangannya yang akan memberikan sinyal negatif kepada investor (signaling theory). Audit report lag merupakan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari sejak tutup buku yaitu 31 Desember sampai tanggal yang tertera di laporan auditor independen yaitu pada saat auditor independen tersebut meninggalkan pekerjaan lapangan audit (Dibia, 2012). Audit report lag yang panjang akan mengurangi manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Bahasan ini (audit report lag) merupakan objek yang penting untuk diteliti lebih lanjut. Dalam proses audit terdapat teori keagenan yang menjelaskan hubungan antara agent (auditor independen) dan principal (manajemen). Dalam penelitian ini manajemen memerintah auditor independen untuk melakukan suatu jasa atas nama principal dan memberi masukan untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal. Audit report lag bertambah apabila penerbitan laporan keuangan mengalami penundaan. Penundaan tersebut dapat terjadi karena terdapat berita buruk dalam laporan keuangan. Berita buruk yang salah satunya seperti financial distress (kesulitan keuangan) yang akan dihapus oleh perusahaan dari neraca dan mencatatnya sebagai leasing (Saleh, 2004). Audit report lag yang lama dapat mempengaruhi opini publik terhadap perusahaan. Umumnya publik melihat laporan keuangan perusahaan, secara khusus laba yang dinilai sebagai tolak ukur untuk melihat sejauh mana kinerja perusahaan. Hal ini yang mendorong penulis menggunakan variabel tingkat profitabilitas perusahaan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi audit report lag. Tingkat profitabilitas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan aset yang dimiliki. Jika pengumuman laba berisi berita baik maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan laporan keuangan tepat waktu (menekan atau mengurangi audit report lag) dan sebaliknya jika pengumuman laba berisi berita buruk maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan laporan keuangan terlambat. Kesulitan keuangan (financial distress) merupakan salah satu berita buruk dalam laporan keuangan. Kesulitan keuangan ini dapat dilihat dalam laporan keuangan melalui perbandingan antara hutang jangka panjang perusahaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan (Saleh, 2004). Maka untuk menghindari kualitas laporan keuangan yang buruk seringkali perusahaan berusaha untuk memperbaikinya. Upaya perbaikan ini membutuhkan waktu sehingga akan menambah audit report lag perusahaan. Ahmad (2005) mengemukakan bahwa perusahaan yang mengalami rugi bersih akan selalu mengantisipasi kerugian dalam akhir tahun fiskal dengan melakukan satu penggabungan sumber pendapatan yang tidak tercatat yang dilakukan sebelum akhir tahun. Jadi audit report lag cenderung lebih panjang bagi perusahaan yang mengalami rugi usaha. Sebagai contoh, perusahaan yang mengalami rugi usaha dapat melakukan tindakan-tindakan yang bersifat akrual, seperti mengakui laba lebih cepat dari waktu yang seharusnya dan memperkecil biaya-biaya. Tindakan seperti ini dapat menyebabkan besarnya laba tidak sesuai dengan kenyataan. Untuk memeriksa penyimpangan ini maka auditor memerlukan waktu yang lebih lama sehingga menambah audit report lag. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah tingkat profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap audit report lag? 2. Apakah financial distress berpengaruh terhadap audit report lag? 3. Apakah pelaporan rugi bersih klien berpengaruh terhadap audit report lag? LANDASAN TEORI Audit Report Lag Audit report lag adalah waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk menyelesaikan auditnya setelah pembukuan ditutup. Kewajiban penyampaian laporan keuangan emiten diatur oleh Peraturan Bapepam No. KEP-346/BL/2011 tentang Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten Atau Perusahaan Publik. Laporan keuangan tahunan wajib disertai laporan akuntan dalam rangka audit dan disampaikan kepada Bapepam paling lambat pada akhir bulan ketiga. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan dapat berguna bagi sebagai penyedia informasi para pemakainya. Di samping itu laporan keuangan juga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk membuat keputusan ekonomi. Laporan keuangan perlu diterbitkan tepat waktu agar keputusan ekonomi dapat dibuat dengan cepat dan tepat. Signalling Theory Signaling Theory adalah teori yang menyebut suatu pihak (agent) menyampaikan informasi tentang dirinya sendiri kepada pihak lain (principal) (Connelly, 2012). Perusahaan yang laporan keuangannya terbit tepat waktu akan mendapatkan pandangan positif dari masyarakat, para investor akan menilai bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik. Sebaliknya, perusahaan dengan audit report lag yang panjang akan memberikan sinyal buruk, investor akan berpikir bahwa perusahaan tersebut memiliki masalah dalam kinerjanya. Agency Theory Dalam proses audit terdapat teori keagenan yang menjelaskan hubungan antara agen (auditor independen) dan prinsipal (manajemen). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak, yang dalam hal ini satu orang atau lebih (prinsipal) memerintah orang lain (auditor independen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi masukan untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal (Saleh, 2004). Bahasan audit report lag ini berkaitan erat dengan agency theory, di mana perusahaan dapat meminta auditor untuk memeriksa lebih lanjut mengenai hutang jangka panjang dan laba rugi perusahaan yang berpreran penting dalam laporan keuangan. Pemeriksaan lanjut ini yang memerlukan waktu lebih dan akan mempengaruhi audit report lag. Pengembangan Hipotesis Tingkat Profitabilitas Rasio profitabilitas biasa menunjukkan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba. Givoly dan Palmon (1982) dalam Saleh (2004) menyatakan bahwa ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman laba tahunan dipengaruhi oleh isi laporan keuangan. Semakin efektif laba perusahaan dalam laporan keuangan maka tingkat keberhasilan perusahaan semakin tinggi. Perusahaan yang mendapatkan laba yang tinggi akan cenderung melaporkan laporan keuangannya tepat waktu dan sebaliknya perusahaan yang melaporkan kerugian akan melaporkan terlambat. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut: H1: Tingkat profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit report lag. Financial Distress Kesulitan keuangan (financial distress) merupakan salah satu berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata publik. Kesulitan keuangan ini dapat dilihat dari perbandingan hutang jangka panjang dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan (Owusu dan Ansah, 2000). Perusahaan dengan tingkat rasio gearing yang tinggi menggambarkan risiko keuangan yang tinggi pula. Pihak manajemen membutuhkan waktu untuk menghapus berita buruk ini dari laporan keuangan sehingga hal ini dapat mengakibatkan bertambahnya audit report lag. Aziz dan Dar (2006) mengungkapkan ciri-ciri perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Terdapat perubahan signifikan dalam komposisi aset dan kewajiban dalam neraca 2. Arus kas negatif 3. Nilai perbandingan yang tinggi antara hutang dengan aset Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H2: Financial Distress berpengaruh positif terhadap audit report lag. Pelaporan Rugi Bersih Klien Wermert (2000) dalam Ahmad (2005) mengemukakan bahwa perusahaan yang mengalami rugi bersih akan mengantisipasi kerugian pada akhir tahun fiskal dengan menambahkan sumber-sumber pendapatan yang tidak tercatat sebelum akhir tahun. Na’im (1998) dalam Ahmad (2005) mengemukakan bawa audit report lag cenderung lebih panjang bagi perusahaan yang mengalami rugi usaha. Carslaw dan Caplan (1991) dalam Ahmad (2005) juga mengemukakan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian dapat meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibanding biasanya. Hal inilah yang dapat menambah audit report lag perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: H3: Pelaporan rugi bersih klien berpengaruh positif terhadap audit report lag METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel dependen: audit report lag. 2. Variabel independen: tingkat profitabilitas, financial distress, dan pelaporan rugi bersih klien. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah audit report lag, yaitu periode waktu antara akhir tahun fiskal dan tanggal laporan audit perusahaan (Knechel dan Payne, 2001). Audit sendiri memerlukan waktu yang akan berpengaruh terhadap audit report lag. Audit report lag dihitung berdasarkan jumlah hari antara tanggal tutup buku perusahaan sampai dengan tanggal yang tertera dalam laporan auditor. Variabel Independen Tingkat Profitabilitas Ang (1997) dalam Saleh (2004) mengemukakan bahwa tingkat profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan aset yang dimiliki. Tingkat profitabilitas yang diteliti dihitung dari net income dibagi dengan total aset. Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan. Jika pengumuman laba berisi berita baik maka pihak manajemen akan cenderung melaporkan tepat waktu dan sebaliknya. Profitabilitas = Financial Distress Financial distress (kesulitan keuangan) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah besarnya hutang perusahaan yang digunakan untuk membiayai kinerja perusahaan yang biasa disebut dengan rasio gearing. Owusu dan Ansah (2000) dalam Saleh (2004) mengemukakan bahwa rasio gearing dihitung melalui perbandingan jumlah hutang jangka panjang perusahaan dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Tingginya rasio gearing mencerminkan tingginya risiko keuangan perusahaan. Risiko keuangan perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Financial Distress = Pelaporan Rugi Bersih Klien Setiap perusahaan dapat mengalami kerugian apabila kinerjanya tidak sesuai dengan yang diharapkan atau direncanakan. Na’im (1998) dalam Ahmad (2005) mengemukakan bahwa audit report lag cenderung lebih panjang bagi perusahaan yang mengalami rugi usaha. Perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktur auditnya lebih lama dibanding biasanya. Pelaporan rugi bersih klien ini dihitung menggunakan variabel dummy, (1) untuk perusahaan yang melaporkan rugi bersih dan (0) untuk sebaliknya (melaporkan laba bersih). Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel adalah bagian atau wakil populasi yang memiliki karakteristik sama dengan populasinya, diambil sebagai sumber data penelitian. Pemilihan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling, yaitu populasi yang dijadikan sampel merupakan populasi yang memenuhi kriteria tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Kriteria-kriteria pemilihan sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode tahun 20082011 2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya dan periode keuangannya berakhir pada 31 Desember 3. Perusahaan mengalami kerugian minimal satu kali dalam periode tahun 2008-2011. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahunnya. Sumber data penelitian yang digunakan diperoleh dari www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Data penelitian ini meliputi data perusahaan manufaktur go public yang mencakup periode 2008-2011 yang dipandang cukup mewakili kondisi-kondisi perusahaan di Indonesia. Alasan menggunakan data dari perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah karena perusahaan manufaktur merupakan jumlah emiten yang terbesar dibanding jumlah emiten yang lain yang listing di Bursa Efek Indonesia dan perusahaan manufaktur menyerap tenaga kerja relatif lebih banyak dibandingkan dengan jenis perusahaan jasa dan perusahaan dagang pada umumnya. Teknik Analisis Data Uji regresi Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi liniar berganda. Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan atau pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Hasilnya akan menunjukkan arah dan intensitas pengaruh variabel, arah maksudnya menggambarkan positif atau negatifnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dan intensitas pengaruhnya ditentukan dari besarnya koefisien regresi. Model regresi yang dihitung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Keterangan: Y = Audit report lag β0 = Konstanta β1X1 = Tingkat profitabilitas β2X2 = Financial distress β3X3 = Pelaporan rugi bersih klien e = Komponen eror ANALISIS DAN PEMBAHASAN Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling. Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), diperoleh total perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sebanyak 179 perusahaan. Dari jumlah tersebut, banyak perusahaan memiliki data yang tidak lengkap untuk dijadikan sampel penelitian. Data yang memenuhi kriteria penelitian adalah 25 perusahaan, dikalikan periode penelitian selama 4 tahun jumlahnya menjadi 100 sampel perusahaan. Pengurangan jumlah perusahaan tersebut disebabkan oleh hal-hal berikut: 1. Perusahaan melaporkan laporan keuangannya tidak secara berturut-turut dari tahun 2008 sampai tahun 2011 2. Perusahaan tidak mengalami kerugian pada periode tahun 2008-2011 3. Penulis tidak menemukan data penelitian yang diperlukan 4. Terdapat data outlier dalam penelitian Berikut ini adalah ringkasan perolehan sampel penelitian: Tabel 4.1 Sampel Penelitian Kriteria Jumlah Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 179 2008-2011 Perusahaan yang tidak mengalami kerugian dan data laporan (116) keuangannya tidak ditemukan Perusahaan sampel yang memiliki data laporan keuangan outlier (38) Jumlah sampel 25 Pengujian Hipotesis Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan besarnya nilai probabilitas (pvalue) masing-masing koefisien regresi variabel independen dibandingkan dengan tingkat signifikansi (α). Dengan keputusan berdasarkan probabilitas sebagai berikut: Jika (p-value) > 0,05 maka Ha ditolak. Jika (p-value ) < 0,05 maka Ha diterima Tabel 4.4. Hasil Pengujian Hipotesis Coefficients Standardized Model 1 (Constant) Unstandardized Coefficients Coefficients B Beta Std. Error 75.836 2.849 ROA -38.533 15.561 DAR -0.528 LOSS 4.648 t Sig. 26.615 0.000 -0.314 -2.476 0.015 7.916 -0.006 -0.067 0.947 3.992 0.146 1.164 0.247 Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan tingkat kesalahan sebesar 5% pada tabel di atas maka diperoleh persamaan: ARL = 75.836 – 38.533 ROA – 0.528 DAR + 4.648 LOSS + e Tingkat Profitabilitas terhadap Audit Report Lag Pengujian terhadap hipotesis pertama bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari tingkat profitabilitas terhadap audit report lag. Pada tabel di atas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.015, nilainya kurang dari tingkat signifikansinya 0.05, maka secara statistik H1 diterima, yang berarti bahwa variabel tingkat profitabilitas laporan keuangan berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Tingkat profitabilitas adalah suatu perbandingan antara laba bersih dengan total aset perusahaan tersebut. Adanya hubungan negatif antara tingkat profitabilitas dengan audit report lag menggambarkan pengaruh tingkat profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat mengurangi audit report lag.Semakin tinggi profit perusahaan maka hal ini dianggap good news bagi pihak manajemen sehingga pihak manajemen berusaha untuk segera mempublikasikan laporan keuangannya dan menekan audit report lag. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saleh (2004) yang mengemukakan bahwa profitabiltas berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. Financial Distress terhadap Audit Report Lag Pengujian terhadap hipotesis kedua bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari financial distress terhadap audit report lag pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Berdasarkan nilai pada uji regresi liniar berganda di atas, diperoleh koefisien regresi sebesar -0.528 dan nilai signifikansi sebesar 0.947, yang nilainya lebih dari dari 0.05. Berdasarkan hipotesis awal (H2), variabel financial distress memiliki pengaruh positif terhadap audit report lag. Namun peneliti menemukan hasil sebaliknya, dilihat dari koefisien regresi financial distress sebesar -0.528. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar perusahaan sampel mendapatkan laba bersih, atau dengan kata lain sebagian besar perusahaan sampel memiliki kondisi keuangan yang sehat. Nilai signifikansi variabel financial distress sebesar 0.947 (lebih dari 0.05) menunjukkan pengaruh antara variabel financial distress terhadap audit report lag adalah tidak signifikan. Financial distress (kesulitan keuangan) adalah suatu berita buruk dalam laporan keuangan. Umumnya financial distress dapat dilihat melalui perbandingan hutang jangka panjang dengan aset perusahaan. Semakin tinggi nilai rasio financial distress maka perusahaan tersebut dianggap sedang mengalami kesulitan keuangan. Pihak manajemen akan berusaha mengurangi berita buruk ini sehingga akan memakan waktu lebih banyak dan menambah audit report lag. Pelaporan Rugi Bersih Klien terhadap Audit Report Lag Pengujian terhadap hipotesis ketiga bertujuan untuk membuktikan pengaruh dari pelaporan rugi bersih klien terhadap audit report lag yang diperoleh dari regresi liniar berganda pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Dapat dilihat pada tabel di atas, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.247, dimana nilainya lebih dari tingkat signifikansinya 0.05, maka H3 ditolak, yang berarti variabel pelaporan rugi bersih klien tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukan pelaporan rugi bersih klien tidak berpengaruh signifikan terhadap audit report lag dan tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ahmad (2005) yang mengemukakan perusahaan yang melaporkan rugi bersih dalam laporan keuangannya mengalami audit report lag yang tinggi. Perusahaan yang mengalami kerugian umumnya akan meminta auditor untuk mengumunkan opini lebih lama dari biasanya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel independen tingkat profitabilitas, financial distress, dan pelaporan rugi bersih klien terhadap variabel dependen audit report lag. Penelitian ini menggunakan sampel perusahan-perusahaan manufaktur yang listing di BEI selama 4 tahun berturut-turut dari tahun 2008 hingga 2011. Berdasarkan pada hasil analisis data dan pengujian hipotesis pada bab sebelumnya, maka peneliti menarik simpulan sebagai berikut: 1. Tingkat profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap audit report lag 2. Financial distress tidak berpengaruh signifikan terhadap audit report lag 3. Pelaporan rugi bersih klien tidak berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut: 1. Sampel penelitian yang digunakan hanya perusahaan-perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan tahunannya secara berturut-turut dari tahun 2008-2011, sehingga hasil dari penelitian ini tidak akan berlaku untuk perusahaan-perusahaan dari sektor lain. 2. Audit report lag dipengaruhi banyak faktor, beberapa di antaranya yaitu ukuran perusahaan, ukuran KAP, going concern opinion, jumlah segmen geografis, jenis industri, umur perusahaan, struktur kepemilikan, dll. Namun dalam penelitian ini audit report lag hanya diproksikan dalam tiga variabel independen variabel tingkat profitabilitas, financial distress, dan pelaporan rugi bersih klien. Variabel independen tersebut belum dapat menjelaskan variabel dependen secara keseluruhan. Saran Mendasar pada keterbatasan di atas, maka peneliti menyampaikan beberapa saran yaitu: 1. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan sampel penelitian dari jenis perusahaan atau industri lainnya di luar perusahaan manufaktur, karena dengan tidak terfokus pada satu jenis perusahaan atau industri, diharapkan dapat memperoleh koefisien yang mencerminkan reaksi pasar modal secara keseluruhan. 2. Peneliti selanjutnya diharapkan meng-update periode amatan penelitiannya sehingga diharapkan dapat memperoleh besaran koefisien respon laba yang lebih riil. DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Hamzah. 2005. Pengujian Empiris Audit Report Lag Menggunakan Client Cycle Time dan Firm Cycle Time. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Aziz, M. A. dan Dar, H. A. (2006). Predicting Corporate Bankruptcy: Where We Stand? Corporate Governance, 6 (1), halaman 18-33. Connelly, Brian L. 2012. Signalling Theory: A review and Assessment. Journal Citation Reports. Dibia dan Onwuchekwa. 2012. An Examination of Audit Report Lag of Companies Quoted in the Nigeria Stock Exchange. Artikel. Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang. Penerbit BPUNDIP. Halim, Abdul. 2000. Auditing. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Jogiyanto, Hartono. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Andi, Yogyakarta. Knechel, W. dan J. Payne. 2001. Additional Evidence on Audit Report Lag. Auditing: A Journal of Practice & Theory 20 (1): halaman 137-146. Owusu dan Ansah, Stephen. 2000. Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Markets: Empirical Evidence from the Zimbabwe Stock Exchange. Journal of Finance. Vol XIVII. Saleh, Rachmat. 2004. Studi Empiris Ketepatan Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VII. Subekti dan Widiyanti. 2004. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Audit Delay di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar, Bali. 2-3 Desember. Halaman 991-1001. www.bapepam.go.id www.idx.co.id