Menyongsong Akuntansi Berbasis Akrual Pada Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat/Daerah Dalam Meningkatkan Akuntabilitas Publik Justinia Castellani, SE.,Msi,Ak Abstrak Akuntansi berbasis akrual merupakan suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat. Akuntansi berbasis akrual telah berhasil diterapkan di berbagai negara maju dan membawa manfaat dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan yang dihasilkan sehubungan dengan akuntabilitas keuangan dalam mempertanggungjawabkan penggunaan dana publik. Manfaat (Van Der Hoek, 2005). Sehubungan dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas publik atas pengelolaan keuangan pemerintah pusat/daerah serta keharusan melakukakan konvergensi IPSAS maka KSAP memandang perlu untuk mengadopsi konsep akuntansi berbasis akrual dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Keywords: Cash Basis, Accrual Basis Accounting, Standar Akuntansi Pemerintahan. 2.1 Menuju Konsep Accrual Basis Accounting Dalam Pelaporan Keuangan Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah satu reformasi yang dilakukan adalah keharusan penerapan akuntansi berbasis akrual pada setiap instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah, yang dimulai tahun anggaran 2008. Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menetapkan bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen. Pada tahun 2005 KSAP telah menyusun draft SAP yang kemudian ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP. Basis akuntansi yang digunakan pada PP 24 Tahun 2005 tersebut adalah basis kas untuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan; basis akrual untuk aset, kewajiban dan ekuitas, atau secara keseluruhan dikenal sebagai basis “cash toward accrual”. Sementara itu pasal 70 ayat 2 Ketentuan Peralihan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, menetapkan bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual diterapkan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008. Selanjutnya hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut: ”Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.” Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis kas menuju akrual telah disusun dengan mengacu pada beberapa referensi bertaraf internasional antara lain International Public Sector Accounting Standards (IPSAS), Governmental Accounting Standards Board (GASB), dan Government Finance Statistics (GFS), sehingga diharapkan SAP berbasis kas menuju akrual yang akan disesuaikan menjadi akrual sudah dapat diterima umum. Penyusunan SAP berbasis akrual relatif menjadi lebih mudah karena sebagian dari PSAP berbasis kas menuju akrual (PSAP Nomor 01, 05, 06, 07, dan 08 dalam PP 24/2005) telah berbasis akrual sehingga hanya memerlukan penyesuaian beberapa PSAP berbasis akrual. Khusus terhadap perpajakan, perlu dilakukan pengaturan tersendiri karena adanya berbagai jenis pajak dan mekanisme penetapan dan pemungutannya. Dalam mekanisme yang menganut prinsip “self assessment”, besarnya kewajiban pajak ditentukan oleh wajib pajak sendiri diikuti dengan pembayaran angsuran pajak. Oleh karena itu, pembayaran angsuran pajak sudah dapat diakui sebagai pendapatan. Penentuan besarnya pajak oleh wajib pajak sendiri diyakini lebih mencerminkan titik pengakuan yang lebih obyektif. Dengan demikian, meskipun masih ada perhitungan akhir tahun fiskal dengan media surat pemberitahuan tahunan (SPT), tidak akan mengurangi pendapatan yang telah diterima secara signifikan. Memang dimungkinkan terjadinya kelebihan pembayaran oleh wajib pajak yang mengakibatkan dilakukan koreksi pendapatan dengan restitusi. Akan tetapi jika terjadi lebih bayar pajak, maka besaran restitusi pajak akan ditentukan oleh kantor pajak dengan suatu penetapan setelah dilakukan pemeriksaan pajak. Atas jenis pajak yang menganut prinsip penetapan oleh kantor pajak terlebih dahulu, penerapan basis akrual akan mudah dilakukan. Saat penetapan besarnya pajak oleh fiskus dapat digunakan sebagai adanya hak pemerintah atas pendapatan pajak. Pada saat penetapan, pendapatan langsung diakui meskipun belum diterima pembayaran secara tunai. Jenis pajak seperti ini lazim dijumpai dalam pajak daerah misalnya Pajak Hotel, Pajak Bahan Galian C, Pajak Reklame, dan lain-lain. Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan: (a) Akuntabilitas Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik. (b) Manajemen Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah untuk kepentingan masyarakat. (c) Transparansi Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan. (d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity) Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut. (e) Evaluasi Kinerja Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan. Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan: 1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan; 2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran; 3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai; 4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya; 5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; 6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan. Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-LO, aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan (KSAP,2008). Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual, untuk pengakuan pendapatan, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Dalam hal peraturan perundangan mewajibkan disajikannya laporan keuangan dengan basis kas, maka entitas wajib menyajikan laporan demikian. Basis akrual untuk Laporan Operasional berarti bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan; dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada Laporan Operasional. Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas, berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di Rekening. 2.2 Konvergensi SAP dengan IPSAS Akuntansi berbasis akrual telah berhasil diterapkan di berbagai negara maju dan membawa manfaat. Manfaat akuntansi berbasis akrual antara lain (Van Der Hoek, 2005): 1. Mendukung manajemen kinerja. 2. Menfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik. 3. Memperbaiki pengertian akan biaya program. 4. Memperluas dan meningkatkan informasi alokasi sumber daya. 5. Meningkatkan pelaporan keuangan. 6. Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset (termasuk kas). Penerapan akuntansi berbasis akrual di negara-negara berkembang harus direncanakan secara realistis dan praktis sesuai dengan kemampuan sumber daya dan kapasitas yang tersedia. Banyak penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual adalah strategi implementasi yang direncanakan dengan baik, komitmen, tujuan yang dikomunikasikan secara jelas, sumber daya manusia yang andal, dan sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 dan UU No. 1 tahun 2004 mengharuskan laporan keuangan pemerintah sudah menggunakan basis akrual. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis kas menuju akrual telah disusun dengan mengacu pada beberapa referensi bertaraf internasional antara lain IPSAS, Governmental Accounting Standards Board (GASB), dan Government Finance Statistics (GFS). Standar Akuntansi Pemerintahan (PP no. 24 thn 2005) disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) yang ada di IAI terdiri dari 11 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). Basis Akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam LRA dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam Neraca. Sehubungan dengan penerapan basis akuntansi akrual maka SAP melakukan konvergensi dengan IPSAS. PSAP yang semula 11 PSAP menjadi 12 PSAP dimana dengan accrual basis accounting mengharuskan adanya Laporan Operasional. Draft SAP terdiri dari Kerangka Konseptual dan 12 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP, Per Desember 2008 ): Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan PSAP No. 01 Penyajian Laporan Keuangan PSAP No. 02 Laporan Realisasi Anggaran) PSAP No. 03 Laporan Arus Kas PSAP No. 04 Catatan atas Laporan Keuangan PSAP No. 05 Akuntansi Persediaan PSAP No. 06 Akuntansi Investasi PSAP No. 07 Akuntansi Aset Tetap PSAP No. 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan PSAP No. 09 Akuntansi Kewajiban PSAP No. 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa PSAP No. 11 Laporan Keuangan Konsolidasi PSAP No. 12 Laporan Operasional Sesuai dengan proses penetapan SAP (due process), draft SAP diterbitkan dan dipublikasikan secara luas dalam rangka memperoleh berbagai masukan untuk penyempurnaan SAP. Masukan diharapkan berasal dari stakeholder, antara lain praktisi, akademisi, auditor, dan anggota legislatif, melalui tanggapan tertulis maupun tanggapan lisan pada acara dengar pendapat yang diselenggarakan KSAP. Terhadap seluruh masukan tersebut, selanjutnya dilakukan pembahasan dan penyempurnaan oleh KSAP sebelum dimintakan pertimbangan dari BPK. Proses pembuatan standar akuntansi pemerintahan ini mengikuti langkah-langkah sebagaimana yang berlaku secara internasional, dan disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia. Di samping proses di atas KSAP juga melakukan diskusi dengan Tim Pembahas BPK atas substansi standar ini. Sehubungan basis akrual yang akan diterapkan dalam pelaopran keuangan di pemerintah Indonesia maka draft SAP harus segera di sahkan dan disosialisasikan ke pemerintah pusat dan daerah agar dapat diimplementasikan dalam laporan keuangan tahun anggaran 2015. 2.3 Kesimpulan Konsep akuntansi berbasis akrual dipercaya dapat menghasilkan informasi yang lebih akuntabel dan transparan dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung terlaksanakannya perhitungan biaya pelayanan publik dengan lebih wajar. Nilai yang dihasilkan mencakup seluruh beban yang terjadi, tidak hanya jumlah yang telah dibayarkan. Dengan memasukkan seluruh beban, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar, akuntansi berbasis akrual dapat menyediakan pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat waktu, dan pengungkapan kewajiban di masa mendatang. Dalam rangka pengukuran kinerja, informasi berbasis akrual dapat menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya ekonomi yang sebenarnya. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual merupakan salah satu sarana pendukung yang diperlukan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pemerintah. Daftar Pustaka Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2008. “Draft Standar Akuntansi Pemerintahan”, Ikatan Akuntan Indonesia. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2006. “Memorandum Pembahasan Penerapan Basis Akrual Dalam Akuntansi Pemerintahan Indonesia”, Ikatan Akuntan Indonesia. Kristina Lundqvist, 2001. “Accrual Accounting in Swedish Central Government”, The Swedish Financial Management Authority Mark Champoux , 2006. “Accrual Accounting in New Zealand and Australia Issues and Solutions”, Briefing Paper No. 27. Harvard Law School Federal Budget Policy Seminar. Public Accounts of Canada, 2009. “Summary Report and Financial Statements Canada” Prepared by the Receiver General for Canada Government of Canada Sunil Goyal, 2006. “A Study On Accrual-Based AAccounting For Government & Ublic Sector Entities In SAARC Countries”. South Asian Federation Of Accountants (SAFA)