BAB I PENDAHULUAN Virus jenis H5N1 dikenal

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
Virus jenis H5N1 dikenal sebagai virus flu burung yang paling
membahayakan yang telah menginfeksi baik manusia ataupun hewan. Virus yang
juga dikenal dengan A (H5N1) ini merupakan virus epizootic (penyebab epidemik
di mahluk non manusia) dan juga panzootic (yang dapat menginfeksi binatang
dari berbagai spesies dari area yang sangat luas.
Virus HPAI A (H5N1) pertama kali diketahui membunuh sekawanan
ayam di Skotlandia pada tahun 1959, namun virus yang muncul pada saat itu
sangat berbeda dengan virus H5N1 pada saat ini. Jenis dominan dari virus H5N1
yang muncul pada tahun 2004 berevolusi dari virus yang muncul pada tahun 2002
yang menciptakan gen tipe Z.
Virus H5N1 dibagi menjadi 2 jenis turunan, turunan yang pertama adalah
virus yang menginfeksi manusia dan burung yang ada di Vietnam, Thailand,
Kamboja dan burung yang ada di Laos dan Malaysia. Jenis turunan pertama ini
tidak menyebar ke daerah lain.
Sedangkan yang turunan jenis 2 dikenali dari burung yang ada di China,
Indonesia, Jepang, dan Korea Utara yang kemudian menyebar ke Timur Tengah,
Eropa dan Afrika. Virus jenis turunan ke 2 ini adalah virus yang menjadi
penyebab infeksi ke manusia yang terjadi dalam kurun waktu 2005-2006 di
berbagai negara. Analisa genetik yang telah dilakukan membuktikan bahwa ada 6
jenis subklas dari turunan jenis ke 2, yang 3 diantaranya tersebar dan menginfeksi
manusia di negara-negara berikut ini :

Subklas 1 : Indonesia

Subklas 2 : Eropa, Timur Tengah dan Afrika

Subklas 3 : China
H5N1 sebenarnya adalah jenis virus yang menyerang reseptor galactose
yang ada pada hidung hingga ke paru-paru pada unggas yang tidak ditemukan
pada manusia, dan serangan hanya terjadi disekitar alveoli yaitu daerah daerah di
paru-paru dimana oksigen disebarkan melalui darah. Oleh karena itu virus ini
tidak gampang disebarkan melalui udara saat batuk atau bersin seperti layaknya
virus flu biasa.
Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1997, peneliti menemukan
bahwa virus H5N1 terus berevolusi dengan melakukan perubahan di zat antigen
dan struktur gen internal yang kemudian dapat menginfeksi beberapa spesies yang
berbeda.
Virus yang pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun 1997 dan
2001 tidak mudah ditularkan dari burung satu ke lainnya dan tidak menimbulkan
penyakit yang mematikan pada beberapa binatang. Namun pada tahun 2002, jenis
baru virus H5N1 muncul, dikenal dengan virus H5N1 tipe gen Z yang menjadi
tipe gen dominan, yang menyebabkan penyakit akut pada populasi burung di
Hongkong, termasuk disfungsi neurologi dan kematian pada bebek dan jenis
unggas lainnya.
Virus dengan tipe gen inilah yang menjadi epidemic di Asia Tenggara
yang menyebabkan kematian jutaan ekor ayam dan dari 2 sub klas yang tercipta
akibat mutasi virus yang selalu berubah telah menimbulkan korban ratusan
manusia yang meninggal dunia. Mutasi yang terjadi dari jenis virus ini
meningkatkan patogen virus yang dapat memperparah serangan virus ke berbagai
spesies dan ditakutkan nantinya mampu menularkan virus dari manusia ke
manusia lainnya. Mutasi tersebut terjadi di dalam tubuh burung yang menyimpan
virus dalam jangka waktu lama di dalam tubuhnya sebelum akhirnya meninggal
akibat infeksi.
Mutasi yang terjadi pada virus H5N1 merupakan karakteristik jenis virus
influenza, dimana virus tersebut mampu mengkombinasikan jenis 2 jenis virus
influenza yang berbeda yang berada dalam 1 jenis reseptor pada saat yang
bersamaan.
Kemampuan virus untuk bermutasi menghasilkan jenis yang mampu
menginfeksi berbagai jenis spesies adalah karena adanya variasi yang ada di
dalam gen hemagglutinin. Mutasi genetik dalam gen hemaglutinin menyebabkan
perpindahan asam amino yang pada akhrinya dapat mengubah kemampuan
protein dalam hemagglutinin untuk mengikat reseptor dalam permukaan sel.
Mutasi inilah yang dapat mengubah virus flu burung H5N1 yang tadinya
tidak dapat menginfeksi manusia menjadi dapat dengan mudah menular dari
unggas ke manusia. Oleh karena itu peneliti sekarang sedang giat-giatnya
mencoba memahami sifat virus ini dan berusaha melakukan rekayasa genetika
dengan memasukkan 2 asam amino virus flu spanyol H1N1 ke dalam
hemaglutinin H5N1 sehingga nantinya virus H5N1 tidak menjadi pandemik yang
membahayakan manusia seperti yang terjadi pada wabah tahun 1918.
BAB II
PEMBAHASAN
 DEFINISI
Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian
infuenza jenis H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik
Korea, Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan
Pakistan. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi
unggas yang terinfeksi.
 EPEDIMIOLOGI
Pada Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali,
Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan
adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut
disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh
Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza (AI)).
Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di
Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor. Pada tanggal 6 Februari 2004 WHO
mengkonfirmasikan bahwa telah ditemukan sebanyak 55 penderita flu burung
H5N1 sampai saat ini, dengan Case Fatality Rate sekitar 76-80% dan 80% kasus
flu burung menyerang anak-anak serta remaja.
 ETIOLOGI
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A. Virus influenza
termasuk famili Orthomyxoviridae, yang terbagi atas (1) Virus influenza tipe A
yang secara antigenik sangat bervariasi dan dapat berubah-rubah bentuk (Drift,
Shift) dan merupakan penyebab dari sebagian besar kasus epidemi dan pandemi.
(2) Virus influenza tipe B dapat juga memperlihatkan perubahan antigenik dan
kadang-kadang menyebabkan epidemi. (3) Virus influenza tipe C yang secara
antigenik bersifat stabil dan hanya menyebabkan penyakit ringan.
Perbedaan antigenik diperlihatkan oleh protein struktural internal,
nukloeprotein (NP), dan protein matriks (M), digunakan untuk membagi virus
influenza menjadi tipe A, B dan C. Sedangkan variasi antigenik pada glikoprotein
permukaan yang terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), digunakan
untuk menentukan subtipenya.
Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2,
H1N2, H7N7. Sedangkan pada hewan terdapat jenis H1-H5 dan N1-N9. Strain
yang sangat virulen adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan
hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22º C dan lebih dari 30 hari pada 0º C. Virus
akan mati pada pemanasan 60º C selama 30 menit atau 56º C selama 3 jam,
dengan detergen dan dengan desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang
mengandung iodine.
 PATOFISIOLOGI
Untuk menginfeksi badan, virus akan mencari jalan masuk kedalam sel
dan menghasilkan salinan dirinya yang kemudian dilepaskan untuk
menginfeksi sel-sel yang lain. Sebuah virus dapat masuk kedalam sel,
dengan menempel padanya. Pada virus flu burung yaitu H5N1,
hemaglutinin bagian H dari nama itu, yang melakukan tugas ini.
Setelah berada di dalam, virus itu, mengambil alih sel, memaksa sel untuk
membuat salinan protein dari virus itu bukannya yang diperlukan oleh sel.
Virus dapat membuat sel 100.000- 1.000.000 salinan dari dirinya dalam
waktu 10 jam. Walaupun demikian, virus ini tidak memeriksa salinan yang
dibuatnya dan banyak yang cacat (mutasi). Sebenarnya sampai dengan
99% salinan mungkin
demikian buruk, sehingga tidaak daapat
menginfeksi sel lain, namun dengan keadaan seperti itu, masih ada sampai
dengan 10.000 salinan yang dapat hidup terus dari setiap sel yang
terinfeksi. Ini adalah bagian dari cara virus menyerang untuk membuat
salinan yang cacat begitulah cara virus mengalami mutasi untuk
menghasilkan galur berbeda yang tidak dikenali oleh system kekebalan
tubuh.
Akhirnya salinan virus hanya memecahkan sel untuk menginfeksi lebih
banyak sel lagi. Ini adalah tugas dari Neuraminidase (N dari nama itu).
Ketika virus flu memecahkan sebuah sel, sel inang itu hancur. Sel yang
mati dilepaskan dalam paru-paru menyebabkan paru-paru menjadi
kehilangan sel yang diperlukan untuk memindahkan oksigen kedalam
darah dan menyebumbatnya dengan materi mati yang menyebabkan sesak
nafas dan batuk.
 SUMBER PENULARAN
Ada beberapa sumber penularan flu burung, diantaranya :
1. Pupuk kandang
2. Kotoran unggas
3. Cairan atau secret unggas yang terkena flu burung
 CARA-CARA PENULARAN VIRUS
Dengan mengetahui secara detail tentang penularan penyakit flu burung,
kita akan bisa mengetahui cara-cara untuk menghindarinya dengan tepat, tanpa
membuat aksi yang berlebihan. Berikut ini cara-cara penularan flu yang
disebabkan oleh virus H5N1 ini.
1. Secara garis besar, kita pasti mengetahui bahwa kontak langsung dengan
sumber penyakit akan membuat kita terjangkit. Hal yang sama juga
berlaku pada penyakit flu burung. Berdasarkan pendapat para ahli,
disimpulkan bahwa vektor utama penyakit ini adalah unggas. Bersentuhan
langsung dengan unggas yang sakit, atau produk dari unggas sakit tersebut
akan membuat Anda tertular. Pencegahan yang dilakukan hanya bisa
dilakukan dengan membakar bangkai hewan tersebut. Akan tetapi, metode
pembakaran yang digunakan harus tepat guna mencegah asap dan material
lain tersebar ke tempat lain. Material-material tersebut masih memiliki
potensi menularkan virus H5N1. Cara yang dianggap lebih efektif adalah
dengan mengubur bangkai ternak tersebut dalam-dalam.
2. Media lain untuk menularkan penyakit flu burung ini adalah lingkungan
sekitar. Jika Anda tinggal di sekitar kandang ternak unggas, atau memiliki
burung peliharaan yang tiba-tiba mati, waspadalah. Udara sekitar kandang
sangat mengandung berbagai material yang ada dalam kotoran ternak. Jika
unggas terjangkit virus H5N1, bisa dipastikan bahwa udara sekitar sudah
mengandung virus flu burung tersebut. Udara dan peralatan yang tercemar
kotoran ternak unggas akan menjadi media perantara penularan virus
H5N1 yang sangat baik.
3. Penularan flu burung juga dapat terjadi dengan perantara manusia. Akan
tetapi, disinyalir penularan lewat manusia merupakan media yang sangat
tidak efektif. Kasus penularan lewat manusia sangat jarang terjadi. Virus
H5N1 berbeda karakter dengan virus H1N1 penyebab flu babi yang sangat
efektif ditularkan lewat manusia. Meski begitu, tetaplah waspada jika
Anda berada didekat pasien flu burung.
4. Cara lain penularan flu burung adalah melewati produk dari ternak unggas.
Sebagian orang memilih mengkonsumsi produk unggas mentah atau tidak
dimasak sempurna. Fillet ayam, telur mentah dan beragam produk mentah
unggas
dapat
menjadi
media
menularkan
virus
H5N1
pada
pengkonsumsinya. Virus flu burung ini akan mati apabila produk unggas
tersebut dimasak secara sempurna (benar-benar matang).Mengkonsumsi
daging setengah matang dan telur setengah matang masih berpeluang
terjangkit virus flu burung ini jika unggas yang dipotong sudah terjangkiti
oleh virus ini. Untuk itu, jika Anda akan mengkonsumsi unggas yang
berasal dari daerah yang dicurigai terjangkiti virus H5N1, pastikan daging
atau telur unggas tersebut dimasak hingga benar-benar matang hingga
aman untuk dikonsumsi.
 MASA INKUBASI
Pada unggas masa inkubasi berlangsung 1-10 hari. Sedangkan pada
manusia berkisar 1-3 hari. Masa infeksi 1 hari sebelum timbul gejala sampai 3-5
hari timbul gejala. Pada anak-anak berlangsung sampai 21 hari.
 MANIFESTASI KLINIS
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia :

Gejala pada unggas
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Jengger berwarna biru
Borok dikaki
Kematian mendadak
Bulu mengkerut
Kepala bengkak
Bersin
Diare
Bertingkah seperti depresi

Gejala pada manusia
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Demam (suhu badan diatas 38º C)
Batuk dan nyeri tenggorokan
Batuk
Pilek
Lemas
Sakit kepala
Radang saluran pernafasan atas
Pneumonia
Respiratori distress
 Factor resiko
1. Pekerja peternakan
2. Penjual unggas
3. Pemelihara unggas
4. Petugas laboraturium yang meneliti/ memeriksa penyakit flu burung
5. Orang yang memiliki system kekebalan tubuh yang rendah
 Diagnose
Dilakukan anamnesa, pemeriksaan klinis dan laboraturium untuk
menegakkan diagnose flu burung. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk
mengamati gejala klinis yang timbul, keadaan umum penderita, tandatanda vital penderita, serta berat ringannya penyakit.
Pemeriksaan laboraturium dilakukan untuk menilai keadaan kesehatan
penderita dan juga untuk mendeteksi bakteri/virus apa yang menyerang
penderita tersebut. Pemeriksaan laboraturium untuk menilai keadaan
kesehatan antara lain dengan menilai jumlah leukosit, limfosit, fungsi hati,
fungsi ginjal, dan penting juga analisis gas darah arteri.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
31
Oktober
2012.
Sejarah
Penyebaran
Virus.
http://fluburung.org/virus_flu_burung.asp
Departemenen Komunikasi dan Informatika Badan Informasi Publik. Flu Burung
(ancaman dan pencegahan). 2005. Jakarta, Indonesia.
Harrison. 2009. Manual Kedokteran, Jilid Satu. Kharisma Publishing Group.
Tangerang, Indonesia.
Lyndon Saputra. 2008. Flu Burung. Kharisma Publishing Group. Tangerang,
Indonesia.
Download