Comparison of line fishing catches after and before installed the fish agregating device(FAD’s) By Muhammad Muammar1), Arthur Brown2), and Pareng Rengi2) 1) Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University 2) ABSTRACT For purpose to compare line fishing catches, which its were set close at FAD’s device and without FAD’s. Series fishing ctivities were carried out at fishing ground with FAD’s and without FAD’s during July 3rd -13th, 2013 in Teluk Rhu village, North Rupat district, Bengkalis regency, Indonesia. The result show that the composition and number of line fishing catches was signficatly different from T test to the weight of fish Thit = 5.37> Ttab = 1.833, this means Thit> Ttab, Ho is rejected and Hais accepted.with FAD’s and without FAD’s. The line fishing catches by FAD’s was caugth 1.3 kg (3 individuals) snapper, 0.9 (3 individuals) groupers and 0.4 kg (1individual) puffer fish. While, the line fishing catches without FAD’s was 8 kg (5 individuals) groupers, 3.1 kg (4 individuals) snappers, 4.6 kg (3 individuals) stingrays, 2.6 kg (3 individuals) croakers and 6 kg (3 individuals) spines. Keywords: Fish agregating device(FAD’s), line fishing, Teluk Rhu village, PENDAHULUAN Pantai Pasir Panjang adalah salah satu objek wisata yang sedang dikembangkan di Provinsi Riau. Panjang pantai ini lebih kurang 9 Km dan berpasir putih, sehingga sangat menarik untuk berbagai aktifitas pantai. Di sepanjang pantai Pasir Panjang terdapat desa-desa nelayan, seperti Tanjung Punak, Teluk Rhu dan Tanjung Medang yang merupakan tempat pendaratan ikan laut terbesar di Kabupaten Bengkalis. Kecamatan Rupat Utara terdiri dari 5 desa dengan ibukota kecamatan berada di Tanjung Medang. Luas wilayah kecamatan rupat utara adalah 628,50 Km meliputi desa Kadur, desa Tanjung Medang, Tanjung Punak, desa Teluk Rhu dan Titi Akar. Dengan mata pencaharian penduduknya yaitu petani, nelayan dan pedagang (http:// Kecamatan Rupat dalam Angka 2009, BPS Kabupaten Bengkalis.com). Desa Teluk Rhu merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Rupat Utara dengan luas wilayah Desa Teluk Rhu 30,36 km2 yang mana sebelah Utara berbatasan dengan Kadur, sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Medang, sebelah Barat berbatasan dengan Tanjung Punak dan sebelah Timur berbatasan dengan Titi Akar. (www.Rupat Utara.com). (Ayodhyoa, 1981) mengemukakan bahwa pancing rawai atau long linetelah banyakdikembangkan kearah yang lebih maju oleh nelayan Jepang. Secaraumum long line bertujuanuntuk menangkap jenis-jenis ikan Tuna walaupundemikian pada prinsipnya juga dipakai untukmenangkap ikan Salmon, Spanish,Mackerel, dan lainlain. Salah satu alat penangkapan yang digunakan oleh nelayan di sekitar pesisirpantai adalah Rawai (mini long line). Perairan bagian Desa Teluk Rhu merupakanwilayah daerah penangkapan (fishing ground) rawai (mini long line) di wilayahKabupaten Bengkalis. Dari penggolongannya alat tangkap rawai (mini long line) initermasuk dalam pancing (hooks and lines). Popularitas alattangkap rawai (mini long line) ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor,diantaranya efektivitasnya sebagai alat tangkap dan kemudahan dalampengoperasiannya serta penanganan dan perawatan yang relatif murah dan mudah.Rawai adalah alat tangkap yang memiliki sejumlah variasi baik dalam halukuran, struktur maupun besar kecil jenis ikan yang menjadi tujuanpenangkapan. Kerusakan hutan mangrove di beberapa bagian pesisir kabupaten Bengkalis di kawasan Pulau Rupat menyebabkan hilangnya tempat ikan berlindung dan mencari makan, pada seiring akan menyebabkan jumlah ikan berkurang. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah hilangnya tempat berkumpul nya ikan yang menjadi lokasi penangkapan ikan yang potensil adalah dengan pemasangan rumah ikan. Penempatan rumah ikan dipermukaan sebagai salah satu alternatif bagi ikan berlindung dan mencari makan namun sejak penempatan rumah ikan ini di perairan Teluk Rhu pada tahun 2012 yang lalu belum diketahui secara pasti apakah mampu menjadi tempat persigahan ikan, sudah tercapai. Apakah ada perbedaan antara lokasi yang telah dipasangi rumah ikan dengan lokasi yang tidak dipasangi rumah ikan dilihat dari hasil penangkapannya. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna melihat hasil tangkapan alat tangkap rawai yang dioperasikan pada kawasan rumah ikan dan tidak di kawasan rumah ikan di desa Teluk Rhu kecamatan Rupat Utara Kabupaten Bengkalis dengan cara membandingkan hasil tangkapan pada kawasan rumah ikan dan tidak di rumah ikan. Rumusan Masalah Secara alami ikan membutuhkan tempat berlindung dari predator dan tempat mencari makan. Biasanya fungsi ini ditemukan pada kawasan-kawasan pesisir yang ditumbuhi oleh hutan mangrove. Seiring dengan terjadinya kerusakan mangrove dalam jumlah cukup besar menyebabkan ikan-ikan menjadi kehilangan tempat yang nyaman untuk berlindung dan mencari makan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kehilangan adalah dengan penempatan rumah buatan atau rumah ikan, namun mendatangkan ikan berkumpul di kawasan rumah ikan maka perlu dilihat apakah ada berbedaan dengan hasil tangakapan di luar kawasan rumah ikan makan perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan nya. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil tangkapan rawai secara keseluruhan (kg), jenis dan jumlah hasil tangkapan (ekor) pada kawasan rumah ikan dan tidak di kawasan rumah ikan di perairan desa Teluk Rhu. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah untuk dijadikan sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya bagi penduduk atau nelayan setempat tentang manfaat rumah ikan melakukan penangkapan ikan di lokasi rumah ikan dengan menggunakan alat tangkap rawai, sehingga dapat membandingkan dan meningkatkan usaha penangkapan dari sebelumnya. Hipotesis Untuk mengetahui perbedaan hasil tangkapan rawai di kawasan rumah ikan dan tidak di kawasan rumah ikan, maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis: Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil tangkapan di kawasan rumah ikan dan tidak di kawasan rumah ikan. Ha : Terdapat perbedaan hasil tangkapan di kawasan rumah ikan dan tidak di kawasan rumah ikan. METODE PENELITIAN Metode Metode penelitian adalah metode survay dengan melakukan operasi penangkapan. Data hasil tangkapan dan kualitas air di daerah penangkapan serta data hasil tangkapan merupakan data primer. 3.3.2. Prosedur penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan pada kawasan rumah ikan dan tidak di kawasan rumah ikan, penelitian dimulai dengan mempersiapkan bahan dan peralatan yang diperlukan. 2. Sebelum mengoperasikan alat tangkap rawai, nelayan terlebih dahulu mencari umpan dengan menggunakan alat tangkap jaring insang (Drift gillnet). 3. Setelah umpan didapat barulah nelayan menuju daerah fishing ground. 4. Untuk menentukan daearh lokasi penangkapan sesuai dengan kebiasaan nelayan setempat, biasanya nelayan rawai mengoperasikan 5-7 mil dan di lokasi rumah ikan mengoperasikan 1-2 mil dari tepi pantai. 5. Setelah itu dilakukan pengukuran parameter lingkungan dipermukaan perairan seperti kecepatan arus, kedalaman dan salinitas, suhu. Kemudian baru dilakukan penurunan alat, pada kawasan rumah ikan dan tidak kawasan rumah ikan selama 10 hari. 6. Pemasangan (setting) alat tangkap rawai dengan menurutkan pelampung yang telah diberi bendera dan pemberat dengan menurutkan tali utama serta tali cabang yang diikat pada tali utama dan mata pancing yang telah diberi umpan, seterusnya sampai ujung tali utama yang diberi pemberat akhir. 7. Setelah 3 jam lamanya terentang di perairan lalu dilakukan penarikan (hauling) atau pengangkatan. Pada saat melakukan hauling, alat tangkap disusun kembali dengan baik seperti sediakala untuk memudahkan pengoperasian berikutnya. 8. Hasil tangkapan dihitung berdasarkan jumlah individu (ekor), jumlah berat (Kg) dan jumlah berat per jenis. 9. Selanjutnya sampel masingmasing ikan dibawa 1-2 ekor ke laboratorium untuk di identifikasi (Saanin, H.1984). Dengan cara diawetkan terlebih dahulu dengan menggunakan formalin supaya ikan tidak rusak atau busuk. 3.4. Asumsi Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan, maka dalam penelitian ini di kemukakan beberapa asumsi antara lain : 1. Ikan yang berada di daerah penangkapan menyebar secara merata dan mempunyai kesempatan yang sama untuk tertangkap. 2. Faktor lingkungan yang tidak diukur memberikan pengaruh yang sama. 3. Kerampilan nelayan pembantu dianggap sama. 4. Ketelitian pencatatan seluruh data oleh penelitian dan pembantu penelitian dianggap sudah mendekati tingkat kecermatan. 3.5. Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survay. Dimana pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung. Untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh lokasi terhadap jumlah hasil tangkapan di lakukan Uji–t (Sudjana, 1992) dengan mengunakan persamaan sebagai berikut : X1 X2 Thit = S √1/𝑛1 + 1 /𝑛2 Keterangan : n1 n2 X1 = jumlah pengamatan I ( pada kawasan rumah ikan ) = jumlah pengamatan II ( pada kawasan tidak di rumah ikan ) = rata-rata hasil tangkapan pada kawasan rumah ikan (Kg) HASIL DAN PEMBHASAN Desa Teluk Rhu merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan RupatUtaraKabupatenBengkalis Provinsi Riau yang sebagian besar penduduknyabermata pencaharian sebagai nelayan. Secara geografis Desa Teluk Rhu terletak pada posisi 102°19'38'' BT sampai 102°29'48''BT dan 01°24'55''LUsampai 01°32' LU. Nelayan Desa Teluk Rhu melakukan penangkapan di Selat Malaka. Pada umumnya alat tangkap yang digunakan adalah rawai dan jaring. Alat tangkap rawai ini dioperasikan nelayan setempat sejauh 5 mil - 7 mil dari pesisir pantai kearah selat malaka. Alat Tangkap Rawai Alat tangkap rawai yang dioperasikan oleh 2 orang. Satu orang mengendalikan kapal dan seorangnya lagi menurunkan alat tangkap karena jumlah alat tangkap yang diturunkan sebanyak 1 unit sehingga dalam penugasannya dilakukan secara bergantian. Alat tangkap rawai ini panjang tali utamanya 250 m dan 1 X2 S = rata-rata hasil tangkapan pada kawasan tidak di rumah ikan (Kg) = Standar deviasi. Untuk menentukan varians sampel digunakan rumus sebagai berikut : S12= n∑X12 (∑ X1)2 n(n-1) Nilai Thit lalu di bandingkan dengan Ttab, apabila Thit lebih besar dari padaTtab maka hipotesis yang di ajukan di tolak, apabila Thit lebih kecil dari pada Ttabmaka hipotesis yang di ajukan di terima. Data lainnya dalam penelitian ini adalah parameter lingkungan seperti suhu, salinitas, kecepatan arus dianalisa secara deskriptif. armada dioperasikan 1 alat tangkap, 1 alat tangkap mempunyai 200 mata pancing yang berukuran No 7, tiap mata pancing jaraknya 2 meter. Kapal yang digunakan yaitu kapal motor tempel yang panjangnya 7.5 meter dan lebar 1.5 meter, mesin yang digunakan yaitu mesin yamaha yang berukuran 15 pk. Rumpon (rumah ikan) Rumpon (rumah ikan) adalah alat bantu penangkapan ikan yang terdiri dari pelampung tanda, tali, atraktor dan pemberat. Tujuan dari pemasangan Rumah ikan ini adalah tempat sebagai areal berpijah bagi ikan-ikan dewasa (spawning ground) atau areal perlindungan, asuhan dan pembesaran bagi telur serta anak-anak ikan yang bertujuan untuk memulihkan ketersediaan (stok) sumberdaya ikan dan mengumulkan yang bernilai ekonomi tinggi agar lebih mudah di tangkap menggunakan pancing oleh nelayan setempat. Dari wawacara dengan kepala UPTD perikanan kecamatan Rupat Utara lokasi penempatan atau pemasangan rumah ikan di Kabupaten Bengkalis ada 2 titik lokasi 1 di desa Teluk Rhu dengan letak 02007'013''lintang utara dan 101041'447'' bujur timur, lokasi 2 di DesaTanjungPunakdenganletak 02006'473'' lintang utara dan 101041''582'' bujur timur. Dimana lokasi ini dipilih dari hasil musyawarah kelompok pada saat sosialisasi penempatan rumah ikan kepada kelompok nelayan penerima bantuan. Pelaksanaan penempatan atau Sumber : Data Primer (2013) Kec. Arus No. Tanggal (cm/det) X1 X2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 03 juni 2013 21 23 04 juni 2013 22 22 05 juni 2013 21 23 06 juni 2013 22 23 07 juni 2013 20 21 08 juni 2013 22 24 09 juni 2013 21 23 10 juni 2013 22 24 11 juni 2013 21 25 12 juni 2013 20 23 Kisaran 20-22 21-25 Sumber: Data Primer, (2013). pemasangan rumah ikan dilakukan pada 5 Nopember 2012 dengan jumlah 3 paket (150 modul). Parameter Lingkungan Perairan Parameter Lingkungan mempunyai peranan penting dan sangat menentukan keberhasilan dari usaha penangkapan. Parameter Lingkungan perairan yang diukur selama penelitian adalah kecepatan arus, kedalaman, suhu, dan salinitas dapat dilihat pada tabel 1 Kedalaman (m) X1 X2 28 26 30 27 26 29 26 31 27 26 26-31 X1: Di kawasan Rumah Ikan X2: Tidak Di kawasan Rumah Ikan Dari Tabel 1, dapat diketahui bahwa Kecepatan arus selama Penelitian pada kawasan rumah ikan berkisar 20-22 cm/det dan tidak di kawasan rumah ikan antara 21-25 cm/det. Kisaran Kedalaman yang terjadi pada kawasan rumah ikan 26-31 m dan tidak di kawasan rumah ikan 46-49 m. Untuk suhu pada kawasan rumah ikan 28-290C dan tidak di kawasan rumah ikan 2930.50C. Salinitas pada kawasan rumah ikan 30-32 0/00 dan tidak di kawasan rumah ikan 31-33 o/oo. 46 45 46 47 48 48 49 49 48 49 46-49 Suhu (o C) X1 X2 29 28 28.5 28 29 28 28.5 28 29 28.5 28-29 30 29 30 29.5 30.5 29.5 31 30 30.5 30 29-30.5 Salinitas (o/oo) X1 30 31 32 30 30 31 30 31 30 31 30-32 X2 31 31.5 33 31.5 32 32.5 32 33 31.5 32 31-33 Komposisi Hasil tangkapan Hasil tangkapan yang diperoleh oleh alat tangkap rawai selama penelitian terdiri dari 5 spesies yaitu: ikan kakap (Lutjanus sp), ikan Kerapu (Ephinephelus sp), ikan pari (Trygon sephen), ikan duri (Arius sp), ikan gulamah (Pseudocienna amovensis) dan ikan buntal (Diodon holocanthus). Selama 10 hari penangkapan diperolah hasil penangkapan rawai pada kawasan rumah ikan 2.6 kg yang berjumlah 6 ekor dan pada tidak kawasan rumah ikan 24.3 kg berjumlah 18 ekor, adapun jumlah dan berat hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Berat dan Jumlah Tangkapan Harian Rawai Selama penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tanggal 03 juni 2013 04 juni 2013 05 juni 2013 06 juni 2013 07 juni 2013 08 juni 2013 09 juni 2013 10 juni 2013 11 juni 2013 12 juni 2013 Jumlah Sumber: Data Primer, (2013). Daerah Penangkapan Di Kawasan rumah ikan Tidak di kawasan rumah ikan Kg Ekor Kg Ekor 0.4 1 2.6 2 3.3 3 0.3 1 4 3 0.3 1 2.3 1 1.2 2 1 1 1.7 1 5 4 0.4 1 1.5 1 1.3 1 1.6 1 2.6 6 24.3 18 Dari Tabel 2 dapat dilihat hasil tangkapan harian terbanyak dioperasi di daerah tidak dikawasan rumah yaitu pada hari ke-7 penelitian sebanyak 5 kg atau 4 ekor dan hasil tangkapan yang paling sedikit terdapat pada hari ke-5 sebanyak 1 kg (1 ekor) dengan rata-rata hasil tangkapan 2.43 kg (1,8 ekor). Sedangkan hasil tangkapan di kawasan rumah ikan justru sangat sedikit yaitu berkisar 0.3-1.2 kg, setiap harinya dengan rata-rata hasil tangkapan 0.26 kg (0.6 ekor). Jenis, Berat dan Jumlah Hasil Tangkapan Pada Kawasan Rumah Ikan dan Tidak di Kawasan Rumah Ikan Jenis, berat dan jumlah hasil tangkapan rawai selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Hasil Tangkapan Rawai pada Kawasan Rumah Ikan dan Tidak di Kawasan Rumah Ikan. Daerah Penangkapan Nama Lokal Nama Latin Di Kawasan Tidak di No rumah ikan kawasan rumah ikan Kg Ekor Kg Ekor 1 Ikan Kerapu Ephinephelus sp 1.3 3 8 5 2 Ikan Kakap Lutjanus sp 0.9 3 3.1 4 3 Ikan Pari Trygon sephen 4.6 3 4 Ikan Gulamah Pseudociennaamovensis 2.6 3 5 Ikan Duri Arius sp 6 3 6 Ikan Buntal Diodon holocanthus 0.4 1 Jumlah 2.6 6 24.3 18 Sumber:Data Primer 2013 Dari Tabel 3 dapat dilihat hasil tangkapan ikan yang paling banyak tertangkap adalah pada kawasan tidak di kawasan rumah ikan dan yang terbanyak adalah ikan kakap 8 kg (5 ekor) dan yang terendah adalah ikan gulamah 2.6 kg (3 ekor). Ikan gulamah, ikan pari dan ikan duri tidak tertangkap di kawasan rumah ikan. Pembahasan Hasil tangkapan Dari data hasil selama penelitian dapat terlihat bahwa pada kawasan rumah ikan dan tidak di kawasan rumah ikan terlihat jenis-jenis ikan yang tertangkap terdiri dari ikan kakap (Lutjanus sp), ikan kerapu (Ephinephelus sp), ikan pari (Trygon sephen),ikan gulamah (Pseudocienna amovensis), ikan duri (Arius sp), dan ikan buntal (Diodon holocanthus). Jenis yang banyak tertangkap selama penelitian pada kawasan rumah ikan dan tidak di kawasan rumah ikan adalah ikan kakap (Lutjanus sp) dan ikan kerapu (Ephinephelus sp) baik dari jumlah individu (ekor) dan jumlah berat (kg). Jenis ikan tertangkap pada kedua kawasan adalah ikan kakap dan ikan kerapu, kedua jenis ikan tersebut tersebar mulai dari kawasan dekat pantai hingga kearah tengah laut. Kedua jenis ikan ini adalah ikan demersal. Namun dari data hasil tangkapan yang didapat mengindikasikan bahwa penyebaran ikan kakap dan ikan kerapu ini lebih banyak di kawasan jauh ke tengah laut atau laut lebih dalam. Hasil penelitian rumah ikan menurut (Hasanuddin, 2009). berdasarkan evaluasinya, setidaknya perlu sekitar 18 bulan agar Rumah Ikan tertutupi karang.Pemasangan Rumah Ikan diharapkan membentuk satu ekosistem baru, bagian dari rantai makanan (Food Chain). Terbentuknya rantai makanan diharapkan mampu menarik ikan karang atau demersal ekonomis penting lain untuk tinggal. Pada kawasan rumah ikan hasil tangkapan sangat kecil di bandingkan dengan tidak dikawasan rumah ikan. Karena di pengaruhi oleh faktor masa pemasangan rumah ikan dan belum terbentuk nya rantai makan pada kawasan rumah ikan. Dari hasil wawacara sama bapak Kepala UPTD Rupat Utara yaitu dilarangnya melakukan penangkapan di kawasan rumah ikan oleh Pemerintah, baru dibolehkan melalukan penangkapan di kawasan rumah ikan berumur 5 tahun Subani(1986) mengemukakan bahwa adanya ikan di sekitar rumpon berkaitan dengan pola jaringan makanan dimana rumpon menciptakan suatu arena makan dan dimulai dengan tumbuhnya bakteri dan mikroalga ketika rumpon dipasang. Kemudian mahluk renik ini bersama dengan hewan-hewan kecil lainnya, menarik perhatian ikanikan pelagis ukuran kecil. Ikan-ikan pelagis ini akan memikat ikan yang berukuran lebih besar untuk memakannya. Samples dan Sproul (1985); Subani(1986) mengemukakan teori tertariknya ikan yang berada disekitar rumpon disebabkan karena, Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenisikan tertentu, Rumpon sebagai tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan-ikantertentu, Rumpon sebagai subtrat untuk meletakkan telurnya bagi ikanikantertentu, Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikanikantertentu dan Rumpon sebagai tempat titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikan-ikan tertentu yang beruaya. Ikan-ikan yang tertangkap pada penelitian ini adalah jenis ikan karnivora yang menyukai ikan-ikan yang berukuran lebih kecil dari badannya sesuai dengan sifat predator yang memangsa ikan-ikan yang lebih kecil sebagai mangsanya. Menurut Matsuoka dalam Nofrizal et al (2004), proses tertangkapnya ikan oleh pancing dimulai pada saat pancing mulai dioperasikan kemudian berlanjut kepada ikan mulai mendekati umpan dan menemuinya. Proses ini sampai kepada terjadinya kontak antara ikan dengan pancing sehingga ikan terkait dan benar-benar berhasil ditangkap. Jenis rawai yang digunakan dalam penelitian ini adalah rawai dasar tetap. Hal ini sesuai dengan Brandt (1972), bahwa rawai tetap merupakan alat tangkap pasif, karena prinsif metode penangkapan ikan dengan menggunakan umpan adalah berusaha memikat ikan dengan sesuatu sebagai mangsanya, yakni dengan merangsang perhatian ikan dan menghasilkan respon langsung yang diberikan ikan. Menurut Gunarso (1985), mengemukakan bahwa rawai dasar yang dioperasikan pada dasar perairan umumnya ikan-ikan yang tertangkap adalah ikan-ikan dasar yang sudah terbiasa di tempat yang gelap dan karena ada cahaya mereka aktif bergerak. Dari uji T diketahui bahwa berat seluruh hasil tangkapan pada kawasan rumah ikan dan tidak dikawasan rumah ikan menunjukkan nilai Thit = 5.37 Sedangkan Ttab = 1.833, hal ini berarti Thit > Ttab, H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan hasil tangkapan rawai pada kawasan rumah ikan dan tidak dikawasan rumah ikan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil tangkapan di kawasan rumah ikan lebih rendah dan berukuran lebih kecil di bandingkan dengan di kawasan luar rumah ikan, jenis ikan yang terbanyak tertangkap di kedua kawasan adalah ikan kerapu dan ikan kakap dan jenis ikan. Lokasi pemasangan rumah ikan berada dekat pesisir pantai dengan salinitas yang lebih rendah dibandingkan kawasan di luar rumah ikan yang berada di tengah laut. Hasil tangkapan yang terbanyak di dapat pada kawasan tidak di rumah ikan baik menurut besar, jumlah individu ikan maupun jenis ikan tertangkap. Dari hasil tangkapan uji T diketahui bahwa ada perbedaan hasil tangkapan rawai pada kawasan rumah ikan dan tidak di kawasan rumah ikan. 5.2. Saran Dari penelitian terlihat bahwa hasil tangkapan rawai lebih banyak pada tidak di kawasan rumah ikan dibandingkan dengan di kawasan rumah ikan, untuk itu disarankan pada masyarakat Teluk Rhu agar tetap melakukan penangkapan pada kawasan di luar rumah ikan dan menunggu waktu yang tepat untuk menangkapan di kawasan rumah ikan. Mengingat waktu pemasangan rumah ikan masih tergolong baru masih perlu di lakukan okservasi secara detil tentang perkembangnya komunitas ikan di dalam rumah ikan dengan menggunakan echo sounder. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis sangat berterima kasih kepada Bapak Ir. Arthur Brown, M. Si selakupembimbing I dan Bapak Pareng Rengi, S.Pi M. Si selaku pembimbing II yang telahbanyak memberi masukan dalam penelitian ini. Dan juga kepada Bang Adi danBang iwan nelayan/pemilik alat tangkap Rawai yang telah bersedia melayanidengan ramah dan memberikan informasi tentang komposisi hasil tangkapan sertainformasi lainnya yang berada di perairan Desa Teluk Rhu. Penulis juga sangatberterima kasih kepada temanteman angkatan 2009 yang telah bersedia membantudan memberi semangat kepada penulis dalam penelitian ini sehingga dapat berjalandengan lancar. DAFTAR PUSTAKA Brandt, A, Von. 1964 Fishing Catching Method Of The Word, Third Edition. Fishing New (book) Itd, Hamburg. Germany. Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat, Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 149 hal. Nofrizal, Matsuoka, T., Tetsu, K. Dan Neor Ahmadi. 2004. Studi Selektifitas Pancing (Angling gear) Terhadap Hasil Tangkapan Blue Gill (Lepomis macrochirus) di Danau Somoyosi, Kagoshima, Japan. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. Subani,W. 1986.TelahPenggunaan Rumpon dan Payau dalam PerikananIndonesia.Jurnal PenelitianPerikanan Laut. No. 35. BalaiPenelitian PerikananLaut.Jakarta :Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Hal: 35-45. Sudjana, 1992. Metode (Edisi Ke5). Bandung. 508 hal. Statistika Tarsito http:// Kecamatan Rupat dalam Angka 2009, BPS Kabupaten Bengkalis.com