personal branding dalam iklan politik

advertisement
JURNAL
PERSONAL BRANDING DALAM IKLAN POLITIK
(Analisis Wacana Personal Branding Calon Legislative DPR-RI
dalam Iklan Dislay di Harian Solopos dan Harian Joglosemar
Periode Masa Kampanye 16 Maret-5 April 2014)
Oleh:
Ita Purwati
D0210062
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
PERSONAL BRANDING DALAM IKLAN POLITIK
(Analisis Wacana Personal Branding Calon Legislative DPR-RI
dalam Iklan Dislay Media Cetak Solopos dan Joglosemar
Periode Masa Kampanye 16 Maret-5 April 2014)
Ita Purwati
Sri Hastjarjo
Program Studi Ilmu Komunikasi FakultasIlmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Advertisement is one of marketing forms felt effective enough for product selling.
It is a synonymous with political advertisement. Commercial advertisement aims
to sell product, while in political advertisement sells party or candidate to
electorates. Political advertisement seems to be more complicated than product or
society service advertisement. This study conducted would analyze the
advertisement and explain how the personal branding is expressed in display
advertisement of LegislatorCandidates of DPR-RI in Solopos and Joglosemar
printed mediaduring Campaign Period of March 16th- April 5th 2014 using Guy
Cook’s analysis (2001) framework.
Having analyzed the two dimensions, it could be concluded that the personal
brand discourse the LegislatorCandidates of DPR-RI wanted to build through
display advertisement of printed media consisted of five categories. They were (1)
brand discourse demonstrating self-dependability (2) brand discourse wanted to
be imaged like certain political leaders (3) brand discourse displaying the figure
familiar with/close to the people (society) (4) brand discourse showing the figure
having no ambition and finally (5) the brand discourse showing the figure
upholding the pluralism values
Keywords: personal branding, news paper advertisement, critical discourse
analysis.
1
Pendahuluan
Tahun 2014 adalah tahun politik bagi bangsa Indonesia, di mana
masyarakat Indonesia mengadakan pesta demokrasi lima tahun sekali. Pada
peristiwa yang penting ini masyarakat diberikan kesempatan untuk menyalurkan
aspirasi mereka dan menentukan arah pemerintahan dengan mengikuti Pemilu
atau pemilihan umum secara langsung calon legislatif maupun presiden.
Tingginya persaingan politik tahun ini menjadikan kegiatan kampanye
menjadi kegiatan sangat penting untuk kandidat caleg dan partainya.Kampanye
adalah melakukan kegiatan komunikasi secara terencana dan lebih moderat,
terbuka, toleran, dengan waktu terbatas atau jangka pendek, dan program yang
jelas narasumbernya (komunikator) dan selalu berkonotasi positif 1. pada intinya
kampanye memiliki tujuan untuk memperkenalkan diri dan menarik perhatian
pemilih dengan berbagai cara.
Namun
dengan
munculnya
peraturan
dalam
pembatasan
cara
berkampanye membuat kandidat caleg dan partai politik harus lebih pintar dalam
membuat strategi berkampanye yang kreatif baik dalam pemilihan media dan
konsep iklan untuk memasarkan diri. Pemilu-pemilu sebelumnya memang
menggunakan media pencitraan, tetapi baru pada pemilu 2004, sebuah foto atau
gambar
lebih
bernilai
daripada
retorika
dan
pidato
kampanye
yang
membosankan2. Para elite politik semakin sibuk menampilkan profil terbaik
mereka melalui berbagai media dan iklan.
Personal branding menjadi salah satu hal yang penting bagi para
kandidat caleg karena mereka bersaing demi mendapatkan dukungan oleh
masyarakat, sehingga mereka berusaha agar bisa diterima oleh masyarakat
melalui citra yang diinginkan dan kuat. Personal branding itu sendiri merupakan
suatu hal alami yang menjadi bagian dari hubungan sosial seseorang dengan
masyarakat. Personal branding perlu untuk dilakukan oleh setiap individu karena
1
R. Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations,( Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 22
Idy Subandy Ibrahim, Budaya Populer Sebagai Komunikasi: Dinamika Pop scape Dan Media
scape di Indonesia Kontemporer, (Jalasutra, 2007), hal.189
2
2
jika tidak maka tidak menutup kemungkinan orang lain yang akan membentuk
persepsinya sendiri terhadap brand individu tersebut 3.
Di
Negara
berkembang
seperti
Indonesia,
kebanyakan
masih
menggunakan industri pertelevisian sebagai media terkemuka dalam political
marketing. Para pelaku politik biasanya membutuhkan banyak uang untuk
membiayai kampanye mereka hingga kemudian dikembangkan cara baru untuk
berkampanye menggunakan media political marketing.Untuk meminimalisir
biaya, para caleg memilih menggunakan media cetak sebagai gantinya.
Sebagai bagian dari pengungkapan ide dalam pembentukan personal
brand, iklan politik harus memiliki kesatuan atau keutuhan wacana atau tulisan
yang dapat mencerminkan ide atau permasalahan yang ingin diungkapkan oleh
penulis sehingga informasi atau hal-hal yang ingin diungkapkan oleh kreator
iklan dapat dimengerti dengan mudah oleh masyarakat yang terdiri dari berbagai
macam latar belakang yang berbeda-beda.
Selama ini penelitian yang dilakukan kebanyakan mengenai wacana
iklan politik dalam lingkup nasional, padahal budaya iklan politik pun sampai
pada tingkat lokal. Dengan mengusung tema lokal serta di media lokal. Dengan
karakteristik kelokalannya penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam
mengenai iklan politik tingkat lokal dalam hal ini bagaimana wacana personal
branding yang ditampilkan oleh para caleg.
Rumusan Masalah
Bagaimana wacana personal banding yang terdapat pada iklan gambar
caleg DPR-RI dalam Harian Solopos dan Harian Joglosemar periode masa
kampanye 16 Maret-5 April 2013?
Tinjauan Pustaka
A. Komunikasi politik
Sebagai suatu bentuk kajian yang berhubungan dengan kegiatan
berkomunikasi, beberapa ahli juga menjelaskan beberapa unsur-unsur
3
P. M. Vandehey & Tim, The brand called you, (Mc Graw Hill, Inc, 2006), hal. 14.
3
komunikasi politik melalui beberapa sudut pandang yang berbeda-beda.
Cangara dalam bukunya menyebutkan unsur komunikasi politik meliputi
sumber (komunikator), pesan, media atau saluran, penerima dan efek yaitu4:
1. Komunikator politik
2. Pesan Politik
3. Saluran atau Media Politik
4. Penerima Pesan Politik
5. Efek atau Pengaruh
Idealnya dalam proses komunikasi politik berlangsung timbal balik.
Proses komunikasi politik adalah di mana semua unsur-unsur komunikasi
saling berkaitan sehingga membentuk suatu makna atau maksud yang ingin
disampaikan tercapai. Ada dua paradigma komunikasi politik, yaitu linear
(satu arah) dan konvergensi (dua arah). Paradigma konvergensi menempatkan
komunikator dan komunikan sederajat, yaitu arus pesan berputar dalam
sirkuit perputaran pesan.
B. Iklan Politik
Pemahaman tentang iklan politik didefinisikan oleh Kaid dan HoltzBacha5 sebagai moving imege programming that is designed to promote the
interest of a given party or individual. Untuk menekankan soal kontrol
politik tadi, mereka memperluas definisi itu dengan menyodorkan definisi:
Any programming format under the control of the party or candidate end for
wich time is given or purchased.
Dengan perkembangan baru di bidang teknologi komunikasi, mereka
kemudian membuat
definisi iklan politik yang lebih luas, yaitu: any
controlled message communicated throught any channel designed to promote
the political interest of individuals, parties, groups, government, or other
organization. Definisi terakhir ini tidak saja menitik beratkan pada aspek
kontrol dan promosional dari iklan politik saja, tetapi juga membuka peluang
4
Hafied Cangara, Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi Edisi Revisi , (Rajagrafindo
Persada, 2011), hal 37.
5
Akhmad Danial, Iklan Politik TV: Modernisasi Kampanye Politik Pasca Orde Baru, (Lkis,
2009), hal 93-94.
4
memasukkan perbedaan iklan politik dari sisi format dan saluran
penyampaian pesan politik.
C. Personal Branding
Personal branding sebenarnya adalah upaya membangun dan
menanamkan persepsi positif untuk mendapatkan dukungan6.Upaya dalam
membangun suatu brand dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu :
penonjolan-penonjolan pada kesuksesan atau keberhasilan yang telah dicapai
di masa lampau, menumbuhkan asosiasi pemikiran tentang partai atau
kandidat dengan kebesaran sejarah di masa lampau seperti kejayaan bangsa,
pemimpin kharismatik yang pernah ada dan bentuk-bentuk ekspresi simbolik
baik kata-kata maupun gambar-gambar, memberikan penonjolan orientasi ke
depan misalnya dengan kecanggihan teknologi dan optimis kemajuankemajuan di masa akan datang, menghadirkan tokoh-tokoh tertentu demi
menumbuhkan dan memperkokoh keyakinan akan kuat atau luasnya
dukungan termasuk tokoh-tokoh adat, tokoh masyarakat dan pemimpin atau
tokoh-tokoh dari Negara lain7.Dalam kaitannya dengan penelitian ini,
personal branding menjadi sangat penting untuk dianalisis karena dalam iklan
yang diterbitkan oleh caleg DPR-RI dalam media cetak menonjolkan
personal branding atau citra diri mereka.
D. Surat Kabar Harian/ Koran
Salah satu media massa yang digunakan untuk kampanye adalah surat
kabar harian .banyak caleg DPR-RI yang menggunakan surat kabar/ koran
lokal
sebagai
media
kampanye
atau
beriklan
dengan
berbagai
pertimbangan.Surat kabar merupakan kumpulan dari berita, artikel, cerita,
iklan dan sebagainya yang dicetak ke dalam lembaran kertas ukuran plano
yang diterbitkan secara teratur, bisa terbit setiap hari atau seminggu satu
kali8.
6
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Jalasutra: 2009), Hal 63.
Pawito, Komunikasi Politik - Media Massa dan Kampanye Pemilihan, (Jalasutra: 2006). hal 265.
8
Totok Djuroto, Management Penerbitan Pers,(PT. Gramedia Pustaka Utama : 2000), Hal 11.
7
5
Di dalam iklan, bahasa dipakai sebagai sarana pertukaran pesan dan
menjadi alat komunikasi antara produsen dengan konsumen. Melalui gambar
atau foto dan kata-kata atau teksnya sebuah iklan menghasilkan kesatuan atau
keutuhan wacana atau tulisan yang dapat mencerminkan ide atau
permasalahan yang ingin diungkapkan oleh penulis sehingga informasi atau
hal-hal yang ingin diungkapkan oleh kreator iklan dapat dimengerti dengan
mudah oleh masyarakat yang terdiri dari berbagai macam latar belakang yang
berbeda-beda.
Berdasarkan bentuknya iklan pada media cetak dibagi menjadi tiga
bentuk yaitu bentuk iklan display, iklan baris dan iklan advertorial9. Iklan
display merupakan iklan yang paling dominan yang digunakan oleh caleg
DPR-RI dalam beriklan di surat kabar. Iklan gambar merupakan gabungan
antara gambar dan huruf. Iklan baris terdiri dari huruf-huruf, yang biasanya
terdiri dari pesan-pesan yang berhubungan dengan pindah alamat, lowongan
pekerjaan, kehilangan, jual beli rumah dan jual beli kendaraan.
E. Analisis Wacana
Salah satu analisis yang dipakai untuk membedah suatu isi pesan
dalam media adalah analisis wacana. Termasuk juga untuk membedah iklan
politik caleg DPR-RI yang di muat di media cetak. Untuk itu kita harus
mengetahui dulu apa itu wacana.Wacana merupakan terjemahan dari Bahasa
Inggris yakni discourse. Sementara kata discourse berasal dari bahasa Latin
discursus yang berarti lari kian kemari, diturunkan dari dis-dari dalam arah
yang berbeda dan currere-lari. Kemudian menurut Webster dalam Analisis
Teks Media, kata tersebut dimaknai sebagai 10: 1. Komunikasi pikiran dengan
kata-kata;
ekspresi
ide-ide
atau
gagasan-gagasan;
konversasi
atau
percakapan;2.Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek studi
atau pokok telaah; 3. Risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah.
9
Ibid, Hal 83.
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik,
dan Analisis Framing. (Remaja Rosdakarya:2001) hal 9-10
10
6
F.
Model Analisis Wacana Guy Cook (2001)
Model Analisis Guy Cook, model ini adalah model analisis wacana
kritis yang
khusus meneliti mengenai iklan. Cook membagi analisis ke
dalam dimensi teks, dan Konteks wacana .Dalam bukunya yang berjudul The
Discourse of Advertaising, Cook menjelaskan bagaimana tahapan dalam
menganalisis iklan. Berikut penjelasan mengenai analisis wacana iklan
berdasarkan teori Guy Cook.
1. Teks :Teks digunakan untuk mengartikan bentuk-bentuk linguistik, yang
secara temporal dan artifisial dipisahkan dari konteks untuk tujuan
analisis11. Teks tersebut dapat berupa tulisan dan dapat juga berupa
tuturan.
2. wacana tidak bisa dilepaskan dari konteks, terutama konteks komunikasi.
Cook12 menyebutkan bahwa “...the context of communication: who is
communicating with whom and why; in what kind of society and situation;
through what medium; how different types and acts of communication
evolved, and their relationship to each other. When music and pictures
combine with language to alter or add to its meaning...” (Konteks
komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa;
dalam masyarakat dan situasi seperti apa; melalui media apa; bagaimana
tipe-tipe dan tindak-tindak komunikasi yang berbeda berkembang, dan
hubungan mereka satu sama lain. Kapan musik dan gambar-gambar
bergabung dengan bahasa untuk mengubah atau menambah maksud
wacana tersebut.
Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analisis wacana. Obyek penelitian dalam
penelitian ini adalahiklan dari calon legislatif DPR-RI di muat dalam media cetak
Solopos dan Joglosemar selama periode 16 Maret-5 April 2014. Dimana pada
tanggal tersebut adalah tanggal yang telah ditentukan oleh KPU sebagai masa
kampanye untuk caleg dan partai politik.
11
Guy Cook, The Discourse of Advertising, (Longman: 2001), hal 4.
Ibid, hal 3.
12
7
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi iklan kampanye caleg DPR-RI pada pileg yang di muat di media
cetak Solopos dan Joglosemar selama periode masa kampanye 16 Maret -5 April
2014. Iklan tersebut diperoleh dari dokumentasi peneliti.
Peneliti mengamati langsung masalah yang terkandung pada data serta
diikuti dengan membedah atau menguraikan masalah yang bersangkutan dengan
kerangka kerja pada teori wacana kritis Guy Cook. Seperti yang telah disebutkan
bahwa analisis wacana Guy Cook membagi menjadi dua dimensi wacana yaitu
teks dan konteks wacana.
Dalam dimensi teks hanya tulisan saja yang akan di analisis kemudian
dikembangkan lagi dalam struktur denotasi, konotasi, metafora dan struktur
pararelisme. Sedangkan pada level konteks wacana , gambar dan tulisan akan
diartikan secara bersama.
Sajian dan Analisi Data
A. Analisis Iklan Sarwoto Atmosutarno caleg dari partai NasDem
Gambar 1. Iklan Sarwoto Atmosutarno
Sumber : Solopos edisi 16 Maret 2014 hal 13
Dalam iklan ini terdapat makna konotasi jargonnya yang menyampaikan
misinya untuk memperbaiki dan menyelesaikan masalah, gambar ilustrasi surat
8
suara yang hanya menuliskan namanya yang menunjukan kredibilitasnya
dibanding dengan caleg lain dan gambar isyarat tubuhnya yaitu mengacungkan
jari yang menunjukkan dirinya mampu. Setelah dilakukan analisis pada level teks
dan konteks wacana dapat ditarik kesimpulan brand yang ingin diciptakan melalui
iklan Sarwoto Atmosutarmo dalam media cetak lokal adalah brand kehandalan
diri sang caleg maupun partainya.
B. Analisis Iklan Oktino Setyo Irawan dari partai NasDem
Gambar 2. Iklan Oktino Setyo Irawan
Sumber : Solopos edisi 3 april 2014 hal 12
Dalam iklan ini Hal ini terdapat dari body iklann yang menggunakan
makna denotasi yang berisi jargon “siap menjadi seperti Ahok untuk Indonesia”
dan dari paralanguage gerakan tubuhnya yang menggunakan salam baoquan untuk
mempertegas bahwa Oktino adalah ras keturunan China seperti sosok Ahok.
Setelah dilakukan analisis pada level teks dan konteks wacana dapat ditarik
kesimpulan brand yang ingin diciptakan melalui iklan Oktino Setyo Irawan dalam
media cetak lokal adalah brand ingin dicitrakan seperti tokoh sentral politik yang
sedang diperbincangkan dan memiliki prestasi dalam dunia politik.
C. Analisis Iklan Eva Yuliana caleg dari partai NasDem
Gambar 3. Iklan Eva Yuliana
Sumber : Solopos edisi 5 April 2014 hal 28
9
Dalam iklan ini terdapat
teks headline iklan yang memiliki makna
denotasi yaitu ‘Merakyat’ teks tersebut berarti eva adalah orang yang akrab
dengan masyarakat. Kemudian juga dengan ditampilkannya gambar foto Eva
yuliana bersama masyarakat di pasar, hal tersebut menunjukkan bhwasanya Eva
yuliana adalah orang yang akrab dengan rakyat berbagai golongan. Setelah
dilakukan analisis pada level teks dan konteks wacana dapat ditarik kesimpulan
brand yang ingin diciptakan melalui iklan Eva Yuliana dalam media cetak lokal
adalah brand yang menampilkan diri sebagai tokoh yang sangat akrab dengan
rakyat.
D. Analisis Iklan Mahmud caleg Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Gambar 4. Iklan Mahmud
Sumber : Solopos edisi 26 Maret 2014 hal 13
Dalam iklan ini terdapat makna denotasi jargonnya yang menyampaikan
terbukti tetap sederhana yang berarti sebelumnya Mahmud telah menjadi DPR
tetapi tetap menjadi orang yang sederhana, ini menunjukkan bukti kehandalan dari
kepemimpinannya dalam periode sebelumnya. Kemudian juga terlihat dari
paralanguage gerakan tubuhnya yang menunjukkan kesantunan realisasi
jargonnya. Pemilihan warna baground yang menunjukkan indeks keberhasilan.
Setelah dilakukan analisis level teks dan konteks wacana dapat ditarik kesimpulan
brand yang ingin diciptakan melalui iklan Mahmud dalam media cetak lokal
adalah brand sebagai sosok yang handal .
10
E. Analisis Iklan Aria Bima caleg dari Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP )
Gambar 5. Iklan Aria Bima
Sumber : Solopos edisi 26 Maret 2014 hal 9
Dalam iklan
ini terdapat makna konotasi teks jargonnya yang
mengungkapkan selalu ingat rakyat dan berani demi rakyat, juga dari gambar
simbol sosial media atas akun nama pribadinyaini menunjukkan keterbukaannya
akses masyarakat kepada Aria Bima, dan penggunaan fungsi metalingual yang
menunjukkan identitas diri yang dekat dengan rakyat. Setelah dilakukan analisis
pada level teks dan konteks wacana dapat ditarik kesimpulan brand yang ingin
diciptakan melalui iklan Aria Bima dalam media cetak lokal adalah brand yang
akrab dengan rakyat.
F.
Analisis Iklan Agustina Wilujeng caleg dari Partai Demokrasi Indonesia
perjuangan (PDIP)
Gambar 6. Iklan Agustina Wilujeng
Sumber : Joglosemar edisi 1 April 2014 hal 24
Dalam iklan ini terdapat jargon sang caleg yang menyebutkan bahwa
bhaktiku pada negeri melalui PDI Perjuangan , yang menunjukkan makna
konotasi kalau niat dari sang caleg untuk mencalonkan diri adalah panggilan
untuk berbhakti pada negeri Indonesia melalui panggilan partai. Selain itu juga
terlihat dengan penggunaan gambar tokoh partai yaitu Jokowi yang juga di isukan
11
mencalonkan diri sebagai presiden karena mandat partai bukan ambisi diri
semata.Setelah dilakukan analisis pada level teks dan konteks wacana dapat
ditarik kesimpulan brand yang ingin diciptakan melalui iklan Agustina Wilujeng
dalam media cetak lokal adalah brand caleg seorang figur yang tidak mempunyai
ambisi sama sekali. kehadiran Agustina tidak lain kecuali merasa terpanggil oleh
keadaan dan tugas dari partai politik.
G. Analisis Iklan Puan Maharani caleg dari Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDIP)
Gambar 7. Iklan Puan Maharani
Sumber : Solopos edisi 3 April 2014 hal 3
Dalam iklan ini terlihat dari gambar foto dirinya yang ditampilkan dalam
kesan tenang penuh keanggunan sebagai figur seorang ibu. Kemudian juga dari
penggunaan paralanguage pada jargonnya yang merepresentasikan pernyataan
dari sang caleg yang ingin mewujudkan Indonesia hebat lebih cepat apabila
terpilih nanti. Setelah dilakukan analisis pada level teks dan konteks wacana dapat
ditarik kesimpulan brand yang ingin diciptakan oleh Puan Maharani dalam iklan
media cetak lokal adalah brand sebagai figur yang tidak memiliki ambisi,
kehadiran Puan tidak lain karena merasa terpanggil oleh situasi dan tugas partai.
12
H. Analisis Iklan Arianti Dewi caleg dari partai Golkar versi bersama ir.
Andri Sudibyo
Gambar 8. Iklan Arianti Dewi
Sumber : Solopos edisi 4 April 2014 hal 9
Dalam iklan terdapat ini menggunakan makna denotasi teks jargonnya
yang bertuliskan “Saatnya Putri Solo mengabdi”. Makna dari teks ini
merepresentasikan bahwasanya Arianti dewi tidak memiliki ambisi karena dia
membawa nama orang solo yang mengabdi untuk Negara. Selain itu terlihat dari
gambar foto Ir. Andri Sudibyo seorang tokoh agama
yang berperan sebagai
subyek politik yang ditampilkan penuh kejujuran dan kebijaksanaan. Setelah
dilakukan analisis pada level teks dan konteks wacana dapat ditarik kesimpulan
brand yang ingin diciptakan oleh Arianti Dewi dalam iklan media cetak lokal
versi bersama Ir. Andri Sudibyo adalah brand sebagai figur yang tidak memiliki
ambisi, kehadiran Arianti Dewi tidak lain karena merasa terpanggil oleh situasi
dan tugas partai.
13
I.
Analisis Iklan Iklan Arianti Dewi caleg dari partai Golkar versi “Warna
boleh beda”
Gambar 9.Iklan Arianti Dewi
Sumber : Joglosemar edisi 18 Maret 2014 hal 12
Dalam iklan ini memperlihatkan bagaimana ‘halo effect’ pada gambar
wajah yang dia ciptakan yaitu sebagai seorang yang religius dari kelompok agama
islam, tetapi makna konotasi dari jargonnya menunjukkan bahwa apapun warna
yang mengacu pada pilihan maupun ras tertentu harus tetap menjaga persatuan
dan kesatuan.Setelah dilakukan analisis pada level teks dan konteks wacana dapat
ditarik kesimpulan brand yang ingin diciptakan oleh Arianti Dewi dalam iklan
media cetak lokal versi “Warna boleh beda” adalah brand sebagai figur yang
menjunjung tinggi nilai pluralisme di mana dia memperlihatkan identitasnya
sebagai suatu bagian kelompok masyarakat tertentu tetapi masih menghormati
kelompok lain.
J.
Analisis Iklan Arianti Dewi caleg dari partai Golkar versi Parik’an
Gambar 10. Iklan Arianti Dewi
Sumber : Joglosemar edisi 24 Maret 2014 hal 12
Dalam iklan ini teks iklan dalam headline yang menggunakan parik’an
yaitu sajak budaya Jawa. Hal tersebut memperlihatkan bahwasanya Arianti Dewi
adalah orang yang tahu tentang budaya daerah, orang yang tahu dan dekat dengan
rakyat. Selain itu juga terlihat dari body iklan yang menunjukkan fungsi
14
referensial yaitu memperlihatkan identitas aslinya sebagai masyarakat solo.
Setelah dilakukan analisis pada level teks dan konteks wacana dapat ditarik
kesimpulan brand yang ingin diciptakan oleh Arianti Dewi dalam iklan media
cetak lokal versi parik’an adalah brandyang menampilkan diri sebagai sosok yang
akrab dan dekat dengan rakyat.
K. Analisis Iklan Agustian Budi Prasetya dari partai Golkar
Gambar 11. Iklan Agustian Budi Prasetya
Sumber : Solopos edisi 16 Maret 2014 hal 13
Dalam iklan ini terlihat dari body iklannya yang berisikan silsilah keluarga
Agustian yang dekat dengan tokoh politik Golkar yaitu akbar Tanjung, selain itu
juga ditampilkan gambar foto sang tokoh politik Akbar Tanjung. Setelah
dilakukan analisis pada level teks dan konteks wacana dapat ditarik kesimpulan
brand yang ingin diciptakan melalui iklan Agustian Budi Prasetya dalam media
cetak lokal adalah brandyang ingin dicitrakan seperti tokoh sentral politik.
L. Analisis Iklan Rinto Subekti dari partai Demokrat
Gambar 12. Iklan Rinto subekti
Sumber : Solopos edisi 30 Maret 2014 hal 13
15
Dalam iklan ini diperlihatkan hasil program yang telah dijalankan pada
masa partai politik tersebut berkuasa, terlihat dari headline dan subheadline iklan
yang menghimbau untuk terus mendukung program yang telah berjalan.
Kemudian disertai gambar visualisasi sosok rakyat yang merasa terbantu dengan
program –program pemerintah. Setelah dilakukan analisis pada level teks dan
konteks wacana dapat ditarik kesimpulan brand yang ingin diciptakan melalui
iklan Rinto Subekti dari partai Demokrat dalam media cetak lokal. Brand yang
ingin diciptakan adalah brand untuk menunjukkan dan membuktikan kehandalan
partai dan tokoh politik. Hal ini terlihat
M. Analisis Iklan Budiyanto Dasmastono caleg partai Hanura
Gambar 13. Iklan Budiyanto Darmastono
Sumber : Solopos edisi 16 maret 2014 hal 13
Dalam iklan Darmastono headline iklan
yang menggunakan kata-kata
merakyat yang berarti dekat dengan rakyat. Kemudian juga pada body iklannya
yang menggunakan fungsi referensial yang menunjukan tempat lahirnya yaitu
Matesih Karanganyar dari penggunaan paralanguage bahasa tulisnya body iklan
tersebut menunjukan bahwa Budiyanto adalah bagian dari masyarakat dan dekat
dengan rakyat. Setelah dilakukan analisis pada level teks dan konteks wacana
dapat ditarik kesimpulan brand yang ingin diciptakan melalui iklan Budiyanto
Darmastono dari partai Hanura dalam media cetak lokal. Brand yang ingin
diciptakan adalah brand yang menampilkan diri sebagai sosok yang akrab dan
dekat dengan rakyat.
16
Kesimpulan
Wacana personal branding yang muncul dari 13 iklan yang dianalisis
diperoleh lima kategori, yaitu :
1. wacana personal branding
yang menunjukkan kehandalan diri : Sarwoto
Atmosutarmo dari partai Nasinal Demokrat, Mahmud dari partai Partai
Keadilan Sejahtera dan Rinto Subekti dari partai Demokrat.
2. wacana personal branding yang ingin dicitrakan seperti tokoh politik tertentu :
Oktino Setyo Irawan dari partai Nasinal Demokrat dan Agustian Budi
Prasetya dari partai Golongan Karya
3. wacana personal branding yang menunjukkan sosok yang Akrab/ dekat
dengan rakyat : Eva Yuliana dari partai Nasional Demokrat, Aria Bima dari
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Arianti Dewi dalam iklan versi
Parik’an dari partai Golongan Karya, Budiyanto Darmastono dari partai
Hanura
4. wacana personal branding yang menunjukkan sebagai sosok figur yang tidak
mempunyai ambisi : Agustina wilujeng dari Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan, Puan Maharani dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan
Arianti Dewi dalam iklan versi bersama
Ir. Andri Sudibyo dari partai
Golongan Karya.
5. wacana personal branding yang menunjukkan sebagai sosok figur yang
menjunjung tinggi nilai pluralisme : Arianti Dewi versi dalam iklan “warna
boleh beda” dari partai Golongan Karya.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis mencoba memberikan saran
sebagai berikut :
1. Dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangan dalam hal
penyajian data yang jauh dari sempurna. Penulis hanya meneliti sebatas
pada iklan teks media tidak sampai tataran efek dari iklan terhadap hasil
perolehan suara.Oleh karena itu bagi yang hendak melakukan penelitian
17
dengan menggunakan objek penelitian yang sama, diharapkan dapat
meneliti lebih dalam sampai pada tataran efek iklan .
2. Saran bagi penelitian selanjutnya adalah dengan meneliti topik yang sama
namun pada media yang berbeda, iklan pada media online misalnya. Agar
penelitian mengenai personal branding dalam iklan semakin bervariasi.
Daftar Pustaka
Cook, Guy. (2001), The Discourse of Advertising, London: Longman
Cangara, Hafied. (2011), Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi Edisi
Revisi 2011. Jakarta Utara: PT Rajagrafindo Persada.
Danial, Akhmad. (2009), Iklan Politik TV: Modernisasi Kampanye Politik Pasca
Orde Baru. Yogyakarta: Lkis.
Djuroto, Totok. (2000), Management Penerbitan Pers. Bandung: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Pawito. (2006), Komunikasi Politik - Media Massa dan Kampanye Pemilihan.
Yogyakarta: Jalasutra.
Ibrahim, Idy Subandy. (2007), Budaya Populer Sebagai Komunikasi: Dinamika
Pop scape Dan Media scape di Indonesia Kontemporer. Jakarta: Jalasutra.
Ruslan, R. (2005), Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Sobur, Alex. (2001), Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tinarbuko, Sumbo. (2009), Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra.
Vandehey, P. M. & Tim. (2006), The brand called you. New York: Mc Graw Hill,
Inc.
Wee, lionel, ann Brooks. (2010), Personal Branding and the Comodification of
reflexifity: Cultural Sociology 2010 4: 5: SAGE Publication.
18
Download