Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN LAMA TINGGAL DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA MASYARAKAT YANG TERPAPAR BISING JALAN RAYA DI SURAKARTA RELATIONSHIP BETWEEN AGE AND LENGTH OF STAY WITH HEARING LOSS OF COMMUNITY EXPOSED NOISY ROAD IN SURAKARTA Yeremia Rante Ada*, Sumardiyono, Cr. Siti Utari Program Studi D3 Hiperkes Dan Keselamatan Kerja FK, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Surakarta, Jawa Tengah 57126. Telp. (0271) 646994 * Email : [email protected] ABSTRAK Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki. Tiga faktor penyebab gangguan pendengaran karena bising adalah frekuensi, intensitas, dan waktu. Frekuensi bising berhubungan dengan tinggi rendahnya nada suara, intensitas berhubungan dengan kerasnya suara, sedangkan waktu berhubungan dengan lamanya paparan. Efek bising juga dipengaruhi oleh usia, kesehatan umum, jarak dengan sumber bising, dan jenis bising. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebisingan terhadap masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar jalan raya di Surakarta. Penelitian ini menggunakan jenis observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah penduduk sekitar jalan raya dengan intensitas bising 65-73 dB di wilayah Surakarta Jawa Tengah. Sampel diambil melalui quota sampling berjumlah 55 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Ada hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga kanan (p=0,046), telinga kiri (p=0,042), dan tingkat ketulian telinga ganda (p=0,006) pada penduduk di sekitar jalan raya, 2) Tidak ada hubungan signifikan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kanan (p = 0,532), dengan telinga kiri (p = 0,335) maupun tingkat ketulian telinga ganda (p = 0,301) pada penduduk di sekitar jalan raya. Kesimpulan dari penelitian ini, faktor umur memiliki hubungan dengan gangguan pendengaran masyarakat sekitar jalan raya, sedangkan lama tinggal tidak berpengaruh pada gangguan pendengaran masyarakat sekitar jalan raya. Kata kunci: Gangguan Pendengaran, Kebisingan, Lama Tinggal, Umur. ABSTRACT Noise is unwanted sound. Three factors cause hearing loss due to noise is the frequency, intensity, and time. Frequency of noise associated with high and low tone of sound, the intensity associated with the rigors of the sound, while the time corresponding to the duration of exposure. The effect of noise is also affected by age, general health, the distance to the source of noise, and the type of noise. The aim of research to determine the effect of noise on communities residing around the highway in Surakarta. This research used of analytic observational with cross sectional approach. The research population is a population of around highway with 65-73 dB noise intensity in Surakarta, Central Java. Samples were taken through quota sampling amounted to 55 people. The results showed: 1) There is a relationship between age and level of hearing loss right ear (p = 0.046), left ear (p = 0.042), and the degree of hearing loss ear doubles (p = 0.006) in the population of around the highway, 2) None a significant relationship between the length of stay at the level of the right ear hearing loss (p = 0.532), with the left ear (p = 0.335) and the degree of hearing loss double ear (p = 0.301) in the population around the highway. The conclusion of this research, the age factor has related to 49 Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 hearing loss of communities around the highway, while the length of stay has no effect on hearing loss of communities around the highway. Keywords: Age, Hearing Loss, Length of Stay, Noise PENDAHULUAN Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki (Suma’mur, 2009). Bising merupakan bunyi yang ditimbulkan oleh gelombang suara dengan intensitas dan frekuensi yang tidak menentu. Tiga faktor penyebab gangguan pendengaran karena bising adalah frekuensi, intensitas, dan waktu. Frekuensi bising berhubungan dengan tinggi rendahnya nada suara, intensitas berhubungan dengan kerasnya suara, sedangkan waktu berhubungan dengan lamanya paparan. Selain itu efek bising juga dipengaruhi oleh usia, kesehatan umum, jarak dengan sumber bising, apakah bising terus menerus, intermitent atau tibatiba (Depnakertrans RI, 2009). Pada tahun 2005, WHO mencetuskan Program Sound Hearing 2030 yang memiliki misi menurunkan gangguan pendengaran dapat dicegah pada tahun 2030 melalui pengembangan sistem kesehatan berkelanjutan. Targetnya adalah mengurangi gangguan pendengaran dapat dicegah sebesar 50% pada tahun 2015 dan 90% pada tahun 2030 (Jenny, 2010). Lebih lanjut Jenny (2010), menyatakan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah menghasilkan manusia Indonesia yang cerdas, kritis, dan produktif; Indera pendengaran merupakan bagian yang penting dalam mewujudkan manusia yang produktif. Bila seseorang mengalami penurunan fungsi pendengaran, ia akan mengalami penurunan kualitas hidup. Dengan demikian masalah fungsi pendengaran sangat penting bagi kehidupan baik secara pribadi, bermasyarakat maupun dalam lingkup negara. Masyarakat di wilayah Surakarta Jawa Tengah yang terpapar bising pada berbagai tempat diantaranya masyarakat yang berdomisili di sekitar alur lalu-lintas seperti bandara dan jalan raya. Penelitian sebelumnya oleh Dyah (2008), ditemukan bahwa terdapat hubungan intensitas kebisingan dengan peningkatan tekanan darah diastole (p=0,019), sedangkan pada tingkat ketulian terjadi peningkatan yang signifikan (p=0,026) pada paparan kebisingan di sekitar jalan raya di Yogyakarta. Menurut Moeadi (2004) kebisingan menimbulkan penurunan daya pendengaran, hingga saat ini belum dapat disembuhkan secara normal tetapi dapat diusahakan melalui tindakan preventif. Upaya pencegahan dapat berhasil apabila dilakukan kerjasama antar berbagai instansi terkait. Pemeriksaan gangguan pendengaran dilakukan melalui tes pendengaran (audiometri), adalah suatu upaya mendeteksi dini ketulian akibat bising. Bising menyebabkan ketulian, melalui audiogram dapat ditentukan derajat ketulian. Kriteria ketulian : Normal dengan nilai ambang rata-rata 0-25 dB, tuli ringan dengan nilai ambang rata-rata 26-40 dB, tuli sedang dengan nilai ambang rata-rata 41-55 dB, tuli sedang berat dengan nilai ambang rata-rata 56-70 dB, tuli berat dengan nilai ambang rata-rata 71-90 dB, dan tuli sangat berat dengan nilai ambang rata-rata > 90 dB. Di bidang lingkungan, kebisingan iidefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (MenLH, 1996). Kebisingan di sekitar jalan raya ditimbulkan oleh lalu lintas kendaraan bermotor yang semakin meluas, hal ini bisa ditunjukkan oleh semakin padatnya lalu lintas kendaraan di jalan raya penyebab kebisingan dari kendaraan bermotor. Besarnya intensitas kebisingan di sekitar jalan raya di Surakarta, telah dilakukan pengukuran oleh Widi (2010) di Jalan Veteran, Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Radjiman. Ketiga jalan ini termasuk Jalan Utama di kota Surakarta, selain itu juga dapat mewakili daerah pemukiman, perkantoran dan pendidikan. Hasil pengukuran tersaji pada tabel 1. Tingkat kebisingan di lokasi studi berdasarkan data sekunder menunjukkan bahwa pada beberapa lokasi pedesaan yang diukur saat tidak ada kereta api lewat secara umum masih berada di bawah baku mutu kebisingan (55 dBA untuk pemukiman). Sementara untuk daerah perkotaan tingkat kebisingan memang cukup tinggi, diakibatkan intensitas kendaraan bermotor yang tinggi dan akibat kegiatan perdagangan. Pada saat kereta api lewat dari data terukur menunjukkan tingkat kebisingan melampaui baku mutu (Evi, 2011). Angka gangguan pendengaran dan ketulian di Indonesia tinggi. Data dari WHO tahun 2005 dijumpai 278 juta (4,2 %) penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran, 50 % di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Survei nasional 7 provinsi di Indonesia (1994 – 1996), penduduk Indonesia 50 Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 mengalami gangguan pendengaran sebanyak 16,8 % dan ketulian 0,4 %. Menurut Ketua komnas penanggulangan pendengaran dan ketulian, Damayanti di Jakarta bahwa terdapat 250 juta atau 4,2 persen penduduk dunia mengalami gangguan pendengaran, dimana 75-140 juta terdapat di Asean (Husni T.R, 2011 dalam Sindo Trijaya FM, 2012 ) Tabel 1. Hasil Pengukuran Kebisingan di Jalan Utama di Surakarta tahun 2010 LOKASI HARI Jl. Slamet Riyadi Minggu Senin Kamis MAKSIMUM Leg (dBA) 1 2 73,1 71,1 75,9 75,2 76,8 74,3 Jl. Veteran Minggu Senin Selasa 75,7 78,3 76,6 75,1 75,1 73,4 94,1 90,1 89,6 89,2 88,4 88,9 108 107 108 100 95,5 99 Jl. Dr. Radjiman Minggu Senin Selasa 72,9 74,4 73,9 71,3 74,9 4,8 87,5 89,2 82,6 87,2 87,6 89,9 98,5 99 95,2 102 103 100 LNP (dBA) 1 2 87,9 82,5 87 87,7 87,8 88,9 TNI (dBA) 1 2 98,0 99 108 96 99 101 Keterangan : 1. Leq (Level Equivalent), adalah suatu angka tingkat kebisingan tunggal dalam beban (weighting Network) A, yang menunjukkan energi bunyi yang equivalen dengan energi yang berubah-ubah dalam selang waktu tertentu. 2. LNP (Tingkat polusi kebisingan/Noise Polution Level), adalah kriteria kebisingan, yang biasa digunakan untuk menilai tanggapan manusia terhadap eksposure suatu kebisingan. 3. TNI (Indeks kebisingan lalu lintas), adalah angka yang menunjukkan hubungan antara perbedaan tingkat kebisingan maksimum dan minimum dengan gangguan yang ditimbulkan oleh kebisingan lalu lintas. Hasil pengukuran kebisingan di sepanjang lintasan rel kereta api yang berseberangan dengan wilayah RT 02/RW 03 Kelurahan Jebres Surakarta yang oleh Arief (2010), tersaji pada tabel 2. Tabel 2. Intensitas kebisingan di sekitar rel kereta api di Surakarta tahun 2010 No. Metode Ukur Nilai max Nilai min Leq 1. 24 Jam 85,56 68,63 78,06 Di Thailand, prevalensi gangguan pendengaran akibat bising meningkat dari tahun 1988 sebesar 28,1 % ke tahun 2001 sebesar 35,2 % (Viraporn, 2008). Kebisingan mengganggu kinerja pekerjaan yang kompleks, mengubah perilaku sosial dan menyebabkan gangguan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian penelitian ini menggunakan survey bersifat analitik dengan metode cross sectional. Penelitian dilaksanakan di Surakarta Jawa Tengah. Populasi dalam penelitian ini masyarakat yang terpapar bising di wilayah Surakarta Jawa Tengah. Sampel diambil dengan teknik quota sampling. Jumlah sampel dari pemukiman masyarakat sekitar jalan raya sebanyak 55 orang. Instrumen Penelitian: 1) Sound level meter untuk mengukur intensitas kebisingan, 2) Audiometer untuk mengukur nilai ambang dengar pada indera pendengaran, 3) Kartu Tanda Penduduk untuk mengetahui usia masyarakat, 4) Kuesioner, untuk mengetahui data pendukung penelitian. Analisis data Chi Square Test, untuk menguji hubungan antar variabel yang berskala nominal. 51 Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Sampel Penelitian a. Karakteristik Sampel Penelitian Penduduk Sekitar Jalan Raya Karakteristik sampel penelitian dari penduduk sekitar jalan raya sebanyak 55 orang wanita dideskripsikan berdasarkan umur dan lama tinggal. Adapun hasil selengkapnya tersaji pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Karakteristik Penduduk Sekitar Jalan Raya No. 1 Variabel Umur 2 Lama Tinggal Kategori < 40 tahun > 40 tahun < 10 tahun 10 s/d < 20 tahun > 20 tahun Jumlah 26 (47,3 %) 29 (52,7 %) 15 (27,3 %) 17 (30,9 %) 23 (41,8 %) Total 55 (100%) 55 (100%) 2. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat sound level meter merk Rion. Pada saat pengukuran di sekitar jalan raya dilakukan di pinggir jalan raya dan rumahrumah penduduk yang tinggal di sekitar jalan raya. Hasil pengukuran intensitas kebisingan di sekitar jalan raya, tersaji pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan No. 1 Lokasi pengukuran Range Intensitas kebisingan (dBA) Sekitar jalan raya: - Pinggir jalan raya Sumber kebisingan 65 – 73 Suara lalu-lintas 3. Deskripsi Karakteristik Penduduk Sekitar Jalan Raya. Deskripsi Karakteristik Penduduk Sekitar Jalan Raya tersaji pada tabel di bawah ini. a. Faktor Umur Penduduk Sekitar Jalan Raya. Tabel 5. Umur Penduduk Sekitar Jalan Raya Subjek/Lokasi Umur < 40 tahun > 40 tahun n % n % Jumlah n % Penduduk Sekitar Jalan Raya 26 47,3 29 52,7 55 100 Jumlah 26 47,3 29 52,7 55 100 Pada tabel tersebut, umur penduduk sekitar jalan raya lebih dominan berusia di atas 40 tahun berjumlah 29 orang (52,7%) dari total 55 orang. b. Faktor Lama Tinggal Penduduk Sekitar Jalan Raya. Batasan lama tinggal disesuaikan dengan kriteria yang sudah ditetapkan sebelumnya, yaitu kurang dari 10 tahun, antara 10 sampai dengan kurang dari 20 tahun, dan lebih dari 20 tahun. Lama tinggal penduduk sekitar jalan raya tersaji pada tabel di bawah ini. 52 Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Tabel 6. Lama Tinggal Penduduk Sekitar Jalan Raya Masa Kerja/ Lama Tinggal < 10 tahun 10 - < 20 tahun > 20 tahun n % n % n % n % 15 15 55 55 100 100 Subjek/Lokasi Penduduk Sekitar Jalan Raya Jumlah 27,3 27,3 17 17 30,9 30,9 23 23 41,8 41,8 Jumlah Penduduk sekitar jalan raya lebih dominan lama tinggalnya di atas 20 tahun berjumlah 23 orang (41,8%), diikuti lama tinggal antara 10 sampai dengan 20 tahun sebanyak 17 orang (30,9%) dari total 55 orang. 4. Hubungan antar Variabel pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya a. Hubungan antara Umur dengan NAP Telinga Kanan pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya Tabel 7. Hubungan antara Umur dengan NAP Telinga Kanan pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya NAP Telinga Kanan Umur < 40 tahun > 40 tahun Jumlah Normal n 3 12 15 % 11,5 41,4 27,3 Tuli Ringan n 19 14 33 % 73,1 48,3 60,0 Tuli Sedang n 4 3 7 % 15,4 10,3 12,7 Tuli SedangBerat n % 0 0 0 0 0 0 Jumlah n 26 29 55 % 100 100 100 χ2 p 6,155 0,046 Dari hasil uji hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga kanan pada penduduk yang terpapar bising di sekitar jalan raya, diperoleh nilai χ2 = 6,155 dan p = 0,046. Karena p < 0,05, maka hasil uji dinyatakan signifikan, maka disimpulkan terdapat hubungan antara umur dengan tingkat ketulian pada penduduk di sekitar jalan raya. b. Hubungan antara Umur dengan NAP Telinga Kiri pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya Tabel 8. Hubungan antara Umur dengan NAP Telinga Kiri pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya NAP Telinga Kiri Umur < 40 tahun > 40 tahun Jumlah Normal n 1 9 10 % 3,8 31,0 18,2 Tuli Ringan n 22 16 38 % 84,6 55,2 69,1 Tuli Sedang n 3 3 6 % 11,5 10,3 10,9 Tuli SedangBerat n % 0 0 1 3,4 1 1,8 Jumlah n 26 29 55 % 100 100 100 χ2 p 8.208 0,042 Dari hasil uji hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga kiri pada penduduk yang terpapar bising di sekitar jalan raya, diperoleh nilai χ2 = 8,208 dan p = 0,042. Karena p < 0,05, maka hasil uji dinyatakan signifikan, maka disimpulkan terdapat hubungan antara umur dengan tingkat ketulian pada penduduk di sekitar jalan raya. c. Hubungan antara Umur dengan NAP Telinga Ganda pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya 53 Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Tabel 9. Hubungan antara Umur dengan NAP Telinga Ganda pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya NAP Telinga Ganda Tuli Ringan Normal Umur < 40 tahun > 40 tahun Jumlah n 3 13 16 % 11,5 44,8 29,1 n 23 14 37 Tuli SedangBerat n % 0 0 0 0 0 0 Tuli Sedang % 88,5 48,3 67,3 n 0 2 2 % 0 6,9 3,6 χ2 p 10.306 0,006 Jumlah n 26 29 55 % 100 100 100 Dari hasil uji hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga ganda pada penduduk yang terpapar bising di sekitar jalan raya, diperoleh nilai χ2 = 10,306 dan p = 0,006. Karena p < 0,05, maka hasil uji dinyatakan signifikan, maka disimpulkan terdapat hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga ganda pada penduduk di sekitar jalan raya. d. Hubungan antara Lama Tinggal dengan NAP Telinga Kanan pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya Dari hasil uji hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kanan pada penduduk yang terpapar bising di sekitar jalan raya, diperoleh nilai χ2 = 3,156 dan p = 0,532. Karena p > 0,05, maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan, maka disimpulkan tidak terdapat hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kanan pada penduduk di sekitar jalan raya. Tabel 10. Hubungan antara Lama Tinggal dengan NAP Telinga Kanan pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya NAP Telinga Kanan Lama Tinggal < 10 tahun 10 s/d < 20 tahun > 20 tahun Jumlah n 5 3 % 33,3 17,6 n 9 10 % 60,0 58,8 n 1 4 % 6,7 23,5 Tuli SedangBerat n % 0 0 0 0 7 15 30,4 27,3 14 33 60,9 60,0 2 7 8,7 12,7 0 0 Tuli Ringan Normal Tuli Sedang Jumlah 0 0 n 15 17 % 100 100 23 55 100 100 χ2 P 3.156 0,532 e. Hubungan antara Lama Tinggal dengan NAP Telinga Kiri pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya Tabel 11. Hubungan antara Lama Tinggal dengan NAP Telinga Kiri pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya NAP Telinga Kiri Normal Lama Tinggal Tuli Ringan Tuli Sedang Tuli SedangBerat Jumlah n % n % n % n % n % < 10 tahun 3 20,0 12 80,0 0 0 0 0 15 100 10 s/d < 20 tahun 3 17,6 13 76,5 1 5,9 0 0 17 100 > 20 tahun 4 17,4 13 56,5 5 21,7 1 1,8 23 100 Jumlah 10 18,2 38 69,1 6 10,9 1 1,8 55 100 54 χ2 P 6.850 0,335 Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Dari hasil uji hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kiri pada penduduk yang terpapar bising di sekitar jalan raya, diperoleh nilai χ2 = 6,850 dan p = 0,335. Karena p > 0,05, maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan, maka disimpulkan tidak terdapat hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kiri pada penduduk di sekitar jalan raya. f. Hubungan antara Lama Tinggal dengan NAP Telinga Ganda pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya Dari hasil uji hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga ganda pada penduduk yang terpapar bising di sekitar jalan raya, diperoleh nilai χ2 = 4,868 dan p = 0,301. Karena p > 0,05, maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan, maka disimpulkan tidak terdapat hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga ganda pada penduduk di sekitar jalan raya. Tabel 12. Hubungan antara Lama Tinggal dengan NAP Telinga Ganda pada Penduduk yang Terpapar Bising di Sekitar Jalan Raya NAP Telinga Kiri Lama Tinggal < 10 tahun 10 s/d < 20 tahun > 20 tahun Jumlah n 5 3 % 33,3 17,6 n 10 14 % 66,7 82,4 n 0 0 % 0 0 Tuli SedangBerat n % 0 0 0 0 8 16 34,8 29,1 13 37 56,5 67,3 2 2 8,7 3,6 0 0 Normal Tuli Ringan Tuli Sedang 0 0 Jumlah N 15 17 % 100 100 23 55 100 100 χ2 P 4.868 0,301 KESIMPULAN 1. Variabel-variabel yang saling berhubungan pada pengaruh pemaparan kebisingan jalan raya sebesar 65 – 73 dB kepada masyarakat sekitar jalan raya, yaitu: a. Ada hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga kanan pada penduduk di sekitar jalan raya (p=0,046). b. Ada hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga kiri pada penduduk di sekitar jalan raya (p=0,042). c. Ada hubungan antara umur dengan tingkat ketulian telinga ganda pada penduduk di sekitar jalan raya (p=0,006). d. Tidak ada hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kanan pada penduduk di sekitar jalan raya (p=0,532). e. Tidak ada hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga kiri pada penduduk di sekitar jalan raya (p=0,335). f. Tidak ada hubungan antara lama tinggal dengan tingkat ketulian telinga ganda pada penduduk di sekitar jalan raya (p=0,301). DAFTAR PUSTAKA Depnakertrans RI. 2009. Apa Yang Anda Ketahui Tentang Konservasi Pendengaran (Buku Panduan Praktis). Pusat Keselamatan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta. Dyah Suryani (2008), Kebisingan, Lama Tinggal, Tekanan Darah dan Nilai Ambang Pendengaran Komunitas di Terminal Umbulharjo Yogyakarta; Kesmas,Vol.2,No.3, September 2008:133:193. Evi Setiawati. 2011. Kajian Prediksi Peningkatan Kebisingan Akibat Konstruksi di Sekitar Daerah Sepanjang Jalan Kereta Api Lintas Cirebon-Kroya. J. Pengemb. Rek & tek. Volume 13 no 2. http://sindoradio.com/news/detail/1841/kebisingan-dapat-menyebabkan-ketulian. 06 Jul 2012 15:32WIB 55 Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Jenny Bashiruddin, 2010, Cegah Gangguan Pendengaran, Tingkatkan Kualitas Hidup, UniversitariaEdisi Februari 2010 (Vol.9 No.7). MenLH, 1996, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebisingan. Moeadi. 2004, Gangguan Pendengaran Akibat Kebisingan. Forum Penelitian Th. 16, No. 2 Desember 2004, hlm. 143-158. Suma’mur PK, 2009, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes), Sagung Seto, Jakarta. Viraporn A. Evaluation of Noise Induced Hearing Loss With Audiometer and Disortion Product Otoacoustic Emissions. J. Med Assoc Thai, 2008. vol. 91, no. 7. 1066-71. Widi Suroto, 2010, Dampak Kebisingan Lalu Lintas Terhadap Permukiman Kota (Kasus Kota Surakarta), Journal of Rural and Development. Volume 1 No. 1 Februari 2010. 56