5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Linguistik
Menurut Aitchison, linguistik didefinisikan sebagai berikut;
Linguistics can be defined as “the systematic study of language”
– a discipline which describes language in all its aspects and
formulates theories as to how it works. (Aitchison 2000 ; 13)
Dengan terjemahan sebagai berikut:
“Linguistik dapat didefinisikan sebagai studi yang sistematis
tentang bahasa, atau disiplin ilmu yang mendeskripsikan bahasa
dalam semua aspeknya dan memformulasikan teori bagaimana
bahasa itu bekerja.(Aitchison 2000 ; 13)
Terdapat banyak kajian dalam linguistik, di antaranya adalah semantik (cabang
linguistik yang mempelajari tentang makna); pragmatik (cabang linguistik yang
mempelajari tentang makna); dan sintaksis (cabang linguistik yang mempelajari tentang
pembentukan kalimat), dan lainnya.
Dalam kajian linguistik, selain kita diperkenalkan kepada istilah tataran linguistik
juga kita diperkenalkan ke dalam istilah satuan-satuan bahasa atau satuan-satuan
gramatikal. Satuan-satuan bahasa yang dimaksud adalah unsur-unsur pembentuk bahasa,
baik unsur segmental maupun unsur suprasegmental seperti fonem, morfem, kata, frasa,
klausa, kalimat, dan wacana. Adapun unsur suprasegmental berwujud nada, tekanan,
intonasi, dan jeda. Satuan gramatikal tersebut tentunya memiliki makna dalam suatu
kalimat. Makna gramatikal menurut Pateda (1996:103) adalah makna yang muncul
sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat.
2.2. Teori Kelas Kata (Hinshi)
Pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang disebut hinshi bunrui.Hinshi berarti
jenis atau kelas kata (word class, part of speech), sedangkan bunrui berarti
penggolongan, klasifikasi, kategori, atau pembagian. Jadi, hinshi bunrui dapat berarti
5
6
klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karakteristiknya secara gramatikalnya
(Sudjianto, 1996).
Menurut Sutedi (2003:70), kalimat dalam bahasa Jepang terbentuk dari
perpaduan beberapa jenis kata (hinshi) yang disusun berdasarkan pada aturan
gramatikalnya.
Hinshi menurut Matsuoka dan Takubo (1993:4), adalah sebagai berikut:
“語は文の材料であり、文を組立てる上でー定働きをする。
この働きの違いによって語種類分けしたものが「品詞」で
ある”.
Dengan terjemahan sebagai berikut:
”Bahasa merupakan materi dari kalimat dan berfungsi tetap
dalam membangun kalimat. Hal yang membagi jenis kata
berdasarkan perbedaan fungsi inilah yang disebut hinshi”.
2.3. Pengertian Fukushi
Fukushi merupakan cabang dari kelas kata atau hinshi. Fukushi adalah kata-kata
yang menerangkan verba, ajektiva, dan adverbia yang lainnya, tidak dapat berubah, dan
berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana, atau perasaan
pembicara (Matsuoka, 2000: 344). Namun selain menerangkan verba, adjektiva-i,
ajektiva-na, dan adverbia lain, fukushi pun dapat menerangkan nomina.
Selain itu menurut Hatakaoru dalam kokuritsukokugokenkyusho「国立国語研究
所」(1992: 51), fukushi adalah sebagai berikut:
“副詞論のとめ方として、「形」から副詞を定義する立場
と、「働き」 から副詞を定義する立場の二つの方法があ
る。現在は、形だけでは副詞は定義できないと考えられ、
形によって定義する方法から働きによ
って定義する方
法へ移行する傾向が全体として見られる。つまり構造から
機能へと視点が変わり、
副詞的働きを持つものを副詞
と考えるのが主流となりつつある。”
Dengan terjemahan sebagai berikut:
7
“Ada dua cara untuk menentukan posisi kata keterangan dari
"bekerja", dan kata keterangan dari posisi untuk menentukan
"bentuk", sebagai sebuah teori tentang bagaimana untuk
menghentikan kata keterangan. Saat ini, hanya dianggap sebagai
bentuk adverbia dan tidak dapat didefinisikan, dapat dilihat
secara
keseluruhan
cenderung
bergeser
ke
bagaimana
mendefinisikan bentuk dengan bekerja. Perspektif perubahan dari
struktur untuk berfungsi, untuk memikirkan yang satu dengan
fungsi kata keterangan adverbial menjadi arus utama.”
2.3.1. Jenis-jenis Fukushi
Terdapat berbagai pendapat tentang jenis – jenis fukushi. Murakami 1986 : 93–
96) fukushi dibagi menjadi tiga macam. Berikut penjelasannya.
1) Jootai no Fukushi
“情態を表し、主として用言を修飾するものを情態副詞という。”
“Disebut joutaifukushi apabila sebagian besar kata – katanya
dapat menerangkan predikat, menyatakan keadaan”.
Jootai no fukushi adalah fukushi yang sering dipakai untuk menerangkan
verba, secara jelas menerangkan keadaan pekerjaan atau perbuatan itu (Isami
dalam Sudjianto 2004 :74).
Contoh:
•彼はときどき休みます。
Kare wa tokidokiyasumimasu.
Dia kadang – kadanglibur.
•涼しい風がよそよそと吹います。
Suzushii kaze ga yoso – yosoto fuimasu.
Angin yang dingin berhembus sepoi – sepoi.
Jootai no fukushi juga banyak terdapat pada kata – kata giongo yaitu kata
yang menyatakan suara makhluk hidup atau bunyi yang keluar dari benda mati
(Ogawa Yoshio, 1989 :302 dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi 2004 :115).
8
Contoh: Kata ‘wanwan’ (suara Anjing menggonggong dalam bahasa Jepang).
Selain giongo, gitaigo juga terdapat dalam fukushi.Gitaigo adalah kata –
kata yang mengungkapkan aktifitas, keadaan dan sebagainya. Contoh:
Kata ‘shitoshito’ ‘rintik – rintik’ pada kalimat :Ame ga shitoshito furu,
yang menyatakan keadaan hujan yang sedang turun.
Jootai no fukushi dibagi menjadi tiga (Situmorang 2007 :41) yaitu :
a. Jootai no fukushiyang menunjukkan keadaan.
•ゆっくり話してください。
Yukkurihanashite kudasai
Tolong bicara pelan - pelan.
b. Jootai no fukushi yang menunjukkan waktu.
•眠いとき、車を止めて、しばらく寝ます。
Nemui toki, kuruma wo tomete, shibarakunemasu.
Kalau mengantuk, saya menghentikan mobil dan tidur sebentar
c. Jootai no fukushi yang menyatakan perintah atau petunjuk.
•どう泳ぎますか。
Dou oyogimasuka.
Bagaimana caranya berenang?
2) Teido no Fukushi
“主として、情態を表す語修飾して、その情態の程度を限定
するものを程度副詞という。”
“Sebagian besar, menerangkan kata yang menunjukkan keadaan,
dari defenisi derajat keadaan itulah disebut sebagai teido fukushi.”
Murakami (dalam Sudjianto 2004 :79) menjelaskan bahwa teido no
fukushi adalah fukushi yang menerangkan yoogen (verba, adjektiva – i, adjektiva
– na), menyatakan standar (batas, tingkat, derajat) suatu keadaan atau suatu
perbuatan. Pada dasarnya kata – kata yang diterangkan oleh teido no fukushi
adalah adjektiva – i dan adjektiva – na. Contoh:
a. Menerangkan adjektiva – i
•今年はたいへん寒いです。
9
Kotoshi wa taihen samui desu
Tahun ini sangat dingin.
b. Menerangkan adjektiva- na
•あの人はまったく親切です。
Ano hito wa mattaku shinsetsu desu
Orang itu benar – benar ramah.
c. Menerangkan verba
•あの子は英語がかなりできます。
Ano ko wa ei go ga kanaridekimasu
Anak perempuan itu lumayanbisa bahasa Inggris.
3) Jojutsu no Fukushi/ Chinjutsu no Fukushi
“普通、文頭に現れて、文末の陳述の質を予告する働きをす
るものを陳述副詞 (文法説では、誘導副詞ともという。)”
“Umumnya, disebut chinjutsu fukushi yaitu kata keterangan yang
menjelaskan dengan bentuk kepala kalimat, atau kata keterangan
pernyataan yang menjelaskan sifat pernyataan pada akhir kalimat
(dalam
teori
tata
bahasa
disebutkata
keterangan
yang
menyampaikan pernyataan).
Chinjutsu no fukushi berbeda dengan jootai no fukushi dan teido no
fukushi. Kalau jootai no fukushi dan teido no fukushi digunakan berdasarkan
bagaimana kaitannya dengan yoogen atau taigen dan digunakan berdasarkan
bagaimana hubungannya
antara fukushi
itu
dengan
kelas
kata
yang
diterangkannya, sedangkan chinjutsu no fukushidigunakan berdasarkan bentuk
kalimatnya. Contoh:
•ちっとも勉強しません
Chittomo benkyoushimasen.
Sedikitpun tidak belajar.
Berikut ini chinjutsu no fukushi lainnya :
10
(a) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan negatif
(uchikeshi).
•けっして失敗しません
Kesshiteshippai shimasen
Sama sekali tidak gagal.
(b) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan harapan,
keinginan atau perintah (ganmou/ kibou).
•ぜひ僕に教えてください
Zehiboku ni oshiete kudasai
Benar – benar tolong ajari saya.
(c) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan denga peryataaan larangan (kinshi).
•だんじてうそは言いません
Danjite uso wa iimasen
Pasti yang dikatakannya itu bohong.
(d) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan perkiraan atau
sangkaan (suiryou).
•彼はたぶん来ないでしょう。
Kare wa tabun konai deshou
Dia mungkin tidak datang.
(e) Chinjutsu no fukushiyang berpasangan dengan pernyataaan perumpamaan
(tatoe).
•ちょうどダルマさんのようです。
Choudo daruma san no youdesu
Persis seperti nona Darma.
(f) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan perkiraan negatif
(uchikeshi suiryou).
11
•まさか僕がしたとは思うまいです。
Masaka boku ga shita to wa omou maidesu.
Saya pikir lebih baik jangan saya yang melakukan.
(g) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan keputusan,
kesimpulan atau kepastian (dantei).
•彼はかならず来ます
Kare wa kanarazu kimasu
Dia pasti datang.
(h) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan pertanyaan
(gimon).
•きのうはどうして学校を休みましたか
Kinou wa doushite gakkou wo yasumimashita ka? Modern)
Kenapa kemarin sekolah libur?
(i) Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataaan pengandaian
(katei).
•もし雨が降ったらやめます。
Moshiame ga futtarayamemasu.
Seandainya hujan berhenti.
2.3.2.Fungsi Kata Fukushi
Fungsi kata keterangan Bahasa Jepang atau fukushi adalah untuk menerangkan
kata yang ada di depannya, yaitu verba, adjektiva, nomina dan adverb lain. Contoh:
1) Menerangkan verba (dooshi)
•熊がのそのそ歩きます。
Kuma ga nosonoso arukimasu
Seekor Kumbang berjalan dengan pelan - pelan
12
2) Menerangkan adjektiva (keiyoushi)
•この部屋はとても静かです。
Kono heya wa totemo shizuka desu.
Kamar itu sangat sejuk.
4) Menerangkan adverbia (fukushi) lain.
•いくぶんはっきり見えた。
Ikubun hakkirimieta.
Sebagian terlihat dengan nyata
2.4. Makna Muri dan Masaka
2.4.1. Makna Muri
Mizutani (1993) dalam bukunya yang berjudul Nihongo Notes 2
Expressing Oneself in Japanese, menjelaskan pengertian muri adalah “that’s
rather difficult” atau dapat juga diartikan dengan “it is a little unreasonable”,
yang berarti “itu agak sulit” atau ”tidak masuk di akal”.
2.4.2. Makna Masaka
Menurut Makino dan Michio (1995), masaka adalah:
“ The adverb masaka is used to express the speaker's strong belief
that an action or a state is not expected to become or to have
become a reality. The action or the state is usually something that
is not desirable for the speaker, but not always.”
Dengan terjemahan sebagai berikut:
“Kata keterangan masaka digunakan untuk menyatakan keyakinan
yang kuat oleh pembicara bahwa tindakan atau pernyataan tersebut
tidak diduga akan terjadi. Tindakan atau pernyataan tersebut
biasanya sesuatu yang tidak diinginkan oleh pembicaranya, tetapi
tidak selalu.”
Menurut Hida dan Asada (1994), masaka adalah sebagai berikut:
13
「まさか」は,たとえ可能性は非常に低ても娘が本気である
ことを危惧する気持ちで質問している。「まさか」は言及さ
れた可能性低い内容が正解であるという意味である。
Dengan terjemahan sebagai berikut:
“Masaka” diartikan, keadaan di mana penutur dengan perasaan
terkejut mempertanyakan hal-hal yang kemungkinannya sangat
kecil tapi memang serius atau benar bagi si anak perempuan.
“Masaka” merupakan hal yang dianggap kemungkinannya sangat
kecil, tapi sesungguhnya benar.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa masaka
keadaan
adalah suatu
yang tidak diduga dapat terjadi, karena kemungkinannya sangat rendah.
Penggunaan kata masaka diikuti dengan perassaan terkejut atau takut oleh penututrnya,
bahkan terkadang tidak diinginkan oleh penutur.
2.5. Teori Analisis Kesalahan Berbahasa
Dulay, Burt, dan Krashen (1982) yang dikutip Suwandi (2008: 165) menyatakan
bahwa kesalahan berbahasa adalah:
“Error is a part of a conversation that deviates from some selected
norm of nature language performance”
Pelanggaran terhadap sistem bahasa, baik disengaja ataupun tidak disengaja,
menyebabkan timbulnya kesalahan berbahasa yang menghambat kelancaran komunikasi
yang diharapkan. Kesalahan berbahasa adalah terjadinya penyimpangan kaidah dalam
tindak berbahasa, baik secara lisan maupun tertulis.
Beberapa ahli bahasa mengemukakan pendapatnya tentang pengertian kesalahan
berbahasa. Diantaranya adalah James (1998:1) menjelaskan bahwa, analisis kesalahan
merupakan suatu proses kejadian yang alami maupun tidak, sebab dan akibat dari suatu
kesalahan berbahasa.
14
Parera (1993:7) mengemukakan bahwa analisis kesalahan adalah kajian dan
analisis mengenai kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa atau peserta didik atau
pelajar asing atau seseorang atau bahasa kedua.
Selanjutnya, Zhang (2001) mengemukakan bahwa analisis kesalahan adalah
sebagai berikut:
“誤用分析とは、「広く言えば外国語を勉強する者がその外
国語を使うときに犯す間違いの原因を分析する学問」のこと
である。”
Dengan terjemahan sebagai berikut:
“Analisis kesalahan adalah ilmu yang menganalisis penyebab
kesalahan yang dilakukan oleh
pembelajar bahasa asing ketika
menggunakan bahasa asing tersebut secara luas.”
2.5.1. Faktor Kesalahan Berbahasa
Berbicara mengenai kesalahan berbahasa, Purwadi (2000: 3) menyatakan bahwa
kesalahan (error)
terjadi karena faktor kompetensi pemakai bahasa. Dalam hal ini
pemakai bahasa memang belum menguasai, belum tahu, dan belum memahami kaidah
bahasa yang digunakannya.Karena itu, kesalahan berbahasa dapat dikatakan bersifat
sistemik, yakni karena pemakai bahasa tidak menguasai sistem bahasa yang sedang
berlaku.
Selain itu, Tarigan (1990: 75-76) juga menambahkan pendapatnya tentang
kesalahan berbahasa.Menurutnya, kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor
kompetensi, artinya pelaku tersebut memang belum memahami sistem linguistik bahasa
yang
digunakannya.Kesalahan
biasanya
terjadi
secara
konsisten
dan
sistematis.Kesalahan itu dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki.Kesalahan ini
dapat diperbaiki dengan belajar, remedial, latihan, praktikan, dan sebagainya.
Sebagaimana yang telah dipaparkan bahwa kesalahan berbahasa adalah bentuk
penyimpangan terhadap kaidah penggunaan bahasa yang disebabkan oleh beberapa
faktor. Pemaparan mengenai faktor penyebab terjadinya penyimpangan terhadap kaidah
bahasa antara ahli bahasa satu dengan ahli bahasa lainnya akan berbeda. Faktor pertama
15
penyebab penyimpangan berbahasa adalah adanya faktor dari luar yang disebut
kekeliruan (mistake).
Dalam Meiji Shoin (1997: 10-11), disebutkan bahwa penyebab munculnya
kesalahan berbahasa pada bahasa Jepang adalah sebagai berikut:
1. Gangguan dari bahasa Ibu atau 母語の干渉と思うであろう (bogo no
kanshou to omoudearou)
2. Gangguan dari bahasa asing yang telah dipelajari sebelumnya 以前に習
った外国語の干渉 (izen ni naratta gaikoku-go no kanshou)
3. Pengaruh dari masalah bahasa Jepang yang telah dipelajari sampai saat ini
それまでに習った日本語の事項の影響 (sore made ni naratta nihongo
no jikou no eikyou)
4. Kurangnya pemahaman 不十分な理解 (fujūbun'na rikai)
5. Kurangnya penjelasan 不十分な説明 (fujūbun'na setsumei)
6. Penyimpangan analogi 類推のはずれ (ruisui no hazure)
7. Terlalu banyak berpikir 考えすぎ (kangaesugi)
8. dan lainnya その他 (sonota)
2.5.2. Jenis-Jenis Kesalahan Berbahasa
Meiji Shoin (1997: 4-6) menerangkan tentang jenis-jenis kesalahan berbahasa,
yaitu kesalahan pengucapan, kesalahan penulisan, kesalahan kosa kata, kesalahan tata
bahasa, kesalahan ekspresi.
1) Kesalahan pengucapan, atau hatsuon no ayamari ( 発音の誤り)
Contoh:[hondoni] seharusnya kata yang diucapkan adalah 「本当に」, namun
terkadang pelafalan atau pengucapannya salah, yang seharusnya dengan kata
“to”, menjadi “do”.
2) Kesalahan penulisan, atau hyouki no ayamari ( 表記の誤り)
Contoh:penulisan kata シ yang mirip dengan ツ, sehingga kesalahan penulisan
pun dapat terjadi karena kemiripan bentuk kata.
16
3) Kesalahan kosa kata, atau kotoba no ayamari ( 語彙の誤り)
Contoh: 店の人にラーメンをめいれいしました。
Pada contoh di atas terdapat kesalahanpemilihan kosakata.Saat ingin
meminta pelayan toko untuk meminta atau memesan ramen, tidak mengunakan
kata めいれいしました, melainkan menggunakan kata 注文しました.
4) Kesalahan tata bahasa, atau bunpou no ayamari ( 文法の誤り)
Contoh:そのことをわかります。
Dalam contoh di atas, terjadi kesalahan tatabahasa tentang penggunaan
partikel yang salah.Penggunaan partikel yang benar adalah dengan partikel が,
bukan dengan
menggunakan partikel を.
5) Kesalahan ekspresi, atau hyougen no ayamari (表現の誤り)
Contoh: 五十円だけあるのでバスになれません。
Penggunaan 五十円だけある adalah benar.Penggunaan バスになれま
せん juga benar. Namun pada saat keduanya disambung dengan kata ので, maka
akan menjadi kalimat dengan ekspresi yang terkesan aneh. Jadi kalimat yang
benar seharusnya adalah 五十円だけあるので。。。
Download