BAB 1 PENDAHULUAN 1. LatarBelakang Bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi yang penting. Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Hal yang berkaitan dengan penguasaan bahasa menurut Verhaar (2004:7), menguasai bahasa dalam arti dapat memakai secara lancar, tidak sama dengan apabila mampu menerangkan kaidah-kaidahnya, belajar suatu bahasa tidak sama dengan belajar tentang bahasa tersebut. Dengan demikian, mengerti arti dari suatu bahasa tidak cukup, namun juga diperlukan pemahaman lebih detail untuk menerangkan pengertian dari bahasa tersebut. Hal itulah yang terkadang membuat seseorang salah dalam menggunakan bahasa yang tepat dalam situasi tertentu. Setiap Negara memiliki bahasa yang berbeda-beda. Selain bahasa Ibu (bahasa dari Negara asal), banyak orang yang ingin mempelajari bahasa asing. Namun pemelajar bahasa asing terkadang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran bahasa tersebut, mulai dari pemahaman akan tata bahasa, arti kata, pengucapan, hingga penulisannya. Dalam suatu bahasa, terdapat macam-macam kata yang memiliki arti yang sama. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (yang akan disingkat dengan KBBI), kata tersebut disebut dengan istilah sinonim, yaitu bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama. Menurut Purwadi (2000: 3), terkadang kemiripan makna pada suatu kata membuat pemelajar bahasa asing mengalami kesulitan dalam menggunakan kata yang tepat dalam suatu kalimat atau percakapan. Hal tersebut dapat terjadi karena pemelajar bahasa tersebut belum menguasai, belum tahu, dan belum memahami kaidah bahasa yang digunakannya. 1 2 Pemilihan kata dalam suatu kalimat merupakan proses pembentukan kalimat atau kata-kata yang kita susun dalam sebuah wacana, supaya dapat kita gunakan untuk menyampaikan pesan kepada lawan bicara. Pemilihan kata dilakukan supaya pesan yang kita sampaikan itu dapat diterima dengan baik dan sesuai dengan konsep yang kita inginkan. Oleh karena itu, ada berbagai makna dan kata-kata yang perlu untuk dipilih untuk menyusun sebuah kalimat yang baik, efektif, tidak rancu dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (Chaer, 2006 : 382). Pada penelitian kali ini, penulis akan meneliti kata muri dan masaka. Kata-kata tersebut memiliki arti harafiah yang sama, yaitu mustahil (atau kata yang maknanya menyatakan suatu ketidakmungkinan). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Jepang (yang akan disingkat dengan KBBJ) karangan Kenji Matsura, muri memliki arti sebagai berikut: (1) paksaan, (2) tak masuk akal, (3) tidak mungkin, (4) berat. Sedangkan masaka memilki arti: masa; masakan. Adanya kesalahan yang kerap kali ditimbulkan ketika menggunakan kata muri dan masaka, menyebabkan pembelajar bahasa Jepang mengalami kebingungan dalam menentukan pemakaian kedua kata tersebut. Berdasarkan pengalaman penulis yang menemui kesulitan dan keraguan untuk menggunakan kata muri atau masaka yang tepat pada sebuah kalimat atau percakapan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penyebab dan jenis kesalahan pembelajaran bahasa Jepang pada penggunaan kata muri dan masaka. Menurut Ellis (dalam Tarigan 1990: 68), analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja, yang biasanya digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian, pengaklasifikasian kesalahan dalam sampel, penjelasan tentang kesalahan, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilai antara keseriusan kesalahan itu. Sehubungan dengan hal tersebut penelitian ini mengacu pada kesalahan dalam penggunaan kata muri dan masaka. Kata muri dan masaka merupakan contoh adverbia yang memiliki arti kata mustahil. Namun penggunaan kata 3 tersebut tidak sama satu dengan yang lainnya. Penggunaan tersebut dapat dibedakan dari situasi tutur, penutur dan rekan tuturnya serta, makna yang terkandung dalam suatu kalimat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen tes pada responden, yaitu pada mahasiswa-mahasiswi universitas Bina Nusantara, jurusan sastra Jepang, semester 7, berupa masing-masing 5 soal muri dan 5 masaka. 2. Masalah Pokok Dalam penelitian ini, permasalahan yang akan dibahas adalah mengenai faktor penyebab kesalahan dan jenis kesalahan yang muncul dari kesalahan penggunaan muri dan masaka. 3. Formulasi Masalah Korpus data yang dilibatkan adalah jawaban dari hasil test yang telah dikerjakan oleh mahasiswa-mahasiswi universitas Bina Nusantara, jurusan sastra Jepang, semester 7, mengenai 5 soal muri dan 5 soal masaka. 4. Ruang Lingkup Permasalahan Dalam skripsi kali ini, penulis menganalisis kesalahan penggunaan kata muri, dan masaka. Penelitian dibatasi pada data yang didapat dari responden mahasiswa-mahasiswi universitas Bina Nusantara, jurusan sastra Jepang, semester 7, tahun ajaran 2014/2015. 5. Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya kesalahan berbahasa yang dilakukan pemelajar bahasa Jepang dalam penggunaan kata muri dan masaka yang secara umum memiliki arti yang sama. Manfaat penelitian ini secara umum adalah untuk memberikan sumbangsih bagi perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan. Serta agar para pemelajar bahasa Jepang dapat lebih mudah untuk membedakan fungsi dan penggunaan muri dan masaka, sehingga tidak terjadi lagi kesalahpahaman dalam 4 penggunaan kedua kata tersebut di waktu mendatang. 6. Tinjauan Pustaka Penulis menemukan informasi terkait mengenai fukushi dalam buku berjudul Gramatika Bahasa Jepang Modern, yang ditulis oleh Sudjianto pada tahun 1995. Beliau memaparkan berbagai jenis fukushi. Penulis juga mendapatkan beberapa informasi mengenai penelitian terkait mengenai kesalahan dalam penggunaan jootai no fukushi yang ditulis oleh Giyatami (2003), dengan judul ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN JOOTAI NO FUKUSHI DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG