penggunaan metode mind mapping untuk

advertisement
PENGGUNAAN METODE MIND MAPPING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI SEGIEMPAT
Sri Indriati Hasanah dan Ukhti Raudhatul Jannah
Universitas Madura
E-mail: [email protected]
Abstrak: Penelitian yang dilaksanakan di kelas VII-F SMP Negeri 5 Pamekasan
pada materi segi empat disebabkan beberapa hal yaitu : (1) siswa kurang paham
bagian-bagian mana yang merupakan panjang, lebar, tinggi, sisi, maupun diagonal
dll. (2). proses pembelajaran matematika yang masih bersifat abstrak tanpa
mengaitkan permasalahan matematika dengan kehidupan sehari-hari, (3) siswa tidak
berani mengemukakan ide/gagasan pada guru, (4) guru masih dominan dalam proses
pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) dan dilakukan selama dua siklus. Kesimpulan dari penelitian adalah
kinerja siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan penggunaan metode mind
mapping semakin baik pada tiap siklusnya dimana siklus I skor rata-rata persentase
nilai 64,47% dengan nilai cukup, dan mind mapping pada siklus II skor rata-rata
persentase nilai 78,00% dengan nilai baik.. Sehingga dapat dikatakan bahwa
penggunaan metode mind mapping dapat membantu siswa dalam memahami materi
tersebut dan dapat diimplementasikan dalam pembelajaran matematika.
Kata kunci : Segiempat, Mind Mapping
Mempelajari matematika membutuhkan simbol-simbol agar ide-ide atau
konsep dapat dikomunikasikan dengan
baik. Banyaknya simbol yang digunakan
terkadang
membuat
siswa
kurang
memahami konsep dalam matematika.
Selain itu juga dapat mengakibatkan siswa
berpikir
negatif
dan
menganggap
matematika merupakan materi ajar yang
sulit. Oleh karena itu, diperlukan sebuah
strategi, pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran yang menarik dan tepat yang
dapat membangun minat terhadap belajar
matematika, sehingga matematika bukan
lagi mata pelajaran yang menjenuhkan
melainkan pelajaran yang ringan dan
menyenangkan.
Berdasarkan
hasil
penelitian
Indriyani (2010:3), tingkat pemahaman
konsep yang ditunjukkan oleh kemampuan
siswa dalam menjawab pertanyaan guru
dan mengerjakan soal secara tepat,
menerapakan konsep-konsep, mendefinisikan, menemukan sifat-sifat dari konsep
dan memberikan contoh dan non contoh
dari konsep masih tergolong rendah.
Secara umum kesalahan proses
pembelajaran
yang
menyebabkan
kesulitan- kesulitan bagi siswa dalam satu
pokok
bahasan
pada
matematika
disebabkan beberapa hal, yaitu: 1) proses
pembelajaran matematika yang masih
bersifat
abstrak
tanpa
mengaitkan
permasalahan matematika dengan kehidupan sehari-hari, 2) motivasi belajar
matematika siswa yang masih lemah
karena ketidaktahuan mereka akan tujuan
mempelajari matematika, 3) siswa tidak
berani mengemukakan ide/gagasan pada
guru, 4) guru masih dominan dalam proses
594
595, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
pembelajaran. Kemungkinan-kemungkinan
ini seharusnya menjadi perhatian yang
lebih bagi para
pendidik dalam
menyampaikan pelajaran matematika.
(Handoko, 2007:3)
Pemahaman yang kompre-hensif
tentang matematika akan memungkinkan
guru menye-lenggarakan pendidikan lebih
baik. Adapun kesulitan yang dialami oleh
siswa dalam memahami konsep segiempat
disebabkan oleh beberapa hal: (1) siswa
kurang paham bagian-bagian mana yang
merupakan panjang, lebar, tinggi, sisi,
maupun diagonal dll. (2) karena sulit
mencari media yang dapat menggambar
segiempat secara tepat sehingga segiempat
terpaksa di gambar seperti bentuk persegi
panjang dan persegi, sehingga hanya
nampak terdapat panjang dan lebar saja
(Handoko, 2007:2).
Sedangkan hasil temuan peneliti di
SMPN 5 Pamekasan pada kelas VII F
yang mengakibatkan hasil belajar siswa
rendah
dalam
memahami
materi
segiempat, yaitu: (1) siswa kurang paham
bagian-bagian mana yang merupakan
panjang, lebar, tinggi, sisi, maupun
diagonal dll. (2). proses pembelajaran
matematika yang masih bersifat abstrak
tanpa mengaitkan permasalahan matematika dengan kehidupan sehari-hari, (3)
siswa tidak berani mengemukakan
ide/gagasan pada guru, (4) guru masih
dominan dalam proses pembelajaran.
Untuk itu, perlu adanya suatu perubahan
baru agar hasil belajar meningkat. Salah
satunya dengan menggunakan metode
pembelajaran mind mapping yang akan
menjadikan siswa menarik untuk belajar
dan memahami materi segiempat dengan
baik.
Mind mapping merupakan suatu
metode pembelajaran yang mengembangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan
dengan menggambarkan hal-hal yang
bersifat umum kemudian baru ke hal-hal
yang bersifat khusus dalam sebuah peta.
Mind mapping memberikan kebebasan
pada setiap siswa untuk mengkonstruksi
ide atau konsep siswa sendiri sehingga
mudah untuk dipahami
(http://herdy07.wordpress.com/2009/04/29
/model-pembelajaran-mind-mapping/).
Dalam metode pembelajaran mind
mapping ini, guru membentuk kelompok
siswa yang heterogen beranggotakan 2 - 3
orang siswa. Kemudian menugaskan salah
satu siswa dari pasangan itu menceritakan
materi yang baru diterima dari guru dan
pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti
peran. Begitu juga dengan kelompok
lainnya (Amri, 2010:182).
Adapun tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan hasil belajar
siswa dalam penggunaan metode mind
mapping pada materi segiempat kelas VII
F SMP Negeri 5 Pamekasan Tahun
Pelajaran 2011/2012.
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Pembelajaran Mind
Mapping
1. Definisi Metode Mind Mapping (
Peta Pikiran )
Metode Mind Mapping pertama
kali diperkenalkan oleh Dr. Tony Buzan
pada
awal
1970-an.
Para
ahli
mengemukakan definisi tentang
mind
mapping diantaranya sebagai berikut.
1. Menurut Tony Buzan (2009:3) dalam
bukunya “ Buku Pintar Mind Map “,
mind mapping adalah suatu cara
mencatat yang kreatif, efektif, dan
secara harfiah akan memetakkan
pikiran-pikiran.
2. Menurut Sutanto Windura (2008 :257)
dalam buku memori dan pembelajaran,
Mind Mapping merupakan metode
pencatatan yang dapat mengakomodir
untuk keseluruhan dari suatu topik,
kepentingan, serta hubungan relatif
Hasanah dan Jannah, Penggunaan Metode Mind Mapping , 596
antar masing-masing komponen dan
mekanisme perhubungannya.
3. Menurut
Porter
dan
Hernacki
(2008:152-159), Mind Mapping juga
dapat disebut dengan peta pemikiran.
Mind Mapping juga merupakan metode
mencatat secara menyeluruh dalam satu
halaman. Mind Mapping meng-gunakan
pengingat-pengingat
visual
dan
sensorik dalam suatu pola dari ide-ide
yang berkaitan. Peta pikiran atau Mind
Mapping pada dasarnya menggunakan
citra visual dan prasarana grafis lainnya
untuk membentuk kesan pada otak.
Jadi berdasarkan pendapat di atas
penulis mengambil definisi Mind Mapping
adalah metode pencatatan yang didapat
mengakomodir untuk keseluruhan dari
suatu topik, kepentingan, serta hubungan
relatif antar masing-masing komponen dan
mekanisme perhubungannya.
2. Manfaat Mind Mapping
Mind Mapping sangat bermanfaat
dalam proses belajar, diantaranya :
a. Menurut De Porter dan Hernacki,
manfaat peta pikiran adalah:
1) Mind mapping bersifat fleksibel,
yakni memu-dahkan siswa dalam
mengingat kembali suatu subyek
pelajaran.
2) Memusatkan perhatian siswa
3) Meningkatkan pemahaman dan
memberikan catatan tinjauan ulang
yang sangat berarti intinya.
4) Menyenangkan
dan
tidak
membosankan,
karena
mind
mapping menggunakan perpaduan
antara tulisan, gambar, dan warna
yang sekaligus dapat memaksimalkan fungsi otak kanan dan kiri
yang merupakan kunci dari belajar
efektif.
5) Peta pikiran dapat dimanfaatkan
sebagai
alat
bantu
dalam
memahami suatu konsep dan
mengembangkan suatu ide, karena
b.
peta pikiran dapat menghubungkan
antara satu ide dengan ide lainnya
dengan memahami konteksnya.
Sehingga dapat memudahkan otak
untuk memahami dan menyerap
suatu informasi.
R. Teti Rostikawati dalam sebuah
artikel
online
berjudul
“Mind
Mapping dalam Metode Quantum
Learning: Pengaruhnya terhadap
Prestasi Belajar dan Kreatifitas
Siswa”, menyatakan penggunaan
catatan
mind
mapping
yaitu
membiasakan siswa untuk melatih
aktivitas kreatifnya sehingga siswa
dapat menciptakan suatu produk
kreatif yang dapat bermanfaat bagi
diri dan lingkungannya.
3. 7 Langkah dalam Membuat
Mind Mapping
Buzan ( 2005 : 14 ), sarana
dan prasarana untuk membuat Mind
Mapping adalah :
a. Kertas kosong tak bergaris.
b. Pena dan pensil warna.
c. Otak.
d. Imajinasi.
Buzan ( 2009 : 15-16 ), membuat
Mind Mapping membutuhkan imajinasi
atau pemikiran, adapun cara pembuatan
Mind Mapping adalah :
1) Mulailah dari TENGAH kertas
kosong
yang
sisi
panjangnya
diletakkan
mendatar.
Mengapa?
Karena memulai dari tengah memberi
kebebasan kepada otak untuk
menyebar ke segala arah dan untuk
mengungkapkan dirinya dengan lebih
bebas dan alami.
2) Gunakan GAMBAR atau FOTO
untuk ide sentral anda. Mengapa?
Karena sebuah gambar bermakna
seribu kata dan membantu kita
menggunakan imajinasi. Sebuah
gambar sentral akan lebih menarik,
597, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
3)
4)
5)
6)
membuat
kita
tetap
terfokus,
membantu kita berkonsentrasi, dan
mengaktifkan otak kita.
Gunakan
WARNA. Mengapa?
Karena bagi otak, warna sama
menariknya dengan gambar. Warna
membuat mind map lebih hidup,
menambah energi kepada pemikiran
kreatif, dan menyenangkan!
HUBUNGKAN
CABANGCABANG UTAMA ke gambar pusat
dan hubungkan cabang-cabang tingkat
dua dan tiga ke tingkat satu dan dua,
dan seterusnya. Mengapa? Karena
otak bekerja menurut asosiasi. Otak
senang mengaitkan dua (atau tiga,
atau empat) hal sekaligus. Bila kita
menghubungkan cabang-cabang, kita
akan lebih mudah mengerti dan
mengingat. Penghubung cabangcabang utama akan menciptakan dan
menetapkan struktur dasar atau
arsitektur pikiran kita. Ini serupa
dengan cara pohon mengaitkan
cabang-cabangnya yang menyebar
dari batang utama. Jika ada celahcelah kecil di anatara batang sentral
dengan cabang-cabang utama atau di
antara cabang-cabang utama dengan
cabang dan ranting yang lebih kecil,
alam tidak akan bekerja dengan baik!
Tanpa hubungan dalam mind map
anda, segala sesuatu (terutama ingatan
dan pembelajaran!) akan berantakan.
Jadi buat hubungan!
Buatlah
garis
hubungan
yang
MELENGKUNG, bukan garis lurus.
Mengapa? Karena garis lurus akan
membosankan otak. Cabang-cabang
yang melengkung dan organis, seperti
cabang-cabang pohon, jauh lebih
menarik bagi mata.
Gunakan SATU KATA KUNCI
SETIAP GARIS. Mengapa? Karena
kata kunci tunggal memberi lebih
banyak daya dan fleksibilitas kepada
7)
mind map. Setiap kata tunggal atau
gambar adalah seperti pengganda,
menghasilkan sederet asosiasi dan
hubungannya
sendiri.
Bila
menggunakan kata tunggal, setiap
kata ini akan lebih bebas dan
karenanya lebih bisa memicu ide dan
pikiran baru. Kalimat atau ungkapan
cenderung menghambat efek pemicu
ini. Mind Map yang lebih memiliki
banyak kata kunci seperti tangan yang
semua sendi jarinya bekerja mind map
yang memiliki kalimat atau ungkapan
adalah seperti tangan yang semua
jarinya diikat oleh belat kaku.
Gunakan GAMBAR. Mengapa?
karena seperti gambar sentral setiap
gambar bermakna seribu kata. Jadi
bila kita hanya mempunyai10 gambar
di dalam Mind Map kita, Mind Map
kita sudah setara dengan 10.000 kata
catatan.
Pembuatan Mind Mapping
juga diperlukan keberanian dan
kreativitas yang tinggi. Variasi
dengan huruf capital, warna, garis
bawah atau simbol – simbol yang
menggambarkan poin atau gagasan
utama. Menghidupkan Mind Mapping
yang telah dibuat akan lebih
mengesankan.
Contoh aplikasi Mind Mapping
Hasanah dan Jannah, Penggunaan Metode Mind Mapping , 598
4. Indikator Mind Mapping
Menurut Tony Buzan ( 2009 : 6 ),
indikator Mind Mapping sebagai berikut:
a. Merencanakan
b. Berkomunikasi
c. Menjadi lebih kreatif
d. Menyelesaikan masalah
e. Memusatkan perhatian
f. Menyusun dan menjelaskan pikiran –
pikiran
g. Mengingat dengsn lebih baik
h. Belajar lebih cepat dan efesien dan
i. Melatih “ gambar keseluruhan “
5. Langkah-langkah Pembelajaran
Metode Mind Mapping
Langkah-langkah
pembelajaran
metode Mind Mapping diatas, sebagai
berikut:
a. Guru menyampaikan kompetensi
yang ingin dicapai.
b. Guru mengemukakan konsep /
permasalahan yang akan ditanggapi
oleh siswa/sebaiknya permasalahan
yang mempunyai alternative jawaban
dan memberikan contoh sesuai mind
mapping yang telah dibuat.
c. Untuk mengetahui daya serap siswa,
guru
membentuk
kelompok
berpasangan dua sampai tiga orang
secara heterogen.
d. Menugaskan
siswa
secara
bergiliran/diacak menyampaikan hasil
diskusinya
dengan
teman
pasangannya. Sampai sebagian siswa
sudah
menyampaikan
hasil
diskusinya.
e. Guru
mengulangi/menjelaskan
kembali materi yang kirannya belum
dipahami siswa.
f. Kesimpulan.
g. Penutup.
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil tes akhir tindakan yang
diperoleh siswa dari tindakan I dan
tindakan II mengalami peningkatan
cukup baik. Hal ini menunjukkan
bahwa pemahaman siswa tentang
materi segiempat Telah meningkat.
Pada tindakan I jumlah hasil belajar
keseluruhan siswa memperoleh skor
64,47% dan pada tindakan II jumlah
hasil belajar keseluruhan siswa
memperoleh skor 78%.
b.
Dari hasil observasi guru terhadap
subjek penelitian di dalam satu
kelompk bahwa dalam pembelajaran
dengan penggunaan metode mind
mapping siswa menunjukkan pada
kategori baik dan sangat baik. Hanya
saja pada tindakan I, Debora kurang
bisa memberikan ide-idenya dan
kurang
berpartisipan
pada
kelompoknya karena mungkin tidak
terbiasa dengan pembelajaran seperti
ini. Tetapi pada tindakan II, Debora
mulai terlihat aktif.
c.
Berdasarkan
hasil
observasi,
pembelajaran dengan penggunaan
metode mind mapping menjadi lebih
menyenangkan bagi siswa. Serta
keterlibatan guru semakin meningkat.
Hal ini ditunjukkan oleh hasil
observasi aktivitas guru siklus I 91%,
siklus II 92%. Sedangkan hasil
observasi aktivitas siswa silus I 89%,
siklus II 92%.
Hasil wawancara terhadap subjek
penelitian menunjukkan bahwa respon
siswa terhadap pembelajaran sangat
positif dan tingkat pemahaman siswa
terhadap materi juga sangat baik.
ketiga subjek penelitian senang
mengikuti
pembelajaran
dengan
penggunaan metode mind mapping,
d.
599, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
siswa bisa aktif dan mengemukakan
ide-idenya.
Adapun temuan yang dihasilkan dalam
penelitian ini adalah:
1. Motivasi Belajar
Siswa yang telah siap belajar
baik secara fisik dan mental akan belajar
lebih banyak daripada siswa yang tidak
siap. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hudojo (1988:107) bahwa belajar harus
menyadari
betapa
pentingnya
menimbulkan motivasi belajar peserta
didik, sebab peserta didik yang diberi
motivasi belajar akan lebih siap daripada
peserta didik yang tidak diberi motivasi
belajar.dengan demikian, menciptakan
minat belajar siswa sangat penting untuk
pencapaian hasil belajar. Untuk itu,
pencapaian hasil belajar siswa di dalam
pembelajaran ini meningkat. Walaupun
ada beberapa siswa di dalam pembelajaran
ini yang tidak dapat menjawab pertanyaan
guru ketika memberikan motivasi.
Memotivasi siswa dalam belajar juga
sebagai pendorong bagi siswa untuk
mempelajari
materi
segiempat
(Jajargenjang,Belah
ketupat,Layanglayang dan Trapesium).
2. Pembentukan Kelompok
Pada pembelajaran ini, masingmasing
anggota
kelompok
saling
memberikan bantuan dan masukan dalam
meningkatkan pemahamannya tentang
suatu konsep. Anggota kelompok yang
kurang mampu bertanya kepada anggota
kelompok yang lebih mampu mengenai
hal-hal yang belum dipahami. Sedangkan
siswa yang lebih mampu telah bertambah
pemahamannya
melalui
proses
menjelaskan kepada anggota yang kurang
mampu. Hal ini sesuai dengan pendapat
kennedy & Tipps (dalam Djuita, 2005:94)
bahwa kelompok yang terdiri dari siswa
yang berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah akan memaksimalkan proses
belajar karena masing-masing siswa
mempunyai kemampuan awal yang
berbeda. Hal ini didukung oleh pendapat
Vygotsky (Cobb,1996) bahwa menekankan
pelajaran pada pentingnya interaksi sosial
dengan orang lain yang punya pengetahuan
lebih baik dan sistem secara kultural telah
berkembang dengan baik. Oleh karena itu,
pembelajaran ini dapat berjalan dengan
baikdan lancar karena siswa telah saling
memberikan ide-idenya sesuai dengan
kemampuannya.
3. Aktivitas Guru dan Siswa di dalam
Proses Pembelajaran
1) Aktivitas guru
Peran guru sangatlah penting di
dalam
proses
pembelajaran.
Pada
pembelajaran ini, guru lebih berperan
dalam membantu siswa di dalam proses
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
pendapat Vygotsky (Slavin,1997) tentang
Scaffolding bahwa pemberian sejumlah
bantuan kepada siswa selama tahap-tahap
awal pembelajaran, kemudian mengurangi
bantuan dan memberikan kesempatan
untuk mengambil alih tanggung jawab
yang semakin besar setelah ia dapat
melakukannya. Scaffolding merupakan
bantuan yang diberikan kepada siswa
untuk belajar dan memecahkan masalah.
Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk,
dorongan,
peringatan,
menguraikan
masalah ke dalam langkah-langkah
pemecahan, memberikan contoh, dan
tindakan-tindakan
lain
yang
memungkinkan siswa itu belajar mandiri.
2) Aktivitas siswa
Peran
siswa
di
dalam
pembelajaran ini adalah saling bekerja
sama dalam memanipulasi pembuatan
mind mapping dan memberikan ide untuk
menyelesaiakan setiap soal yang terdaat
pada Lembar Kerja (LKS). Hal tersebut
sesuai dengan konsep Vygotsky (Slavin,
1997) tentang Zone Of Proximal
Development (ZPD) bahwa jarak antara
tingkat perkembangan sesungguhnya yang
Hasanah dan Jannah, Penggunaan Metode Mind Mapping , 600
didefinisikan
sebagai
kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan
orang dewasa atau melalui kerja sama
dengan teman sejawat yang lebih mampu.
mapping pada siklus I
persentase nilai 64,47%
cukup, dan mind mapping
skor rata-rata persentase
dengan nilai baik.
skor rata-rata
dengan nilai
pada siklus II
nilai 78,00%
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil penilaian mind mapping yang
dibuat siswa dalam pembelajaran Keliling
dan luas bangun segiempat diperoleh: mind
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan, dan Akhmadi, Khoiru. 2010.
Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.
Jakarta:
Prestasi
Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Buzan,Tony.2006. Buku Pintar Mind
Map.Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Hadi, Sutrisno. 2007. Metodologi Research
Jilid 1. Yogyakarta: Andi
Hudojo, Herman.1988. Mengajar Belajar
Matematika.Malang
:
JICAUniversitas Negeri Malang.
Indriyani, Dwi, Ria.2010. Penerapan
Strategi
Pembelajaran
Mind
Mapping dalam Pembelajaran
Matematika
Sebagai
Upaya
Peningkatan Pemahaman Konsep
Teorema Phytagoras. Skripsi tidak
diterbitkan. Surakarta: Program
Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kurniawati, Dwi, Dhida.2010. Pengaruh
Metode Mind Mapping dan
Keaktifan Belajar Siswa Terhadap
Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas
VII Sekolah Menengah Pertama
Muhammadiyah 5 Surakarta tahun
Pelajaran 2009/2010. Skripsi tidak
diterbitkan. Surakarta: Program
Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kusrini, dkk. 2008. Contextual teaching
and learning matematika Sekolah
Menengah
Pertama/Madrasah
Tsanawi-yah. Jakarta : Pusat
Pembukuan
Departemen
Pendidikan Nasi-onal.
Mawasid,
Handayani,
Nurtesti.2009.
Model
Pembelajaran
Mind
Mapping untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Sifat-sifat
Bangun Ruang Siswa Kelas V SD
Negeri Tunggulsari II. Skripsi
tidak
diterbitkan.
Surakarta:
Program Pasca Sarjana Universitas
Muham-madiyah Surakarta.
Nuharini,Dewi, dkk. 2008. Matematika
Konsep dan Aplikasinya Sekolah
Menengah
Pertama/Madrasah
Tsana-wiyah. Jakarta : Pusat
Pembukuan
Departemen
Pendidikan Nasional.
Ratumanan, Tanwey, Gerson. 2002.
Belajar
dan
Pembelajaran.
Surabaya: UNESA University
Press.
601, KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013
Turmudi, dkk. 2003.Strategi Pembelajaran
Matematika
Kontemporer.
Bandung. Uni-versitas Pendidikan
Indonesia.
Sugiyono.
2010.
Metode Penelitian Pendidikan,
Pendekatan Kuan-titatif, Kualitatif,
dan R & D. Bandung : Alfabeta
Trianto.
2010.
Mendesain
Model
Pembelajaran Inovatif-Progre-sif.
Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Download