PROGRAM DIPLOMA III KEPABEANAN DAN CUKAI PERTEMUAN KE #4 Pengertian Sumber adalah asal sesuatu Sumber hukum Islam adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam Dalam kepustakaan hukum Islam, sumber hukum Islam sering pula disebut dengan dasar hukum atau dalil hukum Sumber hukum Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber hukum Islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat Islam. Surat An Nisa (4) : 59 Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Ulil ‘amri yakni orang yg mempunyai “kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan utk mengalirkan ajaran hukum Islam dari dua sumber utamanya yakni Al Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Ketika Rosulullah mengutus Mu’adz bin Jabal menjadi gubernur di Yaman, beliau bertanya kepadanya, “Dengan pedoman apa engkau akan memutus sesuatu urusan ?” Jawab Muadz : dengan kitabullah Tanya Rosul : kalau tidak ada dalam Al Quran? Jawab Muadz : dengan sunnah Rosulullah Tanya Rosul : kalau dalam sunnah juga tidak ada? Jawab Muadz : saya berijtihad dengan pikiran saya Sabda Rosul : Maha suci Allah yg telah memberikan bimbingan kepada utusan Rosul-Nya, dengan satu sikap yg disetujui Rosul-Nya. (HR Abu Dawud dan Turmudzi) Berdasarkan QS An Nisa dan hadits tentang Muadz dapat disimpulkan bahwa : 1. Sumber hukum Islam ada 3 yakni Al Quran, As Sunnah dan akal pikiran yg mampu melakukan Ijtihad 2. dalam penggunaan ketiga sumber tersebut maka diprioritaskan yang pertama, kemudian yang kedua dan terakhir yang ke-3 dalam memecahkan suatu permasalahan hukum. Kesimpulan yang lain dari hadits Muadz adalah : 1. Al Quran bukanlah kitab hukum yang memuat kaidahkaidah hukum secara lengkap terperinci 2. Sunnah Nabi pun sepanjang tentang muamalah, pada umumnya hanya mengandung kaidah-kaidah umum yang harus dirinci kembali lewat akal pikiran manusia yang mampu berijtihad 3. hakim tidak boleh menolak untuk menyelesaikan masalah atau sengketa dengan alasan bahwa hukumnya tidak ada. Ia wajib memecahkan masalah tsb dengan cara berijtihad melalui berbagai metoda. AL QURAN Al Quran adalah sumber hukum pertama dan utama. Ia memuat kaidah-kaidah hukum fundamental (asasi) yg perlu dikaji dengan teliti dan dikembangkan lebih lanjut. Al Quran berasal dari kata qara-a (membaca) berubah menjadi kata benda qur’an berarti bacaan atau sesuatu yang harus dibaca dan dipelajari. Fungsi dan Peranan Al Quran Al Quran adalah wahyu Allah yg berfungsi sebagai mukjizat bagi Muhammad, sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim dan sebagai korektor dan penyempurna kitab-kitab Allah sebelumnya. Sayid Husein Nasr berkata bahwa Al Quran mempunyai tiga petunjuk bagi manusia Pertama, adalah ajaran yang memberi pengetahuan tentang berbagai hal baik jagat raya maupun makhluk yg mendiaminya, termasuk ajaran tentang keyakinan atau iman, hukum atau syariat, dan moral atau akhlak. Kedua, Al Quran berisi sejarah atau kisah-kisah manusia zaman dulu termasuk kejadian para Nabi, dan berisi pula tentang petunjuk di hari kemudian atau akhirat. Ketiga, Al Quran berisi pula sesuatu yg sulit dijelaskan dengan bahasa biasa karena mengandung sesuatu yang berbeda dengan yang kita pelajari secara rasional. Sejarah Kodifikasi dan Perkembangan Al Quran Al Quran ditulis sejak Nabi masih hidup. Begitu wahyu turun kepada Nabi, Nabi langsung memerintahkan para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Wahyu ditulis sekaligus dihafalkan dan diamalkan. Pada masa pemerintahan Abu Bakar ash Shiddiq Al Quran telah dikumpulkan dalam mushaf (kumpulan lembaran-lembaran yg tertulis). Zaid ibn Tsabit sebagai sekretaris Nabi, mendapatkan tugas tersebut dan secara hati-hati ia mengumpulkan ayat-ayat Al Quran yg telah ditulis di depan Nabi dan yg disimpan di rumah Nabi serta disesuaikan dengan ayat-ayat Quran yg dihafal para sahabat. Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Usman bin Affan, lembaran-lembaran Al Quran yg disimpan oleh Hafsah (Abu Bakar-Umar-Hafsah) disalin oleh Zaid ibn Tsabit menjadi beberapa naskah. Hal ini mengingat penganut Islam semakin banyak, meluas hingga di luar semenanjung Arab. Al Quran memuat kata-kata yg padat dan tidak mudah difahami. Oleh karenanya diperlukan penjelasan dan penafsiran. Dalam perkembangan selanjutnya muncul disiplin ilmu Ulumul Quran sebagai ilmu yg khusus mempelajari tentang Al Quran. Tafsir Al Quran juga berkembang terus mengikuti perkembangan pemikiran dan pengetahuan manusia. Kandungan Isi Alquran Al quran terdiri dari 114 surat; 91 surat turun di Makkah dan 23 surat turun di Madinah. Surat yang turun di Makkah dinamakan makiyyah, pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlak, ditujukan kepada manusia. Sedangkan yang turun di Madinah disebut surat Madaniyyah. Pada umumnya surat madaniyyah panjang-panjang, menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan dan seseorang dengan sesamanya. Menurut para ahli, secara garis besar Al quran memuat soal-soal yang berkenaan dengan : 1. Aqidah 2. Syariah, terdiri ibadah dan muamalah 3. Akhlak 4. Kisah-kisah umat terdahulu 5. Berita-berita tentang zaman yg akan datang 6. Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan Abdul wahab khollaf menyebut macam-macam hukum dalam Al quran yakni: 1. Hukum I’tiqadiyah yakni: hukum yang berkaitan dengan kewajiban para subyek hukum untuk mempercayai Allah, malaikat-malaikatNya, kitabkitabNya, Rosul-rosulNya, hari pembalasan, dan takdir Allah. 2. Hukum-hukum akhlak yaitu hukum yang berhubungan dengan kewajiban subyek hukum untuk menghiasi dirinya dengan sifat-sifat keutamaan dan menjauhkan diri dari sifat tercela. 3. hukum amaliyah dibagi kedalam dua jenis yaitu hukum ibadah (hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhannya) dan hukum muamalah (hukum yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya) Ayat Al quran mengenai hukum amaliyah berjumlah 368 ayat, hanya 3% saja dari seluruh ayat-ayat Al quran. Ayat-ayat Al quran ada yang muhkamat dan ada pula yang mutasyabihat. Ayat muhkam adalah ayat yang memuat ketentuanketentuan yang sudah jelas maknanya. Ayat mutasyabih adalah ayat perumpamaan sehingga hanya dapat dipahami oleh orang yang mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Al quran. Teks Al quran mengenai hukum tercantum dalam ayat-ayat muhkam. Ayat-ayat Al Quran diturunkan secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun. Ayat yg pertama turun adalah yg terdapat dalam surat Al Alaq ayat 1-5. Sedangkan ayat terakhir adalah yg terdapat dalam surat Al Maidah, yaitu ayat 1-3. Nama-nama lain Al Qur’an Al-Kitab, berarti sesuatu yang ditulis Al-Kalam, berarti ucapan Az-Zikra, berarti peringatan Al-Qasash, berarti cerita-cerita Al-Huda, berarti petunjuk Al-Furqon, berarti pemisah Al-Mauizdoh, berarti nasihat As-Syifa, berarti obat An-Nur, berarti cahaya AS SUNNAH/AL HADITS Secara etimologis, hadits bisa berarti baru, dekat dan khabar. Dalam tradisi hukum Islam hadits berarti segala perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi Muhammad SAW. Pengertian hadits identik dengan sunnah yg secara etimologis berarti jalan atau tradisi. Ada yg berpendapat antara hadits dan sunnah berbeda, akan tetapi dalam kebiasaan hukum Islam, hadits dan sunnah hanya berbeda dari sisi penggunaan, tidak dalam isi dan tujuannya. As Sunnah sbg Sumber Hukum Sunnah adalah sumber hukum Islam yg kedua setelah Al Quran. Apabila sunnah tdk berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslim akan mengalami kesulitan dalam hal cara shalat, kadar dan ketentuan zakat, cara haji dll. Sebab ayat Al Quran dalam hal tsb hanya berbicara secara global dan umum dan penjelasan terperinci ada pada sunnah Rosulullah. Hub.As Sunnah dan Al Quran Bayan tafsir yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum. Misal hadits “shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” adalah merupakan tafsiran dari ayat quran yg umum yaitu “kerjakan shalat” Bayan taqrir yaitu as sunnah berfungsi utk memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al Quran. Misal Hadits “Berpuasalah ketika melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya” adalah memperkokoh QS 2 : 185 Bayan Taudhih, yaitu menerangkan maksud dan tujuan ayat Al Quran, seperti pernyataan Nabi “Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati” adalah penjelasan terhadap ayat Al Quran “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak kemudian tidak membelanjakannya di jalan Allah, maka gembirakanlah mereka dengan azab yg pedih” Jenis/Macam Hadits 1. Dilihat dari kualitas pribadi perawinya : Shahih adalah hadits yg diriwayatkan oleh perawi yg adil yaitu orang yang senantiasa berkata benar dan menjauhi perbuatan terlarang, mempunyai ketelitian yg sempurna, sanad (mata rantai yg menghubungkan) bersambung sampai kepada Nabi Muhammad, tidak mempunyai cacat dan tidak pula berbeda dengan periwayatan orang-orang yg terpercaya. 2. Hasan yaitu hadits yg diriwayatkan oleh perawi yang adil namun kurang teliti, sanadnya bersambung sampai kepada Nabi, dan tidak pula cacat. 3. Dha’if atau lemah yaitu hadits yang tidak memenuhi persyaratan seperti halnya hadits sahih dan hasan. Dilihat dari jumlah (sedikit banyaknya) orang yang meriwayatkannya : 1. Hadits Mutawatir yaitu segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad yg diriwayat-kan oleh sekian banyak sahabat sehingga karena saking banyaknya mustahil mereka akan bersepakat berdusta bersamasama. Hadits Masyhur adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad yang diriwayat-kan oleh seorang, dua orang atau lebih sahabat namun jumlahnya tidak sebanyak yang meriwayatkan hadits mutawatir. Akan tetapi pada generasi kedua (tabi’in) dan ketiga (tabi’i tabi’in) jumlah orang yang meriwayatkannya = hadits mutawatir. Hadits Ahad yaitu segala sesuatu yg datang dari Rasulullah yang diriwayatkan oleh seorang, dua orang atau lebih sahabat, tapi jumlahnya tidak = yang meriwayatkan hadits mutawatir. Hadits ahad adalah yang terbanyak jumlahnya dalam kitab-kitab hadits. Perbedaan Al Quran dan Hadits sbg Sumber Hukum 1. 2. 3. Al Quran nilai kebenarannya adalah qath’i (absolut) sedangkan hadits adalah zhanni (kecuali hadits mutawatir) Seluruh ayat Al Quran mesti dijadikan pedoman hidup tetapi tidak semua hadits mesti kita jadikan pedoman hidup. Al Quran sudah pasti autentik lafaz dan maknanya sedangkan hadits tidak. Sejarah Singkat Perkembangan Hadits 1. 2. 3. 4. Masa wahyu dan pembentukan hukum (pada zaman Rosul) masa pembatasan riwayat (masa khulafaur rasyidin) masa pencarian hadits (pada masa generasi tabi’in dan sahabat-sahabat muda) masa pembukuan hadits 5. masa penyaringan dan seleksi ketat 6. masa penyusunan kitab-kitab koleksi 7. masa pembuatan kitab syarah (penjelasan) hadits. 1. 2. Pada masa Rosulullah, hadits tidak dituliskan sebab : Nabi melarangnya kecuali bagi beberapa sahabat yg dizinkan sebagai catatan pribadinya. Rosulullah berada di tengah-tengah kaum muslim sehingga dipandang tidak perlu utk menuliskannya 3. kemampuan tulis baca di kalangan para sahabat masih terbatas. 4. Umat Islam sedang dikonsentrasikan dengan Al Quran 5. kesibukan-kesibukan umat Islam dalam menghadapi perjuangan dakwah yg penting. Kenapa Hadits kemudian Dikodifikasikan? Kodifikasi hadits dilatarbelakangi oleh adanya usaha- usaha utk membuat dan menyebarluaskan haditshadits palsu di kalangan umat Islam. Terdapat kesalahan di kalangan masyarakat Islam berupa anggapan terhadap pepatah2 dalam bahasa Arab yang dianggap sebagai hadits. Sunnah atau hadits yg sekarang terdapat dalam kitab- kitab hadits terdiri dari 2 bagian yaitu isnad atau sanad dan bagian matan. Isnad atau sanad adalah sandaran untuk menentukan kualitas suatu hadits, merupakan rangkaian orang-orang yang meriwayatkan hadits secara turun temurun dari generasi ke generasi. Matan adalah materi atau isi hadits. Menurut sebagian besar ulama, ada 7 kitab hadits yg terbaik yaitu 1. Ash Shahih Bukhari 2. Ash Shahih Muslim 3. As Sunan Abu Dawud 4. As Sunan Nasa’i 5. As Sunan Tirmidzi 6. As Sunan Ibnu Majah 7. Al Musnad Imam Ahmad IJTIHAD Ijtihad berarti pencurahan segenap kemampuan untuk mendapatkan sesuatu. Yaitu penggunaan akal sekuat mungkin untuk menemukan sesuatu keputusan hukum tertentu yg tidak ditetapkan secara eksplisit dalam Al Quran dan Sunnah. Akal adalah kunci untuk memahami ajaran dan hukum Islam. Artinya tidak ada agama bg orang yg tidak berakal. 1. 2. Muhammad Syaltut berpendapat, bahwa ijtihad yang biasa disebut ar Ra’yu mencakup 2 pengertian : Penggunaan pikiran untuk menentukan hukum yg tidak ditentukan secara eksplisit oleh Quran dan Sunnah Penggunaan fikiran dalam mengartikan, menafsirkan dan mengambil kesimpulan dr suatu ayat atau hadits. Kedudukan Ijtihad Pada dasarnya yang ditetapkan oleh ijtihad tidak dpt melahirkan keputusan yg mutlak absolut. Keputusan yg ditetapkan oleh ijtihad mungkin berlaku bagi satu orang tapi tidak berlaku bagi orang lain. (menyangkut tempat dan waktu) Ijtihad tdk berlaku dlm urusan ibadah mahdhah Keputusan ijtihad tdk boleh bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah Dalam proses berijtihad hendaknya dipertimbangkan faktor-faktor motivasi, akibat, kemaslahatan umum dan kemanfaatan bersama. Metode Berijtihad Qiyas = Analogi, yaitu menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yg tidak diterangkan oleh Al Quran dan As Sunnah, dgn dianalogikan kepada hukum sesuatu yg sdh diterangkan hukumnya oleh Al Quran dan As Sunnah, karena ada sebab yg sama. Contoh : Surat Al Isra: 23 Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaikbaiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia Seseorang tidak boleh berkata uf/cis kpd orang tuanya, karena menyakiti orang tua. Oleh karenanya , menyakiti dll terhadap orang tua juga tidak boleh. Ijma’=konsensus=ijtihad kolektif, yaitu persepakatan ulama-ulama Islam dalam menentukan sesuatu masalah ijtihadiyah. Istihsan, yaitu menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas dasar prinsipprinsip umum ajaran Islam seperti keadilan, kasih sayang dan lain-lain Mashalihul mursalah, yaitu menetapkan hukum terhadap sesuatu persoalan ijtihadiyah atas pertimbangan kegunaan dan kemanfaatan yang sesuai dengan tujuan syariat. Perbedaan dengan istihsan terletak pada adanya dalil dari Al Quran atau As Sunnah yang bersifat umum. 1. 2. 3. Tidak semua orang dapat berijtihad. Yang dapat menjadi mujtahid adalah: Menguasai bahasa Arab untuk dapat memahami Al Quran dan kitab-kitab berbahasa Arab Mengetahui isi dan sistem hukum Al Quran dan ilmu untuk memahami Al quran Mengetahui hadits-hadits hukum dan ilmu-ilmu hadits Menguasai kaidah-kaidah fiqih Mengetahui tujuan hukum Islam Jujur dan ikhlas Asas-asas Hukum Islam Berasal dari bahasa Arab asasun artinya dasar, basis, pondasi. Asas bila dihubungkan dengan hukum berarti kebenaran yg dipergunakan sebagai tumpuan berfikir dan alasan pendapat, terutama dlm penegakan dan pelaksanaan hukum Asas hukum Islam berasal dari sumber hukum Islam terutama Al Quran dan Sunnah Asas Umum : keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan Masing-masing bidang kemudian mempunyai asasasas lagi. AL Ahkam Al Khamsah Disebut juga Hukum Taklifi ada lima macam kaidah atau lima kategori penilaian mengenai benda dan tingkah laku manusia dalam Islam, yaitu : 1. Mubah di lapangan muamalah 2. Sunat dan Makruh adalah ukuran penilaian kesusilaan 3. Wajib dan Haram untuk penilaian di lingkungan hukum duniawi