drug misuse dan drug abuse

advertisement
DRUG MISUSE DAN DRUG ABUSE
H.M.Hasanmihardjo
Tujuan utama yang ingin dicapai dari penggunaan obat tertentu adalah kesembuhan.
Tujuan utama itu dapat dicapai terutama oleh derajat kepatuhan/complience terhadap
aturan-aturan yang berkaitan dengan penggunaan obat itu. Kebanyakan di antara kita
tidak cukup peduli dalam hal ini. Misalnya, menelan kapsul obat tertentu 4 kali sehari
dilakukan antara jam 07.00 s.d. jam 21.00 atau kira-kira 3,5 jam sekali. Padahal
seharusnya yang benar kapsul itu seharusnya ditelan 6 jam sekali supaya kadarnya dalam
darah selama 24 jam rata, sehingga efeknya selama 24 tetap. Misal yang lain, obat itu
ditelan tepat sehabis makan, padahal seharusnya di telan sebelum makan atau pada saat
lambung kosong supaya obat itu lebih baik terserap ke dalam peredaran darah. Lambung
dianggap kosong kira-kira 2 jam sebelum atau sesudah makan.
Drug misuse, penggunaan obat secara tidak benar atau salah, juga berkaitan dengan
ketepatan diagnose penyakit. Untuk mencapai tujuan utama dalam penggunaan obat ada
beberapa hal yang harus dipenuhi yaitu pasien (terutama penyakitnya) yang tepat, obat
yang tepat, takaran yang tepat, cara penggunaan yang tepat, pada waktu yang tepat dan
dalam kurun waktu yang tepat. Derajat “kepatuhan” terhadap hal-hal itu merupakan
faktor penentu tercapainya tujuan utama penggunaan obat. Mungkin ‘judgement’
terhadap ‘kemanjuran’ suatu obat tertentu baru dapat ditentukan bila ‘kepatuhan’ sudah
dilakukan dengan baik, benar dan istiqomah. Terutama bagi pasien yang dirawat di RS
‘kepatuhan’ ini harus mendapatkan perhatian yang memadai dari tenaga-tenaga dokter,
farmasis, dan keperawatan. Hal ini dapat meningkatkan kecepatan proses kesembuhan
pasien, dan juga efisiensi RS.
Drug abuse, penyalah gunaan obat, adalah penggunaan obat dengan tujuan selain
kesembuhan. Misalnya untuk bunuh diri seperti dilakukan actrees terkenal Marylin
Monru, yang menelan pil tidur dalam jumlah/takaran yang berlebihan untuk mengakhiri
hidupnya. Penyalahgunaan obat biasanya berkaitan dengan obat /zat psychoactive dengan
tujuan utama mencapai ‘kondisi semu’ yang menyenangkan (sementara).
Penyalahgunaan NAPZA (narkotika, psychitropica, dan zat-zat adiktif) dewasa ini
marak dilakukan di hampir semua negara, termasuk Indonesia. Bahkan peredaran Napza
di Indonesia diberitakan termasuk tinggi. Pelakunya umumnya remaja, juga mereka yang
tergolong ‘materially rich but mentally poor’.
Usaha-usaha penanggulangan penyalahgunaan NAPZA sudah banyak dilakukan oleh
berbagai pihak. Yang banyak diberitakann adalah justru bertambah meluasnya
penyalahgunaan NAPZA dan jarang terdengar sejauh mana usaha-usaha tadi mampu
menurunkan angka penyalahgunaan NAPZA. Padahal NAPZA memiliki kemampuan
yang lebih potensial dibandingkan senjata-senjata mutakhir untuk memusnahkan generasi
suatu bangsa. Demi masa depan kehidupan generasi mendatang usaha-usaha
penanggulangan penyalahgunaan NAPZA harus selalu dilakukan dan ditingkatkan.
Dalam hampir setiap ceramah dalam rangka penanggulangan penyalahgunaan NAPZA
dikemukakan substansi NAPZA dan berbagai aspeknya, tentu saja audiense diharapkan
memahami dan kemudian sadar untuk menghindarkan diri dari penyalahgunaan NAPZA
itu dan tidak menjadi ‘kutuk’ bagi mereka. Tetapi kiranya sementara itu juga harus
dicermati meningkatnya ‘curiousity’ audiense, terutama para remaja, yang dapat
mendorong untuk menyalahgunakannya.
Salah satu faktor yang mendorong praktek para penyalahguna NAPZA adalah kondisi
mental yang labil yang membutuhkan diisi dengan berbagai aktifitas, juga aktifitas fisik.
Di hampir seiap kota dewasa ini kurang sekali atau bahkan tidak ada open space yang
memungkinkan remaja-remaja melakukan aktifitas fisik. Tidak heran kalau banyak
remaja sekarang mengerumuni ruang-ruang permainan elektronik yang disediakan di
berbagai tempat perbelanjaan atau bahkan di rumah-rumah. Hendaknya jangan diabaikan
bahwa diantara berbagai jenis permainan elektronik ada yang berpotensi
menjerumuskan remaja ke praktek penyalahgunaan NAPZA.
Tersedianya open space di kota-kota maupun kampung-kampung merupakan faktor
yang sangat menunjang keberhasilan usaha penanggulangan penyalahgunaan NAPZA.
Hal ini kiranya sangat layak menjadi pertimbangan pihak pemerintah. Jangan hanya
memfokuskan pembangunan gedung-gedung megah seperti mall-mall yang dapat
menimbulkan dampak negativ terhadap perkembangan remaja yang akan menjadi
generasi penerus bangsa.
Suara Muhammadiyah
Edisi 1 2004
Download