Definisi Hipertermia Maligna (HM) merupakan suatu keadaan yang disebabkan adanya penyakit miopati langka pada pasien anak-anak maupun dewasa yang ditandai dengan kondisi hipermetabolisme akut pada jaringan otot setelah induksi anestesi umum. Terkadang HM dapat juga timbul pada masa post operatif.1 Sering ditemukan adanya riwayat pasien atau keluarga yang meninggal setelah anestesi umum karena keadaan ini diturunkan secara genetik autosomal dominan.2 Patofisiologi Fisiologi kontraksi otot dimulai dengan depolarisasi dari membran retikulum sarkoplasma sepanjang tubulus T yang menyebabkan perubahan struktural pintu voltase reseptor dihydropyridine receptor (DHPR) pada sistem tubulus T yang bekerja sebagai sensor voltase, terjadi proses coupling dengan kanal ryanodine receptor (RYR1) di tubulus T sehingga menyebabkan pelepasan ion kalsium, lalu ion kalsium berikatan dengan troponin diikuti ikatan silang aktin dan miosin yang akhirnya menyebabkan terjadinya kontraksi otot.5 Gambar 1. Metabolisme Ion Kalsium5 Apabila depolarisasi telah selesai ion kalsium akan ditarik kembali ke dalam retikulum sarkoplasma melalui pompa kalsium adenosin trifosfat (ATP) dependen pada retikulum sarkoplasma.5 Pada pasien dengan HM terjadi mutasi pada gen RYR1 yang menyebabkan ketika terpapar obat anestesi pemicu akan terjadi pemanjangan pembukaan kanal RYR1, menyebabkan penumpukan berlebih dari ion kalsium intrasel. Penumpukan menetap dari ion kalsium akan menstimulasi beberapa jalur metabolik yaitu pemecahan dari glikogen, glikolisis dan metabolisme aerob yang meningkatkan produksi panas serta asidosis respiratorik maupun metabolik, rigiditas otot, gangguan permeabilitas seluler dan hiperkalemia. Rhabdomiolisis akan timbul akibat turunnya cadangan ATP pada otot yang menyebabkan peningkatan ion kalium, pelepasan myoglobin dan kreatin kinase. Peningkatan pelepasan mioglobin nantinya akan menyebabkan kerusakan ginjal menyebabkan gangguan ginjal akut.5 Agen anestesi inhalasi sendiri dapat memicu timbulnya MH. Pada suatu penelitian biomolekuler mengenai MH didapatkan bahwa terjadi peningkatan ion kalsium intraseluler yang tidak terkontrol. Pelepasan mendadak dari ion kalsium menyebabkan hilangnya proses inhibisi dari troponin, sehingga terjadi kontraksi otot yang menetap. Peningkatan aktivitas adenosin trifosfatase menyebabkan peningkatan metabolisme aerob dan anaerob yang tidak terkontrol. Keadaan hipermetabolik ini nantinya akan meningkatkan konsumsi oksigen dan produksi CO2 dimana akhirnya menyebabkan asidosis laktat berat dan hipertermia. Beberapa peneliti juga melaporkan bahwa terdapat hubungan HM dengan mutasi gen pada kromosom 17 yang berpengaruh pada kanal ion sodium.1 Gejala klinis Onset gejala timbul segera atau beberapa jam setelah kontak dengan agen pemicu, dengan gambaran klinis umum berupa peningkatan konsumsi oksigen, hiperkarbia (peningkatan CO2), takikardia atau disritmia dan tekanan darah meningkat timbul akibat hiperaktivitas dari saraf simpatis, takipnea hingga sianosis hal ini dapat tampak apabila tidak digunakan obat jenis muscle relaxant, diaforesis atau kulit lembab, dan peningkatan temperatur tubuh (tahap akhir) akan berjalan tiap 5 menit dengan peningkatan sebesar 1 oC serta urin berwarna kehitaman mengindikasikan adanya mioglobinemia dan mioglobinuria. Sedangkan pada otot gejala yang ditimbulkan dapat berupa trismus (spasme pada muskulus masseter) sering terjadi tapi tidak spesifik pada HM, otot menjadi agak membengkak dan nyeri tekan akibat proses rhabdomiolisis yang terjadi, kekakuan pada seluruh tubuh atau hanya pada batang tubuh.1,2,4 Diagnosis Prinsip diagnosis dari HM yaitu peningkatan dari volume end tidal CO2 yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, kekakuan otot, takikardia, asidosis, hipertermia dan hiperkalemia. Banyak permasalahan yang timbul dalam mendiagnosis HM disebabkan gejala klinis yang bervariasi. Demam tinggi tidak konsisten ditemukan dan lebih pada gejala tahap akhir. Peningkatan volume end tidal CO2 merupakan salah satu gejala awal dan indikator paling sensitif dari HM. Apabila pasien dapat bertahan pada beberapa menit awal serangan, gangguan ginjal akut dan koagulasi intravaskular diseminata (KID) akan segera terjadi. Kebanyakan penyebab kematian dari HM adalah akibat KID dan kegagalan organ akibat tatalaksana yang terlambat atau tanpa terapi dengan dantrolene.1,4 Baku emas diagnosis dari hipertermia maligna di negara Amerika adalah dengan caffeine halothane contracture test (CHCT). Biopsi dari otot diperlukan dalam prosedur ini dan biasanya diambil dari vastus lateralis atau quadricep femoris. Sampel otot yang diduga penderita HM akan lebih sensitif terhadap kafein dan mengalami kontraktur bila dipaparkan dengan halotan dibandingkan otot normal.3 Diagnosis banding Beberapa penyakit secara superfisial memiliki gejal mirip HM. Akan tetapi HM berhubungan dengan derajat asidosis metabolik dan desaturasi vena dibandingkan kondisi lainnya. Beberapa penyakit yang memiliki gejalan yang mirip dengan HM adalah sebagai berikut: 1. Hiperkarbia Hiperkarbia yang dimaksud adalah yang ditimbulkan akibat insuflasi gas CO 2 saat operasi laparoskopi. Kondisi ini juga dapat meningkatkan kadal end tidal CO2 disertai takikardia. 1 2. Thyroid storm Gejala dari thyroid storm berupa takikardia, takiaritmia, hipertermia (suhu ≥ 40 oC), hipertensi. 1 3. Feokromositoma Feokromositoma berhubungan dengan produksi dari katekolamin yang menyebabkan peningkatan metabolisme dengan gejala takikardia, hipertensi, tanpa peningkatan produksi CO2 dan tanpa peningkatan suhu tubuh. 1 4. Sepsis Sepsis memiliki beberapa gejala yang sangat mirip dengan HM hanya bisa dibedakan apabila ditemukan fokus infeksi primer sebagai penyebab. Gejala yang ditimbulkan berupa demam, takipnea, takikardia, dan asidosis metabolik. 1 5. Drug-induced hyperthermia Sangat jarang ditemukan, biasanya terjadi saat perioperatif. Pada keadaan tersebut obat pemicu menyebabkan peningkatan aktivitas serotonin otak menyebabkan hipertermia, diaforesis, dan klonus otot. Obat pemicu keadaan ini yaitu golongan monoamine oxidase inhibitor (MAOI), meperidine, dan golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).1 6. Sindrom Neuroleptik Maligna Sindrom ini memiliki gejala klinis berupa hipertermia, rigiditas otot dengan gejala ekstrapiramidal (diskinesia), gangguan kesadaran. Hal ini disebabkan akibat ketidakseimbangan neurotransmiter pada sistem saraf pusat. 1 Daftar Pustaka 1. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Thermoregulation Hypothermia and Malignant Hyperthermia. Clinical Anesthesiology. 5th ed. New York: McGraw-Hill Education. 2013:p.1185-90. 2. Klostranec M, Kolin DL. Malignant Hyperthermia. Toronto Notes 2012. 28 th ed. Canada: Toronto Notes for Medical Students Inc. 2012: p.A24. 3. Vacanti CA, Sikka PK, Urman RD, Dershwitz M, Segal BS. Malignant hyperthermia. Essential Clinical Anesthesia. 1st ed. New York: Cambridge University Press. 2011:p.681-3. 4. Rosenberg H, Davis M, James D, et al. Malignant hyperthermia. Orphanet J Rare Dis 2007; 2:21. 5. Chapin JW. Malignant Hyperthermia. Updated: 3rd October 2014. Available at :http://emedicine.medscape.com/article/2231150-overview#a3. September 27, 2015. Accessed on :