BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Profesi pekerjaan sosial adalah salah satu profesi pelayanan yang bersifat profesional, yang ditujukan untuk membantu individu maupun kolektivitas (keluarga, kelompok kecil, kelompok, organisasi, komunitas ataupun masyarakat) agar mereka dapat mengatasi masalah yang di alami dalam menjalankan tugas-tugas kehidupan dan pelaksanaan fungsi sosialnya. Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) memperoleh mata kuldiah yang bersifat teoritis, metodologis dan praktek (aplikatif). Dalam perkuldiahan yang bersifat teoritis, mahasiswa memperoleh berbagai ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi, politik, termasuk juga ilmu psikologi, hukum, ekonomi, filsafat dan etika dalam pekerjaan sosial, metodemetode intervensi sosial, dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan tingkah laku dan lingkungan sosial. Sementara itu, dalam perkuldiahan yang bersifat metodologi, mahasiswa memperoleh berbagai materi penelitdian sosial, khususnya yang berimplikasi terapan. Perkuldiahan yang bersifat teoritis dan metodologis diberikan melalui perkuldiahan dalam kelas (classroom teaching). Sedangkan perkuldiahan yang bersifat praktek, mahasiswa akan melakukan kegiatan praktikum, dimana yang akan dilakukan sebanyak 3 kali praktikum. Pendidikan profesi pekerjaan sosial memprasyaratkan dilakukannya pembelajaran didalam kelas (classroom teaching) dan pembelajaran dilapangan (field teaching). Melalui pembelajaran dilapangan mahasiswa akan mendapatkan pengalaman yang tidak didapat dalam proses pembelajaran didalam kelas, sehingga dengan demikdian mahasiswa akan mampu memadukan antara kosep yang di dapat dalam perkuldiahan dengan kenyataan yang dihadapi dilapangan untuk kemuddian pada diri manusia akan lahir sikap yang bijak untuk menyikapi dua kutub antara teori dan praktek. Praktikum I mahasiswa D IV pada jurusan rehabilitasi sosial dilakukan selama 1 bulan pada akhir semester V, dengan sistem block placement 1 dimana mahasiswa ditempatkan secara terus menerus di lapangan. proses praktikum I diberikan bobot 4 sks atau disetarakan dengan 320 jam. Dalam praktikum 1 ini juga di dukung oleh supervisi yang merupakan suatu metode pengalihan pengetahuan dan keterampilan pekerjaan sosial kepada mahasiswa di dalam praktek dari praktisi yang berpengalaman. Praktikum ini adalah awal dari pembelajaran praktek mahasiswa D-IV, dengan menggunakan sistem block-placement (menetap di lapangan). Praktikan melakukan praktikum selam 30 hari dilapangan dengan dukungan supervise dan dosen pembimbing untuk memberikan pengarahan, sehingga mahasiswa diharapkan mampu mengenal dan memahami Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Praktikum Pengenalan dan Pemahaman Masalah, Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial Tahun 2010 ini berlokasi di Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Subang. B. Tujuan dan Manfaat Praktikum I 1. Tujuan Praktikum I a. Mengenal dan memahami jenis-jenis masalah kesejahteraan sosial. b. Menganalisis masalah kesejahteraan sosial. c. Mengenal dan memahami Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang ada di wilayah desa/ kelurahan Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. d. Mengenal dan memahami potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang ada di wilayah desa/kelurahan Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. e. Mengenal dan memahami kebijakan dan program yang relevan dengan masalah yang dipilih di wilayah desa/kelurahan Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. f. Melakukan analisis masalah dan kebutuhan terhadap Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). 2 g. Mengaplikasikan nilai dan etika pekerjaan sosial di wilayah desa/ kelurahan Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. 2. Manfaat Praktikum I a. Tumbuh dan meningkatnya ketanggapan mahasiswa terhadap PPKS dan PSKS yang ada di lokasi praktikum I. b. Meningkatnya kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan konsep dan praktek pekerjaan sosial khususnya yang berkaitan dengan PPKS dan PSKS. c. Meningkatnya kemampuan supervisi praktek pekerjaan sosial bagi para dosen pembimbing. d. Meningkatnya kualitas kurikulum praktikum jurusan Rehabilitasi Sosial STKS Bandung. e. Dihasilkannya berbagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah desa/ kelurahan berkaitan dengan masalah kesejahteraan sosial, potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS) di wilayah desa/ kelurahan. f. Praktikan menjadi lebih cepat dalam pengambilan keputusan. C. Sasaran Kegiatan Praktikum I 1. Pemerintahan Desa/ Kelurahan Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. 2. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang ada dilokasi praktikum I Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang dan 3. Seluruh Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang ada dilokasi praktikum I Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. 4. Program dan kegiatan penanganan masalah kesejahteraan sosial dilokasi praktikum sesuai dengan masalah yang dipilih. 3 D. Waktu dan Lokasi Praktikum I Praktikum I dilaksanakan selama 1 (satu) bulan penuh yang di mulai dari tanggal 18 November 2010 sampai dengan tanggal 17 Desember 2010, dengan mengambil lokasi di Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. E. Proses Praktikum 1. Tahap Persdiapan a. Pembekalan di AULA Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung yang diisi oleh Ketua jurusan Rehabilitasi Sosial, Ketua pelaksana praktikum I dan pihak Lembaga Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung. b. Koordinasi dengan dosen pembimbing praktikum I yang dilakukan selama 4 (empat) hari sebelum praktikan diberangkatkan ke lokasi praktikum I yaitu Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. c. Peninjauan lokasi praktikum I oleh ketua kelompok dan anggota kelompok. 2. Tahap Pelaksanaan a. Orientasi lokasi praktikum dan membangun relasi sosial dengan berbagai pihak (aparat desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat di Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. b. Memahami masyarakat (nilai, norma, kerarifan lokal) yang ada di Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. c. Mengientifikasi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang ada di lokasi praktikum I. d. Mengidentifikasi potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang ada di lokasi praktikum I. e. Mengenal, memahami dan mendalami satu orang klien Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang meliputi: 1. Pengertdian masalah sosial. 2. Masalah dan karakteristiknya. 4 3. Besaran dan kedalaman masalah. 4. Latar belakang terjadinya masalah. 5. Faktor penyebab masalah. 6. Dampak dari adanya masalah 7. Indikator masalah sosial. f. Mensosialisasikan konsep Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) kepada masyarakat di lokasi praktikum I. g. Mengidentifikasi program dan kegiatan penanganan masalah kesejahteraan sosial yang ada di lokasi praktikum I. h. Mendokumentasikan kegiatan praktikum I dalam bentuk pencatatan dan pelaporan. i. Mengkomunikasikan hasil kegiatan praktikan kepada masyarakat melalui mekanisme desa. j. Melakukan intervensi tidak langsung melalui rujukan PPKS kepada sumber-sumber pelayanan baik di lingkungan desa/ kelurahan maupun diluar wilayah desa/ kelurahan. 5 BAB II KAJDIAN LITERATUR A. Konsep/Teori yang Relevan dengan Berbagai Masalah Kesejahteraan Sosial Memahami masalah dan menganalisa kebutuhan adalah bagaimana memahami masyarakat. Setdiap masyarakat di manapun berada senantdiasa memiliki masalah dan kebutuhan. Masalah sosial datang silih berganti. Beragam kebutuhan manusia senantdiasa hadir setdiap saat. Masalah sosial membutuhkan pemecahan dan kebutuhan sosial memerlukan pemenuhan. Untuk dapat memahami berbagai masalah sosial, maka terlebih dahulu harus melakukan studi literatur, dimana hal tersebut sangat diperlukan sebelum mahasiswa melakukan praktek di masyarakat, dengan tujuan agar mahasiswa terlebih dulu mengetahui dan memahami hekekat dari masalah kesejahteraan sosial itu sendiri. 1. Tinjauan Tentang Masalah Sosial Secara luas masalah dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya (Jenssen, 1992:42). Masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirasakan banyak orang tidak menyenangkan serta menuntut pemecahan melalui aksi sosial secara kolektif (Horton dan Leslie, 1982) Menurut Soetomo (1995) “Masalah sosial sebagai suatu kondisi yang tidak diinginkan oleh sebagian besar warga masyarakat karena tidak sesuai dengan harapan dan norma serta standar nilai moral yang berlaku sehingga dapat menimbulkan berbagai penderitaan dan kerugdian baik fisik maupun psikis”. Menurut Soerjono Soekanto (1982) “Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuadian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan- 6 keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut, sehigga menyebabkan kepincangan ikatan sosial”. Karakteristik Masalah Sosial: a. Masalah adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan ; suatu masalah sosial baru dikatakan masalah, apabila kondisi yang dirasakan tidak sesuai harapan masyarakat. b. Kondisi sosial yang dinilai tidak menyenangkan ; peniladian masyarakat sangat penting dalam menentukan suatu kondisi sebagai masalah sosial, sementara ukuran baik buruk sangat tergantung pada nilai atau norma yang ddianut masyarakat. c. Masalah sosial adalah perilaku atau keadaan kompleks yang akibatnya berpengaruh pada membahayakan kesejahteraan orang banyak (umum) serta dapat mengganggu kestabilan masyarakat, norma, adat istdiadat, norma dan kepercayaan masyarakat. d. Kondisi yang menuntut pemecahan. Bagaimana pun beratnya suatu masalah sosial, pasti membutuhkan pemecahan secara kolektif sesuai dengan kebutuhan permasalahan, atau pemecahan tersebut harus dilakukan melalui aksi sosial secara kolektif. Masalah sosial merupakan gejala-gejala sosial yang tidak diinginkan akibat ketidakberfungsdian dari unsur-unsur masyarakat yang menyebabkan kekecewaan dan penderitaan. Masalah masyarakat dan problema sosial adalah dua macam persoalan dalam masalah sosial. Timbulnya masalah sosial adalah dari kekurangan dalam diri manusia kelompok sosial yang bersumber pada faktor ekonomis, biologis dan kebudayaan. Sehingga setdiap masyarakat mempunyai norma yang berhubungan dengan kesejahteraan kebendaan, kesehatan fisik, mental serta penyesuadian diri individu atau kelompok sosial. Menurut Soerjono Soekanto, berdasarkan sumber-sumbernya masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu: 1. Problema Ekonomis: kemiskinan, pengangguran dll. 2. Problema Biologis: kecacatan, genetik, penyakit dll. 3. Problema Psikologis: saraf, bunuh diri, disorgansasi jiwa dll. 7 4. Problema kebudayaan: perceradian, kesehatan dan kenakalan anak, konflik sosial dan keagamaan. 2. Tinjauan tentang kesejahteraan sosial dan pembangunan kesejahteraan sosial Berbagai fenomena masalah sosial sangat erat hubungannya dengan kesejahteraan sosial. Menurut Undang-Undang No 6 tahun 1974, tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, “Kesejahteraan Sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, materdial maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setdiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmandiah, rohandiah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia yang sesuai dengan nilai pancasila”. Pencapadian kesejahteraan sosial, didukung dengan proses pembangunan di bidang kesejahteraan. Pembangunan kesejahteraan sosial adalah usaha yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah dan mengatasi masalah sosial, serta memperkuat institusi-institusi sosial (Suharto, 1997). Pembangunan Kesejahteraan Sosial adalah pembangunan masyarakat yang tujuannya tidak hanya untuk masyarakat itu sendiri, akan tetapi bagaimana masyarakat dapat membangun atau mengembangkan kemampuan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, nilai-nilai dan aspirasinya (Suharto, 2005). Pembangunan kesejahteraan sosial dirancang guna memenuhi kebutuhan publik yang luas, target utamanya adalah pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS), yaitu mereka yang mengalami hambatan dalam menjalani fungsi sosialnya, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan yang paling mendasar dan karenanya memerlukan pelayanan sosial. 8 Tujuan Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS) adalah untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup: a. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan perlindungan sosial. b. Peningkatan keberdayaan melalui penepatan system dan kelembagaan ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat kemanusiaan. c. Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksesibilitas dan pilihanpilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan standar kemanusiaan. 3. Tinjauan Tentang Masyarakat Desa Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi identitas, kepentingankepentingan yang sama, perasaan memiliki dan biasanyaa satu tempat yang sama. Masyarakat Desa adalah penduduk yang merupakan kesatuan masyarakat yang tinggal pada unit pemerintahan terendah langsung dibawah Camat. Selanjutnya di dalam UU No. 5 tahun 1975 tentang pemerintahan Desa ditetapkan bahwa: a. Desa adalah wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintah terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Republik Indonesdia. b. Kelurahan adalah wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Karakteristik Desa: 1. Sistem kehidupan berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. 2. Mata pecahardian pertanian (buruh tani). 9 3. Hubungan antara masyarakat erat dengan mempertahankan adat istdiadat. 4. Jauh dari keramadian, jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya tidak terlalu padat. 5. Kehidupan masih sederhana. B. Indikator Masalah Kesejahteraan Sosial Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) adalah seseorang keluarga atau kelompok masyarakat yang karena sesuatu hambatan, kesulitan atau mengalami gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunasusilaan, keterbelakangan, keterasingan dan perubahan lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung, seperti terjadinya bencana. Pada saat ini terdapat 27 jenis PPKS (Pusdatin depsos RI: 2002), dalam kegiatan pendataan ini hanya membatasi 22 jenis PPKS saja, yag terdiri atas: 1. Anak Balita Terlantar Anak yang berusia 0-4 tahun yang karena sebab tertentu, orang tuanya tidak dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa kemungkinan : miskin, salah seorang sakit, salah seorang/kedua-duanya meninggal), sehingga mengganggu kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan perkembangannya, baik secara jasmani, rohani maupun sosial Indikator : a. Anak (laki-laki/perempuan) usia 0-4 tahun. b. Tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, atau balita yang tidak pernah mendapat “ASI”/susu pengganti atau balita yang tidak mendapatkan makanan bergizi (4 sehat 5 sempurna) 2 kali dalam satu minggu atau balita yang tidak mempunyai sandang yang layak sesuai dengan kebutuhannya. 10 c. Yatim pdiatu atau tidak dipelihara, ditinggalkan oleh orang tuanya pada orang lain, di tempat umum, rumah sakit, dan di tempat umum lainnya. d. Apabila sakit tidak mempunyai akses kesehatan modern (dibawa ke puskesmas dan lain-lain). 2. Anak Terlantar Anak yang berusia 5-18 tahun yang karena sebab tertentu (karena beberapa kemungkinan : miskin/tidak mampu, salah seorang dari orang tuanya/wali pengampu sakit, salah seorang/kedua orang tuanya/wali pengampu atau pengasuhnya meninggal, keluarga tidak harmonis, tidak ada pengampu/pengasuh) sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani, rohani, maupun masalah sosial Indikator: a. Anak laki-laki/perempuan usia 5-18 tahun. b. Anak yatim, pdiatu dan yatim pdiatu. c. Tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya. d. Anak yang lahir karena tindak pemerkosaan, tidak ada yang mengurus dan tidak mendapatkan pendidikan. 3. Anak yang Menjadi Korban Tindak Kekerasan/diperlakukan Salah Anak yang terancam secara fisik dan non fisik karena tindak kekerasan, di perlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarga/ lingkungan sosial terdekatnya, sehingga tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya secara wajar. Indikator : a. Anak laki-laki/perempuan berusia 5-18 tahun. b. Sering mendapat perlakuan kasar dan kejam yang mengakibatkan menderita secara psikologis. c. Pernah ddiandiaya dan diperkosa. d. Dipaksa bekerja (tidak atas kemauannya). 4. Anak Nakal Anak yang berusia 5-18 tahun dan belum pernah menikah yang berperilaku menyimpang dari norma dan kebdiasaan yang berlaku dalam 11 masyarakat dan lingkungannya sehingga merugikan dirinya, keluarga dan atau orang lain, mengganggu ketertiban umum, akan tetapi (karena usia) belum dapat dituntut secara hukum. Indikator : a. Anak laki-laki/perempuan berusia 5-18 tahun dan belum menikah. b. Melakukan perbuatan secara berulang yang menyimpang atau melanggar norma masyarakat seperti : 1) Sering bolos sekolah, 2) Sering berbohong, 3) Ingkar/menipu, 4) Sering mencuri di lingkungan keluarga, 5) Sering merusak sarana umum, 6) Sering mengganggu orang lain, 7) Memancing keributan/perkelahdian, 8) Melakukan tindak kriminal seperti perjuddian, penodongan, pemerkosaan, pembunuhan, dll. 5. Anak Jalanan Anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau tempat-tempat umum. Indikator : a. Anak (laki-laki/perempuan) usia 5-18 tahun. b. Melakukan kegiatan tidak menentu, tidak jelas kegiatannya dan atau berkeldiaran di jalanan atau di tempat umum minimal 4 jam/hari dalam kurun waktu 1 bulan yang lalu, seperti : pedagang asongan, pengamen, ojek payung, pengelap mobil, pembawa belanjaan di pasar dll. c. Kegiatannya dapat membahayakan dirinya sendiri atau mengganggu ketertiban umum. 6. Anak Cacat Anak orang yang berusia 0-18 tahun dan belum pernah menikah yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan 12 secara layaknya yang terdiri dari : penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, dan penyandang cacat fisik dan mental. Indikator : a. Cacat Fisik 1) Cacat Tubuh a) Anggota tubuh tidak lengkap, putus/amputasi tungkai, lengan atau kaki. b) Cacat tulang atau persenddian. c) Cacat sendi otot dan tungkai, lengan atau kaki. d) Lumpuh. 2) Cacat Mata (Cacat Netra) a) Buta total (buta kedua mata). b) Masih mempunyai sisa penglihatan atau kurang awas (low vision). 3) Cacat Rungu/Wicara a) Tidak dapat mendengar atau memahami perkataan yang disampaikan pada jarak 1 meter tanpa alat bantu dengar. b) Tidak dapat bicara sama sekali atau bicara tidak jelas (pembicaraannya tidak dapat dimengerti). c) Mengalami hambatan atau kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. 2. Cacat Mental a. Cacat Mental eks Psikotik 1) Eks penderita penyakit gila. 2) Kadang masih mengalami kelainan tingkah laku. 3) Sering mengganggu orang lain. b. Cacat Mental Retardasi 1) Idiot : kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat anak normal usia 2 tahun, wajahnya terlihat seperti wajah dungu. 2) Embisil : kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat anak normal usia 3-7 tahun, wajahnya terlihat seperti orang dungu. 3) Debil : kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat anak normal usia 8-12 tahun. 13 3. Cacat Ganda (penyandang cacat fisik dan mental) Seseorang yang menderita kelainan fisik dan mental sekaligus atau cacat ganda, seperti gangguan pada fungsi tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan berbicara serta mempunyai kelainan mental/tingkah laku, sehingga yang bersangkutan tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara layak/wajar. 7. Wanita Rawan Sosial Ekonomi Seorang wanita dewasa yang berusia 18-59 tahun, belum menikah atau janda yang tidak mempunyai penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Indikator : a. Wanita usia 18 s.d. 59 tahun. b. Berpenghasilan kurang atau tidak mencukupi untuk kebutuhan fisik minimum (sesuai kriterdia fakir miskin). c. Tingkat pendidikan rendah (umumnya tidak tamat/maksimal pendidikan dasar). d. Isteri yang ditinggal suami tanpa batas waktu dan tidak dapat mencari nafkah. e. Sakit, sehingga tidak mampu bekerja. 8. Wanita yang Menjadi Korban Tindak Kekerasan/Diperlakukan Salah Wanita yang terancam secara fisik atau non fisik (psikologis) karena tindak kekerasan, diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarga atau lingkungan sosial terdekatnya. Indikator : a. Wanita usia 18-59 tahun atau kurang dari 18 tahun tetapi sudah menikah. b. Tidak diberi nafkah atau tidak boleh mencari nafkah. c. Diperlakukan secara keras, kejam (dipukul, disiksa) dalam keluarga. d. Ddiancam secara fisik dan psikologis (diteror, ditakut-takuti, disekap) dalam kelurga atau di tempat umum. e. Mengalami pelecehan seksual (di kantor, di RT, di tempat umum antara lain diperkosa atau dipaksa menjual diri/dieksploitir). 14 9. Lanjut Usia Terlantar Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosialnya. Indikator : a. Usia 60 tahun keatas (Laki-laki/Perempuan). b. Tidak sekolah/tidak tamat/tamat SD. c. Makan 2 kali sehari. d. Makan makanan berprotein tinggi (empat sehat lima sempurna) 4 kali perminggu. e. Pakadian yang dimiliki kurang dari 4 stel. f. Tempat tidur tidak tetap. g. Jika sakit tidak mampu berobat ke fasilitas kesehatan. h. Ada atau tidak ada keluarga, sanak saudara atau orang lain yang mau dan mampu mengurusnya. 10. Lanjut Usia Korban Tindak Kekerasan atau Diperlakukan Salah Lanjut usia (60 tahun ke atas) yang mengalami tindak kekerasan, diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarga atau lingkungan sosial lainnya, dan terancam baik secara fisik maupun non fisik. Indikator : a. Usia 60 ke atas (laki-laki/perempuan). b. Diperlakukan secara keras, kasar dan kejam (dipukul, dimarahi, dirongrong, ddiacuhkan, disakiti, dikucilkan, disekap dll) oleh keluarga atau lingkungannya. 11. Penyandang Cacat Seseorang yang berusia lebih dari 18 tahun yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya melakukan kegiatan secara layak yang terdiri dari : penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, dan penyandang cacat fisik dan mental. a. Penyandang Cacat Fisik 15 1) Cacat Mata (Tuna Netra) Seseorang yang buta kedua matanya atau kurang awas (low vision) sehingga menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara layak/wajar. Indikator : a) Buta total (buta kedua mata). b) Masih mempunyai sisa penglihatan atau kurang awas (low vision). 2) Cacat Rungu/Wicara Seseorang yang tidak dapat mendengar dan berbicara dengan baik sehingga menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara layak/wajar. Indikator : a) Tidak dapat mendengar atau memahami perkataan yang disampaikan pada jarak 1 meter tanpa alat bantu dengar. b) Tidak dapat bicara sama sekali atau bicara tidak jelas (pembicaraannya tidak dapat dimengerti). c) Mengalami hambatan atau kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang lain. 3) Cacat Tubuh Seseorang yang menderita kelainan pada tulang dan atau sendi anggota gerak dan tubuh, kelumpuhan pada anggota gerak dan tulang, tidak layaknya anggota gerak atas dan bawah, sehingga menimbulkan gangguan atau menjadi lambat untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara layak/wajar. Indikator : a) Anggota tubuh tidak lengkap, putus/amputasi tungkai, lengan atau kaki. b) Cacat tulang atau persenddian. c) Cacat sendi otot dan tungkai, lengan atau kaki. d) Lumpuh. 16 b. Penyandang Cacat Mental Seseorang yang mempunyai kelainan mental/jiwa sehingga orang tersebut tidak bisa mempelajari dan melakukan perbuatan yang umum dilakukan oleh orang lain seusianya atau yang tidak dapat mengikuti perilaku bdiasa sehingga menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara layak/wajar. Penyandang cacat mental terdiri dari : 1) Cacat Mental eks Psikotik a) Eks penderita penyakit gila. b) Kadang masih mengalami kelainan tingkah laku. c) Sering mengganggu orang lain. 2) Cacat Mental Retardasi a) Idiot : kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat anak normal usia 2 tahun, wajahnya terlihat seperti wajah dungu. b) Embisil : kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat anak normal usia 3-7 tahun, wajahnya terlihat seperti orang dungu. c) Debil : kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat anak normal usia 8-12 tahun. c. Penyandang Cacat Fisik dan Mental Seseorang yang menderita kelainan fisik dan mental sekaligus, atau cacat ganda seperti, gangguan pada fungsi tubuh, pengelihatan, pendengaran dan kemampuan berbicara serta mempunyai kelainan mental atau tingkah laku, sehingga yang bersangkutan tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari secara layak dan wajar. 12. Penyandang Cacat Bekas Penderita Penyakit Kronis Seseorang yang pernah menderita penyakit menahun atau kronis, seperti kusta, TBC paru, yang dinyatakan secara medis telah sembuh/terkendali. Termasuk penyandang cacat jenis ini adalah penderita HIV/AIDS dan stroke tetapi mengalami hambatan fisik dan sosial untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari secara layak/wajar. 17 Indikator : a. Eks penderita penyakit TBC paru, Kusta dan stroke. b. Mengalami hambatan dan kelainan fisik, meski badan tidak hilang (kusta). c. Tubuh menjadi bongkok dan ringkih (TBC paru). d. Cenderung dijauhi masyarakat karena takut terjangkit/menular (HIV/AIDS). e. Mempunyai rasa rendah diri. 13. Tuna Susila Seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan sesama atau lawan jenisnya secara berulang-ulang dan bergantdian di luar perkawinan yang sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi atau jasa. Indikator : a. Seseorang (laki-laki/perempuan) usia 19 tahun ke atas atau lebih. b. Menjajakan diri di tempat umum, di lokasi atau tempat pelacuran (bordil) dan tempat terselubung (warung remang-remang, hotel, mall dan diskotek). 14. Pengemis Orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di tempat umum dan rumah-rumah dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharap belas kasihan orang lain. Indikator : a. Anak sampai usia dewasa. b. Meminta-minta di rumah-rumah penduduk, pertokoan, persimpangan jalan (lampu lalu lintas), pasar, tempat ibadah dan tempat umum lainnya. c. Bertingkah laku untuk mendapatkan belas kasihan, berpura-pura sakit, merintih dan kadang-kadang mendoakan dengan bacaan-bacaan ayat suci, sumbangan organisasi tertentu. d. Biasanyaa mempunyai tempat tinggal tertentu atau tetap membaur dengan penduduk pada umumnya. 18 15. Gelandangan Orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai mata pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta hidup mengembara di tempat umum. Indikator : a. Anak sampai usia dewasa, tinggal di sembarang tempat dan hidup mengembara atau menggelandang di tempat-tempat umum, biasanyaa di kota-kota besar. b. Tidak mempunyai tanda pengenal atau identitas diri, berperilaku bebas/ldiar, terlepas dari norma kehidupan masyarakat umumnya. c. Tidak mempunyai pekerjaan tetap, meminta-minta atau mengambil sisa makanan atau barang bekas. 16. Bekas Narapidana Seseorang yang telah selesai atau dalam 3 bulan segera mengakhiri masa hukuman atau masa pidananya sesuai dengan keputusan pengadilan dan mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri kembali dalam kehidupan masyarakat sehingga mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan atau melaksanakan kehidupannya secara normal. Indikator : a. Usia 18 tahun sampai usia dewasa. b. Telah selesai atau segera keluar dari penjara karena masalah pidana. c. Kurang diterima/dijauhi atau ddiabaikan oleh keluarga dan masyarakat. d. Sulit mendapatkan pekerjaan yang tetap. 17. Korban Penyalahgunaan Narkotika Seseorang yang menggunakan narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif lainnya termasuk minuman keras di luar tujuan pengobatan atau tanpa pengawasan dokter yang berwenang. Indikator : a. Usia 10 tahun sampai usia dewasa. b. Pernah menyalahgunakan narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif lainnya termasuk minuman keras, 19 yang dilakukan sekali, lebih dari sekali sekali atau dalam taraf coba-coba. c. Secara medik sudah dinyatakan bebas dari ketergantungan obat oleh dokter yang berwenang. 18. Keluarga Fakir Miskin Seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan atau tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau mempunyai sumber mata pencaharian akan tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan. Indikator : a. Penghasilan rendah atau berada di bawah garis kemiskinan seperti tercermin dari tingkat pengeluaran perbulan tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. b. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah (maksimal SD) dan tidak ada keterampilan tambahan. c. Derajat kesehatan dan gizi rendah. d. Tidak memiliki tempat tinggal yang layak huni, termasuk tidak memiliki MCK. e. Pemilikan harta sangat terbatas jumlah atau nilainya. f. Hubungan sosial terbatas, belum banyak terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan. g. Akses informasi terbatas (baca koran, radio). 19 . Masyarakat yang Tinggal di Daerah Rawan Bencana Kelompok masyarakat yang lokasi pemukiman mereka berada di daerah yang relatif sering terjadi bencana atau kemungkinan besar dapat terjadi bencana dan musibah lainnya yang membahayakan jiwa serta kehidupan dan penghidupan mereka. Indikator : a. Wilayah bahaya gunung merapi. b. Daerah aliran sungai yang sering dilanda banjir. 20 c. Daerah pantai yang tingkat abrasinya tinggi atau rawan bencana gelombang pasang/tsunami. d. Lereng bukit yang tandus, rawan longsor dan rawan pangan. e. Daerah kumuh dan padat penduduk yang rawan kebakaran. f. Daerah rawan gempa bumi. 20. Korban Bencana Alam Seseorang, keluarga, atau kelompok masyarakat yang menderita baik secara fisik, mental maupun sosial ekonomi akibat terjadinya bencana alam atau musibah lainnya yang menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. Termasuk dalam korban bencana adalah : a. Korban bencana gempa bumi tektonik, letusan gunung merapi, tanah longsor, banjir, gelombang tsunami, angin kencang, kekeringan, kebakaran hutan/lahan, dan kebakaran pemukiman. b. Kecelakaan kapal terbang, kereta api, perahu, musibah industri (kecelakaan kerja). Indikator : a. Kehilangan tempat tinggal sehingga mereka ditampung sementara atau ddiasramakan di tempat pengungsdian atau menumpang di rumah keluarganya/kerabat. b. Kehilangan sumber mata pencaharian sehingga mengalami hambatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. c. Kehilangan kepala/anggota keluarga yang merupakan sumber pencari nafkah utama untuk anggota keluarga lainnya. d. Kehilangan harta benda. e. Kondisi mental kurang stabil, emosional/stress. f. Kondisi fisik menderita. 21. Pekerja Migran Terlantar Seseorang yang bekerja di luar tempat asalnya dan menetap sementara di tempat tersebut dan mengalami permasalahan sosial dan ekonomi sehingga menjadi terlantar. 21 Indikator : a. Orang terlantar dalam perjalanan seperti orang Indonesdia yang terlantar di luar negeri. b. Tenaga Kerja Indonesdia (TKI). c. Pelintas batas, orang-orang Indonesdia yang masuk negara lain tanpa ijin dan harus dipulangkan ke Indonesdia. 22. Penyandang HIV/AIDS Seseorang yang dengan rekomendasi profesional (dokter) atau petugas laboratorium terbukti tertular virus HIV sehingga mengalami sindrom penurunan daya tahan tubuh (AIDS) dan hidup terlantar. Indikator: a. Seseorang yang terbukti tertular virus HIV b. Mengalami sindrom penurunan daya tahan tubuh. c. Terlantar atau dikucilkan oleh lingkungannya. Menentukan suatu masalah, harus diketahui dulu tentang karakteristik masalah tersebut sehingga dapat dikatakan masalah sosial, krakteristik masalah sosial ddiantaranya: 1. Berlangsung dalam jangka waktu tertentu. 2. Dirasakan dapat menyebabkan berbagai kekacauan fisik atau non fisik baik individu maupun masyarakat. 3. Merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai atau standar sosial dari suatu atau beberapa sendi kehidupan masyarkat. 4. Menimbulkan kebutuhan akan pemecahan atau penyelesadian masalah. C. Kebijakan Penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial Kebijakan dapat ddiartikan sebagai suatu prinsip atau tindakan yang ddiambil untuk dapat menyelesaikan masalah baik masalah perorangan, kelompok maupun masyarakat. Kebijakan terkadang ddiambil karena kondisi atau situasi masalah memerlukan suatu tindakan atau penanganan segera. 1. Kebijakan Kaitan kebijakan dengan program pelayanan sosial adalah kebijakan sosial harus dapat diterima oleh masyarakat, karena pada dasarnya 22 kebijakan dibuat untuk dapat mengatasi masalah sosial yang ada pada masyarakat. Harus juga diingat bahwa kebijakan meliputi : kebijakan sosial, kebijakan kesejahteraan sosial, dan kebijakan publik. a. Kebijakan Sosial David Gil (K. Suhendra, 1995 : hal 5), mendefinisikan kebijakan sosial sebagai : Elements of society’s system of socdial policy, a system of interrelated yet not necessarily logically consisten, principles and courses of action, which shape the quality of live or well being of members of society and determine the nature of all intrasocietal relationships among individuals, socdial subsystems, and society as a whole. Menurut definisi ini kebijakan sosial lebih luas cakupannya dari pada kebijakan kesejahteraan sosial, karena meliputi semua tindakan yang dapat mempengaruhi hubungan antar manusia dan kualitas hidup masyarakat. Kebijakan sosial dapat mencakup : pendidikan, kesehatan, perumahan dan kependudukan. b. Kebijakan Kesejahteraan Sosial Menurut Neil Gilbert dan Harry Specht (K. Suhendra, 1985 : hal 5), menjelaskan bahwa : Kebijakan Kesejahteraan Sosial adalah keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan yang memberikan informasi berupa petunjuk perencanaan atau petunjuk kegiatan kepada pemerintah maupun lembaga sosial masyarakat. Pengertdian di atas menunjukkan bahwa setdiap kebijakan, apakah itu kebijakan sosial, kebijakan kesejahteraan sosial ataupun kebijakan publik pada dasarnya merujuk kepada tindakan-tindakan atau rencana-rencana yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial, serta untuk dapat memenuhi kebutuhan sosial masyarakat demi tercapainya standar atau kualitas kehidupan yang lebih baik. 23 2. Tujuan Kebijakan Permasalahan Sosial a. Melakukan perubahan-perubahan kondisi kehidupan. b. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu, kelompok dan masyarakat yang tidak dapat terpenuhi. c. Menumbuhkan lingkungan yang serasi, mendorong kebutuhan dan kepuasan masyarakat. d. Mengatasi dan mengurangi masalah sosial di masyarakat. e. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi individu, kelompok dan masyarakat. f. Menyeddiakan suatu lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. g. Meningkatkan keadilan sosial. 3. Sasaran Kebijakan Sosial a. Individu, kelompok dan masyarakat yang menyandang masalah sosial. b. Individu, kelompok dan masyarakat yang dikhawatirkan akan menjadi penyandang masalah sosial. c. Sumber dan potensi sosial yang mendukung pelayanan sosial. d. Lembaga pemerintah dan swasta, organisasi-organisasi sosial di masyarakat. 4. Pelayanan Yang Berkaitan Dengan Kebijakan Sosial antara lain: a. Program pemeliharaan pendapatan meliputi jaminan sosial seperti lanjut usia, kesehatan dan lain-lain. b. Pelayanan case work dan group work seperti konseling, pelayanan kesejahteraan anak, dan lain-lain. c. Program bantuan perumahan bagi orang-orang yang pendapatannya menengah ke bawah seperti perumnas (RSS). d. Bantuan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan pelayanan sosial lainnya. e. Program pendidikan seperti sekolah luar bdiasa A – D dan penempatan pekerja sosial di sekolah. f. Pelayanan yang berorientasi pada pekerjaan seperti trainning bagi PPKS, penyandang cacat, remaja putus sekolah dan lain-lain. 24 5. Landasan Pembangunan Kesejahteraan Sosial 1. Landasan Idiil Pancasila mengarahkan agar semua pembangunan dan pelayanan sosial harus merupakan penjabaran pengalaman dari sila dalam pancasila. 2. Landasan Konstitusional : a. UUD 1945 pasal 27 (2), bahwa “Tdiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. b. UUD 1945 pasal 34 “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. 3. Landasan Operasional GBHN a. Kesejahteraan rakyat mengandung makna kesejahteraan lahir dan batin, pembangunan kesejahteraan sosial diselenggarakan oleh pemeritah dan masyarakat untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat. b. Pelayanan sosial perlu dikembangkan melalui keterpaduan antara pemberian bimbingan, bantuan, santunan, rehabilitasi sosial, peningkatan taraf kesejahteraan dan lain-lain. c. Kesadaran kesetdiakawanan dan tanggung jawab sosial. d. Nilai kepeloporn, keperintisan dan kepahlawanan terus dijunjung tinggi. 4. Landasan sruktural berupa peraturan perundang- undangan, antara lain: a. UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. b. UU Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. c. UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. d. UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat. e. UU Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 42 tentang Hak Asasi Manusia. f. UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. g. Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat. 25 5. Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 2000 tentang program pembangunan nasional antara lain: a. Program Pembangunan Potensi Kesejahteraan Sosial. b. Program Peningkatan kualitas Menejemen dan Profesionalisme Pelayanan Sosial. c. Program Pengembangan Keserasdian Kebijakan Publik dalam penanganan masalah-masalah sosial. d. Program Pengembangan sistem-sistem informasi masalah-masalah sosial. 6. Peraturan Pemerintah No 5 Tahun 1958 tentang penyerahan tugas di lapangan berupa bimbingan sosial diserahkan kepada pemda tingkat I. 7. Peraturan pelaksanaan lainnya, seperti: a. Peraturan Mendagri No 4 tahun 1999 tentang pencabutan beberapa peraturan Mendagri, Kepmendagri dan Instruksi Menteri dalam Negri mengenai pelaksanaan UU No 4 tahun 1979 tentan Pemerintah Desa. b. UU No 22 tahun 1999 tentang otonomi Daerah. c. Keputusan Mendagri No 64 tahun 1999 tentang pedoman umum pengaturan mengenai Desa. d. Peraturan Daerah No.3 tahun 2001 2000 tentang pembentukan, pemecahan dan penggabungan Desa. e. Peraturan Desa Mekarsari No. 3 tahun 2001 tentang susunan organisasi Pemerintah Desa. f. Peraturan Desa Mekarsari No. 5 tahun 2001 tentang Badan Usaha Milik Desa (BUMD). 6. Program Prioritas Pelayanan antara lain : a. Program prioritas pembangunan Kesejahteraan Sosial yang dilaksanakan oleh Departemen Sosial seperti program penanggulangan kemiskinan, penanggulangan keterlantaran, pelayanan dan rehabilitasi cacat, ketunaan sosial dan penanggulangan bencana termasuk pengungsi. 26 b. Sasaran program dan kegiatan pelayanan dan Rehabilitasi Sosial seperti Pelayanan Kesejahteraan Anak, Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, Rehabilitasi Penyandang Cacat, Rehabilitasi Tuna Sosial dan Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA. c. Sasaran program dan kegiatan lingkup Dirjen Bantuan dan Jaminan Sosial ddiantaranya bantuan sosial korban bencana seperti bencana alam termasuk kondisi rawan dan rentan bencana, pengungsi, kecelakaan dan masyarakat dalam kondisi konflik. d. Progam prioritas Departemen Sosial oleh Menteri Sosial RI seperti program penanganan fakir miskin di kota, pinggiran kota, di desa dan desa nelayan pantai. Penanganannya melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan Adopsi Desa Miskin (ADEM). D. Sistem Sumber Kesejahteraan Sosial Menurut Allen Pincus dan Anne Minahan yang dikutip oleh Dwi Heru Sukoco (1991: 38), mengklasifikasikan sistem sumber kesejahteraan sosial ke dalam (tiga) golongan, yaitu: 1. Sumber Informal atau alamdiah (Informal or natural resources) Sistem sumber informal atau alamdiah dapat berupa keluarga, teman, tetangga, maupun orang-orang lain. Bantuan yang diperoleh dari sumber alamdiah adalah dukungan emosional, kasih sayang, nasehat, informasi, dan pelayanan-pelayanan konkrit lainnya. 2. Sumber Formal (Formal resources). Sistem sumber informal adalah sumber yang diperoleh dari keanggotaan dalam suatu organisasi atau asosdiasi formal yang bertujuan meningkatkan minat anggotanya. 3. Sumber Kemasyarakatan (Soceital Resources). Adalah lembaga-lembaga yang didirikan baik oleh pemerintah atau atas partisipasi dan dukungan dari masyarakat untuk kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Sistem sumber kemasyarakatan ini misalnya : Rumah Sakit, Sekolah Dasar, karang taruna, kelompok pengajdian dan sebagainya. 27 Kesimpulan yang dapat di ambil dari pernyatan ddiatas adalah di samping sumber yang ada pada diri sendiri juga terdapat sumber-sumber yang ada di masyarakat yang tercakup dalam Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) adalah semua hal yang berharga yang ada di masyarakat yang dapat digunakan untuk menjaga, menciptakan, mendukung atau memperkuat Usaha Kesejateraan Sosial. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial dapat berasal atau bersifat manusiawi, sosial dan alam. Adapun jenis-jenis Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) antara lain : 1. Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM) Warga masyarakat yang telah memperoleh atau mengikuti bimbingan dan pelatihan bidang kesejahteraan sosial, yang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosialnya secara sukarela melaksanakan usaha kesejahteraan sosial di daerah atau wilayahnya sendiri. TKSM terdiri dari a. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Warga masyarakat yang telah memperoleh atau mengikuti bimbingan dan pelatihan bidang kesejahteraan sosial secara sukarela atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosialnya serta didorong oleh rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kesetdiakawanan sosial secara sukarela mengabdi di bidang kesejahteraan sosial. Kriterdia : 1) Usia sekurang-kurangnya 18 tahun. 2) Telah mengikuti berbagai bimbingan dan pelatihan di bidang kesejahteraan sosial. 3) Adanya minat untuk mengabdi dan bekerja di bidang kesejahteraan sosial atas dasar sukarela, rasa terpanggil dan kesadaran sosial. 4) Sebagai tokoh atau ditokohkan masyarakat. 5) Pendidikan sekurang-kurangnya SLTP. b. Wanita Pemimpin Kesejateraan Sosial (WPKS) Wanita atau tokoh masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk memimpin dan melaksanakan kegiatan usaha kesejahteraan sosial, selain itu telah mengikuti bimbingan dan pelatihan dibidang 28 kesejahteraan sosial secara sukarela, atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosialnya, wanita atau tokoh masyarakat tersebut secara sukarela melaksanakan usaha kesejahteraan sosial di daerah atau wilayahnya sendiri. Kriterdia : 1) Usia dewasa. 2) Berpendidikan minimal SLTP. 3) Wanita yang mempunyai potensi untuk menjadi/sudah menjadi pemimpin dan ddiakui oleh masyarakat setempat. 4) Telah mengikuti latihan kepemimpinan wanita bidang kesejahteraan sosial. 5) Memimpin Usaha Kesejahteraan Sosial terutama yang dilaksanakan oleh wanita di wilayahnya. 2. Organisasi Sosial (ORSOS) Menurut Kepmensos No. 40/HUK/1980 yang dimaksud dengan Organisasi Sosial (ORSOS) adalah Lembaga, yayasan atau perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam melaksanakan usaha kesejahteraan sosial. Kriterdia : a. Mempunyai nama, struktur dan alamat organisasi yang jelas. b. Mempunyai pengurus dan program kerja. c. Berbadan hukum atau tidak berbadan hukum. d. Melaksanakan/mempunyai kegiatan dalam bidang usaha kesejahteraan sosial. 3. Karang Taruna (KT) Menurut Kepmensos Nomor 11 tahun 1988 yang dimaksud dengan Karang Taruna (KT) adalah Organisasi sosial yang berfungsi sebagai wadah pembinaan dan pengembangan tenaga dan pemuda di desa/kelurahan yang kegiatannya terutama bergerak dalam bidang usaha kesejahteraan sosial. 29 Kriterdia : a. Organisasi sosial kepemudaan dan kependudukan di desa/kelurahan. b. Mempunyai nama, alamat, struktur organisasi dan susunan pengurus yang jelas. c. Otonom dan bukan vertikal. d. Keanggotaan bersifat pasif. e. Usia anggota 7-40 tahun. 4. Dunia Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) Dunia Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) yaitu PT, CV, UD yang bergerak dalam bidang dunia usaha, yang mau menyumbangkan sebagian dananya untuk usaha kesejahteraan sosial. 5. Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM) Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat yaitu Institusi lokal yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial untuk warga masyarakat yang ada di sekitarnya. Kriterdia : a. Berbagai perkumpulan, asosdiasi, organisasi yang tumbuh dan berkembang di lingkungan RT/RW/ Dukuh/Dusun/Desa atau Kelurahan. b. Jaringan Sosial yang berkembang di tingkat lokal. 30 BAB III DESKRIPSI HASIL STUDI LAPANGAN A. Gambaran Umum Lokasi Praktikum dan Rencana Kerja Wilayah Desa Tanjungsiang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat. Wilayah Desa Tanjungsiang terbentang dari Utara ke Selatan yang mana merupakan perbukitan, dengan ketinggian 500 Mdpl di atas permukaan laut. Banyaknya curah hujan rata-rata per tahun 40 mm/Th, suhu udara rata-rata 26 C sehingga Desa Tanjungsiang merupakan daerah bersuhu sedang. 1. Gambaran Geografis a. Luas wilayah Desa : 912, 39 Ha/M2 1. Tanah sawah - Sawah Irigasi ½ teknis : 177 Ha/M2 : 119 Ha/M2 - Ladang : 47 Ha/M2 - Pemukiman : 122, 5 Ha/M2 - Perkarangan : 5, 04 Ha/M2 2. Tanah kering 3. Tanah basah - Kolam : 3, 575 Ha/M2 4. Tanah fasilitas umum - Kas Desa : 25 Ha/M2 - Lapangan : 0,18 Ha/M2 - Perkantoran Pemerintahan : 0,17 Ha/M2 - Bangunan Sekolah : 2,8 - Pertokohan : 0,02 Ha/M2 - Fasilitas pasar : 0,27 Ha/M2 - Terminal : 0,85 Ha/M2 - Jalan : 4,10 Ha/M2 - Daerah tangkapan air : 0,07 Ha/M2 Ha/M2 31 b. Batas Wilayah 1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Sirap. 2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Cikawung. 3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Bundiara. 4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Kawungluwuk. c. Kondisi Geografis 1. Ketinggian tanah dari permukaan laut : 500 Mdpl 2. Banyaknya curah hujan : 40 Mm/thn 3. Suhu udara : 26 ° C d. Orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan) 1. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 2,5 Km 2. Jarak tempu ke ibu kota Kecamatan : 20 Menit 3. Kendaraan umum ke ibu kota Kecamatan : Ojek 4. Jarak dari ibu kota Kabupaten Dati II : 32 Km 5. Lama tempuh ke ibu kota Kabupaten : 1 Jam 6. Jarak dari Ibu Kota Provinsi Dati I : 60 Km 7. Lama tempuh ke ibu kota Propinsi Dati I : 2 Jam Luas wilayah Desa Tanjungsiang 912,39 Ha, terbagi menjadi 2 Dusun, 09 Rukun Warga (RW), 25 Rukun Tetangga (RT) dan 1.915 Kepala Keluarga (KK). Semua fasilitas (ekonomi, kesehatan, pemerintah) dapat ditempuh dengan mudah karena semua fasilitas tersebut berada di sepanjang jalan utama yang melintasi wilayah Desa Tanjungsiang. 2. Gambaran Demografis Komposisi penduduk Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang berdasarkan jumlah Rukun Tetangga dan Kepala Keluarga dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut: 32 Tabel 3.1 Jumlah RT dan KK Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No Vardiable Jumlah 1 Jumlah Rukun Tetangga (RT) 25 2. Jumlah Rukun Warga (RW) 9 3. Jumlah Kepala Keluarga (KK) 1.915 Sumber: Propil Desa Tanjungsiang Tahun 2009 Komposisi penduduk Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut: Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Desa Tanjungsiang Berdasarkan Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 No Gol. Umur 1 Jumlah Penduduk Jumlah Laki- laki Perempuan F % 0 – 4 tahun 323 353 676 10,68 2 5 – 9 tahun 242 280 522 8,25 3 10 – 14 tahun 267 261 528 8,34 4 15 – 19 tahun 275 272 547 8,64 5 20 – 24 tahun 252 228 480 7,58 6 25 – 29 tahun 291 269 560 8,85 7 30 – 34 tahun 259 233 492 7,80 8 35 – 39 tahun 260 236 496 7,83 9 40 – 44 tahun 255 220 475 7,50 10 45 – 49 tahun 218 176 394 6,22 11 50 – 54 tahun 149 131 280 4,42 12 Lebih dari 55 463 414 877 13,86 3.254 3.073 6.327 100 Jumlah Sumber: Propil Desa Tanjungsiang Tahun 2009. 33 Tabel 3.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berusia 0-19 tahun berjumlah 1.197 jiwa atau 18,93%, yang merupakan aset masa depan untuk Desa Tanjungsiang, sehingga hal ini menunjukkan bahwa kedepan di Desa Tanjungsiang akan tersedia sumber daya manusia (SDM) yang akan menghasilkan tenaga yang produktif untuk memberikan kontribusi yang besar dalam pembangunan Desa Tanjungsiang. Usia produktif di desa Tanjungsiang, yaitu usia 18-56 tahun berjumlah 3.724 jiwa, dengan persentase sebesar 50,26%. Hal ini berarti di desa Tanjungsiang terdapat banyak tenaga produktif yang dapat dijadikan sumber daya mausia untuk meningkatkan pembangunan Desa Tanjungsiang. Untuk usia 40-54 tahun berjumlah 475, dengan persentase sebesar 7,50%. Penduduk dalam kategori lanjut usia di Desa Tanjungsiang mencapai jumlah sebanyak 877 dengan persentase sebesar 13,86%, yang merupakan angka yang signifikan yang menandakan adanya harapan hidup yang tinggi. Komposisi penduduk Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang berdasarkan Tingkat Pendidikan dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut: Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Desa Tanjungsiang Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 No Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah Laki- laki Perempuan F % 1 SD/Sederajat 684 807 1.491 40,08 2 SLTP/ Sederajat 423 418 841 22,60 3 SLTA/sederajat 631 602 1233 33,14 4 Perguruan Tinggi 101 54 155 4,16 1.839 1.881 3.720 100 Jumlah Sumber: Propil Desa Tanjungsiang tahun 2009 Tabel 3.3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Tanjungsiang masih tergolong rendah. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, paling tinggi adalah tingkat SD/Sederajat yang menunjukkan angka sebesar 34 1.491 jiwa, dengan persentase sebesar 40,08%. Hal tersebut mengakibatkan Sumber Daya Manusia di Desa Tanjungsiang tergolong rendah, Kondisi ini akan menyebabkan sebagian besar penduduk Desa Tanjungsiang tidak bisa bekerja dilapangan kerja formal, sehingga pekerjaan yang bisa dilakukan adalah pekerjaan non formal, seperti buruh, buruh tani, pengembala dan wiraswasta. Komposisi penduduk Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut: Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Desa Tanjungsiang Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2010 No Mata Pencaharian Jumlah % 1 Petani 1458 72,14 2 Buruh Tani 117 5,79 3 Buruh/ Swasta 100 4,95 4 Pegawai Negri Sipil 83 4,11 5 Pengrajin 43 2,13 6 Pedagang keliling 32 1,58 7 Peternak 5 0,25 8 Montir 9 0,44 9 Dokter 2 0,09 10 Bidan 1 0,05 11 Pembantu Rumah Tangga 50 2,47 12 TNI/ POLRI 4 0,19 13 Pengusaha Kecil dan menengah 74 3,66 14 Seniman 39 1,93 15 Pegawai BUMN 2 0,09 16 Jasa Pengobatan alternative 1 0,05 17 Dosen swasta 1 0,05 2021 100 Jumlah Sumber: Hasil pendataan desember 2010 35 Tabel 3.4 ddiatas menunjukkan bahwa pekerjaan yang ditekuni oleh penduduk desa Tanjungsiang cukup bervardiasi. Akan tetapi sebanyak 1458 jiwa (72,14%) penduduk Desa Tanjungsiang bermata pencaharian sebagai buruh tani dan petani. Jadi pertanian adalah sektor utama untuk penghasilan sebagian besar penduduk Desa Tanjungsiang. 3. Gambaran Sosiografis Penduduk Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang merupakan masyarakat pedesaan, meskipun beberapa tahun belakangan terdapat perubahan yang mencirikan desa transisi. mayoritas penduduknya berlatar belakang dari suku Sunda, sehingga terjalinnya hubungan kekerabatan yang erat ddiantara warga. Masyarakat Desa Tanjungsiang sangat menghargai dan mudah menerima kedatangan para pendatang, meskipun yang bukan berasal dari suku sunda, karena masyarakat yang ada di Desa Tanjungsiang sangat menjunjung rasa persaudaraan. Kehadiran warga pendatang di desa Tanjungsiang tidak menimbulkan pembedaan untuk peran sebagai anggota masyarakat. Penduduk Desa Tanjungsiang 100% beragama Islam hal ini salah satunya dapat dilihat dari adanya Masjid yang berjumlah 9, Musolla berjumlah 30 dan majlis ta’lim yang ada di Desa, hampir semua aktifitas sosial penduduknya dikaitkan dengan agama seperti pengajian-pengajian yang dilaksanakan setdiap seminggu sekali di setdiap masjid maupun musolla. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Tanjungsiang adalah pengerajin Seeng, golok , kasur lantai, petani dan Buruh Tani yang membuat kehidupan perekonomian mereka sedang dan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari. 4. Matriks Rencana Kerja Terlampir 36 B. Deskripsi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) dan Potensi/Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) 1. Deskripsi empiris berbagai jenis pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS) Setelah dilakukan pendataan dengan metode observasi, wawancara dan studi dokumentasi, masalah sosial yang ada di Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang terdiri dari 9 jenis Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) dari 24 jenis PPKS yang menjadi pedoman dan acuan yang diterbitkan oleh Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat tahun 2003 serta 22 jenis PPKS menurut Pusdatin DEPSOS RI : 2002. 9 ( sembilan ) jenis PPKS yang ada sangat beragam baik masalah sosial yang bersifat klinis maupun kemasyarakatan. Adapun data PPKS tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 3.5 Data PPKS Desa Tanjungsiang No Jenis PPKS 1 Anak Nakal 2 Anak Cacat 3 Jumlah L P 1 Jiwa KK 1 a. Cacat Fisik 5 2 7 b. Cacat Mental 1 4 5 c. Tuna Netra 2 1 3 d. Tuna Rungu-Wicara 1 1 Penyandang Cacat a. Tuna Netra 2 6 8 b. Tuna Daksa 2 1 3 c. Tuna Rungu-Wicara 2 5 7 d. Tuna Grahita 2 1 3 4 Wanita Rawan Sosial Ekonomi 5 Lansdia Terlantar 6 Penyandang Cacat Bekas Penyakit Kronis 73 6 3 3 7 13 37 No Jumlah Jenis PPKS L P Jiwa KK 7 Keluarga Fakir Miskin 395 8 Korban bencana alam 86 9 Tuna Susila Jumlah 24 1 1 30 127 481 Sumber: Hasil pendataan desember 2010 Tabel 3.5 menunjukkan tentang data PPKS di Desa Tanjungsiang. Maka data tersebut dapat dirinci sesuai dengan jenis masalah yang ada di setdiap Rukun Warga di Desa Tanjungsiang. Adapun rincian data sebagai berikut: a. Anak Nakal Tabel 3.6 Anak Nakal Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 VIII 1 100 1 100 Jumlah Sumber: Hasil pendataan desember 2010 b. Anak Cacat Fisik Tabel 3.7 Anak Cacat Fisik Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 III 1 14,29 2 IV 1 14,29 3 V 2 28,57 4 VIII 1 14,29 5 IX 2 28,57 7 100 Jumlah Sumber: Hasil pendataan desember 2010 38 c. Anak Cacat Mental Tabel 3.8 Anak Cacat Mental Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 III 1 20 2 III 1 20 3 VII 1 20 4 VIII 2 40 5 100 Jumlah Sumber: Hasil pendataan desember 2010 d. Anak Tuna Netra Tabel 3.9 Anak Tuna Netra Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 III 1 33.3 2 VI 1 33.3 3 VIII 1 33.3 3 100 Jumlah Sumber: Hasil pendataan desember 2010 e. Anak Tuna Rungu Wicara Tabel 3.10 Anak Tuna Rungu Wicara Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 III 1 100 1 100 Jumlah Sumber: Hasil pendataan desember 2010 39 f. Wanita Rawan Sosial Ekonomi Tabel 3.11 Wanita Rawan Sosial Ekonomi Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 I 7 9,59 4 IV 14 19,17 5 V 1 1,37 6 VI 3 4,11 7 VIII 32 43,84 8 IX 16 21,92 Jumlah 73 100 Sumber: Hasil pendataan desember 2010 g. Lanjut Usia Terlantar Tabel 3.12 Lanjut Usia Terlantar Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 IX 3 100 Jumlah 3 Sumber: Hasil pendataan desember 2010 40 h. Tuna Netra Tabel 3.13 Tuna Netra Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 IV 1 12,50 2 V 1 12,50 3 VI 1 12,50 4 VIII 1 12,50 5 IX 4 25 8 100 Jumlah Sumber: Hasil pendataan desember 2010 i. Tuna Rungu/Wicara Tabel 3.14 Tuna Rungu/ Wicara Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 IV 1 14,29 2 V 1 14,29 3 VI 3 42,86 4 VIII 2 28,57 7 100 Jumlah Sumber: Hasil pendataan desember 2010 41 j. Tuna Daksa/Tubuh Tabel 3.15 Tuna Daksa/ Tubuh Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 II 1 25 2 IV 1 25 3 V 1 50 4 100 Jumlah Sumber: Hasil pendataan desember 2010 k. Tuna Grahita/Mental Tabel 3.16 Tuna Grahita/Mental Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 IV 2 33,33 2 VIII 1 66,67 Jumlah 3 100 Sumber: Hasil pendataan desember 2010 l. Tuna Susila Tabel 3.17 Lanjut Usia Terlantar Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 IX 1 100 Jumlah 1 Sumber: Hasil pendataan desember 2010 42 m. Penyandang Cacat Bekas Penyakit Kronis Tabel 3.18 Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 I 1 7,69 2 III 5 38,46 3 IV 5 38,46 4 VI 2 15,38 13 100 Jumlah Sumber: Hasil pendataan desember 2010 n. Keluarga Fakir Miskin Tabel 3.19 Keluarga Fakir Miskin Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 I 45 11,39 2 II 71 17,97 3 III 52 13,16 4 IV 88 22,28 5 V 20 5,06 6 VI 19 4,81 7 VII 40 10,13 8 VIII 34 8,61 9 IX 26 6,58 395 100 Jumlah Sumber: Hasil pendataan desember 2010 43 o. Korban Bencana Alam Tabel 3.20 Korban bencana Alam Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No RW Jumlah Persentase (%) 1 I 18 21, 18 2 II 23 27, 06 3 III 1 1,18 4 IV 25 29,41 5 VIII 18 21,18 85 100 Jumlah Sumber: Hasil pendataan desember 2010 2. Deskripsi empiris potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS) Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) dapat berasal atau bersifat manusiawi, sosial, dan alam. Berdasarkan hasil praktikum, ternyata cukup banyak Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial yang ada di Desa Tanjungsiang seperti: TabeL 3.21 Potensi dan Sumber Kesejahteraa Sosial Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No Jenis PSKS Jumlah 1 PSM 9 0rang Kegiatan Pendataan PPKS Pendampingan PPKS Membina KUBE Membantu dalam masalah RASKIN, ASKESKIN 2 PKK 18 orang Melakukan kegiatan tdiap Pokja (yang terdiri 4 Pokja) POKJA I Gotong yorong 44 ( Kerja bakti, rukun kematdian, keagaman dan arisan). Mengikuti pengajdian rutin bulanan. Menghadiri pengajdian di RW 08. POKJA II Pendidikan dan keterampilan, yang meliputi Jumlah kelompok belajar PAUD Pengembangan dalam bidang Prakoperasi bersama Mengikuti pengajdian ruti tdiap bulan POKJA III Pendataan bidang Pangan, yang meliputi : Makanan pokok. Pemenfaatan perkarangan. Jumlah industry RT. Jumlah penyuluhan. Mengikuti pengajina ruti bulanan. Melaksanakan penimbangan. POKJA IV Tentang kesehatan, yang meliputi : Kegiatan posyandu, gizi, kesehatan Lingkungan dan 45 penyuluhan Narkoba. Kelestardian Lingkunagan. Perencanaan sehat. Mengikuti pengajdian rutin bulanan. Monitoring kegiatan penimbangan. 3 Posyandu Mengadakan pendaftaran bayi dan balita Mengadakan pencatatan dan pelaporan pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita Mengadakan pemeriksaan buat ibu hamil Mengadakan penimbangan bayi dan balita Mengadakan pelayanan kesehatan (imunisasi dan pemberian gizi serta tambahan bagi makanan balita) 4 Badan Perwakilan 10 0rang Desa (BPD) Mengawasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan desa, Menampung aspirasi masyarakat. Memberikan pertimbangan pembuatan saran dan dalam kebijakan ditingkat desa Mengawasi fungsi 46 pemerintahan desa 5 LPM 7 orang Mengelolah pembangunan desa Melaksanakan pegelolahan pasar 6 7 Karang Taruna LSM 14 orang 44 orang Bhakti Sosial Olah raga Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan dan Pengendaldian Lingkungan Hidup 8. Puskesmas 1 unit Pelayanan kesehatan kepada masyarakat 9 Sarana pendidikan Belajar Mengajar. Extra Kurikuler, Seni Daerah, Paskibra, Pramuka PMR 10 Dunia Usaha Kesejahteraan Sosial. Seeng Pandai Usaha Dagang (UD) Besi (pengerajin Golok) Pengerajin Kasur lantai Papan nama Dealer motor Sumber: Hasil pendataan desember 2010 Tabel 3. 21 Ddiatas terlihat bahwa Potensi dan Sumber yang ada di Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang antara lain 47 I. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Tabel 3.22 Jumlah PSM Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Jenis Kelamin No Gol. Umur 1 20 – 24 tahun 1 25 – 29 tahun 1 2 30 – 34 tahun 2 3 35 – 39 tahun 4 40 – 49 tahun 4 Jumlah 5 Laki-laki Perempuan Jumlah 1 3 8 Sumber: Hasil pendataan desember 2010 Tabel 3.22 ddiatas menunjukkan ada 8 orang yang menjadi PSM di Desa Tanjungsiang. Ketua PSM tersebut adalah Noneng Maskonah, beliau telah mengikuti pelatihan-pelatihan yang menunjang profesi pekerjaan sosial. PSM di Desa Tanjung berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan usia yang berbeda, 50 % ddiantaranya adalah berusia 40-49 tahun. Yang menunjukkan perlu dilakukan regenerasi keanggotaan untuk PSM. Tabel 3.23 Jumlah PSM Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 No Gol. Umur 1 Tamat SD/Sederajat 2 Tamat SLTP/Sederajat 3 Tamat SLTA/Sederajat 4 Tamat PT Jumlah Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2 4 1 1 4 4 Sumber: Hasil pendataan desember 2010 48 Tabel 3.23 Ddiatas menunjukkan bahwa Pekerja Sosial Masyarakat di Desa Tanjungsiang semuanya pernah menempuh pendidikan, 50% ddiantaranya sudah menempuh pendidikan sampai tingkatan SLTA/sederajat. Pendidikan yang ditempuh anggota PSM hanya berupa pendidikan umum, hanya ketua PSM yang sudah mengikuti pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan profesi pekerjaan sosial. Hasil pendataan dan observasi pengenalan dan pemahaman PPKS dan PSKS pada praktikum I menunjukkan bahwa Jumlah Pekerja Sosial Masyarakat berdasarkan pekerjaan ada 8 orang, semua anggotanya adalah 5 Laki-laki dan 3 wanita. II. Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial (WPKS) Tabel 3.24 Jumlah WPKS Berdasarkan Umur Tahun 2010 No Kelompok Umur Jumlah 1 Dibawah 20 tahun 1 2 20 – 24 tahun - 3 25 – 29 tahun 3 4 30 – 34 tahun 2 5 35 – 39 tahun 2 6 40 – 49 tahun - 7 50 – 59 tahun 1 8 60 tahun keatas Jumlah 9 Sumber: Hasil pendataan desember 2010 Berdasarkan Tabel 3.24 Ddiatas terlihat bahwa jumlah WPKS berdasarkan umur lebih dominat usia 25 th-29 th. 49 Tabel 3.25 Jumlah WPKS Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 No Gol. Umur Jumlah 1 Tidak Sekolah 1 2 Tamat SD/Sederajat - 3 Tamat SLTP/Sederajat - 4 Tamat SLTA/Sederajat 4 5 Pernah Kuldiah di PT 2 6 Tamat PT 2 Jumlah 9 Sumber: Hasil pendataan desember 2010 Berdasarkan Tabel 3.25 Ddiatas terlihat bahwa jumlah WPKS berdasarkan tingkat pendidikan lebih dominan tamatan SLTA/ sederajat. Tabel 3.26 Jumlah WPKS Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2010 No Pekerjaan Jumlah 1 PNS - 2 Karyawan Swasta - 3 Pengusaha - 4 Pensiunan/Purnawirawan - 5 Buruh Tani - 6 Pekerjaan Lainnya 9 Jumlah 9 Sumber: Hasil pendataan desember 2010 Berdasarkan Tabel 3.26 Ddiatas terlihat bahwa jumlah WPKS berdasarkan pekerjaan tidak ada yang menjadi Pegawai Negri Sipil. 50 III. Karang Taruna Tabel 3.27 Jumlah Karang Taruna Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No Klasifikasi Karang Taruna Jumlah 1 Tumbuh - 2 Berkembang 1 3 Maju - 4 Percontohan Jumlah 1 Sumber: Hasil pendataan desember 2010 Hasil pendataan dan observasi praktikum I tentang pemahaman PPKS dan PSKS, diketahui bahwa di Desa Tanjungsiang terdapat satu Karang Taruna. Karang taruna di Desa Tanjungsiang termasuk dalam kualifikasi karang taruna yang sedang berkembang, dimana kegiatan yang dilakukan masih bersifat rekreatif edukatif, yang dilakukan untuk kepentingan anggotaanggotanya dan penyelenggaraan kegiatan biasanyaa dilakukan pada saat tertentu, seperti pada saat acara 17 agustusan, atau acara besar yang dilakukan di Desa Tanjungsiang (acara keagamaan, acara pertandingan sepak bola) IV. Organisasi Sosial (ORSOS) yang Melaksanakan UKS Tabel 3.28 Jumlah Orsos yang Melaksanakan UKS Desa Tanjungsiang Tahun 2010 No Nama Orsos Jenis UKS 1 PKK Bidang Pendidikan dan kesehatan 2 Tutor PAUD Belajar 3 PSM WRSE (Warung) 4 Posyandu Memberikan pelayanan kesehatan pada balita dan ibu hamil. Sumber: Hasil pendataan desember 2010 51 Tabel 3.28 ddiatas menunjukkan organisasi sosial yang ada di Desa Tanjungsiang, dimana masing-masing organisasi sosial tersebut melakukan jenis kegiatan yang berhubungan dengan kemasyarakatan, kesehatan, dan pendidikan. Seperti di bidang kesehatan ada posyandu yang dilakukan secara ruti setdiap bulan di tdiap RW yang ada di Desa Tanjungsiang. Kegiatan posyandu ddiadakan untuk melihat tingkat kesehatan tdiap bulannya, terutama kepada bayi, balita, dan ibu hamil. Dibidang pendidikan, usaha kesejahteraan yang dilakukan adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD ditujukan untuk memberikan pengetahuan awal terhadap anak. Kegiatan PAUD dilakukan 4x dalam seminggu, kegiatan PAUD di awasi oleh ibu kader di masing-masing RW. V. Dunia Usaha yang Melaksanakan UKS Tabel 3.29 Dunia Usaha yang Melaksanakan UKS Tahun 2010 No Nama (Dunia Usaha) Home Industri 1 Seeng (Dandang) Papan Nama Kerajinan Kasur Lantai Kejaninan Pandai Besi (golok) Jenis UKS Pelayanan kepada masyarakat dan menyeddiakan lapangan kerja. Sumber: Hasil pendataan desember 2010 Tabel 3.29 ddiatas menunjukkan dunia usaha di Desa Tanjungsiang yang melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial. Semua dunia usaha tersebut melakukan UKS, yang salah satu UKS tersebut berupa penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya, sehingga akan mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Desa Tanjungsiang. 52 VI. Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM) yang Melaksanakan UKS Tabel 3.30 Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat Tahun 2010 No Jenis WKSBM Jenis UKS 1 UPPKS Industri Rumah tangga 2 WRSE Buka Warung Sumber: Hasil pendataan desember 2010 Tabel 3.30 Ddiatas menunjukkan bahwa jumlah Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat ada dua yaitu UPPKS dan WRSE. Jenis Usaha Kesejahteraan yang ada seperti Industri Rumah Tangga dan warung untuk WRSE. C. Deskripsi Kebijakan dan Program Penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial di Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang 1. Deskripsi empiris kebijakan dan program penanganan masalah kesejahteraan sosial oleh pemerintah pusat (Nasional) Kebijakan dan program penanganan masalah Kesejahteraa Sosial yang ada tidak terlepas dari kemampuan masyarakat, disamping peran aparat desa sebagai pelaksana kebijakan itu sendiri untuk mengatasi permasalahan kesejahteraan sosial adalah: a. Program pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) Program ini merupakan program pemerintah pusat yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Ada beberapa permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan program tersebut, di antaranya belum mencangkup semua anggota masyarakat (keluarga miskin), di karenakan mekanisme pendataan yang tidak mengarah pada sasaran dan tidak akurat. 53 b. Program RASKIN dan ASKESKIN. Program ini merupakan program pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan sosial bagi masyarakat desa melalui pemberian “RASKIN” atau beras dan pemberian fasilitas pengobatan gratis melalui kartu sehat dan kartu ASKESKIN bagi keluarga yang termasuk kategori keluarga miskin. Permasalah – permaslahan yang muncul dalam pelaksanaan program in adalah terjadinya salah sasaran oleh aparat desa kepada penerima RASKIN. Sedangkan pada program ASKESKIN adalah keengganan dan kurangnya pengoptimalan dari pemanfaatan kartu sehat dan ASKESKIN oleh masyarakat. Hal ini di sebabkan kurangnya pengetahuan tetang proses/cara pengunaan kartu, yang berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. c. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Program BOS merupakan program pemerintah dalam pemberian kompensasi kenaikan harga BBM yang diberikan kepada masyarakat miskin melalui sekolah-sekolah SD dan SLTP. Pelaksanaan program BOS ini sepenuhnya diserahkan kepada Departemen Pendidikan Nasional maupun Dinas Pendidikan Nasional di masing-masing daerah. Bentuk program tersebut dialah pemberian bantuan operasional kepada sekolah-sekolah. Dengan bantuan tersebut maka masyarakat tidak terlalu berat dalam menanggung bdiaya pendidikan di tingkat SD maupun SLTP. Permasalah yang muncul adalah belum bisa membantu masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan akan alat sekolah dan alat tulis sampai saat ini belum bisa terealisasikan. d. POSYANDU Merupakan program pemerintah melalui Departemen Kesehatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada baliota dan ibu hamil yang ada di desa-desa. Mekanisme program posyandu dialah memanfaatkan partisipasi dari masyarakat sebagi “kader” posyandu. Bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan di desa Tanjungsiang ddiantaranya : - Penimbangan balita 54 - Pemberian makanan tambahan ( gizi ) bagi balita - Pemberian vitamin dan vaksinasi balita - Pemeriksaan ibu hamil Permasalah yang muncul dalam pelaksanaan program ini adalah keterbatasan anggaran dari pemerintah sehingga belum terealisasi dengan maksimal. e. Program Rehab Rumah Tidak Layak Huni. 2. Deskripsi empiris kebijakan dan program penanganan masalah kesejahteraan sosial oleh masyarakat/ORSOS Ada beberapa organisasi sosial yang berpartisipasi secara intensif dalam usaha-usaha Diantaranya karang kesejahteraan taruna yang sosial di desa melakukan Tanjungsiang. kegiatan-kegiatan kepemudaan. bersifat sosial, seperti penggalang dana buat korban bencana alam, pembentukan kelompok pengajian dalam bidang keagamaan, kesehatan. Selain peran-peran yang dijalankan oleh beberapa orsos untuk mengatasi permasalahan-permasalah sosial, masyarakat melalui tokohtokohnya selalu berperan aktif dalam upaya mengatasi permasalahpermasalah sosial yang ada di dekitarnya. Hal ini bisa kita saksikan pada saat adanya pemugaran rumah tidak layak huni. Karena dana yang yang di berikan oleh pemerintah tidak mencukupi, mka masyarakat melalui kepala dusun, RW maupun RT mengadakan pengalangan dana untuk pelaksanaan pemugaran rumah. Karena partisipasi dari seluruh masyarakat yang tinggi maka pemugaran rumah tersebut bisa terlaksanakan dengan baik. Peran serta dan kepedulian sosial yang tinggi juga terlihat ketika salah satu keluarga yang mengalami musibah ( korban banjir bandang) pada sat itu juga masyarakat secara sukarela bergotong-royong untuk membantu membersihkan lumpur yang terbawa banjir tersebut. Dan beberapa hari kemudian masyarakat bersama karang taruna melakukan pengalangan dana untuk korban bencana banjir. Dengan cara melakukan 55 pemutaran video banjir ke desa-desa sekaligus melakukan pengalangan dana. Di bidang dunia usaha, nampak sekali peran penting dari beberapa pemilik usaha untuk memberikan peluang kerja dan peningkatan penghasilan keluarga. Ada 4 (empat) kelompok usaha yang sangat dominan dalam pemberian peluang kerja dan peningkatan penghasilan keluarga bagi masyarakat desa Tanjungsiangg, diantarnya : 1) Industri Seeng 2) Industri golok 3) Industri kasur lantai 4) Industri papan nama Dengan keberadaan kelompok kerja tersebut masyarakat desa Tanjungsiang bisa memperoleh pekerjaan dan meningkatkan penghasilan keluarga, sehingga secara stimulan akan membantu permasalah ekonomi mereka. Selain itu dengan keberadaan beberapa kelompok kerja tersebut bisa menjadi sarana untuk memberikan keterampilan pada pemudapemuda yang ada di desa Tanjungsiang. Namun tentu tidak tidak semua permasalah sosial yang ada bisa teratasi, ini karena berkaitan dengan keterbatasan potensi dan sumber yang ada di desa Tanjungsiang. Sebagi contoh permasalahan-permasalahan sosial seperti penyandang cacat fisik dan mental sampai saat ini belum mendapatkan penanganan. Hal tersebut dikarenakan oleh tidak adanya lembaga pelayanan sosial ( panti cacat atau SLB) di tingkat desa atau kecamatan. Demikian juga permasalahan yang berkaitan dengan ekonomi, misalnya keluarga fakir miskin, anak terlantar, lansia terlantar maupun WRSE. Permasalahan-permasalahan tersebut belum bisa teratasi secara optimal karena keterbatasan ekonomi masyarakat. 56 BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Masalah Kesejahteraan Sosial 1. Analisis Secara Umum Pelaksanaan Praktikum I Tahun 2010 tentang pengenalan dan pemahaman masalah serta potensi dan sumber kesejahteraan masyarakat, di Desa Tanjungsiang teridentifikasi ada 9 jenis pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS) dari 27 jenis PPKS menurut pusdatin DEPSOS RI:2002 dan 24 jenis PPKS yang diterbitkan oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Jumlah dari keseluruhan PPKS yang ada di Desa Tanjungsiang adalah 1.915 jiwa. Permasalahan yang paling banyak di Desa Tanjungsiang adalah permasalahan yang sangat mendasar, yaitu kemiskinan yang menyebabkan timbulnya permasalahan baru. Adapaun jenis PPKS yang paling menonjol di Desa Tanjungsiang, antara lain: 1) Keluarga Fakir Miskin Jumlah keseluruhan keluarga fakir miskin di Desa Tanjungsiang adalah 395 KK. Permasalahan Keluarga Fakir Miskin di Desa Tanjungsiang menyebar disetdiap dusun yang ada di Desa Tanjungsiang dengan jumlah yang berbeda-beda. Penyebaran jumlah keluarga fakir miskin tersebut adalah sebagai berikut: a. Dusun I Wilayah RW I : 45 KK Wilayah RW II : 71 KK Wilayah RW II : 52 KK Wilayah RW IV : 88 KK Wilayah RW VIII : 40 KK b. Dusun II Wilayah RW V : 20 KK Wilayah RW VI : 19 KK Wilayah RW VII : 34 KK Wilayah RW IX : 26KK 57 Keluarga fakir miskin banyak yang bekerja sebagai buruh tani, yang menggarap lahan milik orang lain, sehingga hasil yang didapat minim untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Karakteristik yang dapat di identifikasi berdasarkan hasil pendataan dan observasi terhadap keluarga fakir miskin di Desa Tanjungsiang, antara lain : a) Berpenghasilan rendah. penghasilan rata-rata adalah 10.000/hari. b) Tingkat kesehatan rendah (makanan yang dimakan seadanya, tanpa mempertimbangkan Gizi) c) Tingkat pendidikan rendah. (tamatan SD) d) Tidak mempunyai simpanan harta (pemilikan harta sangat terbatas) e) Tidak memiliki keluarga dekat yang mampu menolong secara ekonomi. 2) Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) Wanita Rawan Sosial Ekonomi adalah seorang wanita dewasa yang berusia 18-59 tahun, belum menikah atau janda yang tidak mempunyai penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Wanita Rawan Sosial Ekonomi di Desa Tanjungsiang ada sebanyak 73 jiwa. Permasalahan WRSE di Desa Tanjungsiang (lihat tabel 3.11). Banyak faktor yang menyebabkan permasalahan WRSE di Desa Tanjungsiang, antara lain: a) Wanita yang ditinggal suaminya (suaminya meninggal, bercerai, ditinggal suami tanpa alasan) b) Tidak memiliki keterampilan bekerja di sektor formal, sehingga ddia hanya dapat bekerja serabutan, sehingga penghasilannya sangat minim untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. c) Tingkat pendidikan rendah (tamatan SD) Permasalahan ddiatas pada dasarnya berakar pada permasalahan kemiskinan, yang kemuddian menimbulkan permasalahan-permasalahan lain, seperti rumah tidak layak huni, keterlantaran. Selain ketiga masalah yang telah dijelaskan ddiatas, berdasarkan hasil pendataan dan observasi praktikum I di Desa Tanjungsiang juga tercatat ada 16 orang anak cacat dan 21 orang Penyandang Cacat 58 2. Analisis Secara Khusus Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil pendataan pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS) Praktikum I di Desa Tanjungsiang, maka praktikan memfokuskan perhatdian pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi. Pengertdian Wanita rawan Sosial Ekonomi menurut Pusdatin Departemen Sosial RI adalah seorang wanita dewasa yang berusia 19 tahun sampai 59 tahun belum menika atau janda yang mengalami masalah psikososial, serata tidak mempunyai pekerjaan dan pengahasilan yang cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Melalui informasi yang berhasil didaptkan, praktikan melakukan observasi terhadap PPKS yang bernama “SM” seorang wanita yang berusia 38 tahun, dengan melakukan wawan cara singkat maka praktikan bisa menyimpulkan bahwasannya “SM” adalah seorang wanita yang layak dimasukan dalam kategori Wanita Rawan Sosial ekonomi ( WRSE ). Pada saat wawan cara tersebut, selain awal dari perkenalan pkatikan dengan klien juga merupakan “ Intake Proces ” yang bdias memberikan informasi awal tentang identitas Klien “SM”, seperti dibawah ini : a. Identitas Klien a) Inisdial Nama Responden : SM b) Jenis Kelamin : Perempuan c) Umur : 38 Tahun d) Pendidikan : SD e) Pekerjaan : Serabutan f) : Janda Status Perkawinan g) Agama : Islam h) Jumlah Tanggungan keluarga : 2 orang i) : RW 04 RT 10 Cikembang Alamat Tempat Tinggal 59 b. Dinamika Keberfungsian Klien a) Keberfungsian Fisik Keberfungsian fisik klien dapat dikatakan baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya kecacatan yang dimiliki klien, sehingga mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari di rumah. b) Keberfungsian Emosi/ Psikologis Kondisi ekonomi yang di alami klien menjadikan trauma bagi “SM”. Awal mula, klien merasa sangat putus asa atas keadaan dirinya, akan tetapi lama kelamaan klien bisa menerima keadaan dirinya dan klien tidak putus harapan , baginya yang terpenting adalah mencari nafkah untuk anak-anaknya agar tidak kelaparan. c) Keberfungsian Intelektual Klien pernah menempuh pendidikan sampai ke jenjang SD, sehingga klien dapat berinteraksi dengan baik saat dilakukan wawancara dan klien dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam proses wawancara dengan baik d) Keberfungsian Ekonomi Kondisi ekonomi klien tergolong ke dalam kategori keluarga yang tidak mampu, ini jelas terlihat bahwa dirumah yang ditempati sudah sangat memperhatinkan yang hanya berdindingkan bambu. Ayah klien sudah meninggal dunia, sedangkan ibu klin juga seorang janda dengan pekerjaan serabutan juga sama seperti klien, membantu sehingga untuk kehidupan ekonomi sehari-hari keluarga klien sangat pas-pasan. e) Keberfungsian Sosial Interaksi sosial klien dengan keluarganya yang serumah terlihat cukup baik, dapat terlihat dari keseharian klien dengan keluarga dan klien sangat memperhatikan dan bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Interaksi sosial klien dengan lingkungan juga cukup baik. Selain itu dari hasil wawancara praktikan dengan klien diketahui banyak tetangga yang menjenguk klien dan anaknya walaupun hanya sekedar memberikan makanan bagi anak-anak klien. 60 c. Latar Belakang “SM” adalah seorang perempuan yang berusia 38 tahun dan di karundiahi 2 orang anak perempuan. Karena suatu penyakit yang menyerang suaminya sampai meninggal dunia satu tahun setengah tahun yang lalu mengakibatkan dirinya menjadi janda. Sebelum suaminya meninggal kehidupan rumah tangga “SM” tidak harmonis. Hal ini ddiakibatkan suaminya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu. Sejak perkawinan yang kedua tersebut suaminya tinggal di rumah istri ke dua yang terletak di Kecamatan Cisalak. Sejak itu pula sang suami jarang pulang ke rumah “SM” dan tidak pernah lagi memberikan nafkah untuk kebutuhan hidup. Sebagai seorang ibu “SM” harus berjuang keras untuk memberikan makan anak-anaknya, walaupun dia terpaksa harus kerja serabutan apa saja. Dari hasil kerjanya tersebut dia memperoleh uang sebesar Rp.10.000 sehari. Beban derita yang harus “SM” tanggung sangat berat. Sebagai wanita yang terlahir di lingkungan miskin, pendidikannya hanya sampai di tingkat SD, sehingga dia tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Dengan kondisi inilah yang membuat trauma bagi “SM”. Trauma yang ddialami oleh “SM” sangat jelas terlihat oleh praktikan dari ekpresi wajahnya setdiap kali ddia menceritakan sejarah perkawinannya yang tidak bahagdia. Bahkan dia tidak merasa kehilangan ketikan pertama kali mendengan kabar tentang kematdian suaminya. Dengan nada datar dia mengatakan semua bdiaya pengobatan suaminya ditanggung seluruhnya oleh istri ke dua. Karena dia merasa sudah tidak pernah lagi di nafkahi dan diperlakukan sebagai istri yang sah. d. Dampak Masalah Salah satu sifat dari permasalah sosial adanya dampak yang menyebabkan munculnya masalah sosial yang baru. Demikian juga hal nya dengan permasalah Wanita Rawan Sosial Ekonomi. Permasalahan 61 yang dialami oleh “SM” tersebut mengakibatkan munculnya permasalah sosial yang lain bagi keluarganya, diantarnya : - Anak terlantar - Rumah tidak layak huni - Keluarga fakir miskin Masalah-masalah sosial tersebut terakumulasi dan terbentuk permasalah sosial yang lebih komplit yang disebut “Kemiskinan”. Sehingga bisa dikatakan bahwa kemiskinan yang satu menyebabkan kemiskinan yang lain pula. e. Indikator Masalah Dari hasil wawancara dengan PPKS “SM”, maka terdapat indikator masalah yang di alami “SM”, antara lain: 1) Masalah yang terjadi adalah perekonomian yang dialami oleh “SM” sangat memprihatinkan sehingga menghambat kehidupan “SM” dan anak-anaknya untuk bisa hidup secara normal dan layak. 2) Rendahnya tingkat pendidikan “SM” membuatnya menjadi tidak bisa untuk mendapakan pekerjaan yang lebih baik. f. Fokus Masalah Yang Ddialami Klien Fokus masalah yang dialami klien adalah sulitnya aksesibilitas baginya untuk menunjang kehidupanya dengan kedua anaknya dengan kondisi ekonomi yang sekarang dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. B. Analisis Kebijakan Dan Program Penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial Kebijakan dan program penanganan masalah sosial yang ada di desa Tanjungsiang umumnya masih mengacu kepada program yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten. Program tersebut antara lain: 62 1. Kebijakan pemerintah berupa pemberian beras miskin (RASKIN) kepada keluarga yang kurang mampu, yang diperioritaskan kepada keluarga fakir miskin dan jompo terlantar untuk membantu kehidupan ekonomi keluarga miskin. 2. Kebijakan pemerintah yang berupa Jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat)) bagi keluarga yang tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan 3. Kebijakan pemerintah yang berupa bantuan langsung tunai (BLT) untuk membantu kehidupan ekonomi keluarga miskin Secara yuridis formal Usaha-usah Kesejahteraan Sosial merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan masyarakat. Hal tersebut dapat kota lihat dalam : - Alendia ke empat pembukaan UUd 1945 - UUD 1945 ( hasil amademen ) pasal 27 ayat 2 - UUd 1945 ( hasil amademen ) pasal 34 - UU No 6 tahun 17974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial - UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman penduduk Jelas bdias kita lihat bawasan Negara (Pemerintah benar-benar harus bertanggung jawab terhadap uapaya peningkatan kesejahteraan sosial di Indonesdia. Namun mengingat kondisi ekonomi Negara yang lemah dan mentalis aparatur serta pejabat yang masih “bobrok”, sehingga korupsi merajalela menjadi aktifita berjamaah, mengakibatkan semua kebijakan yang berbentuk peraturan perundang-undangan menjadi marak tanpa aplikasi yang nyata. Kondisi inilah yang mneyebabkan permasalahan sosial di Indonesdia tidak pernah tertangani dengan baik bahkan memiliki kecenderungan untuk bertambah besar dan bertambah pelik. C. Analisis Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial Potensi dan sumber kesejahteraan sosial adalah semua hal yang berharga yang ada di desa yang dapat di manfaatkan untuk membantu mengatasi masalah kesejahteraan sosial yang ada di desa Tanjungsiang. Dari hasil 63 observasi praktikan dilapangan, potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang berkaitan dengan PPKS “SM” yang mengalami masalah ekonomi: 1) Internal Ada beberapa potensi internal yang terdapat dalam diri PPKS (“SM”) yang bdias dimanfaatkan, yaitu : - Semangat hidup yang tinggi - Kemauan berusaha - Kecintaan pada anak-anaknya - Badan yang sehat dan normal - Usia yang masih produktif - Bdias membaca dan menulis - Terbuka dan mudah bergaul Pekerja Sosial Masyarakat bagi WRSE dapat dijadikan advokasi dan perlindungan terhadap kecacatan yang dideritanya. Klien juga dapat mendapatkan informasi dari pekerja sosial masyarakat tentang panti-panti atau balai-balai yang dapat menjadi tempat rujukan untuk Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), terutama yang berhubungan dengan pemulihan dan rehabilitasi cacat fisik. Beberapa potensi internal tersebut sangat bermanfaat dalam upaya menangani permasalahan psikososial dan ekonomi yang sedang dihadapinya. 2) Eksternal Ada beberapa potensi eksternal yang dimiliki dan berada dilingkungan PPKS (“SM”), ddiantaranya : - Interaksi yang baik dengan semua sanak saudara dan tetangga. - Kepeduldian sosial yang tinggi dari masyarakat Desa Tanjungsiang. - Adanya beberapa kelompok kerja (usaha ekonomi produktif) yang bdias dipergunakan sebagai alternatif pekerjaan yang lebih baik. - Adanya beberapa organisasi sosial yang aktif dalam kegiatan UKS - Banyaknya dunia usaha yang aktif menjadi donatur dari setdiap kegiatan-kegiatan sosial. 64 Adanya potensi dan sumber kesejahteraan sosial tersebut sangat membantu sekali dalam penanganan permasalahan-permasalahan sosial yang ada di desa Tanjungsiang , seperti yang ddialami oleh “SM”. Namun demikdian, keterbatasan penjangkauan PPKS, sehingga tidak semua PPKS bisa mendapatkan penanganan dan bantuan untuk mengatasi permasalahannya. 65 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Praktikum I Jurusan rehabilitasi sosial STKS Bandung sebagai proses pembelajaran di lapangan (field study) dilaksanakan selama 30 hari dari tanggal 17 November 2010 sampai 18 Desember 2010 di Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang. Praktikum I di arahkan untuk mengenali dan memahami tentang pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS) dan potensi sumber kesejahteraan sosial (PSKS) Hasil praktikum I di Desa Tanjungsiang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Permasalah kesejahteraan sosial yang ddialami oleh masyarakat desa Tanjungsiang lebih banyak disebabkan oleh factor ekonomi yang lebih akrabnya dengan sebutan “kemiskinan”. Demikdian juga permasalah yang ddialami oleh oleh “SM” salah seorang warga Desa Tanjungsiang sebagi wanita rawan sosial ekonomi. 2. Potensi dan sumber kesejahteraan sosial di Desa Tanjungsiang sudah berjalan dengan baik seperti PKK, Posyandu, BPD, LKMD, Puskesmas, serta pemberdayaan masyarakat bidang usaha kesejahteraan sosial misalnya kegiatan gotong royong kebersihan lingkungan, pengajdian rutin yang dilaksanakan dilingkungan RT masing-masing serta pengajdian bulanan yang dilaksanakan di kantor desa.akan tetapi khusus untuk masalah wanita rawan sosial ekonomi masih diperlukan program kebijakan aksesibilitas bagi wanita rawan sosial ekonomi. 3. Kegagalan program penangan permasalah kesejahteraan sosial yang ada di Desa Tanjungsiang sangat dipengaruhi oleh kurangnya kerja sama dan koordinasi dari Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa, serta belum adanya pemanfaatan secara maksimal partisipasi masyarakat. Konsep Pekerjaan Sosial “ To help people to help them selves “ belum diterapkan dalam program penanganan masalah. 66 4. Pelaksanan Praktikum I secara umum berjalan dengan baik dan lancar. Tujuan Praktikum I untuk mengenal dan permasalah socdial yang ada di Desa Tanjungsiang dapat dicapai. Hal ini banyak dipengaruhi oleh besarnya dukungan dari Pemerintah Desa dan masyarakat Desa Tanjungsiang. Keberhasilan pelaksanaan Praktikum di Desa Tanjungsiang juga banyak didukung oleh keseriusan dosen pembimbing yang mendampingi dan megarahkan praktikan dalm kegiatan di lapangan. B. Rekomendasi 1. Membuat Program Penanganan Masalah dengan koordinasi yang baik antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa, sehingga upaya-upaya penanganan bdias terarah dan tepat sasaran serta mencapai hasil yang maksimal. 2. Membentuk dan mengaktifkan kembali peran Pekerja Sosilal Masyarakat yang sudah ada sebagai jaringan kerja yang menghubungkan Kebijakan/Program pemerintah dengan masyarakat yang menjadi sasaran program. Kepada Pemerintahan Desa Tanjungsiang Agar lebih ditingkatkan lagi partisipasi serta kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat serta warga masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah desa setempat dalam upaya kesejahteraan sosial khususnya penanganan PPKS melalui: 1. Pemerintah desa mengeluarkan kebijakan untuk memberikan kemudahan bagi PPKS dalam memperoleh pelayanan usaha kesejahteraan sosial. 2. Adanya partisipasi dari masyarakat dan tokoh masyarakat dalam upaya untuk mensosialisasikan potensi sumber kesejahteraan sosial agar dapat dimanfaatkan oleh PPKS. 3. Perlunya meningkatkan mekanisme kerja dan kerjasama antara Pemerintah Desa dengan tingkat Kecamatan dalam upaya penanganan masalah sosial dan pembangunan kesejahteraan sosial di Desa Tanjungsiang. 4. menggerakkan kembali Karang Taruna di Desa Tanjungsiang, sebagai wadah untuk menyalurkan kreatifitas remaja desa 67 5. Dalam meningkatkan tugas pokok dan fungsi bagi aparat desa khususnya pengurus RT dan RW perlu ddiadakan pelatihan supaya dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat lebih maksimal. 6. Pembinaan bagi PKK yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengurus agar kesejahteraan keluarga dalam masyarakat tercapai dengan baik. Kepada Klien Memberikan motivasi dan dorongan, agar klien dapat selalu semangat menjalani kehidupannya dalam keadaan yang kurang sempurna dan perekonomiannya yang memprihatinkan sehingga mampu memperbaiki taraf hidupnya kearan yang lebih baik lagi. 68