BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Profesi pekerjaan sosial

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi pekerjaan sosial adalah salah satu profesi pelayanan yang bersifat
profesional, yang ditujukan untuk membantu individu maupun kolektivitas
(keluarga, kelompok kecil, kelompok, organisasi, komunitas ataupun
masyarakat) agar mereka dapat mengatasi masalah yang di alami dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupan dan pelaksanaan fungsi sosialnya.
Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) memperoleh
mata kuldiah yang bersifat teoritis, metodologis dan praktek (aplikatif).
Dalam perkuldiahan yang bersifat teoritis, mahasiswa memperoleh berbagai
ilmu sosial seperti antropologi, sosiologi,
politik, termasuk juga ilmu
psikologi, hukum, ekonomi, filsafat dan etika dalam pekerjaan sosial, metodemetode intervensi sosial, dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan tingkah
laku dan lingkungan sosial. Sementara itu, dalam perkuldiahan yang bersifat
metodologi, mahasiswa memperoleh berbagai materi penelitdian sosial,
khususnya yang berimplikasi terapan. Perkuldiahan yang bersifat teoritis dan
metodologis diberikan melalui perkuldiahan dalam kelas (classroom
teaching). Sedangkan perkuldiahan yang bersifat praktek, mahasiswa akan
melakukan kegiatan praktikum, dimana yang akan dilakukan sebanyak 3 kali
praktikum.
Pendidikan profesi pekerjaan sosial memprasyaratkan dilakukannya
pembelajaran didalam kelas (classroom teaching) dan pembelajaran
dilapangan (field teaching). Melalui pembelajaran dilapangan mahasiswa
akan
mendapatkan
pengalaman
yang
tidak
didapat
dalam
proses
pembelajaran didalam kelas, sehingga dengan demikdian mahasiswa akan
mampu memadukan antara kosep yang di dapat dalam perkuldiahan dengan
kenyataan yang dihadapi dilapangan untuk kemuddian pada diri manusia akan
lahir sikap yang bijak untuk menyikapi dua kutub antara teori dan praktek.
Praktikum I mahasiswa D IV pada jurusan rehabilitasi sosial dilakukan
selama 1 bulan pada akhir semester V, dengan sistem block placement
1
dimana mahasiswa ditempatkan secara terus menerus di lapangan. proses
praktikum I diberikan bobot 4 sks atau disetarakan dengan 320 jam. Dalam
praktikum 1 ini juga di dukung oleh supervisi yang merupakan suatu metode
pengalihan pengetahuan dan keterampilan pekerjaan sosial kepada mahasiswa
di dalam praktek dari praktisi yang berpengalaman.
Praktikum ini adalah awal dari pembelajaran praktek mahasiswa D-IV,
dengan menggunakan sistem block-placement (menetap di lapangan).
Praktikan melakukan praktikum selam 30 hari dilapangan dengan dukungan
supervise dan dosen pembimbing untuk memberikan pengarahan, sehingga
mahasiswa diharapkan mampu mengenal dan memahami Pemerlu Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (PPKS).
Praktikum Pengenalan dan Pemahaman Masalah, Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial Tahun 2010 ini berlokasi di Desa Tanjungsiang
Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Subang.
B. Tujuan dan Manfaat Praktikum I
1. Tujuan Praktikum I
a. Mengenal dan memahami jenis-jenis masalah kesejahteraan sosial.
b. Menganalisis masalah kesejahteraan sosial.
c.
Mengenal dan memahami Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial
(PPKS) yang ada di wilayah desa/ kelurahan Tanjungsiang Kecamatan
Tanjungsiang Kabupaten Subang.
d. Mengenal dan memahami potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial
(PSKS) yang ada di wilayah desa/kelurahan Tanjungsiang Kecamatan
Tanjungsiang Kabupaten Subang.
e. Mengenal dan memahami kebijakan dan program yang relevan
dengan masalah yang dipilih di wilayah desa/kelurahan Tanjungsiang
Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang.
f. Melakukan analisis masalah dan kebutuhan terhadap Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS).
2
g. Mengaplikasikan nilai dan etika pekerjaan sosial di wilayah desa/
kelurahan Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang.
2. Manfaat Praktikum I
a. Tumbuh dan meningkatnya ketanggapan mahasiswa terhadap PPKS
dan PSKS yang ada di lokasi praktikum I.
b. Meningkatnya
kemampuan
mahasiswa
dalam
mengaplikasikan
konsep dan praktek pekerjaan sosial khususnya yang berkaitan dengan
PPKS dan PSKS.
c. Meningkatnya kemampuan supervisi praktek pekerjaan sosial bagi
para dosen pembimbing.
d. Meningkatnya kualitas kurikulum praktikum jurusan Rehabilitasi
Sosial STKS Bandung.
e. Dihasilkannya berbagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah
desa/ kelurahan berkaitan dengan masalah kesejahteraan sosial,
potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS) di wilayah desa/
kelurahan.
f. Praktikan menjadi lebih cepat dalam pengambilan keputusan.
C. Sasaran Kegiatan Praktikum I
1. Pemerintahan Desa/ Kelurahan Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang
Kabupaten Subang.
2. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang ada dilokasi
praktikum I Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten
Subang dan
3. Seluruh Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang ada
dilokasi praktikum I Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang
Kabupaten Subang.
4. Program dan kegiatan penanganan masalah kesejahteraan sosial dilokasi
praktikum sesuai dengan masalah yang dipilih.
3
D. Waktu dan Lokasi Praktikum I
Praktikum I dilaksanakan selama 1 (satu) bulan penuh yang di mulai dari
tanggal 18 November 2010 sampai dengan tanggal 17 Desember 2010,
dengan mengambil lokasi di Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang
Kabupaten Subang.
E. Proses Praktikum
1. Tahap Persdiapan
a. Pembekalan di AULA Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung
yang diisi oleh Ketua jurusan Rehabilitasi Sosial, Ketua pelaksana
praktikum I dan pihak Lembaga Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial
Bandung.
b. Koordinasi dengan dosen pembimbing praktikum I yang dilakukan
selama 4 (empat) hari sebelum praktikan diberangkatkan ke lokasi
praktikum I yaitu Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang
Kabupaten Subang.
c. Peninjauan lokasi praktikum I oleh ketua kelompok dan anggota
kelompok.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Orientasi lokasi praktikum dan membangun relasi sosial dengan
berbagai pihak (aparat desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat di
Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang.
b. Memahami masyarakat (nilai, norma, kerarifan lokal) yang ada di
Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang.
c. Mengientifikasi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS)
yang ada di lokasi praktikum I.
d. Mengidentifikasi potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang ada di
lokasi praktikum I.
e. Mengenal, memahami dan mendalami satu orang klien Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang meliputi:
1. Pengertdian masalah sosial.
2. Masalah dan karakteristiknya.
4
3. Besaran dan kedalaman masalah.
4. Latar belakang terjadinya masalah.
5. Faktor penyebab masalah.
6. Dampak dari adanya masalah
7. Indikator masalah sosial.
f. Mensosialisasikan konsep Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial
(PPKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) kepada
masyarakat di lokasi praktikum I.
g. Mengidentifikasi
program
dan
kegiatan
penanganan
masalah
kesejahteraan sosial yang ada di lokasi praktikum I.
h. Mendokumentasikan kegiatan praktikum I dalam bentuk pencatatan
dan pelaporan.
i. Mengkomunikasikan hasil kegiatan praktikan kepada masyarakat
melalui mekanisme desa.
j. Melakukan intervensi tidak langsung melalui rujukan PPKS kepada
sumber-sumber pelayanan baik di lingkungan desa/ kelurahan maupun
diluar wilayah desa/ kelurahan.
5
BAB II
KAJDIAN LITERATUR
A. Konsep/Teori yang Relevan dengan Berbagai Masalah Kesejahteraan
Sosial
Memahami masalah dan menganalisa kebutuhan adalah bagaimana
memahami masyarakat. Setdiap masyarakat di manapun berada senantdiasa
memiliki masalah dan kebutuhan. Masalah sosial datang silih berganti.
Beragam kebutuhan manusia senantdiasa hadir setdiap saat. Masalah sosial
membutuhkan pemecahan dan kebutuhan sosial memerlukan pemenuhan.
Untuk dapat memahami berbagai masalah sosial, maka terlebih dahulu
harus melakukan studi literatur, dimana hal tersebut sangat diperlukan
sebelum mahasiswa melakukan praktek di masyarakat, dengan tujuan agar
mahasiswa terlebih dulu mengetahui dan memahami hekekat dari masalah
kesejahteraan sosial itu sendiri.
1. Tinjauan Tentang Masalah Sosial
Secara luas masalah dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara
harapan dan kenyataan atau sebagai kesenjangan antara situasi yang ada
dengan situasi yang seharusnya (Jenssen, 1992:42).
Masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirasakan banyak orang tidak
menyenangkan serta menuntut pemecahan melalui aksi sosial secara kolektif
(Horton dan Leslie, 1982)
Menurut Soetomo (1995) “Masalah sosial sebagai suatu kondisi yang
tidak diinginkan oleh sebagian besar warga masyarakat karena tidak sesuai
dengan harapan dan norma serta standar nilai moral yang berlaku sehingga
dapat menimbulkan berbagai penderitaan dan kerugdian baik fisik maupun
psikis”.
Menurut Soerjono Soekanto (1982) “Masalah sosial adalah suatu
ketidaksesuadian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang
membahayakan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-
6
keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut, sehigga menyebabkan
kepincangan ikatan sosial”.
Karakteristik Masalah Sosial:
a.
Masalah adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan ; suatu
masalah sosial baru dikatakan masalah, apabila kondisi yang
dirasakan tidak sesuai harapan masyarakat.
b.
Kondisi sosial yang dinilai tidak menyenangkan ; peniladian
masyarakat sangat penting dalam menentukan suatu kondisi sebagai
masalah sosial, sementara ukuran baik buruk sangat tergantung pada
nilai atau norma yang ddianut masyarakat.
c.
Masalah sosial adalah perilaku atau keadaan kompleks yang
akibatnya berpengaruh pada membahayakan kesejahteraan orang
banyak (umum) serta dapat mengganggu kestabilan masyarakat,
norma, adat istdiadat, norma dan kepercayaan masyarakat.
d.
Kondisi yang menuntut pemecahan. Bagaimana pun beratnya suatu
masalah sosial, pasti membutuhkan pemecahan secara kolektif sesuai
dengan kebutuhan permasalahan, atau pemecahan tersebut harus
dilakukan melalui aksi sosial secara kolektif.
Masalah sosial merupakan gejala-gejala sosial yang tidak diinginkan
akibat ketidakberfungsdian dari unsur-unsur masyarakat yang menyebabkan
kekecewaan dan penderitaan. Masalah masyarakat dan problema sosial adalah
dua macam persoalan dalam masalah sosial. Timbulnya masalah sosial adalah
dari kekurangan dalam diri manusia kelompok sosial yang bersumber pada
faktor ekonomis, biologis dan kebudayaan. Sehingga setdiap masyarakat
mempunyai norma yang berhubungan dengan kesejahteraan kebendaan,
kesehatan fisik, mental serta penyesuadian diri individu atau kelompok sosial.
Menurut Soerjono Soekanto, berdasarkan sumber-sumbernya masalah
sosial dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu:
1. Problema Ekonomis: kemiskinan, pengangguran dll.
2. Problema Biologis: kecacatan, genetik, penyakit dll.
3. Problema Psikologis: saraf, bunuh diri, disorgansasi jiwa dll.
7
4. Problema kebudayaan: perceradian, kesehatan dan kenakalan anak, konflik
sosial dan keagamaan.
2. Tinjauan
tentang
kesejahteraan
sosial
dan
pembangunan
kesejahteraan sosial
Berbagai fenomena masalah sosial sangat erat hubungannya dengan
kesejahteraan sosial. Menurut Undang-Undang No 6 tahun 1974, tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial, “Kesejahteraan Sosial
adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, materdial maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman
lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setdiap warga negara untuk
mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmandiah, rohandiah
dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia yang sesuai dengan nilai
pancasila”.
Pencapadian kesejahteraan sosial, didukung dengan proses pembangunan
di bidang kesejahteraan. Pembangunan kesejahteraan sosial adalah usaha
yang terencana dan melembaga yang meliputi berbagai bentuk intervensi
sosial dan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan manusia, mencegah
dan mengatasi masalah sosial, serta memperkuat institusi-institusi sosial
(Suharto, 1997).
Pembangunan Kesejahteraan Sosial adalah pembangunan masyarakat
yang tujuannya tidak hanya untuk masyarakat itu sendiri, akan tetapi
bagaimana masyarakat dapat membangun atau mengembangkan kemampuan
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, nilai-nilai dan aspirasinya
(Suharto, 2005).
Pembangunan kesejahteraan sosial dirancang guna memenuhi kebutuhan
publik yang luas, target utamanya adalah pemerlu pelayanan kesejahteraan
sosial (PPKS), yaitu mereka yang mengalami hambatan dalam menjalani
fungsi sosialnya, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan yang paling
mendasar dan karenanya memerlukan pelayanan sosial.
8
Tujuan Pembangunan Kesejahteraan Sosial (PKS) adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia secara menyeluruh yang mencakup:
a. Peningkatan standar hidup, melalui seperangkat pelayanan sosial dan
jaminan sosial segenap lapisan masyarakat, terutama kelompok-kelompok
masyarakat yang kurang beruntung dan rentan yang sangat memerlukan
perlindungan sosial.
b. Peningkatan keberdayaan melalui penepatan system dan kelembagaan
ekonomi, sosial dan politik yang menjunjung harga diri dan martabat
kemanusiaan.
c. Penyempurnaan kebebasan melalui perluasan aksesibilitas dan pilihanpilihan kesempatan sesuai dengan aspirasi, kemampuan dan standar
kemanusiaan.
3. Tinjauan Tentang Masyarakat Desa
Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki perasaan sama atau
menyatu satu sama lain karena mereka saling berbagi identitas, kepentingankepentingan yang sama, perasaan memiliki dan biasanyaa satu tempat yang
sama. Masyarakat Desa adalah penduduk yang merupakan kesatuan
masyarakat yang tinggal pada unit pemerintahan terendah langsung dibawah
Camat. Selanjutnya di dalam UU No. 5 tahun 1975 tentang pemerintahan
Desa ditetapkan bahwa:
a. Desa adalah wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintah
terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara Republik Indonesdia.
b. Kelurahan adalah wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang
mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat
yang tidak berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.
Karakteristik Desa:
1. Sistem kehidupan berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan.
2. Mata pecahardian pertanian (buruh tani).
9
3. Hubungan antara masyarakat erat dengan mempertahankan adat
istdiadat.
4. Jauh dari keramadian, jarak antara rumah yang satu dengan yang
lainnya tidak terlalu padat.
5. Kehidupan masih sederhana.
B. Indikator Masalah Kesejahteraan Sosial
Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) adalah seseorang
keluarga atau kelompok masyarakat yang karena sesuatu hambatan, kesulitan
atau mengalami gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya,
sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan
sosial) secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan dan gangguan
tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunasusilaan,
keterbelakangan, keterasingan dan perubahan lingkungan (secara mendadak)
yang kurang mendukung, seperti terjadinya bencana. Pada saat ini terdapat 27
jenis PPKS (Pusdatin depsos RI: 2002), dalam kegiatan pendataan ini hanya
membatasi 22 jenis PPKS saja, yag terdiri atas:
1. Anak Balita Terlantar
Anak yang berusia 0-4 tahun yang karena sebab tertentu, orang tuanya
tidak dapat melakukan kewajibannya (karena beberapa kemungkinan :
miskin, salah seorang sakit, salah seorang/kedua-duanya meninggal),
sehingga mengganggu kelangsungan hidup anak, pertumbuhan dan
perkembangannya, baik secara jasmani, rohani maupun sosial
Indikator :
a. Anak (laki-laki/perempuan) usia 0-4 tahun.
b. Tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, atau balita yang tidak pernah
mendapat “ASI”/susu pengganti atau balita yang tidak mendapatkan
makanan bergizi (4 sehat 5 sempurna) 2 kali dalam satu minggu
atau balita yang tidak mempunyai sandang yang layak sesuai dengan
kebutuhannya.
10
c. Yatim pdiatu atau tidak dipelihara, ditinggalkan oleh orang tuanya
pada orang lain, di tempat umum, rumah sakit, dan di tempat umum
lainnya.
d. Apabila sakit tidak mempunyai akses kesehatan modern (dibawa ke
puskesmas dan lain-lain).
2. Anak Terlantar
Anak yang berusia 5-18 tahun yang karena sebab tertentu (karena
beberapa kemungkinan : miskin/tidak mampu, salah seorang dari orang
tuanya/wali pengampu sakit, salah seorang/kedua orang tuanya/wali
pengampu atau pengasuhnya meninggal, keluarga tidak harmonis, tidak
ada pengampu/pengasuh) sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan
dasarnya dengan wajar baik secara jasmani, rohani, maupun masalah sosial
Indikator:
a. Anak laki-laki/perempuan usia 5-18 tahun.
b. Anak yatim, pdiatu dan yatim pdiatu.
c. Tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.
d. Anak yang lahir karena tindak pemerkosaan, tidak ada yang mengurus
dan tidak mendapatkan pendidikan.
3. Anak yang Menjadi Korban Tindak Kekerasan/diperlakukan Salah
Anak yang terancam secara fisik dan non fisik karena tindak kekerasan, di
perlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarga/
lingkungan sosial terdekatnya, sehingga tidak terpenuhi kebutuhan
dasarnya secara wajar.
Indikator :
a. Anak laki-laki/perempuan berusia 5-18 tahun.
b. Sering mendapat perlakuan kasar dan kejam yang mengakibatkan
menderita secara psikologis.
c. Pernah ddiandiaya dan diperkosa.
d. Dipaksa bekerja (tidak atas kemauannya).
4. Anak Nakal
Anak yang berusia 5-18 tahun dan belum pernah menikah yang
berperilaku menyimpang dari norma dan kebdiasaan yang berlaku dalam
11
masyarakat dan lingkungannya sehingga merugikan dirinya, keluarga dan
atau orang lain, mengganggu ketertiban umum, akan tetapi (karena usia)
belum dapat dituntut secara hukum.
Indikator :
a. Anak laki-laki/perempuan berusia 5-18 tahun dan belum menikah.
b. Melakukan perbuatan secara berulang yang menyimpang atau
melanggar norma masyarakat seperti :
1) Sering bolos sekolah,
2) Sering berbohong,
3) Ingkar/menipu,
4) Sering mencuri di lingkungan keluarga,
5) Sering merusak sarana umum,
6) Sering mengganggu orang lain,
7) Memancing keributan/perkelahdian,
8) Melakukan tindak kriminal seperti perjuddian, penodongan,
pemerkosaan, pembunuhan, dll.
5. Anak Jalanan
Anak yang sebagian besar waktunya berada di jalanan atau tempat-tempat
umum.
Indikator :
a. Anak (laki-laki/perempuan) usia 5-18 tahun.
b. Melakukan kegiatan tidak menentu, tidak jelas kegiatannya dan atau
berkeldiaran di jalanan atau di tempat umum minimal 4 jam/hari dalam
kurun waktu 1 bulan yang lalu, seperti : pedagang asongan, pengamen,
ojek payung, pengelap mobil, pembawa belanjaan di pasar dll.
c. Kegiatannya dapat membahayakan dirinya sendiri atau mengganggu
ketertiban umum.
6. Anak Cacat
Anak orang yang berusia 0-18 tahun dan belum pernah menikah yang
mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau
merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan
12
secara layaknya yang terdiri dari : penyandang cacat fisik, penyandang
cacat mental, dan penyandang cacat fisik dan mental.
Indikator :
a. Cacat Fisik
1) Cacat Tubuh
a) Anggota tubuh tidak lengkap, putus/amputasi tungkai, lengan atau
kaki.
b) Cacat tulang atau persenddian.
c) Cacat sendi otot dan tungkai, lengan atau kaki.
d) Lumpuh.
2) Cacat Mata (Cacat Netra)
a) Buta total (buta kedua mata).
b) Masih mempunyai sisa penglihatan atau kurang awas (low vision).
3) Cacat Rungu/Wicara
a) Tidak dapat mendengar atau memahami perkataan yang
disampaikan pada jarak 1 meter tanpa alat bantu dengar.
b) Tidak dapat bicara sama sekali atau bicara tidak jelas
(pembicaraannya tidak dapat dimengerti).
c) Mengalami hambatan atau kesulitan dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
2. Cacat Mental
a. Cacat Mental eks Psikotik
1) Eks penderita penyakit gila.
2) Kadang masih mengalami kelainan tingkah laku.
3) Sering mengganggu orang lain.
b. Cacat Mental Retardasi
1) Idiot : kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat anak
normal usia 2 tahun, wajahnya terlihat seperti wajah dungu.
2) Embisil : kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat anak
normal usia 3-7 tahun, wajahnya terlihat seperti orang dungu.
3) Debil : kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat anak
normal usia 8-12 tahun.
13
3. Cacat Ganda (penyandang cacat fisik dan mental)
Seseorang yang menderita kelainan fisik dan mental sekaligus atau
cacat ganda, seperti gangguan pada fungsi tubuh, penglihatan,
pendengaran, dan kemampuan berbicara serta mempunyai kelainan
mental/tingkah laku, sehingga yang bersangkutan tidak mampu
melakukan kegiatan sehari-hari secara layak/wajar.
7. Wanita Rawan Sosial Ekonomi
Seorang wanita dewasa yang berusia 18-59 tahun, belum menikah atau
janda yang tidak mempunyai penghasilan cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari.
Indikator :
a. Wanita usia 18 s.d. 59 tahun.
b. Berpenghasilan kurang atau tidak mencukupi untuk kebutuhan fisik
minimum (sesuai kriterdia fakir miskin).
c. Tingkat pendidikan rendah (umumnya tidak tamat/maksimal pendidikan
dasar).
d. Isteri yang ditinggal suami tanpa batas waktu dan tidak dapat mencari
nafkah.
e. Sakit, sehingga tidak mampu bekerja.
8. Wanita yang Menjadi Korban Tindak Kekerasan/Diperlakukan Salah
Wanita yang terancam secara fisik atau non fisik (psikologis) karena
tindak kekerasan, diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam
lingkungan keluarga atau lingkungan sosial terdekatnya.
Indikator :
a. Wanita usia 18-59 tahun atau kurang dari 18 tahun tetapi sudah
menikah.
b. Tidak diberi nafkah atau tidak boleh mencari nafkah.
c. Diperlakukan secara keras, kejam (dipukul, disiksa) dalam keluarga.
d. Ddiancam secara fisik dan psikologis (diteror, ditakut-takuti, disekap)
dalam kelurga atau di tempat umum.
e. Mengalami pelecehan seksual (di kantor, di RT, di tempat umum antara
lain diperkosa atau dipaksa menjual diri/dieksploitir).
14
9. Lanjut Usia Terlantar
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor-faktor tertentu
tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani
maupun sosialnya.
Indikator :
a. Usia 60 tahun keatas (Laki-laki/Perempuan).
b. Tidak sekolah/tidak tamat/tamat SD.
c. Makan 2 kali sehari.
d. Makan makanan berprotein tinggi (empat sehat lima sempurna) 4 kali
perminggu.
e. Pakadian yang dimiliki kurang dari 4 stel.
f. Tempat tidur tidak tetap.
g. Jika sakit tidak mampu berobat ke fasilitas kesehatan.
h. Ada atau tidak ada keluarga, sanak saudara atau orang lain yang mau
dan mampu mengurusnya.
10. Lanjut Usia Korban Tindak Kekerasan atau Diperlakukan Salah
Lanjut usia (60 tahun ke atas) yang mengalami tindak kekerasan,
diperlakukan salah atau tidak semestinya dalam lingkungan keluarga atau
lingkungan sosial lainnya, dan terancam baik secara fisik maupun non
fisik.
Indikator :
a. Usia 60 ke atas (laki-laki/perempuan).
b. Diperlakukan secara keras, kasar dan kejam (dipukul, dimarahi, dirongrong, ddiacuhkan, disakiti, dikucilkan, disekap dll) oleh keluarga atau
lingkungannya.
11. Penyandang Cacat
Seseorang yang berusia lebih dari 18 tahun yang mempunyai kelainan fisik
dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan
hambatan baginya melakukan kegiatan secara layak yang terdiri dari :
penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, dan penyandang cacat
fisik dan mental.
a. Penyandang Cacat Fisik
15
1) Cacat Mata (Tuna Netra)
Seseorang yang buta kedua matanya atau kurang awas (low vision)
sehingga menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
secara layak/wajar.
Indikator :
a) Buta total (buta kedua mata).
b) Masih mempunyai sisa penglihatan atau kurang awas (low vision).
2) Cacat Rungu/Wicara
Seseorang yang tidak dapat mendengar dan berbicara dengan baik
sehingga menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan sehari-hari
secara layak/wajar.
Indikator :
a) Tidak dapat mendengar atau memahami perkataan yang
disampaikan pada jarak 1 meter tanpa alat bantu dengar.
b) Tidak dapat bicara sama sekali atau bicara tidak jelas
(pembicaraannya tidak dapat dimengerti).
c) Mengalami hambatan atau kesulitan dalam berkomunikasi dengan
orang lain.
3) Cacat Tubuh
Seseorang yang menderita kelainan pada tulang dan atau sendi
anggota gerak dan tubuh, kelumpuhan pada anggota gerak dan
tulang, tidak layaknya anggota gerak atas dan bawah, sehingga
menimbulkan gangguan atau menjadi lambat untuk melakukan
kegiatan sehari-hari secara layak/wajar.
Indikator :
a) Anggota tubuh tidak lengkap, putus/amputasi tungkai, lengan atau
kaki.
b) Cacat tulang atau persenddian.
c) Cacat sendi otot dan tungkai, lengan atau kaki.
d) Lumpuh.
16
b. Penyandang Cacat Mental
Seseorang yang mempunyai kelainan mental/jiwa sehingga orang
tersebut tidak bisa mempelajari dan melakukan perbuatan yang umum
dilakukan oleh orang lain seusianya atau yang tidak dapat mengikuti
perilaku bdiasa sehingga menjadi hambatan dalam melakukan kegiatan
sehari-hari secara layak/wajar.
Penyandang cacat mental terdiri dari :
1) Cacat Mental eks Psikotik
a) Eks penderita penyakit gila.
b) Kadang masih mengalami kelainan tingkah laku.
c) Sering mengganggu orang lain.
2) Cacat Mental Retardasi
a) Idiot : kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat anak
normal usia 2 tahun, wajahnya terlihat seperti wajah dungu.
b) Embisil : kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat anak
normal usia 3-7 tahun, wajahnya terlihat seperti orang dungu.
c) Debil : kemampuan mental dan tingkah lakunya setingkat anak
normal usia 8-12 tahun.
c. Penyandang Cacat Fisik dan Mental
Seseorang yang menderita kelainan fisik dan mental sekaligus, atau
cacat ganda seperti, gangguan pada fungsi tubuh, pengelihatan,
pendengaran dan kemampuan berbicara serta mempunyai kelainan
mental atau tingkah laku, sehingga yang bersangkutan tidak mampu
melakukan kegiatan sehari-hari secara layak dan wajar.
12. Penyandang Cacat Bekas Penderita Penyakit Kronis
Seseorang yang pernah menderita penyakit menahun atau kronis, seperti
kusta, TBC paru, yang dinyatakan secara medis telah sembuh/terkendali.
Termasuk penyandang cacat jenis ini adalah penderita HIV/AIDS dan
stroke tetapi mengalami hambatan fisik dan sosial untuk melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara layak/wajar.
17
Indikator :
a. Eks penderita penyakit TBC paru, Kusta dan stroke.
b. Mengalami hambatan dan kelainan fisik, meski badan tidak hilang
(kusta).
c. Tubuh menjadi bongkok dan ringkih (TBC paru).
d. Cenderung
dijauhi
masyarakat
karena
takut
terjangkit/menular
(HIV/AIDS).
e. Mempunyai rasa rendah diri.
13. Tuna Susila
Seseorang yang melakukan hubungan seksual dengan sesama atau lawan
jenisnya secara berulang-ulang dan bergantdian di luar perkawinan yang
sah dengan tujuan mendapatkan imbalan uang, materi atau jasa.
Indikator :
a. Seseorang (laki-laki/perempuan) usia 19 tahun ke atas atau lebih.
b. Menjajakan diri di tempat umum, di lokasi atau tempat pelacuran
(bordil) dan tempat terselubung (warung remang-remang, hotel, mall
dan diskotek).
14. Pengemis
Orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di
tempat umum dan rumah-rumah dengan berbagai cara dan alasan untuk
mengharap belas kasihan orang lain.
Indikator :
a. Anak sampai usia dewasa.
b. Meminta-minta di rumah-rumah penduduk, pertokoan, persimpangan
jalan (lampu lalu lintas), pasar, tempat ibadah dan tempat umum
lainnya.
c. Bertingkah laku untuk mendapatkan belas kasihan, berpura-pura sakit,
merintih dan kadang-kadang mendoakan dengan bacaan-bacaan ayat
suci, sumbangan organisasi tertentu.
d. Biasanyaa mempunyai tempat tinggal tertentu atau tetap membaur
dengan penduduk pada umumnya.
18
15. Gelandangan
Orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma
kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai
mata pencaharian dan tempat tinggal yang tetap serta hidup mengembara
di tempat umum.
Indikator :
a. Anak sampai usia dewasa, tinggal di sembarang tempat dan hidup
mengembara atau menggelandang di tempat-tempat umum, biasanyaa
di kota-kota besar.
b. Tidak mempunyai tanda pengenal atau identitas diri, berperilaku
bebas/ldiar, terlepas dari norma kehidupan masyarakat umumnya.
c. Tidak mempunyai pekerjaan tetap, meminta-minta atau mengambil sisa
makanan atau barang bekas.
16. Bekas Narapidana
Seseorang yang telah selesai atau dalam 3 bulan segera mengakhiri masa
hukuman atau masa pidananya sesuai dengan keputusan pengadilan dan
mengalami hambatan untuk menyesuaikan diri kembali dalam kehidupan
masyarakat sehingga mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan
atau melaksanakan kehidupannya secara normal.
Indikator :
a. Usia 18 tahun sampai usia dewasa.
b. Telah selesai atau segera keluar dari penjara karena masalah pidana.
c. Kurang diterima/dijauhi atau ddiabaikan oleh keluarga dan masyarakat.
d. Sulit mendapatkan pekerjaan yang tetap.
17. Korban Penyalahgunaan Narkotika
Seseorang yang menggunakan narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif
lainnya termasuk minuman keras di luar tujuan pengobatan atau tanpa
pengawasan dokter yang berwenang.
Indikator :
a. Usia 10 tahun sampai usia dewasa.
b. Pernah menyalahgunakan narkotika, psikotropika dan zat-zat adiktif
lainnya termasuk minuman keras,
19
yang dilakukan sekali, lebih dari sekali sekali atau dalam taraf
coba-coba.
c. Secara medik sudah dinyatakan bebas dari ketergantungan obat oleh
dokter yang berwenang.
18. Keluarga Fakir Miskin
Seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber
mata pencaharian dan atau tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan pokok atau mempunyai sumber mata pencaharian akan tetapi
tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi
kemanusiaan.
Indikator :
a. Penghasilan rendah atau berada di bawah garis kemiskinan seperti
tercermin dari tingkat pengeluaran perbulan tidak mencukupi untuk
kebutuhan sehari-hari.
b. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah (maksimal SD) dan tidak
ada keterampilan tambahan.
c. Derajat kesehatan dan gizi rendah.
d. Tidak memiliki tempat tinggal yang layak huni, termasuk tidak
memiliki MCK.
e. Pemilikan harta sangat terbatas jumlah atau nilainya.
f. Hubungan sosial terbatas, belum banyak terlibat dalam kegiatan
kemasyarakatan.
g. Akses informasi terbatas (baca koran, radio).
19 . Masyarakat yang Tinggal di Daerah Rawan Bencana
Kelompok masyarakat yang lokasi pemukiman mereka berada di daerah
yang relatif sering terjadi bencana atau kemungkinan besar dapat terjadi
bencana dan musibah lainnya yang membahayakan jiwa serta kehidupan
dan penghidupan mereka.
Indikator :
a. Wilayah bahaya gunung merapi.
b. Daerah aliran sungai yang sering dilanda banjir.
20
c. Daerah pantai yang tingkat abrasinya tinggi atau rawan bencana
gelombang pasang/tsunami.
d. Lereng bukit yang tandus, rawan longsor dan rawan pangan.
e. Daerah kumuh dan padat penduduk yang rawan kebakaran.
f. Daerah rawan gempa bumi.
20. Korban Bencana Alam
Seseorang, keluarga, atau kelompok masyarakat yang menderita baik
secara fisik, mental maupun sosial ekonomi akibat terjadinya bencana
alam atau musibah lainnya yang menyebabkan mereka mengalami
hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
Termasuk dalam korban bencana adalah :
a. Korban bencana gempa bumi tektonik, letusan gunung merapi, tanah
longsor, banjir, gelombang tsunami, angin kencang, kekeringan,
kebakaran hutan/lahan, dan kebakaran pemukiman.
b. Kecelakaan kapal terbang, kereta api, perahu, musibah industri
(kecelakaan kerja).
Indikator :
a. Kehilangan tempat tinggal sehingga mereka ditampung sementara atau
ddiasramakan di tempat pengungsdian atau menumpang di rumah
keluarganya/kerabat.
b. Kehilangan sumber mata pencaharian sehingga mengalami hambatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya.
c. Kehilangan kepala/anggota keluarga yang merupakan sumber pencari
nafkah utama untuk anggota keluarga lainnya.
d. Kehilangan harta benda.
e. Kondisi mental kurang stabil, emosional/stress.
f. Kondisi fisik menderita.
21. Pekerja Migran Terlantar
Seseorang yang bekerja di luar tempat asalnya dan menetap sementara di
tempat tersebut dan mengalami permasalahan sosial dan ekonomi sehingga
menjadi terlantar.
21
Indikator :
a. Orang terlantar dalam perjalanan seperti orang Indonesdia yang
terlantar di luar negeri.
b. Tenaga Kerja Indonesdia (TKI).
c. Pelintas batas, orang-orang Indonesdia yang masuk negara lain tanpa
ijin dan harus dipulangkan ke Indonesdia.
22. Penyandang HIV/AIDS
Seseorang yang dengan rekomendasi profesional (dokter) atau petugas
laboratorium terbukti tertular virus HIV sehingga mengalami sindrom
penurunan daya tahan tubuh (AIDS) dan hidup terlantar.
Indikator:
a. Seseorang yang terbukti tertular virus HIV
b. Mengalami sindrom penurunan daya tahan tubuh.
c. Terlantar atau dikucilkan oleh lingkungannya.
Menentukan suatu masalah, harus diketahui dulu tentang karakteristik
masalah tersebut sehingga dapat dikatakan
masalah sosial, krakteristik
masalah sosial ddiantaranya:
1. Berlangsung dalam jangka waktu tertentu.
2. Dirasakan dapat menyebabkan berbagai kekacauan fisik atau non fisik
baik individu maupun masyarakat.
3. Merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai atau standar sosial dari suatu
atau beberapa sendi kehidupan masyarkat.
4. Menimbulkan kebutuhan akan pemecahan atau penyelesadian masalah.
C. Kebijakan Penanganan Masalah Kesejahteraan Sosial
Kebijakan dapat ddiartikan sebagai suatu prinsip atau tindakan yang
ddiambil untuk dapat menyelesaikan masalah baik masalah perorangan,
kelompok maupun masyarakat. Kebijakan terkadang ddiambil karena kondisi
atau situasi masalah memerlukan suatu tindakan atau penanganan segera.
1. Kebijakan
Kaitan kebijakan dengan program pelayanan sosial adalah kebijakan
sosial harus dapat diterima oleh masyarakat, karena pada dasarnya
22
kebijakan dibuat untuk dapat mengatasi masalah sosial yang ada pada
masyarakat. Harus juga diingat bahwa kebijakan meliputi : kebijakan
sosial, kebijakan kesejahteraan sosial, dan kebijakan publik.
a. Kebijakan Sosial
David Gil (K. Suhendra, 1995 : hal 5), mendefinisikan kebijakan sosial
sebagai :
Elements of society’s system of socdial policy, a system of
interrelated yet not necessarily logically consisten, principles and
courses of action, which shape the quality of live or well being of
members of society and determine the nature of all intrasocietal
relationships among individuals, socdial subsystems, and society
as a whole.
Menurut definisi ini kebijakan sosial lebih luas cakupannya dari pada
kebijakan kesejahteraan sosial, karena meliputi semua tindakan yang
dapat mempengaruhi hubungan antar manusia dan kualitas hidup
masyarakat. Kebijakan sosial dapat mencakup : pendidikan, kesehatan,
perumahan dan kependudukan.
b. Kebijakan Kesejahteraan Sosial
Menurut Neil Gilbert dan Harry Specht (K. Suhendra, 1985 : hal 5),
menjelaskan bahwa :
Kebijakan Kesejahteraan Sosial adalah keputusan-keputusan atau
pilihan-pilihan yang memberikan informasi berupa petunjuk
perencanaan atau petunjuk kegiatan kepada pemerintah maupun
lembaga sosial masyarakat.
Pengertdian di atas menunjukkan bahwa setdiap kebijakan, apakah itu
kebijakan sosial, kebijakan kesejahteraan sosial ataupun kebijakan publik
pada dasarnya merujuk kepada tindakan-tindakan atau rencana-rencana
yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial, serta untuk dapat
memenuhi kebutuhan sosial masyarakat demi tercapainya standar atau
kualitas kehidupan yang lebih baik.
23
2. Tujuan Kebijakan Permasalahan Sosial
a. Melakukan perubahan-perubahan kondisi kehidupan.
b. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu, kelompok dan masyarakat
yang tidak dapat terpenuhi.
c. Menumbuhkan lingkungan yang serasi, mendorong kebutuhan dan
kepuasan masyarakat.
d. Mengatasi dan mengurangi masalah sosial di masyarakat.
e. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi individu, kelompok dan
masyarakat.
f. Menyeddiakan suatu lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat.
g. Meningkatkan keadilan sosial.
3. Sasaran Kebijakan Sosial
a. Individu, kelompok dan masyarakat yang menyandang masalah sosial.
b. Individu, kelompok dan masyarakat yang dikhawatirkan akan menjadi
penyandang masalah sosial.
c. Sumber dan potensi sosial yang mendukung pelayanan sosial.
d. Lembaga pemerintah dan swasta, organisasi-organisasi sosial di
masyarakat.
4. Pelayanan Yang Berkaitan Dengan Kebijakan Sosial antara lain:
a. Program pemeliharaan pendapatan meliputi jaminan sosial seperti lanjut
usia, kesehatan dan lain-lain.
b. Pelayanan case work dan group work seperti konseling, pelayanan
kesejahteraan anak, dan lain-lain.
c. Program bantuan perumahan bagi orang-orang yang pendapatannya
menengah ke bawah seperti perumnas (RSS).
d. Bantuan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan pelayanan
sosial lainnya.
e. Program pendidikan seperti sekolah luar bdiasa A – D dan penempatan
pekerja sosial di sekolah.
f. Pelayanan yang berorientasi pada pekerjaan seperti trainning bagi
PPKS, penyandang cacat, remaja putus sekolah dan lain-lain.
24
5. Landasan Pembangunan Kesejahteraan Sosial
1. Landasan Idiil Pancasila mengarahkan agar semua pembangunan dan
pelayanan sosial harus merupakan penjabaran pengalaman dari sila
dalam pancasila.
2. Landasan Konstitusional :
a.
UUD 1945 pasal 27 (2), bahwa “Tdiap warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
b.
UUD 1945 pasal 34 “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara
oleh negara.
3. Landasan Operasional GBHN
a.
Kesejahteraan rakyat mengandung makna kesejahteraan lahir dan
batin, pembangunan kesejahteraan sosial diselenggarakan oleh
pemeritah dan masyarakat untuk mewujudkan keadilan bagi
seluruh rakyat.
b.
Pelayanan sosial perlu dikembangkan melalui keterpaduan antara
pemberian bimbingan, bantuan, santunan, rehabilitasi sosial,
peningkatan taraf kesejahteraan dan lain-lain.
c.
Kesadaran kesetdiakawanan dan tanggung jawab sosial.
d.
Nilai kepeloporn, keperintisan dan kepahlawanan terus dijunjung
tinggi.
4. Landasan sruktural berupa peraturan perundang- undangan, antara lain:
a.
UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
b.
UU Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kesejahteraan Sosial.
c.
UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
d.
UU Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.
e.
UU Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 42 tentang Hak Asasi Manusia.
f.
UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
g.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.
25
5.
Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) sesuai dengan UU
Nomor 25 Tahun 2000 tentang program pembangunan nasional antara
lain:
a.
Program Pembangunan Potensi Kesejahteraan Sosial.
b.
Program Peningkatan kualitas Menejemen dan Profesionalisme
Pelayanan Sosial.
c.
Program Pengembangan Keserasdian Kebijakan Publik dalam
penanganan masalah-masalah sosial.
d.
Program Pengembangan sistem-sistem informasi masalah-masalah
sosial.
6.
Peraturan Pemerintah No 5 Tahun 1958 tentang penyerahan tugas di
lapangan berupa bimbingan sosial diserahkan kepada pemda tingkat I.
7.
Peraturan pelaksanaan lainnya, seperti:
a.
Peraturan Mendagri No 4 tahun 1999 tentang pencabutan beberapa
peraturan Mendagri, Kepmendagri dan Instruksi Menteri dalam
Negri mengenai pelaksanaan UU No 4 tahun 1979 tentan
Pemerintah Desa.
b.
UU No 22 tahun 1999 tentang otonomi Daerah.
c.
Keputusan Mendagri No 64 tahun 1999 tentang pedoman umum
pengaturan mengenai Desa.
d.
Peraturan Daerah No.3 tahun 2001 2000 tentang pembentukan,
pemecahan dan penggabungan Desa.
e.
Peraturan Desa Mekarsari No. 3 tahun 2001 tentang susunan
organisasi Pemerintah Desa.
f.
Peraturan Desa Mekarsari No. 5 tahun 2001 tentang Badan Usaha
Milik Desa (BUMD).
6.
Program Prioritas Pelayanan antara lain :
a. Program
prioritas
pembangunan
Kesejahteraan
Sosial
yang
dilaksanakan oleh Departemen Sosial seperti program penanggulangan
kemiskinan, penanggulangan keterlantaran, pelayanan dan rehabilitasi
cacat, ketunaan sosial dan penanggulangan bencana termasuk
pengungsi.
26
b. Sasaran program dan kegiatan pelayanan dan Rehabilitasi Sosial seperti
Pelayanan Kesejahteraan Anak, Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia,
Rehabilitasi
Penyandang Cacat,
Rehabilitasi
Tuna
Sosial
dan
Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA.
c. Sasaran program dan kegiatan lingkup Dirjen Bantuan dan Jaminan
Sosial ddiantaranya bantuan sosial korban bencana seperti bencana
alam termasuk kondisi rawan dan rentan bencana, pengungsi,
kecelakaan dan masyarakat dalam kondisi konflik.
d. Progam prioritas Departemen Sosial oleh Menteri Sosial RI seperti
program penanganan fakir miskin di kota, pinggiran kota, di desa dan
desa nelayan pantai. Penanganannya melalui Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) dan Adopsi Desa Miskin (ADEM).
D. Sistem Sumber Kesejahteraan Sosial
Menurut Allen Pincus dan Anne Minahan yang dikutip oleh Dwi Heru
Sukoco (1991: 38), mengklasifikasikan sistem sumber kesejahteraan sosial ke
dalam (tiga) golongan, yaitu:
1. Sumber Informal atau alamdiah (Informal or natural resources)
Sistem sumber informal atau alamdiah dapat berupa keluarga, teman,
tetangga, maupun orang-orang lain. Bantuan yang diperoleh dari sumber
alamdiah adalah dukungan emosional, kasih sayang, nasehat, informasi,
dan pelayanan-pelayanan konkrit lainnya.
2. Sumber Formal (Formal resources).
Sistem sumber informal adalah sumber yang diperoleh dari keanggotaan
dalam suatu organisasi atau asosdiasi formal yang bertujuan meningkatkan
minat anggotanya.
3. Sumber Kemasyarakatan (Soceital Resources).
Adalah lembaga-lembaga yang didirikan baik oleh pemerintah atau atas
partisipasi dan dukungan dari masyarakat untuk kepentingan masyarakat
secara keseluruhan. Sistem sumber kemasyarakatan ini misalnya : Rumah
Sakit, Sekolah Dasar, karang taruna, kelompok pengajdian dan sebagainya.
27
Kesimpulan yang dapat di ambil dari pernyatan ddiatas adalah di
samping sumber yang ada pada diri sendiri juga terdapat sumber-sumber yang
ada di masyarakat yang tercakup dalam Potensi dan Sumber Kesejahteraan
Sosial (PSKS). Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) adalah
semua hal yang berharga yang ada di masyarakat yang dapat digunakan untuk
menjaga, menciptakan, mendukung atau memperkuat Usaha Kesejateraan
Sosial. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial dapat berasal atau bersifat
manusiawi, sosial dan alam. Adapun jenis-jenis Potensi dan Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS) antara lain :
1. Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM)
Warga masyarakat yang telah memperoleh atau mengikuti bimbingan
dan pelatihan bidang kesejahteraan sosial, yang atas dasar kesadaran dan
tanggung jawab sosialnya secara sukarela melaksanakan usaha
kesejahteraan sosial di daerah atau wilayahnya sendiri. TKSM terdiri dari
a. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
Warga masyarakat yang telah memperoleh atau mengikuti bimbingan
dan pelatihan bidang kesejahteraan sosial secara sukarela atas dasar
kesadaran dan tanggung jawab sosialnya serta didorong oleh rasa
kebersamaan, kekeluargaan dan kesetdiakawanan sosial secara
sukarela mengabdi di bidang kesejahteraan sosial.
Kriterdia :
1) Usia sekurang-kurangnya 18 tahun.
2) Telah mengikuti berbagai bimbingan dan pelatihan di bidang
kesejahteraan sosial.
3) Adanya minat untuk mengabdi dan bekerja di bidang kesejahteraan
sosial atas dasar sukarela, rasa terpanggil dan kesadaran sosial.
4) Sebagai tokoh atau ditokohkan masyarakat.
5) Pendidikan sekurang-kurangnya SLTP.
b. Wanita Pemimpin Kesejateraan Sosial (WPKS)
Wanita atau tokoh masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk
memimpin dan melaksanakan kegiatan usaha kesejahteraan sosial,
selain itu telah mengikuti bimbingan dan pelatihan dibidang
28
kesejahteraan sosial secara sukarela, atas dasar kesadaran dan rasa
tanggung jawab sosialnya, wanita atau tokoh masyarakat tersebut
secara sukarela melaksanakan usaha kesejahteraan sosial di daerah
atau wilayahnya sendiri.
Kriterdia :
1) Usia dewasa.
2) Berpendidikan minimal SLTP.
3) Wanita yang mempunyai potensi untuk menjadi/sudah menjadi
pemimpin dan ddiakui oleh masyarakat setempat.
4) Telah
mengikuti
latihan
kepemimpinan
wanita
bidang
kesejahteraan sosial.
5) Memimpin
Usaha
Kesejahteraan
Sosial
terutama
yang
dilaksanakan oleh wanita di wilayahnya.
2.
Organisasi Sosial (ORSOS)
Menurut Kepmensos No. 40/HUK/1980 yang dimaksud dengan
Organisasi Sosial (ORSOS) adalah Lembaga, yayasan atau perkumpulan
sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik berbadan hukum maupun
tidak berbadan hukum yang berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam melaksanakan usaha kesejahteraan sosial.
Kriterdia :
a. Mempunyai nama, struktur dan alamat organisasi yang jelas.
b. Mempunyai pengurus dan program kerja.
c. Berbadan hukum atau tidak berbadan hukum.
d. Melaksanakan/mempunyai kegiatan dalam bidang usaha kesejahteraan
sosial.
3. Karang Taruna (KT)
Menurut Kepmensos Nomor 11 tahun 1988 yang dimaksud dengan
Karang Taruna (KT) adalah Organisasi sosial yang berfungsi sebagai
wadah
pembinaan
dan
pengembangan
tenaga
dan
pemuda
di
desa/kelurahan yang kegiatannya terutama bergerak dalam bidang usaha
kesejahteraan sosial.
29
Kriterdia :
a. Organisasi sosial kepemudaan dan kependudukan di desa/kelurahan.
b. Mempunyai nama, alamat, struktur organisasi dan susunan pengurus
yang jelas.
c. Otonom dan bukan vertikal.
d. Keanggotaan bersifat pasif.
e. Usia anggota 7-40 tahun.
4.
Dunia Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS)
Dunia Usaha Kesejahteraan Sosial (UKS) yaitu PT, CV, UD yang
bergerak dalam bidang dunia usaha, yang mau menyumbangkan sebagian
dananya untuk usaha kesejahteraan sosial.
5.
Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM)
Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat yaitu Institusi lokal
yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial untuk warga
masyarakat yang ada di sekitarnya.
Kriterdia :
a. Berbagai perkumpulan, asosdiasi, organisasi yang tumbuh dan
berkembang
di
lingkungan
RT/RW/
Dukuh/Dusun/Desa
atau
Kelurahan.
b. Jaringan Sosial yang berkembang di tingkat lokal.
30
BAB III
DESKRIPSI HASIL STUDI LAPANGAN
A. Gambaran Umum Lokasi Praktikum dan Rencana Kerja
Wilayah Desa Tanjungsiang merupakan salah satu desa yang berada di
Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat. Wilayah
Desa Tanjungsiang terbentang dari Utara ke Selatan yang mana merupakan
perbukitan, dengan ketinggian 500 Mdpl di atas permukaan laut. Banyaknya
curah hujan rata-rata per tahun 40 mm/Th, suhu udara rata-rata 26 C
sehingga Desa Tanjungsiang merupakan daerah bersuhu sedang.
1. Gambaran Geografis
a. Luas wilayah Desa
: 912, 39 Ha/M2
1. Tanah sawah
- Sawah Irigasi ½ teknis
: 177
Ha/M2
: 119
Ha/M2
- Ladang
: 47
Ha/M2
- Pemukiman
: 122, 5 Ha/M2
- Perkarangan
: 5, 04 Ha/M2
2. Tanah kering
3. Tanah basah
- Kolam
: 3, 575 Ha/M2
4. Tanah fasilitas umum
- Kas Desa
: 25
Ha/M2
- Lapangan
: 0,18 Ha/M2
- Perkantoran Pemerintahan
: 0,17 Ha/M2
- Bangunan Sekolah
: 2,8
- Pertokohan
: 0,02 Ha/M2
- Fasilitas pasar
: 0,27 Ha/M2
- Terminal
: 0,85 Ha/M2
- Jalan
: 4,10 Ha/M2
- Daerah tangkapan air
: 0,07 Ha/M2
Ha/M2
31
b. Batas Wilayah
1. Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Desa Sirap.
2. Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Desa Cikawung.
3. Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Desa Bundiara.
4. Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Desa Kawungluwuk.
c. Kondisi Geografis
1. Ketinggian tanah dari permukaan laut
: 500 Mdpl
2. Banyaknya curah hujan
: 40 Mm/thn
3. Suhu udara
: 26 ° C
d. Orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan)
1. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan
: 2,5 Km
2. Jarak tempu ke ibu kota Kecamatan
: 20 Menit
3. Kendaraan umum ke ibu kota Kecamatan
: Ojek
4. Jarak dari ibu kota Kabupaten Dati II
: 32 Km
5. Lama tempuh ke ibu kota Kabupaten
: 1 Jam
6. Jarak dari Ibu Kota Provinsi Dati I
: 60 Km
7. Lama tempuh ke ibu kota Propinsi Dati I
: 2 Jam
Luas wilayah Desa Tanjungsiang 912,39 Ha, terbagi menjadi 2 Dusun, 09
Rukun Warga (RW), 25 Rukun Tetangga (RT) dan 1.915 Kepala Keluarga
(KK). Semua fasilitas (ekonomi, kesehatan, pemerintah) dapat ditempuh
dengan mudah karena semua fasilitas tersebut berada di sepanjang jalan
utama yang melintasi wilayah Desa Tanjungsiang.
2. Gambaran Demografis
Komposisi penduduk Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang
Kabupaten Subang berdasarkan jumlah Rukun Tetangga dan Kepala Keluarga
dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
32
Tabel 3.1
Jumlah RT dan KK Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
Vardiable
Jumlah
1
Jumlah Rukun Tetangga (RT)
25
2.
Jumlah Rukun Warga (RW)
9
3.
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
1.915
Sumber: Propil Desa Tanjungsiang Tahun 2009
Komposisi penduduk Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang
Kabupaten Subang berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Desa Tanjungsiang
Berdasarkan Golongan Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2010
No
Gol. Umur
1
Jumlah Penduduk
Jumlah
Laki- laki
Perempuan
F
%
0 – 4 tahun
323
353
676
10,68
2
5 – 9 tahun
242
280
522
8,25
3
10 – 14 tahun
267
261
528
8,34
4
15 – 19 tahun
275
272
547
8,64
5
20 – 24 tahun
252
228
480
7,58
6
25 – 29 tahun
291
269
560
8,85
7
30 – 34 tahun
259
233
492
7,80
8
35 – 39 tahun
260
236
496
7,83
9
40 – 44 tahun
255
220
475
7,50
10
45 – 49 tahun
218
176
394
6,22
11
50 – 54 tahun
149
131
280
4,42
12
Lebih dari 55
463
414
877
13,86
3.254
3.073
6.327
100
Jumlah
Sumber: Propil Desa Tanjungsiang Tahun 2009.
33
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang berusia 0-19 tahun
berjumlah 1.197 jiwa atau 18,93%, yang merupakan aset masa depan untuk
Desa Tanjungsiang, sehingga hal ini menunjukkan bahwa kedepan di Desa
Tanjungsiang akan tersedia sumber daya manusia (SDM) yang akan
menghasilkan tenaga yang produktif untuk memberikan kontribusi yang besar
dalam pembangunan Desa Tanjungsiang.
Usia produktif di desa Tanjungsiang, yaitu usia 18-56 tahun berjumlah
3.724 jiwa, dengan persentase sebesar 50,26%. Hal ini berarti di desa
Tanjungsiang terdapat banyak tenaga produktif yang dapat dijadikan sumber
daya mausia untuk meningkatkan pembangunan Desa Tanjungsiang. Untuk
usia 40-54 tahun berjumlah 475, dengan persentase sebesar 7,50%.
Penduduk dalam kategori lanjut usia di Desa Tanjungsiang mencapai
jumlah sebanyak 877 dengan persentase sebesar 13,86%, yang merupakan
angka yang signifikan yang menandakan adanya harapan hidup yang tinggi.
Komposisi penduduk Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang
Kabupaten Subang berdasarkan Tingkat Pendidikan dapat dilihat pada Tabel
3.3 sebagai berikut:
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Desa Tanjungsiang
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 2010
No
Pendidikan
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki- laki
Perempuan
F
%
1
SD/Sederajat
684
807
1.491
40,08
2
SLTP/ Sederajat
423
418
841
22,60
3
SLTA/sederajat
631
602
1233
33,14
4
Perguruan Tinggi
101
54
155
4,16
1.839
1.881
3.720
100
Jumlah
Sumber: Propil Desa Tanjungsiang tahun 2009
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di Desa Tanjungsiang
masih tergolong rendah. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan,
paling tinggi adalah tingkat SD/Sederajat yang menunjukkan angka sebesar
34
1.491 jiwa, dengan persentase sebesar 40,08%. Hal tersebut mengakibatkan
Sumber Daya Manusia di Desa Tanjungsiang tergolong rendah, Kondisi ini
akan menyebabkan sebagian besar penduduk Desa Tanjungsiang tidak bisa
bekerja dilapangan kerja formal, sehingga pekerjaan yang bisa dilakukan
adalah pekerjaan non formal, seperti buruh, buruh tani, pengembala dan
wiraswasta.
Komposisi penduduk Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang
Kabupaten Subang berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel
3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk Desa Tanjungsiang Berdasarkan Mata Pencaharian
Tahun 2010
No
Mata Pencaharian
Jumlah
%
1
Petani
1458
72,14
2
Buruh Tani
117
5,79
3
Buruh/ Swasta
100
4,95
4
Pegawai Negri Sipil
83
4,11
5
Pengrajin
43
2,13
6
Pedagang keliling
32
1,58
7
Peternak
5
0,25
8
Montir
9
0,44
9
Dokter
2
0,09
10
Bidan
1
0,05
11
Pembantu Rumah Tangga
50
2,47
12
TNI/ POLRI
4
0,19
13
Pengusaha Kecil dan menengah
74
3,66
14
Seniman
39
1,93
15
Pegawai BUMN
2
0,09
16
Jasa Pengobatan alternative
1
0,05
17
Dosen swasta
1
0,05
2021
100
Jumlah
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
35
Tabel 3.4 ddiatas menunjukkan bahwa pekerjaan yang ditekuni oleh
penduduk desa Tanjungsiang cukup bervardiasi. Akan tetapi sebanyak 1458
jiwa (72,14%) penduduk Desa Tanjungsiang bermata pencaharian sebagai
buruh tani dan petani. Jadi pertanian adalah sektor utama untuk penghasilan
sebagian besar penduduk Desa Tanjungsiang.
3. Gambaran Sosiografis
Penduduk Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten
Subang merupakan masyarakat pedesaan, meskipun beberapa tahun
belakangan terdapat perubahan yang mencirikan desa transisi. mayoritas
penduduknya berlatar belakang dari suku Sunda, sehingga terjalinnya
hubungan kekerabatan yang erat ddiantara warga.
Masyarakat Desa Tanjungsiang sangat menghargai dan mudah menerima
kedatangan para pendatang, meskipun yang bukan berasal dari suku sunda,
karena masyarakat yang ada di Desa Tanjungsiang sangat menjunjung rasa
persaudaraan. Kehadiran warga pendatang di desa Tanjungsiang tidak
menimbulkan pembedaan untuk peran sebagai anggota masyarakat.
Penduduk Desa Tanjungsiang 100% beragama Islam hal ini salah satunya
dapat dilihat dari adanya Masjid yang berjumlah 9, Musolla berjumlah 30 dan
majlis ta’lim yang ada di Desa, hampir semua aktifitas sosial penduduknya
dikaitkan dengan agama seperti pengajian-pengajian yang dilaksanakan
setdiap seminggu sekali di setdiap masjid maupun musolla.
Sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Tanjungsiang adalah
pengerajin Seeng, golok , kasur lantai, petani dan Buruh Tani yang membuat
kehidupan perekonomian mereka sedang dan cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya sehari-hari.
4. Matriks Rencana Kerja
Terlampir
36
B. Deskripsi Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) dan
Potensi/Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)
1. Deskripsi empiris berbagai jenis pemerlu pelayanan kesejahteraan
sosial (PPKS)
Setelah dilakukan pendataan dengan metode observasi, wawancara dan
studi dokumentasi, masalah sosial yang ada di Desa Tanjungsiang Kecamatan
Tanjungsiang Kabupaten Subang terdiri dari 9 jenis Pemerlu Pelayanan
Kesejahteraan Sosial (PPKS) dari 24 jenis PPKS yang menjadi pedoman dan
acuan yang diterbitkan oleh Dinas Sosial Propinsi Jawa Barat tahun 2003
serta 22 jenis PPKS menurut Pusdatin DEPSOS RI : 2002.
9 ( sembilan ) jenis PPKS yang ada sangat beragam baik masalah sosial
yang bersifat klinis maupun kemasyarakatan. Adapun data PPKS tersebut
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5
Data PPKS Desa Tanjungsiang
No
Jenis PPKS
1
Anak Nakal
2
Anak Cacat
3
Jumlah
L
P
1
Jiwa
KK
1
a. Cacat Fisik
5
2
7
b. Cacat Mental
1
4
5
c. Tuna Netra
2
1
3
d. Tuna Rungu-Wicara
1
1
Penyandang Cacat
a. Tuna Netra
2
6
8
b. Tuna Daksa
2
1
3
c. Tuna Rungu-Wicara
2
5
7
d. Tuna Grahita
2
1
3
4
Wanita Rawan Sosial Ekonomi
5
Lansdia Terlantar
6
Penyandang Cacat Bekas Penyakit
Kronis
73
6
3
3
7
13
37
No
Jumlah
Jenis PPKS
L
P
Jiwa
KK
7
Keluarga Fakir Miskin
395
8
Korban bencana alam
86
9
Tuna Susila
Jumlah
24
1
1
30
127
481
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
Tabel 3.5 menunjukkan tentang data PPKS di Desa Tanjungsiang. Maka
data tersebut dapat dirinci sesuai dengan jenis masalah yang ada di setdiap
Rukun Warga di Desa Tanjungsiang.
Adapun rincian data sebagai berikut:
a.
Anak Nakal
Tabel 3.6
Anak Nakal Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
VIII
1
100
1
100
Jumlah
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
b.
Anak Cacat Fisik
Tabel 3.7
Anak Cacat Fisik Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
III
1
14,29
2
IV
1
14,29
3
V
2
28,57
4
VIII
1
14,29
5
IX
2
28,57
7
100
Jumlah
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
38
c.
Anak Cacat Mental
Tabel 3.8
Anak Cacat Mental Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
III
1
20
2
III
1
20
3
VII
1
20
4
VIII
2
40
5
100
Jumlah
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
d.
Anak Tuna Netra
Tabel 3.9
Anak Tuna Netra Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
III
1
33.3
2
VI
1
33.3
3
VIII
1
33.3
3
100
Jumlah
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
e.
Anak Tuna Rungu Wicara
Tabel 3.10
Anak Tuna Rungu Wicara Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
III
1
100
1
100
Jumlah
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
39
f.
Wanita Rawan Sosial Ekonomi
Tabel 3.11
Wanita Rawan Sosial Ekonomi Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
I
7
9,59
4
IV
14
19,17
5
V
1
1,37
6
VI
3
4,11
7
VIII
32
43,84
8
IX
16
21,92
Jumlah
73
100
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
g.
Lanjut Usia Terlantar
Tabel 3.12
Lanjut Usia Terlantar Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
IX
3
100
Jumlah
3
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
40
h.
Tuna Netra
Tabel 3.13
Tuna Netra Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
IV
1
12,50
2
V
1
12,50
3
VI
1
12,50
4
VIII
1
12,50
5
IX
4
25
8
100
Jumlah
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
i.
Tuna Rungu/Wicara
Tabel 3.14
Tuna Rungu/ Wicara Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
IV
1
14,29
2
V
1
14,29
3
VI
3
42,86
4
VIII
2
28,57
7
100
Jumlah
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
41
j.
Tuna Daksa/Tubuh
Tabel 3.15
Tuna Daksa/ Tubuh Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
II
1
25
2
IV
1
25
3
V
1
50
4
100
Jumlah
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
k.
Tuna Grahita/Mental
Tabel 3.16
Tuna Grahita/Mental Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
IV
2
33,33
2
VIII
1
66,67
Jumlah
3
100
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
l.
Tuna Susila
Tabel 3.17
Lanjut Usia Terlantar Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
IX
1
100
Jumlah
1
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
42
m.
Penyandang Cacat Bekas Penyakit Kronis
Tabel 3.18
Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
I
1
7,69
2
III
5
38,46
3
IV
5
38,46
4
VI
2
15,38
13
100
Jumlah
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
n.
Keluarga Fakir Miskin
Tabel 3.19
Keluarga Fakir Miskin Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
I
45
11,39
2
II
71
17,97
3
III
52
13,16
4
IV
88
22,28
5
V
20
5,06
6
VI
19
4,81
7
VII
40
10,13
8
VIII
34
8,61
9
IX
26
6,58
395
100
Jumlah
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
43
o. Korban Bencana Alam
Tabel 3.20
Korban bencana Alam Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
RW
Jumlah
Persentase (%)
1
I
18
21, 18
2
II
23
27, 06
3
III
1
1,18
4
IV
25
29,41
5
VIII
18
21,18
85
100
Jumlah
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
2. Deskripsi empiris potensi dan sumber kesejahteraan sosial (PSKS)
Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) dapat berasal atau
bersifat manusiawi, sosial, dan alam. Berdasarkan hasil praktikum,
ternyata cukup banyak Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial yang
ada di Desa Tanjungsiang seperti:
TabeL 3.21
Potensi dan Sumber Kesejahteraa Sosial Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
Jenis PSKS
Jumlah
1
PSM
9 0rang
Kegiatan

Pendataan PPKS

Pendampingan PPKS

Membina KUBE

Membantu dalam masalah
RASKIN, ASKESKIN
2
PKK
18 orang

Melakukan kegiatan tdiap
Pokja (yang terdiri 4 Pokja)
POKJA I

Gotong yorong
44

( Kerja bakti, rukun
kematdian, keagaman dan
arisan).

Mengikuti pengajdian rutin
bulanan.

Menghadiri pengajdian di
RW 08.
POKJA II
Pendidikan dan keterampilan,
yang meliputi

Jumlah kelompok belajar
PAUD

Pengembangan dalam bidang
Prakoperasi bersama

Mengikuti pengajdian ruti
tdiap bulan
POKJA III
Pendataan bidang Pangan, yang
meliputi :

Makanan pokok.

Pemenfaatan perkarangan.

Jumlah industry RT.

Jumlah penyuluhan.

Mengikuti pengajina ruti
bulanan.

Melaksanakan penimbangan.
POKJA IV
Tentang kesehatan, yang
meliputi :

Kegiatan posyandu, gizi,
kesehatan Lingkungan dan
45
penyuluhan Narkoba.

Kelestardian Lingkunagan.

Perencanaan sehat.

Mengikuti pengajdian rutin
bulanan.

Monitoring kegiatan
penimbangan.
3

Posyandu
Mengadakan
pendaftaran
bayi dan balita

Mengadakan pencatatan dan
pelaporan pertumbuhan dan
perkembangan
bayi
dan
balita

Mengadakan
pemeriksaan
buat ibu hamil

Mengadakan
penimbangan
bayi dan balita

Mengadakan
pelayanan
kesehatan
(imunisasi
dan
pemberian
gizi
serta
tambahan
bagi
makanan
balita)
4
Badan Perwakilan
10 0rang

Desa (BPD)
Mengawasi
pelaksanaan
kegiatan-kegiatan desa,

Menampung
aspirasi
masyarakat.

Memberikan
pertimbangan
pembuatan
saran
dan
dalam
kebijakan
ditingkat desa

Mengawasi
fungsi
46
pemerintahan desa
5
LPM
7 orang

Mengelolah
pembangunan
desa

Melaksanakan
pegelolahan
pasar
6
7
Karang Taruna
LSM
14 orang
44 orang

Bhakti Sosial

Olah raga

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan dan
Pengendaldian Lingkungan
Hidup
8.
Puskesmas
1 unit

Pelayanan kesehatan kepada
masyarakat
9
Sarana pendidikan

Belajar Mengajar.

Extra
Kurikuler,
Seni
Daerah, Paskibra, Pramuka
PMR
10
Dunia
Usaha
Kesejahteraan
Sosial.

Seeng

Pandai
Usaha
Dagang (UD)
Besi
(pengerajin
Golok)

Pengerajin Kasur lantai

Papan nama

Dealer motor
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
Tabel 3. 21 Ddiatas terlihat bahwa Potensi dan Sumber yang ada di
Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang antara
lain
47
I. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM)
Tabel 3.22
Jumlah PSM Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2010
Jenis Kelamin
No
Gol. Umur
1
20 – 24 tahun
1
25 – 29 tahun
1
2
30 – 34 tahun
2
3
35 – 39 tahun
4
40 – 49 tahun
4
Jumlah
5
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
3
8
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
Tabel 3.22 ddiatas menunjukkan ada 8 orang yang menjadi PSM di Desa
Tanjungsiang. Ketua PSM tersebut adalah Noneng Maskonah, beliau telah
mengikuti pelatihan-pelatihan yang menunjang profesi pekerjaan sosial. PSM
di Desa Tanjung berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan usia yang
berbeda, 50 % ddiantaranya adalah berusia 40-49 tahun. Yang menunjukkan
perlu dilakukan regenerasi keanggotaan untuk PSM.
Tabel 3.23
Jumlah PSM Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 2010
No
Gol. Umur
1
Tamat SD/Sederajat
2
Tamat SLTP/Sederajat
3
Tamat SLTA/Sederajat
4
Tamat PT
Jumlah
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
2
4
1
1
4
4
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
48
Tabel 3.23 Ddiatas menunjukkan bahwa Pekerja Sosial Masyarakat di
Desa
Tanjungsiang
semuanya
pernah
menempuh
pendidikan,
50%
ddiantaranya sudah menempuh pendidikan sampai tingkatan SLTA/sederajat.
Pendidikan yang ditempuh anggota PSM hanya berupa pendidikan umum,
hanya ketua PSM yang sudah mengikuti pelatihan-pelatihan yang
berhubungan dengan profesi pekerjaan sosial.
Hasil pendataan dan observasi pengenalan dan pemahaman PPKS dan
PSKS pada praktikum I menunjukkan bahwa Jumlah Pekerja Sosial
Masyarakat berdasarkan pekerjaan ada 8 orang, semua anggotanya adalah 5
Laki-laki dan 3 wanita.
II. Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial (WPKS)
Tabel 3.24
Jumlah WPKS Berdasarkan Umur
Tahun 2010
No
Kelompok Umur
Jumlah
1
Dibawah 20 tahun
1
2
20 – 24 tahun
-
3
25 – 29 tahun
3
4
30 – 34 tahun
2
5
35 – 39 tahun
2
6
40 – 49 tahun
-
7
50 – 59 tahun
1
8
60 tahun keatas
Jumlah
9
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
Berdasarkan Tabel 3.24 Ddiatas terlihat bahwa jumlah WPKS
berdasarkan umur lebih dominat usia 25 th-29 th.
49
Tabel 3.25
Jumlah WPKS Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 2010
No
Gol. Umur
Jumlah
1
Tidak Sekolah
1
2
Tamat SD/Sederajat
-
3
Tamat SLTP/Sederajat
-
4
Tamat SLTA/Sederajat
4
5
Pernah Kuldiah di PT
2
6
Tamat PT
2
Jumlah
9
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
Berdasarkan Tabel 3.25 Ddiatas terlihat bahwa jumlah WPKS
berdasarkan tingkat pendidikan lebih dominan tamatan SLTA/
sederajat.
Tabel 3.26
Jumlah WPKS Berdasarkan Pekerjaan
Tahun 2010
No
Pekerjaan
Jumlah
1
PNS
-
2
Karyawan Swasta
-
3
Pengusaha
-
4
Pensiunan/Purnawirawan
-
5
Buruh Tani
-
6
Pekerjaan Lainnya
9
Jumlah
9
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
Berdasarkan Tabel 3.26 Ddiatas terlihat bahwa jumlah WPKS
berdasarkan pekerjaan tidak ada yang menjadi Pegawai Negri Sipil.
50
III. Karang Taruna
Tabel 3.27
Jumlah Karang Taruna Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
Klasifikasi Karang Taruna
Jumlah
1
Tumbuh
-
2
Berkembang
1
3
Maju
-
4
Percontohan
Jumlah
1
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
Hasil pendataan dan observasi praktikum I tentang pemahaman PPKS
dan PSKS, diketahui bahwa di Desa Tanjungsiang terdapat satu Karang
Taruna. Karang taruna di Desa Tanjungsiang termasuk dalam kualifikasi
karang taruna yang sedang berkembang, dimana kegiatan yang dilakukan
masih bersifat rekreatif edukatif, yang dilakukan untuk kepentingan anggotaanggotanya dan penyelenggaraan kegiatan biasanyaa dilakukan pada saat
tertentu, seperti pada saat acara 17 agustusan, atau acara besar yang dilakukan
di Desa Tanjungsiang (acara keagamaan, acara pertandingan sepak bola)
IV.
Organisasi Sosial (ORSOS) yang Melaksanakan UKS
Tabel 3.28
Jumlah Orsos yang Melaksanakan UKS Desa Tanjungsiang
Tahun 2010
No
Nama Orsos
Jenis UKS
1
PKK
Bidang Pendidikan dan kesehatan
2
Tutor PAUD
Belajar
3
PSM
WRSE (Warung)
4
Posyandu
Memberikan pelayanan kesehatan pada balita
dan ibu hamil.
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
51
Tabel 3.28 ddiatas menunjukkan organisasi sosial yang ada di Desa
Tanjungsiang, dimana masing-masing organisasi sosial tersebut melakukan
jenis kegiatan yang berhubungan dengan kemasyarakatan, kesehatan, dan
pendidikan. Seperti di bidang kesehatan ada posyandu yang dilakukan secara
ruti setdiap bulan di tdiap RW yang ada di Desa Tanjungsiang. Kegiatan
posyandu
ddiadakan untuk melihat tingkat kesehatan tdiap bulannya,
terutama kepada bayi, balita, dan ibu hamil. Dibidang pendidikan, usaha
kesejahteraan yang dilakukan adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
PAUD ditujukan untuk memberikan pengetahuan awal terhadap anak.
Kegiatan PAUD dilakukan 4x dalam seminggu, kegiatan PAUD di awasi oleh
ibu kader di masing-masing RW.
V. Dunia Usaha yang Melaksanakan UKS
Tabel 3.29
Dunia Usaha yang Melaksanakan UKS
Tahun 2010
No
Nama (Dunia Usaha)
Home Industri
1

Seeng (Dandang)

Papan Nama

Kerajinan Kasur Lantai

Kejaninan Pandai Besi (golok)
Jenis UKS
Pelayanan kepada
masyarakat dan
menyeddiakan lapangan
kerja.
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
Tabel 3.29 ddiatas menunjukkan dunia usaha di Desa Tanjungsiang yang
melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial. Semua dunia usaha tersebut
melakukan UKS, yang salah satu UKS tersebut berupa penyediaan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat yang ada di sekitarnya, sehingga akan mengurangi
tingkat pengangguran yang ada di Desa Tanjungsiang.
52
VI. Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM)
yang Melaksanakan UKS
Tabel 3.30
Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat
Tahun 2010
No
Jenis WKSBM
Jenis UKS
1
UPPKS
Industri Rumah tangga
2
WRSE
Buka Warung
Sumber: Hasil pendataan desember 2010
Tabel 3.30 Ddiatas menunjukkan bahwa jumlah Wahana Kesejahteraan
Sosial Berbasis Masyarakat ada dua yaitu UPPKS dan WRSE. Jenis Usaha
Kesejahteraan yang ada seperti Industri Rumah Tangga dan warung untuk
WRSE.
C. Deskripsi Kebijakan dan Program Penanganan Masalah Kesejahteraan
Sosial di Desa Tanjungsiang Kecamatan Tanjungsiang
1. Deskripsi empiris kebijakan dan program penanganan masalah
kesejahteraan sosial oleh pemerintah pusat (Nasional)
Kebijakan dan program penanganan masalah Kesejahteraa Sosial yang
ada tidak terlepas dari kemampuan masyarakat, disamping peran aparat
desa
sebagai
pelaksana
kebijakan
itu
sendiri
untuk
mengatasi
permasalahan kesejahteraan sosial adalah:
a. Program pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT)
Program ini merupakan program pemerintah pusat yang bertujuan
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Ada beberapa
permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan program tersebut, di
antaranya belum mencangkup semua anggota masyarakat (keluarga
miskin), di karenakan mekanisme pendataan yang tidak mengarah
pada sasaran dan tidak akurat.
53
b. Program RASKIN dan ASKESKIN.
Program ini merupakan program pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial bagi masyarakat desa melalui pemberian
“RASKIN” atau beras dan pemberian fasilitas pengobatan gratis
melalui kartu sehat dan kartu ASKESKIN bagi keluarga yang
termasuk kategori keluarga miskin. Permasalah – permaslahan yang
muncul dalam pelaksanaan program in adalah terjadinya salah sasaran
oleh aparat desa kepada penerima RASKIN. Sedangkan pada program
ASKESKIN adalah keengganan dan kurangnya pengoptimalan dari
pemanfaatan kartu sehat dan ASKESKIN oleh masyarakat. Hal ini di
sebabkan kurangnya pengetahuan tetang proses/cara pengunaan kartu,
yang berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.
c. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Program BOS merupakan program pemerintah dalam pemberian
kompensasi kenaikan harga BBM yang diberikan kepada masyarakat
miskin melalui sekolah-sekolah SD dan SLTP. Pelaksanaan program
BOS ini sepenuhnya diserahkan kepada Departemen Pendidikan
Nasional maupun Dinas Pendidikan Nasional di masing-masing
daerah.
Bentuk
program
tersebut
dialah
pemberian
bantuan
operasional kepada sekolah-sekolah. Dengan bantuan tersebut maka
masyarakat tidak terlalu berat dalam menanggung bdiaya pendidikan
di tingkat SD maupun SLTP. Permasalah yang muncul adalah belum
bisa membantu masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan akan
alat sekolah dan alat tulis sampai saat ini belum bisa terealisasikan.
d. POSYANDU
Merupakan program pemerintah melalui Departemen Kesehatan yang
bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada baliota dan ibu hamil
yang ada di desa-desa. Mekanisme program posyandu dialah
memanfaatkan partisipasi dari masyarakat sebagi “kader” posyandu.
Bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan di desa Tanjungsiang
ddiantaranya :
- Penimbangan balita
54
- Pemberian makanan tambahan ( gizi ) bagi balita
- Pemberian vitamin dan vaksinasi balita
- Pemeriksaan ibu hamil
Permasalah yang muncul dalam pelaksanaan program ini adalah
keterbatasan anggaran dari pemerintah sehingga belum terealisasi
dengan maksimal.
e. Program Rehab Rumah Tidak Layak Huni.
2. Deskripsi empiris kebijakan dan program penanganan masalah
kesejahteraan sosial oleh masyarakat/ORSOS
Ada beberapa organisasi sosial yang berpartisipasi secara intensif
dalam
usaha-usaha
Diantaranya
karang
kesejahteraan
taruna
yang
sosial
di
desa
melakukan
Tanjungsiang.
kegiatan-kegiatan
kepemudaan. bersifat sosial, seperti penggalang dana buat korban
bencana alam, pembentukan kelompok pengajian dalam bidang
keagamaan, kesehatan.
Selain peran-peran yang dijalankan oleh beberapa orsos untuk
mengatasi permasalahan-permasalah sosial, masyarakat melalui tokohtokohnya selalu berperan aktif dalam upaya mengatasi permasalahpermasalah sosial yang ada di dekitarnya. Hal ini bisa kita saksikan pada
saat adanya pemugaran rumah tidak layak huni. Karena dana yang yang
di berikan oleh pemerintah tidak mencukupi, mka masyarakat melalui
kepala dusun, RW maupun RT mengadakan pengalangan dana untuk
pelaksanaan pemugaran rumah. Karena partisipasi dari seluruh
masyarakat yang tinggi maka pemugaran rumah tersebut bisa
terlaksanakan dengan baik.
Peran serta dan kepedulian sosial yang tinggi juga terlihat ketika
salah satu keluarga yang mengalami musibah ( korban banjir bandang)
pada sat itu juga masyarakat secara sukarela bergotong-royong untuk
membantu membersihkan lumpur yang terbawa banjir tersebut. Dan
beberapa hari kemudian masyarakat bersama karang taruna melakukan
pengalangan dana untuk korban bencana banjir. Dengan cara melakukan
55
pemutaran video banjir ke desa-desa sekaligus melakukan pengalangan
dana.
Di bidang dunia usaha, nampak sekali peran penting dari beberapa
pemilik usaha untuk memberikan peluang kerja dan peningkatan
penghasilan keluarga. Ada 4 (empat) kelompok usaha yang sangat
dominan dalam pemberian peluang kerja dan peningkatan penghasilan
keluarga bagi masyarakat desa Tanjungsiangg, diantarnya :
1)
Industri Seeng
2)
Industri golok
3)
Industri kasur lantai
4)
Industri papan nama
Dengan keberadaan kelompok kerja tersebut masyarakat desa
Tanjungsiang bisa memperoleh pekerjaan dan meningkatkan penghasilan
keluarga, sehingga secara stimulan akan membantu permasalah ekonomi
mereka. Selain itu dengan keberadaan beberapa kelompok kerja tersebut
bisa menjadi sarana untuk memberikan keterampilan pada pemudapemuda yang ada di desa Tanjungsiang. Namun tentu tidak tidak semua
permasalah sosial yang ada bisa teratasi, ini karena berkaitan dengan
keterbatasan potensi dan sumber yang ada di desa Tanjungsiang. Sebagi
contoh permasalahan-permasalahan sosial seperti penyandang cacat fisik
dan mental sampai saat ini belum mendapatkan penanganan. Hal tersebut
dikarenakan oleh tidak adanya lembaga pelayanan sosial ( panti cacat atau
SLB) di tingkat desa atau kecamatan.
Demikian juga permasalahan yang berkaitan dengan ekonomi,
misalnya keluarga fakir miskin, anak terlantar, lansia terlantar maupun
WRSE. Permasalahan-permasalahan tersebut belum bisa teratasi secara
optimal karena keterbatasan ekonomi masyarakat.
56
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Masalah Kesejahteraan Sosial
1. Analisis Secara Umum
Pelaksanaan Praktikum I Tahun 2010 tentang pengenalan dan
pemahaman masalah serta potensi dan sumber kesejahteraan masyarakat, di
Desa Tanjungsiang teridentifikasi ada 9 jenis pemerlu pelayanan kesejahteraan
sosial (PPKS) dari 27 jenis PPKS menurut pusdatin DEPSOS RI:2002 dan 24
jenis PPKS yang diterbitkan oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Jumlah
dari keseluruhan PPKS yang ada di Desa Tanjungsiang adalah 1.915 jiwa.
Permasalahan yang paling banyak di Desa Tanjungsiang adalah
permasalahan yang sangat mendasar, yaitu kemiskinan yang menyebabkan
timbulnya permasalahan baru. Adapaun jenis PPKS yang paling menonjol di
Desa Tanjungsiang, antara lain:
1) Keluarga Fakir Miskin
Jumlah keseluruhan keluarga fakir miskin di Desa Tanjungsiang adalah
395 KK. Permasalahan Keluarga Fakir Miskin di Desa Tanjungsiang
menyebar disetdiap dusun yang ada di Desa Tanjungsiang dengan jumlah
yang berbeda-beda. Penyebaran jumlah keluarga fakir miskin tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Dusun I
Wilayah RW I
: 45 KK
Wilayah RW II
: 71 KK
Wilayah RW II
: 52 KK
Wilayah RW IV
: 88 KK
Wilayah RW VIII
: 40 KK
b. Dusun II
Wilayah RW V
: 20 KK
Wilayah RW VI
: 19 KK
Wilayah RW VII
: 34 KK
Wilayah RW IX
: 26KK
57
Keluarga fakir miskin banyak yang bekerja sebagai buruh tani, yang
menggarap lahan milik orang lain, sehingga hasil yang didapat minim untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Karakteristik yang dapat di identifikasi berdasarkan hasil pendataan dan
observasi terhadap keluarga fakir miskin di Desa Tanjungsiang, antara lain :
a) Berpenghasilan rendah. penghasilan rata-rata adalah 10.000/hari.
b) Tingkat kesehatan rendah (makanan yang dimakan seadanya, tanpa
mempertimbangkan Gizi)
c) Tingkat pendidikan rendah. (tamatan SD)
d) Tidak mempunyai simpanan harta (pemilikan harta sangat terbatas)
e) Tidak memiliki keluarga dekat yang mampu menolong secara ekonomi.
2) Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE)
Wanita Rawan Sosial Ekonomi adalah seorang wanita dewasa yang
berusia 18-59 tahun, belum menikah atau janda yang tidak mempunyai
penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Wanita Rawan Sosial Ekonomi di Desa Tanjungsiang ada sebanyak 73
jiwa. Permasalahan WRSE di Desa Tanjungsiang (lihat tabel 3.11). Banyak
faktor yang menyebabkan permasalahan WRSE di
Desa Tanjungsiang,
antara lain:
a)
Wanita yang ditinggal suaminya (suaminya meninggal, bercerai,
ditinggal suami tanpa alasan)
b) Tidak memiliki keterampilan bekerja di sektor formal, sehingga ddia
hanya dapat bekerja serabutan, sehingga penghasilannya sangat minim
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
c)
Tingkat pendidikan rendah (tamatan SD)
Permasalahan ddiatas pada dasarnya berakar pada permasalahan
kemiskinan, yang kemuddian menimbulkan permasalahan-permasalahan lain,
seperti rumah tidak layak huni, keterlantaran. Selain ketiga masalah yang telah
dijelaskan ddiatas, berdasarkan hasil pendataan dan observasi praktikum I di
Desa Tanjungsiang juga tercatat ada 16 orang anak cacat dan 21 orang
Penyandang Cacat
58
2. Analisis Secara Khusus
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil pendataan pemerlu
pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS) Praktikum I di Desa Tanjungsiang,
maka praktikan memfokuskan perhatdian pada Wanita Rawan Sosial
Ekonomi. Pengertdian Wanita rawan Sosial Ekonomi menurut Pusdatin
Departemen Sosial RI adalah seorang wanita dewasa yang berusia 19 tahun
sampai 59 tahun belum menika atau janda yang mengalami masalah
psikososial, serata tidak mempunyai pekerjaan dan pengahasilan yang cukup
untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Melalui informasi yang berhasil didaptkan, praktikan melakukan
observasi terhadap PPKS yang bernama “SM” seorang wanita yang berusia 38
tahun, dengan melakukan wawan cara singkat maka praktikan bisa
menyimpulkan bahwasannya “SM” adalah seorang wanita yang layak
dimasukan dalam kategori Wanita Rawan Sosial ekonomi ( WRSE ).
Pada saat wawan cara tersebut, selain awal dari perkenalan pkatikan
dengan klien juga merupakan “ Intake Proces ” yang bdias memberikan
informasi awal tentang identitas Klien “SM”, seperti dibawah ini :
a. Identitas Klien
a) Inisdial Nama Responden
: SM
b) Jenis Kelamin
: Perempuan
c) Umur
: 38 Tahun
d) Pendidikan
: SD
e) Pekerjaan
: Serabutan
f)
: Janda
Status Perkawinan
g) Agama
: Islam
h) Jumlah Tanggungan keluarga
: 2 orang
i)
: RW 04 RT 10 Cikembang
Alamat Tempat Tinggal
59
b. Dinamika Keberfungsian Klien
a) Keberfungsian Fisik
Keberfungsian fisik klien dapat dikatakan baik. Hal ini dikarenakan
tidak adanya kecacatan yang dimiliki klien, sehingga mampu untuk
melakukan kegiatan sehari-hari di rumah.
b) Keberfungsian Emosi/ Psikologis
Kondisi ekonomi yang di alami klien menjadikan trauma bagi “SM”.
Awal mula, klien merasa sangat putus asa atas keadaan dirinya, akan
tetapi lama kelamaan klien bisa menerima keadaan dirinya dan klien
tidak putus harapan , baginya yang terpenting adalah mencari nafkah
untuk anak-anaknya agar tidak kelaparan.
c) Keberfungsian Intelektual
Klien pernah menempuh pendidikan sampai ke jenjang SD, sehingga
klien dapat berinteraksi dengan baik saat dilakukan wawancara dan
klien
dapat
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
dalam
proses
wawancara dengan baik
d) Keberfungsian Ekonomi
Kondisi ekonomi klien tergolong ke dalam kategori keluarga yang
tidak mampu, ini jelas terlihat bahwa dirumah yang ditempati sudah
sangat memperhatinkan yang hanya berdindingkan bambu. Ayah klien
sudah meninggal dunia, sedangkan ibu klin juga seorang janda dengan
pekerjaan serabutan juga sama seperti klien, membantu sehingga
untuk kehidupan ekonomi sehari-hari keluarga klien sangat pas-pasan.
e) Keberfungsian Sosial
Interaksi sosial klien dengan keluarganya yang serumah terlihat cukup
baik, dapat terlihat dari keseharian klien dengan keluarga dan klien
sangat
memperhatikan
dan bekerja
keras
untuk
menghidupi
keluarganya. Interaksi sosial klien dengan lingkungan juga cukup
baik. Selain itu dari hasil wawancara praktikan dengan klien diketahui
banyak tetangga yang menjenguk klien dan anaknya walaupun hanya
sekedar memberikan makanan bagi anak-anak klien.
60
c. Latar Belakang
“SM” adalah seorang perempuan yang berusia 38 tahun dan di
karundiahi 2 orang anak perempuan. Karena suatu penyakit yang
menyerang suaminya sampai meninggal dunia satu tahun setengah tahun
yang lalu mengakibatkan dirinya menjadi janda.
Sebelum suaminya meninggal kehidupan rumah tangga “SM” tidak
harmonis. Hal ini ddiakibatkan suaminya menikah lagi dengan seorang
janda beranak satu. Sejak perkawinan yang kedua tersebut suaminya
tinggal di rumah istri ke dua yang terletak di Kecamatan Cisalak. Sejak itu
pula sang suami jarang pulang ke rumah “SM” dan tidak pernah lagi
memberikan nafkah untuk kebutuhan hidup.
Sebagai seorang ibu “SM” harus berjuang keras untuk memberikan
makan anak-anaknya, walaupun dia terpaksa harus kerja serabutan apa
saja. Dari hasil kerjanya tersebut dia memperoleh uang sebesar Rp.10.000
sehari.
Beban derita yang harus “SM” tanggung sangat berat. Sebagai
wanita yang terlahir di lingkungan miskin, pendidikannya hanya sampai di
tingkat SD, sehingga dia tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang cukup untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Dengan kondisi
inilah yang membuat trauma bagi “SM”. Trauma yang ddialami oleh
“SM” sangat jelas terlihat oleh praktikan dari ekpresi wajahnya setdiap
kali ddia menceritakan sejarah perkawinannya yang tidak bahagdia.
Bahkan dia tidak merasa kehilangan ketikan pertama kali mendengan
kabar tentang kematdian suaminya. Dengan nada datar dia mengatakan
semua bdiaya pengobatan suaminya ditanggung seluruhnya oleh istri ke
dua. Karena dia merasa sudah tidak pernah lagi di nafkahi dan
diperlakukan sebagai istri yang sah.
d. Dampak Masalah
Salah satu sifat dari permasalah sosial adanya dampak yang
menyebabkan munculnya masalah sosial yang baru. Demikian juga hal
nya dengan permasalah Wanita Rawan Sosial Ekonomi. Permasalahan
61
yang dialami oleh “SM” tersebut mengakibatkan munculnya permasalah
sosial yang lain bagi keluarganya, diantarnya :
- Anak terlantar
- Rumah tidak layak huni
- Keluarga fakir miskin
Masalah-masalah sosial tersebut terakumulasi dan terbentuk
permasalah sosial yang lebih komplit yang disebut “Kemiskinan”.
Sehingga bisa dikatakan bahwa kemiskinan yang satu menyebabkan
kemiskinan yang lain pula.
e. Indikator Masalah
Dari hasil wawancara dengan PPKS “SM”, maka terdapat indikator
masalah yang di alami “SM”, antara lain:
1) Masalah yang terjadi adalah perekonomian yang dialami oleh “SM”
sangat memprihatinkan sehingga menghambat kehidupan “SM” dan
anak-anaknya untuk bisa hidup secara normal dan layak.
2) Rendahnya tingkat pendidikan “SM” membuatnya menjadi tidak bisa
untuk mendapakan pekerjaan yang lebih baik.
f. Fokus Masalah Yang Ddialami Klien
Fokus masalah yang dialami klien adalah sulitnya aksesibilitas
baginya untuk menunjang kehidupanya dengan kedua anaknya dengan
kondisi
ekonomi
yang
sekarang
dalam
keadaan
yang
sangat
memprihatinkan.
B. Analisis Kebijakan Dan Program Penanganan Masalah Kesejahteraan
Sosial
Kebijakan dan program penanganan masalah sosial yang ada di desa
Tanjungsiang
umumnya masih mengacu kepada program yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten. Program tersebut
antara lain:
62
1. Kebijakan pemerintah berupa pemberian beras miskin (RASKIN)
kepada keluarga yang kurang mampu, yang diperioritaskan kepada
keluarga fakir miskin dan jompo terlantar untuk membantu kehidupan
ekonomi keluarga miskin.
2. Kebijakan pemerintah yang berupa Jamkesmas (jaminan kesehatan
masyarakat)) bagi keluarga yang tidak mampu untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan
3. Kebijakan pemerintah yang berupa bantuan langsung tunai (BLT) untuk
membantu kehidupan ekonomi keluarga miskin
Secara yuridis formal Usaha-usah Kesejahteraan Sosial merupakan
tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan masyarakat. Hal tersebut
dapat kota lihat dalam :
- Alendia ke empat pembukaan UUd 1945
- UUD 1945 ( hasil amademen ) pasal 27 ayat 2
- UUd 1945 ( hasil amademen ) pasal 34
- UU
No
6
tahun
17974
tentang
Ketentuan-ketentuan
Pokok
Kesejahteraan Sosial
- UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman penduduk
Jelas bdias kita lihat bawasan Negara (Pemerintah benar-benar harus
bertanggung jawab terhadap uapaya peningkatan kesejahteraan sosial di
Indonesdia. Namun mengingat kondisi ekonomi Negara yang lemah dan
mentalis aparatur serta pejabat yang masih “bobrok”, sehingga korupsi
merajalela menjadi aktifita berjamaah, mengakibatkan semua kebijakan
yang berbentuk peraturan perundang-undangan menjadi marak tanpa
aplikasi yang nyata. Kondisi inilah yang mneyebabkan permasalahan
sosial di Indonesdia tidak pernah tertangani dengan baik bahkan memiliki
kecenderungan untuk bertambah besar dan bertambah pelik.
C. Analisis Potensi Dan Sumber Kesejahteraan Sosial
Potensi dan sumber kesejahteraan sosial adalah semua hal yang berharga
yang ada di desa yang dapat di manfaatkan untuk membantu mengatasi
masalah kesejahteraan sosial yang ada di desa Tanjungsiang. Dari hasil
63
observasi praktikan dilapangan, potensi dan sumber kesejahteraan sosial yang
berkaitan dengan PPKS “SM” yang mengalami masalah ekonomi:
1) Internal
Ada beberapa potensi internal yang terdapat dalam diri PPKS (“SM”)
yang bdias dimanfaatkan, yaitu :
-
Semangat hidup yang tinggi
-
Kemauan berusaha
-
Kecintaan pada anak-anaknya
-
Badan yang sehat dan normal
-
Usia yang masih produktif
-
Bdias membaca dan menulis
-
Terbuka dan mudah bergaul
Pekerja Sosial Masyarakat bagi WRSE dapat dijadikan advokasi
dan perlindungan terhadap kecacatan yang dideritanya. Klien juga dapat
mendapatkan informasi dari pekerja sosial masyarakat tentang panti-panti
atau balai-balai yang dapat menjadi tempat rujukan untuk Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), terutama yang berhubungan
dengan pemulihan dan rehabilitasi cacat fisik.
Beberapa potensi internal tersebut sangat bermanfaat dalam upaya
menangani permasalahan psikososial dan ekonomi yang sedang
dihadapinya.
2) Eksternal
Ada beberapa potensi eksternal yang dimiliki dan berada
dilingkungan PPKS (“SM”), ddiantaranya :
-
Interaksi yang baik dengan semua sanak saudara dan tetangga.
-
Kepeduldian sosial yang tinggi dari masyarakat Desa Tanjungsiang.
-
Adanya beberapa kelompok kerja (usaha ekonomi produktif) yang
bdias dipergunakan sebagai alternatif pekerjaan yang lebih baik.
-
Adanya beberapa organisasi sosial yang aktif dalam kegiatan UKS
-
Banyaknya dunia usaha yang aktif menjadi donatur dari setdiap
kegiatan-kegiatan sosial.
64
Adanya potensi dan sumber kesejahteraan sosial tersebut sangat
membantu sekali dalam penanganan permasalahan-permasalahan sosial
yang ada di desa Tanjungsiang , seperti yang ddialami oleh “SM”.
Namun demikdian, keterbatasan penjangkauan PPKS, sehingga tidak
semua PPKS bisa mendapatkan penanganan dan bantuan untuk
mengatasi permasalahannya.
65
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Praktikum I Jurusan rehabilitasi sosial STKS Bandung sebagai proses
pembelajaran di lapangan (field study) dilaksanakan selama 30 hari dari
tanggal 17 November 2010 sampai 18 Desember 2010 di Desa Tanjungsiang
Kecamatan Tanjungsiang. Praktikum I di arahkan untuk mengenali dan
memahami tentang pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial (PPKS) dan
potensi sumber kesejahteraan sosial (PSKS)
Hasil praktikum I di Desa Tanjungsiang dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Permasalah kesejahteraan sosial yang ddialami oleh masyarakat desa
Tanjungsiang lebih banyak disebabkan oleh factor ekonomi yang lebih
akrabnya dengan sebutan “kemiskinan”. Demikdian juga permasalah yang
ddialami oleh oleh “SM” salah seorang warga Desa Tanjungsiang sebagi
wanita rawan sosial ekonomi.
2. Potensi dan sumber kesejahteraan sosial di Desa Tanjungsiang sudah
berjalan dengan baik seperti PKK, Posyandu, BPD, LKMD, Puskesmas,
serta pemberdayaan masyarakat bidang usaha kesejahteraan sosial
misalnya kegiatan gotong royong kebersihan lingkungan, pengajdian rutin
yang dilaksanakan dilingkungan RT masing-masing serta pengajdian
bulanan yang dilaksanakan di kantor desa.akan tetapi khusus untuk
masalah wanita rawan sosial ekonomi masih diperlukan program kebijakan
aksesibilitas bagi wanita rawan sosial ekonomi.
3. Kegagalan program penangan permasalah kesejahteraan sosial yang ada di
Desa Tanjungsiang sangat dipengaruhi oleh kurangnya kerja sama dan
koordinasi dari Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa, serta belum
adanya pemanfaatan secara maksimal partisipasi masyarakat. Konsep
Pekerjaan Sosial “ To help people to help them selves “ belum diterapkan
dalam program penanganan masalah.
66
4. Pelaksanan Praktikum I secara umum berjalan dengan baik dan lancar.
Tujuan Praktikum I untuk mengenal dan permasalah socdial yang ada di
Desa Tanjungsiang dapat dicapai. Hal ini banyak dipengaruhi oleh
besarnya dukungan dari Pemerintah Desa dan masyarakat Desa
Tanjungsiang. Keberhasilan pelaksanaan Praktikum di Desa Tanjungsiang
juga banyak didukung oleh keseriusan dosen pembimbing yang
mendampingi dan megarahkan praktikan dalm kegiatan di lapangan.
B. Rekomendasi
1. Membuat Program Penanganan Masalah dengan koordinasi yang baik
antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa,
sehingga upaya-upaya penanganan bdias terarah dan tepat sasaran serta
mencapai hasil yang maksimal.
2. Membentuk dan mengaktifkan kembali peran Pekerja Sosilal Masyarakat
yang
sudah
ada
sebagai
jaringan
kerja
yang
menghubungkan
Kebijakan/Program pemerintah dengan masyarakat yang menjadi sasaran
program.
Kepada Pemerintahan Desa Tanjungsiang
Agar lebih ditingkatkan lagi partisipasi serta kerjasama dari berbagai
pihak yang terlibat serta warga masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat dan
pemerintah desa setempat dalam upaya kesejahteraan sosial
khususnya
penanganan PPKS melalui:
1. Pemerintah desa mengeluarkan kebijakan untuk memberikan kemudahan
bagi PPKS dalam memperoleh pelayanan usaha kesejahteraan sosial.
2. Adanya partisipasi dari masyarakat dan tokoh masyarakat dalam upaya
untuk mensosialisasikan potensi sumber kesejahteraan sosial agar dapat
dimanfaatkan oleh PPKS.
3. Perlunya meningkatkan mekanisme kerja dan kerjasama antara Pemerintah
Desa dengan tingkat Kecamatan dalam upaya penanganan masalah sosial
dan pembangunan kesejahteraan sosial di Desa Tanjungsiang.
4. menggerakkan kembali Karang Taruna di Desa Tanjungsiang, sebagai
wadah untuk menyalurkan kreatifitas remaja desa
67
5. Dalam meningkatkan tugas pokok dan fungsi bagi aparat desa khususnya
pengurus RT dan RW perlu ddiadakan pelatihan supaya dalam pemberian
pelayanan kepada masyarakat lebih maksimal.
6. Pembinaan bagi PKK yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pengurus agar kesejahteraan keluarga dalam masyarakat tercapai dengan
baik.
Kepada Klien
Memberikan motivasi dan dorongan, agar klien dapat selalu
semangat menjalani kehidupannya dalam keadaan yang kurang sempurna
dan
perekonomiannya
yang
memprihatinkan
sehingga
mampu
memperbaiki taraf hidupnya kearan yang lebih baik lagi.
68
Download