RISET FORMATIF PSP ASI EKSKLUSIF SUKU MAKASSAR SULAWESI SELATAN 2011 Muhammad Syafar, Watief A. Rachman Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar, Email:[email protected] Abstract Pada era sekarang 80% bayi di Indonesia tidak lagi menyusui sejak 24 jam pertama sejak mereka lahir, dimana seharusnya ibu memberikan ASI yang merupakan makanan utama yang sangat diperlukan bayi. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dalam peningkatan pemahaman mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku tentang ASI Eksklusif Dalam riset ini dilakukan survey dan eksplorasi informasi melalui wawancara mendalam pada ibu yang melakukan ASI Eksklusif, ibu yang tidak melakukan ASI Eksklusif, serta bidan yang merupakan petugas kesehatan. Hasil yang diperoleh, pemahaman Ibu hamil tentang ASI Eksklusif dan IMD masih kurang khususnya tentang manfaat ASI. Kendala pelaksanaan IMD kadang berasal dari larangan orang tua untuk melakukan hal tersebut karena dianggap sebagai hal yang baru. Ibu hamil memberikan sikap positif terhadap pemberian ASI Eksklusif karena ASI adalah makanan dan minuman yang praktis dan murah. Tindakan ibu hamil dalam pemberian ASI Eksklusif dan IMD dipengaruhi oleh adanya beberapa kepercayaan ibu, seperti ASI saja tidak cukup untuk membuat bayi kenyang sehingga perlu makanan tambahan lainnya. Penelitian ini menyimpulkan perlu dilakukan pemberdayaan Ibu Hamil melalui pengembangan KIE dalam bentuk komunikasi berantai dan adanya kemitraan bidan dan dukun yang bernilai positif untuk memberikan informasi terkait dengan kepercayaan dalam pemberian ASI Eksklusif dan IMD. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Perilaku, ASI Eksklusif Abstract Nowadays 80% of infants in Indonesia are no longer breast-feeding since 24 hours the first since they were born, where mother should breast feed which is the main food that baby needed The research was conducted to obtain data and information in an increased understanding of the knowledge, attitudes and behaviors about exclusive breastfeeding. In this study conducted a survey and exploration of information through in-depth interviews among women who did exclusive breastfeeding, the mother who does not do exclusive breastfeeding, and midwives who are health workers. The results obtained, the understanding of pregnant women about exclusive breastfeeding and the IMD is still lacking, especially on the benefits of breast. IMD implementation constraints often come from parents' prohibition to ban it because it was considered as a novelty. Pregnant women gave a positive attitude towards exclusive breastfeeding because it is the food and drinks with are practical and inexpensive. Pregnant women treatment and IMD Exclusive breastfeeding is influenced by the presence of some beliefs, such as breast milk alone is not enough to make a baby satisfied so need additional foods. This study concludes is necessary to Pregnant Women empowerment through the development of KIE in the form of serial communication and the partnership between midwife and herbalist who is positive to provide information related to the belief in exclusive breastfeeding and Early Initiation. Key words: Knowledge, Attitudes, Behavior, Breastfeeding. I. Pendahuluan Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar. Di Indonesia pada saat ini terdapat 80% bayi tidak lagi menyusui sejak 24 jam pertama sejak mereka lahir. Hasil Riskesdas (2010), menunjukan bahwa terjadi penurunan persentase bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif sampai dengan 6 bulan. Pada tahun 2010 yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 15%. Inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam setelah bayi lahir adalah 29,3%. Provinsi Sulawesi Selatan menunjukan inisiasi dini menyusui kurang dari 1 jam adalah 30,1% dan pada kisaran 1-6 jam yaitu 34,9%.Sedangkan jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif di Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu 48,64%, terjadi penurunan dari tahun 2006 yaitu 57,48% dan tahun 2007 yaitu 57,05%. Ibu hamil adalah pihak sangat strategis dalam konteks ini. Mereka adalah pelaku pemberi ASI eksklusif, pelaku IMD sekaligus penerima manfaat (beneficiary) dan pemangku kepentingan (stakeholder) yang wajib terlibat dalam proses pembuatan kebijakan tentang ASI eksklusif. Namun, pengetahuan mereka sendiri tentang hal ini relative masih rendah. Akses dari partisipasi mereka terhadap proses politik bahkan lebih jauh lagi. Riset formatif PSP (pengetahuan, sikap, dan perilaku) ini bertujuan sebagai baseline data yang akan digunakan dalam memberdayakan ibu hamil sebagai kelompok pembelajar melalui kelas ibu hamil dan kelompok advokasi kebijakan ASI Eksklusif. Kelas ibu hamil merupakan program unggulan penanggulangan AKI dan AKB di lokasi penelitian. II. BAHAN DAN METOD Lokasi dan Informan Penelitian ini dilaksanakan di 3 kabupaten yang memiliki jumlah penduduk lebih banyak berasal dari suku Makassar, yakni Kota Makassar, Kabupaten Gowa, dan Kabupaten Takalar. Sebelum melakukan riset berdasarkan formatif survey awal telah terdapat dalam bentuk data yang diperoleh kuantitatif. Sehingga berdasarkan hasil survei tersebutlah kemudian dipilih beberapa informan yang memenuhi kriteria penelitian untuk menggali informasi mereka lebih mendalam. Dengan kriteria: ibu yang memberikan ASI Eksklusif dan IMD, Ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan IMD, serta petugas kesehatan dalam hal ini bidan, karena merekalah yang bersentuhan langsung pada ibu hamil dan menyusui. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui indepth interview (wawancara mendalam). Data yang dikumpulkan meliputi pemahaman ibu hamil terhadap ASI Eksklusif dan IMD, makanan pendamping ASI, Pantangan dan anjuran bagi ibu menyusui, serta peranan suami dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif dan IMD. Wawancara dilakukan melalui peggunaan pedoman wawancara yang telah diuji coba sebelumnya. Analisis Data Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian mengikuti petunjuk Miles dan Huberman (1992), yakni dilakukan melalui tiga alur yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis sesuai dengan pengkategorian tema dan reduksi data. Sebelum dilakukan analisis pengkategorian tema, data tersebut di narasikan dalam bentuk transkrip hasil wawancara. Setelah dilakukan reduksi, data kemudian disajikan dalam bentuk naratif untuk selanjutnya di verifikasi sebagai kesimpulan yang kredibel. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemahaman Terhadap ASI Eksklusif dan IMD Pada ibu yang memberikan ASI Eksklusif , menurut mereka ASI merupakan Air susu yang tidak memiliki campuran lain berbeda dengan susu formula yang telah tercampur dengan gula dan zat lainnya. Selain itu juga dipahami ASI Eksklusif sebagai ASI yang pertama kali keluar dan berwarna kuning, serta diberikan sementara untuk bayi. Sedangkan pada ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif , mereka memahaminya sebagai ASI yang diberikan untuk anak yang baru lahir sampai berusia 2 tahun. Pada umumnya informan banyak memahami ASI Eksklusif sebagai suatu hal yang sama dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), sebab memiliki manfaat yang sama diantara keduanya. IMD yang dipahami sebagai makanan tambahan pada bayi, sama halnya dengan ASI memiliki manfaat untuk merangsang perkembangan sistem otak bayi sehingga pintar dan tentunya tidak mudah sakit. Pemahaman terhadap IMD banyak diutarakan informan berdasarkan langkah-langkah IMD. Meletakkan bayi diatas perut dan diatas dada sebagai upaya yang dilakukan untuk merangsang penghentian perdarahan saat persalinan juga diungkapkan informan. Terdapat juga informan yang memahami IMD sebagai salah satu jenis makanan tambahan. Selain itu ASI Eksklusif juga dianggap dapat mempererat hubungan kedekatan antara bayi dan ibu, sebab ASI Eksklusif dipahami sebagai kolostrum yakni ASI yang pertama kali keluar dan bermanfaat dalam aspek emosional antara bayi dan Ibu. Di beberapa Masyarakat tradisional, kolostrum ini dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, kolostrum sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi. Kolostrum tidak selalu dipandang positif, pemahaman akan kolostrum sebagai kotoran dipayudara yang hams dibuang juga diungkapkan ibu hamil. Kolostrum adalah cairan pra-susu yang dihasilkan oleh induk mamalia dalam 24-36 jam pertama setelah melahirkan (pasca-persalinan). Kolostrum mensuplai berbagai faktor kekebalan (faktor imun) dan faktor pertumbuhan pendukung kehidupan dengan kombinasi zat gizi (nutrien) yang sempurna untuk menjamin kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan kesehatan bagi bayi yang baru lahir (Yesie, 2010). Ahli filsafat, Keraf dan Dua (2001) mengatakan bahwa pengetahuan dibagi menjadi 3 macam, yaitu tahu bahwa, tahu bagaimana, dan tahu akan. Pada riset ini pengetahuan yang dimiliki oleh informan yang tidak memberikan ASI Eksklusif masih sebatas pada tingkat "tahu bahwa" sehingga tidak begitu mendalam dan tidak memiliki keterampilan untuk mempraktekkan nya. Jika pengatahuan informan lebih luas dan mempunyai pengalaman tentang ASI Eksklusif baik yang dialami sendiri maupun dilihat dari teman, tetangga atau keluarga, maka subjek akan lebih terinspirasi untuk mempraktekkan nya. Pengalaman dan pendidikan wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan mereka dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari (Pinem, 2010). Seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan sosialnya secara teratur mempunyai kebiasaan menyusui atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya secara teratur, akan mempunyai pandangan yang positif tentang pemberian ASI. Di daerah penelitian yang mempunyai "budaya susu formula / botol", gadis dan wanita muda di daerah tersebut tidak mempunyai sikap positif terhadap menyusui, sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam lingkungan ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki sama sekali informasi, pengalaman cara menyusui, dan keyakinan akan kemampuannya menyusui Demikian hal-nya pemahaman terkait dengan IMD. Pada umumnya informan banyak memahami ASI Eksklusif sebagai suatu hal yang sama dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), sebab memiliki manfaat yang sama diantara keduanya. IMD yang dipahami sebagai makanan tambahan pada bayi, sama halnya dengan ASI memiliki manfaat untuk merangsang perkembangan sistem otak bayi sehingga pintar dan tentunya tidak mudah sakit. Pemahaman terhadap IMD hanya sebatas langkah-langkah IMD. Meletakkan bayi diatas perut dan diatas dada sebagai upaya yang dilakukan untuk merangsang penghentian pendarahan saat persalinan. Sebagaimana hasil wawancara dengan informan penelitian sebagai berikut: “Di taruh dada untuk merangsang ibu untuk pendarahan berhenti” (Renata, 22 thn,) Segera setelah bayi dilahirkan, secara normal refleks mencari dan mengisap pada bayi sangat kuat, dan ibunya pun biasanya ingin sekali untuk segera melihat dan memegang bayinya. Sentuhan kulit ke kulit antara ibu dengan bayinya segera setelah bayi itu dilahirkan dan membiarkan bayi itu mengisap puting susu ibunya, akan sangat bermanfaat dan membantu dimulainya hubungan lekat antara ibu dan bayi disamping juga akan merangsang pengeluaran ASI. Isapan bayi pada puting susu ibu akan merangsang keluarnya oksitosin, yang akan mempercepat lepasnya plasenta dan kontraksi rahim dalam kala tiga (Depkes RI, 2005) Kepercayaan ibu menyusui terhadap hal-hal yang dianggap sebagai pantangan atau larangan saat menyusui juga dipercaya sebagai suatu hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan bayi, sebab makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui akan berdampak pada bayi, bahkan sayuran berupa daun-daunan seperti daun kelor dianggap sebagai makanan pantangan sebab dipercaya dapat mengakibatkan kotoran bayi berwarna hijau. Tidak hanya itu, terdapat juga larangan mengkonsumsi makanan yang mengandung cabe/lombok (pedis) karena akan menyebabkan bayi diare. Adanya pantangan makanan juga dipengaruhi oleh kepercayaan secara turun temurun orang tua dalam memberikan wejangan atau nasehat serta kebiasaan yang dilakukan untuk ditiru. Makanan yang sebenarnya dibutuhkan oleh ibu menyusui untuk memenuhi kebutuhan protein misalnya telur, juga dianggap sebagai pantangan yang tidak boleh dikonsumsi sejak dulu bahkan saat ibu hamil, sebab dapat menimbulkan efek alergi pada bayi. Pantangan ini bahkan telah dianjurkan saat ibu hamil. Menurut Afifah, (2007) Salah satu factor tingginya gizi buruk adalah pola makanan dan konsumsi nutrisi tingkat keluarga yang rendah terkait pemahaman dan kebiasaan yang dilakukan sejak dulu, pada dasarnya telur merupakan sumber kolin, nutrisi penting untuk perkembangan janin dan bayi. Ibu hamil yang mendapatkan cukup kolin dalam makanannya bisa membantu mengurangi risiko cacat lahir tertentu pada bayi, dan mendukung perkembangan otak dan memorinya. Kehadiran makanan pantangan yang tidak boleh dikonsumsi sejak masa kehamilan sampai persiapan menyusui, dilakukan dengan alasan untuk membantu kelancaran persalinan agar bayi dapat lahir sehat serta prosuksi ASI lancar. pemahaman jika mengkonsumsi seafood yang bergizi tinggi seperti udang dan cumi-cumi merupakan hal yang dilarang dan tidak boleh dikonsumsi karena dipercaya dapat mempersulit ibu dan bayi saat proses persalinan. Adanya pemahaman terkait makanan pantangan yang bertolak belakang dengan konsep gizi ibu hamil, menjadi focus petugas kesehatan yakni bidan. Pemberian informasi dilakukan dengan aktif sebagai fasilitator di kelas ibu hamil. persepsi yang bertolak belakang dengan prinsip kesehatan disosialisasikan oleh bidan secara persuasive. Sikap Terhadap ASI Eksklusif dan IMD Pemberian ASI Eksklusif dan IMD dilakukan dengan alasan utama dipengaruhi oleh manfaat yang diperoleh dengan melakukan kedua hal tersebut. Manfaat pemberian ASI tidak hanya menguntungkan bagi bayi, tetapi juga menguntungkan dalam membantu perekonomian rumah tangga karena pengeluaran untuk makanan bayi tidak memerlukan biaya sehingga ibu dapat berhemat. Manfaat lain ASI Eksklusif juga dianggap dapat mempererat hubungan antara bayi dan ibu, sebab memahami ASI Eksklusif sebagai kolostrum yakni ASI yang pertama kali keluar dan bermanfaat dalam aspek emosional antara bayi dan Ibu. Adanya persepsi ini menimbulkan sikap positif pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi mereka. Namun, terdapat juga ibu yang tetap melakukan IMD meskipun tidak mengetahui secara pasti manfaat dari tindakan tersebut. Perilaku ini merupakan perilaku positif yang didasarkan pada keyakinan budaya "pamali" yang lekat dengan kehidupan social masyarakat setempat. Informan meyakini ASI yang pertama kali keluar tidak boleh dibuang dianggap sebagai perilaku pamali yakni pantangan yang berasal dari mitos (kepercayaan yang diwariskan secara turun temurun). Informan lain, menganggap kolostrum sebagai susu yang sudah rusak dan tidak baik diberikan pada bayi karena wamanya yang kekuning -kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa kolostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, kolostrum sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi (Afifah, 2007). Menurut Cox (2006), dalam 48 jam kehidupannya, bayi tidak membutuhkan air susu terlalu banyak, hanya setengah sendok teh kolostrum saat pertama menyusu dan 1-2 sendok teh di hari kedua. Cairan kental yang sangat sedikit seperti seulas cat itu akan melapisi saluran pencernaan bayi dan menghentikan masuknya bakteri ke dalam darah yang menimbulkan infeksi pada bayi. Pemberian kolostrum dapat dilakukan dengan baik jika early initiation dilakukan oleh bidan atau perawat. Ibu yang berhasil menyusui pada jam pertama dan minggu pertama setelah persalinan maka ia akan berhasil memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Salah satu faktor tidak berhasilnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi bukan karena kesengajaan dari ibu-nya. Namun, disebabkan oleh produksi ASI Eksklusif yang kurang sehingga perlu pemberian susu formula. Sebagaimana hasil wawancara dengan informan penelitian sebagai berikut: “Karena waktu lahir ini 3 hari ASI nya nda ada. Terus dibelikan mi dot. Dikasi dot" (Bunga, 38 tiin) Pemberian susu formula diberikan biasanya dengan alasan utama karena ASI belum keluar dan bayi masih kesulitan menyusu sehingga bayi akan menangis bila dibiarkan saja. Biasanya bidan akan langsung memberikan nasihat untuk memberikan susu formula terlebih dahulu. Bahkan pembuatan susu formula dilakukan sendiri oleh bidan atau perawat, dan mereka menyediakan jasa sterilisasi botol. Hal ini akan memberi pengaruh negatif terhadap keyakinan ibu bahwa pemberian susu formula adalah obat paling ampuh untuk menghentikan tangis bayi. Kurangnya keyakinan terhadap kemampuan memproduksi ASI untuk memuaskan bayinya mendorong ibu untuk memberikan susu tambahan melalui botol (Hasrimayana, 2009). Namun, pada beberapa masyarakat didaerah penelitian yang persalinannya ditolong oleh dukun bayi kadang memberikan prelaktal berupa madu, kelapa muda, dan kurma yang merupakan anjuran dari dukun bayi. Akan tetapi informan yang ditolong oleh dukun terlatih dan bidan tidak memberikan madu sebagai prelaktal karena tidak dianjurkan oleh bidan. Anjuran ini sesuai dengan WHO yang melarang pemberian madu kepada bayi dibawah 1 tahun karena terdapat kandungan Clostridium botulinum, spora yang membahayakan dan mematikan. Tindakan Terhadap ASI Eksklusif dan IMD Pada penerapan pemberian ASI Eksklusif belum bisa tercapai secara maksimal karena dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk didalamnya faktor pekerjaan dan faktor budaya. Factor pekerjaan yakni Ibu yang aktif dan bekerja di luar rumah sebagai pegawai misalnya yang memiliki aktifitas rutin sangat sulit melakukan ASI Eksklusif , hal ini banyak ditemui di daerah perkotaan. Sedangkan faktor budaya sangat erat berkaitan dengan kepercayaan masyarakat yang didasarkan pada pengalaman orang tua atau mertua. Adanya pemahaman jika memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan lain seperti pisang akan membuat bayi lapar, sebab ASI saja tidak dapat mengeyangkan dan dianggap sebagai minuman saja. Namun beberapa hambatan tersebut dapat diatasi dengan adanya kelas ibu hamil yang dilakukan rutin untuk memberikan informasi dan membantu ibu hamil menghadapi stress yang kadang timbul saat menjelang partus. Kelas Ibu hamil (KIH) untuk Kabupaten Takalar merupakan salah satu program unggulan penanggulangan AKI dan AKB di daerah tersebut. KIH ini rutin diadakan setiap bulan dengan konsep informasi edukasi melalui belajar kelompok dengan seorang fasilitator yang merupakan petugas kesehatan, dalam prakteknya lebih sering oleh bidan desa yang dilakukan dengan mengunjungi tiap desa/kelurahan. Dalam KIH berbagai informasi diberikan khususnya mengenai gizi, persiapan sebelum melahirkan, resiko dan tanda bahaya pada ibu hamil, dll. Beberapa infoman merasa keberadaan KIH sangat bermanfaat dalam menambah wawasan mereka. Pemberian ASI pada bayi dapat memberikan manfaat yang besar karena menurut informan dengan memberikan makanan tambahan pada bayi maka bayi akan cepat kenyang. Berbeda jika hanya mengutamakan ASI saja terkadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Sebagaimana hasil wawancara dengan informan sebagai berikut: “Manfaatnya, dapat membantu bayi kenyang, tidak cepat lapar, kalau anu biasa (ASI) nda cukup to' nda kenyang” (Musdalifah, 22 thn) Pemberian ASI yang terlalu dini pada bayi biasanya karena anjuran keluarga dekat terutama nenek (ibu informan). Alasan umumnya karena bayi menangis terus meskipun telah disusui dan diberi susu formula. Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada bayi yang berbeda dengan konsepsi kesehatan modern. Sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan modern ataupun medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 bulan. Sesuai disertasi Maas (2004), bahwa pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin memberikan nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu dan didiamkan selama satu malam) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi. Sementara ada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada usia sebulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan Iain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yang sudah dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar. Pemberian MP-ASI yang terlalu dini tidak tepat karena akan menyebabkan bayi kenyang dan akan mengurangi keluarnya ASI. Selain itu bayi menjadi malas menyusu karena sudah mendapatkan makanan atau minuman terlebih dahulu. Pemberian MP-ASI terlalu dini seperti nasi dan pisang justni akan menyebabkan penyumbatan saluran cerna karena Hat dan tidak bisa dicerna atau yang disebut phyto bezoar sehingga dapat menyebabkan kematian dan menimbulkan risiko jangka panjang seperti obesitas, hipertensi, atherosklerosis, dan alergi makanan (Afifah, 2007). KESIMPULAN Pemahaman Ibu hamil terkait pemberian ASI Eksklusif dan IMD masih kurang sehingga dalam pemberian ASI Eksklusif dan IMD masih dipengaruhi oleh adanya beberapa kepercayaan seperti pemberian ASI Eksklusif pada bayi tidak cukup untuk membuat bayi kenyang maka perlu makanan tambahan lainnya, pemberian madu saat pertama lahir yang dipercayai dapat mencerdaskan bayi. Hal inilah yang menjadi penyebab tidak berhasilnya pemberian ASI Eksklusif bagi bayi. Sehingga perlu dilakukan pemberdayaan Ibu Hamil melalui pengembangan KIE dalam bentuk komunikasi berantai dan adanya kemitraan bidan dan dukun yang bernilai positif untuk memberikan informasi terkait dengan kepercayaan dalam pemberian ASI Eksklusif dan IMD. DAFTARPUSTAKA 1. Kamalia. 2005. Faktor berpengaruh dalam ASI Eksklusif . Artikel. http:// htt://pmi.rejanglebongkab.go.id/faktor-berpengaruh ASl-penting--/ 2. Aprilia, Yesie. 2010. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi Eksklusif Kepada Bidan Di Kabupaten http://eprints.undip.ac.id/23900/l/Yesie_Aprillia.pdf Klaten Diakses pada tanggal 30 Mei 2012. 3. Dinkes Sulawesi Selatan. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 4. Hasrimayana. 2009. Hubungan Antara Sikap Ibu Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedawung II Sragen. http://etd.eprints.ums.ac.id/4934/l/ J210070116.pdf. Diakses pada tanggal 30 mei 2012. 5. Josefa, Khrist Gafriela. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran, Kecamatan Semarang http://epirotsamdip.ac.ia733391/l/Khrist_Gafriela.pdf. Barat). Diakses pada tanggal 31 Mei 2012 6. Pinem, Susanti Eriva Sari. 2010. Faktor-Faktor Penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan http://repository.usu.ac.i(^itstream/123456789/20264/8/pdf. pada tanggal 30 Mei 2012 Tuntungan. Diakses