PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemous gouramy Lac.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS 3 ppt ADHI KURNIAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4 DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemous gouramy Lac.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS 3 ppt adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftara Pustaka di bagian belakang akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2009 ADHI KURNIAWAN C14053048 RINGKASAN ADHI KURNIAWAN. C14053048. Paparan Medan Listrik 10 Volt Selama 0, 2, 4, dan 6 Menit terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Gurame (Osphronemous gouramy Lac.) pada Media Bersalinitas 3 ppt. Dibimbing oleh KUKUH NIRMALA dan YUNI PUJI HASTUTI. Ikan gurame merupakan jenis ikan air tawar yang banyak disukai oleh masyarakat, sehingga tergolong sebagai ikan dengan nilai ekonomis yang tinggi. Produksi ikan gurame secara signifikan meningkat dari tahun ke tahun. Data dari DKP menyebutkan bahwa produksi ikan gurame dari tahun 2000 hingga 2004 mengalami peningkatan sebesar 16,09%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemaparan listrik sebesar 10 volt pada air bersalinitas 3 ppt. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2009 di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, FPIK, IPB. Ikan dipelihara dalam akuarium yang berukuran 20 x 20 x 20 cm3 dengan kepadatan 4 ekor/liter. Ikan uji yang digunakan berukuran seragam (panjang 2-3 cm dan bobot 2-4 gram/ekor). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 0, 2, 4, dan 6 menit dengan ulangan tiga kali. Hasil diantara perlakuan 2, 4, dan 6 menit, perlakuan 2 menit pada parameter tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, panjang mutlak dan efisiensi pakan menunjukan hasil yag tertinggi, yaitu dengan nilai 64,58±7,22%; 3,03±2,04%; 2,87±1,19 cm, dan 79,36±5,03%, sedangkan untuk parameter rasio PU/PT, perlakuan 4 menit menunjukan hasil yang terbaik, yaitu dengan nilai 1,25±0,21. Namun, jika dibandingkan dengan kontrol, pada parameter tingkat kelangsungan hidup, PU/PT, dan efisiensi pakan, kontrol menunjukan hasil yang tertinggi, sedangkan untuk parameter laju pertumbuhan harian dan panjang mutlak, perlakuan 2 menit menunjukan hasil yang tertinggi jika dibandingkan dengan kontrol. PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4 DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemous gouramy Lac.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS 3 ppt ADHI KURNIAWAN SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 Judul : PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4 DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemous gouramy Lac.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS 3 ppt Nama : Adhi Kurniawan NRP : C14053048 Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Kukuh Nirmala NIP. 131691469 Yuni Puji Hastuti, S.Pi. NIP 132324017 Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 131578799 Tanggal lulus : KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1) Kedua orang tua tercinta, atas dukungan berupa semangat, materi dan doa selama kuliah hingga penyelesaian skripsi ini. 2) Bapak Kukuh Nirmala dan Ibu Yuni Puji Hastuti selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, saran dan kritik selama penyusunan skripsi ini. 3) Dinamella Wahjuningrum sebagai pembimbing akademik yang telah banyak memberikan dukungan, bimbingan dan motivasi selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini. 4) Ibu Julie Ekasari selaku dosen penguji tamu. 5) Seluruh staf pengajar di Departemen Budidaya Perairan. 6) Saudara-saudaraku Sari Rachmawati dan Wening Tri Mawanti. 7) Niken Yorita, teman dekat yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi. 8) Seluruh rekan-rekan di BDP 41, 42 dan 43 atas segala dukungannya. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak, khususnya bagi penulis sendiri dan semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Bogor, Juni 2009 Penulis DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kebumen, 3 April 1987. Penulis adalah anak ke-2 dari tiga bersaudara dari ayah yang bernama Rutman dan Ibu Sri Budiati. Pendidikan formal yang diikuti penulis adalah SDN 3 Abean dan SLTP N 1 Prembun, Kebumen. Penulis kemudian melanjutkan studinya di SMUN 2 Purworejo, Kabupaten Purworejo pada tahun 2002. Pada tahun 2005, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studinya ke Institut Pertanian Bogor di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama kuliah , penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sebagai Sekretaris Umum. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Genetik (2008/2009), Engineering (2008/2009), Fisika Kimia Perairan (2008/2009), dan Fisiologi Reproduksi (2007/2008). Penulis melaksanakan praktek lapang di PT. Tirtamutiara Makmur, Situbondo, Jawa Timur pada bulan Juli hingga Agustus 2008. Tugas akhir di Institut Pertanian Bogor, penulis menulis skripsi yang berjudul “Paparan Medan Listrik 10 Volt selama 0, 2, 4, dan 6 Menit terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Gurame (Osphronemous gouramy Lac.) pada Media Bersalinitas 3 ppt”. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... v 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1 1.2 Tujuan............................................................................................... 2 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurame (Osphronemous gouramy Lac.).................................. 3 2.2 Salinitas............................................................................................ 4 2.3 Osmoregulasi ................................................................................... 4 2.4 Medan Listrik dalam Air.................................................................. 5 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................... 7 3.2 Rancangan Percobaan ...................................................................... 7 3.3 Alat dan Bahan................................................................................. 8 3.4 Prosedur Perlakuan .......................................................................... 8 3.4.1 Pemeliharaan ikan uji............................................................. 8 3.4.2 Pemberian perlakuan.............................................................. 8 3.5. Parameter yang Diamati................................................................... 8 3.5.1 Parameter biologi ................................................................... 8 3.5.2 Parameter kualitas air............................................................. 10 3.5.3 Analisis data........................................................................... 12 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ................................................................................................. 13 4.1.1 4.1.2 4.1.3 4.1.4 4.1.5 4.1.6 Pertumbuhan bobot ................................................................ Pertumbuhan panjang............................................................. Rasio panjang usus terhadap panjang tubuh (PU/PT)............ Tingkat kelangsungan hidup .................................................. Efisiensi pemberian pakan ..................................................... Kualitas air ............................................................................. 13 14 15 16 18 19 4.1 Pembahasan...................................................................................... 21 DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Klasifikasi lingkungan perairan berdasarkan pada kisaran salinitas..... 4 2. Parameter uji yang diamati pada setiap perlakuan hingga akhir pemeliharaan ikan gurame (Osphronemous gouramy) ......................... 19 3. Kualitas air media pemeliharaan ikan gurame selama 40 hari pemeliharaan......................................................................................... 20 iii DAFTAR GAMBAR Nomor Teks 1. Skema susunan akuarium........................................................................... Halaman 7 2. Grafik pengaruh paparan medan listrik 10 volt pada media bersalinitas dengan waktu pemaparan yang berbeda terhadap laju pertumbuhan bobot ikan gurame..................................................................................... 13 3. Grafik pengaruh pemaparan medan listrik 10 volt pada media bersalinitas dengan waktu pemaparan yang berbeda terhadap laju pertumbuhan panjang ikan gurame .................................................................................. 15 4. Histogram rasio panjang usus terhadap panjang tubuh ikan gurame yang diberi paparan medan listrik 10 volt pada media bersalinitas dengan waktu pemaparan yang berbeda................................................................. 5. Histogram 16 pengaruh pemaparan medan listrik 10 volt pada media bersalinitas dengan waktu pemaparan yang berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan gurame............................................................... 17 6. Histogram pengaruh pemaparan medan listrik 10 volt pada media bersalinitas dengan waktu pemaparan yang berbeda terhadap efisiensi pemberian pakan ikan gurame ................................................................... 18 iv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Tingkat kelangsungan hidup (SR) ........................................................... 33 2. Laju pertumbuhan bobot .......................................................................... 34 3. Panjang mutlak......................................................................................... 34 4. Efisiensi pemberian pakan (EPP)............................................................. 35 5. Rasio panjang usus terhadap panjang total (PU/PT)................................ 35 6. Kualitas air .............................................................................................. 36 7. Data bobot ikan gurame selama pemeliharaan ........................................ 39 8. Data panjang ikan gurame selama pemeliharaan..................................... 41 v 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 29 5.2 Saran ................................................................................................ 29 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 30 LAMPIRAN................................................................................................. 32 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan gurame merupakan jenis ikan air tawar yang banyak disukai oleh masyarakat, sehingga tergolong sebagai ikan dengan nilai ekonomis yang tinggi. Ikan gurame disukai masyarakat karena rasa dagingnya yang gurih dan lezat. Hal lain yang menyebabkan ikan gurame disukai oleh para petani ikan adalah daya tahan ikan gurame yang cukup baik terhadap lingkungan dengan kualitas air yang buruk. Daya tahan ini dikarenakan ikan gurame memiliki alat pernafasan tambahan yang dinamakan labyrinth. Labyrinth dapat digunakan untuk mengambil oksigen langsung dari udara bebas. Beberapa daerah penghasil gurame antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatera Barat. Masyarakat di daerah tersebut, menamainama ikan gurame dengan sebutan yang berbeda, seperti di DKI dan Jawa Barat disebut dengan gurame, di Jawa Tengah dan Yogyakarta masyarakat menyebutnya gurameh atau grameh, dan di Sumatera Barat ikan gurame disebut dengan nama ikan kalui atau ikan kali, karena asalnya dari sungai. Produksi ikan gurame secara signifikan meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000, produksinya mencapai 14.065 ton dan mengalami peningkatan pada tahun 2001, dimana nilai produksinya sebesar 19.027 ton. Akan tetapi, pada tahun 2002 mengalami penurunan jumlah produksi menjadi 16.438 ton. Pada tahun 2003, produksi ikan gurame mengalami peningkatan menjadi 22.666 ton, dan pada tahun 2004 kembali meningkat menjadi 23.758 ton. Data tersebut menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 16,09 % pertahunnya (DKP 2006). Pemberian perlakuan berupa medan listrik dapat meningkatkan aktivitas dari usus halus pada usus kelinci yang diuji secara in vitro (Nuryandani, 2005). Peningkatan aktivitas usus halus akan berpengaruh terhadap pertumbuhan. Penelitian tersebut dilanjutkan oleh Sitio dan Devily (2008) dengan ikan gurame sebagai ikan uji. Pemaparan medan listrik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya parameter listrik, parameter biologi (ikan) dan parameter fisika kimia perairan (Vibert 1967). Pemberian medan listrik sebesar 10 volt merupakan hasil 2 yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Aini (2009). Aini (2009) menyimpulkan bahwa pemberian medan listrik 10 volt memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan gurame. Penggunaan media bersalinitas 3 ppt diduga pada salinitas tersebut merupakan keadaan isotonik bagi ikan, sehingga diharapkan energi yang digunakan untuk proses osmoregulasi dapat digunakan untuk pertumbuhan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lanjutan dengan perlakuan listrik sebesar 10 volt pada salinitas 3 ppt, namun dengan waktu pemaparan listrik yang berbeda yaitu selama 0, 2, 4, dan 6 menit. Perlakuan tersebut dilakukan dengan harapan ditemukannya satu satuan waktu yang memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan, Survival Rate (SR), Growth Rate (GR), dan Efisiensi Pakan (EP) saat ikan diberi perlakuan berupa paparan medan listrik. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu pemaparan listrik sebesar 10 volt pada ikan gurame yang dipelihara pada media yang bersalinitas 3 ppt . 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurame (Osphronemous gouramy) Menurut Saanin (1984), ikan gurame diklasifikasikan sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub Kelas : Teleostei Ordo : Labyrinthici Sub Ordo : Anabantoidae Famili : Anabantidae Genus : Osphronemus Species : Osphronemus gouramy Lac. Ikan gurame memiliki bentuk tubuh yang pipih pada jantan dan agak gemuk pada betina. Pada ikan gurame dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau tiga perempat kali panjang tubuhnya. Gurame memiliki sirip punggung, sirip dubur dan sirip perut yang berjari-jari keras dan berjari-jari lemah. Jumlah sirip punggung berjari-jari keras sebanyak 12-13 buah dan berjari-jari lemah sebanyak 11-13 buah. Jumlah sirip dubur yang berjari-jari keras 9-11 buah dan berjari-jari lemah 19-21 buah. Pada sirip perut, jumlah jari-jari keras 1 buah dan jari-jari lemah ada 5 buah mengalami modifikasi menjadi sepasang benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip dada terletak di sisi kanan dan kiri tubuhnya dengan jumlah jari-jari lemah 13-14 buah (Lagler et al. 1962). Ikan gurame hidup optimal pada suhu 24-28 oC dengan pH 7-8. Kandungan oksigen terlarut dalam perairan antara 3-5 ppm dengan tingkat kecerahan 40 cm pada Sechi disk. Kandungan bahan organik untuk pertumbuhan ikan gurame yang baik kurang dari 40 setara CaCO3 (Boyd 1982). Gurame termasuk ke dalam ordo Labyrinthici, yaitu ikan yang memiliki organ pernafasan bantuan berupa selaput tambahan yang berada pada tepi atas lapisan insang pertama. Keberadaan labirin tersebut menyebabkan ikan dapat bertahan hidup pada keadaan dengan kandungan oksigen yang rendah, 4 karbondioksida yang tinggi, dan adanya bahan beracun seperti amonia, H2S, dan sebagainya (Lagler et al. 1962). 2.2 Salinitas Salinitas adalah konsentrasi total ion yang terdapat di perairan (Boyd 1988 diacu dalam Effendi 2003). Salinitas didefinisikan sebagai total semua jumlah padatan terlarut dalam 1 kg air laut saat semua karbonat teroksidasi, bromin dan iodin digantikan oleh klorin dan semua bahan organik teroksidasi (Stickney 1979). Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (‰) (Effendi 2003). Klorinitas didefinisikan sebagai total semua klorin, bromin, dan iodin dalam satuan gram didalam 1 kg air laut, dengan asumsi bahwa bromin dan iodin telah diganti dengan klorin. Hubungan antara salinitas dan klorinitas secara empiris dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : Salinitas = 0.03 + 1.805 x Klorinitas Pengklasifikasian lingkungan perairan berdasarkan salinitasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi lingkungan perairan berdasarkan pada kisaran salinitas Klasifikasi lingkungan Air tawar Oligohalin Mesohalin Polyhalin Air laut Brines (hipersalin) Sumber : (Stickney 1979) Kisaran salinitas (g/kg) Kurang dari 0.5 0.5 – 3.0 3.0 – 16.5 16.5 – 30.0 Lebih dari 30.0 Lebih dari 40,0 2.3 Osmoregulasi Osmoregulasi adalah upaya hewan air untuk menyesuaikan keseimbangan antara air dan ion dalam tubuh dengan kondisi lingkungan hidupnya atau disebut juga proses pengaturan tekanan osmose. Proses tersebut sangat penting bagi keberlangsungan ikan karena harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dimana lingkungan, membran sel yang permeabel merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak cepat, dan karena adanya perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan. Ada tiga pola regulasi ion dan air 5 dalam proses osmoregulasi. Ketiga pola tersebut adalah hipertonik (pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih besar dari media), hipotonik (pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih kecil dari media) dan isotonik (pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang sama dengan lingkungan) (Sujanto 2003). Menurut Stickney (1979), osmoregulasi merupakan fungsi fisiologis yang membutuhkan energi. Darah pada vertebrata termasuk ikan terdiri dari garamgaraman dengan konsentrasi yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya, sehingga ikan harus melakukan osmoregulasi untuk mempertahankan konsentrasi cairan dalam tubuhnya agar sama dengan konsentrasi cairan lingkungan hidupnya. Salah satu ikan air tawar adalah ikan gurame. Proses osmoregulasi ikan gurame adalah sebagai berikut : pada saat air masuk, ion-ion dalam tubuhnya keluar ke dalam air secara difusi. Kehilangan ion-ion tersebut akan diimbangi dengan produksi urin yang banyak, sedikit minum karena sejumlah air masuk ke dalam tubuhnya. Organ ginjal akan mengadsorbsi kembali sejumlah garam-garam dari urin untuk mempertahankan sejumlah ion dalam tubuhnya, sedangkan insang akan aktif mengambil garam-garam dari lingkungan. Menurut Hoar dan Randall (1971), osmoregulasi adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan proses yang berhubungan dengan pengaturan keseimbangan cairan tubuh dengan lingkungannya. Pengaturan ionik adalah pengendalian komposisi ion tubuh agar sama atau sesuai dengan lingkungan hidupnya. Tingkat tekanan osmotik berbanding lurus dengan jumlah partikel atau unsur, namun tidak berbanding lurus dengan komposisi partikel atau unsur tersebut. 2.4 Medan listrik dalam air Muatan listrik adalah aliran elektron dalam satuan waktu. Muatan listrik menyebabkan adanya medan listrik dalam ruangan yang disekitarnya (Anonimous 2006). Ikan memiliki reseptor yang dapat mendeteksi medan listrik. Keberadaan elektroreseptor ini merupakan indikasi awal rendahnya listrik pada ikan yang terus menerus mengatur medan listrik di sekitar tubuhnya sendiri. Secara umum diketahui bahwa elektroreseptor merupakan modifikasi dari organ lateral lineralis. 6 Ikan-ikan air tawar berlistrik lemah memiliki elektroreseptor di sepanjang tubuhnya yang merupakan sistem alat sensor pada ikan tersebut. Pada beberapa jenis ikan air tawar berlistrik lemah memiliki sistem organ dua atau tiga macam. Salah satunya adalah reseptor yang kurang sensitif terhadap frekuensi tinggi, umumnya lebih banyak pada organ-organ yang bermuatan dan beroperasi secara pasif ketika reseptor aktif bekerja (Hoar dan Randall 1971). Ada dua golongan elektroreseptor, yaitu tonic reseptor dan phasic reseptor. Tonic reseptor aktif terus menerus membentuk ritme tertentu, memberikan respon terhadap frekuensi rendah dan mempunyai saluran yang jelas menuju permukaan kulit, sedangkan phasic reseptor hanya aktif bekerja dalam waktu singkat secara spontan sebagai respon terhadap lingkungan yang tidak normal, sensitif terhadap frekuensi yang relatif tinggi dan tidak mempunyai saluran yang jelas menuju permukaan kulit (Hoar dan Randall 1971). Hoar dan Randall (1971) menyebutkan bahwa sel reseptor pada hewan teleost secara umum dibagi menjadi tiga yaitu the outer face (permukaan luar); the “sides”, dapat menjadi pasif pada tonic receptor atau bagian yang peka terhadap listrik (electrically exitable) dalam phasic receptor; membran presynaptik, yang mengeluarkan transmitter jika synapse sedang meneruskan pesan secara kimiawi. Tiga fungsi sel reseptor berkenaan dengan dendritic (penerima impuls), axonal (penyalur impuls), dan secretory (pengeluaran impuls ke sel berikutnya) dari sel syaraf secara umum. Perbedaan daya hantar dalam tubuh ikan (ўf) dan daya hantar air (ўw) sangat menentukan biota tersebut mudah atau sukar dalam merespon arus listrik. Jika nilai ўf ≤ ўw, ikan akan sulit untuk merespon arus listrik, sedangkan jika ўf ≥ ўw, ikan akan lebih mudah untuk merespon arus listrik. Nilai konduktifitas ўf dan ўw mempengaruhi nilai body voltage. Semakin tinggi nilai body voltage ikan akan semakin mudah merespon arus listrik karena arus listrik mengalir secara terpusat melalui tubuh ikan (Arnaya 1980 diacu dalam Suharyanto 2003). 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2009 di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap, dengan empat perlakuan dan tiga ulangan, yaitu : K : perlakuan kontrol (tanpa perlakuan medan listrik) P1 : waktu paparan medan listrik 2 menit P2 : waktu paparan medan listrik 4 menit P3 : waktu paparan medan listrik 6 menit Model rancangan yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = µ + ßi + έij Keterangan : Yij : ulangan ke j akibat perlakuan i µ : nilai tengah ßi : pengaruh perlakuan ke i έij : galat (Steel dan Torrie 1982) K P6 P2 P2 P6 P2 P4 K P4 K P6 P4 Gambar 1. Skema susunan akuarium 8 3.3 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium dengan ukuran 20 x 20 x 20 cm3, adaptor, timbangan digital, jangka sorong, hi-blow air pump, DO-meter, pH-meter, beaker glass, buret, pipet volumetrik, erlenmeyer, spektrofotometer, dan refraktometer. Bahan yang digunakan adalah ikan gurame, akuades, Phenolphtialin (pp), Bromoresol Green/Methyl Red (BCG/MR), HCl, buffer hardness, Eriochrome Black-T (EBT), Ethylen Diamine Tetraacetic Acid (EDTA), phenat, MnSO4, Chlorox, diazotizing reagent dan NED. 3.4 Prosedur Perlakuan 3.4.1 Pemeliharaan ikan uji Akuarium yang digunakan untuk percobaan dicuci bersih dan dikeringkan, kemudian diisi air dengan salinitas 3 ppt sebanyak 4 liter. Ikan gurame yang digunakan memiliki bobot rata-rata 1,84±0,36 g dengan panjang rata-rata 4,27±0.72 cm. Benih ikan gurame di aklimatisasi selama 2 hari pada air bersalinitas 3 ppt. Kepadatan setiap akuarium adalah 4 ekor/liter dengan waktu pemeliharaan 40 hari. Pakan yang digunakan selama pemeliharaan adalah pakan komersil dengan metode pemberian restricted (ikan diberi pakan sebanyak 3% dari bobot tubuhnya) 3 kali sehari, yaitu pada pukul 08.00 WIB, 13.00 WIB, dan 17.00 WIB. Kualitas air dipertahankan dengan cara mengganti air sebanyak 20% dari volume total setiap hari. 3.4.2 Pemberian Perlakuan Media pemeliharaan diberi medan listrik 10 volt selama 0, 2, 4, dan 6 menit. Waktu pemaparan medan listrik adalah setelah pemberian pakan. Adaptor sebagai sumber medan listrik, aliran listriknya dialirkan langsung ke dalam akuarium dengan alumunium sebagai elektrodanya. 3.5 Parameter yang Diamati 3.5.1 Parameter biologi Parameter biologi yang diamati adalah laju pertumbuhan, rasio panjang usus dan panjang tubuh, tingkat kelangsungan hidup, dan efisiensi pemberian pakan. 9 a). Laju pertumbuhan 1). Laju pertambahan bobot Laju pertambahan bobot dihitung dengan cara melakukan sampling setiap 10 hari sekali. Benih ikan gurame ditimbang dengan timbangan digital. Laju pertambahan harian bobot ikan gurame dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Laju pertambahan bobot = (Huisman 1987) 2). Panjang mutlak Panjang yang diukur dalam penelitian ini adalah panjang total, yaitu panjang antara ujung kepala terdepan dengan ujung sirip ekor paling belakang (Effendi 1979). Pengukuran panjang dilakukan setiap 10 hari sekali menggunakan jangka sorong. Panjang mutlak dihitung dengan rumus : Pm = P t – P0 Keterangan : Pm = Panjang mutlak Pt = Panjang total P0 = Panjang awal (Effendie 1979) b). Rasio panjang usus terhadap panjang tubuh (PU/PT) Pengukuran rasio panjang panjang usus terhadap panjang tubuh dilakukan dengan cara membedah ikan uji dan dilakukan pengukuran terhadap panjang usus dan panjang tubuhnya menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Rasio panjang panjang usus terhadap panjang tubuh dihitung dengan menggunakan rumus : Rasio Panjang Usus/Panjang Tubuh = PU/PT Keterangan : PU PT = Panjang usus = Panjang tubuh (Effendie 1979) 10 c). Tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate/SR) Tingkat kelangsungan hidup adalah persentase kehidupan ikan pada awal dan akhir pemeliharaan. Ikan yang mati segera diangkat dan dicatat. Tingkat kelangsungan hidup ikan dihitung dengan rumus: SR = (Nt / N0) x 100% Keterangan: SR = Survival rate (Tingkat kelangsungan hidup) Nt = Jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (Effendie 1979) d). Efisiensi pemberian pakan Efisiensi pemberian pakan menunjukkan berapa banyak pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan dari total semua pakan yang yang diberikan. Efisiensi pemberianpakan dihitung dengan rumus: EPP = Keterangan : EPP = Efisiensi pemberian pakan Wt = Bobot ikan akhir pemeliharaan W0 = Bobot ikan awal pemeliharaan Wd = Bobot ikan mati Wpakan = Bobot jumlah total pakan yang diberikan (Zonneveld, et.al. 1991) 3.5.2 Parameter kualitas air a). Suhu Parameter suhu diukur menggunakan termometer air raksa selama masa penelitian. b). pH Nilai pH menunjukan derajat keasaman suatu perairan. Nilai pH dipengaruhi oleh CO2 dan alakalinitas. Derajat keasaman dapat diukur dengan menggunakan pH meter. 11 c). Oksigen terlarut (DO) Oksigen terlarut adalah sejumlah oksigen (ppm) yang terlarut dalam air dalam air. Oksigen terlarut diukur menggunakan DO-meter. d). Alkalinitas Pengukuran alkalinitas menggunakan metode acidimetri dan dihitung menggunakan rumus: Alkalinitas (mg CaCO3/liter) = e). Kesadahan Kesadahan diukur menggunakan metode acidimetri dan dihitung menggunakan rumus : Kesadahan (mg CaCO3/liter) = f). Daya hantar listrik Daya hantar listrik menunjukkan kemampuan air untuk menghantarkan aliran listrik. Daya hantar listrik diukur menggunakan Conductivytymeter. g). Amoniak Metode pengukuran yang digunakan adalah metode indiphenol. Amonia yang terukur dipengaruhi oleh suhu dan pH pada saat pengukuran. Rumus untuk menghitung kadar amonia adalah sebagai berikut: mg NH3 / liter = x [abs standar] h). Nitrit Konsentrasi NO2-N yang terukur adalah kadar nitrogen yang terdapat pada nitrit. Metode yang digunakan adalah metode sulfanilamide. Untuk mengetahui konsentrasi NO2-N dibuat regeresi (Y = A + BX) dari larutan standar. Persamaan perhitunga nitrit adalah sebagai berikut: mg NO2 / liter = x [abs standar] 12 3.5.3 Analisis data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisa Ragam (ANOVA) dan uji-f pada selang kepercayaan 95%. Untuk melihat perbedaan antar perlakuan diuji menggunakan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pertumbuhan bobot Uji analisis statistik (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% data laju pertumbuhan harian (Spesifik Growth Rate) ikan gurame selama pemeliharaan antara perlakuan kontrol, 2, 4, dan 6 menit tidak menunjukan hasil yang berbeda nyata antar perlakuan yang diberikan. Nilai laju pertumbuhan (bobot) pada perlakuan 2 dan 4 menit memiliki kecenderungan lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai laju pertumbuhan pada perlakuan kontrol dan 6 menit. Nilai laju pertumbuhan bobot pada perlakuan 2 dan 4 menit masing-masing adalah 3,03±2,04 g/hari dan 3,03±1,8 g/hari, sedangkan nilai laju pertumbuhan bobot pada perlakuan kontrol dan 6 menit masing-masing 2,89±1,7 g/hari dan 2,77±1,6 g/hari. 7 Bobot ikan (g) 6 y = 1,0798x + 0,4157 R2 = 0,9625 kontrol 2 menit 5 4 4 menit y = 1,238x + 0,2039 R2 = 0,9196 y = 1,1477x + 0,3665 R2 = 0,9603 3 6 menit 2 y = 0,9877x + 0,5653 R2 = 0,9643 1 0 0 10 20 30 40 Hari ke- Gambar 2. Grafik pengaruh paparan medan listrik 10 volt pada media bersalinitas dengan waktu pemaparan yang berbeda terhadap laju pertumbuhan bobot ikan gurame. 14 Hasil uji lanjut polinom orthogonal menunjukkan peningkatan bobot ratarata ikan gurame yang diberi perlakuan paparan medan listrik selama 0, 2, 4 dan 6 menit pada media bersalinitas 3 ppt membentuk pola linear. Nilai koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa garis dugaan dari percobaan yang dilakukan mendekati keadaan sebenarnya. Nilai koefisien determinasi yang diperoleh pada kontrol kemudian perlakuan 2, 4 dan 6 menit masing 96,25%, 91,96%, 96,03% dan 96,43%. 4.1.2 Pertumbuhan panjang Data panjang diperoleh dengan sampling yang dilakukan setiap sepuluh hari sekali. Hasil analisa statistik (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% data pertumbuhan panjang menunjukkan bahwa pada perlakuan yang diberikan tidak memberikan hasil yang berbeda. Nilai laju pertumbuhan panjang pada perlakuan 2 menit cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan control, 4 menit dan 6 menit. Nilai laju pertumbuhan panjang pada perlakuan kontrol yaitu 2,66±1,05 cm, pada perlakuan 2 menit adalah 2,87±1,19 cm, pada perlakuan 4 menit sebesar 2,80±1,12 cm, dan pada perlakuan 6 menit yaitu 2,44±0,99 cm. Hasil uji lanjut polinom orthogonal menunjukkan peningkatan panjang ratarata ikan gurame yang diberi perlakuan paparan medan listrik selama 0, 2, 4 dan 6 menit pada media bersalinitas 3 ppt membentuk pola linear (Gambar 3). Nilai koefisien determinasi yang diperoleh pada kontrol kemudian perlakuan 2, 4 dan 6 menit masing sebesar 91,71%; 95,67%; 95,79% dan 95,74%. 15 8 Panjang total (cm) 7 kontrol 2 menit 4 menit 6 menit y = 0,6362x + 3,4073 2 = 0,9171 RR2 6 5 4 3 y = 0,6954x + 3,3466 2 = 0,9579 RR2 y = 0,7422x + 3,2288 2 = 0,9567 RR2 2 y = 0,6141x + 3,4281 2 RR2 = 0,9574 1 0 0 10 20 30 40 Hari ke- Gambar 3. Grafik pengaruh pemaparan medan listrik 10 volt pada media bersalinitas 3 ppt dengan waktu pemaparan yang berbeda terhadap laju pertumbuhan panjang ikan gurame. 4.1.3 Rasio panjang usus terhadap panjang tubuh (PU/PT) Data rasio panjang usus terhadap panjang tubuh (PU/PT) diperoleh pada awal dan akhir masa pemeliharaan dengan cara membedah ikan kemudian diukur panjang usus dan panjang total tubuhnya (panjang dari ujung mulut hingga ujung ekor). Hasil analisis statistik (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% data PU/PT menunjukkan bahwa antar perlakuan yang diberikan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Nilai PU/PT pada kontrol cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan PU/PT pada perlakuan yang diberi paparan medan listrik yaitu sebesar 1,32±0,17. Nilai PU/PT pada perlakuan 2 menit adalah 1,24±0,08, pada perlakuan 4 menit diperoleh nilai PU/PT sebesar 1,25±0,21, dan pada pelakuan 6 menit sebesar 1,21±0,07. 16 2 y = 0,0107x - 0,0864x + 1,3886 Rasio pu/pt (cm) 1,6 1,4 1,2 1 2 1.32 1,25 1,24 1,1 1,1 R = 0,8406 1,21 1,1 1,1 0,8 awal 0,6 akhir 0,4 0,2 0 0 2 4 6 Waktu paparan (menit) Gambar 4. Histogram rasio panjang usus terhadap panjang tubuh ikan gurame yang diberi paparan medan listrik 10 volt pada media bersalinitas 3 ppt dengan waktu pemaparan yang berbeda. Hasil uji lanjut polinom orthogonal menunjukkan bahwa antara perlakuan paparan medan listrik selama 0, 2, 4, dan 6 menit (X) terhadap PU/PT (Y) membentuk pola kuadratik (Gambar 4) dengan persamaan kuadratik sebagai berikut Y = 0,017x2 – 0,0864x + 1,3886 dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,8406. Nilai determinasi tersebut menunjukkan bahwa gairs dugaan mendekati keadaan sebenarnya sebesar 84,06%. 4.1.4 Tingkat kelangsungan hidup Hasil analisis statistik (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa pada perlakuan yang diberikan pada parameter tingkat kelangsungan hidup menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Uji lanjut Tukey menunjukkan bahwa antar perlakuan kontrol, 4 menit dan 6 menit memberi hasil yang berbeda nyata, namun antara perlakuan kontrol dan 2 menit tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Uji Tukey pada perlakuan 4 dan 6 menit tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Tingkat kelangsungan hidup ikan gurame pada control cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat 17 kelangsungan hidup pada ikan gurame yang diberi perlakuan dengan paparan medan listrik. Nilai tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan kontrol adalah 81,25±6,25%, sedangkan pada perlakuan paparan medan listrik selama 2 menit adalah tingkat kelangsungan hidupnya sebesar 64,58±7,22%, pada perlakuan medan listrik selama 4 menit tingkat kelangsungan hidup sebesar 56,25±8,83% dan pada perlakuan selama 6 menit memiliki nilai tingkat kelangsungan hidup sebesar 47,92±3,61%. 100 81,25 SR (%) 80 y = -10,833x + 89,583 64.58 60 2 R = 0,9657 56,25 47.92 40 20 0 0 2 4 6 Waktu paparan (menit) Gambar 5. Histogram pengaruh pemaparan medan listrik 10 volt pada media bersalinitas dengan waktu pemaparan yang berbeda terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan gurame. Hasil uji lanjut polinom orthogonal menunjukkan bahwa antara perlakuan paparan medan listrik selama 0, 2, 4, dan 6 menit (X) terhadap tingkat kelangsungan hidup (Y) membentuk pola linear (Gambar 5) dengan persamaan linear sebagai berikut Y = -10,833x + 89,583. Nilai koefisien determinasi sebesar 96,57%. Persamaan regresi yang didapat menunjukkan bahwa setiap penambahan waktu satu menit waktu paparan medan listrik akan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup sebesar -10,833%. 18 4.1.5 Efisiensi pemberian pakan Hasil analisis stastistik (ANOVA) dengan selang kepercayaan 95%, perlakuan yang diberikan pada parameter efisiensi pemberian pakan (EPP) tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Efisiensi pemberian pakan ikan gurame selama pemeliharaan berkisar antara 79,36% - 99,03%. Nilai efisiensi pemberian pakan pada perlakuan kontrol (tanpa paparan medan listrik) memiliki kecenderungan nilai efisiensi pemberian pakan yang lebih tinggi dibanding nilai efisiensi pemberian pakan pada ikan-ikan gurame yang diberi perlakuan berupa paparan medan listrik selama 2, 4 dan 6 menit. Nilai EPP pada perlakuan kontrol sebesar 99,03±9,93%, pada perlakuan 2 menit adalah 79,36±5,03%, pada perlakuan 4 menit yaitu 80,50±3,04% dan pada perlakuan 6 menit memiliki nilai EPP sebesar 87,16±2,49%. 2 120 EPP (%) 100 y = 6,5812x - 36,353x + 128,04 99,03 2 R = 0,9522 80,50 79,36 87,16 80 60 40 20 0 0 2 4 6 Waktu paparan (menit) Gambar 6. Histogram pengaruh pemaparan medan listrik 10 volt pada media bersalinitas dengan waktu pemaparan yang berbeda terhadap efisiensi pemberian pakan ikan gurame. Hasil uji lanjut polinom orthogonal menunjukkan bahwa antara perlakuan paparan medan listrik selama 0, 2, 4, dan 6 menit (X) terhadap efisiensi pemberian pakan (Y) membentuk pola kuadratik (Gambar 6) dengan persamaan kuadratik sebagai berikut Y = 6,5812x2 – 36,353x + 128,04 dengan nilai koefisien determinasi sebesar 95,22%. Persamaan regresi yang didapat menunjukkan bahwa 19 setiap penambahan waktu satu menit waktu paparan medan listrik akan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup sebesar 6,5812%. Parameter uji yang diamati adalah kelangsungan hidup, pertumbuhan harian, panjang mutlak, rasio PU/PT, dan efisiensi pakan. Parameter uji tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter uji yang diamati pada setiap perlakuan hingga akhir pemeliharaan ikan gurame (Osphronemous gouramy) No. 1 2 3 4 5 Paramater Perlakuan 0 Kelangsungan Hidup (%) 81,25± 6,25a Laju Pertumbuhan Harian (%) 2,89±1,7a Panjang Mutlak (cm) 2,66±1,05a Rasio PU/PT 1,32±0,17a Efisiensi Pakan (%) 99,03±9,93a 2 64,58±7,22ab 4 6 56,25±8,83b 47,92±3,61b 3,03±2,04a 3,03±1,8a 2,77±1,6a 2,87±1,19a 1,24±0,08a 2,80±1,12a 1,25±0,21a 2,44±0,99a 1,21±0,07a 79,36±5,03a 80,50±3,04a 87,16±2,49a Keterangan: Huruf yang sama menunjukan tidak ada perbedaaan yang nyata antara perlakuan pada P<0,05 4.1.6 Kualitas air Kualitas air merupakan faktor kimia yang dapat mempengaruhi lingkungan media pemeliharaan selama pemeliharaan dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi hasil dari perlakuan yang diberikan. Kualitas air media pemeliharaan ikan gurame selama 40 hari dapat dilihat pada Tabel 3. 22 nilai laju pertumbuhan dan panjang mutlak sebesar 2,89±1,7 g/hari dan nilai panjang mutlak sebesar 2,66±1,05 cm. Penggunaan media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt merupakan keadaan isotoosmotik bagi ikan secara umum, termasuk ikan gurame. Energi yang berasal dari makanan, akan digunakan untuk proses osmeregulasi, setelah itu baru digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pada keadaan isoosmotik, energi yang digunakan untuk osomoregulasi akan digunakan untuk pertumbuhan, karena kondisi konsentrasi cairan dalam tubuh ikan sama dengan media. Fathony (2004) diacu dalam Nuryandani (2005) mengatakan bahwa radiasi medan listrik akan lebih banyak diserap oleh bagian tubuh yang konstan dielektriknya tinggi atau bisa disebut juga pada bagian tubuh yang memiliki kandungan air cukup tinggi, yaitu pada bagian otak, otot, dan jaringan lainnya dengan kadar air yang tinggi. Keadaan paparan radiasi akan tergantung dari sumber radiasi dan sifat–sifat elektrik tubuh. Usus halus tersusun dari otot-otot yang dapat teradiasi oleh medan listrik, sehingga diduga dengan adanya paparan medan listrik kinerja usus dapat meningkat. Meningkatkan kerja usus jadi lebih baik, akan menyebabkan penyerapan yang terjadi didalamnya menjadi lebih lancar. Sari-sari makanan yang diserap dari usus selanjutnya akan ditransportasikan keseluruh tubuh oleh darah. Muatan listrik bebas yang ditimbulkan oleh sumber medan listrik akan mempengaruhi muatan lain disekitarnya dalam bentuk gaya elektrostatik. Nair (1989) menyatakan bahwa zona-zona medan listrik menyebabkan muatan-muatan listrik bebas yang berada pada ion kaya cairan di dalam tubuh ikan ikut bergerak. Hal ini menyebabkan pergerakan ion-ion dan darah dalam tubuh ikan semakin lancar. Akibatnya penyerapan sari-sari makanan dalam usus yang selanjutnya akan ditransportasikan oleh darah menjadi lebih lancar. Kinerja usus yang meningkat dan sirkulasi darah yang semakin lancar berakibat pada pertumbuhan yang lebih baik. Namun pengamatan selama pemeliharaan menunjukkan bahwa ikan gurame yang diberi paparan medan listrik meningkat agresivitasnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ikan terganggu karena ikan stress terjadi persaingan dalam memperoleh makanan. Rasio panjang usus terhadap panjang tubuh total (PU/PT) pada kontrol cenderung lebih tinggi daripada PU/PT pada perlakuan 2, 4, dan 6 menit yaitu 23 1,32±0,17. PU/PT pada perlakuan 2 menit sebesar 1,24±0,08, pada perlakuan 4 menit 1,25±0,21, dan pada perlakuan 6 menit yaitu 1,21±0,07 cm. PU/PT awal pemeliharaan adalah 1,1 cm. Affandi (1993) menyatakan bahwa usus pada ikan gurame masih mengalami perkembangan walaupun strukturnya telah sempurna, hal ini disebabkan adanya perubahan karakter ikan gurame yang bersifat karnivora ke karakter ikan yang bersifat ikan omnivora atau herbivora. Rasio PU/PT pada ikan gurame yang memiliki panjang tubuh 3,8 – 5,5 cm berkisar antara 0,62 – 1,02, sedangkan pada ikan yang memiliki panjang tubuh antara 8.9 – 11.9 memiliki rasio panjang usus terhadap panjang tubuhnya 1,11 – 1,64. Nuryandani (2005) menyebutkan bahwa rangsangan berupa medan listrik dapat meningkatkan kontraksi otot polos pada usus. Suarga (2006) diacu dalam Aini (2008) menyatakan bahwa salah satu ciri fisis selama terjadi kontraksi otot pada usus adalah perubahan tegangan dan panjang. Pemberian pakan sebelum diberi medan listrik dimaksudkan untuk memaksimalkan kerja usus. Pada saat ikan makan sebelum di beri medan listrik, ada selang waktu antara makanan yang telah dimakan untuk mencapai usus, sehingga saat ikan selesai diberi perlakuan, usus akan mengolah makanan yang telah ada didalamnya. Meningkatnya kontraksi usus, maka pakan yang telah ada di usus akan dicerna lebih maksimal. Suarga (2006) diacu dalam Aini (2008) menyatakan bahwa salah satu ciri fisis selama terjadi kontraksi otot pada usus adalah perubahan tegangan dan panjang. Kontraksi usus yang meningkat karena diberi paparan medan listrik dan adanya pakan sebagai objek pencernaan dalam usus, mengakibatkan perubahan panjang dan tegangan yang terjadi menjadi lebih besar jika dibandingkan pada kondisi kerja usus normal (tanpa paparan medan listrik). Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kondisi diberi paparan medan listrik, perubahan panjang yang terjadi lebih kecil daripada pada keadaan normal. Hal ini diduga karena ikan gurame yang bersifat teritori, meningkat sifat agresivitasnya, sehingga ikan lebih cenderung untuk mempertahankan lingkungan kekuasaannya dan menyerang ikan-ikan lain disekitarnya daripada untuk makan. Akibatnya pakan yang dimakan sedikit. Uji statistik (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% data tingkat kelangsungan hidup memberikan hasil yang berbeda nyata. Uji lanjut Tukey 24 menunjukkan bahwa antara perlakuan kontrol dengan perlakuan 4 dan 6 menit memberikan hasil yang berbeda nyata. Nilai tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan kontrol dan 2 menit masing-masing adalah 81,25±6,25% dan 64,58±7,22%, sedangkan pada perlakuan 4 dan 6 menit masing-masing memiliki nilai tingkat kelangsungan hidup sebesar 56,25±8,83% dan 47,92±3,61%. Pemberian medan listrik akan meningkatkan agresivitas dari ikan uji. Hal ini terlihat selama pemeliharaan, ikan-ikan dalam satu perlakuan saling menyerang. Banyak ikan yang mati dengan ciri-ciri sirip-siripnya telah habis dan kehilangan organ mata. Ikan gurame merupakan ikan yang bersifat teritori. Meningkatnya tingkat agresivitas pada ikan uji menyebabkan ikan lebih rakus untuk makan. Akibatnya terjadi persaingan untuk mendapatkan makanan. Persaingan yang ditimbulkan akan menyebabkan ikan stress, karena muncul ikan-ikan yang dominan dan yang kalah. Ikan yang dominan akan tumbuh dan dapat bertahan hidup hingga akhir pemeliharaan, sedangkan ikan yang kalah akan mati. Selain mengakibatkan stress dan kematian, persaingan tersebut juga mengakibatkan ketidak seragaman pada ikan uji selama pemeliharaan. Hal ini terlihat dari nilai standar deviasi dan pengamatan selama pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup (SR) dari perlakuan 2 menit hingga 6 menit mengalami penurunan. Hal ini menunjukan bahwa semakin lama media pemeliharaan ikan gurame yang bersalinitas 3 ppt diberi paparan medan listrik, maka tingkat kelangsungan hidup dan keseragaman ikan akan semakin rendah. Nilai efisiensi pemberian pakan menunjukan bobot basah daging yang dihasilkan per satuan bobot kering pakan yang diberikan. Uji statistik (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% data efisiensi pemberian pakan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Efisiensi pemberian pakan berkisar antara 79% - 99%. Nilai efisiensi pemebrian pakan pada perlakuan kontrol cenderung lebih tinggi disbanding dengan pada perlakuan lain yaitu sebesar 99,03±9,93%. Efisiensi pemberian pakan pada perlakuan 2 menit adalah 79,36±5,03%, pada perlakuan 4 menit yaitu 80,50±3,04 dan pada perlakuan 6 menit memiliki nilai EPP sebesar 87,16±2,49%. Perbedaan nilai efisiensi pemberian pakan disebabkan adanya 25 stress sehingga menurunkan keagresifan ikan dalam kegiatan makan (Bardach et. al. 1972 diacu dalam Rahmadani 2007). Nuryandani (2005) menyebutkan bahwa pemberian perlakuan berupa medan listrik dapat meningkatkan aktivitas kerja dari usus kelinci pada bagian duodenum, jejunum dan ileum. Meningkatnya aktivitas usus pada kelinci dijadikan acuan dasar dilakukannya penelitian yang serupa namun pada ikan gurame yang pertumbuhannya lambat. Peningkatan aktivitas usus dapat meningkatkan proses pencernaan makanan menjadi lebih baik, sehingga sebagian besar energi yang berasal dari pakan akan lebih banyak diubah menjadi daging. Ketika sebagian besar pakan yang diberikan diubah menjadi daging, maka dapat dikatakan bahwa efisiensi pakan lebih baik. Ikan yang diberi paparan medan listrik mengalami stres karena timbul persaingan mendapatkan makanan. Ikan yang dominan akan mendapat makanan lebih dibanding ikan yang tidak dominan. Akibatnya ikan yang kurang dominan makan lebih sedikit dan nilai efisiensinya lebih rendah. Pada parameter PU/PT, tingkat kelangsungan hidup, dan efisiensi pemberian pakan terlihat bahwa kontrol memiliki nilai yang tertinggi, walaupun setelah diuji statistik (ANOVA) pada parameter PU/PT dan efisiensi pemberian pakan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Paparan medan listrik meningkatkan agresivitas ikan. Pada kontrol yang tidak diberi paparan medan lsitrik, ikan-ikan cenderung normal. Hal ini dapat terlihat dari tingkat kelangsungan hidupnya yang mencapai 81,25±6,25%. Ikan gurame secara alamiah bersifat teritori (mempertahankan lingkungan kekuasaannya) dan adanya peningkatan agresivitas akibat dari paparan medan listrik menyebabkan terjadinya peningkatan stress pada ikan uji yang diberi paparan medan listrik. Tingginya tingkat kelangsungan hidup disebabkan ikan uji yang dipelihara pada kontrol tidak mengalami stress seperti yang terjadi pada ikan uji yang dipelihara pada media yang diberi paparan medan listrik. Tingkat agresivitas pada kontrol tidak meningkat, sehingga ikan cenderung memiliki tingkat kekuasaan atau dominasi yang sama, sehingga tingkat penyerangan selama pemeliharaan juga sangat kecil. Hal tersebut terlihat selama pengamatan selama pemeliharaan. 26 Rendahnya tingkat stress juga berpengaruh terhadap nilai efisiensi pakan yang diberikan. Efisiensi pakan pada kontrol yaitu sebesar 99,03±9,93%. Seperti yang dinyatakan oleh Bardach et. al. (1972) diacu dalam Rahmadani (2007) bahwa nilai efisiensi pakan dipengaruhi oleh tingkat stress ikan yang menyebabkan perbedaan nilai efisiensi pakan tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin rendah tingkat stress ikan pada media bersalinitas maka nilai efisiensi pakan pada ikan uji juga semakin tinggi. Tingginya nilai efisiensi pakan akan berpengaruh kepada kontraksi pada usus selama pencernaan. Semakin tinggi nilai efisiensi pakan berarti semakin tinggi pakan yang dicerna dan diubah menjadi daging. Semakin tinggi pakan yang dicerna berarti semakin berat kerja usus, sehingga kontraksi pada usus akan semakin tinggi. Akibatnya nilai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh menjadi lebih besar. Pada penelitian ini ikan dipelihara dari ukuran 4,27 cm hingga mencapai 6-7 cm. Berdasarkan ukuran pasar, ikan yang dipanen termasuk dalam satu ukuran yaitu korek (5-7 cm) dengan harga Rp. 1300, 00 per ekor. Berdasarkan hasil analisis penerimaan menunjukkan penerimaan pada kontrol lebih banyak yaitu Rp. 50.700, 00, sedangkan penerimaan paling sedikit terdapat pada perlakuan pemaparan medan listrik selama 4 menit yaitu Rp. 26.000, 00. Kualitas air media pemeliharaan yang diamati selama penelitian adalah suhu, oksigen terlarut, pH, daya hantar listrik, kadar ammonia, kadar nitrit, kesadahan, dan alkalinitas. Suhu didefinisikan sebagai derajat panas atau dingin suatu perairan. Suhu beperan sebagai pengontrol faktor di perairan. Meningkat atau menurunnya suhu akan berkibat terhadap proses metabolisme dalam tubuh ikan. Berdasarkaan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-6485.3-2000, suhu yang ideal untuk pemeliharaan berkisar antara 250 - 300 C. pengamatan berkisara antara 260 - 280C. Suhu selama Hasil pengamatan teersebut sesuai dengan yang ada pada SNI : 01-6485.3-2000, hal ini berarti suhu selama pemeliharaan ideal untuk kehidupan ikan gurame. Oksigen terlarut (dissolved oxygen) didefinisikan oksigen yang larut dalam air. Oksigen terlarut (dissolved oxygen) yang ideal untuk ikan adalah lebih dari atau sama dengan 3 mg/l (Boyd, 1982). Kadar oksigen terlarut selama pemeliharaan 4,8 – 5,6 mg/l. Semakin meningkatnya suhu maka kadar oksigen 27 terlarut dalam perairan akan turun. Fluktuasi suhu dan oksigen terlarut dalam media pemeliharaan tidak begitu jauh, sehingga tidak berpengaruh terhadap ikan. Nilai pH didefinisikan sebagai logaritma negatif dari aktivitas ion hidrogen. Nilai pH media pemeliharaan ikan selama empat puluh hari waktu pemeliharaan berkisar antara 5,8 – 7,4. Kebanyakan perairan alam memiliki nilai pH 6,5-9. Titik mati asam dan basa untuk ikan masing-masing berkisar antara 4-11. Namun demikian, jika perairan lebih asam dari 6,5 atau lebih basa dari 9 untuk waktu lama reproduksi dan pertumbuhan akan menurun (Swingle 1961; Mount 1973 diacu dalam Boyd 1982). Nilai pH media pemeliharaan berada pada kategori pH netral yang masih dapat ditoleransi ikan dengan baik. Total amonia nitrogen (TAN) di alam berasal dari pupuk, kotoran ikan, dan dari pelapukan mikrobial dari senyawa nitrogen. Di dalam air, amonia yang tidak terionisasi berada dalam keseimbangan dengan ion amonium tergantung dari pH dan suhu. Amonia yang tidak terionisasi sangat toksik terhadap ikan, tetapi ion amonium relatif tidak toksik. Jumlah amonia tidak terionisasi dan ion amonium disebut total amonia nitrogen (Boyd, 1982). Kadar total amonia nitrogen (TAN) pada pemeliharaan berkisara antara 0,07 – 0,88. Konsentrasi subletal menyebabkan perubahan patologis dalam organ dan jaringan ikan. Konsentrasi amonia yang dapat masih dapat ditoleransi oleh ikan berkisar 0,006 – 0,34 mg/l (Smith dan Piper 1973; Andrews et.al. 1971 diacu dalam Boyd 1982). Nitrit didefinisikan sebagai bentuk intermediate dalam reaksi nitrifikasi yang tidak seimbang, sehingga menimbulkan akumulasi nitrit. Konsentrasi nitrit yang masih dapat ditoleransi ikan adalah kurang dari 0,5 mg/l (Boyd 1982). Kadar nitrit selama waktu pengamatan perlakuan berkisar antara 0,014 – 0,099 mg/l. Kadar nitrit pada media pemeliharaan berada pada kisaran yang masih dapat ditoleransi oleh ikan. Kesadahan total adalah konsentrasi ion logam bervalensi dua dalam air, dinyatakan sebagai milligram perliter ekuivalen kalsium karbonat. Kesadahan total pada umumnya berkaitan dengan alkalinitas total, karena anion dari alkalinitas dan kation biasanya berasal dari larutan mineral karbonat (Boyd 1982). Nilai kesadahan total media pemeliharaan selama empat puluh hari berkisar antara 6328 – 9989.2 mg/l CaCO3. 28 Alkalinitas total adalah konsentrasi basa total dalam air yang dinyatakan dalam milligram per liter ekuivalen kalsium karbonat. Perairan alam yang mengandung 40 mg/l atau lebih alkalinitas total dianggap lebih produktif dari pada perairan dengan alkalinitas lebih rendah (Moyle 1945; Mairs 1966 diacu dalam Boyd 1982). Konsentrasi alkalinitas pada media pemeliharaan selama penelitian berkisar antara 20 – 96 mg/l ekuivalen kalsium karbonat. 4.2 Pembahasan Data hasil penelitian pengaruh waktu pemaparan listrik sebesar 10 volt pada media bersalinitas 3 ppt yang dilakukan selama 40 hari pemeliharaan ikan gurame terhadap pertumbuhan panjang, pertumbuhan bobot dan rasio panjang usus terhadap panjang tubuh menunjukan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Namun pada tingkat kelangsungan hidup, perlakuan yang dilakukan memberikan pengaruh yang berbeda nyata antara perlakuan kontrol dengan perlakuan 4 dan 6 menit. Pemberian medan listrik mengakibatkan adanya zona-zona medan listrik yang bergerak dari kutub positif ke arah kutub negatif pada media pemeliharaan. Pamukcu (1997) diacu dalam Feriana (2005) menyatakan bahwa medan listrik dapat mempengaruhi anion dan kation dalam suatu larutan pada bahan yang berporus sehingga bergerak ke arah kutub yang berlawanan. Nair (1989) menyebutkan bahwa medan listrik timbul akibat adanya muatan listrik. Induksi medan listrik bebas pada benda hidup disebabkan adanya muatan-muatan listrik bebas yang biasa dinamakan ion dalam bentuk cairan (darah, getah bening, saraf, dan otot) yang dapat dipengaruhi oleh adanya gaya yang dihasilkan oleh muatanmuatan dan aliran arus listrik. Delman dan Brown (1989) menyatakan bahwa di dalam plasma darah terdapat garam-garam anorganik (natrium klorida, natrium karbonat, dan natrium fosfat), protein (dalam bentuk albumin, globulin, dan fibrinogen), lemak (lesitin dan gliserol) serta zat-zat lainnya seperti hormon, vitamin, enzim, dan nutrien. Garam-garam tersebut akan terinduksi ketika medan listrik diberikan. Terinduksinya garam-garam dalam tubuh menyebabkan sirkulasi darha menjadi lebih lancar. Akibatnya meningkatkan sifat agresivitas ikan gurame yang bersifat teritori. Meningkatnya sifat ini akan menyebabkan ikan gurame stress dan mengganggu pertumbuhan. Laju pertumbuhan dapat dilihat dari dua parameter yaitu laju pertumbuhan harian dan panjang mutlak. Laju pertumbuhan harian dan panjang mutlak pada perlakuan 2 menit yaitu 3,03±2,04 g/hari dengan panjang mutlak 2,87±1,19 cm, pada perlakuan 4 menit adalah 3,03±1,8 gr/hari dengan panjang mutlak 2,80±1,12 cm, pada perlakuan 6 menit memiliki nilai laju pertumbuhan harian 2,77±1,6 g/hari dengan panjang mutlak 2,44±0,99 cm, sedangkan pada kontrol memiliki 22 nilai laju pertumbuhan dan panjang mutlak sebesar 2,89±1,7 g/hari dan nilai panjang mutlak sebesar 2,66±1,05 cm. Penggunaan media pemeliharaan bersalinitas 3 ppt merupakan keadaan isotoosmotik bagi ikan secara umum, termasuk ikan gurame. Energi yang berasal dari makanan, akan digunakan untuk proses osmeregulasi, setelah itu baru digunakan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pada keadaan isoosmotik, energi yang digunakan untuk osomoregulasi akan digunakan untuk pertumbuhan, karena kondisi konsentrasi cairan dalam tubuh ikan sama dengan media. Fathony (2004) diacu dalam Nuryandani (2005) mengatakan bahwa radiasi medan listrik akan lebih banyak diserap oleh bagian tubuh yang konstan dielektriknya tinggi atau bisa disebut juga pada bagian tubuh yang memiliki kandungan air cukup tinggi, yaitu pada bagian otak, otot, dan jaringan lainnya dengan kadar air yang tinggi. Keadaan paparan radiasi akan tergantung dari sumber radiasi dan sifat–sifat elektrik tubuh. Usus halus tersusun dari otot-otot yang dapat teradiasi oleh medan listrik, sehingga diduga dengan adanya paparan medan listrik kinerja usus dapat meningkat. Meningkatkan kerja usus jadi lebih baik, akan menyebabkan penyerapan yang terjadi didalamnya menjadi lebih lancar. Sari-sari makanan yang diserap dari usus selanjutnya akan ditransportasikan keseluruh tubuh oleh darah. Muatan listrik bebas yang ditimbulkan oleh sumber medan listrik akan mempengaruhi muatan lain disekitarnya dalam bentuk gaya elektrostatik. Nair (1989) menyatakan bahwa zona-zona medan listrik menyebabkan muatan-muatan listrik bebas yang berada pada ion kaya cairan di dalam tubuh ikan ikut bergerak. Hal ini menyebabkan pergerakan ion-ion dan darah dalam tubuh ikan semakin lancar. Akibatnya penyerapan sari-sari makanan dalam usus yang selanjutnya akan ditransportasikan oleh darah menjadi lebih lancar. Kinerja usus yang meningkat dan sirkulasi darah yang semakin lancar berakibat pada pertumbuhan yang lebih baik. Namun pengamatan selama pemeliharaan menunjukkan bahwa ikan gurame yang diberi paparan medan listrik meningkat agresivitasnya. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ikan terganggu karena ikan stress terjadi persaingan dalam memperoleh makanan. Rasio panjang usus terhadap panjang tubuh total (PU/PT) pada kontrol cenderung lebih tinggi daripada PU/PT pada perlakuan 2, 4, dan 6 menit yaitu 23 1,32±0,17. PU/PT pada perlakuan 2 menit sebesar 1,24±0,08, pada perlakuan 4 menit 1,25±0,21, dan pada perlakuan 6 menit yaitu 1,21±0,07 cm. PU/PT awal pemeliharaan adalah 1,1 cm. Affandi (1993) menyatakan bahwa usus pada ikan gurame masih mengalami perkembangan walaupun strukturnya telah sempurna, hal ini disebabkan adanya perubahan karakter ikan gurame yang bersifat karnivora ke karakter ikan yang bersifat ikan omnivora atau herbivora. Rasio PU/PT pada ikan gurame yang memiliki panjang tubuh 3,8 – 5,5 cm berkisar antara 0,62 – 1,02, sedangkan pada ikan yang memiliki panjang tubuh antara 8.9 – 11.9 memiliki rasio panjang usus terhadap panjang tubuhnya 1,11 – 1,64. Nuryandani (2005) menyebutkan bahwa rangsangan berupa medan listrik dapat meningkatkan kontraksi otot polos pada usus. Suarga (2006) diacu dalam Aini (2008) menyatakan bahwa salah satu ciri fisis selama terjadi kontraksi otot pada usus adalah perubahan tegangan dan panjang. Pemberian pakan sebelum diberi medan listrik dimaksudkan untuk memaksimalkan kerja usus. Pada saat ikan makan sebelum di beri medan listrik, ada selang waktu antara makanan yang telah dimakan untuk mencapai usus, sehingga saat ikan selesai diberi perlakuan, usus akan mengolah makanan yang telah ada didalamnya. Meningkatnya kontraksi usus, maka pakan yang telah ada di usus akan dicerna lebih maksimal. Suarga (2006) diacu dalam Aini (2008) menyatakan bahwa salah satu ciri fisis selama terjadi kontraksi otot pada usus adalah perubahan tegangan dan panjang. Kontraksi usus yang meningkat karena diberi paparan medan listrik dan adanya pakan sebagai objek pencernaan dalam usus, mengakibatkan perubahan panjang dan tegangan yang terjadi menjadi lebih besar jika dibandingkan pada kondisi kerja usus normal (tanpa paparan medan listrik). Namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kondisi diberi paparan medan listrik, perubahan panjang yang terjadi lebih kecil daripada pada keadaan normal. Hal ini diduga karena ikan gurame yang bersifat teritori, meningkat sifat agresivitasnya, sehingga ikan lebih cenderung untuk mempertahankan lingkungan kekuasaannya dan menyerang ikan-ikan lain disekitarnya daripada untuk makan. Akibatnya pakan yang dimakan sedikit. Uji statistik (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% data tingkat kelangsungan hidup memberikan hasil yang berbeda nyata. Uji lanjut Tukey 24 menunjukkan bahwa antara perlakuan kontrol dengan perlakuan 4 dan 6 menit memberikan hasil yang berbeda nyata. Nilai tingkat kelangsungan hidup pada perlakuan kontrol dan 2 menit masing-masing adalah 81,25±6,25% dan 64,58±7,22%, sedangkan pada perlakuan 4 dan 6 menit masing-masing memiliki nilai tingkat kelangsungan hidup sebesar 56,25±8,83% dan 47,92±3,61%. Pemberian medan listrik akan meningkatkan agresivitas dari ikan uji. Hal ini terlihat selama pemeliharaan, ikan-ikan dalam satu perlakuan saling menyerang. Banyak ikan yang mati dengan ciri-ciri sirip-siripnya telah habis dan kehilangan organ mata. Ikan gurame merupakan ikan yang bersifat teritori. Meningkatnya tingkat agresivitas pada ikan uji menyebabkan ikan lebih rakus untuk makan. Akibatnya terjadi persaingan untuk mendapatkan makanan. Persaingan yang ditimbulkan akan menyebabkan ikan stress, karena muncul ikan-ikan yang dominan dan yang kalah. Ikan yang dominan akan tumbuh dan dapat bertahan hidup hingga akhir pemeliharaan, sedangkan ikan yang kalah akan mati. Selain mengakibatkan stress dan kematian, persaingan tersebut juga mengakibatkan ketidak seragaman pada ikan uji selama pemeliharaan. Hal ini terlihat dari nilai standar deviasi dan pengamatan selama pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup (SR) dari perlakuan 2 menit hingga 6 menit mengalami penurunan. Hal ini menunjukan bahwa semakin lama media pemeliharaan ikan gurame yang bersalinitas 3 ppt diberi paparan medan listrik, maka tingkat kelangsungan hidup dan keseragaman ikan akan semakin rendah. Nilai efisiensi pemberian pakan menunjukan bobot basah daging yang dihasilkan per satuan bobot kering pakan yang diberikan. Uji statistik (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% data efisiensi pemberian pakan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Efisiensi pemberian pakan berkisar antara 79% - 99%. Nilai efisiensi pemebrian pakan pada perlakuan kontrol cenderung lebih tinggi disbanding dengan pada perlakuan lain yaitu sebesar 99,03±9,93%. Efisiensi pemberian pakan pada perlakuan 2 menit adalah 79,36±5,03%, pada perlakuan 4 menit yaitu 80,50±3,04 dan pada perlakuan 6 menit memiliki nilai EPP sebesar 87,16±2,49%. Perbedaan nilai efisiensi pemberian pakan disebabkan adanya 25 stress sehingga menurunkan keagresifan ikan dalam kegiatan makan (Bardach et. al. 1972 diacu dalam Rahmadani 2007). Nuryandani (2005) menyebutkan bahwa pemberian perlakuan berupa medan listrik dapat meningkatkan aktivitas kerja dari usus kelinci pada bagian duodenum, jejunum dan ileum. Meningkatnya aktivitas usus pada kelinci dijadikan acuan dasar dilakukannya penelitian yang serupa namun pada ikan gurame yang pertumbuhannya lambat. Peningkatan aktivitas usus dapat meningkatkan proses pencernaan makanan menjadi lebih baik, sehingga sebagian besar energi yang berasal dari pakan akan lebih banyak diubah menjadi daging. Ketika sebagian besar pakan yang diberikan diubah menjadi daging, maka dapat dikatakan bahwa efisiensi pakan lebih baik. Ikan yang diberi paparan medan listrik mengalami stres karena timbul persaingan mendapatkan makanan. Ikan yang dominan akan mendapat makanan lebih dibanding ikan yang tidak dominan. Akibatnya ikan yang kurang dominan makan lebih sedikit dan nilai efisiensinya lebih rendah. Pada parameter PU/PT, tingkat kelangsungan hidup, dan efisiensi pemberian pakan terlihat bahwa kontrol memiliki nilai yang tertinggi, walaupun setelah diuji statistik (ANOVA) pada parameter PU/PT dan efisiensi pemberian pakan tidak memberikan hasil yang berbeda nyata. Paparan medan listrik meningkatkan agresivitas ikan. Pada kontrol yang tidak diberi paparan medan lsitrik, ikan-ikan cenderung normal. Hal ini dapat terlihat dari tingkat kelangsungan hidupnya yang mencapai 81,25±6,25%. Ikan gurame secara alamiah bersifat teritori (mempertahankan lingkungan kekuasaannya) dan adanya peningkatan agresivitas akibat dari paparan medan listrik menyebabkan terjadinya peningkatan stress pada ikan uji yang diberi paparan medan listrik. Tingginya tingkat kelangsungan hidup disebabkan ikan uji yang dipelihara pada kontrol tidak mengalami stress seperti yang terjadi pada ikan uji yang dipelihara pada media yang diberi paparan medan listrik. Tingkat agresivitas pada kontrol tidak meningkat, sehingga ikan cenderung memiliki tingkat kekuasaan atau dominasi yang sama, sehingga tingkat penyerangan selama pemeliharaan juga sangat kecil. Hal tersebut terlihat selama pengamatan selama pemeliharaan. 26 Rendahnya tingkat stress juga berpengaruh terhadap nilai efisiensi pakan yang diberikan. Efisiensi pakan pada kontrol yaitu sebesar 99,03±9,93%. Seperti yang dinyatakan oleh Bardach et. al. (1972) diacu dalam Rahmadani (2007) bahwa nilai efisiensi pakan dipengaruhi oleh tingkat stress ikan yang menyebabkan perbedaan nilai efisiensi pakan tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin rendah tingkat stress ikan pada media bersalinitas maka nilai efisiensi pakan pada ikan uji juga semakin tinggi. Tingginya nilai efisiensi pakan akan berpengaruh kepada kontraksi pada usus selama pencernaan. Semakin tinggi nilai efisiensi pakan berarti semakin tinggi pakan yang dicerna dan diubah menjadi daging. Semakin tinggi pakan yang dicerna berarti semakin berat kerja usus, sehingga kontraksi pada usus akan semakin tinggi. Akibatnya nilai rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh menjadi lebih besar. Pada penelitian ini ikan dipelihara dari ukuran 4,27 cm hingga mencapai 6-7 cm. Berdasarkan ukuran pasar, ikan yang dipanen termasuk dalam satu ukuran yaitu korek (5-7 cm) dengan harga Rp. 1300, 00 per ekor. Berdasarkan hasil analisis penerimaan menunjukkan penerimaan pada kontrol lebih banyak yaitu Rp. 50.700, 00, sedangkan penerimaan paling sedikit terdapat pada perlakuan pemaparan medan listrik selama 4 menit yaitu Rp. 26.000, 00. Kualitas air media pemeliharaan yang diamati selama penelitian adalah suhu, oksigen terlarut, pH, daya hantar listrik, kadar ammonia, kadar nitrit, kesadahan, dan alkalinitas. Suhu didefinisikan sebagai derajat panas atau dingin suatu perairan. Suhu beperan sebagai pengontrol faktor di perairan. Meningkat atau menurunnya suhu akan berkibat terhadap proses metabolisme dalam tubuh ikan. Berdasarkaan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-6485.3-2000, suhu yang ideal untuk pemeliharaan berkisar antara 250 - 300 C. pengamatan berkisara antara 260 - 280C. Suhu selama Hasil pengamatan teersebut sesuai dengan yang ada pada SNI : 01-6485.3-2000, hal ini berarti suhu selama pemeliharaan ideal untuk kehidupan ikan gurame. Oksigen terlarut (dissolved oxygen) didefinisikan oksigen yang larut dalam air. Oksigen terlarut (dissolved oxygen) yang ideal untuk ikan adalah lebih dari atau sama dengan 3 mg/l (Boyd, 1982). Kadar oksigen terlarut selama pemeliharaan 4,8 – 5,6 mg/l. Semakin meningkatnya suhu maka kadar oksigen 27 terlarut dalam perairan akan turun. Fluktuasi suhu dan oksigen terlarut dalam media pemeliharaan tidak begitu jauh, sehingga tidak berpengaruh terhadap ikan. Nilai pH didefinisikan sebagai logaritma negatif dari aktivitas ion hidrogen. Nilai pH media pemeliharaan ikan selama empat puluh hari waktu pemeliharaan berkisar antara 5,8 – 7,4. Kebanyakan perairan alam memiliki nilai pH 6,5-9. Titik mati asam dan basa untuk ikan masing-masing berkisar antara 4-11. Namun demikian, jika perairan lebih asam dari 6,5 atau lebih basa dari 9 untuk waktu lama reproduksi dan pertumbuhan akan menurun (Swingle 1961; Mount 1973 diacu dalam Boyd 1982). Nilai pH media pemeliharaan berada pada kategori pH netral yang masih dapat ditoleransi ikan dengan baik. Total amonia nitrogen (TAN) di alam berasal dari pupuk, kotoran ikan, dan dari pelapukan mikrobial dari senyawa nitrogen. Di dalam air, amonia yang tidak terionisasi berada dalam keseimbangan dengan ion amonium tergantung dari pH dan suhu. Amonia yang tidak terionisasi sangat toksik terhadap ikan, tetapi ion amonium relatif tidak toksik. Jumlah amonia tidak terionisasi dan ion amonium disebut total amonia nitrogen (Boyd, 1982). Kadar total amonia nitrogen (TAN) pada pemeliharaan berkisara antara 0,07 – 0,88. Konsentrasi subletal menyebabkan perubahan patologis dalam organ dan jaringan ikan. Konsentrasi amonia yang dapat masih dapat ditoleransi oleh ikan berkisar 0,006 – 0,34 mg/l (Smith dan Piper 1973; Andrews et.al. 1971 diacu dalam Boyd 1982). Nitrit didefinisikan sebagai bentuk intermediate dalam reaksi nitrifikasi yang tidak seimbang, sehingga menimbulkan akumulasi nitrit. Konsentrasi nitrit yang masih dapat ditoleransi ikan adalah kurang dari 0,5 mg/l (Boyd 1982). Kadar nitrit selama waktu pengamatan perlakuan berkisar antara 0,014 – 0,099 mg/l. Kadar nitrit pada media pemeliharaan berada pada kisaran yang masih dapat ditoleransi oleh ikan. Kesadahan total adalah konsentrasi ion logam bervalensi dua dalam air, dinyatakan sebagai milligram perliter ekuivalen kalsium karbonat. Kesadahan total pada umumnya berkaitan dengan alkalinitas total, karena anion dari alkalinitas dan kation biasanya berasal dari larutan mineral karbonat (Boyd 1982). Nilai kesadahan total media pemeliharaan selama empat puluh hari berkisar antara 6328 – 9989.2 mg/l CaCO3. 28 Alkalinitas total adalah konsentrasi basa total dalam air yang dinyatakan dalam milligram per liter ekuivalen kalsium karbonat. Perairan alam yang mengandung 40 mg/l atau lebih alkalinitas total dianggap lebih produktif dari pada perairan dengan alkalinitas lebih rendah (Moyle 1945; Mairs 1966 diacu dalam Boyd 1982). Konsentrasi alkalinitas pada media pemeliharaan selama penelitian berkisar antara 20 – 96 mg/l ekuivalen kalsium karbonat. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pemberian medan listrik sebesar 10 volt pada media bersalinitas 3 ppt antara selang waktu 0-6 menit memberikan pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan gurame ukuran ikan uji yang berukuran sesuai metodologi. Paparan medan listrik memberikan pengaruh hasil yang tidak berbeda nyata terhadap parameter pertumbuhan, rasio PU/PT, dan efisiensi pemberian pakan. Laju pertumbuhan harian ikan gurame berkisar antara 2,77 – 3,03 g/hari dengan laju pertumbuhan panjang mutlak berkisar antara 2,44 – 2,87 cm. Nilai rasio PU/PT berkisar antara 1,21 – 1,32, sedangkan nilai efisiensi pemberian pakan berkisar antara 79 – 99%. Namun, paparan medan listrik memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap parameter tingkat kelangsungan hidup. Perlakuan kontrol memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan paparan medan listrik selama 4 dan 6 menit. Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan gurame pada perlakuan kontrol kemudian 2, 4 dan 6 menit masingmasing sebesar 81,25±6,25%, 64,58±7,22%, 56,25±8,83% 47,92±3,61%. Pemberian medan listrik 10 volt pada ikan yang bersifat teritori seperti ikan gurame akan mengakibatkan meningkatkan tingkat agresivitas. Tingkat agresivitas yang meningkat mengakibatkan tingginya tingkat kematian ikan. 5.2 Saran Pemberian paparan medan listrik menyebabkan meningkatnya agresivitas pada ikan uji yang digunakan. Hal ini mengakibatkan ikan kematian dan stress karena munculnya persaingan untuk makanan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji lanjut terhadap pengaruh pemberian paparan medan listrik pada ikan yang bersifat non teritori untuk mengetahui perbedaannya dengan ikan teritori. DAFTAR PUSTAKA Aini, Yuli. 2008. Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame Pada Media Bersalinitas 3 ppt dengan Paparan Medan Listrik. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Anonimous. 2006. Arus Listrik. http://id.wikipedia.org/wiki/arus listrik [28 April 2008] Boyd, CE. 1982. Water Quality Management for Ponds Fish Culture. Elsevier Sc. Publ., Co. Amsterdam. BSN. 2000. Produksi Benih Ikan Gurame (Osphronemous gouramy Lac.) Kelas Benis Sebar. Dewi, E.S. 2006. Pengaruh Salinitas 0, 3, 6, dan 9 ppt Terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan gurame (Osphronemous gouramy) Ukuran 3-6 cm. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta. Effendi, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Feriana, Anna. 2005. Uji Laboratorium penggunanan Arus Listrik Searah (DC) Untuk Perbaikan Kualitas Air Genangan Tanah Asam Sulfat. Skripsi. Pragram Studi Ilmu Tanah. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Huisman, E.A. 1987. principles of Fish Production. Department of Fish Culture and Fisheries Wageningen Agricultural University, Wageningen. Netherland. P;57-122. Hoar, W.S. and Randall, D.J. 1971. Fish Physiology. Academic Press. New york. p: 293-309. Ikawati, A. P. 2007. Penyetruman Ikan Nila Dengan Arus Listrik 0,05 A; 0,07 A; dan 0,09 A : Pengaruhnya Terhadap Waktu Pemingsanan dan Pulih. Skripsi. Departemen pemanfaatan Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Lagler et al.. 1962. Ichtyology. John Willey and Sons. New York 31 Nair, I. 1989. Biological Effects of Power Frequency Electric and Magnetic Fields. Background Paper, Assesment of Electric Power Wheeling and Dealing : Technological Consideration for Increasing Competition, OTA-BP-E-53, Washington DC : U.S. Goverment Printing Office. Nuryandani, E. 2005. Perubahan Kontraksi Otot Longitudinal Usus Halus Kelinci Akibat Paparan Medan Listrik dan Medan Magnet Secara In Vitro. Skripsi. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilma Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Purwanto, Arie. 2006. Gambaran Darah Ikan mas Cyprinus carpio Yang Terinfeksi Koi Herpes Virus. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Rahmadani, D. 2007. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame Osphronemus gouramy, Lac. Ukuran 3,14 cm yang Dipelihara dengan Padat Penebaran yang Berbeda dalam Akuarium Sistem Resirkulasi. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Volume I dan II. Bina Cipta. Jakarta. Suharyanto. 2003. Kajian Respon Udang Galah Terhadap Kejutan Listrik Arus Bolak-balik Dalam Tanki Percobaan Skala Laboratorium. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Stickney, RR. 1979. Principles of Warmwater Aquculture. Willey and Sons Inc., New York. Sitio, S. 2008. Pengaruh Medan Listrik Pada Media Pemeliharaan Bersalinitas 3 ppt Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup dan pertumbuhan ikan Gurame Osphronemous goramy Lac. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Zonneveld, N., E.A. Huisman, and J.H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT. Gramedia Utama. Jakarta. 318 hal. LAMPIRAN 33 Lampiran 1. Data tingkat kelangsungan hidup (SR) selama pemeliharaan Perlakuan Ulangan 0 2 4 6 1 81,25 56,25 62,5 50 2 75 68,75 50 50 3 87,5 68,75 43,75 rata-rata 81,25±6,25 64,58±7,22 56,25±8,84 47,92±3,61 Tabel sidik ragam Sumber keragaman Perlakuan Sisa Total JK 1780,30 286,45 DB 3 7 2066,76 10 KT 593,43 40,92 Fhit 14,50 P 0,00218 F tab 4,35 Hipotesis H0 : tidak ada perlakuan yang memberi pengaruh berbeda H1 : minimal ada satu perlakuan yang memberi pengaruh berbeda Keputusan F hit > F tab : tolak H0 Minimal ada satu perlakuan yang memberi pengaruh berbeda pada SK 95% Uji lanjut Tukey (I) Perlakuan (J) Perlakuan 0 2 4 6 0 4 6 0 2 6 0 2 4 2 4 6 Beda Nilai Tengah (I-J) Kesalahan Baku 16.67 25.00* 33.33* -16.67 8.33 16.67 -25.00* -8.33 8.33 -33.33* -16.67 -8.33 5.22 5.83 5.22 5.22 5.83 5.22 5.83 5.83 5.83 5.22 5.22 5.83 * Nilai berbeda nyata (P<0,05). P .058 .015 .002 .058 .523 .058 .015 .523 .523 .002 .058 .523 SK 95% Batas Batas bawah atas -.623 33.95 5.67 44.33 16.04 50.62 -33.95 .62 -10.99 27.66 -.62 33.95 -44.33 -5.66 -27.66 10.99 -10.99 27.66 -50.62 -16.04 -33.95 .62 -27.66 10.99 34 Lampiran 2. Data pertambahan bobot selama pemeliharaan Perlakuan Ulangan 0 10 20 30 K 1 1,84 1,96 4,15 6,87 2 1,84 2,32 3,43 4,09 3 1,84 2,08 2,90 4,19 rata-rata 1,84 2,12 3,49 5,05 2 1 1,84 1,56 2,61 5,33 2 1,84 2,55 3,89 6,91 3 1,84 2,16 4,32 5,64 rata-rata 1,84 2,09 3,60 5,96 4 1 1,84 2,86 3,87 5,93 2 1,84 2,56 3,02 4,88 3 1,84 1,75 3,20 5,28 rata-rata 1,84 2,39 3,36 5,36 6 1 1,84 2,08 3,38 3,81 2 1,84 2,27 2,89 5,78 3 1,84 2,52 3,26 4,87 rata-rata 1,84 2,29 3,18 4,82 Lampiran 3. Data panjang mutlak selama pemeliharaan Perlakuan Ulangan 0 2 4 1 2,67 2,77 3,30 2 2,86 2,92 3,30 3 2,45 2,93 1,81 rata-rata 2,66±1,05 2,84±1,19 2,80±1,12 Tabel sidik ragam Sumber keragaman Perlakuan Sisa Total JK 0,942552 0,685849 DB 3 7 1,6284 10 KT 0,31 0,09 Fhit 3,21 40 5,72 6,34 5,27 5,77 5,90 5,40 6,99 6,10 7,62 4,39 6,26 6,09 3,81 6,98 5,75 5,51 6 3,07 2,08 2,19 2,45±0,99 P Ftab 0,092435 4,35 Hipotesis H0 : tidak ada perlakuan yang memberi pengaruh berbeda H1 : minimal ada satu perlakuan yang memberi pengaruh berbeda Keputusan F hit < F tab : gagal tolak H0 Tidak ada perlakuan yang memberi pengaruh berbeda pada SK 95% 35 Lampiran 4. Data efisiensi pemberian pakan (EPP) selama pemeliharaan Perlakuan Ulangan 0 2 4 6 1 108,55 79,92 96,79 51,25 2 109,06 64,07 64,21 95,72 3 79,48 94,11 114,51 rata-rata 99,03±16,93 79,36±15,02 80,50±23,03 87,16±32,49 Tabel sidik ragam Sumber Keragaman Perlakuan Sisa Total JK 693,5101 3667,092 4360,602 DB KT 3 231,17 7 523,87 Fhit 0,44 P 0,730786 Ftab 4,35 10 Hipotesis H0 : tidak ada perlakuan yang memberi pengaruh berbeda H1 : minimal ada satu perlakuan yang memberi pengaruh berbeda Keputusan F hit < F tab : gagal tolak H0 Tidak ada perlakuan yang memberi pengaruh berbeda pada SK 95% Lampiran 5. Data rasio panjang usus terhadap panjang total (PU/PT) Perlakuan Ulangan 0 2 4 6 1 1,16 1,14 1,18 1,26 2 1,28 1,28 1,32 1,23 3 1,51 1,29 1,13 Rata-rata 1,32±0,17 1,24±0,08 1,25±0,21 1,21±0,07 Tabel sidik ragam Sumbr keragaman Perlakuan Sisa Total JK 0,021087 0,095364 DB 3 7 0,116451 10 KT 0,007 0,014 Fhit 0,52 P Ftab 0,684334 4,35 Hipotesis H0 : tidak ada perlakuan yang memberi pengaruh berbeda H1 : minimal ada satu perlakuan yang memberi pengaruh berbeda Keputusan F hit < F tab : gagal tolak H0 Tidak ada perlakuan yang memberi pengaruh berbeda pada SK 95% 36 Lampiran 6. Kualitas air: Nilai suhu (C) a. Suhu 28,50 28,00 27,50 27,00 26,50 26,00 25,50 25,00 0 2 4 6 0 10 20 30 40 Hari ke- b. Oksigen Terlarut Nilai DO (ppm) 8,00 0 6,00 2 4,00 4 2,00 6 0,00 0 10 20 30 40 Hari ke- Kesadahan (mg/l CaCO3) c. Kesadahan 1000 800 0 2 600 4 6 400 200 0 0 10 20 Hari ke- 30 40 37 d. Alkalinitas (mg/l CaCO3) Alkalinitas 150,00 0 100,00 2 4 50,00 6 0,00 0 10 20 30 40 Hari ke- Nilai DHL (mS/cm) e. Daya Hantar Listrik (DHL) 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 0 2 4 6 0 10 20 30 40 Hari ke- Nitrit (ppm) d. Nitrit 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 0 2 4 6 0 10 20 Hari ke- 30 40 38 mg/l e. Amonia 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001 0 kontrol 2 menit 4 menit 6 menit 0 10 20 30 40 Hari ke- f. TAN mg/l 1 0,8 kontrol 0,6 2 menit 0,4 4 menit 0,2 6 menit 0 0 10 20 Hari ke- 30 40 Lampiran 7. Data bobot ikan gurame selama pemeliharaan Hari ke0 1 1,50 1,48 1,90 1,71 2,04 1,43 1,92 1,84 2,65 2,28 2,14 2,29 1,67 1,52 2,34 1,62 1,32 1,83 1,48 1,86 K 2 1,50 1,48 1,90 1,71 2,04 1,43 1,92 1,84 2,65 2,28 2,14 2,29 1,67 1,52 2,34 1,62 1,32 1,83 1,48 1,86 3 1,50 1,48 1,90 1,71 2,04 1,43 1,92 1,84 2,65 2,28 2,14 2,29 1,67 1,52 2,34 1,62 1,32 1,83 1,48 1,86 1 1,50 1,48 1,90 1,71 2,04 1,43 1,92 1,84 2,65 2,28 2,14 2,29 1,67 1,52 2,34 1,62 1,32 1,83 1,48 1,86 2 2 1,50 1,48 1,90 1,71 2,04 1,43 1,92 1,84 2,65 2,28 2,14 2,29 1,67 1,52 2,34 1,62 1,32 1,83 1,48 1,86 3 1,50 1,48 1,90 1,71 2,04 1,43 1,92 1,84 2,65 2,28 2,14 2,29 1,67 1,52 2,34 1,62 1,32 1,83 1,48 1,86 1 1,50 1,48 1,90 1,71 2,04 1,43 1,92 1,84 2,65 2,28 2,14 2,29 1,67 1,52 2,34 1,62 1,32 1,83 1,48 1,86 4 2 1,50 1,48 1,90 1,71 2,04 1,43 1,92 1,84 2,65 2,28 2,14 2,29 1,67 1,52 2,34 1,62 1,32 1,83 1,48 1,86 3 1,50 1,48 1,90 1,71 2,04 1,43 1,92 1,84 2,65 2,28 2,14 2,29 1,67 1,52 2,34 1,62 1,32 1,83 1,48 1,86 1 1,50 1,48 1,90 1,71 2,04 1,43 1,92 1,84 2,65 2,28 2,14 2,29 1,67 1,52 2,34 1,62 1,32 1,83 1,48 1,86 6 2 1,50 1,48 1,90 1,71 2,04 1,43 1,92 1,84 2,65 2,28 2,14 2,29 1,67 1,52 2,34 1,62 1,32 1,83 1,48 1,86 3 1,50 1,48 1,90 1,71 2,04 1,43 1,92 1,84 2,65 2,28 2,14 2,29 1,67 1,52 2,34 1,62 1,32 1,83 1,48 1,86 39 10 20 minimal maksimal rata-rata rata-rata 1,32 2,65 1,84 1,96 4,86 6,63 4,94 2,28 4,72 1,44 minimal maksimal rata-rata 1,44 6,63 4,15 3,64 7,39 7,48 5,88 9,98 minimal maksimal rata-rata rata-rata 3,64 9,98 6,87 5,71 30 40 1,32 2,65 1,84 2,32 2,46 2,45 6,20 4,32 2,40 2,87 3,31 2,40 6,20 3,43 2,10 9,90 3,58 3,53 3,52 3,92 2,08 2,08 9,90 4,09 6,33 1,32 2,65 1,84 2,08 4,89 2,12 2,66 3,50 2,30 2,80 2,00 2,00 4,89 2,90 4,82 2,16 1,12 10,80 4,92 2,15 3,33 1,12 10,80 4,19 5,27 1,32 2,65 1,84 1,56 2,04 2,28 2,50 3,66 2,75 2,42 1,32 2,65 1,84 2,55 4,28 1,78 6,50 3,31 4,64 2,80 2,04 3,66 2,61 6,12 4,42 5,46 1,78 6,50 3,89 5,47 5,09 6,04 9,82 8,12 4,42 6,12 5,33 5,89 5,09 9,82 6,91 5,40 1,32 2,65 1,84 2,16 5,01 3,74 4,29 2,72 2,79 7,91 3,76 2,72 7,91 4,32 3,43 10,71 3,43 8,48 5,42 2,34 1,32 2,65 1,84 2,86 5,67 3,02 6,15 3,88 3,03 2,62 2,69 2,62 6,15 3,87 9,66 9,11 4,81 6,04 3,22 1,32 2,65 1,84 2,56 4,66 2,29 2,21 5,76 1,83 1,84 2,53 1,83 5,76 3,02 5,36 5,48 3,30 5,36 1,32 2,65 1,84 2,52 1,27 3,70 4,64 1,32 2,65 1,84 2,08 2,70 2,90 1,70 1,86 7,73 1,27 4,64 3,20 3,26 7,30 1,70 7,73 3,38 4,61 5,88 2,49 2,27 2,34 10,71 5,64 6,98 3,22 9,66 6,57 4,35 3,30 5,48 4,88 7,62 3,26 7,30 5,28 6,26 2,27 5,88 3,81 3,81 1,32 2,65 1,84 2,27 5,03 1,03 2,29 2,52 2,16 5,23 1,97 1,03 5,23 2,89 6,84 5,83 7,05 4,86 8,09 2,01 1,32 2,65 1,84 1,75 3,36 5,23 1,72 5,72 3,14 1,98 1,70 1,70 5,72 3,26 4,85 3,35 7,40 3,60 6,91 3,08 2,01 8,09 5,78 6,98 3,08 7,40 4,87 5,75