Vol. 2 No. 2 Mei 2014 PENERAPAN PERMAINAN SENAM OTAK (BRAIN GYM) DALAM MENGOPTIMALKAN OTAK KANAN ANAK USIA DINI Indah Wulandari (11261603) Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Abstrak Setiap Anak dilahirkan dengan bakat yang merupakan potensi kemampuan (inherent component of ability) yang berbeda-beda dan yang terwujud karena interaksi yang dinamis antara keunikan individu dan pengaruh ingkungan. BerbagaI kemampuan yang teraktualisasikan beranjak dari berfungsinya otak kita. Berfungsinya otak kita, adalah hasil interaksi dari cetakan biru (blue print) genetis dan pengaruh lingkungan itu. Pada waktu manusia lahr, kelengkapan organisasi otak yang memuat 100 – 200 milyar sel otak (Teyler, 1977, dalam Clark, 1986), siap untuk dikembangkan serta diaktualisasikanmencapai tingkat perkembangan potensi tertinggi. Jumlah ini mncakup beberapa trilyun jenis informasi dalam hidup manusia (Sogan, 1977, dalam Clark, 1986). Sayang sekali, riset membuktikan bahwa hanya 5% dari kemampuan tersebut (Ferguson, 1973 dalam Clark, 1986). Penggunaan system kompleks dari proses pengelolaan otak ini sebenarnya sangat menentukan intelegensi maupun kepribadian dan kualitas kehidupan yang dialami seseorang manusia, serta kualitas manusia itu sendiri. Untuk meningkatkan kecerdasan anak maka produksi sel neuroglial, yaitu sel khusus yang mengelilingi sel neuron yang merupakan unit dasar otak, dapat ditingkatkan melalui berbagai stimulus yang menambah aktivitas antara sel neuron (synaptic activity), dan yang memungkinkan akselerasi proses berpikir (Thomson, Berger dan Bery, 1980, dalam Clark, 1986). Kecerdasan orang banyak ditentukan oleh struktur otak. Cerebrum otak besar dibagi dalam dua belahan otak yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpus callosum. Belahan otak kanan menguasai belahan kiri badan. Respon, tugas dan fungsi belahan otak kiri dan kanan berbeda dalam menghayati berbagai pengalaman belajar, sebagaimana seorang mengalami realitas secara berbeda-beda dan unik. Belahan belahan otak kiri terutama berfugsi untuk merespon terhadap hal yang siftnya liner, logis, teratur, sedangkan yang kanan untuk mengembangkan imaginasi dan kreativitas. Berfungsinya belahan otak kanan inilah yang perlu digalakan dalam pengembangan kreativitas. Sayang sekali, sekolah-sekolah kita pada umumnya kurang memperhatikan berfungsinya belahan otak kanan. Pembelajaran yang mengendalikan berfungsinya kedua belahan otak secara harmonis akan banyak membantu anak berprakarsa mengatasi dirinya, meningkatkan prestasi belajar sehingga mencapai kemandirian dan mampu menghadapi berbagai tantangan. Untuk itu, penulis mengajak para pendidik, atau tenaga kepedidikan, orangtua, dan siapapun yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan anak usia dini untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan kecerdasan otak anak dengan aktif melakukan senam otak. Menurut penelitian, senam otak mampu mengembangkan kreatifitas anak dan mampu meningkatkan daya konsentrasi serta menimbulkan kemandirian dan kematangan emosional anak. Segala bentuk kebaikan, kerap orangtua lakukan untuk perbaikan anak-anak yang dicintainya. Sebagai pendidik, seharusnya juga mampu dalam mengatasi segala bentuk kesulitan siswa didiknya. Juga, sebagai generasi muda pemegang kekuatan utama, yaitu melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam mengatasi permasalahan dalam pendidikan. Kata Kunci : Senam Otak, Otak Kanan PENDAHULUAN Anak adalah permata yang diberikan oleh Allah kepada kita. Allah memberikan-Nya kepada kita karena kita dipercaya untuk menjaganya, melindunginya, dan mendidiknya menjadi manusia yang utuh. Setiap bayi lahir mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang masih terpendam dalam dirinya. Kitalah sebagai orang tua dan tenaga pendidik yang harus menggali dan 28 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 mengembangkan, sehingga potensi yang tersimpan itu nantinya bisa menjadi bekal hidupnya di masa depan. Ketika sebagai orang tua dan pendidik dengan kesabaran, keikhlasan dan kelembutan mendidik anaknya dengan sungguh-sungguh, maka permata yang diberikannya akan semakin besinar. Namun sebaliknya, saat orang tuanya membiarkannya atau bahkan “membunuh” potensi hebat yang ada dalam dirinya, entah sadar maupun tidak sadar, maka permata itu lambat laun kecermelangannya akan pudar, dan akhirnya akan menjadi logam tidak berguna. Anak usia dini merupakan tahapan penting kehidupan dalam hal perkembangan anak secara fisik, intelektual, emosional dan sosial. Pertumbuhan kemajuan kemampuan mental dan fisik pada tingkat yang menakjubkan dan proposi yang sangat tinggi dari pembelajaran terjadi dari lahir sampai usia tujuh tahun. Ini adalah saat ketika anak-anak sangat membutuhkan perawatan pribadi berkualitas tinggi pada pengalaman belajar. Kesepahaman umum telah menegaskan bahwa anak-anak adalah asset masa depan suatu bangsa. Anak-anak hari ini adalah generasi masa depan. Anak-anak tersebut tidak akan mempunyai pengaruh dan posisi yang besar kecuali jika mereka dididik dengan baik, dan jiwa mereka diasah dengan semua hal-hal yang baik dan bermanfaat. Karenanya, penting bagi seorang anak adalah pengembangan pembentukan kepribadian mereka semenjak pertumbuhan pertamanya. Masa pertumbuhan pertama anak menunjuk masa usia dini, yang populer disebut dengan masa emas (golden age), suatu masa krisis yang memiliki nilai tinggi dan penting. Dikatakan sebagai masa emas karena pada usia tersebut terjadi proses perkembangan organ sentral bagi tingkah laku manusia, yaitu otak. Yaitu, jika anak mendapatkan stimulasi yang tepat dan baik maka sekitar 50 % kapasitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi pada anak usia 4 tahun, dan 80 % telah terjadi ketika anak berusia 8 tahun (kelas 2 atau 3 SD), serta 100 % ketika anak berusia 18 tahun (usia SMA). Pada usia di atas 18 tahun kemampuan otak manusia tidak lagi mengalami perkembangan/stagnasi. Keadaan ini menyodorkan suatu hal yang teramat penting kepada kita bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4 tahun pertama usia pra sekolah sana besarnya dengan perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 14 tahun berikutnya (usia SD – SMA). Bagaimana realisasi stimulasi perkembangan otak dalam praktek pendidikan kita? Sudahkah usia 4 tahun mendapatkan porsi perhatian secara proposional? Sejatinya jika para orangtua mengerti, usia dini itu merupakan momentum yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Baik secara fisik, psikis, ataupun psikologi, terbentuk mulai dari usia dini tersebut. Menurut para pakar psikologi anak, sejak usia 0-1 tahun pertama, sel-sel otak anak atau yang disebut neuron berkembang sangat pesat. Begitu pesatnya neuron tersebut, sampai-sampai melebihi perkembangan pada tahun-tahun berikutnya. Neuron itu laksana kabel dengan panjang bermil-mil itu saling menghubungkan dan membuat jalur-jalur yang begitu rumit dan kompleks. Jalur-jalur neuron ini berfungsi menerima aneka pesan, dan menyampaikan pikiran kepada bagian otaklainnya. Ketika bayi lahir, neuron ini belum saling berkaitan. Tetapi ketika bayi sudah mulai tumbuh, melihat dan 29 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 mengenali dunia, jutaan sel neuron itu akan saling sambung menyambung setiap harinya, sehingga otak mampu mengelola dan mengorganisasi dirinya semakin baik dan sempurna. Pendidikan anak di mulai dari saat anak di bawa pulang dari rumah bersalin dan terus pada saat anak mulai menghadiri kelompok bermain dan Taman Kanak-Kanak. Kemampuan belajar manusia terus selama masih sisa hidup mereka, tetapi tidak pada intensitas yang ditunjukan dalam tahun-tahun pra sekolah. Dengan pemikiran ini, bayi dan balita membutuhkan pengalaman positif pembelajaran dini untuk membantu perkembangan intelektual, social dan emosional. Ini meletakkan dasar keberhasilan sekolahnya nanti. Inilah awal kesadaran kita sebagai orang tua atau pendidik, untuk selalu memberikan stimulasi bagi perkembangan anak usia dini. Manusia lahir dengan potensi, namun untuk mengaktualisasikan potensi tersebut manusia perlu mendapat bimbingan dari lingkungan sekitarnya. Jika lingkungan tidak mendukung, maka potensi yang dimiliki manusia tidak akan berkembang. Misalnya, seorang anak manusia (bayi) yang dibesarkan oleh seekor serigala. Dia akan berjalan dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kakinya, merangkak seumur hidupnya, karena tidak ada yang mengajarinya berjalan seperti manusia. Pendidikan Anak usia Dini merupakan hal yang sangat fundamental, karena apa yang diberikan Tuhan ketika anak baru lahir barulah berupa potensi, baik potensi fisik (jasmani dengan semua alat inderanya) maupun potensi non-fisik (akal, kalbu, dll). Potensi tersebut harus ditumbuhkembangkan melalui berbagai stimulasi /rangsangan. Yang menyedihkan, perkembangan jaman kemudian lebih mengedepankan otak kiri ketimbang otak kanan. Bahkan, dunia pendidikan konvensional mulai dari sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi, sekarang ini sangat mengabaikan otak kanan, sehingga melulu selalu menggunakan otak kirinya. Hanya 10% saja pemanfaatan otak kanan dalam pengembangan pembelajaran anak di sekolah dilakukan. Proses pembelajaran pada anak usia dini, seharusnyalah yang menaruh perhatian pada penyeimbangan antara otak kanan dan kiri. Sebagai seorang tenaga kreatif, guru berperan penting dalam mengembangkan kreatifitas dan mental anak didiknya. Kondisi yang menyayangkan adalah, pada proses pendidikan konvensional sekarang ini dari mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi selalu dan terlalu banyak mencerdaskan otak kiri. Hal membanggakan kemudian adalah, pengajaran di kelompok bermain ataupun TK masih menaruh perhatian pada otak kanan. Walaupun kemudian pada perkembangan selanjutnya, kreatifitas pengaktifan otak kanan masih sangatlah kurang. Seorang guru harus mampu berkomunikasi dengan anak didiknya dengan bernyanyi dan bercerita dalam bahasa sederhana yang di pahami anak didiknya. Bukan hanya itu, seorang guru pun harus menguasai beberapa permainan otak, yang berfungsi sempurna untuk mengaktifkan kedua belahan otak, terutama otak kanan. Pengaktifan otak kanan berfungsi luar biasa bagi perkembangan emosi seseorang kelak ketika anak tersebut telah menginjak dewasa. 30 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 Dalam penelitian ini, penulis merasa memiliki kepentingan besar dalam mempelajari serta meneliti perkembangan otak anak usia dini dengan membuat penelitian tentang senam otak untuk keseimbangan otak kanan dan kiri anak. Pada penelitian ini, penulis menerapkan senam otak pada anak usia dini dengan parometer usia 5-6 tahun di TK Budi Utomo I, Desa Bogosari, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak. Pada usia tersebutlah sistem limbik atau otak mamalia yang berfungsi sebagai pengendali emosi manusia sedang tumbuh dan berkembang. KAJIAN PUSTAKA Brain Gym atau Senam Otak Senam otak (Brain Gym) adalah serangkaian latihan gerak sederhana yang digunakan untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari. gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas), meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan), merangsang sestem yang terkait dengan persaan/emosional, yakni otak tengah atau limbik, serta otak besar (dimensi pemusatan). Disebut brain gym lantaran gerakannya sederhana namun bermanfaat dalam membantu perkembangan otak secara keseluruhan. Selain itu, koordinasi mata, telinga, tangan, dan seluruh anggota tubuh pun dapat diasah melalui senam otak ini. Senam otak ini di pelopori oleh Paul E Denisson, Ph.D dan istrinya, Gail Denisson, dari lembaga Educational Kinesiology Foundation, Amerika Serikat (www.kisuta.com, 2013). Senam otak atau brain gym diperlukan untuk mengurangi stres di otak akibat belajar terlalu keras, kurang berfungsinya bagian otak tertentu akibat melemahnya integrasi mekanisme otak, dan perasaan kurang mampu dan percaya diri yang mengakibatkan semangat belajar turun sehingga mempengaruhi semangat belajar. Optimalisasi Otak Kanan Dua belahan otak manusia manusia sering dijuluki dengan sebutan otak kanan dan otak kiri. Julukan tersebut bukan sebuah temuan baru, melainkan sudah ditemukan beberapa abad yang lalu. Sebuah bukti, orang Mesir sudah mengetahui cara kerja otak kanan dan otak kiri. Otak kanan cenderung mengendalikan dan menerima sensasi-sensasi sisi kiri tubuh seseorang dan demikian juga sebaliknya. Selama dua dekade terakhir, penelitian yang sangat mendasar mengungkapkan bahwa kedua belahan otak menjalani fungsi yang berbeda. Kedua bagian otak itu dihubungkan oleh jaringan yang amat sangat komplek. Jaringan ini difungsikan untuk mengirimkan secara timbal balik informasi antara kedua belahan otak. Tetapi, dengan ungkapan lebih sederhana berdasarkan penelitian Profesor Roger Sperry dari Universitas California (www.sehat-online.blogspot.com; 2013), secara umum otak kanan merupakan gudang kreativitas dan spontanitas yang berhubungan dengan rima, musik, irama, kesan visual warna dan gambar. Disamping itu, otak kanan juga mempunyai pemikiran yang sangat 31 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 luas dan tak terbatas, sehingga memori otak kanan bersifat panjang (long Term Memory). Otak kanan adalah “pikiran Metamorfosis” kita yang mencari analogi dan pola. Otak kanan juga cenderung berhubungan dengan jenis-jenis tertentu seperti pemikiran konseptual dan gagasan-gagasan abstrak mengenai cinta, keindahan, dan kesetiaan. Sedangkan otak kiri adalah otak yang berada di sebelah kiri kita. Otak kiri ini adalah jenis otak yang suka menganalisis dan banyak pertimbangan yang diperuntukkan bagi aspek-aspek pertimbangan yang diperuntukkan bagi aspek-aspek pembelajaran yang lazim disebut “akademik. Daya ingat otak kiri sangat pendek (short term memory). Di salam konteks pembicaraan mengenai otak kiri dan kanan, sebuah sumber memberikan penjelasan yang kurang lebih mendefinisikan bahwa otak kiri adalah otak untuk berpikir, menganalisis, menghitung, menulis, membaca, menghafal, yang kesemua bagian tersebut bersifat akademik. Oleh karena itu dapat disebutkan otak kiri bertanggung jawab terhadap IQ seseorang, sedangkan otak kanan bertanggung jawab terhadap daya kreativitas yang dihasilkan dari emosi, kreasi, imajinasi, pemikiran, daya ingat, kepribadian, pengamatan dan lain sebagainya. Dengan kata lain, otak kanan bertanggung jawab terhadap EQ seseorang. Perbedaan IQ dan EQ terletak pada penggunaannya, akan tetapi kalau keduanya digabungkan maka akan menghasilkan kekuatan besar yang mendorong pencapaian keberhasilan dalam hidup manusia. Otak kanan dan otak kiri mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Pada saat otak kanan sedang bekerja, otak kiri cenderung lebih tenang. Dan sebaliknya, pada saat otak kiri aktif bekerja, maka otak kanan cenderung diam. Walaupun setiap belahan otak tidak saling bersama-sama dalam aktif bekerja, akan tetapi keduanya terlibat sama dalam proses pemikiran. Otak manusia terlalu rumit dan kompleks untuk dikategorikan secara ketat seperti itu, tetapi pada kenyataannya kedua belahan iru secara terus menerus tetap saling berkomunikasi. Sebagai contoh sederhana, seumpama kita melihat raut wajah orang yang sedang murung, maka kita tidak akan melihat menggunakan otak kanan mengapa ia murung. Ketika kita mendengar sebuah percakapan, maka otak kiri sedang berkonsentrasi pada apa yang dikatakannya (isi), sementara otak kanan memperhatikan bagaimana ia diucapkan (emosi). Ketika kita sedang membaca puisi, maka otak kiri akan menyelami bait-baitnya, sedangkan otak kanan memproses maksud dibalik bait tersebut yang estetik. Selain itu, sistem emosional/limbik otak kita juga terlibat dlam proses ini. Dengan kata lain, seluruh otak dilibatkan secara aktif. Bukan kebetulan bahwa ketika kata demi kata dibaca dalam alunan sebuah puisi, maka kedua otak akan lebih mudah dan cepat dalam mempelajarinya, sehingga kita akan cepat memahami isi dari maksud puisi itu. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa inggris Classroom Action Research terdiri dari tiga kata, yaitu penelitian, tindakan dan kelas. Penelitian sendiri merupakan kegiatan untuk mencermati suatu obyek dengan menggunakan metodelogi tertentu dan bertujuan untuk memperoleh 32 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 data yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal. Tindakan adalah suatu tindakan yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara itu, penelitian tindakan didefinisakn sebagai studi seitematis dari upaya meningkatkan praktek pendidikan oleh kelompok partisipan dengan cara tindakan praktis mereka sendiri dan dengan cara refleksi mereka sendiri terhadap pengaruh tindakan tersebut (Hopkin dalam Emzir, 2008:234). Dalam konteks pendidikan, berarti PTK merupakan tindakan perbaikan guru dalam mengorganisasi pembelajaran secara sistematik untuk memperoleh hasilyang lebih baik. PTK menggunakan desain-desain penelitian tindakan seperti yang diungkapkan Mills dalam Creswell (2011:577), yaitu action research designs aresystematic prosedures done byteachers (or individuals in an educational setting) to gather information about, and subsequently improve, the ways their particular educational setting operates, their teaching, and their student learning. Dari kutipan ini, dapat dipahami bahwa PTK bertujuan untuk memperbaiki progam pembelajaran di kelas. Latar Belakang Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di PAUD Anak Merdeka di Desa Bogosari, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak dengan melibatkan seluruh siswa didik yang berjumlah 20 anak. Adapun pelaksaan program dilaksanakan mulai dari bulan maret 2013 sampai agustus tahun 2013 ini. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan pada penelitian ini terfokus pada rumusan masalah dan tujuan penelitian. dengan demikian, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses pembelajaran dalam memahami fungsi dan kerja senam otak. Tahapan-tahapan dari penelitian ini adalah : 1. Perencanaan Tindakan 2. Pelaksanaan Kegiatan 3. Observasi dan Evaluasi 4. Refleksi Tehnik Pengumpulan Data Pada bagian ini, penelitian tindakan kelas menggunalan metode observasi atau tes yang dilaksanakan di sekolah TK Budi Utomo. Penilaian dilakukan beberapa kali yaitu penilaian awal, penilaian proses, dan juga penilaian akhir. Instrumen pengamatan dilakukan dengan menggunakan catatan proses, juga rekaman audio visual. 1) Lembar observasi. 2) Lembar Dokumen 3) Lembar Dokumentasi Foto 4) Penugasan atau pemberian tugas 33 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 HASIL PENELITIAN Deskripsi Siklus I 1. Deskripsi Kondisi Awal/Pra Siklus Untuk mengawali kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti pertama-tama adalah dengan melihat data awal pra siklus hasil kegiatan yang telah dilakukan dan dijalankan sebelumnya yang dilakukan oleh pendidik kepada anak kelompok A TK Budi Utomo Bogosari, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak tahun pelajaran 2013/2014. Berikut ini hasil penelitian yang dilakukan di kelompok A TK Budi Utomo Bogosari: Pada kondisi awal, anak mengalami kekurang mampuan dalam melakukan gerakan senam otak, yang terlihat asing. Di awal permulaan siklus, tingkat konsentrasi dan daya kreatifitas anak dalam mengembangkan imajinasinya masih sangat minim. Keinginan anak dalam bersosialisasi dengan teman dan guru juga masih sedikit sekali. Kondisi awal diambil dari data hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru pengampu. Hasil pengamatan ini dibutuhkan untuk mengetahui tingkat kreatifitas anak sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Hasil tersebut juga digunakan sebagai acuan refleksi awal untuk menentukan perencanaan tindakan kelas. Refleksi sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas dapat dilihat dari hasil pengamatan dikelas yang menunjukkan bahwa konsentrasi anak TK Budi Utomo masih sangat rendah, hal ini juga ditambah dengan ketidak mampuan anak dalam bersosialisasi, baik dengan sesama teman, maupun dengan guru. Anak-anak cenderung merasa aman jika di dampingi dengan orangtuanya masing-masing. Dalam kata lain, kemandirian anak belumlah terbentuk. Pada anak didik di TK Budi Utomo, permasalahan kepekaan emosi menjadi hal mutlak yang terjadi sebelum pelaksaanaan penelitian dilakukan. Anak cenderung cengeng, belum mandiri, belum bisa bergaul atau bermain bersama dengan temannya, adalah masalah yang terjadi di awal pelaksanaan. Kekuatan konsentrasi anak terhadap daya tahan anak kepada kegiatan belajar juga minim terjadi. Terlebih, guru masih kurang memiliki andil dalam mengatasi anak-anak yang membutuhkan perhatian konsentrasi ini. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan permainanpermainan baru yang dipadukan dengan musik ceria tanpa harus anak didik menyadari bahwa mereka sedang melakukan senam otak. Hal ini dilakukan agar anak merasa nyaman melakukan senam otak, tanpa paksaan dan tekananan dalam bentuk apapun. a. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Pada Pertemuan Pertama Siklus I Pelaksanaan pertama tindakan kelas pada pertemuan pertama pada siklus I adalah, peneliti melakukan awalan dengan memberikan setiap anak air mineral sebanyak satu gelas kecil, dengan maksud menambahkan asupan oksigen ke dalam otak anak. Air dapat mengaktifkan otak untuk hubungan elektro kimiawi yang efisien antara otak dan sistem saraf, menyimpan dan menggunakan kembali informasi secara efisien. 34 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 Kedua, Menggerakkan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan kanan. Bergerak ke depan, ke samping, ke belakang, atau jalan di tempat. Untuk menyeberang garis tengah sebaiknya tangan menyentuh lutut yang berlawanan. Sebagai fungsi meningkatkan koordinasi kanan dan kiri, serta memperbaiki sistem pernafasan, pendengaran, dan pengelihatan. Ketiga, Gerakan dengan membuat angka delapan tidur di udara, tangan mengepal dan jari jempol ke atas, dimulai dengan menggerakkan kepalan ke sebelah kiri atas dan membentuk angka delapan tidur. Diikuti dengan gerakan mata melihat ke ujung jari jempol. Sebagai fungsi Meningkatkan pemusatan, keseimbangan dan koordinasi. Keempat, masih menggambar di udara dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah. Coretan ganda dalam bentuk nyata seperti: lingkaran, segitiga, bintang, hati. Gerakan dilakukan dengan kedua tangan. Fungsinya adalah meningkatkan kesadaran akan tubuh, koordinasi, serta keterampilan khusus tangan dan mata. Selajutnya, kelima adalah dengan meluruskan satu tangan ke atas, tangan yang lain ke samping kuping memegang tangan yang ke atas. Buang napas pelan, sementara otot-otot diaktifkan dengan mendorong tangan keempat jurusan (depan, belakang, dalam dan luar), sementara tangan yang satu menahan dorongan tsb. Tujuan dilaksanakannya kegiatan itu adalah meningkatkan fokus dan konsentrasi tanpa fokus berlebihan, serta membuat pernafasan lebih lancar dan sikap lebih santai. Keenam, atau terakhir adalah memulai dengan kaki terbuka. Mengarahkan kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan. menekuk lutut kanan sambil buang napas, lalu ambil napas waktu lutut kanan diluruskan kembali. Pinggul ditarik ke atas. Gerakan ini untuk menguatkan otot pinggul (bisa dirasakan di kaki yang lurus) dan membantu kestabilan punggung. Ulangi 3x, kemudian ganti dengan kaki kiri. (www.mycandle.files.wordpress.com, 6-9-2012) Rencana pembelajaran yang dilakukan oleh penulis pada siklus I mulai tanggal 29 juli 2013 sampai dengan 30 juli 2013. Untuk kegiatan proses belajar mengajar, penulis meminta bantuan teman sejawat sebagai pengamat dalam pelaksanaan kegiatan. b. Observasi Penilaian hasil observasi adalah hasil pencapaian dari proses peningkatan konsentrasi serta daya imajinasi, pengelolaan emosi, dan pengembangan emosi, sosialisasi anak pada siklus 1. Penilaian observasi anak diambil dari kehadiran anak, ketuntasan belajar dan partisipasi anak. 35 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 Tabel 1. Penilaian Aktifitas Anak Pada Siklus 1 Aspek penilaian Hasil Pengamatan Aktifitas anak Nilai rata- (%) rata SA A CA KA 8 9 2 1 3,2 85% Dari hasil tabel diatas bisa dilihat bahwa aktifitas anak pada TK Budi Utomo sebanyak 8 anak sangat aktif, 9 anak aktif, 2 anak cukup aktif, 1 anak kurang aktif, sehingga nilai rataratanya 3,2 dan persentasenya sebesar 85 % dari hasil ketuntasan . Lebih jelasnya bisa dilihat pada grafik dibawah ini. Penilaian aktifitas anak siklus 1 10 8 6 4 2 0 Series 1 Kurang aktif Cukup aktif Aktif Sangat aktif Gambar 1. Grafik aktifitas anak siklus I c. Refleksi kegiatan anak Siklus 1 merupakan awal dari penerapan peningkatan kreatifitas anak melalui media bermain balok. Keadaan dalam siklus ini belum sesuai harapan pembelajaran yang direncanakan. Dari hasil tersebut maka didapat permasalahan dalam kegiatan bermain balok sehingga persentase ketuntasan belajar belum tercapai. Tabel 2. Rekapitulasi ketuntasan anak pada siklus 1 No. Uraian Indikator keberhasilan Hasil siklus 1 1. Nilai rata-rata anak 3 2,62 2. Persentase ketuntasan belajar 80% 57% Tabel diatas terlihat rendahnya persentase ketuntasan belajar dari nilai rata-rata pada aspek nilai kemampuan menggerakan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan kanan 2,65 dan persentase ketuntasan belajar 60%, nilai aspek mampu membuat angka delapan tidur di udara mencapai nilai rata-rata 2,7, aspek mampu menggambar di udara dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah 2,55, aspek mampu meluruskan satu tangan ke atas, tangan yang lain ke samping kuping memegang tangan yang ke atas 2,55 dan aspek mampu membuat kaki terbuka, mengarahkan kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan 2,65. Sehingga nilai rata-rata secara klasikal 2, 62 < 3 dari nilai ketuntasan yang telah ditetapkan. 36 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 Sedangkan persentase ketuntasan belajar pada aspek penilaian kemampuan menggerakan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan kanan 60%, kemampuan membuat angka delapan tidur di udara 55%, menggambar di udara dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah 55%, kemampuan meluruskan satu tangan ke atas, tangan yang lain ke samping kuping memegang tangan yang ke atas 55%, membuat kaki terbuka, mengarahkan kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan 60%. Sehingga persentase belajar anak secara klasikal adalah 57% < 80% dari persentase hasil belajar yang ingin dicapai. Dari aspek yang diamati anak-anak masih bingung dalam meluruskan satu tangan ke atas, tangan yang lain ke samping kuping memegang tangan yang ke atas, membuat kaki terbuka, mengarahkan kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan, menjadi aspek yang perlu diperhatikan dan ditingkatkan, begitu juga dengan media musik sebagai satu-satunya alat bantu kegiatan, dibuat harus dibuat semeriah mungkin, sehingga anak dapat lebih semangat dalam melakukan senam. d. Refleksi kegiatan guru Peran guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Berdasarkan pada lampiran 6 perihal hasil observasi tindakan guru pada siklus 1 nilai rata-ratanya adalah: 2,77 < 3 (kategori baik). Hasil penilaian yang dilakukan guru kelas kelompok B TK Budi Utomo, yang dalam penelitian ini sebagai observer, menunjukkan bahwa masih kurang optimal tindakan pembelajaran guru (peneliti) pada siklus 1, ada beberapa hal yang kurang maksimal sehingga sangatlah penting untuk ditingkatkan agar pembelajaran lebih baik pada kegiatan di siklus II. Dalam penelitian ini juga melakukan wawancara untuk mengetahui respon anak. Wawancara ini hanya digunakan untuk memperkuat penelitian. Wawancara dilakukan secara acak dengan perwakilan 3 anak dari 20 siswa dari wawancara dapat diketahui anak senang senam otak, hanya saja lagu yang terdengar kurang ceria. Dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I yang melakukan gerakan senam belum berjalan dengan baik dan lancar, dimana masih terdapat anak-anak kurang aktif melaksanakan kegiatan ini. Anak juga masih belum banyak yang berkomunikasi satu sama cenderung masih bingung selama proses pembelajaran. Akan tetapi Anak sudah melakukan gerakan-gerakan ringan dan senantiasa bergembira karena dimotivasi gurunya. Deskripsi Kondisi Siklus II Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II, peneliti melakukan beberapa perbaikan baik dari sisi anak-anak, guru maupun alat atau media musik dengan memberikan musik yang lebih ceria, dengan harapan pada kegiatan pembelajaran pada siklus II tersebut semakin meningkat dalam perkembangan imajinasi anak. 37 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 Seperti pada kegiatan pembelajaran pada siklus I, pada siklus II ini peneliti juga melakukan perencanaan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Adapun proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II ini antara lain : a. Pelaksanaan dan Hasil Pada Siklus II Rencana pembelajaran yang dilakukan oleh penulis pada siklus II mulai tanggal 19 agustus sampai dengan 22 agustus 2013 dengan tema lingkunganku sub tema sekolah. Pelaksanaan pertama tindakan kelas pada pertemuan pertama pada siklus I adalah, peneliti melakukan awalan dengan memberikan setiap anak air mineral sebanyak satu gelas kecil, dengan maksud menambahkan asupan oksigen ke dalam otak anak. Air dapat mengaktifkan otak untuk hubungan elektro kimiawi yang efisien antara otak dan sistem saraf, menyimpan dan menggunakan kembali informasi secara efisien. Kedua, Menggerakkan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan kanan. Bergerak ke depan, ke samping, ke belakang, atau jalan di tempat. Untuk menyeberang garis tengah sebaiknya tangan menyentuh lutut yang berlawanan. Sebagai fungsi meningkatkan koordinasi kanan dan kiri, serta memperbaiki sistem pernafasan, pendengaran, dan pengelihatan. Ketiga, Gerakan dengan membuat angka delapan tidur di udara, tangan mengepal dan jari jempol ke atas, dimulai dengan menggerakkan kepalan ke sebelah kiri atas dan membentuk angka delapan tidur. Diikuti dengan gerakan mata melihat ke ujung jari jempol. Sebagai fungsi Meningkatkan pemusatan, keseimbangan dan koordinasi. Keempat, masih menggambar di udara dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah. Coretan ganda dalam bentuk nyata seperti : lingkaran, segitiga, bintang, hati. Gerakan dilakukan dengan kedua tangan. Fungsinya adalah meningkatkan kesadaran akan tubuh, koordinasi, serta keterampilan khusus tangan dan mata. Selajutnya, kelima adalah dengan meluruskan satu tangan ke atas, tangan yang lain ke samping kuping memegang tangan yang ke atas. Buang napas pelan, sementara otot-otot diaktifkan dengan mendorong tangan keempat jurusan (depan, belakang, dalam dan luar), sementara tangan yang satu menahan dorongan tsb. Tujuan dilaksanakannya kegiatan itu adalah meningkatkan fokus dan konsentrasi tanpa fokus berlebihan, serta membuat pernafasan lebih lancar dan sikap lebih santai. Keenam, atau terakhir adalah Mulai dengan kaki terbuka. Arahkan kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan. Tekuk lutut kanan sambil buang napas, lalu ambil napas waktu lutut kanan diluruskan kembali. Pinggul ditarik ke atas. Gerakan ini untuk menguatkan otot pinggul (bisa dirasakan di kaki yang lurus) dan membantu kestabilan punggung. Ulangi 3x, kemudian ganti dengan kaki kiri. (www.mycandle.files.wordpress.com, 6-9-2012) Pada pertemuan ini pendidik lebih memberikan kebebasan anak dalam berkreasi dan berimajinasi, agar anak dapat lebih rileks dalam menerima gerakan-gerakan baru. Selama proses 38 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 pembelajaran ini, pendidik mengamati kinerja anak dan memberi pengarahan serta motifasi pada anak atau kelompok yang mengalami kejenuhan dan kebosanan saat senam otak berlangsung. Pada siklus II observasi dalam penelitian dilakukan dengan berpedoman pada beberapa aspek atau indikator yang meliputi : Menggerakan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan kanan, membuat angka delapan tidur di udara, menggambar di udara dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah, meluruskan satu tangan ke atas, tangan yang lain ke samping kuping memegang tangan yang ke atas, membuat kaki terbuka, mengarahkan kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan b. Observasi Penilaian hasil observasi adalah hasil pencapaian dari proses peningkatan konsentrasi siswa serta daya imajinasi serta pengelolaan emosi yang dilakukan pada siklus II. Penilaian observasi anak diambil dari kehadiran anak, ketuntasan belajar dan partisipasi anak. Tabel 3. Penilaian aktifitas anak pada siklus II Aspek penilaian Hasil Pengamatan Nilai ratarata (%) SA A CA KA Aktifitas anak 11 8 1 3,2 95% Dari hasil tabel diatas bisa dilihat bahwa aktifitas anak kelompok A TK Budi Utomo sebanyak 11 anak sangat aktif, 8 anak aktif, 1 anak cukup aktif, sehingga nilai rata-ratanya 3,9 dan persentasenya sebesar 95 % dari hasil ketuntasan. Lebih jelasnya bisa dilihat pada grafik dibawah ini. Penilaian aktifitas anak siklus II 12 10 8 6 4 2 0 Kurang aktif Cukup aktif Aktif Sangat aktif Gambar 2. Grafik Aktifitas Anak Siklus II c. Hasil Pengamatan dan Evaluasi Tindakan Siklus II Adapun hasil pengamatan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada pembelajaran siklus II melalui observasi yang diamati oleh teman sejawat, mendapatkan hasil dimana semakin maju dari pembelajaran yang dilakukan dari pada saat siklus I. Pada siklus II observasi dalam penelitian dilakukan dengan berpedoman pada beberapa aspek atau indikator yang meliputi: Menggerakan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan kanan, membuat angka delapan tidur di udara, menggambar di udara dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah, meluruskan 39 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 satu tangan ke atas, tangan yang lain ke samping kuping memegang tangan yang ke atas, membuat kaki terbuka, mengarahkan kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan. Hasil peningkatan kemampuan anak pada siklus II mendapati tingkat ketuntasan atau pencapaian indikator anak pada kemampuan Menggerakan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan kanan mencapai 17 anak : 85%. Membuat angka delapan tidur di udara 16 anak : 80%. Menggambar di udara dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah 15 anak : 75%. Meluruskan satu tangan ke atas, tangan yang lain ke samping kuping memegang tangan yang ke atas 17 anak : 85%. Membuat kaki terbuka, mengarahkan kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan mencapai 17 anak : 85%. Hasil perkembangan kreatifitas anak dalam senam otak yang dilaksanakan pada kegiatan siklus II dapat dilihat pada gambar berikut di bawah ini. 14 12 10 8 6 4 BSB 2 BSH 0 Anak mampu Anak mampu membuat kaki membuat angka terbuka. Arahkan delapan tidur di kaki kanan ke udara kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan Anak mampu menggambar di udara dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah Anak mampu Anak mampu meluruskan satu Membuat kaki tangan ke atas, terbuka. Arahkan tangan yang lain kaki kanan ke ke samping kanan, dan kaki kuping kiri tetap lurus ke memegang depan tangan yang ke atas MB BB Gambar 3. Grafik Peningkatan Kreatifitas Senam Otak Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa masing-masing aspek penilaian anak lebih banyak masuk dalam kategori BSH dan BSB nilai rata-rata ≤ 3. Hasil belajar pada siklus ini sudah mencapai ketuntasan secara individu dan secara klasikal. Dalam penelitian ini juga melakukan wawancara untuk mengetahui respon anak. Wawancara ini hanya digunakan untuk memperkuat penelitian. Wawancara dilakukan secara acak dengan perwakilan 3 anak dari 20 siswa dari wawancara dapat diketahui anak senang saat melakukan senam otak dan dapat berkreasi dengan baik saat melakukan senam. 40 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 d. Refleksi Kegiatan Anak Siklus II merupakan metode penerapan senam otak dalam mengoptimalkan otak kanan dari siklus 1. Secara klasikal, persentase ketuntasan belajar sudah terpenuhi, sseperti tabel dibawah ini: Tabel 11 Rekapitulasi ketuntasan anak pada siklus II No. 1. 2. Uraian Nilai rata-rata anak Persentase ketuntasan belajar Indikator keberhasilan 3 80% Hasil siklus II 3,2 82% Tabel diatas terlihat rendahnya persentase ketuntasan belajar dari nilai rata-rata pada aspek nilai kemampuan menggerakan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan kanan, mencapai nilai rata-rata 3,35. Nilai aspek mampu membuat angka delapan tidur di udara mencapai nilai rata-rata 3,2. Aspek mampu menggambar di udara dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam ke luar ke atas dan ke bawah 3. aspek mampu meluruskan satu tangan ke atas tangan yang lain ke samping kuping memegang tangan yang ke atas 3,1. Aspek mampu membuat kaki terbuka arahkan kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan 3,35 sehingga nilai rata-rata secara klasikal 3,2 > 3 dari nilai ketuntasan yang telah ditetapkan. Sedangkan persentase ketuntasan belajar pada aspek penilaian kemampuan mengelom menggerakan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan kaki kiri dengan tangan kanan 85%, kemampuan membuat angka delapan tidur di udara 80%, kemampuan menggambar di udara dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam ke luar ke atas dan ke bawah 75%, kemampuan meluruskan satu tangan ke atas tangan yang lain ke samping kuping memegang tangan yang ke atas 85%, membuat kaki terbuka arahkan kaki kanan ke kanan, dan kaki kiri tetap lurus ke depan 85%. Sehingga, persentase belajar anak secara klasikal adalah 82% > 80% dari persentase hasil belajar yang ingin dicapai. e. Refleksi kegiatan guru Peran guru dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Berdasarkan pada lampiran 6 perihal hasil observasi tindakan guru pada siklus I nilai rata-ratanya adalah : 3,22 > 3 (kategori baik). Hasil penilaian yang dilakukan guru kelas kelompok A TK Budi Utomo yang dalam penelitian ini sebagai observer, menunjukkan bahwa tindakan pembelajaran guru (peneliti) pada siklus II dalam katergori baik. Sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan. 41 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Vol. 2 No. 2 Mei 2014 KESIMPULAN Dari hasil penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Melalui kegiatan senam otak, konsentrasi anak semakin baik, kepekaan emosi anak semakin stabil, kemandirian anak meningkat, serta dapat meningkatkan imajinasi dan kemampuan intelektual anak di TK Budi Utomo, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak. 2. Pada pembelajaran Siklus I terjadi peningkatan terhadap daya konsentrasi anak. Pada kondisi prasiklus dengan rata-rata nilai prosentase ketuntasan mencapai 35%, pada siklus I mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai prosentase ketuntasan mencapai 60%. 3. Pada pembelajaran siklus II juga terjadi peningkatan kreatifitas bermain balok dengan rata-rata nilai prosentase ketuntasan mencapai 71%. DAFTAR PUSTAKA Afifi Jhon (2000). Rahasia Di Balik Kekuatan Otak Tengah. Surabaya, Dee Publishing, Surabaya. Aqib Zainal, M. Maftuh, Sujak, Kawentar, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SMP, SMA, SMK, Yrama Widia. Einon Dorothy Dr (2005), Permainan Cerdas 1 Untuk Anak Usia 2-6 tahun , Jakarta: Erlangga. EinonDorothy Dr (2005), Permainan Cerdas 2 Untuk Anak Usia 2-6 tahun, Jakarta: Erlangga. Ginanjar Ary Agustian (2007), ESQ Emotional, Spiritual, Quotient, Jakarta: Arga Publishing. Hermawan Didik (2011), Spiritual Hypnoparenting, Solo: Miracle Publishing. Muhammad As’adi (2011), Dasyatnya Senam Otak, Yogyakarta: Diva Press Mustaqim Drs, Drs Abdul Wahib (2010), Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rieneka Cipta. Murphy Joseph Dr (2003), The Power of Your Subconcious Mind Daya Batin Bawah Sadar, Semarang: Dahara Prize Santosa IPPHO PhG (2010), 13 Wasiat Terlarang!. Jakarta: PT Gramedia Sutikno M. Sobri Drs (2013), Belajar dan Pembelajaran, Lombok: Holistica Suryadi, M.Pd.I (2010). Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: PEDAGOGIA PT Pustaka Insan Madani. Schiller Pam (2005), Start Smart! Memompa Kecerdasan Sejak Dini, Jakarta: Erlangga Woolsfson Richard Dr. Mengapa Anakku Begitu. PT Gelora Aksara Pratama. Wibowo Agus M.Pd (2012), Pendidikan Karakter Usia Dini, Yogyakarta, Pustaka Belajar Yurisaldi Arman dr, S,M.S., SpS (2010), Metode Aktivasi Otak, Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Zainudin Akbar (2011), Man Jadda Wajada 2, Jakarta: PT. Gramedia Suprihatin Ati (17 Mei 2013), Senam Otak Cara Cerdas yang Sehat, www.kisuta.com, 16 Juli 2013. Gardner Howard (2011), Kecerdasan, www.org/wiki/Kecerdasan, 16 Juli 2013. Farmulasih Sari (2011), Fungsi Otak, www.sehat-online.blogspot.com, 18 Juli 2013. Siti Sima M (2012), Senam Otak, www.zimaym.blogsppot.com/?m=1, 3 Agustus 2013. 42 | Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang