Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan sekarang ini sudah mengalami banyak kemajuan salah satunya menuntut mahasiswa untuk mampu menguasai teknologi dan juga bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi di dunia internasional khususnya pada dunia pendidikan. Sumbersumber informasi berbagai media tertuang dalam bahasa Inggris, demikian juga hubungan internasional yang dihantarkan dalam bahasa ini ( Fahrawaty 2003:3). Menurut Alwasilah dalam Budiarty (2004:10), penguasaan bahasa Inggris sangat penting karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh UNESCO, lebih kurang 71% penulisan ilmiah dilakukan dalam bahasa Perancis, Jerman, dan Inggris, bahasa Inggris menduduki 62%. Sejalan dengan itu dalam segi pendidikan sangatlah penting untuk mengerti dan memahami bahasa Inggris, karena banyak informasiinformasi baik itu buku, jurnal, media pembelajaran, maupun bahan ajarlainnya menggunakan bahasa Inggris. Disamping itu bahasa Inggris haruslah diiringi dengan bahasa Indonesia (bilingual),karena bahasa Inggris merupakan bahasa asing di Indonesia. Pembelajaran yang tepat dilaksanakan dalam dua bahasa (bilingual), siswa mendapatkan kesempatan berkomunikasi dalam bahasa Inggris ataupun Indonesia. Salah satu alternatif pembelajaran yaitu pembelajaran yang memanfaatkan bahan ajar multimedia 1 interaktif dengan bilingual (GIB). Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 2 Keberadaan bahan ajar multimedia yang menarik punsangat diperlukan dalam membantupemahamanmateri. Maka diperlukan pengembangan bahan ajar sebagai variasi dan penambah bahan ajar yang telah ada sebelumnya. Sejalan dengan hakekat pembelajaran tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengembangan bahan ajar bilingual berbasis multimedia. Bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar (Prastowo, 2011: 16). Ditinjau dari subjeknya bahan ajar dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yakni bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar dan bahan yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar. Saat ini pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting, bagi pengembangan kualitas pembelajaran dalam institusi pendidikan karena teknologi telah digunakan sebagai alat pembelajaran yang aktif digunakan pendidik atau peserta didik. Khususnya pembelajaran dengan memanfaatkan multimedia dapat memudahkan kita untuk melihat dan mengamati suatu objek pembelajaran yang sulit untuk dihadirkan saat pembelajaran, karena multimedia dapat menampilkan gambar, video, serta suara yang kontekstual. Hal ini sejalan dengan pengertian multimedia menurut Ashyar (2010: 86), istilah multimedia muncul pertama kali melalui media massa. Istilah ini dipakai untuk menyatukan teknologi digital dan analog di bidang entertainment, publishing, communications, marketing, advertising dan juga commercial. Multimedia Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 3 merupakan penggabungan dua kata “multi” dan “media“. Multi berarti banyak sedangkan media atau bentuk jamaknya berarti medium. Jadi multimedia dapat menampilkan lebih dari satu media, contohnya suara, gambar, video dan animasi didalam satu perangkat lunak. Penelitian tentang bahan ajar Bilingual telah dilakukan oleh Muhammad Fajar Taufikdan I Gusti Made Sanjaya yaitu penelitian mengenai pengembangan E-book interaktif bilingual pada materi pokok termokimia kelas XI untuk siswa rintisan sekolah bertaraf internasional. Menggunakan model 4-D (four-D model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan. E-book interaktif bilingual yang dikembangkan telah memperoleh persentase rata-rata dari siswa-siswi SMA Negeri 1 Sidoarjo sebesar 82,44% yang dikategorikan sangat layak. Selain itu dari hasil angket menyatakan bahwa materi yang disajikan e-bookbilingual memudahkan siswa dalam belajar mandiri, membantu siswa dalam mempelajari materi termokimia, materi sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir. Berdasarkan hasil wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah Mikrobiologi menyatakan bahwa belum ada bahan ajar menggunakan dua bahasa atau bilingual, khususnya untuk mahasiswa Biologi PGMIPAU yang dalam pelaksanaan kegiatan perkuliahan menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia.Saat ini pembelajaran pada mata kuliah Mikrobiolgi dilakukan dengan menggunakan Powerpoint dan buku pegangan Mikrobiologi.Karakteristik utama yang perlu diperhatikan dalam perkuliahan Mikrobiologi adalah pemahaman dan kejelasan Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 4 terhadap jenis-jenis mikroba yang bervariasi dan harus dipahami lebih spesifik untuk dapat memahami materi selanjutnya. Adapun jenis-jenis mikroba antara lain bakteri, virus, jamur, alga dan khamir. Namun pada penelitian ini hanya diteliti pada subpokok bahasan bakteri.Bakteri merupakan salah satu contoh mikroba yang memiliki jenis dan bentuk yang bervariasi sehingga dibutuhkan pemahaman yang lebih mendalam.Selain itu, bakteri juga memiliki struktur yang rumit karena morfologi bakterti hampir tidak berwarna atau transparan dan kontras dengan air. Hasil dari observasi terhadap analisis ketercapaian kompetensi mahasiswa pada materi sub pokok bahasan bakteri (Lampiran 5)diketahui bahwa persentase kompetensi keseluruhan yang berhasil dicapai 37,5 %, sedangkan persentase yang belum dicapai yaitu 62,5 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang diharapkan masih berada pada kategori rendah. Berdasarkan observasi bentuk-bentuk kesulitan belajar mahasiswa dalam menguasai sub pokok bahasan bakteri yaitu terdapat pada kompetensi identifikasi bakteri dan struktur tambahan bakteri, perbedaan dan persamaan Cyanobakteria dan bakteri, bentuk-bentuk bakteri, perbedaan sel prokariota dan eukariot dan juga buku berbahasa Inggris yang digunakan sebagai bahan ajar oleh dosen maupun mahasiswa. Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk mengembangkan dan merancang bahan ajar Mikrobiologi pada materi struktur dan pewarnaan mikroba sub pokok bahasan bakteri menggunakan program Adobe Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 5 director. Ide ini dituangkan dalam judul“Pengembangan Bahan ajar Bilingual Berbasis Multimedia pada Sub Pokok Bahasan Bakteri untuk Mahasiswa Biologi PGMIPAU Universitas Jambi”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalahbagaimana mendesain bahan ajar bilingual berbasis multimedia pada materi struktur dan pewarnaan mikroba pada sub pokok bahasan bakteri untuk mahasiswa Biologi PGMIPAU ? 1.3 Tujuan Pengembangan Membuat bahan ajar bilingual berbasis multimedia pada materi struktur dan pewarnaan mikroba subpokok bahasan bakteri untuk mahasiwa Biologi PGMIPAU. 1.4 Batasan Masalah Adapun batasan masalah pengembangan ini adalah sebagai berikut : 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah mahasiswa Biologi PGMIPAU yang telah mengontrak mata kuliah Mikrobiologi. 2. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran materi yang membahas tentang struktur dan pewarnaan mikroba subpokok bahasan bakteri. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 6 1.5 Spesifikasi Produk Spesifikasi produk bahan ajar pembelajaran berbasis Multimedia pada materi struktur dan pewarnaan mikroba subpokok bahasan bakteri yaitu : 1. Program : Adobe Reactor 11.5 2. Windows : Microsoft Windows 8/7/Vista/XP/2008 3. Format Program : Exe 4. Kegunaan : Sebagai bahan ajar mandiri Biologi materi Struktur dan pewarnaan mikroba subpokok bahasan bakteri. 5. Tingkat Pengguna Media : Mahasiswa Biologi PGMIPAU Universitas Jambi. 1.6 Kegunaan Hasil Pengembangan Hasil pengembangan ini diharapkan dapat digunakan bagi peneliti, mahasiswa dan dosen. 1. Sebagai pegangan mahasiswa dalam penguasaan materi pelajaran untuk mencapai kompetensi yang dicanangkan. 2. Sebagai informasi atau pemberi wawasan secara mandiri yang disampaikan oleh guru di kelas. 3. Sebagai bahan ajar yang dapat memberikan kesan nyata berkaitan dengan materi yang harus dikuasai. 4. Sebagai motivator untuk mempelajari lebih lanjut tentang materi tertentu. 1.7 Kelebihan Bahan Ajar Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 7 1. Menggunakan dua Bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Inggris. 2. Tampilan bahan ajar yang menarik. 3. Mahasiswa dapat menggunakan bahan ajar di rumah untuk belajar secara mandiri maupun kelompok. 1.8 Definisi Operasional 1. Bahanajarmerupakanbahanataumateripembelajaranyangdisusunsecarasistemati syangdigunakanpendidikdanpesertadidikdalamkegiatanbelajar mengajar. Misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya. 2. Billingual adalah dwi bahasa atau menggunakan dua bahasa. 3. Multimedia adalah terdiri lebih dari satu media, seperti gambar, suara, video didalam satu perangkat media. 4. Adobe Director 11.5 adalah software pembuat aplikasi multimedia, yaitu aplikasi yang menggunakan berbagai media untuk menyampaikan informasi ke end-user (pengguna). 5. exe. adalah sebuah file project yang menampilkan animasi yang ukurannya lebih kecil dibandingkan file animasi 2D lainnya. 6. PGMIPA-U adalah Pendidikan Guru Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unggulan. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Baham Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan ajar Bahan ajar adalah segala bentuk konten baik teks, audio, foto, video, animasi, dan lain-lain yang dapat digunakan untuk belajar.Ditinjau dari subjeknya, bahan ajar dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yakni bahan ajar yang sengaja dirancang untuk belajar dan bahan yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar (Tarsi, 2011). Dari kedua pengertian bahan ajar ini, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan segala bentuk bahan (informasi, teks, audio, alat) disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan dan kompetensi pembelajaran untuk membantu pelaksanaan proses belajar mengajar. Misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya.Namun jika tidak disusun secara sistematis maka tidak dapat dikatakan sebagai bahan ajar, walaupun bahan-bahan tersebut mengandung materi-materi pelajaran. Sumber dan bahan ajar yang baik dapat menjelaskan tujuan instruksional yang hendak dicapai dalam proses. Artinya sumber dan bahan ajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai atau memenuhiapa-apa yang dapat dikerjakan oleh mahasiswa pada kondisi tingkat kompetensi tertentu. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 9 Bahanajarmerupakanbahanataumateripembelajaranyangdisusunsecarasistemati syangdigunakanpendidikdanpesertadidikdalamkegiatanbelajar mengajar.Bahan ajar yang umum digunakan saat kegiatan belajar-mengajar di kelas-kelas yaitu buku pegangan yang bersangkutan. 2.1.2 Fungsi Pembuatan Bahan Ajar Menurut Prastowo (2011:24), ada beberapa fungsi bahan ajar berdasarkan pihak-pihak yang mengunakan bahan ajar yaitu: 1. Fungsi bahan ajar bagi pendidik: a) Menghemat waktu pendidik dalam mengajar. b) Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator. c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif. d) Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktifitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang semestinya diajarkan kepada peserta didik. e) Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran. 2. Fungsi bahan ajar bagi peserta didik, antara lain: a) Peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta didik yang lain. b) Peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki. c) Peserta didik dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing. d) Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 10 e) Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang mandiri. f) Sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua aktifitasnya dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya. 2.1.3 Manfaat Pembuatan Bahan Ajar Menurut Prastowo (2011:27), adapun manfaat atau kegunaan pembuatan bahan ajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu kegunaan bagi pendidik dan bagi pendidik dan kegunaan bagi peserta didik. a. Kegunaan bagi Pendidik Setidaknya, ada tiga kegunaan pembuatan bahan ajar bagi pendidik, diantaranya sebagai berikut: 1) Pendidik akan memiliki bahan ajar yang dapat membantu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 2) Bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai untuk menambah angka kredit pendidik guna keperluan kenaikan pangkat. 3) Menambah penghasilan pendidik jika hasil karyanya diterbitkan. b. Kegunaan bagi peserta didik Apabila bahan ajar tersedia secara bervariasi, inovatif, dan menarik, maka paling tidak ada tiga kegunaan bahan ajar bagi peserta didik, diantaranya sebagai berikut: Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 11 1) Kegiatan pembelajaran menjadi menarik. 2) Peserta didik lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri dengan bimbingan pendidik. 3) Peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai. 2.1.4 Kriteria Bahan Ajar Multimedia Menurut Asyhar (2012: 172), bahan ajar multimedia adalah media pembelajaran yang berbasis teknologi multimedia. Prinsip utama pembuatan bahan ajar berbasis multimedia harus sesuai dengan sasaran dan tujuan pembelajaran serta materi ajar.Bahan ajar tersebut juga dapat berinteraksi dengan peserta didik dengan maupun tanpa bantuan guru, artinya bahan ajar tersebut dapat digunakan secara mandiri oleh peserta didik.Setiap format bahan ajar multimedia memiliki karakteristik tertentu, kriteria bahan ajar pembelajaran multimedia yang baik ditentukan oleh karakteristiknya. Namun, secara umum dapat digambarkan beberapa kriteria bahan ajar multimedia yang baik sebagai berikut (Asyhar, 2012: 173) : a. Tampilan harus menarik baik dari sisi bentuk gambar maupun kombinasi warna yang digunakan. b. Narasi atau bahasa harus harus jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik, penggunaan istilah perlu disesuaikan dengan pengguna media agar pembelajaran bisa efektif. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 12 c. Materi disajikan secara interaktif artinya memungkinkan partisipasi dari peserta didik. d. Kebutuhan untuk mengakomodasi berbagai model (styles) yang berbeda dalam belajar. e. Karakteristik dan budaya personal dari populasi yang akan dijadikan target. f. Sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik materi dan tujuan yang ingin dicapai. g. Digunakan sebagai salah satu media pembelajaran, dalam arti sesuai dengan sarana pendukung tersedia. h. Memungkinkan ditampilkan suatu virtual learning environment (lingkungan belajar virtual). i. Proses pembelajaran adalah suatu kontinuitas utuh, bukan sporadic dan kejadian terpisah-pisah (disconnected events). 2.1.5 Prosedur Umum Pembuatan Bahan Ajar Multimedia Menurut Asyhar (2012: 174), untuk menghasilkan suatu bahan ajar multimedia yang baik dan tepat sasaran, ada beberapa tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Analisis :langkah awal dari pembuatan bahan ajar berbasis multimedia adalah analisis bahan ajar terhadap kurikulum yang berlaku. Bagian mana dari kurikulum tersebut yang berpeluang untuk dikembangkan dengan teknologi multimedia. Multimedia ini akan memberi dampak pada kurikulum. Oleh karena itu Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 13 instructional designer harus melakukan diagnosa pada bagian ini dari isi kurikulum yang sebaiknya disentuh oleh multimedia, tujuan pembelajaran apa yang akan dicapai dan bagaimana perbandingannya dengan format konvensial. 2. Pemilihan Teknologi: pada tahap ini, ditentukan teknologi apa yang akan digunakan untuk merealisasikan hasil analisis kurikulum yang telah dilakukan. Karena pada dasarnya terdapat lebih dari lusinan authoring system untuk pengembangan multimedia. 3. Merancang desain: setelah analisis selesai, dilanjutkan dengan perancangan desain media yang akan dibuat. Ini dimulai dari pencarian ide pengembangan, kira-kira seperti apa struktur navigasi untuk menampilkan bahan ajar multimedia tersebut. 4. Menyusun storyboard dan prototype: tahap berikutnya setelah semua bahan siap dan lengkap adalah menyusun storyboard dan prototype media. Storyboard adalah diagram alur cerita dari bahan ajar multimedia yang akan dibuat. Sedangkan prototype adalah desain kasar untuk bahan ajar. Pada storyboard sudah tergambar dengan jelas fragmen-fragmen atau bagian dari media. Misalnya, pembukaan, menu-menu navigasi, penyajian persentase, kuis, contoh-contoh kasus dan lainlain. 5. Identifikasi dan pengumpulan materi: pada bagian ini, diidentifikasikan bahanbahan atau materi yang diperlukan untuk pembuatan bahan ajar multimedia. Untuk memudahkan pembuat media, sebaiknya dibuatkan daftar kebutuhan yang Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 14 mencakup teks, suara, gambar, video, dan sebagainya bahan-bahan yang didapat sebaiknya disimpan di dalam satu folder. 6. Pembuatan bahan ajar: setelah bahan-bahan yang diperlukan lengkap, begitu pula konsep dan desainnya, maka dilanjutkan dengan pembuatan bahan ajar multimedia. Pada tahap ini sebaiknya setiap segmen cerita dibuat dalam modulmodul terpisah sehingga memudahkan dalam melakukan kontrol. 7. Ujicoba: langkah terakhir adalah ujicoba bahan ajar multimedia. Bahan ajar multimedia yang sudah selesai dibuat diujicobakan ke beberapa pengguna untuk memperoleh masukan. Hasil ujicoba digunakan sebagai bahan perbaikan atau revisi. 2.2 Adobe director Menurut Suhada (2012: 13), Adobe Director adalah software pembuat aplikasi multimedia, yaitu aplikasi yang menggunakan berbagai media untuk menyampaikan informasi ke end-user (pengguna). Program ini menggunakan Lingo sebagai bahasa pemrogramannya. Lingo dapat berfungsi untuk mengatur atribut dan segala action yang dapat dilakukan oleh setiap komponen. Adobe Director (Macromedia Director) adalah platform aplikasi authoring multimedia yang diciptakan oleh Macromedia sekarang bagian dari Adobe Systems. Hal ini memungkinkan pengguna untuk membangun aplikasi yang dibangun pada sebuah film metafora, dengan user sebagai “sutradara” film. Awalnya dirancang Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 15 untuk membuat urutan animasi, penambahan bahasa scripting yang disebut Lingo membuatnya menjadi pilihan populer untuk membuat CD-ROM dan kios mandiri dan konten web dengan menggunakan Adobe Shockwave. AdobeDirector mendukung proyek-proyek multimedia baik 2D dan 3D. Gambar 2.1 Tampilan Awal Software Adobe Director 11.5 (Sumber pribadi). 2.3 Bilingual 2.3.1 Pengertian Bilingual Kata bilingual berarti dwi bahasa atau dua bahasa. Pembelajaran bilingual adalah pembelajaran yang menggunakan dua bahasa sebagai media pengantar pembelajaran. Pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris adalah pembelajaran yang materi pembelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaiannya disampaikan dalam bahasa Inggris. Jadi, pendekatan pembelajaran bilingual merupakan pendekatan yakni jalan yang digunakan oleh guru untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan menggunakan pengantar dua bahasa. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 16 Pengertian bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mampu atau biasa memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua bahasa. Contoh bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Menurut Suma (2011:2), Pembelajaran bilingual diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 2004 yang diperkenalkan pada rintisan sekolah bertaraf internasional. Pada hakikatnya pembelajaran bilingual memiliki dua tujuan yaitu untuk meningkatkan kompetensi bahasa Inggris siswa dan pemahaman konten mata pelajaran itu sendiri. 2.3.2 Pembelajaran Bilingual Pembelajaran bilingual, seperti tercermin pada istilahnya, adalah semacam pembelajaran di mana dua bahasa digunakan secara kombinasi. Dalam pembelajaran bilingual umumnya digunakan kombinasi bahasa ibu dan bahasa lain selain bahasa ibu. Tujuan pembelajaran bilingual adalah utamanya memberikan bekal keterampilan berbahasa kepada siswa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam bahasa selain bahasa ibu, di samping membelajarkan isi melalui keterampilan berbahasa tersebut. Menurut Hurlock (dalam Kurniawan, 2011), dwibahasa (bilingualism) adalah kemampuan menggunakan dua bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam berbicara dan menulis tetapi juga kemampuan memahami apa yang dikomunikasikan orang lain secara lisan dan tertulis. Anak yang memiliki kemampuan dwibahasa memahami Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 17 bahasa asing dengan baik seperti halnya pemahaman anak terhadap bahasa ibunya. Anak mampu berbicara, membaca dan menulis dalam dua bahasa dengan kemampuan yang sama. Pelaksanaan pembelajaran secara bilingual menjadikan anak dapat memiliki pemahaman berkomunikasi lisan dan dapat berbicara dalam dua bahasa. 2.4 Tinjauan Materi 2.4.1 Pengertian Mikrobiologi Mikrobiologi ialah telaah mengenai organisme hidup yang berukuran mikroskopis.Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme bakteri, protozoa, virus. Bidang mikrobiologi kita mempelajari banyak segi mengenai jasadjasad renik ini (juga dinamakan mikroba atau protista). Di mana adanya, ciri-ciri kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok organisme lainnya, pengendaliannya, dan peranannya dalam kesehatan dan kesejahteraan kita (Pelczar dan Chan,1988: 5). Salah satu karakteristik utama sel bakteri adalah ukuran, bentuk, struktur dan penataan selnya. Berbagai ciri ini mencakup morfologi sel.Dunia mikroba terdiri dari berbagai kelompok jasad renik. Banyak bersel satu atau uniselulerantara lain bakteri, virus, jamur. Ada yang mempunyai ciri-ciri sel tumbuhan, ada yang mempunyai ciriciri sel binatang, dan ada yang mempunyai ciri-ciri kedua-duanya.Secara kolektif jasad renik disebut protista. Ciri utama yang membedakan kelompok Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 18 mikroorganisme tertentu dari yang lain ialah organisme bahan selularnya. Perbedaan ini, yang dijadiakan dua kategori utama, yaitu prokariota dan eukariota. 2.4.2 Morfologi Bakteri Menurut Lay dan Hastowo (1992: 27), salah satu karakteristik utama sel bakteri adalah ukuran, bentuk, struktur dan penataan selnya. Sel prokariotik (bakteri) lebih kecil dari sel-sel eukariotik, (panjang rata-rata 2 µm dan diameter rata-rata adalah 0,5 µm)bakteri yang paling kecil memiliki diamater sekitar 0,2 µm. Bentuk umum sel bacteria: Coccus (bulat), basil (batang), pleomorfik dan uliran (spiral) koma. Menurut Mckane dan Kandel (1996: 68),terdapat beberapa jenis bakteri dari bentuk umum bakteri tersebut, yaitu sebagai berikut: Gambar 2.2 Contoh Bakteri Coccus Gambar 2.3 Contoh Bakteri Basil Streptococcus thermophillus 1000 X Lactobacillus 1000 X Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 19 Gambar 2.4 Contoh Bakteri Spiral Methanospirillum 2000 X Gambar 2.5 Contoh Bakteri Pleomorfik Pleomorphic liposarcoma 1000 X Gambar 2.6 Contoh Bakteri Koma Vibrio comma 1000 X a) Kokkus (coccus tunggal= sperti buah berri) adalah bakteri yang mempunyai bentuk seperti bola ukurannya berkisar antara 0,4 dan 2 µm diameter. Diameter rata-rata 1 µm. Bentuk kokkus: sel tunggal (Monococcuus), berpasangan (Diplococcus), berantai (Streptococcus), seperti buah anggur (Stafilococcus). b) Basil (bacillus = batang) adalah organisme berbentuk batang biasanya berkisar antara 1 - 10 µm panjangnya. Beberapa basil sangat pendek dan kekar, bulat telur dan contohnya coccobacilli. Bentuk sel serupa batang/bacillus: sel tunggal (monobasil), dua sel bakteri basil berdempetan (diplobasil), beberapa sel basil berdempetan (streptobasil). Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 20 c) Bakteri spiral dibagi menjadi dua kelompok, spirilla (spirilla tunggal) dan spirochetes (termasuk agen sifilis), meskipun serupa dalam bentuk, spirochetes lebih fleksibel sedangkan sprilla kaku. Beberapa bakteri spiral terlalu tipis untuk dilihat dengan mikroskop standar dengan pencahayaan tinggi tetapi mudah diamati dengan mikroskop dengan pencahayaan rendah. d) Bakteri vibrio (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma). Kadang berbentuk spiral pendek dan tidak lengkap, berukuran lebih pendek dari bakteri spiral, contohnya yaitu: Vibrio Comma, Vibrio chlorae. e) Bentuk bakteri tidak beraturan (pleomorfik), bakteri pleomorpik memiliki variasi dalam bentuk dan ukuran organisme. Seperti halnya arti dari kata pleomorfik (pleo= lebih, morph = bentuk). Beberapa bakteri kekurangan dinding sel yang kaku dan membran plasma sehingga bakteri lebih fleksibel memungkinkan bakteri untuk berubah bentuk. Bakteri ini, yang disebut Mycoplasma, atau pleomorpik, contohnya Stella sp.bakteri berbentuk bintang morfologi bakteri jarang. 2.4.3 Struktur Sel Bakteri Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu struktur dasar dan struktur tambahan sel bakteri. Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang hidup bebas dan mampu bereproduksi sendiri tidak memiliki membran inti dan termasuk sel prokariot.Bakteri terdiri atas sitoplasma yang dikelilingi oleh dinding sel yang kaku yang terbuat dari suatu zat khusus yang disebut Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 21 peptidoglikan.Didalam sitoplasma yang terdapat materi genetik baik DNA maupun RNA, dan struktur intrasel yang diperlukan untuk metabolisme energi. 2.4.3.1 Struktur Dasar Sel Bakteri 1. Dinding Sel Menurut Bibiana dan Hastowo (1992: 310), dinding sel memberikan bentuk dan kekuatan pada sel prokariot.Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida. Ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram-negatif dan gram-positif yang mempunyai perbedaan dalam struktur dinding selnya. Dinding sel bakteri Gram-negatif merupakan struktur tipis berlapis sedangkan bakteri Gram-positif hanyamempunyai 1 lapis yang tebal.Meskipun strukturnya berbeda, susunan kimia dari dinding sel kedua kelompok bakteri ini tidaklah menunjukkan perbedaan yang mencolok. Bagian dinding sel yang memberikan sifat kaku ini diakibatkan karena terdapat peptidoglikan (murein, mukopeplida).Struktur dasar dari peptidoglikanadalah: 1. Tulang punggung peplidoglikan yang terdiri dari N-asetilglukosamin, N-asctil muramat. Kedua asam ammo ini dihubungkan oleh ikatan beta 1-4. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 22 2. Rantai tetrapeptida yang terikat pada muramat yaitu:L-Ala, D-Glu, R, D-Ala R merupakan asam diamino yang paling bervariasi dan dapat berupa:L-DAP niaumcso DAP (Diamino Pimclai), L-Lisin, L-omilin, L-diaminobulirat. Dinding Sel Bakteri Gram positif dan Gram negatif a. Dinding Sel Bakteri Gram-positif Bakteri Gram-positif memiliki kandungan peptidoglikan yang tinggi dibandingkan bakteri gram negatif, pada bakteri gram positif polimer ini dapat mencapai sampai 50%, sedangkan bakteri gram negatif mempunyai sekitar 10%. Pada Streptococus dinding selnya mengandung polisakarida. Pada Staphylococcusaureus dan Streptococcus faecalis terdapat polimer yang bersifat asam yang mengandung Ribitol fosfat atau Gliserol fosfat. Asam teikoat mengikat ion magnesium, ion ini berperan dalam membran sitoplasma sehingga memberikan ketahanan terhadap suhu tinggi. Pada umumnya kandungan lipid dinding sel Gram-positif rendah, terkecuali pada Mycobacterium. Pada bakteri ini lipidanya kaya akan asam mikolat (Bibiana dan Hastowo, 1992: 34). b. Dinding Sel Bakteri Gram-negatif Dinding sel bakteri gram-negatif lebih kompleks dibandingkan gram positif. Perbedaan utama ialah adanya lapisan membran luar, yang meliputi peptidoglikan. Kehadiran membran ini menyebabkan dinding sel bakteri gram-negatif kaya akan lipida (11-22%). Pada bakteri gram negatif Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 23 lapisan membran luar disebut “Outer wall layer” yang mempunyai struktur sebagai unit membran perbedaannya adalah bahwa lapisan ini tidak hanya terdiri dari fosfolipida saja seperti pada membran plasma tetapi juga mengandung lipida lainnya, polisakarida dan protein. Lipida dan polisakarida ini berhubungan erat dan membentuk struktur khas yang disebut lipopolisakarida atau LPS. Lapisan ini bersifat impermeabel terhadap molekul besar, namun demikian bersifat permeabel terhadap molekul kecil seperti nukleosida, oligosakarida, monosakarida dan asam amino, ini disebabkan protein porin (Bibiana dan Hastowo, 1992: 34). 2. Membran Plasma Membran sel merupakan struktur yang tipis yang meliputi sel. Struktur ini terdiri dari fosfolipida (20-30%) dan protein (60-70%). Fosfolipida merupakan struktur dasar dari membran ini.Fosfolipida terdiri dari bagian yang bersifat hidrofobik dan hidrofilik. Bagian hidrofobik saling berdekatan, demikian pula bagian hidrofiliknya sehingga akan membentuk 2 lapis. tersusun atas lapisan lipoprotein (fosfolipid dan protein) yang bersifat permeabel dan berperan untuk mengatur keluar masuknya zat-zat di dalam sel bakteri.Meskipun membran sel ini tipis akan tetapi fungsinya adalah sebagai penahan (barrier), sehingga tidak akan terjadi transport pasif cairan, dengan demikian membran berfungsi sebagai penahan bagi sebagian Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 24 besar molekul, meskipun beberapa molekul dapat dilalukan. (Bibiana dan Hastowo, 1992: 28). 3. Sitoplasma Sel Bakteri Daerah sitoplasma terdapat partikel-partikel RNA protein yang disebut Ribosom, terkemas padat diseluruh daerah sitoplasma. Sitoplasma merupakan cairan yang bersifat koloid dan berisi semua molekul ataupun zat yang diperlukan dalam proses metabolisme untuk menunjang kehidupan sel. Di dalam sitoplasma sel bakteri terdapat ribosom, mesosom, dan plasmid. Disusun oleh 80% air dan sisanya berupa bahan-bahan terlarut (enzim, karbohidrat, lemak, dan ion anorganik) (Pelczar dan Chan,1988: 112). 4. Ribosom dan DNA Ribosom merupakan badan ("some"=badan) yang mengandung asam ribonukleat dan mengatur sintesis dari protein. Ribosom terdiri dari:RNA (60%), protein (40%), funsi ribosom mengatur sintesis protein.Ribosom mempunyai ukuran tertentu dan dinyatakan dalam unit sedimentasi konsian (kecepatan turun suatu zat melalui cairan bila disentrifugasi secara cepat/ultrasentrifugasi).Unit sedimentasi adalah "S" (Svedberg). Prokariot mempunyai ribosom berukuran 70SSedangkan eukariot berukuran 80S. makin cepat ribosom disedimentasikan berarti makin besar berat molekulnya.Prokariot tidak memiliki nukleus sejati seperti eukariot. DNA pada Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 25 prokariot tidak diselubungi oleh suatu membran dan berupa untaian yang membentuk lingkaran. Berbeda dengan eukariot, pada bakteri tidak ditemukan protein histon pada DNAnya. DNA merupakan kromosom tunggal yang membawa semua sifat yang akan diturunkan. Selain DNA kromosomal didapatkan juga DNA ekstrakromosomal yang disebut plasmid. Plasmid ini dapat membawa sifat resistensi terhadap antibiotika, sehingga bakteri yang mengandung plasmid semacam ini akan bersifat resisten terhadap antibiotik. Pada prokariot, molekul DNA ini panjang sekali bila dibandingkan panjang bakterinya sendiri. Escheria coli misalnya mempunyai panjang sel 2 um, sedangkan panjang DNAnya sekitar 1200 um. Ini berarti bahwa DNA berlipat-lipat dalam sel. Dalam elektron mikroskop daerah ini akan terlihat sebagai daerah yang lebih gelap dari sekitarya dan disebut sebagai nukleoid (Bibiana dan Hastowo,1992: 41-43). 5. Granula Penyimpanan Granula atau inklusi yang diamati dalam berbagai jenis bakteri terkandung bahan, seperti polymetha phospat (disebut butiran metachromatic atau Volutin bodies), cyanophycin, polihidroksibutirat (PHB), protein, belerang, pati dan glikogen. Granula biasanya memiliki polimer osmotik besar yang signifikan dan tidak merusak satujenisgranul, osmotik sel. misalnya, Beberapa spesiesbakterikhasmemproduksi Corynebacteriumdiphtheriaemenghasilkan Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 26 jenisataugranuladisebutVolutin bodies. Volutin sebuahpolifosfatyangdapat berfungsisebagai bodies adalah sumberfosfatuntuk sintesisDNAdanRNA, dapat diperlihatkanmenggunakan pewarnasepertimetilenbiru. Sejauh ini bahan cadangan organik yang paling umum pada prokariota adalah polihidroksibutirat. Sebenarnya, butiran Polihidroksibutirat terdiri dari kumpulan asam lemak hidroksi rantai pendek, butiran dari polihidroksibutirat dapat dideteksi dengan pewarnaan dengan pewarna larut dalam lemak non ionik, seperti sudan hitam.Butiran ini digunakan oleh sel sebagai cadangan untuk membangun bahan sel baru. Sejumlah bakteri menyimpan sulfur sebagai bahan cadangan yang mereka gunakan sebagai sumber energi, belerang dapat mudah terlihat di gunung basah dengan menggunakan mikroskop fase kontras (Cano dan Colome,1986: 92). 2.4.3.2 Struktur Tambahan Sel Bakteri 1. Kapsul Beberapa sel bakteri, seperti misalnya Pneumokokus yang menyebabkan pneumonia, dikelilingi oleh suatu lapisan bahan kental yang disebut kapsul atau lapisan lendir.Ukuran kapsul sangat dipengaruhi oleh medium tempat ditumbuhkannya bakteri itu. Pada beberapa kejadian, tebalnya kapsul hanya satu persekian diameter selnya, dalam kasus-kasus lain ukuran kapsul jauh lebih besar daripada selnya (Pelczar dan Chan,1988: 112). Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 2. 27 Flagella Menurut Bibiana dan Hastowo (1992: 44-46), flagela merupakan alat gerak dan bakteri yang bersifat motil. Alat gerak ini sangat halus (20nm) sehingga tidak dapat terlihat langsung melalui mikroskop medan terang. Untuk dapat melihat flagela diperlukan teknik pewarnaan khusus.Letak flagela pada bakteri mempunyai pola tersendiri: 1. Monotriks :Bila flagela hanya terdapat pada salah satu ujungnya. 2. Lopotriks: Bila sekumpulan flagela terletak pada salah satu ujungnya. 3. Ampritiks :Apabila terdapat flagella pada setiap ujung bakteri. 4. Peritriks a. : Bila flagela terdapat pada seluruh permukaan bakteri. Struktur Flagela Flagela terdiri dari protein yang disebut flagelin. Susunan asam amino dari flagela agak berbeda bila dibandingkan dengan bagian sel lainnya. Asam amino yang seringkali ditemukan adalah:asam amino aromatik dan yang mengandung sulfur, asam aspartat dan glutamat.Kedua jenis asam amino ini terdapat dalam jumlah banyak.Bentuk dan panjangnya flagela tergantung pada susunan protein flagecilinbila terdapat perubahan susunan ini maka akan terjadi juga perubahan bentuk dan panjang flagela. b. Pergerakan Flagela Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 28 Bakteri bergerak dengan cara memutar, pergerakan ini dapat disamakan dengan pergerakan kotrek pembuka botol; gabus penutup botol dapat disamakan sebagai media bagi bakteri, sedangkan kotreknya sebagai flagela. Cara pergerakannya digambarkan sebagai gerakan renang yang diikuti oleh gerakan bolak-balik, sehingga arah gerakan berbeda diikuti kembali oleh gerakan renang.Letak flagela mempengaruhi pergerakan bakteri. Pada bakteri yang memiliki flagela polar atau lopotrikos pergerakannya hanyalah satu arah (berputar dalam satu arah). Sedangkan yang memiliki flagela petritrikos akan berputar-putar menuju segala arah. Sehingga seakan-akan meloncat dari satu tempat ke tempat yanglain. 3. Pili (fimbriae) Banyak bakteri gram negative mempunyai embel-embel seperti filament yang bukan flagela.Apendiks ini, yang disebut pilus (tunggal, pili), atau fimbria (jamak, fimbriae).Berukuran lebih kecil, lebih pendek, dan lebih banyak dari pada flagella.Pili hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron, tidak berfungsi untuk pergerakan. Dijumpai baik pada spesies nonmotil maupun yang motil. Namun ada beberapa fungsi yang berkaitan dengan tipe pili yang berbeda-beda.Salah satu jenis yang dikenal sabagai pilus F (atau pilus seks), berfungsi sebagai pintu gerbang bagi masuknya bahan genetik selama berlangsungnya perkawinan antar bakteri.Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.Fungsi fimbriae adalah sebagai alat untuk menempel pada substrat atau inang bakteri.Beberapa pili Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 29 berfungsi sebagai alat melekat pada berbagai permukaan. (Pelczar dan Chan,1988: 110-112). 4. Spora Spora bakteri merupakan struktur bakteri yang tahan panas, sehingga seringkali menyebabkan kesulitan dalam proses sterilisasi. Selain tahan panas spora bakteri juga tahan terhadap:kekeringan, radiasi, asam, desinfektans. Struktur ini seringkali disebut sebagai endospora oleh karena spora bakteri selalu terletak di dalam sel. Dengan mikroskop biasa spora akan terlihat sebagai struktur yang reflaktil. Spora bersifat impermeabel terhadap zat warna, sehingga diperlukan teknik pewarnaan khusus untuk mewarnai spora. Pada bakteri, spora bukan merupakan alat berkembang biak, berbeda dengan fungi yang mempunyai spora sebagai alat berkembang biak.Pembentuk spora terbagi dalam dua golongan yailu:Bacillus yang bersifat aerob, dan Clostridium yang bersifat anaerob (Lay dan Hastowo,1992: 49). Spesies - spesies tertentu bakteri menghasilkan spora, diluar sel vegetatife (eksospora) ataudi dalam sel vegetatife (endospora). Ini adalah tubuh yang secara metabolik dorman, dihasilkan pada fase yang lanjut pada pertumbuhan sel dan kondisi-kondisi yang sesuai, akan berkecambah dan menghasilkan sel yang sama seperti asalnya, atau vegetatife. Spora bersifat tahan terhadap banyak bahan fisik dan kimiawi (Pelczar dan Chan,1988:123). Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 a. 30 Eksospora Beberapa spesies bakteri menghasilkan spora eksternal.Streptomyces misalnya menghasilkan serantaian spora (disebut konidia).Yang disangga diujung hifa, suatu filament vegetatif. Proses ini serupa dengan proses pembentukan spora pada beberapa cendawan. b. Endospora Endospora hanya terdapat pada bakteri.Merupakan tubuh berdinding tebal, sangat retraktif, dan sangat resisten.Dihasilkan oleh semua spesies Bacillus, Clostradium, danSporasarcina. Bakteri yang mampu membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi, Selama banyak generasi sebagai sel vegetatife.Namun pada beberapa tahapan didalam pertumbuhannya terjadi sintesis sitoplasma baru didalam sitoplasma vegetatifnya yang dimaksudkan untuk dijadikan spora. 2. Mesosom Pada bakteri Gram-positif didapatkan involusi dari membran yang disebut mesosom. Involusi ini terletak pada daerah replikasi DNA, pembelahan sel, atau pembentukan spora. Struktur ini juga dikaitkan dengan pembentukan septum sewaktu pembelahan sel. Pada bakteri Gram-negatif, involusi ini terlihat sebagai Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 31 lekukan kecil dan seringkali dikaitkan dengan bahan nukleus, Fungsi mesosom menurut Bibiana dan Hastowo (1992, 31): 1. Respirasi. 2. Pembentukan dinding sel pada bakteri Gram-positif. 3. Pengaturan pembelahan sel. 4. Tempat pencantelan nukleus sewaktu replikasi. 5. Pengambilan DNA sewaktu proses transformasi. 5. Plasmid Plasmid adalah DNAekstrakromosomal yang dapat bereplikasi secara autonom dan bisa ditemukan pada sel hidup. Di dalam satu sel, dapat ditemukan lebih dari satu plasmid dengan ukuran yang sangat bervariasi namun semua plasmid tidak mengkodekan fungsi yang penting untuk pertumbuhan sel tersebut. Umumnya, plasmid mengkodekan gen-gen yang diperlukan agar dapat bertahan pada keadaan yang kurang menguntungkan sehingga bila lingkungan kembali normal, DNA plasmid dapat dibuang.Plasmid berbentuk seperti cincin, terdapat di dalam sitoplasma, dan berfungsi sebagai alat pertahanan sel terhadap lingkungan yang ekstrim. 2.4.4 Dua Tipe Dasar Sel Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 32 Ada dua tipe sel berdasarkan organisasinya, yakni: sel eukariotik dan sel prokariotik. Perbedaan yang paling jelas antara sel eukariotik dan sel prokariotik terletak pada kesederhanaan sel prokariotik membelah menjadi sua sel bebas dalam waktu relatif singkat dalam satuan menit, jika dibandingkan dengan sel eukariotik yang membelah dalam waktu lebih lama (dalam satuan jam atau hari). Sel eukariotik merupakan tipe sel yang perkembangannya telah sempurna dan dimiliki oleh organisme tingkat tinggi, seperti pada Animalia, Plantae, dan pada Fungi. Tipe sel prokariotik merupakan tipe sel sederhana, dimiliki oleh Monera, yaitu : bakteri dan algae biru (Purnomo, 2009: 11). 1. Organisasi Sel Eukariotik Adanya banyak membran intra-seluler yang menyekat sel menjadi sejumlah organel yang terpisah merupakan sifat utama sel eukariotik. Setiap organel mempunyai fungsi khusus yang diperlukan untuk memelihara sel. Retikulum endoplasmik merupakan struktur membran yang bertindak sebagai tempat biosintesis protein nonsitoplasmik dan hormon tertentu.Lisosom adalah struktur yang terkait membran yang mengandung berbagai enzim hidrolitik yang penting untuk perombakan bahan kompleks, antara lain untuk memusnahkan mikroorganisme lain yang masuk ke dalamnya. Mitokondria mempunyai struktur membran ganda, membentuk adenosis trifosfat (ATP) yang merupakan senyawa penyimpan energi dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 33 Pada sel tumbuhan yang berfotosintesis, klorofil atau pigmen penangkap cahaya, berada dalam organel yang diselubungi membran yang disebut kloroplas, yang mengubah energi cahaya menjadi ikatan kimia adenosis trifosfat (ATP) berenergi tinggi. Selain itu, tipe sel eukariotik mempunyai silinder panjang yang kosong, disebut mikro-tubulus yang berfungsi dalam menentukan bentuk sel. Semua organel sel eukariotik dikelilingi oleh membran plasma sel, yang bertindak untuk menampung organel intraseluler dalam sel eukariotik. Sel eukariotik mempunyai nukleus (inti) yang sebenarnya, karena terpisah dari sitoplasma sel oleh membran nukleus berlapis dua. Di dalam nukleus, DNA dan beberapa macam protein (histon) tersusun membentuk benang linear yang disebut kromososm. Jumlah kromosom dalam nukleus eukariotik adalah tetap untuk suatu jenis. Fungi mungkin mempunyai 1 atau 2 kromosom, manusia mempunyai 48 kromosom dan setiap jenis tumbuhan, hewan maupun mikroorganisme mempunyai jumlah kromosom yang berlainan. Apabila sel eukariotik membelah, melalui proses yang sangat rumit, melengkapi sel anakan dengan perangkat kromosom yang lengkap, sehingga sel anakan juga mengandung informasi genetik yang identik dengan yang terdapat pada sel induk (Purnomo, 2009: 11). 2. Organisasi Sel Prokariotik Tipe sel yang diwakili oleh bakteri dan cyanophyceae disebut prokariotik. Susunan sel juga diikat oleh membran plasma tetapi organelnya tidak bermembran atau organelnya tidak terpisah dari sitoplasma karena membran. Sel prokariotik tidak Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 34 mempunyai mitokondria dan jika bersifat fotosintetik tidak mempunyai kloroplas Energi sel prokariotik diproduksi melalui proses oksidasi fosforilasi, dengan membangkitkan gradien ion melintasi membran sel prokariotik yang mirip dengan gradien yang melintasi membran mitokondria atau kloroplas yang mendorong terjadinya sintesis oleh organel-organel tersebut. Aliran isi sel (sitoplasma) sering terlihat dalam sel eukariotik, tetapi tidak tampak dalam sel prokariotik.Sel prokariotik mempunyai dinding sel di luar membran sitoplasma yang mengandung asam muamalat, suatu senyawa yang tidak terdapat pada sel eukariotik. Sel prokariotik juga memiliki ribosom ( organel lonjong yang berfungsi untuk tempat sintesis protein) yang ukurannya lebih kecil dibanding ribosom dalam sitoplasma sel eukariotik. Sel prokariotik tidak mempunyai nukleus yang sebenarnya, karena DNA tidak terbungkus membran yang memisahkan dengan sitoplasma. DNA sel tidak terdapat sebagai kromosom tersendiri tetapi dalam benang tunggal sebagai struktur lingkaran tertutup dan sama sekali tidak mengandung histon. Gen sel prokariotik selalu disalin langsung ke dalam RNA pesuruh, sedangkan gen sel eukariotik mempunyai urutan intron yang lebih dahulu disalin menjadi calon RNA (Purnomo, 2009: 12). Tabel 2.1 Karakteristik Sel Prokaritik dan Sel Eukariotik Karakteristik Materi genetik Sel prokariotik Materi genetik melingkari molekul DNA. Tidak memiliki membran inti. Sel eukaritik Materi genetik nya terdapat di kromosom. Memiliki membran inti dan inti sel sejati. Bersambung kehalaman 35 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 35 Sambungan tabel 2.1.... Dinding sel Dinding sel mengandung peptidoglikan. Tidak mengandung peptidoglikan. Mitosis dan meiosis Tidak ada Ada Tempat respirasi sel Pada memran plasma Pada mitokondria Membran menutupi organel Tidak ada membran yang menutupi organel. Ada, yaitu: pada mitokondria, kloroplas, kompleks golgi, lisosom, dan endosplasma retilkulum. Ribosom Ribosom ukurannya lebih kecil dibandingkan eukariotik, umumnya bekisar 70S. Tersebar di sitoplasma. Flagella yang memutar dengan komposisi sederhaan dan beberapa dengan meluncur. Berukuran lebih kecil dibandingkan dengan sel eukariotik, diameter berkisar 0.2 µm- 3.0 µm. Dan panjangnya berkisar 0.5 um – 15 um. Ribosom lebih besar, yaitu 80S. Terdapat pada retikulum endoplasma. Flagella dan cillia yang bergelombang, dan pergerakan ameboid. Lebih besar ukurannya, berkisar 7 µm dan 100 µm. Penggerak Ukuran sel Cano dan Colome, (1986:78) 2.5 Penelitian yang Relevan Sistem pembelajaran berbasis komputer sekarang ini telah jauh meningkat dan bahasa Inggris pada saat ini merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam segala bidang karena bahasa Inggris telah menjadi bahasa Internasional. Pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris berbasis multimedia ini diharapkan menjadi alat bantu pembelajaran interaktif yang dapat meningkatkan minat belajar pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar billingual berbasis multimediapada mata kuliah Mikrobiologi sub pokok bahasan bakteri. Namun pada penelitian ini hanya diteliti pada subpokok bahasan Bakteri. Bakteri merupakan salah Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 36 satu contoh mikroba yang memiliki jenis dan bentuk yang bervariasi sehingga dibutuhkan pemahaman yang lebih mendalam. Selain itu, bakteri juga memiliki struktur yang rumit karena morfologi bakteri hampir tidak berwarna atau transparan dan kontras dengan air. Hal itu untuk mempermudah proses identifikasi bakteri. Penelitian mengenai pengembangan E-book interaktif bilingual pada materi pokok termokimia kelas XI untuk siswa rintisan sekolah bertaraf internasional yang dikembangkan oleh Muhammad Fajar Taufikdan I Gusti Made Sanjaya. Menggunakan model 4-D (four-D model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan. Model tersebut terdiri dari empat tahap pengembangan yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop), penyebaran (disseminate). Pada penelitian ini hanya sampai pada tahap pengembangan (develop). E-book interaktif bilingual yang dikembangkan telah memperoleh persentase rata-rata dari siswa-siswi SMA Negeri 1 Sidoarjo sebesar 82,44% yang dikategorikan sangat layak. Selain itu dari hasil angket menyatakan bahwa materi yang disajikan e-book bilingual memudahkan siswa dalam belajar mandiri, membantu siswa dalam mempelajari materi termokimia, materi sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir. Pengembangan Model Pembelajaran Bilingual Preview-Review Berbasis Inkuiri yang dikembangkan oleh Ketut suma. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan Model Pembelajaran Bilingual Preview-Review Berbasis Inkuiri 5E Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Penelitian diawali dengan need assessment di tiga sekolah RSBI, kemudian diikuti dengan perancangan Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 37 model, dan ujicoba terbatas. Hasil need assessment menunjukkan bahwa untuk pengembangan pembelajaran bilingual teridentifikasi kebutuhan sebagai berikut: (1) silabus dalam bahasa Inggris dan Indonesia; (2) perangkat pembelajaran dalam bahasa Inggris dan Indonesia; (3) guru Fisika yang memiliki kompetensi bahasa Inggris dengan skor TOEFL ≥500; (4) contoh-contoh model pembelajaran bilingual dan (5) guru Fisika yang berkualifikasi S-2 minimal 30%. Sementara itu, ujicoba terbatas menunjukkan bahwa rata-rata gain skor ternor-malisasi (g) = 0,7. Ini berarti, model pembelajaran ini “sangat efektif” dalam meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Identifikasi kondisi pembelajaran bilingual di tiga rintisan SMA BI menunjukkan bahwa kepala-kepala sekolah dan guru-guru Fisika di RSBI menunjukkan respon positif terhadap pembelajaran bilingual di sekolah. Hal ini ditunjukkan oleh persiapan-persiapan yang telah dilakukan antara lain; pengembangan perangkat pembelajaran dalam dua bahasa, mempersiapkan guruguru dalam bahasa Inggris, serta adanya program pendampingan. Adanya kesediaan para guru untuk mengikuti program-program pengembangan profesionalisme khususnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan kemampuan bahasa Inggris guru merupakan bukti komitmen mereka. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan bahan ajar ini yaitu penelitian pengembangan (research and development/ R&D), karena R&D merupakanmetode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407). 3.2 Model Pengembangan Model dapat diartikaan sebagai kerangka yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan kegiatan. Ketika menerapkan model, setidaknya disesuaikan dengan kebutuhan belajar. Model pengembangan yang dilakukan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah model Dick and Carey. Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah, setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya, kesepuluh langkah Dick and Carey menunjukkan hubungan yang sangat jelas dan tidak terputus antara langkah satu dan langkah lainnya(Setyosari, 2010: 223). 3.3 Prosedur Pengembangan Prosedur penelitian ini adalah langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian pengembangan bahan ajar multimedia yang dibagi dalam beberapa tahap sesuai dengan model pengembangan Dick and Carey, langkah-langkah prosedur pengembangan menurut Setyosari (2010) : 38 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 1. 39 Analisis Kebutuhan Melakukan analisis kebutuhan untuk menetukan tujuan produk yang akan dikembangkan. Kegiatan analisis kebutuhan ini peneliti mengidentifikasi kebutuhankebutuhan prioritas yang segera dipenuhi. Dengan mengkaji kebutuhan, pengembang akan mengetahui adanya suatu keadaan yang seharusnya ada (What should be) dan keadaan nyata atau riil di lapangan yang sebenarnya. Dengan melihat kesenjangan atau gap terjadi, pengembangan mencoba menawarkan suatu alternatif pemecahan dengan cara mengembangkan suatu produk atau desain tertentu (Setyosari, 2010: 223). 2. Analisis Pembelajaran Apabila yang dipilih adalah latar pembelajaran, maka langkah berikutnya pengembangan melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup keterampilan proses, prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Halhal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt need”, perlu diidentifikasi dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk atau desain yang dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi sebuah produk atau desain yang akan dikembangkan lebih lanjut dan memiliki kekhasan tersendiri. Pada tahap ini yaitu melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup analisis kesulitan belajar keterampilan, proses, dan prosedur, untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 40 need”perlu diidentifikasi dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk atau desain yang ingin dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi sebuah produk atau desain yang akan dikembangkan lebih lanjut dan memiliki kekhasan tersendiri. 3. Analisis Pebelajar dan Konteks Menganalisis pebelajar dan konteks, yang mencakup kemampuan, sikap, dan karakteristik awal pebelajar dalam latar pembelajaran. Dan juga termasuk karakteristik latar pembelajaran tersebut dimana pengetahuan dan keterampilan baru akan digunakan. Langkah (2) dan (3) dapat dilakukan baik secara berurutan, atau secara bersamaan. 4. Tujuan Umum dan Khusus Menjabarkan tujuan umum ke dalam tujuan yang lebih spesifik yang berupa rumusan tujuan untuk kerja, atau operasional. Gambaran rumusan operasional ini mencerminkan tujuan khusus program atau produk, prosedur yang dikembangkan. Tujuan ini secara spesifik memberikan informasi untuk mengembangkan butir-butir tes. Pengembang melakukan penerjemahan tujuan umum atau dari standar kompetensi yang telah ada kedalam tujuan yang lebih operasional (Setyosari, 2010: 224). 5. Mengembangkan Instrumen Mengembangkan instrumen asessment, yang secara langsung berkaitan dengan pembuatan soal-soal yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Instrumen dalam hal Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 41 ini bisa berkaitan langsung dengan tujuan operasional yang ingin dicapai berdasarkan indikator-indikator tertentu dan juga instrumen untuk mengukur perangkat produk atau desain yang dikembangkan. 6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran Mengembangkan strategi pembelajaran secara spesifik bertujuan untuk mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan.Strategi pembelajaran yang dirancang ini juga berkaitan dengan produk atau desain yang ingin dikembangkan. 7. Mengembangkan dan Memilih Materi Pembelajaran Pada tahap ini mulai mengembangkan bahan ajar dan memilih materi pembelajaran yang akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan silabus mata kuliah mikrobiologi. 8. Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Formatif Pada tahap ini, pengembang melaksanakan evaluasi terhadap desain dan isi/materi dari bahan ajar berdasarkan hasil penilaian dari ahli desain maupun ahli materi. Saran/masukan dan penilaian yang diberikan oleh para ahli dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk mendapatkan keputusan apakah bahan ajar perlu dilakukan revisi. 9. Melakukan Revisi Pada tahap ini, pengembang melakukan revisi terhadap bahan ajar yang didapatkan dari tahap evaluasi formatif. Revisi dilakukan untuk memperbaiki dan Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 42 mengamati kekurangan dan kelebihan bahan ajar sehingga bahan ajar menjadi lebih menarik dan layak digunakan dalam kegiatan belajar mandiri maupun kelompok mahasiswa. 10. Evaluasi Sumatif Pada tahap ini melakukan evaluasi kesesuaian bahan ajar dengan kebutuhan mahasiswa Biologi Pgmipau dari data yang didapatkan selama ujicoba produk. Evaluasi ini dilakukan agar dapat ditetapkan kelayakan dari bahan ajar yang dikembangkan. Merancang dan melakukan evaluasi sumatif (10) Melakukan revisi (9) Analisis pembelajaran (2) Analisis kebutuhan (1) Merumuskan tujuan khusus (4) Mengembangkan instrumen assessment (5) Mengembangkan strategi pembelajaran (6) Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran (7) Menganalisis pebelajar dan konteks (3) Gambar 3.1 Diagram Model Pengembangan Dick and Carey (Setyosari, 2010: 227). Merancang dan melakukan evaluasi formatif (8) Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 3.4 43 Ujicoba Produk 3.4.1 Desain Ujicoba PRODUK AWAL AHLI DESAIN TAHAP I VALIDASI AHLI MATERI ANALISIS DATA PENELITIAN I REVISI I TAHAP II UJICOBA KELOMPOK KECIL ANALISIS DATA PENELITIAN II REVISI II PRODUK AKHIR Gambar 3.2 Desain Ujicoba Produk Ada 2 tahap dalam desain ujicoba produk yaitu: 1) Tahap I adalah tahap validasi oleh para ahli yang terdiri dari ahli bahan ajar dan ahli isi/materi yang dilanjutkan dengan analisis data hasil validasi dan revisi. 2) Tahap II adalah ujicoba kelompok kecil yang terdiri dari 15 mahasiswa, dilanjutkan dengan analisis data dan revisi. Subjek ujicoba penelitian ini terdiri Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 44 dari mahasiswa Biologi yang mengontrak mata kuliah Mikrobiologi pada program PGMIPAU, berjumlah 15 orang responden. 3.4.2 Jenis Data Jenis data penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa komentar dan saran perbaikan produk dari ahli materi dan ahli Desain. Sedangkan data kuantitatif berupa data hasil validasi oleh ahli dan data hasil persepsi oleh peserta didik yang ditunjukkan dengan angka. 3.4.3 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yakni dengan menggunakan angket. Menurut Nana (2012:219), angket atau kuesioner (questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak secara langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebutangket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Angket dalam penelitian ini meliputi angket validasi ahlibahan ajar, angket validasi ahli materi, dan angket respon mahasiswa terhadap bahan ajar multimedia materi struktur mikroba dan pewarnaan mikroba sub pokok bahasan bakteri. Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Bahan ajar oleh Tim Ahli Bahan ajar No Aspek Jumlah Butir Instrumen 1 Presentasi 4 2 Komponen 8 3 Teknis 3 4 Manfaat 1 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 Tabel 3.2 Kisi- kisi Angket Materi oleh Ahli materi No Aspek 1 Kelayakan isi 2 Bahasa 3 Kesesuaian 4 Evaluasi Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Persepsi Mahasiswa No Aspek 1 Teknis 2 Tampilan 3 Kebahasaan 4 Komponen pendukung 5 Manfaat 45 Jumlah Butir Instrumen 3 2 8 1 Jumlah Butir Instrumen 4 3 4 3 1 3.4.4 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan angket tertutup untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap bahan ajar bilingual yang digunakan selama ujicoba produk. Angket tertutup menggunakan format empat point dari skala Likert, dimana alternatif respon adalah sangat baik (SB) baik (B), buruk (BR), buruk sekali (BS). Alasan penggunaan skala Likert karena pembuatannya relatif lebih mudah dan tingkat reliabilitasnya (ketetapan alat evaluasi) tinggi. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Pernyataan sikap dapat diajabarkan sebagai berikut (Riduwan, 2012: 87) : Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 46 Tabel 3.4 Pernyataan Sikap Positif Pernyataan sikap Sangat Baik Baik Buruk Buruk sekali singkatan (SB) (S) (B) (BS) Nilai pernyataan sikap 4 3 2 1 Untuk analisis pada angket validasi ahli media. Jumlah item pertanyaan 16 jadi secara teoritik diperoleh skor minimal 16, dan maksimal 64, interpretasi skor tersebut yaitu: Skor minimal : 1 x 16 = 16 Skor maksimal : 4 x 16 = 64 Kategori kriteria :4 Rentang nilai : : = 12 Tabel 3.5 Kategori Tingkat Validasi Bahan Ajar No Skala nilai 1. 4 2. 3 3. 2 4. 1 Skor 50-64 37-49 25-36 12-24 Tingkat validasi Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk Untuk analisis pada angket validasi ahli materi. Jumlah item pertanyaan 14 jadi secara teoritik diperoleh skor minimal 14, dan maksimal 56, interpretasi skor tersebut yaitu: Skor minimal : 1 x 14 = 14 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 47 Skor maksimal : 4 x 14 = 56 Kategori kriteria :4 Rentang nilai : : = 10,5 Tabel 3.6 Kategori Tingkat Validasi Ahli Materi No Skala nilai 1. 4 2. 3 3. 2 4. 1 Skor 45-56 33,5-44 22-32,5 10,5-21 Tingkat validasi Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk Untuk analisis pada angket persepsi mahasiswa. Jumlah item pertanyaan 16 jadi secara teoritik diperoleh skor minimal 16, dan maksimal 64, interpretasi skor tersebut yaitu: Skor minimal : 1 x 16 = 16 Skor maksimal : 4 x 16 = 64 Kategori kriteria :4 Rentang nilai : : = 12 Tabel 3.7 Kategori Penilaian Kelompok Kecil No Skala nilai 1. 4 2. 3 3. 2 4. 1 Skor 49-72 37-48 25-36 12-24 Tingkat validasi Sangat baik Baik Tidak baik Sangat tidak baik Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 BAB IV HASIL PENGEMBANGAN 4.1 Penyajian Hasil Penelitian Hasil penyajian ini berupa sebuah bahan ajar pembelajaran Biologi pada mata kuliah Mikrobiologi dengan sub pokok bahasan bakteri dengan menggunakan program Adobe director11.5. Data yang diperoleh pada tahap ujicoba akan disajikan berurutan sebagai berikut: 4.1.1 Data Hasil Validasi Bahan ajar Validasi desain bahan ajar dilakukan oleh Dr. Hj. Evita Anggereini, M.si dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Jambi. Data Penilaian bahan ajar diperoleh dari hasil validasi oleh ahli desain bahan ajar yang dilakukan sebanyak 3 kaliberikut hasil validasi dari ahli desain bahan ajar : Tabel 4.1 Hasil Validasi Pertama oleh Ahli Desain Bahan ajar No Aspek yang diamati Skor 1. Penggunaan huruf yang mudah dibaca. 2 Kesesuain huruf dengan gambar dan animasi. 3 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kesesuain warna yang digunakan. 3 Kesesuain gambar dan animasi dengan materi. Kemudahan menjalankan media. Kesesuian pengaturan tombol dengan halaman yang dituju. Kejelasan dan kesesuain materi. 3 2 3 Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta mudah dipahami. Bersambung ke halaman 48 8. 48 3 3 Saran/Komentar Warna tulisan tidak menarik. Keterangan gambar belum jelas. Warna background kurang menarik. Ukuran gambar terlalu kecil Baik Baik Sumber: setiap tulisan yang dikutip, referensi. Baik Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 49 Sambungan Tabel 4.1......... 9. Menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar serta mudah dipahami. 10. Interaktif (pengguna leluasa untuk menggunakan semua tombol). 11. Kesesuian video dengan materi. 12. Kesesuian sound (suara, musik) yang digunakan. 13. Kesesuain warna dan tulisan pada materi. 14. Kesesuain kunci jawaban dengan soal. 15. Ketepatan sistematika materi. 16. Meningkatkan motivasi belajar siswa. Jumlah 3 Baik 3 Baik 2 2 3 2 3 3 Baik Sound kurang jelas. Warna tulisan kurang menarik Soal ditambah. Baik Baik Layak ujicoba lapangan dengan revisi sesuai saran. 43 Berdasarkan Tabel 4.1 rekapitulasi nilai hasil validasi tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2014 mendapatkan jumlah skor 43 dalam rentang kategori “Baik”, meskipun mendapatkan kategori Baik, bahan ajar yang dikembangkan ini masih harus direvisi setelah melihat saran, komentar, serta masukan dari ahli bahan ajar. Tabel 4.2 Hasil Validasi Kedua dari Ahli Desain Bahan ajar No Aspek yang diamati 1. Penggunaan huruf yang mudah dibaca. 2. 3. 4. 5. 6. Kesesuain huruf dengan gambar dan animasi. Kesesuain warna yang digunakan. Kesesuain gambar dan animasi dengan materi. Kemudahan menjalankan media. Kesesuian pengaturan tombol dengan halaman yang dituju. 7. Kejelasan dan kesesuain materi 8. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta mudah dipahami. 9. Menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar serta mudah dipahami. 10. Interaktif (pengguna leluasa untuk menggunakan semua tombol). 11. Kesesuian video dengan materi. 12. Kesesuian sound (suara, musik) yang digunakan. Bersambung ke halaman 50 Skor 3 3 2 3 3 3 Saran/Komentar Perbaiki lagi, masih banyak penulisan yang belum sesuai, ukuran huruf terlalu kecil. Perbaiki lagi. Gambar logo biologi diganti. Baik Baik Baik 3 3 Baik Baik 2 3 Periksa lagi ketepatan bahasa inggris. Baik 3 3 Baik Baik Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 Sambungan tabel 4.2................ 13. Kesesuain warna dan tulisan pada materi. 14. Kesesuain kunci jawaban dengan soal. 15. Ketepatan sistematika materi. 16. Meningkatkan motivasi belajar siswa. Jumlah 50 3 3 3 3 46 Baik Baik Baik Baik Tidak layak Berdasarkan Tabel 4.2 rekapitulasi nilai hasil validasi tahap selanjutnya yaitu tahap kedua dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2014 mendapatkan jumlah skor 46 dalam rentang kategori “Baik”, meskipun mendapatkan kategori Baik, bahan ajar yang dikembangkan ini masih harus direvisi setelah melihat saran, komentar, serta masukan dari ahli bahan ajar. Namun belum layak di ujicoba dengan kategori “tidak layak” kesalahan umum yang terdapat pada media yaitu penulisan yang belum tepat. Selanjutnya dilakukan validasi ke tiga pada tanggal 22 Oktober 2014ahli media memberikan penilaian melalui pengisian angket hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Validasi Ketiga dari Ahli Desain Bahan ajar No Aspek yang diamati 1. Penggunaan huruf yang mudah dibaca. 2. Kesesuain huruf dengan gambar dan animasi. 3. Kesesuain warna yang digunakan. 4. Kesesuain gambar dan animasi dengan materi 5. Kemudahan menjalankan media. 6. Kesesuian pengaturan tombol dengan halaman yang dituju. 7. Kejelasan dan kesesuain materi. 8. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta mudah dipahami. 9. Menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar serta mudah dipahami. 10. Interaktif (pengguna leluasa untuk menggunakan semua tombol). 11. Kesesuian video dengan materi. 12. Kesesuian sound (suara, musik) yang digunakan. 13. Kesesuain warna dan tulisan pada materi. Bersambung ke halaman 52 Skor 3 3 3 3 3 3 Saran/Komentar Baik Baik Ganti warna tulisan yang jelas. Ukuran gambar terlalu kecil. Baik Baik 3 3 Baik Baik 3 Baik 3 Baik 3 3 3 Baik Baik Baik Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 51 Sambungan Tabel 4.3............................... 14. Kesesuain kunci jawaban dengan soal. 15. Ketepatan sistematika materi. 16. Meningkatkan motivasi belajar siswa. Jumlah 3 3 3 48 Baik Baik Baik Layak ujicoba lapangan tanpa revisi Berdasarkan Tabel 4.3 rekapitulasi nilai hasil validasi media bahan ajar selanjutnya yaitu tahap ketiga dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2014 mendapatkan jumlah skor 48 dalam rentang kategori “Baik”. Bahan ajar pembelajaran ini dinyatakan layak ujicoba tanpa revisi. Komentar umum dari validator bahan ajar sudah diperbaiki sesuai saran. 4.1.2 Data Hasil Validasi Materi Validasi materi dilakukan oleh Dra. Harlis, M.Si dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Jambi. Validasi dilakukan sebanyak 2 kali. Berikut hasil validasi materi: Tabel 4.4 Hasil Validasi Pertama oleh Ahli Materi No Aspek yang diamati 1. Kesesuaian materi dengan KI dan KD. 2. Kesesuaian materi dengan konsep Biologi. 3. Sistematika susunan materi. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kejelasan penyajian materi. Pembahasan materi mudah dimengerti. Kesesuian contoh soal dengan materi. Kesesuaian gambar dan animasi dengan dengan materi. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mudah di mengerti. Penggunaan bahasa Inggris yang baik dan benar serta mudah di mengerti. 10. Penyajian bersifat interaktif dan partisifatif. Bersambung ke halaman 53 Skor 3 3 3 3 3 3 3 Saran/Komentar KD terlalu sederhana. Baik Susunan materi belum sesuai KD. Baik Baik Baik Belum sesuai. 3 Baik 3 Masih terdapat penggunaan binomial nomenklatur bakteri yang belu sesuai. Baik 3 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 Sambungan Tabel 4.4.......................... 11. Kesesuian video dengan materi. 12. Kejelasan suara dalam menyampaikan materi. 13. Kesesuain kunci jawaban dengan soal. 14. Ketepatan sistematika materi. Jumlah 52 4 3 2 3 42 Baik Baik Soal masih belum jelas. Baik Layak ujicoba lapangan tanpa revisi Berdasarkan Tabel 4.4 rekapitulasi nilai hasil validasi tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 20 November 2014 mendapatkan jumlah skor 42 dalam rentang kategori “Baik”, meskipun mendapatkan kategori Baik, bahan ajar yang dikembangkan ini masih harus direvisi setelah melihat saran, komentar, serta masukan dari ahli materi. Selanjutnya dilakukan validasi ke dua pada tanggal 23 November 2014berikut hasil validasi ke dua: Tabel 4.5 Hasil Validasi Kedua oleh Ahli Materi No Aspek yang diamati 1. Kesesuaian materi dengan KI dan KD. 2. Kesesuaian materi dengan konsep Biologi. 3. 4. Sistematika susunan materi. Kejelasan penyajian materi. 3 3 5. 6. 7. Pembahasan materi mudah di mengerti. Kesesuian contoh soal dengan materi. Kesesuaian gambar dan animasi dengan dengan materi. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mudah di mengerti. Penggunaan bahasa Inggris yang baik dan benar serta mudah di mengerti. Penyajian bersifat Interaktif dan Partisifatif. Kesesuian video dengan materi. Kejelasan suara dalam menyampaikan materi. Kesesuain kunci jawaban dengan soal. Ketepatan sistematika materi. Jumlah 3 3 3 Saran/Komentar Baik Pada bagian bakteri yang peran bakteri bagi manusia contohnya terlalu sedikit, tambah lagi contohnya. Baik Keseuaian gambar dengan materi. Baik Baik Baik 3 Baik 3 Perlu diperbaiki lagi 3 4 3 3 3 44 Baik Baik Baik Baik Baik Layak ujicoba lapangan tanpa revisi 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Skor 4 3 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 53 Berdasarkan Tabel 4.5 rekapitulasi nilai hasil validasi tahap kedua memperoleh rentang kategori “Baik” dengan skor yang diperoleh yaitu 44, meskipun mendapatkan kategori Baik, bahan ajar yang dikembangkan ini masih harus direvisi setelah melihat saran, komentar, serta masukan dari ahli materi. Pada revisi yang kedua ini bahan ajar sudah layak di ujicoba namun dengan melakukan perbaikan, dan sudah dapat di ujicoba langsung, dengan perbaikan sesuai saran validator. 4.1.3 Data Ujicoba Kelompok Kecil Proses ujicoba dilakukan kepada mahasiswa biologi PGMIPAU yang berjumlah sebanyak 15 orang yang dipilih secara acak dan berdasarkan kemampuan akademik dengan indeks nilai rata-rata yang beragam. Adapun rincian kegiatan ujicoba kelompok kecil sebagai berikut: 1) Mahasiswa dikondisikan dalam ruangan kelas. 2) Menjelaskan tentang produk kepada mahasiswa. 3) Mempersentasekan bahan ajar yang telah dikembang kepada mahasiswa. 4) Selanjutnya mahasiswa diberikan lembar angket ujicoba bahan ajar serta dijelaskan cara pengisian angket. Hasil pengisian lembar angket ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam melakukan revisi untuk meningkatkan kualitas bahan ajar yang dikembangkan serta untuk mengetahui kesesuaian kebutuhan bahan ajar. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 Tabel 4.6 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa Terhadap Bahan ajar No Deskriptor 1 2 3 4 Kemudahan penggunaan bahan ajar Kesuaian isi bahan ajar dengan materi Kemudahan dalam memahami materi Kemudahan memahami dan mengenali gambar Kemenarikan video yang digunakan Kemenarikan sound (suara, musik) yang digunakan Kemudahan dalam melakukan kegiatan pembelajaran Bahasa yang digunakan mudah dimengerti Kesesuaian contoh soal dengan materi Kemudahan pengguna dalam belajar mandiri maupun kelompok Konsep bilingual yang digunakan jelas dan mudah dimengerti Dapat digunakan sebagai pedoman belajar mandiri Merasa tertarik untuk menggunakan bahan ajar Ukuran huruf sesuai dan mudah dibaca Pengguna tidak merasa bosan menggunakan bahan ajar ini Pengguna leluasa dan bisa menjalankan bahan ajar 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 5 3 3 3 6 3 3 3 No. Responden / skor 7 8 9 10 11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 12 3 4 4 13 3 4 3 14 3 3 3 15 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 Jumlah jumlah % 46 50 50 49 76,6 83,3 83,3 81,6 49 46 81,6 76,6 49 81,6 52 86,6 46 45 76,6 75 53 88,3 54 90 48 80 47 48 78,3 80 50 83,3 782 54 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 4.2 55 Hasil Pengembangan Bahan ajar 4.2.1 Analisis Kebutuhan Bahan Ajar Analisis kebutuhan bahan ajar merupakan implementasi langkah pertama hingga langkah keempat dari model pengembangan Dick and Carey. Analisis kebutuhan bahan ajar merupakan analisis yang dilakukan terhadap kompetensi yang diharapkan dicapai oleh mahasiswa. Berikut tahap-tahap yang dilakukan: 1) Melaksanakan Analisis Kebutuhan Dalam mata kuliah Mikrobiologi pada sub pokok bahasan bakteri perlu ditunjang dengan bahan ajar bilingual khususnya untuk mahasiswa Biologi PGMIPAU. Karena dalam kegiatan belajar mengajarnya mahasiswa dituntut memahami bahan ajar bilingual, selain aktifitas belajar mengajarnya terdapat juga aktifitas belajar berbahasa Inggris (English learning) yang dilaksanakan pada hari Sabtu. Hasil wawancara dengan dosen pengampu Mikrobiologi menyatakan belum ada bahan ajarbilingual yang diterapkan pada proses belajar mengajar. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan media Powerpoint dan buku Mikrobiologi, selain itu sulit menemukan buku Mikrobiologi yang menggunakan dua bahasa atau bilingual khususnya bahasa Indonesia dan Inggris, bahan ajar yang dipakai yaitu buku berbahasa bahasa Inggris saja atau berbahasa Indonesia saja. Berdasarkan penjelasan diatas terdapat beberapa hal, pentingnya penelitian ini dilakukan karena dalam kegiatan untuk belajar mengajar mahasiswa Biologi PGMIPAU dituntut Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 56 menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris, untuk itu bahan ajar bilingual sangatlah diperlukan untuk mempermudah mahasiswa untuk memahami materi perkuliahan. 2) Melaksanakan Analisis Pembelajaran Pada tahap ini yaitu melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup analisis kesulitan belajar keterampilan, proses, dan prosedur, untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt need” perlu diidentifikasi dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk atau desain yang ingin dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi sebuah produk atau desain yang akan dikembangkan lebih lanjut dan memiliki kekhasan tersendiri. Hasil wawancara dengan dosen pengampu bahan ajar bilingual merupakan salah satu perangkat pelajaran yang sangat diperlukan mahasiswa Biologi PGMIPAU saat ini, bahan ajar bilingual sebagai salah satu variasi bahan ajar yang diharapkan mampu menarik minat belajar pebelajar.Keberadaan bahan ajar Mikrobiologi bilingual sangat diperlukan untuk menunjang keterampilan pada pembelajaran mikrobiologi dengan dua bahasa. 3) Analisis Pebelajar dan Konteks Pada tahap ini dilakukan saat observarsi dengan mengidentifikasi kemampuan awal yang dimiliki mahasiswa, yaitu dengan melakukan analisis kompetensi dan kesulitan belajar mahasiswa terhadap sub pokok bahasan bakteri. Metode yang Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 57 digunakan yaitu dengan menggunakan angket kesulitan belajar yang diberikan pada mahasiswa yang telah mengontrak mata kuliah Mikrobiologi. Berdasarkan hasil observasi analisis ketercapaian kompetensi pada materi sub pokok bahasan bakteri diketahui bahwa persentase kompetensi keseluruhan yang berhasil dicapai hanya sebesar 37,5%,sedangkan persentase yang belum dicapai yaitu 62,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang diharapkan masih berada pada kategori rendah. Rendahnya tingkat ketercapaian mahasiswa dalam kompetensi yang diharapkan pada sub pokok bahasan bekteri, disebabkan oleh kesulitan mahasiswa dalam memahami materi dari buku teks pegangan mahasiswa, selain itu buku yang sering digunakan dosen sebagai buku pembelajaran umumnya menggunakan buku berbahasa Inggris. Berdasarkan angket kesulitan belajar mahasiswa yang telah di bagikan kepada mahasiswa dapat disimpulkan bahwa bentuk kesulitan belajar mahasiswa dalam menguasai materi sub pokok bahasan bakteri terletak pada struktur dasar dan tambahan dari bakteri, bakteri dan Cyanobakteriadan bentuk-bentuk bakteri serta pemahaman terhadap bahan ajar yang berbahasa Inggris. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup materi yang disajikan dalam bahan ajar, yaitu struktur bakteri, bakteri dan Cyanobakteria, dan bentuk-bentuk dari bakteri. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 4) 58 Tujuan Umum dan Khusus Tujuan umum (tujuan pembelajaran) yang telah dirumuskan mahasiswa mampu menjelaskan dan mengidentifikasi struktur dasar dan tambahan bakteri, perbedaan dan persamaan bakteri dan Cyanobakteria, bentuk bakteri, dan persamaan dan perbedaan sel eukariotik dan prokariotik. Tujuan khusus yang telah dirumuskan yaitu: 1. Mengidentifikasi struktur dasar bakteri dan struktur tambahan bakteri. 2. Menganalisis perbedaan dan persamaan antara Cyanobacteria dan bakteri. 3. Mengidentifikasi bentuk-bentuk bakteri. 4. Menganalisis perbedaan dan persamaan mikroba prokariota dan eukariota. 4.2.2 Penyusunan Bahan Ajar Langkah ini merupakan implementasi langkah kelima hingga ke tujuh dari model pengembangan Dick and Carey, yaitu sebagai berikut: 5) Mengembangkan Instrumen Tahap ini perumusan tujuan umum ke dalam tujuan yang lebih spesifik, diamati dari berbagai prilaku mahasiswa saat belajar. Perumusan tujuan ini berdasarkan analisis terhadap kegiatan belajar mahasiswa di kelas, selanjutnya hasil identifikasi kemampuan awal mahasiswa, dalam hal ini tahap penelitian disesuaikan dengan analisis KI, KD, Indikator, dan tujuan pembelajaran. 6) Mengembangkan Strategi Pembelajaran Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 59 Strategi pembelajaran yang dikembangkan pada tahap ini meliputi 6 komponen yaitu pendahuluan, materi, soal, profil, petunjuk dan referensi. Adapun komponen stragtegi pembelajaran yang dikembangkan pada bahan ajar dikembangkan sebagai berikut: a) Pendahuluan. Kegiatan pendahuluan ini mengulas tentang kompetensi inti pembelajaran, standar kompetensi dan tujuan pembelajaran. Bagian pendahuluan memaparkan garis besar atau penjelasan mengenai isi dari bahan ajar. b) Penyajian Materi. Penyajian materi pada bahan ajar ini, disajikan dalam bentuk peta konsep setiap menu yang dipilih dapat langsung menuju pada penjelasan materi. Tujuannya adalah agar mahasiswa dapat mempelajari bahan ajar sesuai dengan standar kompetensi yang telah disusun. c) Soal. Penyajian soal pada bahan ajar, digunakan untuk mengetahui penguasaan mahasiswa terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. Penyajian soal hanya menggunakan bahasa Inggris saja bertujuan untuk menarik minat mahasiswa membaca tulisan bahasa Inggris pada setiap materi yang di sajikan. d) Profil. Pada menu profil memaparkan identitas pengembang bahan ajar, pembimbing satu skripsi dan pembimbing dua skripsi. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 60 e) Petunjuk. Pada menu petunjuk menjelaskan cara mengoperasikan bahan ajar sesuai menu yang telah disediakan, yaitu menu pendahuluan, materi, soal, profil. Menu petunjuk bertujuan untuk memudahkan mahasiswa menggunakan bahan ajar. f) Referensi. Isi dari menu referensi merupakan identitas dari setiap kutipan yang telah dikutip dalam bahan ajar. 7) Mengembangkan dan Memilih Materi Pembelajaran. Pada tahap ini pengembang menulis dan menyusun materi beserta komponen- komponen bahan ajar lainnya, sesuai dengan strategi pembelajaran yang telah dikembangkan. Berikut rincian kegiatan yang dilakukan pada tahap ini: 1. Penulisan isi dari pendahuluan bahan ajar yaitu, kompetensi inti, standar kompetensi, dan tujuan pembelajaran. 2. Pengumpulan buku teks dan referensi terkait materi sub pokok bahasan bakteri. 3. Pemilihan dan penetapan isi/materi yang akan ditulis pada bahan ajar. 4. Penulisan isi materi sub pokok bahasan bakteri. 5. Perancangan dan penyusunan soal. 6. Penulisan dan penyusunan butir-butir soal. 7. Penyusunan umpan balik (latihan). Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 61 4.2.3 Evaluasi dan Revisi Bahan Ajar Pada tahap evaluasi dan revisi bahan ajar merupakan langkah kedelapan hinga kesepuluh dari model Dick and Carey, yaitu sebagai berikut: 8) Melaksanakan Evaluasi Formatif Melaksanakan evaluasi formatif merupakan hasil penilaian dan saran yang diberikan oleh tim ahli. Evaluasi dilakukan untuk meninjau apakah terdapat kekurangan pada setiap tahapan atau langkah pengembangan bahan ajar, sehingga dapat diputuskan apakah bahan ajar perlu direvisi atau tidak. 9) Revisi Bahan Ajar Revisi bahan ajar dilakukan berdasarkan penilaian dan saran dari tim ahli yang didapatkan dari evaluasi formatif. Berdasarkan hasil evaluasi formatif yang didapat terdapat beberapa kekurangan yang perlu direvisi baik dari aspek bahan ajar maupun dari aspek materi. 10) Melaksanakan Evaluasi Sumatif Bahan ajar yang telah selesai direvisi kemudian diujicobakan kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Unggulan (PGMIPU) PMIPA FKIP Universitas Jambi. Hasil penilaian dari mahasiswa terhadap bahan ajar dijadikan sebagai bahan dalam melaksanakan evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif bertujuan untuk mengetahui apakah bahan ajar sudah memenuhi kebutuhan mahasiswa baik dari aspek kemudahan, maupun dari aspek kebermanfaatan. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 4.3 62 Analisis Data Data yang dianalisis pada pelitian ini adalah hasil data yang didapatkan dari angket. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik itu pernyataan positif maupun pernyataan negatif oleh responden yaitu sangat baik, baik, buruk dan buruk sekali dengan skornya yaitu 1 = buruk sekali, 2 = buruk, 3 = baik, dan 4 = sangat baik. Data yang diperoleh lalu dianalisis untuk melihat efisiensi bahan ajar, kesesuaian bahan ajar dalam pembelajaran serta kemenarikan bahan ajar. 4.3.1 Analisis Data Hasil Validasi Ahli Bahan Ajar Hasil analisis validasi bahan ajar tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2014 mendapatkan jumlah skor 43 dalam rentang kategori “Baik” dengan skor maksimal 64, maka persentasenya adalah: x 100% = 67, 18 % meskipun mendapatkan kategori Baik, bahan ajar yang dikembangkan ini masih harus direvisi setelah melihat saran, komentar, serta masukan dari ahli bahan ajar. Selanjutnya dilakukan validasi ke dua pada tanggal 20 Oktober 2014ahli media memberikan penilaian melalui pengisian angket. Hasil validasi kedua yaitu memperoleh skor 46 dengan kategori baik, maka persentasenya yaitu: X 100 % = 71,8%. Begitu juga dengan revisi kedua meskipun hasil validasi kedua ini memperoleh kategori baik, dengan mempertimbangkan saran dari ahli bahan ajar produk perlu diperbaiki sebelum diujicoba. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 63 Hasil validasi ketiga memperoleh skor 48 dengan kategori sangat baik, maka X 100% = 75 % dan pada produk dikategorikan persentase yang diperoleh yaitu: sangat “baik”, validator menyarankan agar bahan ajar yang dikembangkan dapat dilakukan ujicoba kelompok kecil. 4.3.2 Analisis data hasil validasi ahli materi Validasi tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 20 November 2014 mendapatkan jumlah skor 42 dalam rentang kategori “Baik” dengan skor maksimal 56 maka persentase yang diperoleh yaitu: x 100% = 75%, meskipun mendapatkan kategori Baik, bahan ajar yang dikembangkan ini masih harus direvisi setelah melihat saran, komentar, serta masukan dari ahli materi. Selanjutnya dilakukan validasi ke dua pada tanggal 23 November 2014memperoleh skor 44 dalam rentang kategori “baik” maka persentasenya yaitu: x 100%= 78,57 pada revisi kedua terdapat sedikit perbaikan pada penyesuaian gambar pada materi, setelah dilakukan revisi, validator manyarankan agar bahan ajar yang dikembangkan dilakukan ujicoba kelompok kecil. 4.3.3 Analisis Data Hasil Ujicoba Kelompok Kecil Ujicoba kelompok kecil diambil 15 mahasiswa dengan analisis data sesuai pada hasil ujicoba kelompok kecil dengan skor 782 perolehan rata-rata adalah 52,13 dengan skor maksimal 64, jadi persentase yang diperoleh yaitu: , x 100% = Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 64 81,45% dengan demikian bahan ajar yang dikembangkan oleh pengembang dalam kategori “sangat baik”. Secara keseluruhan hasil persentase tanggapan diperoleh sebesar: Tanggapan = x 100% = x 100% = x 100% = 81,45 % Keterangan : Jumlah skor kriterium Jumlah skor maksimum = Skor total tanggapan responden. = Skor maksimal item x jumlah soal x jumlah responden. 4.4 Revisi Produk Berdasarkan masukan dan saran ahli bahan ajar dan materi dilakukan revisi produk yang dikembangkan oleh pengembang. Berikut revisi produk yang telah di lakukan oleh tim ahli: 4.4.1 Revisi Ahli Bahan Ajar Revisi bahan ajar dilakukan sebanyak tiga kali oleh ahli bahan ajar pembelajaran yaitu Dr. Hj. Evita Anggereini, M.Si terdapat beberapa saran perbaikan yaitu pemilihan background yang tidak menarik, ukuran gambar yang terlalu kecil, ukuran tulisan yang terlalu kecil, identitas referensi, keterangan gambar belum jelas, warna tulisan tidak jelas dan lain-lain. Setelah saran-saran diperbaiki bahan ajar sudah dapat dilakukan bahan ajar dapat diujicoba kelompok kecil. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 65 1. Revisi pertama: Background kurang menarik dan tidak sesuai dengan materi, pengembang mengganti background yang menarik dan sesuai dengan materi, yaitu background bakteri. Gambar 4.1a Sebelum revisi Gambar 4.1b Setelah revisi Warna tulisan kurang menarik dan tidak jelas, warna diganti yang berbahasa Indonesia berwarna hitam, dan bahasa Inggris berwarna putih. Gambar 4.2a Sebelum revisi Gambar 4.2b Setelah revisi Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 66 Tidak terdapat keterangan pada gambar, dan ukuran gambar terlalu kecil, perbaikannya yaitu pengembang membuat tombol yang mengarahkan ke slide baru khusus untuk gambar dan keteragan gambar. Gambar 4.3a Sebelum revisi Gambar 4.3b Setelah revisi Belum terdapat referensi pada materi, pengembang menambahkan kutipan pada materi. Sound atau suara ada bahan ajar tidak menarik dan belum jelas, pengembang mencari sound yang jelas. Gambar 4.4a Sebelum revisi Gambar 4.4b Setelah revisi Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 67 Soal belum sesuai dengan materi dan terlalu mudah, jumlah soal pada bahan ajar pertama 10, validator menyarankan soal ditambah, pengembang menambah soal menjadi 20 soal dan disesuaikan dengan materi. 2. Revisi kedua Terdapat beberapa kata yang tidak sesuai pada suatu paragraf, misalnya terdapat huruf besar pada awal kata ditengah-tengah paragraf, perbaikan nya pengembang mengganti kata-kata yang belum sesuai, ukuran huruf terlalu kecil, perbaikan ukuran huruf diganti dari 14 menjadi berukuran 24. Gambar 4.5a Sebelum revisi Gambar 4.5b Setelah revisi Logo tidak menarik warna logo sama dengan background, perbaikan logo menjadi logo unja. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 Gambar 4.6a Sebelum revisi 68 Gambar 4.6b Setelah revisi Terdapat penulisan yang belum sesuai, huruf besar terdapat pada tengah paragraf, perbaikan huruf besar diganti huruf kecil. Gambar 4.7a Sebelum revisi Gambar 4.7b Setelah revisi Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 69 3. Revisi ke tiga Warna tulisan kurang jelas, warna tulisan diganti menjadi warna putih untuk bahasa Inggris. Gambar 4.8a Sebelum revisi Gambar 4.8b Setelah revisi Ukuran gambar terlalu kecil, perbaikan pengembang membuat slide untuk gambar agar gambar menjadi besar dan jelas. Gambar 4.9a Sebelum revisi Gambar 4.9b Setelah revisi Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 70 4.4.2 Revisi ahli materi pembelajaran Revisi materi dilakukan sebanyak dua kali. Ahli materi pembelajaran dalam hal ini Dra. Harlis, M.Si memberikan saran perbaikan yaitu kesesuaian materi dengan KD yang telah dibuat, kesesuaian gambar dengan isi materi, materi ditambah lagi, perbaikan pada soal, pengunaan bahasa Inggris yang sesuai. Setelah pengembang melakukan perbaikan pada bahan ajar, bahan ajar dapat diujicobakan kelompok kecil. 1. Revisi pertama Kompetensi dasar yang digunakan yaitu menggunakan komponen C1, C2 dan C3 saja (Taksonomi Bloom) sedangkan untuk mahasiswa tingkatannya lebih tinggi lagi yaitu C4 dan seterusnya, pengembang mengganti komponen pernyataan pada KD yaitu C4. Gambar 4.10a Sebelum revisi Gambar 4.10b Setelah revi Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 71 Panjang gambar tidak sama membuat tampilan kurang rapi, perbaikan membuat panjang gambar menjadi sama. Gambar 4.11a Sebelum revisi Gambar 4.11b Setelah revisi Penamaan bakteri belum sesuai dengan tata cara binomial nomenklatur, pengembang mengganti penamaan yang belum sesuai. Gambar 4.12a Seblum revisi Gambar 4.12b Setelah revisi Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 72 Soal masih sedikit dan belum jelas yaitu hanya 10 soal, pengembang menambah jumlah soal menjadi 20 soal. 2. Revisi kedua Contoh peran bakteri bagi kehidupan manusia terlalu sedikit, pengembang menambah jumlah contohnya dari 5 contoh menjadi 10 contoh bakteri Gambar 4.13a Sebelum revisi Masih terdapat Gambar 4.13b Setelah revisi gambar bakteri yang tidak tercantum, perbaikan menambahkan contoh bakteri yang belum tercantum. Gambar 4.14a Sebelum revisi Gambar 4.14b Setelah revisi Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 BAB V KAJIAN DAN SARAN 5.1 Kajian Produk yang Telah Direvisi Berdasarkan hasil penelitian pengembangan dan pembahasan tentang bahan ajar bilingual berbasis multimedia pada sub pokok bahasan bakteri untuk mahasiswa Biologi PGMIPAU yang dikembangkan dapat dikaji sebagai berikut: 1. Pembuatan Bahan ajar Biologi dilakukan dalam beberapa tahap, dimulai dari pengumpulan bahan/materi, persiapan desain, hingga pembuatan produk. Pembuatan produk diawali dengan persiapan (mencari isi materi yang sesuai dengan KD, memasukkan gambar, video sesuai dengan materi dan soal-soal sesuai dengan materi) dan dilanjutkan dengan pengemasan bahan ajar dalam bentuk Software. Produk yang sudah dikembangkan kemudian divalidasi oleh tim ahli di mana Dr. Hj. Evita Anggereini, M.Si sebagai ahli Bahan ajar dan Dra. Harlis, M.Si sebagai ahli materi pembelajaran. Validasi bahan ajar dilakukan revisi sebanyak tiga kali dan validasi materi dilakukan dua kali. 2. Produk yang sudah direvisi dan divalidasi, kemudian diujicobakan pada kelompok terbatas dengan 15 responden. Dari ujicoba didapat hasil persentase tanggapan sebesar 81,45 %yang artinya penilaian terhadap bahan pembelajaran dalam perkuliahan Mikrobiologi sub pokok bahasan bakteri ini adalah “sangat baik”. 73 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 74 5.2 Saran Pemanfaatan 1. Bahan ajar dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dalam perkuliahan Mikrobiologi sub pokok bahasan bakteri. 2. Bahan ajar dapat dijadikan bahan pembanding untuk menghasilkan pembelajaran yang lebih baik dan sempurna lagi sehingga dapat menambah minat dan motivasi. 3. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan bahan ajar bilingual Biologi dalam bentuk bahan ajar berbasis multimedia pada materimateri dalam perkuliahan Mikrobiologi. 4. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat menguji pengaruh penggunaan Bahan ajar Biologi (PGMIPAU) ini terhadap hasil belajar. Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 DAFTAR RUJUKAN Asyhar, R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta. Bibiana, W. L., dan Hastowo, S. 1992. Mikrobiologi. Jakarta: CV Rajawali. Budiarty, A. 2004. Interferensi Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan Bandung. Cano, J. R., dan Colome, J. S. 1986. Microbiology. United States of America: West Publishing Company. Corwin, E. J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Edisi Ke-3. Jakarta: Kedokteran EGC. Fahrawaty. 2003. Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional dan Pengaruhnya terhadap Kurikulum Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia. :Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan Harahap, H, L. Mengenal Target Pest Karantina Tumbuhan Golongan Bakteri. Departemen pertanian:POPT Ahli Muda pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan. Mckane, L. and Kandel, J. 1996. Microbiology: essensial and application. New Aster York: Von Hoffman Press. Nana, S.S. 2012.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Pelczar, M, J. dan Chan, E.C.S. 1988. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press. Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Prasetya, C., Widjianto, dan Mudjihartono. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Mandiri Berbasis Multimedia Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik untukMeningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMA Kelas X. Universitas Negeri Malang. 75 Dicetak pada tanggal 2017-07-19 Id Doc: 589c947681944d96114940e1 76 Riduwan, 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, 2013.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Suhada, T. 2012. Implementasi 3D Studio Max Adobe Director untuk Pembuatan Virtual Reality Rumah Minimalis Modern. AMIKOM Yogyakarta. Suma, K. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Bilingual Preview-review Berbasis Inkuiri. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 1(3): 2. Tasri, L. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis web. Jurnal Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik UNM, 3(2): 4.