BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada

advertisement
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya pendidikan sekarang ini sudah mengalami banyak kemajuan
salah satunya menuntut mahasiswa untuk mampu menguasai teknologi dan juga
bahasa Inggris. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan dalam
berkomunikasi di dunia internasional khususnya pada dunia pendidikan. Sumbersumber informasi berbagai media tertuang dalam bahasa Inggris, demikian juga
hubungan internasional yang dihantarkan dalam bahasa ini ( Fahrawaty 2003:3).
Menurut Alwasilah dalam Budiarty (2004:10), penguasaan bahasa Inggris
sangat penting karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh UNESCO, lebih
kurang 71% penulisan ilmiah dilakukan dalam bahasa Perancis, Jerman, dan Inggris,
bahasa Inggris menduduki 62%. Sejalan dengan itu dalam segi pendidikan sangatlah
penting untuk mengerti dan memahami bahasa Inggris, karena banyak informasiinformasi baik itu buku, jurnal, media pembelajaran, maupun bahan ajarlainnya
menggunakan bahasa Inggris.
Disamping itu bahasa Inggris haruslah diiringi dengan bahasa Indonesia
(bilingual),karena
bahasa
Inggris
merupakan
bahasa
asing
di
Indonesia.
Pembelajaran yang tepat dilaksanakan dalam dua bahasa (bilingual), siswa
mendapatkan kesempatan berkomunikasi dalam bahasa Inggris ataupun Indonesia.
Salah satu alternatif pembelajaran yaitu pembelajaran yang
memanfaatkan
bahan
ajar
multimedia
1
interaktif dengan
bilingual
(GIB).
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
2
Keberadaan bahan ajar multimedia yang menarik punsangat diperlukan dalam
membantupemahamanmateri. Maka diperlukan pengembangan bahan ajar sebagai
variasi dan penambah bahan ajar yang telah ada sebelumnya. Sejalan dengan hakekat
pembelajaran tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pengembangan bahan ajar bilingual berbasis multimedia. Bahan ajar adalah
seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak
tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik
untuk belajar (Prastowo, 2011: 16). Ditinjau dari subjeknya bahan ajar dapat
dikategorikan menjadi dua jenis, yakni bahan ajar yang sengaja dirancang untuk
belajar dan bahan yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar.
Saat ini pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran menjadi sebuah kebutuhan
yang sangat penting, bagi pengembangan kualitas pembelajaran dalam institusi
pendidikan karena teknologi telah digunakan sebagai alat pembelajaran yang aktif
digunakan
pendidik
atau
peserta
didik.
Khususnya
pembelajaran
dengan
memanfaatkan multimedia dapat memudahkan kita untuk melihat dan mengamati
suatu objek pembelajaran yang sulit untuk dihadirkan saat pembelajaran, karena
multimedia dapat menampilkan gambar, video, serta suara yang kontekstual.
Hal ini sejalan dengan pengertian multimedia menurut Ashyar (2010: 86),
istilah multimedia muncul pertama kali melalui media massa. Istilah ini dipakai
untuk menyatukan teknologi digital dan analog di bidang entertainment, publishing,
communications, marketing, advertising dan juga commercial. Multimedia
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
3
merupakan penggabungan dua kata “multi” dan “media“. Multi berarti banyak
sedangkan media atau bentuk jamaknya berarti medium. Jadi multimedia dapat
menampilkan lebih dari satu media, contohnya suara, gambar, video dan animasi
didalam satu perangkat lunak.
Penelitian tentang bahan ajar Bilingual telah dilakukan oleh Muhammad Fajar
Taufikdan I Gusti Made Sanjaya yaitu penelitian mengenai pengembangan E-book
interaktif bilingual pada materi pokok termokimia kelas XI untuk siswa rintisan
sekolah bertaraf internasional. Menggunakan model 4-D (four-D model) yang
dikemukakan oleh Thiagarajan. E-book interaktif bilingual yang dikembangkan telah
memperoleh persentase rata-rata dari siswa-siswi SMA Negeri 1 Sidoarjo sebesar
82,44% yang dikategorikan sangat layak. Selain itu dari hasil angket menyatakan
bahwa materi yang disajikan e-bookbilingual memudahkan siswa dalam belajar
mandiri, membantu siswa dalam mempelajari materi termokimia, materi sesuai
dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir.
Berdasarkan hasil wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah
Mikrobiologi menyatakan bahwa belum ada bahan ajar menggunakan dua bahasa
atau bilingual, khususnya untuk mahasiswa Biologi PGMIPAU yang dalam
pelaksanaan kegiatan perkuliahan menggunakan bahasa Inggris dan Indonesia.Saat
ini pembelajaran pada mata kuliah Mikrobiolgi dilakukan dengan menggunakan
Powerpoint dan buku pegangan Mikrobiologi.Karakteristik utama yang perlu
diperhatikan dalam perkuliahan Mikrobiologi adalah pemahaman dan kejelasan
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
4
terhadap jenis-jenis mikroba yang bervariasi dan harus dipahami lebih spesifik untuk
dapat memahami materi selanjutnya. Adapun jenis-jenis mikroba antara lain bakteri,
virus, jamur, alga dan khamir. Namun pada penelitian ini hanya diteliti pada
subpokok bahasan bakteri.Bakteri merupakan salah satu contoh mikroba yang
memiliki jenis dan bentuk yang bervariasi sehingga dibutuhkan pemahaman yang
lebih mendalam.Selain itu, bakteri juga memiliki struktur yang rumit karena
morfologi bakterti hampir tidak berwarna atau transparan dan kontras dengan air.
Hasil dari observasi terhadap analisis ketercapaian kompetensi mahasiswa pada
materi sub pokok bahasan bakteri (Lampiran 5)diketahui bahwa persentase
kompetensi keseluruhan yang berhasil dicapai 37,5 %, sedangkan persentase yang
belum dicapai yaitu 62,5 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat
keberhasilan mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang diharapkan masih berada
pada kategori rendah. Berdasarkan observasi bentuk-bentuk kesulitan belajar
mahasiswa dalam menguasai sub pokok bahasan bakteri yaitu terdapat pada
kompetensi identifikasi bakteri dan struktur tambahan bakteri, perbedaan dan
persamaan Cyanobakteria dan bakteri, bentuk-bentuk bakteri, perbedaan sel
prokariota dan eukariot dan juga buku berbahasa Inggris yang digunakan sebagai
bahan ajar oleh dosen maupun mahasiswa.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk
mengembangkan dan merancang bahan ajar Mikrobiologi pada materi struktur dan
pewarnaan mikroba sub pokok bahasan bakteri menggunakan program Adobe
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
5
director. Ide ini dituangkan dalam judul“Pengembangan Bahan ajar Bilingual
Berbasis Multimedia pada Sub Pokok Bahasan Bakteri untuk Mahasiswa Biologi
PGMIPAU Universitas Jambi”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan permasalahan
yang diteliti dalam penelitian ini adalahbagaimana mendesain bahan ajar bilingual
berbasis multimedia pada materi struktur dan pewarnaan mikroba pada sub pokok
bahasan bakteri untuk mahasiswa Biologi PGMIPAU ?
1.3 Tujuan Pengembangan
Membuat bahan ajar bilingual berbasis multimedia pada materi struktur dan
pewarnaan mikroba subpokok bahasan bakteri untuk mahasiwa Biologi PGMIPAU.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pengembangan ini adalah sebagai berikut :
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah mahasiswa Biologi PGMIPAU yang telah
mengontrak mata kuliah Mikrobiologi.
2. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran materi yang membahas tentang struktur dan pewarnaan
mikroba subpokok bahasan bakteri.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
6
1.5 Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk bahan ajar pembelajaran berbasis Multimedia pada materi
struktur dan pewarnaan mikroba subpokok bahasan bakteri yaitu :
1. Program
: Adobe Reactor 11.5
2. Windows
: Microsoft Windows 8/7/Vista/XP/2008
3. Format Program
: Exe
4. Kegunaan
: Sebagai bahan ajar mandiri Biologi materi
Struktur dan pewarnaan mikroba subpokok bahasan bakteri.
5. Tingkat Pengguna Media
: Mahasiswa Biologi PGMIPAU Universitas
Jambi.
1.6 Kegunaan Hasil Pengembangan
Hasil pengembangan ini diharapkan dapat digunakan bagi peneliti, mahasiswa
dan dosen.
1. Sebagai pegangan mahasiswa dalam penguasaan materi pelajaran untuk
mencapai kompetensi yang dicanangkan.
2. Sebagai informasi atau pemberi wawasan secara mandiri yang disampaikan
oleh guru di kelas.
3. Sebagai bahan ajar yang dapat memberikan kesan nyata berkaitan dengan
materi yang harus dikuasai.
4. Sebagai motivator untuk mempelajari lebih lanjut tentang materi tertentu.
1.7 Kelebihan Bahan Ajar
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
7
1. Menggunakan dua Bahasa yaitu bahasa Indonesia dan Inggris.
2. Tampilan bahan ajar yang menarik.
3. Mahasiswa dapat menggunakan bahan ajar di rumah untuk belajar secara
mandiri maupun kelompok.
1.8
Definisi Operasional
1. Bahanajarmerupakanbahanataumateripembelajaranyangdisusunsecarasistemati
syangdigunakanpendidikdanpesertadidikdalamkegiatanbelajar
mengajar.
Misalnya buku pelajaran, modul, handout, LKS, bahan ajar audio, bahan ajar
interaktif, dan sebagainya.
2. Billingual adalah dwi bahasa atau menggunakan dua bahasa.
3. Multimedia adalah terdiri lebih dari satu media, seperti gambar, suara, video
didalam satu perangkat media.
4. Adobe Director 11.5 adalah software pembuat aplikasi multimedia, yaitu
aplikasi yang menggunakan berbagai media untuk menyampaikan informasi ke
end-user (pengguna).
5. exe. adalah sebuah file project yang menampilkan animasi yang ukurannya
lebih kecil dibandingkan file animasi 2D lainnya.
6. PGMIPA-U adalah Pendidikan Guru Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Unggulan.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Baham Ajar
2.1.1 Pengertian Bahan ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk konten baik teks, audio, foto, video, animasi,
dan lain-lain yang dapat digunakan untuk belajar.Ditinjau dari subjeknya, bahan ajar
dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yakni bahan ajar yang sengaja dirancang
untuk belajar dan bahan yang tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk
belajar (Tarsi, 2011).
Dari kedua pengertian bahan ajar ini, maka dapat disimpulkan bahwa bahan
ajar merupakan segala bentuk bahan (informasi, teks, audio, alat) disusun secara
sistematis sesuai dengan tujuan dan kompetensi pembelajaran untuk membantu
pelaksanaan proses belajar mengajar. Misalnya buku pelajaran, modul, handout,
LKS, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya.Namun jika tidak
disusun secara sistematis maka tidak dapat dikatakan sebagai bahan ajar, walaupun
bahan-bahan tersebut mengandung materi-materi pelajaran.
Sumber dan bahan ajar yang baik dapat menjelaskan tujuan instruksional
yang hendak dicapai dalam proses. Artinya sumber dan bahan ajar tersebut harus
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai atau memenuhiapa-apa yang dapat
dikerjakan
oleh
mahasiswa
pada
kondisi
tingkat kompetensi
tertentu.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
9
Bahanajarmerupakanbahanataumateripembelajaranyangdisusunsecarasistemati
syangdigunakanpendidikdanpesertadidikdalamkegiatanbelajar mengajar.Bahan ajar
yang umum digunakan saat kegiatan belajar-mengajar di kelas-kelas yaitu buku
pegangan yang bersangkutan.
2.1.2 Fungsi Pembuatan Bahan Ajar
Menurut Prastowo (2011:24), ada beberapa fungsi bahan ajar berdasarkan
pihak-pihak yang mengunakan bahan ajar yaitu:
1. Fungsi bahan ajar bagi pendidik:
a) Menghemat waktu pendidik dalam mengajar.
b) Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator.
c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.
d) Sebagai pedoman bagi pendidik yang akan mengarahkan semua aktifitasnya
dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang
semestinya diajarkan kepada peserta didik.
e) Sebagai alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran.
2. Fungsi bahan ajar bagi peserta didik, antara lain:
a) Peserta didik dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman peserta
didik yang lain.
b) Peserta didik dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki.
c) Peserta didik dapat belajar sesuai kecepatannya masing-masing.
d) Peserta didik dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
10
e) Membantu potensi peserta didik untuk menjadi pelajar/mahasiswa yang
mandiri.
f) Sebagai pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua
aktifitasnya
dalam
proses
pembelajaran
dan
merupakan
substansi
kompetensi yang seharusnya dipelajari atau dikuasainya.
2.1.3 Manfaat Pembuatan Bahan Ajar
Menurut Prastowo (2011:27), adapun manfaat atau kegunaan pembuatan bahan
ajar dibedakan menjadi dua macam, yaitu kegunaan bagi pendidik dan bagi pendidik
dan kegunaan bagi peserta didik.
a.
Kegunaan bagi Pendidik
Setidaknya, ada tiga kegunaan pembuatan bahan ajar bagi pendidik, diantaranya
sebagai berikut:
1) Pendidik akan memiliki bahan ajar yang dapat membantu dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.
2) Bahan ajar dapat diajukan sebagai karya yang dinilai untuk menambah
angka kredit pendidik guna keperluan kenaikan pangkat.
3) Menambah penghasilan pendidik jika hasil karyanya diterbitkan.
b.
Kegunaan bagi peserta didik
Apabila bahan ajar tersedia secara bervariasi, inovatif, dan menarik, maka paling
tidak ada tiga kegunaan bahan ajar bagi peserta didik, diantaranya sebagai berikut:
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
11
1) Kegiatan pembelajaran menjadi menarik.
2) Peserta didik lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara
mandiri dengan bimbingan pendidik.
3) Peserta didik mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi
yang harus dikuasai.
2.1.4 Kriteria Bahan Ajar Multimedia
Menurut Asyhar (2012: 172), bahan ajar multimedia adalah media
pembelajaran yang berbasis teknologi multimedia. Prinsip utama pembuatan bahan
ajar berbasis multimedia harus sesuai dengan sasaran dan tujuan pembelajaran serta
materi ajar.Bahan ajar tersebut juga dapat berinteraksi dengan peserta didik dengan
maupun tanpa bantuan guru, artinya bahan ajar tersebut dapat digunakan secara
mandiri oleh peserta didik.Setiap format bahan ajar multimedia memiliki
karakteristik tertentu, kriteria bahan ajar pembelajaran multimedia yang baik
ditentukan oleh karakteristiknya. Namun, secara umum dapat digambarkan beberapa
kriteria bahan ajar multimedia yang baik sebagai berikut (Asyhar, 2012: 173) :
a. Tampilan harus menarik baik dari sisi bentuk gambar maupun kombinasi
warna yang digunakan.
b. Narasi atau bahasa harus harus jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik,
penggunaan istilah perlu disesuaikan dengan pengguna media agar
pembelajaran bisa efektif.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
12
c. Materi disajikan secara interaktif artinya memungkinkan partisipasi dari
peserta didik.
d. Kebutuhan untuk mengakomodasi berbagai model (styles) yang berbeda
dalam belajar.
e. Karakteristik dan budaya personal dari populasi yang akan dijadikan target.
f. Sesuai dengan karakteristik siswa, karakteristik materi dan tujuan yang
ingin dicapai.
g. Digunakan sebagai salah satu media pembelajaran, dalam arti sesuai dengan
sarana pendukung tersedia.
h. Memungkinkan ditampilkan suatu virtual learning environment (lingkungan
belajar virtual).
i. Proses pembelajaran adalah suatu kontinuitas utuh, bukan sporadic dan
kejadian terpisah-pisah (disconnected events).
2.1.5 Prosedur Umum Pembuatan Bahan Ajar Multimedia
Menurut Asyhar (2012: 174), untuk menghasilkan suatu bahan ajar multimedia
yang baik dan tepat sasaran, ada beberapa tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan
yaitu:
1. Analisis :langkah awal dari pembuatan bahan ajar berbasis multimedia adalah
analisis bahan ajar terhadap kurikulum yang berlaku. Bagian mana dari kurikulum
tersebut yang berpeluang untuk dikembangkan dengan teknologi multimedia.
Multimedia ini akan memberi dampak pada kurikulum. Oleh karena itu
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
13
instructional designer harus melakukan diagnosa pada bagian ini dari isi
kurikulum yang sebaiknya disentuh oleh multimedia, tujuan pembelajaran apa
yang akan dicapai dan bagaimana perbandingannya dengan format konvensial.
2. Pemilihan Teknologi: pada tahap ini, ditentukan teknologi apa yang akan
digunakan untuk merealisasikan hasil analisis kurikulum yang telah dilakukan.
Karena pada dasarnya terdapat lebih dari lusinan authoring system untuk
pengembangan multimedia.
3. Merancang desain: setelah analisis selesai, dilanjutkan dengan perancangan desain
media yang akan dibuat. Ini dimulai dari pencarian ide pengembangan, kira-kira
seperti apa struktur navigasi untuk menampilkan bahan ajar multimedia tersebut.
4. Menyusun storyboard dan prototype: tahap berikutnya setelah semua bahan siap
dan lengkap adalah menyusun storyboard dan prototype media. Storyboard adalah
diagram alur cerita dari bahan ajar multimedia yang akan dibuat. Sedangkan
prototype adalah desain kasar untuk bahan ajar. Pada storyboard sudah tergambar
dengan jelas fragmen-fragmen atau bagian dari media. Misalnya, pembukaan,
menu-menu navigasi, penyajian persentase, kuis, contoh-contoh kasus dan lainlain.
5. Identifikasi dan pengumpulan materi: pada bagian ini, diidentifikasikan bahanbahan atau materi yang diperlukan untuk pembuatan bahan ajar multimedia.
Untuk memudahkan pembuat media, sebaiknya dibuatkan daftar kebutuhan yang
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
14
mencakup teks, suara, gambar, video, dan sebagainya bahan-bahan yang didapat
sebaiknya disimpan di dalam satu folder.
6. Pembuatan bahan ajar: setelah bahan-bahan yang diperlukan lengkap, begitu pula
konsep dan desainnya, maka dilanjutkan dengan pembuatan bahan ajar
multimedia. Pada tahap ini sebaiknya setiap segmen cerita dibuat dalam modulmodul terpisah sehingga memudahkan dalam melakukan kontrol.
7. Ujicoba: langkah terakhir adalah ujicoba bahan ajar multimedia. Bahan ajar
multimedia yang sudah selesai dibuat diujicobakan ke beberapa pengguna untuk
memperoleh masukan. Hasil ujicoba digunakan sebagai bahan perbaikan atau
revisi.
2.2
Adobe director
Menurut Suhada (2012: 13), Adobe Director adalah software pembuat
aplikasi multimedia, yaitu aplikasi yang menggunakan berbagai media untuk
menyampaikan informasi ke end-user (pengguna). Program ini menggunakan Lingo
sebagai bahasa pemrogramannya. Lingo dapat berfungsi untuk mengatur atribut dan
segala action yang dapat dilakukan oleh setiap komponen.
Adobe Director (Macromedia Director) adalah platform aplikasi authoring
multimedia yang diciptakan oleh Macromedia sekarang bagian dari Adobe Systems.
Hal ini memungkinkan pengguna untuk membangun aplikasi yang dibangun pada
sebuah film metafora, dengan user sebagai “sutradara” film. Awalnya dirancang
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
15
untuk membuat urutan animasi, penambahan bahasa scripting yang disebut Lingo
membuatnya menjadi pilihan populer untuk membuat CD-ROM dan kios mandiri
dan konten web dengan menggunakan Adobe Shockwave. AdobeDirector
mendukung proyek-proyek multimedia baik 2D dan 3D.
Gambar 2.1 Tampilan Awal Software Adobe Director 11.5 (Sumber pribadi).
2.3 Bilingual
2.3.1 Pengertian Bilingual
Kata bilingual berarti dwi bahasa atau dua bahasa. Pembelajaran bilingual
adalah pembelajaran yang menggunakan dua bahasa sebagai media pengantar
pembelajaran. Pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris adalah pembelajaran yang
materi pembelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaiannya disampaikan dalam
bahasa Inggris. Jadi, pendekatan pembelajaran bilingual merupakan pendekatan
yakni jalan yang digunakan oleh guru untuk menciptakan suasana yang
memungkinkan siswa belajar dengan menggunakan pengantar dua bahasa.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
16
Pengertian bilingual dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mampu atau biasa
memakai dua bahasa dengan baik dan bersangkutan dengan atau mengandung dua
bahasa. Contoh bilingual dalam pelaksanaan pembelajaran adalah bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris. Menurut Suma (2011:2), Pembelajaran bilingual diperkenalkan
di Indonesia sejak tahun 2004 yang diperkenalkan pada rintisan sekolah bertaraf
internasional. Pada hakikatnya pembelajaran bilingual memiliki dua tujuan yaitu
untuk meningkatkan kompetensi bahasa Inggris siswa dan pemahaman konten mata
pelajaran itu sendiri.
2.3.2 Pembelajaran Bilingual
Pembelajaran bilingual, seperti tercermin pada istilahnya, adalah semacam
pembelajaran di mana dua bahasa digunakan secara kombinasi. Dalam pembelajaran
bilingual umumnya digunakan kombinasi bahasa ibu dan bahasa lain selain bahasa
ibu. Tujuan pembelajaran bilingual adalah utamanya memberikan bekal keterampilan
berbahasa kepada siswa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara,
membaca dan menulis dalam bahasa selain bahasa ibu, di samping membelajarkan isi
melalui keterampilan berbahasa tersebut.
Menurut Hurlock (dalam Kurniawan, 2011), dwibahasa (bilingualism) adalah
kemampuan menggunakan dua bahasa. Kemampuan ini tidak hanya dalam berbicara
dan menulis tetapi juga kemampuan memahami apa yang dikomunikasikan orang
lain secara lisan dan tertulis. Anak yang memiliki kemampuan dwibahasa memahami
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
17
bahasa asing dengan baik seperti halnya pemahaman anak terhadap bahasa ibunya.
Anak mampu berbicara, membaca dan menulis dalam dua bahasa dengan
kemampuan yang sama. Pelaksanaan pembelajaran secara bilingual menjadikan anak
dapat memiliki pemahaman berkomunikasi lisan dan dapat berbicara dalam dua
bahasa.
2.4
Tinjauan Materi
2.4.1 Pengertian Mikrobiologi
Mikrobiologi ialah telaah mengenai organisme hidup yang berukuran
mikroskopis.Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme bakteri,
protozoa, virus. Bidang mikrobiologi kita mempelajari banyak segi mengenai jasadjasad renik ini (juga dinamakan mikroba atau protista). Di mana adanya, ciri-ciri
kekerabatan antara sesamanya seperti juga dengan kelompok organisme lainnya,
pengendaliannya, dan peranannya dalam kesehatan dan kesejahteraan kita (Pelczar
dan Chan,1988: 5).
Salah satu karakteristik utama sel bakteri adalah ukuran, bentuk, struktur dan
penataan selnya. Berbagai ciri ini mencakup morfologi sel.Dunia mikroba terdiri dari
berbagai kelompok jasad renik. Banyak bersel satu atau uniselulerantara lain bakteri,
virus, jamur. Ada yang mempunyai ciri-ciri sel tumbuhan, ada yang mempunyai ciriciri sel binatang, dan ada yang mempunyai ciri-ciri kedua-duanya.Secara kolektif
jasad
renik
disebut
protista.
Ciri
utama
yang
membedakan
kelompok
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
18
mikroorganisme tertentu dari yang lain ialah organisme bahan selularnya. Perbedaan
ini, yang dijadiakan dua kategori utama, yaitu prokariota dan eukariota.
2.4.2 Morfologi Bakteri
Menurut Lay dan Hastowo (1992: 27), salah satu karakteristik utama sel
bakteri adalah ukuran, bentuk, struktur dan penataan selnya. Sel prokariotik (bakteri)
lebih kecil dari sel-sel eukariotik, (panjang rata-rata 2 µm dan diameter rata-rata
adalah 0,5 µm)bakteri yang paling kecil memiliki diamater sekitar 0,2 µm. Bentuk
umum sel bacteria: Coccus (bulat), basil (batang), pleomorfik dan uliran (spiral)
koma. Menurut Mckane dan Kandel (1996: 68),terdapat beberapa jenis bakteri dari
bentuk umum bakteri tersebut, yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.2 Contoh Bakteri Coccus
Gambar 2.3 Contoh Bakteri Basil Streptococcus
thermophillus 1000 X
Lactobacillus 1000 X
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
19
Gambar 2.4 Contoh Bakteri Spiral
Methanospirillum 2000 X
Gambar 2.5 Contoh Bakteri Pleomorfik
Pleomorphic liposarcoma 1000 X
Gambar 2.6 Contoh Bakteri Koma Vibrio comma 1000 X
a)
Kokkus (coccus tunggal= sperti buah berri) adalah bakteri yang mempunyai
bentuk seperti bola ukurannya berkisar antara 0,4 dan 2 µm diameter. Diameter
rata-rata 1 µm. Bentuk kokkus: sel tunggal (Monococcuus), berpasangan
(Diplococcus), berantai (Streptococcus), seperti buah anggur (Stafilococcus).
b) Basil (bacillus = batang) adalah organisme berbentuk batang biasanya berkisar
antara 1 - 10 µm panjangnya. Beberapa basil sangat pendek dan kekar, bulat
telur dan contohnya coccobacilli. Bentuk sel serupa batang/bacillus: sel tunggal
(monobasil), dua sel bakteri basil berdempetan (diplobasil), beberapa sel basil
berdempetan (streptobasil).
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
20
c) Bakteri spiral dibagi menjadi dua kelompok, spirilla (spirilla tunggal) dan
spirochetes (termasuk agen sifilis), meskipun serupa dalam bentuk, spirochetes
lebih fleksibel sedangkan sprilla kaku. Beberapa bakteri spiral terlalu tipis untuk
dilihat dengan mikroskop standar dengan pencahayaan tinggi tetapi mudah
diamati dengan mikroskop dengan pencahayaan rendah.
d) Bakteri vibrio (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
(bentuk koma). Kadang berbentuk spiral pendek dan tidak lengkap, berukuran
lebih pendek dari bakteri spiral, contohnya yaitu: Vibrio Comma, Vibrio chlorae.
e) Bentuk bakteri tidak beraturan (pleomorfik), bakteri pleomorpik memiliki variasi
dalam bentuk dan ukuran organisme. Seperti halnya arti dari kata pleomorfik
(pleo= lebih, morph = bentuk). Beberapa bakteri kekurangan dinding sel yang
kaku dan membran plasma sehingga bakteri lebih fleksibel memungkinkan
bakteri untuk berubah bentuk. Bakteri ini, yang disebut Mycoplasma, atau
pleomorpik, contohnya Stella sp.bakteri berbentuk bintang morfologi bakteri
jarang.
2.4.3 Struktur Sel Bakteri
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu struktur dasar dan struktur
tambahan sel bakteri. Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang hidup
bebas dan mampu bereproduksi sendiri tidak memiliki membran inti dan
termasuk sel prokariot.Bakteri terdiri atas sitoplasma yang dikelilingi oleh
dinding sel yang kaku yang terbuat dari suatu zat khusus yang disebut
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
21
peptidoglikan.Didalam sitoplasma yang terdapat materi genetik baik DNA
maupun RNA, dan struktur intrasel yang diperlukan untuk metabolisme
energi.
2.4.3.1 Struktur Dasar Sel Bakteri
1. Dinding Sel
Menurut Bibiana dan Hastowo (1992: 310), dinding sel memberikan bentuk
dan kekuatan pada sel prokariot.Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu
gabungan protein dan polisakarida. Ketebalan peptidoglikan membagi bakteri
menjadi bakteri gram-negatif dan gram-positif yang mempunyai perbedaan dalam
struktur dinding selnya. Dinding sel bakteri Gram-negatif merupakan struktur tipis
berlapis
sedangkan
bakteri
Gram-positif
hanyamempunyai
1
lapis
yang
tebal.Meskipun strukturnya berbeda, susunan kimia dari dinding sel kedua kelompok
bakteri ini tidaklah menunjukkan perbedaan yang mencolok. Bagian dinding sel yang
memberikan sifat kaku ini diakibatkan karena terdapat peptidoglikan (murein,
mukopeplida).Struktur dasar dari peptidoglikanadalah:
1. Tulang punggung peplidoglikan yang terdiri dari N-asetilglukosamin, N-asctil
muramat. Kedua asam ammo ini dihubungkan oleh ikatan beta 1-4.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
22
2. Rantai tetrapeptida yang terikat pada muramat yaitu:L-Ala, D-Glu, R, D-Ala R
merupakan asam diamino yang paling bervariasi dan dapat berupa:L-DAP
niaumcso DAP (Diamino Pimclai), L-Lisin, L-omilin, L-diaminobulirat.
 Dinding Sel Bakteri Gram positif dan Gram negatif
a. Dinding Sel Bakteri Gram-positif
Bakteri Gram-positif memiliki kandungan peptidoglikan yang tinggi
dibandingkan bakteri gram negatif, pada bakteri gram positif polimer ini
dapat mencapai sampai 50%, sedangkan bakteri gram negatif mempunyai
sekitar 10%. Pada Streptococus dinding selnya mengandung polisakarida.
Pada Staphylococcusaureus dan Streptococcus faecalis terdapat polimer
yang bersifat asam yang mengandung Ribitol fosfat atau Gliserol fosfat.
Asam teikoat mengikat ion magnesium, ion ini berperan dalam membran
sitoplasma sehingga memberikan ketahanan terhadap suhu tinggi. Pada
umumnya kandungan lipid dinding sel Gram-positif rendah, terkecuali
pada Mycobacterium. Pada bakteri ini lipidanya kaya akan asam mikolat
(Bibiana dan Hastowo, 1992: 34).
b. Dinding Sel Bakteri Gram-negatif
Dinding sel bakteri gram-negatif lebih kompleks dibandingkan gram
positif. Perbedaan utama ialah adanya lapisan membran luar, yang
meliputi peptidoglikan. Kehadiran membran ini menyebabkan dinding sel
bakteri gram-negatif kaya akan lipida (11-22%). Pada bakteri gram negatif
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
23
lapisan membran luar disebut “Outer wall layer” yang mempunyai
struktur sebagai unit membran perbedaannya adalah bahwa lapisan ini
tidak hanya terdiri dari fosfolipida saja seperti pada membran plasma
tetapi juga mengandung lipida lainnya, polisakarida dan protein. Lipida
dan polisakarida ini berhubungan erat dan membentuk struktur khas yang
disebut lipopolisakarida atau LPS. Lapisan ini bersifat impermeabel
terhadap molekul besar, namun demikian bersifat permeabel terhadap
molekul kecil seperti nukleosida, oligosakarida, monosakarida dan asam
amino, ini disebabkan protein porin (Bibiana dan Hastowo, 1992: 34).
2.
Membran Plasma
Membran sel merupakan struktur yang tipis yang meliputi sel. Struktur ini
terdiri dari fosfolipida (20-30%) dan protein (60-70%). Fosfolipida merupakan
struktur dasar dari membran ini.Fosfolipida terdiri dari bagian yang bersifat
hidrofobik dan hidrofilik. Bagian hidrofobik saling berdekatan, demikian pula bagian
hidrofiliknya sehingga akan membentuk 2 lapis. tersusun atas lapisan lipoprotein
(fosfolipid dan protein) yang bersifat permeabel dan berperan untuk mengatur keluar
masuknya zat-zat di dalam sel bakteri.Meskipun membran sel ini tipis akan tetapi
fungsinya adalah sebagai penahan (barrier), sehingga tidak akan terjadi transport
pasif cairan, dengan demikian membran berfungsi sebagai penahan bagi sebagian
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
24
besar molekul, meskipun beberapa molekul dapat dilalukan. (Bibiana dan Hastowo,
1992: 28).
3.
Sitoplasma Sel Bakteri
Daerah sitoplasma terdapat partikel-partikel RNA protein yang disebut
Ribosom, terkemas padat diseluruh daerah sitoplasma. Sitoplasma merupakan cairan
yang bersifat koloid dan berisi semua molekul ataupun zat yang diperlukan dalam
proses metabolisme untuk menunjang kehidupan sel. Di dalam sitoplasma sel bakteri
terdapat ribosom, mesosom, dan plasmid. Disusun oleh 80% air dan sisanya berupa
bahan-bahan terlarut (enzim, karbohidrat, lemak, dan ion anorganik) (Pelczar dan
Chan,1988: 112).
4.
Ribosom dan DNA
Ribosom merupakan badan ("some"=badan)
yang mengandung asam
ribonukleat dan mengatur sintesis dari protein. Ribosom terdiri dari:RNA (60%),
protein (40%), funsi ribosom mengatur sintesis protein.Ribosom mempunyai ukuran
tertentu dan dinyatakan dalam unit sedimentasi konsian (kecepatan turun suatu zat
melalui cairan bila disentrifugasi secara cepat/ultrasentrifugasi).Unit sedimentasi
adalah "S" (Svedberg). Prokariot mempunyai ribosom berukuran 70SSedangkan
eukariot berukuran 80S. makin cepat ribosom disedimentasikan berarti makin besar
berat molekulnya.Prokariot tidak memiliki nukleus sejati seperti eukariot. DNA pada
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
25
prokariot tidak diselubungi oleh suatu membran dan berupa untaian yang membentuk
lingkaran.
Berbeda dengan eukariot, pada bakteri tidak ditemukan protein histon pada
DNAnya. DNA merupakan kromosom tunggal yang membawa semua sifat yang
akan diturunkan. Selain DNA kromosomal didapatkan juga DNA ekstrakromosomal
yang disebut plasmid. Plasmid ini dapat membawa sifat resistensi terhadap
antibiotika, sehingga bakteri yang mengandung plasmid semacam ini akan bersifat
resisten terhadap antibiotik.
Pada prokariot, molekul DNA ini panjang sekali bila dibandingkan panjang
bakterinya sendiri. Escheria coli misalnya mempunyai panjang sel 2 um, sedangkan
panjang DNAnya sekitar 1200 um. Ini berarti bahwa DNA berlipat-lipat dalam sel.
Dalam elektron mikroskop daerah ini akan terlihat sebagai daerah yang lebih gelap
dari sekitarya dan disebut sebagai nukleoid (Bibiana dan Hastowo,1992: 41-43).
5.
Granula Penyimpanan
Granula atau inklusi yang diamati dalam berbagai jenis bakteri terkandung
bahan, seperti polymetha phospat (disebut butiran metachromatic atau Volutin
bodies), cyanophycin, polihidroksibutirat (PHB), protein, belerang, pati dan
glikogen. Granula biasanya memiliki polimer osmotik besar yang signifikan dan
tidak
merusak
satujenisgranul,
osmotik
sel.
misalnya,
Beberapa
spesiesbakterikhasmemproduksi
Corynebacteriumdiphtheriaemenghasilkan
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
26
jenisataugranuladisebutVolutin
bodies.
Volutin
sebuahpolifosfatyangdapat
berfungsisebagai
bodies
adalah
sumberfosfatuntuk
sintesisDNAdanRNA, dapat diperlihatkanmenggunakan pewarnasepertimetilenbiru.
Sejauh ini bahan cadangan organik yang paling umum pada prokariota adalah
polihidroksibutirat. Sebenarnya, butiran Polihidroksibutirat terdiri dari kumpulan
asam lemak hidroksi rantai pendek, butiran dari polihidroksibutirat dapat dideteksi
dengan pewarnaan dengan pewarna larut dalam lemak non ionik, seperti sudan
hitam.Butiran ini digunakan oleh sel sebagai cadangan untuk membangun bahan sel
baru. Sejumlah bakteri menyimpan sulfur sebagai bahan cadangan yang mereka
gunakan sebagai sumber energi, belerang dapat mudah terlihat di gunung basah
dengan menggunakan mikroskop fase kontras (Cano dan Colome,1986: 92).
2.4.3.2 Struktur Tambahan Sel Bakteri
1.
Kapsul
Beberapa sel bakteri, seperti misalnya Pneumokokus yang menyebabkan
pneumonia, dikelilingi oleh suatu lapisan bahan kental yang disebut kapsul atau
lapisan
lendir.Ukuran
kapsul
sangat
dipengaruhi
oleh
medium
tempat
ditumbuhkannya bakteri itu. Pada beberapa kejadian, tebalnya kapsul hanya satu
persekian diameter selnya, dalam kasus-kasus lain ukuran kapsul jauh lebih besar
daripada selnya (Pelczar dan Chan,1988: 112).
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
2.
27
Flagella
Menurut Bibiana dan Hastowo (1992: 44-46), flagela merupakan alat gerak dan
bakteri yang bersifat motil. Alat gerak ini sangat halus (20nm) sehingga tidak dapat
terlihat langsung melalui mikroskop medan terang. Untuk dapat melihat flagela
diperlukan teknik pewarnaan khusus.Letak flagela pada bakteri mempunyai pola
tersendiri:
1. Monotriks :Bila flagela hanya terdapat pada salah satu ujungnya.
2. Lopotriks: Bila sekumpulan flagela terletak pada salah satu ujungnya.
3. Ampritiks :Apabila terdapat flagella pada setiap ujung bakteri.
4. Peritriks
a.
: Bila flagela terdapat pada seluruh permukaan bakteri.
Struktur Flagela
Flagela terdiri dari protein yang disebut flagelin. Susunan asam amino dari
flagela agak berbeda bila dibandingkan dengan bagian sel lainnya. Asam amino yang
seringkali ditemukan adalah:asam amino aromatik dan yang mengandung sulfur,
asam aspartat dan glutamat.Kedua jenis asam amino ini terdapat dalam jumlah
banyak.Bentuk
dan
panjangnya
flagela
tergantung
pada
susunan
protein
flagecilinbila terdapat perubahan susunan ini maka akan terjadi juga perubahan
bentuk dan panjang flagela.
b.
Pergerakan Flagela
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
28
Bakteri bergerak dengan cara memutar, pergerakan ini dapat disamakan dengan
pergerakan kotrek pembuka botol; gabus penutup botol dapat disamakan sebagai
media bagi bakteri, sedangkan kotreknya sebagai flagela. Cara pergerakannya
digambarkan sebagai gerakan renang yang diikuti oleh gerakan bolak-balik, sehingga
arah gerakan berbeda diikuti kembali oleh gerakan renang.Letak flagela
mempengaruhi pergerakan bakteri. Pada bakteri yang memiliki flagela polar atau
lopotrikos pergerakannya hanyalah satu arah (berputar dalam satu arah). Sedangkan
yang memiliki flagela petritrikos akan berputar-putar menuju segala arah. Sehingga
seakan-akan meloncat dari satu tempat ke tempat yanglain.
3.
Pili (fimbriae)
Banyak bakteri gram negative mempunyai embel-embel seperti filament yang
bukan flagela.Apendiks ini, yang disebut pilus (tunggal, pili), atau fimbria (jamak,
fimbriae).Berukuran lebih kecil, lebih pendek, dan lebih banyak dari pada
flagella.Pili hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron, tidak berfungsi untuk
pergerakan. Dijumpai baik pada spesies nonmotil maupun yang motil. Namun ada
beberapa fungsi yang berkaitan dengan tipe pili yang berbeda-beda.Salah satu jenis
yang dikenal sabagai pilus F (atau pilus seks), berfungsi sebagai pintu gerbang bagi
masuknya bahan genetik selama berlangsungnya perkawinan antar bakteri.Fimbria
adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.Fungsi fimbriae
adalah sebagai alat untuk menempel pada substrat atau inang bakteri.Beberapa pili
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
29
berfungsi sebagai alat melekat pada berbagai permukaan. (Pelczar dan Chan,1988:
110-112).
4. Spora
Spora bakteri merupakan struktur bakteri yang tahan panas, sehingga seringkali
menyebabkan kesulitan dalam proses sterilisasi. Selain tahan panas spora bakteri
juga tahan terhadap:kekeringan, radiasi, asam, desinfektans. Struktur ini seringkali
disebut sebagai endospora oleh karena spora bakteri selalu terletak di dalam sel.
Dengan mikroskop biasa spora akan terlihat sebagai struktur yang reflaktil. Spora
bersifat impermeabel terhadap zat warna, sehingga diperlukan teknik pewarnaan
khusus untuk mewarnai spora. Pada bakteri, spora bukan merupakan alat
berkembang biak, berbeda dengan fungi yang mempunyai spora sebagai alat
berkembang biak.Pembentuk spora terbagi dalam dua golongan yailu:Bacillus yang
bersifat aerob, dan Clostridium yang bersifat anaerob (Lay dan Hastowo,1992: 49).
Spesies - spesies tertentu bakteri menghasilkan spora, diluar sel vegetatife
(eksospora) ataudi dalam sel vegetatife (endospora). Ini adalah tubuh yang secara
metabolik dorman, dihasilkan pada fase yang lanjut pada pertumbuhan sel dan
kondisi-kondisi yang sesuai, akan berkecambah dan menghasilkan sel yang sama
seperti asalnya, atau vegetatife. Spora bersifat tahan terhadap banyak bahan fisik dan
kimiawi (Pelczar dan Chan,1988:123).
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
a.
30
Eksospora
Beberapa spesies bakteri menghasilkan spora eksternal.Streptomyces
misalnya menghasilkan serantaian spora (disebut konidia).Yang disangga
diujung hifa, suatu filament vegetatif. Proses ini serupa dengan proses
pembentukan spora pada beberapa cendawan.
b. Endospora
Endospora hanya terdapat pada bakteri.Merupakan tubuh berdinding
tebal, sangat retraktif, dan sangat resisten.Dihasilkan oleh semua spesies
Bacillus,
Clostradium,
danSporasarcina.
Bakteri
yang
mampu
membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi, Selama banyak
generasi sebagai sel vegetatife.Namun pada beberapa tahapan didalam
pertumbuhannya terjadi sintesis sitoplasma baru didalam sitoplasma
vegetatifnya yang dimaksudkan untuk dijadikan spora.
2.
Mesosom
Pada bakteri Gram-positif didapatkan involusi dari membran yang disebut
mesosom. Involusi ini terletak pada daerah replikasi DNA, pembelahan sel, atau
pembentukan spora. Struktur ini juga dikaitkan dengan pembentukan septum
sewaktu pembelahan sel. Pada bakteri Gram-negatif, involusi ini terlihat sebagai
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
31
lekukan kecil dan seringkali dikaitkan dengan bahan nukleus, Fungsi mesosom
menurut Bibiana dan Hastowo (1992, 31):
1. Respirasi.
2. Pembentukan dinding sel pada bakteri Gram-positif.
3. Pengaturan pembelahan sel.
4. Tempat pencantelan nukleus sewaktu replikasi.
5. Pengambilan DNA sewaktu proses transformasi.
5. Plasmid
Plasmid adalah DNAekstrakromosomal yang dapat bereplikasi secara autonom
dan bisa ditemukan pada sel hidup. Di dalam satu sel, dapat ditemukan lebih dari
satu plasmid dengan ukuran yang sangat bervariasi namun semua plasmid tidak
mengkodekan fungsi yang penting untuk pertumbuhan sel tersebut. Umumnya,
plasmid mengkodekan gen-gen yang diperlukan agar dapat bertahan pada keadaan
yang kurang menguntungkan sehingga bila lingkungan kembali normal, DNA
plasmid dapat dibuang.Plasmid berbentuk seperti cincin, terdapat di dalam
sitoplasma, dan berfungsi sebagai alat pertahanan sel terhadap lingkungan yang
ekstrim.
2.4.4 Dua Tipe Dasar Sel
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
32
Ada dua tipe sel berdasarkan organisasinya, yakni: sel eukariotik dan sel
prokariotik. Perbedaan yang paling jelas antara sel eukariotik dan sel prokariotik
terletak pada kesederhanaan sel prokariotik membelah menjadi sua sel bebas dalam
waktu relatif singkat dalam satuan menit, jika dibandingkan dengan sel eukariotik
yang membelah dalam waktu lebih lama (dalam satuan jam atau hari). Sel eukariotik
merupakan tipe sel yang perkembangannya telah sempurna dan dimiliki oleh
organisme tingkat tinggi, seperti pada Animalia, Plantae, dan pada Fungi. Tipe sel
prokariotik merupakan tipe sel sederhana, dimiliki oleh Monera, yaitu : bakteri dan
algae biru (Purnomo, 2009: 11).
1.
Organisasi Sel Eukariotik
Adanya banyak membran intra-seluler yang menyekat sel menjadi sejumlah
organel yang terpisah merupakan sifat utama sel eukariotik. Setiap organel
mempunyai fungsi khusus yang diperlukan untuk memelihara sel. Retikulum
endoplasmik merupakan struktur membran yang bertindak sebagai tempat
biosintesis protein nonsitoplasmik dan hormon tertentu.Lisosom adalah struktur
yang terkait membran yang mengandung berbagai enzim hidrolitik yang penting
untuk
perombakan
bahan
kompleks,
antara
lain
untuk
memusnahkan
mikroorganisme lain yang masuk ke dalamnya. Mitokondria mempunyai struktur
membran ganda, membentuk adenosis trifosfat (ATP) yang merupakan senyawa
penyimpan energi dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
33
Pada sel tumbuhan yang berfotosintesis, klorofil atau pigmen penangkap
cahaya, berada dalam organel yang diselubungi membran yang disebut kloroplas,
yang mengubah energi cahaya menjadi ikatan kimia adenosis trifosfat (ATP)
berenergi tinggi. Selain itu, tipe sel eukariotik mempunyai silinder panjang yang
kosong, disebut mikro-tubulus yang berfungsi dalam menentukan bentuk sel. Semua
organel sel eukariotik dikelilingi oleh membran plasma sel, yang bertindak untuk
menampung organel intraseluler dalam sel eukariotik.
Sel eukariotik mempunyai nukleus (inti) yang sebenarnya, karena terpisah
dari sitoplasma sel oleh membran nukleus berlapis dua. Di dalam nukleus, DNA dan
beberapa macam protein (histon) tersusun membentuk benang linear yang disebut
kromososm. Jumlah kromosom dalam nukleus eukariotik adalah tetap untuk suatu
jenis. Fungi mungkin mempunyai 1 atau 2 kromosom, manusia mempunyai 48
kromosom dan setiap jenis tumbuhan, hewan maupun mikroorganisme mempunyai
jumlah kromosom yang berlainan. Apabila sel eukariotik membelah, melalui proses
yang sangat rumit, melengkapi sel anakan dengan perangkat kromosom yang
lengkap, sehingga sel anakan juga mengandung informasi genetik yang identik
dengan yang terdapat pada sel induk (Purnomo, 2009: 11).
2. Organisasi Sel Prokariotik
Tipe sel yang diwakili oleh bakteri dan cyanophyceae disebut prokariotik.
Susunan sel juga diikat oleh membran plasma tetapi organelnya tidak bermembran
atau organelnya tidak terpisah dari sitoplasma karena membran. Sel prokariotik tidak
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
34
mempunyai mitokondria dan jika bersifat fotosintetik tidak mempunyai kloroplas
Energi sel prokariotik diproduksi melalui proses oksidasi fosforilasi, dengan
membangkitkan gradien ion melintasi membran sel prokariotik yang mirip dengan
gradien yang melintasi membran mitokondria atau kloroplas yang mendorong
terjadinya sintesis oleh organel-organel tersebut.
Aliran isi sel (sitoplasma) sering terlihat dalam sel eukariotik, tetapi tidak
tampak dalam sel prokariotik.Sel prokariotik mempunyai dinding sel di luar
membran sitoplasma yang mengandung asam muamalat, suatu senyawa yang tidak
terdapat pada sel eukariotik. Sel prokariotik juga memiliki ribosom ( organel lonjong
yang berfungsi untuk tempat sintesis protein) yang ukurannya lebih kecil dibanding
ribosom dalam sitoplasma sel eukariotik.
Sel prokariotik tidak mempunyai nukleus yang sebenarnya, karena DNA tidak
terbungkus membran yang memisahkan dengan sitoplasma. DNA sel tidak terdapat
sebagai kromosom tersendiri tetapi dalam benang tunggal sebagai struktur lingkaran
tertutup dan sama sekali tidak mengandung histon. Gen sel prokariotik selalu disalin
langsung ke dalam RNA pesuruh, sedangkan gen sel eukariotik mempunyai urutan
intron yang lebih dahulu disalin menjadi calon RNA (Purnomo, 2009: 12).
Tabel 2.1 Karakteristik Sel Prokaritik dan Sel Eukariotik
Karakteristik
Materi genetik
Sel prokariotik
Materi genetik melingkari molekul
DNA. Tidak memiliki membran
inti.
Sel eukaritik
Materi genetik nya terdapat di
kromosom. Memiliki membran
inti dan inti sel sejati.
Bersambung kehalaman 35
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
35
Sambungan tabel 2.1....
Dinding sel
Dinding sel mengandung
peptidoglikan.
Tidak mengandung peptidoglikan.
Mitosis dan meiosis
Tidak ada
Ada
Tempat respirasi sel
Pada memran plasma
Pada mitokondria
Membran menutupi
organel
Tidak ada membran yang menutupi
organel.
Ada, yaitu: pada mitokondria,
kloroplas, kompleks golgi,
lisosom, dan endosplasma
retilkulum.
Ribosom
Ribosom ukurannya lebih kecil
dibandingkan eukariotik, umumnya
bekisar 70S. Tersebar di sitoplasma.
Flagella yang memutar dengan
komposisi sederhaan dan beberapa
dengan meluncur.
Berukuran lebih kecil dibandingkan
dengan sel eukariotik, diameter
berkisar 0.2 µm- 3.0 µm. Dan
panjangnya berkisar 0.5 um – 15
um.
Ribosom lebih besar, yaitu 80S.
Terdapat pada retikulum
endoplasma.
Flagella dan cillia yang
bergelombang, dan pergerakan
ameboid.
Lebih besar ukurannya, berkisar 7
µm dan 100 µm.
Penggerak
Ukuran sel
Cano dan Colome, (1986:78)
2.5
Penelitian yang Relevan
Sistem pembelajaran berbasis komputer sekarang ini telah jauh meningkat
dan bahasa Inggris pada saat ini merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam
segala bidang karena bahasa Inggris telah menjadi bahasa Internasional. Pengajaran
dan pembelajaran bahasa Inggris berbasis multimedia ini diharapkan menjadi alat
bantu pembelajaran interaktif yang dapat meningkatkan minat belajar pengguna.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar billingual berbasis
multimediapada mata kuliah Mikrobiologi sub pokok bahasan bakteri. Namun pada
penelitian ini hanya diteliti pada subpokok bahasan Bakteri. Bakteri merupakan salah
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
36
satu contoh mikroba yang memiliki jenis dan bentuk yang bervariasi sehingga
dibutuhkan pemahaman yang lebih mendalam. Selain itu, bakteri juga memiliki
struktur yang rumit karena morfologi bakteri hampir tidak berwarna atau transparan
dan kontras dengan air. Hal itu untuk mempermudah proses identifikasi bakteri.
Penelitian mengenai pengembangan E-book interaktif bilingual pada materi
pokok termokimia kelas XI untuk siswa rintisan sekolah bertaraf internasional yang
dikembangkan oleh Muhammad Fajar Taufikdan I Gusti Made Sanjaya. Menggunakan
model 4-D (four-D model) yang dikemukakan oleh Thiagarajan. Model tersebut
terdiri dari empat tahap pengembangan yaitu pendefinisian (define), perancangan
(design), pengembangan (develop), penyebaran (disseminate). Pada penelitian ini
hanya sampai pada tahap pengembangan (develop). E-book interaktif bilingual yang
dikembangkan telah memperoleh persentase rata-rata dari siswa-siswi SMA Negeri 1
Sidoarjo sebesar 82,44% yang dikategorikan sangat layak. Selain itu dari hasil angket
menyatakan bahwa materi yang disajikan e-book bilingual memudahkan siswa dalam
belajar mandiri, membantu siswa dalam mempelajari materi termokimia, materi
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir.
Pengembangan Model Pembelajaran Bilingual Preview-Review Berbasis
Inkuiri yang dikembangkan oleh Ketut suma. Tujuan penelitian ini adalah
mengembangkan Model Pembelajaran Bilingual Preview-Review Berbasis Inkuiri
5E Menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Penelitian diawali
dengan need assessment di tiga sekolah RSBI, kemudian diikuti dengan perancangan
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
37
model, dan ujicoba terbatas. Hasil need assessment menunjukkan bahwa untuk
pengembangan pembelajaran bilingual teridentifikasi kebutuhan sebagai berikut: (1)
silabus dalam bahasa Inggris dan Indonesia; (2) perangkat pembelajaran dalam
bahasa Inggris dan Indonesia; (3) guru Fisika yang memiliki kompetensi bahasa
Inggris dengan skor TOEFL ≥500; (4) contoh-contoh model pembelajaran bilingual
dan (5) guru Fisika yang berkualifikasi S-2 minimal 30%. Sementara itu, ujicoba
terbatas menunjukkan bahwa rata-rata gain skor ternor-malisasi (g) = 0,7. Ini berarti,
model pembelajaran ini “sangat efektif” dalam meningkatkan penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran.
Identifikasi kondisi pembelajaran bilingual di tiga rintisan SMA BI
menunjukkan bahwa kepala-kepala sekolah dan guru-guru Fisika di RSBI
menunjukkan respon positif terhadap pembelajaran bilingual di sekolah. Hal ini
ditunjukkan
oleh
persiapan-persiapan
yang
telah
dilakukan
antara
lain;
pengembangan perangkat pembelajaran dalam dua bahasa, mempersiapkan guruguru dalam bahasa Inggris, serta adanya program pendampingan. Adanya kesediaan
para guru untuk mengikuti program-program pengembangan profesionalisme
khususnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan kemampuan bahasa Inggris
guru merupakan bukti komitmen mereka.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan bahan ajar ini yaitu
penelitian pengembangan (research and development/ R&D), karena R&D
merupakanmetode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu,
dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407).
3.2
Model Pengembangan
Model dapat diartikaan sebagai kerangka yang digunakan sebagai acuan
dalam melakukan kegiatan. Ketika menerapkan model, setidaknya disesuaikan
dengan kebutuhan belajar. Model pengembangan yang dilakukan dalam penelitian
dan pengembangan ini adalah model Dick and Carey. Model Dick and Carey terdiri
dari 10 langkah, setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya, kesepuluh
langkah Dick and Carey menunjukkan hubungan yang sangat jelas dan tidak terputus
antara langkah satu dan langkah lainnya(Setyosari, 2010: 223).
3.3
Prosedur Pengembangan
Prosedur penelitian ini adalah langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
penelitian pengembangan bahan ajar multimedia yang dibagi dalam beberapa tahap
sesuai dengan model pengembangan Dick and Carey, langkah-langkah prosedur
pengembangan menurut Setyosari (2010) :
38
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
1.
39
Analisis Kebutuhan
Melakukan analisis kebutuhan untuk menetukan tujuan produk yang akan
dikembangkan. Kegiatan analisis kebutuhan ini peneliti mengidentifikasi kebutuhankebutuhan prioritas yang segera dipenuhi. Dengan mengkaji kebutuhan, pengembang
akan mengetahui adanya suatu keadaan yang seharusnya ada (What should be) dan
keadaan nyata atau riil di lapangan yang sebenarnya. Dengan melihat kesenjangan
atau gap terjadi, pengembangan mencoba menawarkan suatu alternatif pemecahan
dengan cara mengembangkan suatu produk atau desain tertentu (Setyosari, 2010:
223).
2.
Analisis Pembelajaran
Apabila yang dipilih adalah latar pembelajaran, maka langkah berikutnya
pengembangan melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup keterampilan
proses, prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Halhal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt need”, perlu diidentifikasi
dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk atau desain yang
dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi sebuah produk atau desain yang akan
dikembangkan lebih lanjut dan memiliki kekhasan tersendiri.
Pada tahap ini yaitu melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup analisis
kesulitan belajar keterampilan, proses, dan prosedur, untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
40
need”perlu diidentifikasi dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk atau
desain yang ingin dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi sebuah produk atau desain
yang akan dikembangkan lebih lanjut dan memiliki kekhasan tersendiri.
3.
Analisis Pebelajar dan Konteks
Menganalisis pebelajar dan konteks, yang mencakup kemampuan, sikap, dan
karakteristik awal pebelajar dalam latar pembelajaran. Dan juga termasuk
karakteristik latar pembelajaran tersebut dimana pengetahuan dan keterampilan baru
akan digunakan. Langkah (2) dan (3) dapat dilakukan baik secara berurutan, atau
secara bersamaan.
4.
Tujuan Umum dan Khusus
Menjabarkan tujuan umum ke dalam tujuan yang lebih spesifik yang berupa
rumusan tujuan untuk kerja, atau operasional. Gambaran rumusan operasional ini
mencerminkan tujuan khusus program atau produk, prosedur yang dikembangkan.
Tujuan ini secara spesifik memberikan informasi untuk mengembangkan butir-butir
tes. Pengembang melakukan penerjemahan tujuan umum atau dari standar
kompetensi yang telah ada kedalam tujuan yang lebih operasional (Setyosari, 2010:
224).
5.
Mengembangkan Instrumen
Mengembangkan instrumen asessment, yang secara langsung berkaitan dengan
pembuatan soal-soal yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Instrumen dalam hal
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
41
ini bisa berkaitan langsung dengan tujuan operasional yang ingin dicapai berdasarkan
indikator-indikator tertentu dan juga instrumen untuk mengukur perangkat produk
atau desain yang dikembangkan.
6.
Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Mengembangkan strategi pembelajaran secara spesifik bertujuan untuk
mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan.Strategi pembelajaran yang dirancang
ini juga berkaitan dengan produk atau desain yang ingin dikembangkan.
7.
Mengembangkan dan Memilih Materi Pembelajaran
Pada tahap ini mulai mengembangkan bahan ajar dan memilih materi
pembelajaran yang akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang dirancang
untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan silabus mata kuliah
mikrobiologi.
8.
Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Formatif
Pada tahap ini, pengembang melaksanakan evaluasi terhadap desain dan
isi/materi dari bahan ajar berdasarkan hasil penilaian dari ahli desain maupun ahli
materi. Saran/masukan dan penilaian yang diberikan oleh para ahli dijadikan sebagai
bahan evaluasi untuk mendapatkan keputusan apakah bahan ajar perlu dilakukan
revisi.
9.
Melakukan Revisi
Pada tahap ini, pengembang melakukan revisi terhadap bahan ajar yang
didapatkan dari tahap evaluasi formatif. Revisi dilakukan untuk memperbaiki dan
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
42
mengamati kekurangan dan kelebihan bahan ajar sehingga bahan ajar menjadi lebih
menarik dan layak digunakan dalam kegiatan belajar mandiri maupun kelompok
mahasiswa.
10.
Evaluasi Sumatif
Pada tahap ini melakukan evaluasi kesesuaian bahan ajar dengan kebutuhan
mahasiswa Biologi Pgmipau dari data yang didapatkan selama ujicoba produk.
Evaluasi ini dilakukan agar dapat ditetapkan kelayakan dari bahan ajar yang
dikembangkan.
Merancang dan
melakukan evaluasi
sumatif (10)
Melakukan
revisi (9)
Analisis
pembelajaran
(2)
Analisis
kebutuhan
(1)
Merumuskan
tujuan khusus
(4)
Mengembangkan
instrumen
assessment (5)
Mengembangkan
strategi
pembelajaran (6)
Mengembangkan
dan memilih
bahan
pembelajaran (7)
Menganalisis
pebelajar dan
konteks
(3)
Gambar 3.1 Diagram Model Pengembangan Dick and Carey (Setyosari, 2010: 227).
Merancang dan
melakukan
evaluasi formatif
(8)
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
3.4
43
Ujicoba Produk
3.4.1 Desain Ujicoba
PRODUK AWAL
AHLI DESAIN
TAHAP I
VALIDASI
AHLI MATERI
ANALISIS DATA PENELITIAN I
REVISI I
TAHAP II
UJICOBA KELOMPOK KECIL
ANALISIS DATA PENELITIAN II
REVISI II
PRODUK AKHIR
Gambar 3.2 Desain Ujicoba Produk
Ada 2 tahap dalam desain ujicoba produk yaitu:
1) Tahap I adalah tahap validasi oleh para ahli yang terdiri dari ahli bahan ajar dan
ahli isi/materi yang dilanjutkan dengan analisis data hasil validasi dan revisi.
2) Tahap II adalah ujicoba kelompok kecil yang terdiri dari 15 mahasiswa,
dilanjutkan dengan analisis data dan revisi. Subjek ujicoba penelitian ini terdiri
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
44
dari mahasiswa Biologi yang mengontrak mata kuliah Mikrobiologi pada program
PGMIPAU, berjumlah 15 orang responden.
3.4.2 Jenis Data
Jenis data penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
berupa komentar dan saran perbaikan produk dari ahli materi dan ahli Desain.
Sedangkan data kuantitatif berupa data hasil validasi oleh ahli dan data hasil persepsi
oleh peserta didik yang ditunjukkan dengan angka.
3.4.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yakni dengan
menggunakan
angket.
Menurut
Nana
(2012:219),
angket
atau
kuesioner
(questionnaire) merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak
langsung (peneliti tidak secara langsung bertanya jawab dengan responden).
Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebutangket berisi sejumlah
pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.
Angket dalam penelitian ini meliputi angket validasi ahlibahan ajar, angket validasi
ahli materi, dan angket respon mahasiswa terhadap bahan ajar multimedia materi
struktur mikroba dan pewarnaan mikroba sub pokok bahasan bakteri.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket Bahan ajar oleh Tim Ahli Bahan ajar
No
Aspek
Jumlah Butir Instrumen
1
Presentasi
4
2
Komponen
8
3
Teknis
3
4
Manfaat
1
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
Tabel 3.2 Kisi- kisi Angket Materi oleh Ahli materi
No
Aspek
1
Kelayakan isi
2
Bahasa
3
Kesesuaian
4
Evaluasi
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Persepsi Mahasiswa
No
Aspek
1
Teknis
2
Tampilan
3
Kebahasaan
4
Komponen pendukung
5
Manfaat
45
Jumlah Butir Instrumen
3
2
8
1
Jumlah Butir Instrumen
4
3
4
3
1
3.4.4 Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan angket tertutup untuk mengetahui tanggapan
mahasiswa terhadap bahan ajar bilingual yang digunakan selama ujicoba produk.
Angket tertutup menggunakan format empat point dari skala Likert, dimana alternatif
respon adalah sangat baik (SB) baik (B), buruk (BR), buruk sekali (BS). Alasan
penggunaan skala Likert karena pembuatannya relatif lebih mudah dan tingkat
reliabilitasnya (ketetapan alat evaluasi) tinggi.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian
gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
disebut sebagai variabel penelitian. Pernyataan sikap dapat diajabarkan sebagai
berikut (Riduwan, 2012: 87) :
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
46
Tabel 3.4 Pernyataan Sikap Positif
Pernyataan sikap
Sangat Baik
Baik
Buruk
Buruk sekali
singkatan
(SB)
(S)
(B)
(BS)
Nilai pernyataan sikap
4
3
2
1
Untuk analisis pada angket validasi ahli media. Jumlah item pertanyaan 16 jadi
secara teoritik diperoleh skor minimal 16, dan maksimal 64, interpretasi skor tersebut
yaitu:
Skor minimal
: 1 x 16 = 16
Skor maksimal
: 4 x 16 = 64
Kategori kriteria
:4
Rentang nilai
:
:
= 12
Tabel 3.5 Kategori Tingkat Validasi Bahan Ajar
No
Skala nilai
1.
4
2.
3
3.
2
4.
1
Skor
50-64
37-49
25-36
12-24
Tingkat validasi
Sangat baik
Baik
Buruk
Sangat buruk
Untuk analisis pada angket validasi ahli materi. Jumlah item pertanyaan 14
jadi secara teoritik diperoleh skor minimal 14, dan maksimal 56, interpretasi skor
tersebut yaitu:
Skor minimal
: 1 x 14 = 14
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
47
Skor maksimal
: 4 x 14 = 56
Kategori kriteria
:4
Rentang nilai
:
:
= 10,5
Tabel 3.6 Kategori Tingkat Validasi Ahli Materi
No
Skala nilai
1.
4
2.
3
3.
2
4.
1
Skor
45-56
33,5-44
22-32,5
10,5-21
Tingkat validasi
Sangat baik
Baik
Buruk
Sangat buruk
Untuk analisis pada angket persepsi mahasiswa. Jumlah item pertanyaan 16
jadi secara teoritik diperoleh skor minimal 16, dan maksimal 64, interpretasi skor
tersebut yaitu:
Skor minimal
: 1 x 16 = 16
Skor maksimal
: 4 x 16 = 64
Kategori kriteria
:4
Rentang nilai
:
:
= 12
Tabel 3.7 Kategori Penilaian Kelompok Kecil
No
Skala nilai
1.
4
2.
3
3.
2
4.
1
Skor
49-72
37-48
25-36
12-24
Tingkat validasi
Sangat baik
Baik
Tidak baik
Sangat tidak baik
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
BAB IV
HASIL PENGEMBANGAN
4.1
Penyajian Hasil Penelitian
Hasil penyajian ini berupa sebuah bahan ajar pembelajaran Biologi pada mata
kuliah Mikrobiologi dengan sub pokok bahasan bakteri dengan menggunakan
program Adobe director11.5. Data yang diperoleh pada tahap ujicoba akan disajikan
berurutan sebagai berikut:
4.1.1 Data Hasil Validasi Bahan ajar
Validasi desain bahan ajar dilakukan oleh Dr. Hj. Evita Anggereini, M.si dosen
Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Jambi. Data Penilaian bahan ajar
diperoleh dari hasil validasi oleh ahli desain bahan ajar yang dilakukan sebanyak 3
kaliberikut hasil validasi dari ahli desain bahan ajar :
Tabel 4.1 Hasil Validasi Pertama oleh Ahli Desain Bahan ajar
No Aspek yang diamati
Skor
1.
Penggunaan huruf yang mudah dibaca.
2
Kesesuain huruf dengan gambar dan animasi.
3
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kesesuain warna yang digunakan.
3
Kesesuain gambar dan animasi dengan materi.
Kemudahan menjalankan media.
Kesesuian pengaturan tombol dengan halaman yang
dituju.
Kejelasan dan kesesuain materi.
3
2
3
Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar serta mudah dipahami.
Bersambung ke halaman 48
8.
48
3
3
Saran/Komentar
Warna tulisan tidak menarik.
Keterangan gambar belum
jelas.
Warna background kurang
menarik.
Ukuran gambar terlalu kecil
Baik
Baik
Sumber: setiap tulisan yang
dikutip, referensi.
Baik
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
49
Sambungan Tabel 4.1.........
9.
Menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar
serta mudah dipahami.
10. Interaktif (pengguna leluasa untuk menggunakan
semua tombol).
11. Kesesuian video dengan materi.
12. Kesesuian sound (suara, musik) yang digunakan.
13. Kesesuain warna dan tulisan pada materi.
14. Kesesuain kunci jawaban dengan soal.
15. Ketepatan sistematika materi.
16. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
Jumlah
3
Baik
3
Baik
2
2
3
2
3
3
Baik
Sound kurang jelas.
Warna tulisan kurang menarik
Soal ditambah.
Baik
Baik
Layak ujicoba lapangan
dengan revisi sesuai saran.
43
Berdasarkan Tabel 4.1 rekapitulasi nilai hasil validasi tahap pertama
dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2014 mendapatkan jumlah skor 43 dalam
rentang kategori “Baik”, meskipun mendapatkan kategori Baik, bahan ajar yang
dikembangkan ini masih harus direvisi setelah melihat saran, komentar, serta
masukan dari ahli bahan ajar.
Tabel 4.2 Hasil Validasi Kedua dari Ahli Desain Bahan ajar
No
Aspek yang diamati
1.
Penggunaan huruf yang mudah dibaca.
2.
3.
4.
5.
6.
Kesesuain huruf dengan gambar dan animasi.
Kesesuain warna yang digunakan.
Kesesuain gambar dan animasi dengan materi.
Kemudahan menjalankan media.
Kesesuian pengaturan tombol dengan halaman yang
dituju.
7.
Kejelasan dan kesesuain materi
8.
Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar serta mudah dipahami.
9.
Menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar
serta mudah dipahami.
10. Interaktif (pengguna leluasa untuk menggunakan
semua tombol).
11. Kesesuian video dengan materi.
12. Kesesuian sound (suara, musik) yang digunakan.
Bersambung ke halaman 50
Skor
3
3
2
3
3
3
Saran/Komentar
Perbaiki lagi, masih banyak
penulisan yang belum sesuai,
ukuran huruf terlalu kecil.
Perbaiki lagi.
Gambar logo biologi diganti.
Baik
Baik
Baik
3
3
Baik
Baik
2
3
Periksa lagi ketepatan bahasa
inggris.
Baik
3
3
Baik
Baik
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
Sambungan tabel 4.2................
13. Kesesuain warna dan tulisan pada materi.
14. Kesesuain kunci jawaban dengan soal.
15. Ketepatan sistematika materi.
16. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
Jumlah
50
3
3
3
3
46
Baik
Baik
Baik
Baik
Tidak layak
Berdasarkan Tabel 4.2 rekapitulasi nilai hasil validasi tahap selanjutnya yaitu
tahap kedua dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2014 mendapatkan jumlah skor
46 dalam rentang kategori “Baik”, meskipun mendapatkan kategori Baik, bahan ajar
yang dikembangkan ini masih harus direvisi setelah melihat saran, komentar, serta
masukan dari ahli bahan ajar. Namun belum layak di ujicoba dengan kategori “tidak
layak” kesalahan umum yang terdapat pada media yaitu penulisan yang belum tepat.
Selanjutnya dilakukan validasi ke tiga pada tanggal 22 Oktober 2014ahli media
memberikan penilaian melalui pengisian angket hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Validasi Ketiga dari Ahli Desain Bahan ajar
No
Aspek yang diamati
1.
Penggunaan huruf yang mudah dibaca.
2.
Kesesuain huruf dengan gambar dan animasi.
3.
Kesesuain warna yang digunakan.
4.
Kesesuain gambar dan animasi dengan materi
5.
Kemudahan menjalankan media.
6.
Kesesuian pengaturan tombol dengan halaman yang
dituju.
7.
Kejelasan dan kesesuain materi.
8.
Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar serta mudah dipahami.
9.
Menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar
serta mudah dipahami.
10. Interaktif (pengguna leluasa untuk menggunakan
semua tombol).
11. Kesesuian video dengan materi.
12. Kesesuian sound (suara, musik) yang digunakan.
13. Kesesuain warna dan tulisan pada materi.
Bersambung ke halaman 52
Skor
3
3
3
3
3
3
Saran/Komentar
Baik
Baik
Ganti warna tulisan yang jelas.
Ukuran gambar terlalu kecil.
Baik
Baik
3
3
Baik
Baik
3
Baik
3
Baik
3
3
3
Baik
Baik
Baik
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
51
Sambungan Tabel 4.3...............................
14. Kesesuain kunci jawaban dengan soal.
15. Ketepatan sistematika materi.
16. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
Jumlah
3
3
3
48
Baik
Baik
Baik
Layak ujicoba lapangan tanpa
revisi
Berdasarkan Tabel 4.3 rekapitulasi nilai hasil validasi media bahan ajar
selanjutnya yaitu tahap ketiga dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2014
mendapatkan jumlah skor 48 dalam rentang kategori “Baik”. Bahan ajar
pembelajaran ini dinyatakan layak ujicoba tanpa revisi. Komentar umum dari
validator bahan ajar sudah diperbaiki sesuai saran.
4.1.2
Data Hasil Validasi Materi
Validasi materi dilakukan oleh Dra. Harlis, M.Si dosen Program Studi
Pendidikan Biologi Universitas Jambi. Validasi dilakukan sebanyak 2 kali. Berikut
hasil validasi materi:
Tabel 4.4 Hasil Validasi Pertama oleh Ahli Materi
No
Aspek yang diamati
1.
Kesesuaian materi dengan KI dan KD.
2.
Kesesuaian materi dengan konsep Biologi.
3.
Sistematika susunan materi.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kejelasan penyajian materi.
Pembahasan materi mudah dimengerti.
Kesesuian contoh soal dengan materi.
Kesesuaian gambar dan animasi dengan dengan
materi.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
serta mudah di mengerti.
Penggunaan bahasa Inggris yang baik dan benar
serta mudah di mengerti.
10. Penyajian bersifat interaktif dan partisifatif.
Bersambung ke halaman 53
Skor
3
3
3
3
3
3
3
Saran/Komentar
KD terlalu sederhana.
Baik
Susunan materi belum sesuai
KD.
Baik
Baik
Baik
Belum sesuai.
3
Baik
3
Masih terdapat penggunaan
binomial nomenklatur bakteri
yang belu sesuai.
Baik
3
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
Sambungan Tabel 4.4..........................
11. Kesesuian video dengan materi.
12. Kejelasan suara dalam menyampaikan materi.
13. Kesesuain kunci jawaban dengan soal.
14. Ketepatan sistematika materi.
Jumlah
52
4
3
2
3
42
Baik
Baik
Soal masih belum jelas.
Baik
Layak ujicoba lapangan tanpa
revisi
Berdasarkan Tabel 4.4 rekapitulasi nilai hasil validasi tahap pertama
dilaksanakan pada tanggal 20 November 2014 mendapatkan jumlah skor 42 dalam
rentang kategori “Baik”, meskipun mendapatkan kategori Baik, bahan ajar yang
dikembangkan ini masih harus direvisi setelah melihat saran, komentar, serta
masukan dari ahli materi. Selanjutnya dilakukan validasi ke dua pada tanggal 23
November 2014berikut hasil validasi ke dua:
Tabel 4.5 Hasil Validasi Kedua oleh Ahli Materi
No
Aspek yang diamati
1.
Kesesuaian materi dengan KI dan KD.
2.
Kesesuaian materi dengan konsep Biologi.
3.
4.
Sistematika susunan materi.
Kejelasan penyajian materi.
3
3
5.
6.
7.
Pembahasan materi mudah di mengerti.
Kesesuian contoh soal dengan materi.
Kesesuaian gambar dan animasi dengan dengan
materi.
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
serta mudah di mengerti.
Penggunaan bahasa Inggris yang baik dan benar
serta mudah di mengerti.
Penyajian bersifat Interaktif dan Partisifatif.
Kesesuian video dengan materi.
Kejelasan suara dalam menyampaikan materi.
Kesesuain kunci jawaban dengan soal.
Ketepatan sistematika materi.
Jumlah
3
3
3
Saran/Komentar
Baik
Pada bagian bakteri yang peran
bakteri bagi manusia contohnya
terlalu sedikit, tambah lagi
contohnya.
Baik
Keseuaian gambar dengan
materi.
Baik
Baik
Baik
3
Baik
3
Perlu diperbaiki lagi
3
4
3
3
3
44
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Layak ujicoba lapangan tanpa
revisi
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Skor
4
3
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
53
Berdasarkan Tabel 4.5 rekapitulasi nilai hasil validasi tahap kedua
memperoleh rentang kategori “Baik” dengan skor yang diperoleh yaitu 44, meskipun
mendapatkan kategori Baik, bahan ajar yang dikembangkan ini masih harus direvisi
setelah melihat saran, komentar, serta masukan dari ahli materi. Pada revisi yang
kedua ini bahan ajar sudah layak di ujicoba namun dengan melakukan perbaikan, dan
sudah dapat di ujicoba langsung, dengan perbaikan sesuai saran validator.
4.1.3 Data Ujicoba Kelompok Kecil
Proses ujicoba dilakukan kepada mahasiswa biologi PGMIPAU yang
berjumlah sebanyak 15 orang yang dipilih secara acak dan berdasarkan kemampuan
akademik dengan indeks nilai rata-rata yang beragam. Adapun rincian kegiatan
ujicoba kelompok kecil sebagai berikut:
1) Mahasiswa dikondisikan dalam ruangan kelas.
2) Menjelaskan tentang produk kepada mahasiswa.
3) Mempersentasekan bahan ajar yang telah dikembang kepada mahasiswa.
4) Selanjutnya mahasiswa diberikan lembar angket ujicoba bahan ajar serta
dijelaskan cara pengisian angket.
Hasil pengisian lembar angket ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam
melakukan revisi untuk meningkatkan kualitas bahan ajar yang dikembangkan serta
untuk mengetahui kesesuaian kebutuhan bahan ajar.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
Tabel 4.6 Tabel Hasil Persepsi Mahasiswa Terhadap Bahan ajar
No
Deskriptor
1
2
3
4
Kemudahan penggunaan bahan ajar
Kesuaian isi bahan ajar dengan materi
Kemudahan dalam memahami materi
Kemudahan memahami dan mengenali
gambar
Kemenarikan video yang digunakan
Kemenarikan sound (suara, musik)
yang digunakan
Kemudahan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran
Bahasa yang digunakan mudah
dimengerti
Kesesuaian contoh soal dengan materi
Kemudahan pengguna dalam belajar
mandiri maupun kelompok
Konsep bilingual yang digunakan jelas
dan mudah dimengerti
Dapat digunakan sebagai pedoman
belajar mandiri
Merasa tertarik untuk menggunakan
bahan ajar
Ukuran huruf sesuai dan mudah dibaca
Pengguna tidak merasa bosan
menggunakan bahan ajar ini
Pengguna leluasa dan bisa menjalankan
bahan ajar
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
1
4
4
4
2
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
5
3
3
3
6
3
3
3
No. Responden / skor
7 8 9 10 11
3 3 3 3
3
3 3 3 3
4
4 4 3 3
3
12
3
4
4
13
3
4
3
14
3
3
3
15
3
3
3
4 3 3 4 4 3 3 3 3
3
4
3
3
3
3
3 3 3 4 4 4 3 3 3
4
3
3
3
3
3
4 3 3 3 3 2 3 3 3
3
3
3
4
3
3
3 4 3 3 3 2 4 3 3
4
4
3
4
3
3
3 4 3 4 3 3 4 3 3
3
3
3
3
3
3
3 3 3 4 3 3 3 3 3
3
4
2
3
3
3
3 3 3 3 3 3 3 3 3
3
3
3
3
3
3
3 4 4 4 4 3 3 4 3
4
4
4
3
3
3
4 4 4 4 4 3 4 4 3
4
4
3
3
4
2
4 3 3 3 3 3 4 3 2
3
3
4
3
3
4
3 3 4 3 3 3 3 2 3
3
4
3
3
4
3
4 3 4 3 3 2 3 3 3
3
3
4
3
3
4
3 4 4 3 3 3 4 3 4
3
3
3
3
3
4
Jumlah
jumlah
%
46
50
50
49
76,6
83,3
83,3
81,6
49
46
81,6
76,6
49
81,6
52
86,6
46
45
76,6
75
53
88,3
54
90
48
80
47
48
78,3
80
50
83,3
782
54
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
4.2
55
Hasil Pengembangan Bahan ajar
4.2.1 Analisis Kebutuhan Bahan Ajar
Analisis kebutuhan bahan ajar merupakan implementasi langkah pertama
hingga langkah keempat dari model pengembangan Dick and Carey. Analisis
kebutuhan bahan ajar merupakan analisis yang dilakukan terhadap kompetensi yang
diharapkan dicapai oleh mahasiswa. Berikut tahap-tahap yang dilakukan:
1)
Melaksanakan Analisis Kebutuhan
Dalam mata kuliah Mikrobiologi pada sub pokok bahasan bakteri perlu
ditunjang dengan bahan ajar bilingual khususnya untuk mahasiswa Biologi
PGMIPAU. Karena dalam kegiatan belajar mengajarnya mahasiswa dituntut
memahami bahan ajar bilingual, selain aktifitas belajar mengajarnya terdapat juga
aktifitas belajar berbahasa Inggris (English learning) yang dilaksanakan pada hari
Sabtu.
Hasil wawancara dengan dosen pengampu Mikrobiologi menyatakan belum
ada bahan ajarbilingual yang diterapkan pada proses belajar mengajar. Pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan media Powerpoint dan buku Mikrobiologi, selain itu
sulit menemukan buku Mikrobiologi yang menggunakan dua bahasa atau bilingual
khususnya bahasa Indonesia dan Inggris, bahan ajar yang dipakai yaitu buku
berbahasa bahasa Inggris saja atau berbahasa Indonesia saja. Berdasarkan penjelasan
diatas terdapat beberapa hal, pentingnya penelitian ini dilakukan karena
dalam
kegiatan
untuk
belajar
mengajar
mahasiswa
Biologi
PGMIPAU
dituntut
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
56
menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris, untuk itu bahan ajar bilingual sangatlah
diperlukan untuk mempermudah mahasiswa untuk memahami materi perkuliahan.
2)
Melaksanakan Analisis Pembelajaran
Pada tahap ini yaitu melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup analisis
kesulitan belajar keterampilan, proses, dan prosedur, untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Hal-hal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt need”
perlu diidentifikasi dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk atau
desain yang ingin dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi sebuah produk atau desain
yang akan dikembangkan lebih lanjut dan memiliki kekhasan tersendiri.
Hasil wawancara dengan dosen pengampu bahan ajar bilingual merupakan
salah satu perangkat pelajaran yang sangat diperlukan mahasiswa Biologi PGMIPAU
saat ini, bahan ajar bilingual sebagai salah satu variasi bahan ajar yang diharapkan
mampu menarik minat belajar pebelajar.Keberadaan bahan ajar Mikrobiologi
bilingual sangat diperlukan untuk menunjang keterampilan pada pembelajaran
mikrobiologi dengan dua bahasa.
3)
Analisis Pebelajar dan Konteks
Pada tahap ini dilakukan saat observarsi dengan mengidentifikasi kemampuan
awal yang dimiliki mahasiswa, yaitu dengan melakukan analisis kompetensi dan
kesulitan belajar mahasiswa terhadap sub pokok bahasan bakteri. Metode yang
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
57
digunakan yaitu dengan menggunakan angket kesulitan belajar yang diberikan pada
mahasiswa yang telah mengontrak mata kuliah Mikrobiologi.
Berdasarkan hasil observasi analisis ketercapaian kompetensi pada materi sub
pokok bahasan bakteri diketahui bahwa persentase kompetensi keseluruhan yang
berhasil dicapai hanya sebesar 37,5%,sedangkan persentase yang belum dicapai yaitu
62,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan mahasiswa
dalam mencapai kompetensi yang diharapkan masih berada pada kategori rendah.
Rendahnya tingkat ketercapaian mahasiswa dalam kompetensi yang diharapkan pada
sub pokok bahasan bekteri, disebabkan oleh kesulitan mahasiswa dalam memahami
materi dari buku teks pegangan mahasiswa, selain itu buku yang sering digunakan
dosen sebagai buku pembelajaran umumnya menggunakan buku berbahasa Inggris.
Berdasarkan angket kesulitan belajar mahasiswa yang telah di bagikan
kepada mahasiswa dapat disimpulkan bahwa bentuk kesulitan belajar mahasiswa
dalam menguasai materi sub pokok bahasan bakteri terletak pada struktur dasar dan
tambahan dari bakteri, bakteri dan Cyanobakteriadan bentuk-bentuk bakteri serta
pemahaman terhadap bahan ajar yang berbahasa Inggris. Dengan begitu dapat
disimpulkan bahwa ruang lingkup materi yang disajikan dalam bahan ajar, yaitu
struktur bakteri, bakteri dan Cyanobakteria, dan bentuk-bentuk dari bakteri.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
4)
58
Tujuan Umum dan Khusus
Tujuan umum (tujuan pembelajaran) yang telah dirumuskan mahasiswa
mampu menjelaskan dan mengidentifikasi struktur dasar dan tambahan bakteri,
perbedaan dan persamaan bakteri dan Cyanobakteria, bentuk bakteri, dan persamaan
dan perbedaan sel eukariotik dan prokariotik. Tujuan khusus yang telah dirumuskan
yaitu:
1. Mengidentifikasi struktur dasar bakteri dan struktur tambahan bakteri.
2. Menganalisis perbedaan dan persamaan antara Cyanobacteria dan bakteri.
3. Mengidentifikasi bentuk-bentuk bakteri.
4. Menganalisis perbedaan dan persamaan mikroba prokariota dan eukariota.
4.2.2 Penyusunan Bahan Ajar
Langkah ini merupakan implementasi langkah kelima hingga ke tujuh dari
model pengembangan Dick and Carey, yaitu sebagai berikut:
5)
Mengembangkan Instrumen
Tahap ini perumusan tujuan umum ke dalam tujuan yang lebih spesifik,
diamati dari berbagai prilaku mahasiswa saat belajar. Perumusan tujuan ini
berdasarkan analisis terhadap kegiatan belajar mahasiswa di kelas, selanjutnya hasil
identifikasi kemampuan awal mahasiswa, dalam hal ini tahap penelitian disesuaikan
dengan analisis KI, KD, Indikator, dan tujuan pembelajaran.
6)
Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
59
Strategi pembelajaran yang dikembangkan pada tahap ini meliputi 6 komponen
yaitu pendahuluan, materi, soal, profil, petunjuk dan referensi. Adapun komponen
stragtegi pembelajaran yang dikembangkan pada bahan ajar dikembangkan sebagai
berikut:
a) Pendahuluan.
Kegiatan pendahuluan ini mengulas tentang kompetensi inti pembelajaran,
standar
kompetensi
dan
tujuan
pembelajaran.
Bagian
pendahuluan
memaparkan garis besar atau penjelasan mengenai isi dari bahan ajar.
b) Penyajian Materi.
Penyajian materi pada bahan ajar ini, disajikan dalam bentuk peta konsep
setiap menu yang dipilih dapat langsung menuju pada penjelasan materi.
Tujuannya adalah agar mahasiswa dapat mempelajari bahan ajar sesuai
dengan standar kompetensi yang telah disusun.
c) Soal.
Penyajian soal pada bahan ajar, digunakan untuk mengetahui penguasaan
mahasiswa terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. Penyajian soal
hanya menggunakan bahasa Inggris saja bertujuan untuk menarik minat
mahasiswa membaca tulisan bahasa Inggris pada setiap materi yang di
sajikan.
d) Profil.
Pada menu profil memaparkan identitas pengembang bahan ajar, pembimbing
satu skripsi dan pembimbing dua skripsi.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
60
e) Petunjuk.
Pada menu petunjuk menjelaskan cara mengoperasikan bahan ajar sesuai
menu yang telah disediakan, yaitu menu pendahuluan, materi, soal, profil.
Menu petunjuk bertujuan untuk memudahkan mahasiswa menggunakan
bahan ajar.
f) Referensi.
Isi dari menu referensi merupakan identitas dari setiap kutipan yang telah
dikutip dalam bahan ajar.
7)
Mengembangkan dan Memilih Materi Pembelajaran.
Pada tahap ini pengembang menulis dan menyusun materi beserta komponen-
komponen bahan ajar lainnya, sesuai dengan strategi pembelajaran yang telah
dikembangkan. Berikut rincian kegiatan yang dilakukan pada tahap ini:
1.
Penulisan isi dari pendahuluan bahan ajar yaitu, kompetensi inti, standar
kompetensi, dan tujuan pembelajaran.
2.
Pengumpulan buku teks dan referensi terkait materi sub pokok bahasan
bakteri.
3. Pemilihan dan penetapan isi/materi yang akan ditulis pada bahan ajar.
4. Penulisan isi materi sub pokok bahasan bakteri.
5. Perancangan dan penyusunan soal.
6. Penulisan dan penyusunan butir-butir soal.
7. Penyusunan umpan balik (latihan).
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
61
4.2.3 Evaluasi dan Revisi Bahan Ajar
Pada tahap evaluasi dan revisi bahan ajar merupakan langkah kedelapan hinga
kesepuluh dari model Dick and Carey, yaitu sebagai berikut:
8)
Melaksanakan Evaluasi Formatif
Melaksanakan evaluasi formatif merupakan hasil penilaian dan saran yang
diberikan oleh tim ahli. Evaluasi dilakukan untuk meninjau apakah terdapat
kekurangan pada setiap tahapan atau langkah pengembangan bahan ajar, sehingga
dapat diputuskan apakah bahan ajar perlu direvisi atau tidak.
9)
Revisi Bahan Ajar
Revisi bahan ajar dilakukan berdasarkan penilaian dan saran dari tim ahli yang
didapatkan dari evaluasi formatif. Berdasarkan hasil evaluasi formatif yang didapat
terdapat beberapa kekurangan yang perlu direvisi baik dari aspek bahan ajar maupun
dari aspek materi.
10)
Melaksanakan Evaluasi Sumatif
Bahan ajar yang telah selesai direvisi kemudian diujicobakan kepada
mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Unggulan (PGMIPU) PMIPA FKIP
Universitas Jambi. Hasil penilaian dari mahasiswa terhadap bahan ajar dijadikan
sebagai bahan dalam melaksanakan evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif bertujuan
untuk mengetahui apakah bahan ajar sudah memenuhi kebutuhan mahasiswa baik
dari aspek kemudahan, maupun dari aspek kebermanfaatan.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
4.3
62
Analisis Data
Data yang dianalisis pada pelitian ini adalah hasil data yang didapatkan dari
angket. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik itu
pernyataan positif maupun pernyataan negatif oleh responden yaitu sangat baik, baik,
buruk dan buruk sekali dengan skornya yaitu 1 = buruk sekali, 2 = buruk, 3 = baik,
dan 4 = sangat baik. Data yang diperoleh lalu dianalisis untuk melihat efisiensi bahan
ajar, kesesuaian bahan ajar dalam pembelajaran serta kemenarikan bahan ajar.
4.3.1 Analisis Data Hasil Validasi Ahli Bahan Ajar
Hasil analisis validasi bahan ajar tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 8
Oktober 2014 mendapatkan jumlah skor 43 dalam rentang kategori “Baik” dengan
skor maksimal 64, maka persentasenya adalah:
x 100% = 67, 18 % meskipun
mendapatkan kategori Baik, bahan ajar yang dikembangkan ini masih harus direvisi
setelah melihat saran, komentar, serta masukan dari ahli bahan ajar. Selanjutnya
dilakukan validasi ke dua pada tanggal 20 Oktober 2014ahli media memberikan
penilaian melalui pengisian angket. Hasil validasi kedua yaitu memperoleh skor 46
dengan kategori baik, maka persentasenya yaitu:
X 100 % = 71,8%. Begitu juga
dengan revisi kedua meskipun hasil validasi kedua ini memperoleh kategori baik,
dengan mempertimbangkan saran dari ahli bahan ajar produk perlu diperbaiki
sebelum diujicoba.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
63
Hasil validasi ketiga memperoleh skor 48 dengan kategori sangat baik, maka
X 100% = 75 % dan pada produk dikategorikan
persentase yang diperoleh yaitu:
sangat “baik”, validator menyarankan agar bahan ajar yang dikembangkan dapat
dilakukan ujicoba kelompok kecil.
4.3.2 Analisis data hasil validasi ahli materi
Validasi tahap pertama dilaksanakan pada tanggal 20 November 2014
mendapatkan jumlah skor 42 dalam rentang kategori “Baik” dengan skor maksimal
56
maka
persentase
yang
diperoleh
yaitu:
x 100% = 75%,
meskipun
mendapatkan kategori Baik, bahan ajar yang dikembangkan ini masih harus direvisi
setelah melihat saran, komentar, serta masukan dari ahli materi. Selanjutnya
dilakukan validasi ke dua pada tanggal 23 November 2014memperoleh skor 44
dalam rentang kategori “baik” maka persentasenya yaitu:
x 100%= 78,57 pada
revisi kedua terdapat sedikit perbaikan pada penyesuaian gambar pada materi, setelah
dilakukan revisi, validator manyarankan agar bahan ajar yang dikembangkan
dilakukan ujicoba kelompok kecil.
4.3.3 Analisis Data Hasil Ujicoba Kelompok Kecil
Ujicoba kelompok kecil diambil 15 mahasiswa dengan analisis data sesuai
pada hasil ujicoba kelompok kecil dengan skor 782 perolehan rata-rata adalah 52,13
dengan skor maksimal 64, jadi persentase yang diperoleh yaitu:
,
x 100% =
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
64
81,45% dengan demikian bahan ajar yang dikembangkan oleh pengembang dalam
kategori “sangat baik”. Secara keseluruhan hasil persentase tanggapan diperoleh
sebesar:
Tanggapan =
x 100%
=
x 100%
=
x 100% = 81,45 %
Keterangan :
Jumlah skor kriterium
Jumlah skor maksimum
= Skor total tanggapan responden.
= Skor maksimal item x jumlah soal x jumlah
responden.
4.4 Revisi Produk
Berdasarkan masukan dan saran ahli bahan ajar dan materi dilakukan revisi
produk yang dikembangkan oleh pengembang. Berikut revisi produk yang telah di
lakukan oleh tim ahli:
4.4.1
Revisi Ahli Bahan Ajar
Revisi bahan ajar dilakukan sebanyak tiga kali oleh ahli bahan ajar
pembelajaran yaitu Dr. Hj. Evita Anggereini, M.Si
terdapat beberapa saran
perbaikan yaitu pemilihan background yang tidak menarik, ukuran gambar yang
terlalu kecil, ukuran tulisan yang terlalu kecil, identitas referensi, keterangan gambar
belum jelas, warna tulisan tidak jelas dan lain-lain. Setelah saran-saran diperbaiki
bahan ajar sudah dapat dilakukan bahan ajar dapat diujicoba kelompok kecil.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
65
1. Revisi pertama:
 Background kurang menarik dan tidak sesuai dengan materi, pengembang
mengganti background yang menarik dan sesuai dengan materi, yaitu
background bakteri.
Gambar 4.1a Sebelum revisi

Gambar 4.1b Setelah revisi
Warna tulisan kurang menarik dan tidak jelas, warna diganti yang berbahasa
Indonesia berwarna hitam, dan bahasa Inggris berwarna putih.
Gambar 4.2a Sebelum revisi
Gambar 4.2b Setelah revisi
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1

66
Tidak terdapat keterangan pada gambar, dan ukuran gambar terlalu kecil,
perbaikannya yaitu pengembang membuat tombol yang mengarahkan ke slide
baru khusus untuk gambar dan keteragan gambar.
Gambar 4.3a Sebelum revisi

Gambar 4.3b Setelah revisi
Belum terdapat referensi pada materi, pengembang menambahkan kutipan
pada materi. Sound atau suara ada bahan ajar tidak menarik dan belum jelas,
pengembang mencari sound yang jelas.
Gambar 4.4a Sebelum revisi
Gambar 4.4b Setelah revisi
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1

67
Soal belum sesuai dengan materi dan terlalu mudah, jumlah soal pada bahan
ajar pertama 10, validator menyarankan soal ditambah, pengembang
menambah soal menjadi 20 soal dan disesuaikan dengan materi.
2. Revisi kedua

Terdapat beberapa kata yang tidak sesuai pada suatu paragraf, misalnya
terdapat huruf besar pada awal kata ditengah-tengah paragraf, perbaikan nya
pengembang mengganti kata-kata yang belum sesuai, ukuran huruf terlalu
kecil, perbaikan ukuran huruf diganti dari 14 menjadi berukuran 24.
Gambar 4.5a Sebelum revisi

Gambar 4.5b Setelah revisi
Logo tidak menarik warna logo sama dengan background, perbaikan logo
menjadi logo unja.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
Gambar 4.6a Sebelum revisi

68
Gambar 4.6b Setelah revisi
Terdapat penulisan yang belum sesuai, huruf besar terdapat pada tengah
paragraf, perbaikan huruf besar diganti huruf kecil.
Gambar 4.7a Sebelum revisi
Gambar 4.7b Setelah revisi
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
69
3. Revisi ke tiga

Warna tulisan kurang jelas, warna tulisan diganti menjadi warna putih untuk
bahasa Inggris.
Gambar 4.8a Sebelum revisi

Gambar 4.8b Setelah revisi
Ukuran gambar terlalu kecil, perbaikan pengembang membuat slide untuk
gambar agar gambar menjadi besar dan jelas.
Gambar 4.9a Sebelum revisi
Gambar 4.9b Setelah revisi
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
70
4.4.2 Revisi ahli materi pembelajaran
Revisi materi dilakukan sebanyak dua kali. Ahli materi pembelajaran dalam hal
ini Dra. Harlis, M.Si memberikan saran perbaikan yaitu kesesuaian materi dengan
KD yang telah dibuat, kesesuaian gambar dengan isi materi, materi ditambah lagi,
perbaikan pada soal, pengunaan bahasa Inggris yang sesuai. Setelah pengembang
melakukan perbaikan pada bahan ajar, bahan ajar dapat diujicobakan kelompok
kecil.
1.
Revisi pertama

Kompetensi dasar yang digunakan yaitu menggunakan komponen C1, C2 dan
C3 saja (Taksonomi Bloom) sedangkan untuk mahasiswa tingkatannya lebih
tinggi lagi yaitu C4 dan seterusnya, pengembang mengganti komponen
pernyataan pada KD yaitu C4.
Gambar 4.10a Sebelum revisi
Gambar 4.10b Setelah revi
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1

71
Panjang gambar tidak sama membuat tampilan kurang rapi, perbaikan
membuat panjang gambar menjadi sama.
Gambar 4.11a Sebelum revisi

Gambar 4.11b Setelah revisi
Penamaan bakteri belum sesuai dengan tata cara binomial nomenklatur,
pengembang mengganti penamaan yang belum sesuai.
Gambar 4.12a Seblum revisi
Gambar 4.12b Setelah revisi
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1

72
Soal masih sedikit dan belum jelas yaitu hanya 10 soal, pengembang
menambah jumlah soal menjadi 20 soal.
2. Revisi kedua

Contoh peran bakteri bagi kehidupan manusia terlalu sedikit, pengembang
menambah jumlah contohnya dari 5 contoh menjadi 10 contoh bakteri
Gambar 4.13a Sebelum revisi

Masih
terdapat
Gambar 4.13b Setelah revisi
gambar
bakteri
yang
tidak
tercantum,
perbaikan
menambahkan contoh bakteri yang belum tercantum.
Gambar 4.14a Sebelum revisi
Gambar 4.14b Setelah revisi
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
BAB V
KAJIAN DAN SARAN
5.1
Kajian Produk yang Telah Direvisi
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan dan pembahasan tentang bahan
ajar bilingual berbasis multimedia pada sub pokok bahasan bakteri untuk mahasiswa
Biologi PGMIPAU yang dikembangkan dapat dikaji sebagai berikut:
1. Pembuatan Bahan ajar Biologi dilakukan dalam beberapa tahap, dimulai dari
pengumpulan bahan/materi, persiapan desain, hingga pembuatan produk.
Pembuatan produk diawali dengan persiapan (mencari isi materi yang sesuai
dengan KD, memasukkan gambar, video sesuai dengan materi dan soal-soal
sesuai dengan materi) dan dilanjutkan dengan pengemasan bahan ajar dalam
bentuk Software. Produk yang sudah dikembangkan kemudian divalidasi oleh tim
ahli di mana Dr. Hj. Evita Anggereini, M.Si sebagai ahli Bahan ajar dan Dra.
Harlis, M.Si sebagai ahli materi pembelajaran. Validasi bahan ajar dilakukan
revisi sebanyak tiga kali dan validasi materi dilakukan dua kali.
2. Produk yang sudah direvisi dan divalidasi, kemudian diujicobakan pada
kelompok terbatas dengan 15 responden. Dari ujicoba didapat hasil persentase
tanggapan sebesar 81,45 %yang artinya penilaian terhadap bahan pembelajaran
dalam perkuliahan Mikrobiologi sub pokok bahasan bakteri ini adalah “sangat
baik”.
73
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
74
5.2 Saran Pemanfaatan
1. Bahan ajar dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dalam perkuliahan
Mikrobiologi sub pokok bahasan bakteri.
2. Bahan ajar dapat dijadikan bahan pembanding untuk menghasilkan pembelajaran
yang lebih baik dan sempurna lagi sehingga dapat menambah minat dan
motivasi.
3. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk mengembangkan bahan ajar
bilingual Biologi dalam bentuk bahan ajar berbasis multimedia pada materimateri dalam perkuliahan Mikrobiologi.
4. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat menguji pengaruh
penggunaan Bahan ajar Biologi (PGMIPAU) ini terhadap hasil belajar.
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
DAFTAR RUJUKAN
Asyhar, R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi
Jakarta.
Bibiana, W. L., dan Hastowo, S. 1992. Mikrobiologi. Jakarta: CV Rajawali.
Budiarty, A. 2004. Interferensi Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasundan Bandung.
Cano, J. R., dan Colome, J. S. 1986. Microbiology. United States of America: West
Publishing Company.
Corwin, E. J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Edisi Ke-3. Jakarta: Kedokteran EGC.
Fahrawaty. 2003. Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional dan Pengaruhnya
terhadap Kurikulum Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia.
:Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan
Harahap, H, L. Mengenal Target Pest Karantina Tumbuhan Golongan Bakteri.
Departemen pertanian:POPT Ahli Muda pada Balai Besar Karantina
Pertanian Belawan.
Mckane, L. and Kandel, J. 1996. Microbiology: essensial and application.
New Aster York: Von Hoffman Press.
Nana, S.S. 2012.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pelczar, M, J. dan Chan, E.C.S. 1988. Dasar – Dasar Mikrobiologi.
Jakarta: UI Press.
Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva Press.
Prasetya, C., Widjianto, dan Mudjihartono. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Mandiri
Berbasis Multimedia Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik
untukMeningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMA Kelas X. Universitas
Negeri Malang.
75
Dicetak pada tanggal 2017-07-19
Id Doc: 589c947681944d96114940e1
76
Riduwan, 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2013.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Setyosari, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Suhada, T. 2012. Implementasi 3D Studio Max Adobe Director untuk Pembuatan
Virtual Reality Rumah Minimalis Modern. AMIKOM Yogyakarta.
Suma, K. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Bilingual Preview-review
Berbasis Inkuiri. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 1(3): 2.
Tasri, L. 2011. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis web. Jurnal Pendidikan Teknik
Elektronika Fakultas Teknik UNM, 3(2): 4.
Download