7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Belajar 2.1.1

advertisement
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kemandirian Belajar
2.1.1 Pengertian Kemandirian Belajar
Kemandirian termasuk ke dalam lingkup sifat seseorang. Sifat merupakan
“struktur mental” seseorang yang menunjukkan adanya suatu konsistensi karena
kemandirian merupakan salah satu segi dari sifat seseorang, maka dalam
mempelajari konsep kemandirian harus dilihat sebagai bagian dari kepribadian
individu yang bersangkutan. Seseorang yang mempunyai kemandirian akan
bertanggung jawab dan tidak tergantung kepada orang lain.
Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Seringkali orang
menyalahartikan belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Bab II Undang undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan
bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadiwarga negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab.
Jelaslah bahwa kata mandiri telah muncul sebagai salah satu tujuan
pendidikan nasional kita. Karena itu penanganannya memerlukan perhatian
khusus semua guru, apalagi tidak ada mata pelajaran khusus tentang
kemandirian.
7
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
8
Menurut Abdullah ( dalam khosun, 2011) belajar mandiri dapat diartikan
sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun
dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai
suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk
memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata.
Sedangkan menurut Klein dalam Slameto (2008) belajar mandiri adalah
“proses atau tujuan kegiatan sekolah, dan tidak mensyaratkan pengetahuan
sebelumnya”. Sedangkan Surya (dalam Novitasari, 2008) belajar mandiri adalah
“proses mengerakkan kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang
belajar untuk mengerakkan potensi dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada
tekanan atau pengaruh asing di luar dirinya”. Dengan demikian belajar mandiri
lebih mengarah pada pembentukan kemandirian dalam cara-cara belajar siswa.
Sedangkan Menurut Slameto (2008) mengenai kemandirian belajar adalah
Kemampuan belajar mandiri yang terungkap melalui proses intensive
yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan belajar atau penguasaan
materi pelajaran yang menggunakan berbagai ketrampilan dan teknik
yang kreative atas prakarsa (inisiatif dan motivasi) siswa yang
bersangkutan dalam penetapan tujuan belajar, pemilihan materi yang akan
dipelajari, intensitas penggunaan ketrampilan belajar, penerapan teknikteknik ilmiah dalam fase belajar, penetapan standard keberhasilan belajar,
peningkatan prakarsa siswa yang bersangkutan disbanding intervensi
guru.
Sedangkan menurut Hoshi (dalam Slameto:2002) dalam kemandirian
belajar siswa bertanggung jawab atas pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan proses belajarnya dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan
keputusan-keputusan tersebut. Kemandirian memerlukan kemampuan untuk
bertindak secara mandiri, tidak tergantung, digabung dengan kemampuan untuk
melaksanakan keputusan-keputusan sendiri.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
9
Berdasarkan analisis tentang konsep dan teori di atas dapat disimpulkan
bahwa kemandirian belajar adalah sebuah proses dimana individu mengambil
inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan orang lain, kebebasan bertindak sesuai
nilai yang diajarkan dan keyakinan dalam setiap kegiatan belajar dan bertanggung
jawab dalam setiap aktivitas belajarnya.
Sikap kemandirian dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tingkah laku. Dengan adanya
perubahan tingkah laku maka anak juga memiliki peningkatan dalam berfikir,
menganggap bahwa dalam belajar
harus bisa mandiri tanpa mengandalkan
bantuan dari orang lain terus dan juga tidak menggantungkan belajar dari guru
saja, tapi belajar juga bisa dari media cetak, elektronik, alam, atau yang lainnya.
2.1.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Menurut Basri (2000:55) Kemandirian merupakan salah satu tujuan
pendidikan, faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar yaitu faktor
yang terdapat di dalam dirinya sendiri (faktor endogen) dan faktor yang terdapat
di luar dirinya (faktor eksogen)
1. Faktor eksogen (faktor eksternal)
Semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya atau
lingkungan hidup yang alami individu. seperti keadaan keturunan dan
konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang
melekat padanya. Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir adalah
merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu
selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin
akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi
intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya.
2. Faktor endogen (faktor internal)
Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari
dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi
tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat
padanya. Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir adalah merupakan
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
10
bekal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya.
Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan
didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual
dan potensi pertumbuhan tubuhnya.
Sedangkan menurut Chabob Thoha (dalam Subliyanto, 2011) faktor-faktor
yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua arah,
yakni:
1. Faktor dari Dalam
Faktor dari dalam diri antara lain faktor kematangan usia dan jenis
kelamin. Anak semakin tua usianya cenderung semakin mandiri. Di
samping itu intelegensi seseorang juga berpengaruh terhadap
kemandirian seseorang.
2. Faktor dari Luar
Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang ialah:
a. Faktor kebudayaan
Kemandirian dipengaruhi oleh kebudayaan. Masyarakat yang maju
dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung mendorong
tumbuhnya kemandirian dibanding dengan masyarakat yang
sederhana.
b. Faktor keluarga terhadap anak
Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak adalah meliputi
aktivitas pendidikan dalam keluarga. Kecenderungan cara
mendidik anak, cara memberi penilaian pada anak bahkan sampai
pada acara hidup orang tua berpengaruh terhadap kemadirian anak.
Dengan demikian penulis berpendapat dalam pencapaian kemandirian
seseorang tidak lepas dari faktor-faktor tersebut diatas dan kemandirian siswa
dalam belajar akan terwujud sangat bergantung pada siswa tersebut melihat,
merasakan dan melakukan aktivitas belajar atau kegiatan belajar sehari-hari di
dalam lingkungan sekolah maupun tempat tinggalnya.
2.1.3 Ciri-Ciri Kemandirian Belajar
Thoha (dalam Subliyanto, 2011) mengemukakan ciri-ciri kemandirian belajar
sebagai berikut:
a) Mampu berpikir kritis
Seseorang yang mampu bersikap kritis, kreatif, dan inovatif terhadap
segala sesuatu yang datang dari luar dirinya, mereka tidak segera
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
b)
c)
d)
e)
f)
11
menerima begitu saja pengaruh dari orang lain tanpa dipikirkan terlebih
dahulu segala kemungkinan yang akan timbul, tetapi mampu melahirkan
suatu gagasan baru.
Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain
Seseorang yang dikatakan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain adalah
orang yang mampu membuat keputusan secara bebas tanpa dipengaruhi
oleh orang lain dan percaya pada diri sendiri.
Tidak lari dan menghindari masalah
Orang yang mandiri adalah tidak lari atau menghindari masalah di mana
secara emosional berani menghadapi masalah tanpa bantuan orang lain.
Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan
orang lain.Seseorang dapat dikatakan mandiri adalah apabila menjumpai
masalah dan berusaha memecahkan masalah oleh dirinya sendiri.
Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan
Mampu bekerja keras dan sungguh – sungguh serta berupaya memperoleh
hasil.
Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri
Dalam melakukan segala tindakan seseorang yang mandiri akan selalu
bertanggung jawab atau siap menghadapi segala resiko atau konsekuensi
dari tindakannya.
Menurut Setiawan (2011) ciri-ciri yang dapat dilihat pada siswa yang
mempunyai kemandirian belajar adalah sebagai berikut:
a. Inisiatif pada kegiatan belajar
Komponen ini meliputi kemampuan berfikir dan bertindak yang original,
kreatif, penuh inisiatif dan tidak mengharap penghargaan dari orang lain.
Menurut Mihaly (dalam Setiawan, 2011) bahwa “orang kreatif adalah
orang yang berfikir atau bertindak mengubah suatu ranah atau
menetapkan suatu ranah baru”. Kreativitas siswa dimungkinkan tumbuh
dan berkembang dengan baik apabila lingkungan keluarga, masyarakat
dan sekolah turut menunjang mereka dalam mengekspresikan
inisiatifnya.
b. Kemantapan atau percaya diri dalam setiap kegiatan belajar
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Hal ini bukan
berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala
sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya
merujuk pada apa adanya beberapa aspek dari kehidupan individu
tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakni mampu dan
percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi
aktual, prestasi serta harapan yang realistic terhadap diri sendiri.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
12
c. Tanggung jawab dalam setiap aktivitas belajarnya
Manusia memiliki kemampuan untuk mengambil inisiatif untuk
menunjukkan tanggung jawab tehadap setiap gagasan, kata dan tindakan
kita, apapun konsekuensinya yang ditimbulkannya. Kemampuan
bertanggung jawab yang sangat penting adalah rasa tanggung jawab
terhadap dirinya sendiri. Seseorang bertanggung jawab untuk
menguasai, mengontrol dan mengendalikannya sendiri. Kemandirian
seseorang ditandai dengan adanya kecenderungan untuk mengambil
sikap penuh tanggung jawab.
Sedangkan pengertian belajar mandiri menurut Hiemstra (dalam
Khosun, 2011) dapat dicirikan sebagai berikut:
a) Setiap individu berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk mengambil
berbagai keputusan.
b) Belajar mandiri dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap
orang dan situasi pembelajaran.
c) Belajar mandiri bukan berarti memisahkan diri dengan orang lain.
d) Dengan belajar mandiri, siswa dapat mentransferkan hasil belajarnya yang
berupa pengetahuan dan keterampilan ke dalam situasi yang lain.
e) Siswa yang melakukan belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber
daya dan aktivitas, seperti: membaca sendiri, belajar kelompok, latihanlatihan, dialog elektronik, dan kegiatan korespondensi.
f) Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan, seperti
dialog dengan siswa, pencarian sumber, mengevaluasi hasil, dan memberi
gagasan-gagasan kreatif.
g) Beberapa institusi pendidikan sedang mengembangkan belajar mandiri
menjadi program yang lebih terbuka (seperti Universitas Terbuka) sebagai
alternatif pembelajaran yang bersifat individual dan program program
inovatif lainnya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka peneliti dapat
merumuskan indikator-indikator kemandirian belajar siswa yang nantinya
digunakan untuk menyusun angket atau instrumen penelitian.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
2.1.4
13
Aspek-Aspek Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar berarti memperhitungkan semua faktor yang relevan
dalam menentukan arah tindakan yang terbaik bagi semua yang berkepentingan.
Banarbid (dalam Kholliy, 2011), mengemukan bahwa
kemandirian belajar
meliputi “perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan / masalah,
mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa orang
lain”. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh kartini dan dali (dalam Kholliy, 2011)
yang mengatakan bahwa kemandirian adalah ”hasrat untuk mengerjakan segala
sesuatu bagi diri sendiri”.
Sementara itu Knowles (dalam Khosun, 2011) memaparkan sepuluh
kemampuan yang menunjukkan kemandirian belajar sebagai berikut:
1) Kemampuan untuk bertanya, menemukan dan memecahkan
masalah.
2) Kemampuan untuk terbuka terhadap pandanganpandangan
orang lain
3) Kemampuan membaca data dan kecepatan memilih
sumbersumber yang relevan
4) Kemampuan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja yang
didasarkan pada pengamatan diri dan masukan dari orang lain.
5) Kemampuan untuk menilai kinerja sendiri dengan
menggunakan data tersebut
6) Kemampuan untuk menterjemahkan kebutuhan belajar
menjadi tujuan, rencana, dan kegiatan.
7) Kemampuan untuk menetapkan tujuan untuk memperbaiki
kinerja saat ini.
8) Kemampuan mengamati dan menjadikan model kinerja orang
lain
9) Kemampuan menetapkan suatu komitmen yang kuat untuk
belajar agar tujuantujuan tersebut tercapai
10) Kemampuan untuk memelihara motivasi diri secara kontinyu.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung
pengertian: a) Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
14
untuk maju demi kebaikan dirinya. b) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif
untuk mengatasi masalah yang dihadapi. c) Memiliki kepercayaan diri dalam
mengerjakan tugas tugasnya. d) Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.
Sementara itu Havigurst (2002) menambahkan bahwa kemandirian terdiri
dari beberapa aspek, yaitu:a) Emosi, aspek ini ditujukan dengan kemampuan
mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua. b).
Intelektual, aspek ini ditujukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai
masalah yang dihadapi. c) Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi
dari orang lain.
2.2 Hasil Belajar
2.2.1 Pengertian Belajar
Belajar, sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan
makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat
manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya
dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan pelajar saja. Baik mereka yang sedang
belajar di SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, mengikuti kursus, pelatihan. Tapi
lebih dari itu, pengertian belajar itu sangat luas dan tidak hanya sebagian kegiatan
di bangku sekolah saja.
Belajar
merupakan
aktivitas
yang
dilakukan
seseorang
untuk
mendapatkan perubahan dalam dirinya untuk pelatihan atau pengalaman. Seorang
ibu yang mengikuti seminar tentang pengaturan uang keluarga akan mendapatkan
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
15
penegtahuan tentang bagaimana cara mengelola uang keluarga yang kemudian
memengaruhi caranya mengelola uang keluarga. Sebelum seseorang bisa
mengendarai sepeda, dia belajar lebih dahulu bagaimana caranya mengendarai
sepeda. Dari contoh tersebut, jelaslah bahwa belajar bukan hanya aktivitas yang
dilakukan oleh pelajar saja, melainkan juga ibu rumah tangga dan lainnya.
Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya
belajar bagaimana seharusnya belajar. Belajar juga merupakan dalam diri individu
yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam
perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan dan sikap (Winkel, 1999:53). Belajar juga dapat
diartikan kegiatan penting setiap orang termasuk di dalamnya belajar bagaimana
seharusnya belajar.
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat, bagi pelajar atau siswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak
asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua
kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.
Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
individu dengan lingkungannya. Sedangkan Moeslichatoen mengemukakan
bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses yang memuat terjadinya proses
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
16
belajar dan perubahan itu sendidri dihasilakan dari usaha dalam proses belajar.
(Abdul Hadis, 2008:60).
Sedangkan Hilgrd & Blower ( dalam Hamalik, 2004 : 45 ) mengatakan
belajar adalah perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas , praktek dan
pengalaman.
Dalam belajar terdapat hal – hal pokok sebagai berikut :
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan ( dalam arti behaviorel changes, aktual
maupun potensial )
b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru.
c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (Suryabrata,2001: 232).
Pengertian belajar dapat kita temukan dalam berbagai sumber atau
literatur. James O. Whittaker mengemukakan belajar adalah proses dimana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Secara umum pengertian belajar adalah aktivitas untuk memperoleh
pengetahuan. Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan,
keterampilan dan sikap.
Dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdillah (2002), belajar adalah
suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku
baik
melalui
latihan
dan
pengalaman
yang
menyangkut
aspek-aspek
kognitif,afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
proses perubahan dalam diri manusia baik itu bersifat intelektual maupun dalam
kepribadiannya.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
17
2.2.2 Prinsip Belajar
Dalam
perencanaan
pembelajaran,
prinsip-prinsip
belajar
dapat
mengungkap batas-batas kemungkinan dan saat melaksanakan pembelajaran,
pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam
memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang
kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar
siswa.
Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan
kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran,
yaitu:
1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri.g7fg
2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk kelompok
umur, terdapat variasi dalam setiap kecepatan belajar.
3. Seorang murid belajar lebih banyak bilaman setiap langkah segera diberikan
penguatan.
4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran,
memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5. Apabilam murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia
lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat dengan baik.
Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan
guru agar terjadi prose belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang
dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan
mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar
siswa. Menurut Dimyati (1989: 42-49) Prinsip belajar sebagai berikut:
1) Perhatian dan Motivasi
Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila
bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan
pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan,
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
2)
3)
4)
5)
6)
7)
18
diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya.
Keaktifan
Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan
oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang
lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami
sendiri.
Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan
fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan
mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam
pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan
internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan
juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan
keterampilan.
Pengulangan
Dalam belajar masih tetap diperlukan latihan/menerapkan prinsip
pengulangan
Tantangan
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa
bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang
banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat
siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Balikan dan Penguatan
Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan
merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik
bagi usaha belajar selanjutnya.
Perbedaan Individual
Perbedaan itu terdapat pada karaktertistik psikis, kepribadian, dan
sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan
hasil belajar
siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu
diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.
Sedangkan menurut William Burton (dalam Hamalik, 2003: 31) prinsip-
prinsip belajar adalah sebagai berikut:
1) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi dan melampai
(under going).
2) Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata
pelajaran-mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu.
3) Pengalaman belajar secara maksimum bagi kehidupan murid.
4) Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri
yang mendorong motivasi yang kontinue.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
19
5) Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan
lingkungan.
6) Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan individu di kalangan murid-murid.
7) Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman
pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaokan dengan
kematangan murid.
8) Proses belajar yang baik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.
9) Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur.
10) Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi
dapat didiskusikan secara terpisah.
11) Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang
merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
12) Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan.
13) Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada
kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya.
14) Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalamanpengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang
baik.
15) Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian
dengan kecepatan yang berbeda-beda.
16) Hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan
dapat berubah-ubah (adaptable).
Sedangkan menurut Sukmadinata (2009:165-166). Prinsip belajar adalah
sebagai berikut:
1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
Dalam perkembangan dituntut, dan dengan belajar ini perkembangan
individu lebih besar.
2) Belajar berlangsung seumur hidup
Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang kematian,
sedikit demi sedikit dan terus menerus.
3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor
lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu sendiri.
4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan
Belajar bukan hanya berkenaan dengan aspek intelektual, tetapi juga
aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni, ketrampilan,
dan lain-lain.
5) Kegiatan belajar berlangsung setiap tempat dan waktu
Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung disekolah, tetapi juga
dirumah, dimasyarakat, ditempat rekreasi bahkan dimana saja bisa
terjadi perbuatan belajar.
6) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru
Belajar berlangsung dalam situasi formal maupun situasi informal
7) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi
Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan
yang sangat kompleks.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
20
Perbuatan belajar yang sederhana adalah mengenal tanda, mengenal
nama, meniru perbuatan, dan lain-lain. Sedangkan perbuatan belajar
yang kompleks adalah pemecahan masalah, pelaksanaan sesuatu
rencana dan lain-lain.
8) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan.
Kelambatan atau perhentian belajar dapat terjadi karena belum adanya
penyesuaian individu dengan tugasnya, adanya hambatan dari
lingkungan, ketidakcocokan potensi yang dimiliki individu, kurangnya
motivasi, adanya kelelahan atau kejenuhan
Menurut Slameto (2010:27-28). Prinsip belajar dapat disusun sebagai
berikut:
1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar
a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,
meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional.
b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang
kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.
c) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan
efektif.
d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.
2) Sesuai hakikat belajar
a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya.
b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan
discovery.
c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian
yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan
pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan
menimbulkan response yang diharapkan.
3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
a) Belajar bersifat keseluruhan dan meteri itu harus memiliki struktur,
penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya.
b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai
dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
4) Syarat keberhasilan belajar
a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat
belajar dengan tenang.
b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian / ketrampilan / sikap itu mendalam pada siswa.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
21
Dari prinsip-prinsip belajar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip
belajar adalah berkaitan dengan keaktifkan, perhatian, motivasi, dan adanya
proses yang terus berlanjut dalam belajar.
2.2.3 Pengertian Hasil Belajar
Hasil di dalam kamus praktis Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang
menjadi akibat dari usaha, pendapatan, panen dan sebagainya. Hasil belajar dapat
berupa perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik ,
tergantung dari tujuan pengajarannya.
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk
pada suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah
perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw
materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama juga berlaku
untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil
pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-output-hasil, hasil dapat
dengan jelas dibedakan ddengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula
dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah
perilakunya dibanding sebelumnya.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
22
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada
individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi
hasil belajar.
Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel, 1996: 244). Hasil belajar merupakan
perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran.
Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang
mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sdang hasil
belajar bersifat actual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuab
pendidikan, sehingga hasil belajar yang dilihat atau diukur sangat bergantung
kepada tujuan pendidikannya.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa hasil belajar dapat diketahui
dengan mengukur seberapa maksimal hasil belajar siswa dalam melakukan proses
pembelajaran di sekolah. Sehingga, prestasi belajar
dapat diartikan sebagai
kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar
dalam materi kurikulum yang disampaikan dan
mencerminkan sejauh mana
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dalam proses belajar siswa, terdapat faktor-faktor tertentu yang dapat
menghambat tercapainya tujuan belajar, yaitu faktor-faktor kesulitan belajar yang
dapat dilihat dari menurunnya hasil belajar siswa atau hal-hal lain yang
menyimpang dari kebiasaan siswa. Secara umum faktor-faktor penyebab
timbulnya kesulitan belajar siswa (Syah, 2008 : 173) adalah sebagai berikut :
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
23
a. Faktor Intern Siswa
Yaitu hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri siswa yang
meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik siswa, seperti
rendahnya kapasitas intelegensi siswa, labilnya emosi dan sikap, serta
terganggunya alat-alat indera penglihat atau pendengar.
b. Faktor Ekstern Siswa
Yaitu hal-hal atau keadaan yang muncul dari luar diri siswa yang meliputi
semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung
aktifitas siswa, seperti ketidakharmonisan keluarga, teman sepermainan
yang nakal, serta kondisi dan letak gedung sekolah yang tidak baik.
2.2.4 Ciri Ciri Prilaku Belajar
Menurut Sugihartono (2007:74) tidak semua tingkah laku dikategorikan
sebagai aktivitas belajar. Adapun tingkah laku yang dikategorikan sebagai
perilaku belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar
Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku
menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya
merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya misalanya menyadari
pengetahuannya bertambah. Oleh karena itu, perubahan tingkah laku
yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar termasuk
dalam pengertian belajar.
b. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan
yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnaya
akan berguna bagi kehidupan atau bagi proses belajar berikutnya.
Misalnya jika seseorang anak belajar membaca, maka ia akan
mengalami perubahan dari tidak belajar terus sampai kecakapan
membacanya menjadi cepat dan lancar. Bahkan dapat membacanya
menjadi cepat dan lancar. Bahkan dapat membaca berbagai bentuk
tulisan maupun berbagai tulisan di beragam media.
c. Perubahan bersifat positif dan aktif
Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar apabila
perubahan-perubahan itu bersifat positif dan aktif. Dikatakan positif
apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh
sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha belajar
dilakukan maka makin baik dan makin banyak perubahan yang
diperoleh. Perubahan dalam mengajar bersifat aktif berarti bahwa
perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha
individu sendiri. Oleh karena itu, perubahan tingkah laku karena proses
kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam
tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
24
d. Perubahan bersifat permanen
Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen.
Misalnya kecakapan seorang anak dalam bermain sepeda setelah belajar
tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan
berkembang kalu terus dipergunakan atau dilatih.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau berarah
Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang
akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah
laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar
mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat
dicapai dengan belajar mengetik. Dengan demikian perbuatan belajar
yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang ditetapkan.
f. Perubahan mencangkup seluruh aspek prilaku
Perubahan yang dipeeroleh seseorang setelah melalui proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar
sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya.
Sementara itu, Ahmadi (2003: 280) mengatakan bahwa “seseorang yang
belajar kelakuannya akan berubah dari pada sebelum itu”. Jadi belajar tidak hanya
mengenai bidang intelektual, akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak.
Perubahan kelakuan karena mabuk bukanlah hasil belajar. Ahli pendidikan
modern merumuskan perbuatan belajar sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku
yang baru berkat pengalaman dan latihan.
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar juga
perlu diketahui untuk menunjang dan meningkatkan hasil belajar siswa yang
sebaik-baiknya. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar berasal dari dalam diri
siswa tersebut dan dari luar siswa. Di bawah ini akan dijabarkan faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 138139), sebagai berikut:
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
25
a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran,
struktur tubuh, dan sebagainya. Kesehatan adalah faktor yang penting
dalam belajar. Seseorang yang badannya tidak sehat, kondisi lemah,
maka konsentrasinya akan terganggu, dan pelajaran sukar masuk. Badan
yang sering capek, sering pusing, tidak akan bertahan lama dalam
belajar.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh
dari pengalaman. Faktor psikologis dibagi menjadi dua macam yaitu
faktor intelektif dan faktor non-intelektif.
Faktor psikologis yang pertama adalah faktor intelektif. Faktor intelektif
meliputi dua hal, yaitu faktor potensial (kecerdasan dan bakat), kemudian faktor
kecerdasan yang nyata (prestasi individu). Adapun uraiannya di bawah ini.
1) Faktor Potensial
Faktor potensial meliputi dua hal yaitu kecerdasan dan bakat seseorang.
Kecerdasan memang sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak.
Bilamana pembawaan kecerdasan anak memang rendah, maka anak tersebut
akan sukar mencapai hasil belajar yang baik. Anak sukar untuk mengerti apa
yang dipelajarinya, sehingga perlu bantuan pendidik atau orang tua untuk
dapat berhasil dalam belajarnya dan meningkatkan prestasi belajarnya.
Faktor potensial selanjutnya adalah bakat. Semiawan (dalam Sobur, 2003:
180) menyatakan bahwa:
Bakat (aptitude) biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang
merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau
dilatih agar dapat terwujud. Namun orang tua harus membedakan antara
memberikan perhatian kepada anak dan memberikan kesempatan untuk
mewujudkan bakat-bakatnya dengan menekan anak secara berlebihan untuk
berprestasi.
2) Faktor Kecakapan Nyata
Faktor kecakapan nyata meliputi prestasi belajar yang dimiliki oleh masingmasing individu.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
26
Faktor psikologis yang kedua adalah faktor non-intelektif yang terdiri
dari unsur unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,
motivasi,emosi, penyesuaian diri. Adapun uraian mengenai faktor-faktor tersebut
sebagai berikut.
1) Sikap
Sobur (2003: 355) mengemukakan “ciri khas dari sikap adalah (a)
mempunyai objek tertentu orang, perilaku, konsep, situasi, benda, dan
sebagainya dan (b) mengandung penilaian (suka-tidak suka, setuju-tidak
setuju)”.
2) Minat
Ahmadi (2002:286) berpendapat bahwa “Minat merupakan keinginan anak
terhadap sesuatu”. Bahan pelajaran yang menarik minat atau keinginan anak
akan dipelajari oleh anak sebaik-baiknya . Sebaliknya bahan yang tidak sesuai
dengan minat atau keinginan anak tidak dapat dipelajari sebaik-baiknya karena
tidak ada daya tarik. Orang tua hendaknya memberikan kesempatan seluasluasnya untuk memuaskan rasa ingin tahu anak dengan menjajaki macammacam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu.
3) Kebutuhan
Kebutuhan, dari segi arti psikologis menurut Fahmi (dalam Sobur, 2003: 272)
adalah “kebutuhan sebagai suatu istilah yang digunakan secara sederhana
untuk menunjukkan suatu pikiran atau konsep yang menunjukkan tingkah
laku makhluk hidup dalam perubahan dan perbaikan yang tergantung atas
tunduk dan dihadapkannya pada proses pemilihan”.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
27
4) Motivasi
Motivasi menurut Mc Donald (dalam Sardiman, 2003: 73) adalah “perubahan
energi dalam diri yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Dalam diri anak pasti ada
motivasi untuk berprestasi, tapi itu tergantung dengan usaha mereka dalam
mewujudkan tujuannya tersebut. “Ciri-ciri motivasi prestasi yaitu untuk
melakukan sesuatu lebih baik, dibanding dengan suatu standar keunggulan”
(Monk dan Knoers, 2006: 191). Standar keunggulan yang dimaksud dapat
berhubungan dengan beberapa hal, sebagai berikut.
a. Dalam hubungan dengan prestasi orang lain, artinya bahwa anak ingin
berbuat lebih baik daripada apa yang telah diperbuat oleh orang lain.
b. Dalam hubungan dengan prestasi sendiri yang lampau, artinya anak ingin
berbuat melebihi prestasinya yang lalu, ingin menghasilkan lebih baik
daripada apa yang dihasilkannya semula.
c. Dalam hubungan dengan tugas berarti bahwa anak ingin menyelesaikan
tugas sebaik mungkin. Jadi tugas sendiri merupakan tantangan bagi anak.
5) Emosi
Emosi menurut William James (dalam Sobur, 2003: 399) adalah
“Kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan
objek tertentu dalam lingkungannya”. Sejalan dengan pendapat tersebut,
Crow (dalam Sobur, 2003: 399-340) mengartikan emosi sebagai “Suatu
keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
28
adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai
kesejahteraan dan keselamatan individu”.
6) Penyesuaian diri
Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia.
“Hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah penyesuaian diri”
(Sobur, 2003: 523). Para ahli menyebutkan “Kelainan-kelainan kepribadian
tidak lain adalah kelainan-kelainan penyesuaian diri” (Sobur, 2003: 523).
Karena itulah, tidak heran bila untuk menunjukkan kelainan-kelainan
kepribadian seseorang sering dikemukakan istilah “maladjustment”, yang
artinya “penyesuaian diri”. Gunarsa (dalam Sobur, 2003: 523) menyatakan
bahwa misal seorang anak mengalami hambatan-hambatan emosional
sehingga menjadi nakal, anak itu sering disebut maladjusted child.
Muhibbin syah (dalam Sugihartono, 2007:77) membagi faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar menjadi 3 macam, yaitu: 1)faktor internal, yang
meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa siswa, 2) faktor eksternal yang
merupakan kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan 3) faktor pendekatan belajar
yang merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
2.3 Karakteristik Siswa Kelas Tinggi Sekolah Dasar
Menurut Nasution (dalam Djamarah, 2011: 123) “masa sekolah dasar
merupakan masa matang belajar”. Siswa sudah berusaha untuk mencapai sesuatu,
tetapi perkembangan aktivitas bermain hanya bertujuan untuk mendapatkan
kesenangan.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
29
Suryobroto (dalam Djamarah, 2011: 124) menyatakan bahwa “masa
usia sekolah sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah”. Secara
relatif siswanya lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya.
Masa ini dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu masa kelas rendah dan kelas
tinggi.
Suryobroto (dalam Djamarah, 2011: 124) menambahkan beberapa
karakteristik siswa kelas tinggi sekolah dasar, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal
ini menimbulkan adanya kecerendungan untuk membandingkan
pekerjaan pekerjaan yang praktis.
Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.
Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata
pelajaran khusus yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai
menonjolnya faktor faktor.
Sampai kira-kira umur 11 tahun, anak membutuhkan guru atau orangorang dewasa lainnya.
Siswa pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya
untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya
siswa tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional, mereka
membuat peraturan sendiri.
Sedangkan Kardi (dalam Pitadjeng, 2006:10-12) menyatakan beberapa
sifat siswa sekolah dasar kelompok kelas tinggi, antara lain sebagai berikut:
1. Sifat fisik
Siswa kelas tinggi mempunyai sifat fisik senang dan sudah dapat
mempergunakan alat-alat dan benda-benda kecil. Hal ini dikarenakan
siswa telah menguasai benar koordinasi otot-otot halus.
2. Sifat sosial
Dalam hubungan sosialnya, siswa mulai dipengaruhi oleh tingkah laku
kelompok bahkan norma-norma yang dipakai di kelompok dapat
menggantikan norma yang sebelumnya diperoleh dari guru atau orang
tua. Mulai terjadi persaingan antara kelompok anak laki-laki dengan
kelompok anak perempuan dalam menyelesaikan tugas pekerjaan
rumah maupun kompetisi dalam permainan. Dalam usia ini anak mulai
mempunyai bintang idola.
3. Sifat emosional
Perkembangan sifat emosional siswa dalam usia ini, memungkinkan
mulai timbul pertentangan antara norma kelompok dengan norma orang
dewasa yang dapat menyebabkan kenakalan remaja.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
30
4. Sifat Mental
Sifat mental siswa usia ini adalah mulai mempunyai rasa ingin tahu
yang tinggi, lebih kritis, ada yang mempunyai rasa percaya diri
berlebihan, dan ingin lebih bebas. Perasaan rasa ingin tahu yang tinggi
merupakan modal besar bagi siswa untuk mempelajari sesuatu dari
berbagai sumber.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa
usia kelas tinggi merupakan masa di mana siswa sudah mulai menunjukkan minat
terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret dan realistik, serta
mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Selain itu, siswa usia kelas tinggi
mempunyai sifat sosio emosional yang lebih mementingkan kepentingan
kelompok/teman bermainnya.
2.4 Kerangka Berpikir
Siswa dengan kemandirian yang tinggi, akan berusaha untuk bertanggung
jawab terhadap kemajuan prestasinya, mengatur diri sendiri, memiliki inisiatif
yang tinggi dan memiliki dorongan yang kuat untuk terus menerus mengukir
prestasi. Mereka juga berusaha mendapatkan dan menggunakan segala fasilitas
dan sumber belajar dengan sebaik-baiknya. Sikap mandiri siswa dalam
mengerjakan tugas harus dipupuk sedini mungkin, karena dengan sikap mandiri
dapat menunjukkan inisiatif, berusaha untuk mengejar prestasi, mempunyai rasa
percaya diri.
Hal ini berarti dalam kemandirian terdapat sifat tanggung jawab.
Tanggung jawab adalah sikap utama yang harus dimiliki oleh siswa dalam belajar.
Siswa yang bertanggung jawab biasanya tahu akan hak dan kewajibannya sebagai
pelajar, memiliki kesadaran diri tinggi akan tugasnya sebagai pelajar, berusaha
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
31
dengan tekun dan keras dalam memperjuangkan prestasinya dan mereka juga
berani dalam mengambil tindakan atau keputusan.
Siswa yang mandiri dengan tanggung jawabnya akan belajar walaupun
guru tidak hadir di kelas. Guru hanya sebagai fasilitator, motivator, sehingga
kalau guru tidak hadir waktunya akan dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk
memperdalam materi pelajaran yang telah diajarkan. Siswa yang bertanggung
jawab adalah siswa yang memiliki kesadaran diri, memiliki ketekunan dalam
mengerjakan tugas, dan berani mengambil keputusan.
Kemandirian belajar siswa merupakan salah satu prinsip terpenting dalam
psikologi pendidikan hal ini dapat dilihat dari Slavin(2009:6) dalam bukunya
Psikologi Pendidikan yang menyatakan bahwa:
Salah satu prinsip terpenting dalam psikologi pendidikan ialah bahwa
guru tidak dapat hanya memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Guru
dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar dengan cara-cara yang
menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa, dengan
member kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan
sendiri gagasan gagasan, dan dengan mengajari siswa untuk
mengetahui dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri
untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga untuk menuju pemahan
yang lebih tinggi, namun siswa sendiri harus memanjat tangga itu.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa untuk berhasil mencapai prestasi
belajar yang tinggi, sangat tergantung dari usaha siswa itu sendiri, siswa harus
memiliki kemampuan belajar mandiri dengan cara membangun pengetahuan
dalam pikiran, memanfaatkan kesempatan untuk menemukan atau menerapkan
sendiri gagasan-gagasan dan menggunakan strategi belajar yang dimiliki.
Dicetak pada tanggal 2017-07-18
Id Doc: 589c943581944dce11493e07
32
Dari uraian diatas diperoleh kerangka pemikiran yang digunakan pada
penelitian ini dan dapat digambarkan pada gambar 2.1 berikut.
Mampu berpikir kritis,
kreatif dan inovatif
Tidak mudah terpengaruh
pendapat orag lain
Tidak lari atau menghindari
masalah
KEMANDIRIAN
BELAJAR
HASIL
BELAJAR
Memecahkan masalah sendiri
tanpa bantuan orang lain
Berusaha dengan penuh
ketekunan dan kedisiplinan
Bertanggng-jawab dalam
belajar
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul (Arikunto, 2010: 64).
Adapun rumusan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Dengan adanya kemandirian belajar pada siswa terdapat hubungan yang sangat
signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Download