Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Belajar 2.1.1 Pengertian Kemandirian Belajar Kemandirian termasuk ke dalam lingkup sifat seseorang. Sifat merupakan “struktur mental” seseorang yang menunjukkan adanya suatu konsistensi karena kemandirian merupakan salah satu segi dari sifat seseorang, maka dalam mempelajari konsep kemandirian harus dilihat sebagai bagian dari kepribadian individu yang bersangkutan. Seseorang yang mempunyai kemandirian akan bertanggung jawab dan tidak tergantung kepada orang lain. Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Seringkali orang menyalahartikan belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Bab II Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadiwarga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Jelaslah bahwa kata mandiri telah muncul sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional kita. Karena itu penanganannya memerlukan perhatian khusus semua guru, apalagi tidak ada mata pelajaran khusus tentang kemandirian. 7 Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 8 Menurut Abdullah ( dalam khosun, 2011) belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata. Sedangkan menurut Klein dalam Slameto (2008) belajar mandiri adalah “proses atau tujuan kegiatan sekolah, dan tidak mensyaratkan pengetahuan sebelumnya”. Sedangkan Surya (dalam Novitasari, 2008) belajar mandiri adalah “proses mengerakkan kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang belajar untuk mengerakkan potensi dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing di luar dirinya”. Dengan demikian belajar mandiri lebih mengarah pada pembentukan kemandirian dalam cara-cara belajar siswa. Sedangkan Menurut Slameto (2008) mengenai kemandirian belajar adalah Kemampuan belajar mandiri yang terungkap melalui proses intensive yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan belajar atau penguasaan materi pelajaran yang menggunakan berbagai ketrampilan dan teknik yang kreative atas prakarsa (inisiatif dan motivasi) siswa yang bersangkutan dalam penetapan tujuan belajar, pemilihan materi yang akan dipelajari, intensitas penggunaan ketrampilan belajar, penerapan teknikteknik ilmiah dalam fase belajar, penetapan standard keberhasilan belajar, peningkatan prakarsa siswa yang bersangkutan disbanding intervensi guru. Sedangkan menurut Hoshi (dalam Slameto:2002) dalam kemandirian belajar siswa bertanggung jawab atas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan proses belajarnya dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan keputusan-keputusan tersebut. Kemandirian memerlukan kemampuan untuk bertindak secara mandiri, tidak tergantung, digabung dengan kemampuan untuk melaksanakan keputusan-keputusan sendiri. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 9 Berdasarkan analisis tentang konsep dan teori di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah sebuah proses dimana individu mengambil inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan orang lain, kebebasan bertindak sesuai nilai yang diajarkan dan keyakinan dalam setiap kegiatan belajar dan bertanggung jawab dalam setiap aktivitas belajarnya. Sikap kemandirian dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tingkah laku. Dengan adanya perubahan tingkah laku maka anak juga memiliki peningkatan dalam berfikir, menganggap bahwa dalam belajar harus bisa mandiri tanpa mengandalkan bantuan dari orang lain terus dan juga tidak menggantungkan belajar dari guru saja, tapi belajar juga bisa dari media cetak, elektronik, alam, atau yang lainnya. 2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar Menurut Basri (2000:55) Kemandirian merupakan salah satu tujuan pendidikan, faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (faktor endogen) dan faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor eksogen) 1. Faktor eksogen (faktor eksternal) Semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya atau lingkungan hidup yang alami individu. seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya. 2. Faktor endogen (faktor internal) Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu yang dibawa sejak lahir adalah merupakan Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 10 bekal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya. Sedangkan menurut Chabob Thoha (dalam Subliyanto, 2011) faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua arah, yakni: 1. Faktor dari Dalam Faktor dari dalam diri antara lain faktor kematangan usia dan jenis kelamin. Anak semakin tua usianya cenderung semakin mandiri. Di samping itu intelegensi seseorang juga berpengaruh terhadap kemandirian seseorang. 2. Faktor dari Luar Faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang ialah: a. Faktor kebudayaan Kemandirian dipengaruhi oleh kebudayaan. Masyarakat yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung mendorong tumbuhnya kemandirian dibanding dengan masyarakat yang sederhana. b. Faktor keluarga terhadap anak Pengaruh keluarga terhadap kemandirian anak adalah meliputi aktivitas pendidikan dalam keluarga. Kecenderungan cara mendidik anak, cara memberi penilaian pada anak bahkan sampai pada acara hidup orang tua berpengaruh terhadap kemadirian anak. Dengan demikian penulis berpendapat dalam pencapaian kemandirian seseorang tidak lepas dari faktor-faktor tersebut diatas dan kemandirian siswa dalam belajar akan terwujud sangat bergantung pada siswa tersebut melihat, merasakan dan melakukan aktivitas belajar atau kegiatan belajar sehari-hari di dalam lingkungan sekolah maupun tempat tinggalnya. 2.1.3 Ciri-Ciri Kemandirian Belajar Thoha (dalam Subliyanto, 2011) mengemukakan ciri-ciri kemandirian belajar sebagai berikut: a) Mampu berpikir kritis Seseorang yang mampu bersikap kritis, kreatif, dan inovatif terhadap segala sesuatu yang datang dari luar dirinya, mereka tidak segera Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 b) c) d) e) f) 11 menerima begitu saja pengaruh dari orang lain tanpa dipikirkan terlebih dahulu segala kemungkinan yang akan timbul, tetapi mampu melahirkan suatu gagasan baru. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain Seseorang yang dikatakan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain adalah orang yang mampu membuat keputusan secara bebas tanpa dipengaruhi oleh orang lain dan percaya pada diri sendiri. Tidak lari dan menghindari masalah Orang yang mandiri adalah tidak lari atau menghindari masalah di mana secara emosional berani menghadapi masalah tanpa bantuan orang lain. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.Seseorang dapat dikatakan mandiri adalah apabila menjumpai masalah dan berusaha memecahkan masalah oleh dirinya sendiri. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan Mampu bekerja keras dan sungguh – sungguh serta berupaya memperoleh hasil. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri Dalam melakukan segala tindakan seseorang yang mandiri akan selalu bertanggung jawab atau siap menghadapi segala resiko atau konsekuensi dari tindakannya. Menurut Setiawan (2011) ciri-ciri yang dapat dilihat pada siswa yang mempunyai kemandirian belajar adalah sebagai berikut: a. Inisiatif pada kegiatan belajar Komponen ini meliputi kemampuan berfikir dan bertindak yang original, kreatif, penuh inisiatif dan tidak mengharap penghargaan dari orang lain. Menurut Mihaly (dalam Setiawan, 2011) bahwa “orang kreatif adalah orang yang berfikir atau bertindak mengubah suatu ranah atau menetapkan suatu ranah baru”. Kreativitas siswa dimungkinkan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah turut menunjang mereka dalam mengekspresikan inisiatifnya. b. Kemantapan atau percaya diri dalam setiap kegiatan belajar Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada apa adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakni mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistic terhadap diri sendiri. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 12 c. Tanggung jawab dalam setiap aktivitas belajarnya Manusia memiliki kemampuan untuk mengambil inisiatif untuk menunjukkan tanggung jawab tehadap setiap gagasan, kata dan tindakan kita, apapun konsekuensinya yang ditimbulkannya. Kemampuan bertanggung jawab yang sangat penting adalah rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Seseorang bertanggung jawab untuk menguasai, mengontrol dan mengendalikannya sendiri. Kemandirian seseorang ditandai dengan adanya kecenderungan untuk mengambil sikap penuh tanggung jawab. Sedangkan pengertian belajar mandiri menurut Hiemstra (dalam Khosun, 2011) dapat dicirikan sebagai berikut: a) Setiap individu berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk mengambil berbagai keputusan. b) Belajar mandiri dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada pada setiap orang dan situasi pembelajaran. c) Belajar mandiri bukan berarti memisahkan diri dengan orang lain. d) Dengan belajar mandiri, siswa dapat mentransferkan hasil belajarnya yang berupa pengetahuan dan keterampilan ke dalam situasi yang lain. e) Siswa yang melakukan belajar mandiri dapat melibatkan berbagai sumber daya dan aktivitas, seperti: membaca sendiri, belajar kelompok, latihanlatihan, dialog elektronik, dan kegiatan korespondensi. f) Peran efektif guru dalam belajar mandiri masih dimungkinkan, seperti dialog dengan siswa, pencarian sumber, mengevaluasi hasil, dan memberi gagasan-gagasan kreatif. g) Beberapa institusi pendidikan sedang mengembangkan belajar mandiri menjadi program yang lebih terbuka (seperti Universitas Terbuka) sebagai alternatif pembelajaran yang bersifat individual dan program program inovatif lainnya. Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka peneliti dapat merumuskan indikator-indikator kemandirian belajar siswa yang nantinya digunakan untuk menyusun angket atau instrumen penelitian. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 2.1.4 13 Aspek-Aspek Kemandirian Belajar Kemandirian belajar berarti memperhitungkan semua faktor yang relevan dalam menentukan arah tindakan yang terbaik bagi semua yang berkepentingan. Banarbid (dalam Kholliy, 2011), mengemukan bahwa kemandirian belajar meliputi “perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan / masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa orang lain”. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh kartini dan dali (dalam Kholliy, 2011) yang mengatakan bahwa kemandirian adalah ”hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri”. Sementara itu Knowles (dalam Khosun, 2011) memaparkan sepuluh kemampuan yang menunjukkan kemandirian belajar sebagai berikut: 1) Kemampuan untuk bertanya, menemukan dan memecahkan masalah. 2) Kemampuan untuk terbuka terhadap pandanganpandangan orang lain 3) Kemampuan membaca data dan kecepatan memilih sumbersumber yang relevan 4) Kemampuan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja yang didasarkan pada pengamatan diri dan masukan dari orang lain. 5) Kemampuan untuk menilai kinerja sendiri dengan menggunakan data tersebut 6) Kemampuan untuk menterjemahkan kebutuhan belajar menjadi tujuan, rencana, dan kegiatan. 7) Kemampuan untuk menetapkan tujuan untuk memperbaiki kinerja saat ini. 8) Kemampuan mengamati dan menjadikan model kinerja orang lain 9) Kemampuan menetapkan suatu komitmen yang kuat untuk belajar agar tujuantujuan tersebut tercapai 10) Kemampuan untuk memelihara motivasi diri secara kontinyu. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kemandirian mengandung pengertian: a) Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 14 untuk maju demi kebaikan dirinya. b) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi. c) Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas tugasnya. d) Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Sementara itu Havigurst (2002) menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa aspek, yaitu:a) Emosi, aspek ini ditujukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua. b). Intelektual, aspek ini ditujukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi. c) Sosial, aspek ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain. 2.2 Hasil Belajar 2.2.1 Pengertian Belajar Belajar, sebagai karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan pelajar saja. Baik mereka yang sedang belajar di SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, mengikuti kursus, pelatihan. Tapi lebih dari itu, pengertian belajar itu sangat luas dan tidak hanya sebagian kegiatan di bangku sekolah saja. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya untuk pelatihan atau pengalaman. Seorang ibu yang mengikuti seminar tentang pengaturan uang keluarga akan mendapatkan Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 15 penegtahuan tentang bagaimana cara mengelola uang keluarga yang kemudian memengaruhi caranya mengelola uang keluarga. Sebelum seseorang bisa mengendarai sepeda, dia belajar lebih dahulu bagaimana caranya mengendarai sepeda. Dari contoh tersebut, jelaslah bahwa belajar bukan hanya aktivitas yang dilakukan oleh pelajar saja, melainkan juga ibu rumah tangga dan lainnya. Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Belajar juga merupakan dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap (Winkel, 1999:53). Belajar juga dapat diartikan kegiatan penting setiap orang termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat, bagi pelajar atau siswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan Moeslichatoen mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai proses yang memuat terjadinya proses Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 16 belajar dan perubahan itu sendidri dihasilakan dari usaha dalam proses belajar. (Abdul Hadis, 2008:60). Sedangkan Hilgrd & Blower ( dalam Hamalik, 2004 : 45 ) mengatakan belajar adalah perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas , praktek dan pengalaman. Dalam belajar terdapat hal – hal pokok sebagai berikut : a. Bahwa belajar itu membawa perubahan ( dalam arti behaviorel changes, aktual maupun potensial ) b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru. c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (Suryabrata,2001: 232). Pengertian belajar dapat kita temukan dalam berbagai sumber atau literatur. James O. Whittaker mengemukakan belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Secara umum pengertian belajar adalah aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Dalam kesimpulan yang dikemukakan Abdillah (2002), belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif,afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan dalam diri manusia baik itu bersifat intelektual maupun dalam kepribadiannya. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 17 2.2.2 Prinsip Belajar Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dan saat melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar siswa. Davies (1991:32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran, yaitu: 1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri.g7fg 2. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk kelompok umur, terdapat variasi dalam setiap kecepatan belajar. 3. Seorang murid belajar lebih banyak bilaman setiap langkah segera diberikan penguatan. 4. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti. 5. Apabilam murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat dengan baik. Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi prose belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa. Menurut Dimyati (1989: 42-49) Prinsip belajar sebagai berikut: 1) Perhatian dan Motivasi Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 2) 3) 4) 5) 6) 7) 18 diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Keaktifan Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan. Pengulangan Dalam belajar masih tetap diperlukan latihan/menerapkan prinsip pengulangan Tantangan Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Balikan dan Penguatan Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Perbedaan Individual Perbedaan itu terdapat pada karaktertistik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sedangkan menurut William Burton (dalam Hamalik, 2003: 31) prinsip- prinsip belajar adalah sebagai berikut: 1) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi dan melampai (under going). 2) Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang berpusat pada suatu tujuan tertentu. 3) Pengalaman belajar secara maksimum bagi kehidupan murid. 4) Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinue. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 19 5) Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan. 6) Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individu di kalangan murid-murid. 7) Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaokan dengan kematangan murid. 8) Proses belajar yang baik apabila murid mengetahui status dan kemajuan. 9) Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. 10) Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara terpisah. 11) Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan. 12) Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas dan keterampilan. 13) Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya. 14) Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalamanpengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik. 15) Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda. 16) Hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah (adaptable). Sedangkan menurut Sukmadinata (2009:165-166). Prinsip belajar adalah sebagai berikut: 1) Belajar merupakan bagian dari perkembangan. Dalam perkembangan dituntut, dan dengan belajar ini perkembangan individu lebih besar. 2) Belajar berlangsung seumur hidup Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang kematian, sedikit demi sedikit dan terus menerus. 3) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan, faktor lingkungan, kematangan, serta usaha dari individu sendiri. 4) Belajar mencakup semua aspek kehidupan Belajar bukan hanya berkenaan dengan aspek intelektual, tetapi juga aspek sosial, budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni, ketrampilan, dan lain-lain. 5) Kegiatan belajar berlangsung setiap tempat dan waktu Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung disekolah, tetapi juga dirumah, dimasyarakat, ditempat rekreasi bahkan dimana saja bisa terjadi perbuatan belajar. 6) Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru Belajar berlangsung dalam situasi formal maupun situasi informal 7) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 20 Perbuatan belajar yang sederhana adalah mengenal tanda, mengenal nama, meniru perbuatan, dan lain-lain. Sedangkan perbuatan belajar yang kompleks adalah pemecahan masalah, pelaksanaan sesuatu rencana dan lain-lain. 8) Dalam belajar dapat terjadi hambatan-hambatan. Kelambatan atau perhentian belajar dapat terjadi karena belum adanya penyesuaian individu dengan tugasnya, adanya hambatan dari lingkungan, ketidakcocokan potensi yang dimiliki individu, kurangnya motivasi, adanya kelelahan atau kejenuhan Menurut Slameto (2010:27-28). Prinsip belajar dapat disusun sebagai berikut: 1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. c) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif. d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2) Sesuai hakikat belajar a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya. b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery. c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan. 3) Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari a) Belajar bersifat keseluruhan dan meteri itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya. 4) Syarat keberhasilan belajar a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang. b) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian / ketrampilan / sikap itu mendalam pada siswa. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 21 Dari prinsip-prinsip belajar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip belajar adalah berkaitan dengan keaktifkan, perhatian, motivasi, dan adanya proses yang terus berlanjut dalam belajar. 2.2.3 Pengertian Hasil Belajar Hasil di dalam kamus praktis Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang menjadi akibat dari usaha, pendapatan, panen dan sebagainya. Hasil belajar dapat berupa perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik , tergantung dari tujuan pengajarannya. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan (raw materials) menjadi barang jadi (finished goods). Hal yang sama juga berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus input-output-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan ddengan input akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar siswa berubah perilakunya dibanding sebelumnya. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 22 Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel, 1996: 244). Hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sdang hasil belajar bersifat actual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuab pendidikan, sehingga hasil belajar yang dilihat atau diukur sangat bergantung kepada tujuan pendidikannya. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa hasil belajar dapat diketahui dengan mengukur seberapa maksimal hasil belajar siswa dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah. Sehingga, prestasi belajar dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam materi kurikulum yang disampaikan dan mencerminkan sejauh mana keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam proses belajar siswa, terdapat faktor-faktor tertentu yang dapat menghambat tercapainya tujuan belajar, yaitu faktor-faktor kesulitan belajar yang dapat dilihat dari menurunnya hasil belajar siswa atau hal-hal lain yang menyimpang dari kebiasaan siswa. Secara umum faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar siswa (Syah, 2008 : 173) adalah sebagai berikut : Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 23 a. Faktor Intern Siswa Yaitu hal-hal atau keadaan yang muncul dari dalam diri siswa yang meliputi gangguan atau ketidakmampuan psiko-fisik siswa, seperti rendahnya kapasitas intelegensi siswa, labilnya emosi dan sikap, serta terganggunya alat-alat indera penglihat atau pendengar. b. Faktor Ekstern Siswa Yaitu hal-hal atau keadaan yang muncul dari luar diri siswa yang meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas siswa, seperti ketidakharmonisan keluarga, teman sepermainan yang nakal, serta kondisi dan letak gedung sekolah yang tidak baik. 2.2.4 Ciri Ciri Prilaku Belajar Menurut Sugihartono (2007:74) tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar. Adapun tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar Suatu perilaku digolongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku menyadari terjadinya perubahan tersebut atau sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya misalanya menyadari pengetahuannya bertambah. Oleh karena itu, perubahan tingkah laku yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar termasuk dalam pengertian belajar. b. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnaya akan berguna bagi kehidupan atau bagi proses belajar berikutnya. Misalnya jika seseorang anak belajar membaca, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak belajar terus sampai kecakapan membacanya menjadi cepat dan lancar. Bahkan dapat membacanya menjadi cepat dan lancar. Bahkan dapat membaca berbagai bentuk tulisan maupun berbagai tulisan di beragam media. c. Perubahan bersifat positif dan aktif Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar apabila perubahan-perubahan itu bersifat positif dan aktif. Dikatakan positif apabila perilaku senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Makin banyak usaha belajar dilakukan maka makin baik dan makin banyak perubahan yang diperoleh. Perubahan dalam mengajar bersifat aktif berarti bahwa perubahan tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Oleh karena itu, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 24 d. Perubahan bersifat permanen Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam bermain sepeda setelah belajar tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan berkembang kalu terus dipergunakan atau dilatih. e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau berarah Perubahan tingkah laku dalam belajar mensyaratkan adanya tujuan yang akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang ditetapkan. f. Perubahan mencangkup seluruh aspek prilaku Perubahan yang dipeeroleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Sementara itu, Ahmadi (2003: 280) mengatakan bahwa “seseorang yang belajar kelakuannya akan berubah dari pada sebelum itu”. Jadi belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual, akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak. Perubahan kelakuan karena mabuk bukanlah hasil belajar. Ahli pendidikan modern merumuskan perbuatan belajar sebagai suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. 2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar juga perlu diketahui untuk menunjang dan meningkatkan hasil belajar siswa yang sebaik-baiknya. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar berasal dari dalam diri siswa tersebut dan dari luar siswa. Di bawah ini akan dijabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Ahmadi dan Supriyono (2004: 138139), sebagai berikut: Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 25 a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. Kesehatan adalah faktor yang penting dalam belajar. Seseorang yang badannya tidak sehat, kondisi lemah, maka konsentrasinya akan terganggu, dan pelajaran sukar masuk. Badan yang sering capek, sering pusing, tidak akan bertahan lama dalam belajar. b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari pengalaman. Faktor psikologis dibagi menjadi dua macam yaitu faktor intelektif dan faktor non-intelektif. Faktor psikologis yang pertama adalah faktor intelektif. Faktor intelektif meliputi dua hal, yaitu faktor potensial (kecerdasan dan bakat), kemudian faktor kecerdasan yang nyata (prestasi individu). Adapun uraiannya di bawah ini. 1) Faktor Potensial Faktor potensial meliputi dua hal yaitu kecerdasan dan bakat seseorang. Kecerdasan memang sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak. Bilamana pembawaan kecerdasan anak memang rendah, maka anak tersebut akan sukar mencapai hasil belajar yang baik. Anak sukar untuk mengerti apa yang dipelajarinya, sehingga perlu bantuan pendidik atau orang tua untuk dapat berhasil dalam belajarnya dan meningkatkan prestasi belajarnya. Faktor potensial selanjutnya adalah bakat. Semiawan (dalam Sobur, 2003: 180) menyatakan bahwa: Bakat (aptitude) biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih agar dapat terwujud. Namun orang tua harus membedakan antara memberikan perhatian kepada anak dan memberikan kesempatan untuk mewujudkan bakat-bakatnya dengan menekan anak secara berlebihan untuk berprestasi. 2) Faktor Kecakapan Nyata Faktor kecakapan nyata meliputi prestasi belajar yang dimiliki oleh masingmasing individu. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 26 Faktor psikologis yang kedua adalah faktor non-intelektif yang terdiri dari unsur unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi,emosi, penyesuaian diri. Adapun uraian mengenai faktor-faktor tersebut sebagai berikut. 1) Sikap Sobur (2003: 355) mengemukakan “ciri khas dari sikap adalah (a) mempunyai objek tertentu orang, perilaku, konsep, situasi, benda, dan sebagainya dan (b) mengandung penilaian (suka-tidak suka, setuju-tidak setuju)”. 2) Minat Ahmadi (2002:286) berpendapat bahwa “Minat merupakan keinginan anak terhadap sesuatu”. Bahan pelajaran yang menarik minat atau keinginan anak akan dipelajari oleh anak sebaik-baiknya . Sebaliknya bahan yang tidak sesuai dengan minat atau keinginan anak tidak dapat dipelajari sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik. Orang tua hendaknya memberikan kesempatan seluasluasnya untuk memuaskan rasa ingin tahu anak dengan menjajaki macammacam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu. 3) Kebutuhan Kebutuhan, dari segi arti psikologis menurut Fahmi (dalam Sobur, 2003: 272) adalah “kebutuhan sebagai suatu istilah yang digunakan secara sederhana untuk menunjukkan suatu pikiran atau konsep yang menunjukkan tingkah laku makhluk hidup dalam perubahan dan perbaikan yang tergantung atas tunduk dan dihadapkannya pada proses pemilihan”. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 27 4) Motivasi Motivasi menurut Mc Donald (dalam Sardiman, 2003: 73) adalah “perubahan energi dalam diri yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Dalam diri anak pasti ada motivasi untuk berprestasi, tapi itu tergantung dengan usaha mereka dalam mewujudkan tujuannya tersebut. “Ciri-ciri motivasi prestasi yaitu untuk melakukan sesuatu lebih baik, dibanding dengan suatu standar keunggulan” (Monk dan Knoers, 2006: 191). Standar keunggulan yang dimaksud dapat berhubungan dengan beberapa hal, sebagai berikut. a. Dalam hubungan dengan prestasi orang lain, artinya bahwa anak ingin berbuat lebih baik daripada apa yang telah diperbuat oleh orang lain. b. Dalam hubungan dengan prestasi sendiri yang lampau, artinya anak ingin berbuat melebihi prestasinya yang lalu, ingin menghasilkan lebih baik daripada apa yang dihasilkannya semula. c. Dalam hubungan dengan tugas berarti bahwa anak ingin menyelesaikan tugas sebaik mungkin. Jadi tugas sendiri merupakan tantangan bagi anak. 5) Emosi Emosi menurut William James (dalam Sobur, 2003: 399) adalah “Kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Crow (dalam Sobur, 2003: 399-340) mengartikan emosi sebagai “Suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 28 adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu”. 6) Penyesuaian diri Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia. “Hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah penyesuaian diri” (Sobur, 2003: 523). Para ahli menyebutkan “Kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah kelainan-kelainan penyesuaian diri” (Sobur, 2003: 523). Karena itulah, tidak heran bila untuk menunjukkan kelainan-kelainan kepribadian seseorang sering dikemukakan istilah “maladjustment”, yang artinya “penyesuaian diri”. Gunarsa (dalam Sobur, 2003: 523) menyatakan bahwa misal seorang anak mengalami hambatan-hambatan emosional sehingga menjadi nakal, anak itu sering disebut maladjusted child. Muhibbin syah (dalam Sugihartono, 2007:77) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi 3 macam, yaitu: 1)faktor internal, yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa siswa, 2) faktor eksternal yang merupakan kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan 3) faktor pendekatan belajar yang merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. 2.3 Karakteristik Siswa Kelas Tinggi Sekolah Dasar Menurut Nasution (dalam Djamarah, 2011: 123) “masa sekolah dasar merupakan masa matang belajar”. Siswa sudah berusaha untuk mencapai sesuatu, tetapi perkembangan aktivitas bermain hanya bertujuan untuk mendapatkan kesenangan. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 29 Suryobroto (dalam Djamarah, 2011: 124) menyatakan bahwa “masa usia sekolah sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah”. Secara relatif siswanya lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu masa kelas rendah dan kelas tinggi. Suryobroto (dalam Djamarah, 2011: 124) menambahkan beberapa karakteristik siswa kelas tinggi sekolah dasar, sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecerendungan untuk membandingkan pekerjaan pekerjaan yang praktis. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor faktor. Sampai kira-kira umur 11 tahun, anak membutuhkan guru atau orangorang dewasa lainnya. Siswa pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya siswa tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri. Sedangkan Kardi (dalam Pitadjeng, 2006:10-12) menyatakan beberapa sifat siswa sekolah dasar kelompok kelas tinggi, antara lain sebagai berikut: 1. Sifat fisik Siswa kelas tinggi mempunyai sifat fisik senang dan sudah dapat mempergunakan alat-alat dan benda-benda kecil. Hal ini dikarenakan siswa telah menguasai benar koordinasi otot-otot halus. 2. Sifat sosial Dalam hubungan sosialnya, siswa mulai dipengaruhi oleh tingkah laku kelompok bahkan norma-norma yang dipakai di kelompok dapat menggantikan norma yang sebelumnya diperoleh dari guru atau orang tua. Mulai terjadi persaingan antara kelompok anak laki-laki dengan kelompok anak perempuan dalam menyelesaikan tugas pekerjaan rumah maupun kompetisi dalam permainan. Dalam usia ini anak mulai mempunyai bintang idola. 3. Sifat emosional Perkembangan sifat emosional siswa dalam usia ini, memungkinkan mulai timbul pertentangan antara norma kelompok dengan norma orang dewasa yang dapat menyebabkan kenakalan remaja. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 30 4. Sifat Mental Sifat mental siswa usia ini adalah mulai mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, lebih kritis, ada yang mempunyai rasa percaya diri berlebihan, dan ingin lebih bebas. Perasaan rasa ingin tahu yang tinggi merupakan modal besar bagi siswa untuk mempelajari sesuatu dari berbagai sumber. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa usia kelas tinggi merupakan masa di mana siswa sudah mulai menunjukkan minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret dan realistik, serta mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Selain itu, siswa usia kelas tinggi mempunyai sifat sosio emosional yang lebih mementingkan kepentingan kelompok/teman bermainnya. 2.4 Kerangka Berpikir Siswa dengan kemandirian yang tinggi, akan berusaha untuk bertanggung jawab terhadap kemajuan prestasinya, mengatur diri sendiri, memiliki inisiatif yang tinggi dan memiliki dorongan yang kuat untuk terus menerus mengukir prestasi. Mereka juga berusaha mendapatkan dan menggunakan segala fasilitas dan sumber belajar dengan sebaik-baiknya. Sikap mandiri siswa dalam mengerjakan tugas harus dipupuk sedini mungkin, karena dengan sikap mandiri dapat menunjukkan inisiatif, berusaha untuk mengejar prestasi, mempunyai rasa percaya diri. Hal ini berarti dalam kemandirian terdapat sifat tanggung jawab. Tanggung jawab adalah sikap utama yang harus dimiliki oleh siswa dalam belajar. Siswa yang bertanggung jawab biasanya tahu akan hak dan kewajibannya sebagai pelajar, memiliki kesadaran diri tinggi akan tugasnya sebagai pelajar, berusaha Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 31 dengan tekun dan keras dalam memperjuangkan prestasinya dan mereka juga berani dalam mengambil tindakan atau keputusan. Siswa yang mandiri dengan tanggung jawabnya akan belajar walaupun guru tidak hadir di kelas. Guru hanya sebagai fasilitator, motivator, sehingga kalau guru tidak hadir waktunya akan dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk memperdalam materi pelajaran yang telah diajarkan. Siswa yang bertanggung jawab adalah siswa yang memiliki kesadaran diri, memiliki ketekunan dalam mengerjakan tugas, dan berani mengambil keputusan. Kemandirian belajar siswa merupakan salah satu prinsip terpenting dalam psikologi pendidikan hal ini dapat dilihat dari Slavin(2009:6) dalam bukunya Psikologi Pendidikan yang menyatakan bahwa: Salah satu prinsip terpenting dalam psikologi pendidikan ialah bahwa guru tidak dapat hanya memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar dengan cara-cara yang menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa, dengan member kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri gagasan gagasan, dan dengan mengajari siswa untuk mengetahui dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga untuk menuju pemahan yang lebih tinggi, namun siswa sendiri harus memanjat tangga itu. Pernyataan ini menunjukkan bahwa untuk berhasil mencapai prestasi belajar yang tinggi, sangat tergantung dari usaha siswa itu sendiri, siswa harus memiliki kemampuan belajar mandiri dengan cara membangun pengetahuan dalam pikiran, memanfaatkan kesempatan untuk menemukan atau menerapkan sendiri gagasan-gagasan dan menggunakan strategi belajar yang dimiliki. Dicetak pada tanggal 2017-07-18 Id Doc: 589c943581944dce11493e07 32 Dari uraian diatas diperoleh kerangka pemikiran yang digunakan pada penelitian ini dan dapat digambarkan pada gambar 2.1 berikut. Mampu berpikir kritis, kreatif dan inovatif Tidak mudah terpengaruh pendapat orag lain Tidak lari atau menghindari masalah KEMANDIRIAN BELAJAR HASIL BELAJAR Memecahkan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain Berusaha dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan Bertanggng-jawab dalam belajar Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 2.5 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010: 64). Adapun rumusan hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Dengan adanya kemandirian belajar pada siswa terdapat hubungan yang sangat signifikan terhadap hasil belajar siswa.