FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI MODUL 8 MODUL KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU 3 SKS Dosen: A. Judhie Setiawan, M.Si SEGMENTASI, TARGETING DAN POSITIONING Strategi yang mencakup segmentasi, targeting, dan positioning memiliki peran kunci untuk memenangkan mind share di konsumen. SEGMENTASI Segmentasi bisa disebut juga mapping strategy atau strategi memetakan pasar. Sebelum menjalankan semua aktivitasnya, pemasar harus terlebih dahulu merumuskan cakupan (scope) pasar, dalam hal ini konsumen yang akan dilayaninya. Setelah cakupan ditetapkan, kemudian pasar tersebut harus dipilah-pilah (dikelompokkan) ke dalam segmen-segmen yang lebih kecil berdasarkan kesamaan karakteristik dari konsumen/pelanggan tersebut. Aktivitas memilah-milah konsumen/pelanggan ke dalam segmen-segmen (kelompok-kelompok) yang lebih kecil inilah yang dikenal sebagai segmentasi. 1 Tingkat Segmentasi Pasar Pemasaran Segmen; Segmen pasar terdiri dari kelompok besar yang dapat diidentifikasi dalam sebuah pasar dengan keinginan, daya beli, lokasi geografis, perilaku pembelian, dan kebiasaan pembelian yang serupa. Segmentasi merupakan pendekatan yang berada di titik tengah antara pemasaran masal dan pemasaran individual. Pemasaran Relung (Niche); merupakan kelompok yang didefinisikan secara lebih sempit. Pemasar biasanya mengidentifikasi relung dengan membagi-bagi sebuah segmen menjadi sub-segmen. Pemasaran Lokal; pemasaran sasaran menghasilkan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan kelompok pelanggan lokal. Pemasaran Individual; segmentasi yang mengarah pada ”segmen tunggal,” ”pemasaran sesuai pesanan (customized marketing).” Pola Segmentasi Preferensi homogen; menunjukkan suatu pasar di mana semua konsumen secara kasar memiliki preferensi yang sama. Pasar tidak menunjukkan segmen alami. Preferensi tersebar; menunjukkan bahwa preferensi konsumen sangat beragam. Preferensi terkelompok; pasar mungkin menunjukkan kelompok preferensi yang berbeda-beda, yang disebut segmen pasar alami. 2 Dasar Segmentasi Pasar Konsumen Pemasar dapat membagi-bagi pasar individu berdasarkan kategori tertentu. Kategori dalam segmentasi yang biasa dipakai adalah berdasarkan geografis, demografis, psikografis, perilaku, dan segmentasi multi atribut. 1. Geografis. Segmentasi geografis membagi pasar ke dalam wilayah geografis seperti negara, propinsi, kabupaten, kota, kecamatan, dan lain-lain. 2. Demografis. Dalam segmentasi ini, pasar di bagi ke dalam kelompokkelompok berdasarkan variabel demografis seperti umur, besarnya keluarga, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, tingkat pendidikan, agama, suku, dan kelas sosial. Segmentasi demografis paling banyak dipakai karena keinginan pelanggan, preferensi, dan tingkat pemakaian suatu produk sering diasosiasikan dengan variabel-variabel demografis. Variabel demografis juga lebih mudah diukur jika dibandingkan dengan jenis variabel yang lain. Bahkan ketika target market digambarkan dengan variabel lain, hasilnya selalu dihubungkan dengan variabel demografis untuk mengetahui ukuran target market dan media yang bisa menjangkaunya secara efektif. 3. Psikografis. Dalam segmentasi ini, pasar dibedakan ke dalam kelompok berdasarkan gaya hidup dan personality. Orang dengan latar belakang demografi yang sama bisa jadi berbeda bila digambarkan dalam segmentasi psikografis. 4. Perilaku. Dalam segmentasi ini, pelanggan dibagi dalam kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, kebiasaan, dan respon terhadap produk. Para pemasar yakin bahwa variabel perilaku, seperti occasion, benefit, user status, usage rate, loyalty status, buyer readiness stage, dan attitude merupakan atribut penting untuk membangun segmen pasar. 5. Multi Atribut. Di sini para pemasar tidak lagi membatasi analisis mereka ke dalam beberapa segmen saja. Pemasar mencoba mengembangkan segmen baru dengan menggabungkan beberapa variabel untuk dapat mengidentifikasi secara lebih baik kelompok yang menjadi target. Segmentasi jenis ini disebut segmentasi multi atribut atau Geoclustering. Contohnya adalah segmentasi 3 yang tidak lagi hanya mengandalkan segmentasi demografis, tetapi juga menggabungkan dengan variabel- variabel yang lain seperti pendapatan saat ini, aset, tabungan, dan resiko yang berani mereka tanggung. Dasar Segmentasi Pasar Bisnis 1. Demografis : jenis industri, ukuran perusahaan, lokasi 2. Variabel operasi : teknologi, status pemakai/bukan pemakai, kemampuan pelanggan 3. Faktor situasi : tingkat kepentingan, penawaran khusus, ukuran pesanan 4. Relationship : segmentasi ini didasarkan pada kedekatan hubungan dengan pelanggan bisnis. Syarat Segmentasi yang Efektif Agar segmentasi persaingan/kompetisi, bisa menjadi pertanyaan alat kritis ampuh yang untuk kemudian memenangkan muncul adalah bagaimana seharusnya pemasar menyusun segmentasi yang efektif. Segmentasi yang efektif harus memenuhi berbagai syarat berikut ini: 1. Dapat diakses, segmen dapat dijangkau dan dilayani secara efektif. 2. Dalam mensegmentasi pasar, pemasar harus mampu melihat pasar dari sudut yang unik dan berbeda dari pesaing. Dengan melihat pasar secara berbeda dari yang dilakukan pesaing, pamasar akan dapat mengarahkan persaingan ke aspek-aspek di mana pemasar memahami betul karakteristik dan rule of the game yang ada di dalamnya. 3. Metode segmentasi yang digunakan haruslah sejauh mungkin mencerminkan perilaku pembelian/penggunaan dan menentukan alasan pembelian (reason-to-buy) si konsumen. Karena alasan inilah, pendekatan segmentasi psikografis dan perilaku lebih baik dan tajam dibandingkan dengan pendekatan segmentasi geografis dan demografis. Kenapa? Karena segmentasi psikografis dan perilaku memotret faktorfaktor yang membentuk perilaku membeli para konsumen dan secara 4 langsung mempengaruhi reason-to-buy mereka. Dengan mengetahui reason-to-buy konsumen, pemasar akan dapat menentukan strategi produk, promosi, dan harga secara lebih tajam. 4. Segmen-segmen yang teridentifikasi haruslah memiliki ukuran yang cukup signifikan dan memiliki prospek yang baik untuk berkembang di masa mendatang. Di samping itu, segmen-segmen yang tersusun juga harus dapat diukur besarnya dan dideskripsikan karakteristik-karakteristiknya sehingga penyusunan positioning, diferensiasi, marketing mix, selling, ataupun strategi mereknya dapat secara fokus dijalankan dengan mendasarkan diri pada karakteristik-karakteristik tersebut. Segmentasi tersebut harus dilakukan secara periodik seiring dengan perubahan perilaku konsumen. Langkah-Langkah Penyusunan Segmentasi 1. Survei Survei dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai motivasi, sikap, dan perilaku konsumen. Dengan menggunakan kuesioner, pemasar bisa memperoleh data-data mengenai karakteristik perilaku berikut ini: Atribut perilaku Brand awareness (sejauh mana suatu brand yang dipasarkan dikenal oleh konsumen) Perilaku konsumen dalam menggunakan fasilitas suatu produk Sikap konsumen terhadap layanan yang diberikan produsen Kondisi geografis, demografis, dan psikografis konsumen. 2. Analisis Setelah berbagai data mengenai motivasi, sikap, dan perilaku konsumen dapat diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis karakteristik konsumen. Beberapa alat analisis bisa digunakan, antara lain adalah analisis faktor untuk menghilangkan variabel-variabel pelaku 5 konsumen yang sangat berkaitan, kemudian dilakukan analisis klaster (Cluster Analysis) untuk mendapatkan segmen-segmen yang paling berbeda. 3. Pembentukan (Profiling) Pada tahap ini masing-masing klaster dibentuk (di-profiling) ke dalam segmen-segmen menurut sikap, perilaku, kondisi demografis, psikografis yang berbeda. Masing-masing segmen ini diberi nama berdasarkan karakteristik perilaku yang membedakannya. TARGETING Melakukan segmentasi pada dasarnya melakukan pemetaan untuk mengidentifikasi segmen-segmen pasar potensial dengan karakteristik perilaku yang sama. Setelah segmen-segmen ini teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah mengevaluasi segmen-segmen tersebut dan kemudian menentukan segmen-segmen mana saja yang akan dilayani. Proses mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa segmen yang akan dilayani inilah yang disebut sebagai targeting. Mengevaluasi Segmen Pasar Dalam mengevaluasi segmen pasar yang berbeda, perusahaan harus memperhatikan 2 (dua) faktor: daya tarik segmen secara keseluruhan serta tujuan dan sumber daya perusahaan. Pertama, perusahaan harus menanyakan apakah suatu segmen potensial memiliki karakteristik yang secara umum membuatnya menarik, seperti ukuran, pertumbuhan, skala ekonomis, risiko yang rendah. Kedua, perusahaan harus mempertimbangkan apakah berinvestasi di segmen tersebut masuk akal dengan memperhatikan tujuan dan sumber daya perusahaan. 6 Memilih Segmen Pasar Setelah mengevaluasi segmen-segmen yang berbeda, perusahaan dapat mempertimbangkan lima pola pemilihan pasar sasaran: Konsentrasi Segmen Tunggal Spesialisasi Selektif Spesialisasi Produk Spesialisasi Pasar Cakupan Seluruh Pasar Pertimbangan Tambahan 4 (empat) pertimbangan lain yang harus diperhitungkan dalam mengevaluasi dan memilih segmen: Pilihan etika atas Pasar Sasaran; dalam menetapkan pasar sasaran, masalahnya bukanlah siapa yang dibidik melainkan bagaimana dan untuk apa. Pemasaran yang bertanggung jawab sosial mengharuskan segmentasi dan pembidikan yang melayani tidak hanya kepentingan perusahaan melainkan juga kepentingan mereka yang dijadikan sasaran. Inter-relasi dan Segmen-Super; dalam memilih lebih dari satu segmen untuk dilayani, perusahaan harus mencermati inter-relasi antar segmen dalam hal biaya, kinerja, dan teknologi. Segmen-Super adalah sekumpulan segmen yang memiliki kesamaan yang dapat diambil keuntungannya. Rencana Serangan Segmen-per-Segmen; langkah perusahaan untuk memasuki satu segmen pada suatu waktu tanpa menyingkapkan rencana ekspansi totalnya. Pesaing tidak boleh tahu ke segmen-segmen mana perusahaan akan bergerak selanjutnya. Kerja Sama antar Segmen; cara terbaik untuk mengelola segmen-segmen adalah dengan mengangkat manajer segmen dengan wewenang dan tanggung jawab yang memadai untuk membangun bisnis segmen mereka. 7 POSITIONING Secara umum, positioning adalah strategi untuk menempatkan produk dan merek produsen/perusahaan di benak konsumen/pelanggan. Istilah penentuan posisi (Positioning) dipopulerkan oleh dua eksekutif periklanan, Al Ries dan Jack Trout. Penentuan posisi dimulai dengan produk. Suatu barang, jasa, perusahaan, lembaga, atau bahkan orang……Tetapi penentuan posisi bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap produk. Penentuan posisi adalah apa yang Anda lakukan terhadap pikiran calon pelanggan. Jadi, Anda memposisikan produk itu di dalam pikiran calon pelanggan. Ries dan Trout berpendapat bahwa produk terkenal pada umumnya memiliki suatu posisi tersendiri di benak konsumen. Positioning dan Komunikasi Pemasaran Penentuan positioning merek biasanya dilakukan pada 2 dimensi, yakni:harga relatif merek dan dimensi intrinsik (yang ditawarkan merek pada konsumen, baik dalam aspek- aspek material maupun imaterial). Pemasar bisa memilih antara ketiga strategi positioning harga berikut: strategi biaya rendah (low cost), premium dan prestis. Kebijakan pricing atau penetapan harga bisa disesuaikan sesuai strategi masingmasing. Pada strategi biaya rendah, pemasar memilih bersaing dengan menawarkan harga serendah mungkin (ingat Asia Air). Sebaliknya, pada strategi pemium dan prestis, pemasar menghindari jor-joran persaingan harga dengan menawarkan produk yang tinggi maknanya di mata konsumen (lewat strategi diferensiasi); untuk harga prestis, derajat diferensiasinya bahkan sangat tinggi (baik dari aspek material maupun imaterial). 8 Pemasar menetapkan positioning harga merek di pasar berlandaskan strategi harga yang dipilih. Jika memilih strategi biaya rendah, pemasar berusaha menang dalam persaingan dengan memproduksi seefisien dan semurah mungkin (biasanya dengan marjin rendah). Dalam positioningintrinsik merek, pemasar menekankan kualitas yang cukup bagus yang bisa didapat dengan harga murah. Jadi, merek kerap hanya berfungsi sebagai tanda pengenal bagi harga rendah, sehingga merek hanya menambah sedikit nilai material atau imaterial pada produk di mata konsumen (misalnya rokok cap Kerbau). Jika strategi premium dipilih, harga produk dipatok setinggi mungkin dengan mengacu harga tertinggi di pasar. Strategi premium menawarkan banyak ruang guna membuat merek bermakna di mata konsumen. Apalagi bila strategi prestis dipilih di mana eksklusivitas tertentu diterapkan pada merek. Eksklusivitas semacam ini tidak hanya terkait atribut intrinsik produk (kualitas yang sangat tinggi, misalnya), namun lebih pada eksklusivitas target market. Contoh klasiknya adalah Rolex. Di sini harga lebih berfungsi menegaskan makna psikologis tertentu bagi konsumen. Jadi dalam positioning, dimensi harga tidak bisa dipisahkan dari dimensi intrinsik merek. Kesuksesan strategi premium atau prestis ditentukan differential advantage yang ditawarkan merek. Diferensiasi bisa didasarkan pada aspek material dan/atau imaterial (seperti dunia pengalaman di sekitar merek yang diciptakan iklan). Untuk diferensiasi material, inovasi produk terus-menerus tentu saja butuh investasi besar. Komunikasi pemasaran menancapkan diferensiasi ini di benak konsumen. Maka komunikasi pemasaran mutlak diperlukan guna mengokohkan diferensiasi material tersebut. Lebih-lagi, merek yang bertumpu pada diferensiasi aspek imaterial amat mengandalkan komunikasi pemasaran. 9 Daftar Pustaka 1. Sulaksana, Uyung., Integrated Marketing Communications, Bandung, 2005. 2. Terence A. Shimp, Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu, Penerbit Erlangga, Jakarta 2003. 10