BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi dalam analisis molekular, metode praktis serta efisien diperlukan untuk mengoleksi data dalam jumlah besar. Hal ini tentu mutlak diperlukan terutama dalam kajian biosistematik dengan cakupan objek kajian berupa keanekaragaman spesies makhluk hidup. Sebagai contoh, kajian sistematika prokariot memerlukan metode praktis untuk melakukan pengklusteran beranekaragam isolat yang diperoleh, yakni dengan menggunakan marker berupa 16S ribosomal RNA. Karakteristik 16S ribosomal RNA yakni memiliki panjang basa sekitar 1500 bp, tidak memiliki sekuen pengulangan tandem, serta memiliki beberapa sekuen yang bersifat konservatif yang dimiliki oleh semua jenis organisme prokariotik. Metode analisis filogenik pada beranekaragam prokariot melalui 16S rDNA saat ini berkembang sangat pesat karena ditunjang oleh aplikasi komputer yang mampu mengolah data berukuran besar serta ditunjang beragam fitur yang ditawarkan untuk analisis pohon filogenik, misalnya ClustalW, MUSCLE, dan NAST. Di samping itu, mulai ditemukan terobosan baru dalam metode pengklusteran melalui 16S rDNA yakni misalnya dengan modifikasi dalam distance threshold/tingkat similaritas yakni menurunkan batas nilai similaritas dari 97-99% menjadi 93-99% (White et al., 2010). Analisis filogeni merupakan kajian yang cukup menarik untuk dipelajari, terutama untuk melihat hubungan kekerabatan serta evolusioner beberapa spesies yang tinggal bersama di dalam satu habitat. Dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, telah diperoleh beberapa isolat bakteri selulolitik yang berasosiasi dengan saluran pencernaan hewan yakni padalambung ikan bandeng (Chanos chanos). Namun, dalam kajian tersebut, belum diteliti apakah bakteri-bakteri selulolitik yang berasosiasi dengan saluran pencernaan itu merupakan bakteri-bakteri yang terspesialisasi untuk memanfaatkan selulosa dari dedaunan atau sumber selulosa lainnya. Jika dugaan inibenar, kemungkinan bakteri-bakteri selulolitik tersebut memiliki hubungan kekerabatan yang dekat.Sehingga untuk membuktikannya perlu dilakukan isolasi dan karakterisasi sekuen 16S rDNA dari bakteri-bakteri selulolitik tersebut. Amplified Ribosomal DNA Restriction Analysis (ARDRA) merupakan metode yang digunakan untuk keperluan strain typing yakni karakterisasi molekular suatu strain bakteri tertentu dan untuk melakukan screening terhadap suatu komunitas mikrobia hingga dapat memisahkan menjadi beberapa klaster filogenetik (Sklarz et al., 2009). Metode ini dilakukan 1 dengan mengamplifikasi sekuen tertentu dalam gen penyandi rRNA melalui PCR lalu amplikon sekuen tersebut dipotong menggunakan enzim endonuklease. Karakterisasi molekular untuk bakteri Gram negatif menggunakan enzim endonuklease restriksi HinfI (Fazzeli et al., 2012), RsaI, AluI (Marta, 2011) untuk genus Pseudomonas dan HaeIII, MspI (Chovanova et al., 2004) untuk genus Alcaligenes. Bakteri Gram positif menggunakan enzim endonuklease restriksi HinfI, HaeIII, dan RsaI (Wahyudi et al., 2010) untuk genus Bacillus. Dengan memanfaatkan enzim endonuklease yang tepat, metode ARDRA mampu mendeteksi variasi inter-spesies, inter-strain, dan inter-operon sehingga dapat digunakan untuk analisis berbagai isolat bakteri yang belum teridentifikasi. Profil ARDRA dari beberapa isolat dapat pula digunakan sebagai informasi awal hubungan filogeni serta untuk keperluan taksonomi (Heyndrickx et al., 1996). Aplikasi dari ARDRA sangat luas, salah satunya adalah untuk keperluan identifikasi genus Mycobacteria pada laboratotium klinis di rumah sakit yang membutuhkan metode identifikasi yang praktis, terpercaya, reprodusibel, dan mudah dilakukan (Baere et al., 2002). B. Permasalahan Karakterisasi molekular melalui 16S rDNA belum dilakukan pada isolat bakteri selulolitik. C. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola produk digesti amplikon sekuen 16S rDNA oleh enzim endonuklease restriksi HaeIII, HinfI,dan RsaI. D. Manfaat Karakterisasi molekular fragmen 16S rDNA dapat digunakan untuk identifikasi awal hubungan kekerabatan antar isolat bakteri selulolitik, identifikasi spesies, serta menunjang tahap analisis lanjutan, misalnya untuk analisis filogeni. 2