ideologi fasisme (pemikiran adolf hitler atas konsep fasisme di

advertisement
IDEOLOGI FASISME
(PEMIKIRAN ADOLF HITLER ATAS KONSEP FASISME DI
JERMAN)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Ario Rahmana Putra
106033201162
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisa dampak permasalahan tentang historis kekuasaan di Jerman
yang dipegang oleh Adolf Hitler yang menerapkan ideologi Fasisme sebagai dasar negara di
Jerman yang terjadi pada periode 1933-1945.tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa
dampak positif dan negatif dari diterapkannya ideologi Fasisme yang diberlakukan oleh
Adolf Hitler sebagai dasar negara Jerman. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dari
berbagai literatur yang berkaitan dengan ideologi Fasisme Hitler di Jerman. Peneliti
menemukan, bahwa persoalan tentang diberlakukannya ideologi Fasisme di Jerman oleh
Adolf Hitler merupakan hasil dari sintesisnya warga Jerman yang kala itu sudah mencapai
titik klimaks dari perseturuan anatara suku asli Jerman (bangsa Arya) dengan suku Yahudi
sebagai penakluk. Sehingga timbullah kesadaran dalam diri rakyat Jerman untuk terlepas dari
belenggu dominasi bangsa Yahudi. Dan Adolf Hitler adalah salah satu rakyat Jerman yang
sadar akan hal itu. Sehingga dari proses terjadinya konflik ini timbullah ide dalam dirinya
untuk menerapkan ideologi Fasisme di Jerman. Dan kehadiran akan ideologi ini menjadikan
Jerman negara yang dalam kurun waktu singkat menjadi negara yang kuat, selain itu
kehidupan negara pun menjadi lebih sejahtera dibandingkan dengan pemerintahan sebelum
Hitler. Tetapi disisi lain justru dengan lahirnya ideologi Fasis di Jerman, Jerman melakukan
penjajahan terhadap negara-negara lain. Sehingga pada akhirnya hal ini lah yang menjadikan
timbullnya Perang Dunia II dan selanjutnya dianalisa dengan menggunakan kerangka teori.
Kerangka teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah bagaimana Hitler muncul
kepanggung kekuasaan di Jerman dengan ideologi Fasismenya sehingga memicu terjadinya
perang dunia II dan bagaimana Hitler menawarkan solusi bagi krisis ekonomi, politik, dan
sosial di Jerman dengan ideologi Fasismenya. Dari hasil analisa dengan menggunakan
landasan teori diatas, maka dapat disimpulakan bahwa Ideologi Fasisme lahir di Jerman
terjadi melalui 2 dimensi, yaitu adanya penindasan secara ekonomi, politik, dan kehidupan
sosial terhadap rakyat Jerman oleh bangsa Yahudi, terjadinya perang dunia II adalah hasil
dari prinsip dasar bahwa dengan lahirnya fasisme membuahkan pemikiran bahwa rakyat
Jerman adalah suku bangsa Arya yang luhur dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di
dunia.
v
Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat Islam dan Iman.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, Rasul
pembawa misi pembebasan dari pemujaan berhala, Rasul dengan misi suci untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia. Semoga kesejahteraan senantiasa menyelimuti keluarga dan sahabat Nabi beserta
seluruh ummat Islam.
Dengan tetap mengharapkan pertolongan, karunia dan hidayah-Nya, Alhamdulillah penulis mampu
menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
dalam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, dengan judul: Ideologi Fasisme ( Pemikiran Adolf Hitler Atas Konsep Fasisme Di Jerman )
Penulis menyadari, penyusunan skripsi ini tentunya tidak bisa lepas dari kelemahan dan kekurangan
serta menjadi pekerjaan yang berat bagi penulis yang jauh dari kesempurnaan intelektual. Namun,
berkat pertolongan Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat
diselesaikan. Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sedalamdalamnya kepada:
Bapak Prof. DR. Bahtiar Effendy, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Bapak Ali Munhanif, Ph. D. sebagai
kepala Jurusan Ilmu Politik yang selalu murah senyum dengan mahasiswanya ketika bertemu. Bapak
M. Zaki Mubarak, M.Si. sebagai Sekretaris Jurusan Ilmu Politik, tanpa arah dan masukan Bapak
mungkin skripsi ini belum tentu dapat selesai, dan terima kasih juga kepada Bapak yang telah
meminjamkan buku-buku kepada penulis untuk memperkaya literatur dalam menyusun skripsi ini.
Ibunda Suryani, M.Si.selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan sabar dan bijak terus
membimbing, menasehati, dan mengarahkan penulis untuk menghasilkan karya terbaik yang penulis
miliki. Kepada dosen-dosen Jurusan Ilmu Politik yaitu Bapak A.Bakir Ihsan, Bapak Sirojudin, Ibu
Haniah Hanafi, Ibu Ghefarina Djohan, dan dosen-dosen Ilmu Politik lainnya yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu namanya.
Ayahanda H. Rachman Saleh (alm) dan Ibunda Mariana Sudirman, terima kasih atas kasih sayang,
bimbingan dan motivasi yang tidak kenal henti dari mereka berdua sehingga penulis mampu
mengenyam pendidikan yang layak untuk bekal masa depan. Sebagai wujud terima kasih, penulis
persembahkan skripsi ini untuk mereka berdua. Doa ayahanda dan ibunda khususnya, senantiasa
penulis harapakan dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Terima kasih untuk kk ku Diani Indah
Rahmitasari yang telah memberikan semangat kepada penulis, untuk terus berjuang sampai skripsi ini
terselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada orang-orang yang pernah mewarnai kehidupan dan Cinta
selama menjadi mahasiswa baik di dalam maupun di luar kampus, Nurul, Niqy, Arum, Yunie, Ria,
Erna, Mita, Nia, Novi, Ratna, Wulan, Mega, Citra, Bebby, Nadia, Fifi, Nella, Iehat, Nane, Zii,
Brenda, Eky, Vivi, Megy, Rina, Shinta, Mila, Hilda, Kiky, Nick, Della, Aprilia, Tika, Yanti, dan
Iyong, maaf untuk yg tidak bisa di sebutkan dikarenakan sudah dilupakan. Semua wanita ini
berpengaruh dalam mewarnai kehidupanku menghiasi hari-hari perkuliahan maupun waktu senggang
dengan senyum yang menawan dan indahnya paras kalian, bagiku mendapatkan kalian adalah prestasi
vi
yang tidak semua orang bisa dapatkan. Meski semua hanya tinggal kenangan indah dan pahit yang
harus terjadi seperti ini. tapi paling tidak skripsi ini lahir atas inspirasi kalian semua.
Terima kasih kepada sahabat-sahabat seperjuangan penulis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2006/2007 yaitu Dedi, Hakim,
Lukman, Rahmat, Thoriq, Ihwan, Haikal, Yana, Fiki dan kawan-kawan yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu namanya.
Terima kasih juga kepada kawan-kawan HSC (Humanis Social Community) yaitu Eko, Ridho,
Anwar, Rifat, Hawasi, Fikri, Yebi, Bara, dan Rikih. Yang selalu memberikan semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada adik angkatanku Santi dan spupu
ku Marsya yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam membuat skripsi. Dan buat sobat
Haikal yang telah mengajarkan dan membimbing untuk mempermudah penulis dalam menyusun
skripsi sewaktu di kosan maupun di waktu senggang.
Terima kasih kepada Sobat Republik Ngablu Jhone, Ijal, Ucok, dan Oky dll, yg udah ngajarin Ilmuilmu diplomasi Ngablu nya, dan juga buat para sobat pasukan angin yg udah ngajarin dan memberi
pengetahuan baru, Mas Yanto & Bang Olih.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih banyak kepada seluruh komponen yang telah berjasa
memberikan kontribusinya, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan amal budi baik mereka
dengan sebaik-baiknya balasan. Dan skripsi ini walaupun masih banyak kekurangan semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Jakarta, 14 September 2013
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Pembatasan Perumusan Masalah ................................................................... 6
C. Tujuan Dan Mamfaat Penelitian ..................................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 8
E. Metode Penelitian ............................................................................................ 9
F. Sistemmatika Penulisan ................................................................................... 10
BAB II KERANGKA TEORI
A. Fasisme Sebagai Ideologi .............................................................................. 11
B. Prinsip-Prinsip Fasisme .................................................................................. 20
C. Fasisme dan Totalitarianisme ........................................................................ 22
BAB III BIOGRAFI ADOLF HITlER
A. Riwayat Hidup ............................................................................................... 34
1. Riwayat Pendidikan ..................................................................................... 37
2. Kondisi Lingkungan .................................................................................... 38
B. Karir Politik Adolf Hitler ............................................................................... 39
BAB IV PENGARUH ADOLF HITlER PERKEMBANGAN SOSIAL,
POLITIK, DAN EKONOMI DI JERMAN PADA TAHUN 1933- 1939
A. Naiknya Adolf Hilter Kepanggung Kekuasaan Jerman ............................ 46
B. Startegi Kekuasaan Adolf Hitler Di Jerman .............................................. 48
1. Intervensi Kebijakan Politik Adolf Hitler .............................................. 50
2. Pembenahan Ekonomi Di Jerman .......................................................... 55
3. Tujuan Fasisme Hilter ........................................................................... 57
C. Politik Jermana Pasca Runtunya Fasisme Adolf Hitler ............................ 59
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menjelang Perang Dunia II, muncul beberapa rezim pemerintahan di
Eropa yang bisa dibedakan berdasarkan menurut ideologi-ideologi besar dunia.
Seperti Demokrasi Liberal di Amerika, Prancis, dan Belanda, Komunisme di
Rusia, Cekoslowakia dan Cina, dan Fasisme di Jerman dan Italia. Dari sekian
Ideologi yang ada di dunia itu, ideologi fasisme lah yang memiliki akar historis
yang menjadi benih terjadinya Perang Dunia II, dimana hal ini dimotori oleh
Adolf Hitler.
Adolf Hitler adalah seorang tokoh politik yang telah berhasil menguasi
Jerman dengan fasismenya. Tokoh ini sangat dikenal oleh dunia dengan
perjuangannya menarik perhatian masyarakat Jerman untuk menerapkan ideologi
fasis dalam sebuah tatanan negara yaitu di Jerman. Tokoh ini dianggap sebagai
orang yang bertanggung-jawab atas kematian puluhan juta jiwa semasa Perang
Dunia II, keberaniannya ini sesuai dengan apa yang dikatakannya dalam Mein
Kamf: ―satu cara termudah mencapai kemenangan melawan akal budi adalah
kekuatan dan teror‖.1 Sehingga ini menyebabkan Adolf Hitler akan tetap dicatat
sebagai tokoh revolusi di Eropa khususnya Jerman Raya dari belenggu sektarian
di Eropa khususnya Jerman dari kaum Yahudi.
Dalam salah satu literatur disebutkan bahwa Hitler awalnya adalah seorang
tentara biasa yang tidak memiliki kecerdasan, bahkan dalam lingkungan
1
Jules Archer, Kisah Para Diktator: Biografi Politik Para Penguasa Fasis, Komunis,
Despotis dan Tiran, (Yogyakarta: Narasi, 2004), 21.
2
keluarganya dia termasuk anak yang bodoh diantara saudara-saudaranya.2 Akan
tetapi setelah Hitler bermain di panggung politik, namanya menjadi besar karena
kecerdasannya dalam berorasi, yang memikat seluruh penduduk Jerman, dan dia
pun membuat tentara menjadi semangat.3 Hitler adalah satu dari segelintir tentara
rendahan yang sanggup tampil dalam sejarah politik dunia, membawa Jerman
keluar dari ancaman negara sekutu dan bangkit menjadi penguasa Eropa.
Situasi dan kondisi politik, ekonomi, dan sosial yang selalu di monopoli
oleh pihak Yahudi terhadap rakyat Jerman, menimbulkan berbagai penderitaan
yang dialami oleh rakyat Jerman. Belum lagi penyerangan-penyerangan yang
dilakukan pihak luar negeri terhadap Jerman, karena Jerman saat itu adalah negara
yang lemah yang selalu menjadi negara boneka negara-negara lain.
Pengalaman hidup selama di Vienna dijadikan pelajaran oleh Adolf Hitler.
Bahkan dalam literaturnya Mein Kampf tokoh ini menyebut kehidupan di Vienna
sebagai ―Tahun-tahun belajar dan kesengsaraan di Vienna‖.4 Dia menulis jeritan
akan kondisi Vienna itu sebagai titik jenuh sehingga menimbulkan kebencian dan
dendam terhadap Yahudi, seperti apa yang diungkapkannya:
―Vienna adalah pusat Monarki Danubi tua, tetapi secara ekonomi
juga. Tuan rumah pejabat-pejabat tinggi, pejabat-pejabat pemerintah, para
seniman, dan para cendikiawan berhadapan dengan kekuatan ketentaraan
pekerja yang lebih besar, dan berdampingan dengan kesejahtraan
aristokratikdan komersial yang tersisa bersama dengan kemiskinan yang
menyedihkan. Di luar Istana ring berkeliaran ribuan pengangguran, dan di
bawahnya Via Triumphalis Austria tua ini berdampingan dengan para
tunawisma dalam kesuraman dan Lumpur sungai-sungai kecil.
Hampir tidak ada kota di Jerman dimana masalah social dapat
dipelajari dengan lebih baik dari pada di Vienna. Dimana didalamnya
2
Theodore Russel, Hitler: Seri Orang Termasyhur, (Jakarta: MM Corp, 2005), 22.
Rusel, Hitler: Seri Orang Termasyhur, 5
4
Adolf Hitler, Mein Kampf: Edisi Lengkap Volume I dan II, (Jakarta: PT Suka
Buku,2010), 30.
3
3
terdapat ketinggian-ketinggian kota yang didasarkan pada keangkuhan
kaum Yahudi‖.5
Dari banyak kejadian yang dirasakan oleh Hitler, maka timbullah rasa
nasionalisme yang tinggi dalam dirinya, bahkan karena amat tinggi cintanya
terhadap Jerman mengakibatkan dia mengatakan bahwa semua kejadian buruk
yang menimpa Jerman adalah karena Yahudi.6 Selain dari itu, tokoh ini pun
menulis karyanya yang menguak bagaimana Fasisme di Jerman menjadi sebuah
ideologi politik, yang pada awalnya adalah bukanlah sebuah ideologi, akan tetapi
dianggap sebagai solusi politik dalam menghadapi situasi Jerman yang cheos.
Dalam situasi dan kondisi yang krisis multidimensional inilah sehingga
timbul rasa nasionalisme Hitler untuk memperjuangkan dan membebaskan
negaranya dari penindasan, bahkan dia bercita-cita untuk mengusai negara, dan
menjadikan bangsa Jerman sebagai bangsa yang tinggi atau bisa disebut sebagai
bangsa Arya (suku bangsa yang paling mulia).7 Ada beberapa hal yang
melatarbelakangi lahirnya ideologi Fasisme yaitu:
Pertama, Hitler melahirkan ide Fasismenya atas situasi dan kondisi yang
mencengkram saat di Jerman yaitu daerah dimana ketika Hitler singgah di Wina.8
Wina merupakan daerah yang sangat didominasi oleh suku Yahudi yang telah
menindas rakyat, sehingga rakyat Jerman mengalami penderitaan, banyak
pengangguran, tidak adanya keadilan sosial. Tetapi Hitler melihat sedikit harapan
yang tumbuh ditengah-tengah masyarakat Jerman bahwa dalam tubuh mereka
5
Hitler, Mein Kampf, 35.
Russel, Hitler: Seri Orang Termasyhur, 15.
7
Hitler, Mein Kampf, 321.
8
Russel, Hitler: Seri Orang Termasyhur, 11.
6
4
masih ada sifat Nasionalisme.9 Sehingga itu semua dimanfaatkan oleh Hitler
untuk menggerakan rakyat Jeman demi sebuah cita-cita untuk membebaskan
Jerman dari belenggu Yahudi.
Kedua, Nazi, partai berpengaruh yang dia pimpin, serta The Third Reich,
visi masa depan Jerman yang dia perjuangkan, memang merupakan fenomena
tersendiri. Begitu pula dengan angkatan perang Jerman yang sanggup menguasai
begitu cepat ke negara-egara sekitar Jerman. Namun, Hitler adalah sosok central
yang jauh lebih fenomenal.
Ketiga, pemikiran politik Hitler dan ideologi Fasisme merupakan sebuah
kerangka politik yang dia gunakan untuk mengatur Jerman. Karena menurutnya
hanya dengan diimplementasikannya Fasisme, Jerman dapat kembali pada
kejayaan dan tidak ditindas oleh kaum Yahudi. Demi terciptanya sebuah tatanan
politik Jerman di bawah kekuasaanya, Hitler memiliki kerangka politik yang
dikemasnya melalui Fasisme yang telah dia jelaskan lewat karyanya Mein Kampf.
Hitler menulis dengan sebuah perhitungan politik yang cerdik, yang
kemudian diteruskan dengan gerakan Nasionalis- Sosialis sehingga terbangunlah
Fasisme dengan kerangka politik Hitler yaitu:
1. Strateginya
dimulai
dengan
melakukan
propaganda
dengan
menyadarkan rakyat Jerman akan krisis yang melanda Jerman adalah
dikarenakan orang-orang Yahudi. Sehingga hal ini menimbulkan
perlawanan
dari
rakyat
Jerman,
bahkan
peperangan.10
9
10
Russel, Hitler: Seri Orang Termasyhur, 15.
Hitler, Mein Kampf: Edisi Lengkap Volume I dan II, 189.
untuk
melakukan
5
2. Propaganda dilakukan kepada kaum buruh agar mereka menjadi
seorang Nasionalis- Sosialis Jerman sehingga mereka ingin melakukan
gerakan untuk Negara. Dan ini harus dilakukan oleh seorang
proklamator yang berani memimpin jutaan kaum buruh yang dapat
memberikan dorongan baru untuk kemajuan Jerman.11
3. Revolusi, hal ini bisa disebut titik klimaks kerangka yang disuguhkan
oleh Adolf Hitler. Diamana Revolusi yang disebutnya itu adalah
sebuah gerakan heroic yang harus timbul dari rasa nasionalis warga
negaranya, dan revolusi akan gagal bila hal ini lahir bukan oleh rasa
pembelaan tanah air di dalam negara itu.12
Dari beberapa hal diatas maka jelaslah bahwa keinginan Hitler untuk
meguasai dunia lahir dari arah dimana fasis yang awalnya bagi Hitletr merupakan
solusi bagi negaranya, berubah menjadi sebuah ideologi yang tidak hanya dikenal
oleh masyarakat Jerman, tetapi oleh masyarakat dunia. Sehingga hal ini menjadi
menarik untuk dibahas secara mendalam, dengan membuka kembali literatur Mein
Kampnya.
Atas dorongan itulah penulis mencoba menggali kembali proses transisi
politik menuju kebangkitan Fasisme-Hitler di Jerman. Melalui literaturnya Mein
Kamp dan karya-karya lain yang membicarakan masalah ideology Fasisme di
Jerman.
11
12
Russel, Hitler: Seri Orang Termasyhur, 354.
Russel, Hitler: Seri Orang Termasyhur, 200.
6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Proses transisi di Jerman yang dimotori oleh Adolf Hitler, merupakan
taktik politik yang begitu cepat dan mendapat kesuksesan. Hal ini tidak terlepas
dari faktor-faktor luar yang menyebabkan ideologi fasis yang dikenalkan Hitler ini
begitu dekat dengan hati rakyatnya, sehingga pada waktu partai yang dipimpin
Hitler memenangkan pemilu.
Perjuangan yang dilakukan Hitler ini mendapat tanggapan baik dari pihak
rakyat dan militer. Sehingga pantas bila Hitler hanya dengan kurun waktu yang
singkat dapat menguasai Jerman, bahkan hampir setengah dari Eropa telah
dikuasainya. Selain itu, disela-sela kesibukannya sebagai pemimpin di Jerman,
Hitler telah berhasil membuat sebuah literatur, yang isinya merupakan pemikiran
politik, dan programnya dalam mengorganisir Jerman agar terbebas dari
kungkungn Yahudi dan Komunis yang telah menghancurkan kehidupan social,
ekonomi, dan politik di Jerman.13
Agar pembahasan skripsi ini tidak melebar, maka dari itu penulisannya
akan di fokuskan oleh Adolf Hitler pada perkembangan ekonomi, sosial, dan
politik di Jerman pada tahun 1933-1939.
Maka dari itu pertanyaan yang akan digali dalam skripsi ini adalah:
1. Bagaimana
Hitler dengan ideologi Fasisme muncul ke panggung
kekuasaan pada Perang Dunia II?
2. Bagaimana Hitler menawarkan solusi bagi krisis ekonomi, sosial, dan
politik di Jerman pada masa itu?
13
http://4.bp.blogspot.com/_NH; Internet; diunduh pada tanggal 28 april 2012
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan mendalami proses transisi politik di Jerman dengan
menerapkan ideologi Fasis sebagai dasar negara di bawah Adolf Hitler
2. Serta menggali konsep-konsep politik dalam karya Mein Kampf yang telah
berhasil menjadikan Jerman negara yang kuat
3. Untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan penulis.
Adapun manfaat dari penelitian yakni :
A. Manfaat Akademis
Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam meraih gelar kesarjanaan
strata satu (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Jurusan Ilmu Politik pada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Manfaat Praktis
1. Menambah Wawasan mahasiswa pada umumnya, dan bagi penulis pribadi
pada khususnya bahwa transisi yang terjadi di Jerman adalah merupakan
sebuah usaha Hitler dan rakyat Jerman untuk terbebas dari krisis
multidimensional dan politik sektarian yang dilakukan oleh Yahudi. Meskipun
itu semua menjadikan Hitler berasumsi bahwa Jerman adalah bangsa Aria.
Akan tetapi yang patut kita ambil hikmah dari sejarah Jerman itu yaitu usaha
antara pemerintah dan rakyat yang saling bekerjasama itu menjadikan negara
itu terbebas dari krisis.
2. Bagi
Fakultas,
diharapkan
memberi
sumbangan
kepustakaan
pengembangan wacana civitas akademika di Jurusan Ilmu Politik.
dalam
8
D. Tinjauan Pustaka
Banyak terdapat studi atau tulisan mengenai sejarah dari seorang Hitler.
Mulai dari bagaimana seorang Hitler kecil hidup dengan begitu banyak kejadian
yang mengenaskan, hingga ia tumbuh dewasa dan dapat menjadi seorang
pemimpin yang disegani. Diantara studi-studi sebelumnya terdapat banyak
menggunakan
pendekatan-pendekatan
historis.
Oleh
karena
itu,
untuk
mempertajam studi sebelumnya, maka studi ini pun meninjau mengenai biografi
Adolf Hitler. Akan tetapi dalam studi ini yang akan dipertajam adalah mengenai
Fasisme yang dijadikan ideologi oleh Hitler, dan dari sinilah dapat diketahui
bagaimana Hitler dapat menjadi penguasa bagi Bangsanya.
D. Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini
adalah library research yaitu metode penelitian yang menggunakan teknik
pengumpulan datanya dengan memanfaatkan berbagai sumber pustaka yang
berkaitan dengan permasalahan penelitian baik dari buku-buku teks, media masa,
ataupun jurnal, yang membicarakan tentang subjek yang di tuju. Namun yang
tetap perlu diperhatikan adalah unsur selektif yaitu tidak semua unsur bacaan yang
ditemukan lalu ditelaah dan dipakai begitu saja, agar didapatkan hasil penelitian
yang relevan dan tidak meluas kemana-mana. Kajian inipun sering juga disebut
kajian literatur.14
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berangkat dari
generalisasi empiris atau realitas-realitas sosial sejarahnya. Realitas-realitas
tersebut dideskripsikan dan di analisis secara kompherenshif, holistic, dan
14
Mohamad Kasiram, Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan
Penguasaan Metodologi Penelitian, (Malang: UIN Press, 2008), 111.
9
komparatif. Aspek yang bersifat fenomenal dan historis juga dideskripsikan dan
ditelaah secara kritis hingga melahirkan satu generalisasi yang bersifat ideografis.
Menurut Bogdan dan Taylor (1973).15 penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan, dan prilaku
yang dapat diamati dari subyek itu sendiri. Pendekatan ini menunjukan langsung
dari setting itu secara keseluruhan. Subjek studi baik berupa organisasi, lembaga,
atau individu tidak dipersempit menjadi variable yang terpisah atau menjadi
hipotesis, tetapi dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan (holistic).
Strategi penelitian menggunakan studi tokoh kritis yang merupakan salah
satu jenis penelitian kualitatif. Dalam studi tokoh kritis, metode yang digunakan
untuk meneliti subjek penelitian akan mempengaruhi cara pandang subjek
tersebut. Sehingga studi tokoh kritis terletak pada kapasitas untuk menganalisa
dan menginterpretasi tokoh Hitler secara kritis. Melalui metode ini juga, dapat
dikenali secara mendalam bagaimana sang tokoh secara pribadi dengan melihat
konsep dia, sesuai dengan cara pandangnya terhadap dunia dengan pemikiran,
karya,
dan
prilaku
politiknya.
Penelitian
kualitatif
ini
mencoba
menggeneralisasikan tokoh Adolf Hitler, dari sisi pemikiran politiknya khususnya
Ideologi Fasisme sebagai solusi dalam memperbaiki kondisi Jerman.
Oleh karena itu, kajian literatur kritis yang baik menjadi prasyarat wajib
bagi setiap penelitian, baik untuk penjabaran atau mempertajam permasalahan,
merumuskan hipotesis, merumuskan konsep-konsep, menentukan dasar-dasar
teori yang dipergunakan dalam mengumpulkan data, maupun dalam menafsirkan
data. Penelitian kepustakaan ini diperoleh dengan melakukan penalaran dedukatif
15
Burhan Bungin, metedologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metedologis Ke Arah
Ragam Farian Kontemporer. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), 31.
10
secara simultan dari sumber-sumber bacaan yang di peroleh. Jadi, penelaahan ini
tidaklah hanya memindahkan buah pemikiran orang lain secara dogmatis tetapi,
memerlukan proses berpikir seorang peneliti agar terhindar dari unsur menjiplak.
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan, maka penulis menggunakan sistematika
penulisan dengan menggunakan pedoman penulisan karya ilmiah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, serta agar penulisan ini menjadi lebih sistematis, maka
skripsi ini akan dibagi menjadi lima bab, yakni masing-masing terdiri dari sub-sub
yang terdiri sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Penulisan ini dimulai bab pertama, yang menjelaskan latar belakang
masalah. Dimana didalamnya berbicara tentang awal mula terjadinya
proses transisi di Jerman yang dikepalai oleh Adolf Hitler dengan
menawarkan fasis sebagai solusi politik bagi kekacauan di Jerman, yang
mana awal kemunculannya itu dikarenakan kebenciannya terhadap bangsa
Yahudi, yang dianggap olehnya sebagai biang terjadinya kekacauan dalam
semua bidang di Jerman. Hal inilah yang kemudian penulis jadikan
sebagai batasan dan rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini.
Selanjutnya isi dari bab ini adalah mengenai tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II BIOGRAFI ADOLF HITLER
Selanjutnya dalam bab kedua, berisi mengenai ruang lingkup kehidupan
Adolf Hitler mulai dari kondisi lingkungan, latar pendidikannya, sampai
kepada keikutsertaannya dalam kancah politik. Dimana itu semua
11
mempengaruhi terhadap karya Mein Kampf yang telah ditulisnya. Pada
bab ini juga ditulis sedikit tentang substansi dari Mein Kampf, juga
karakter Adolf Hitler dalam memandang kondisi politik di negaranya yang
mengalami krisis sosial, politik, dan ekonomi dan sarat dengan konflik
sektarian antara bangsa Yahudi dengan rakyat Jerman yang tertindas,
sehingga mempengaruhi kondisi Adolf Hitler yang membuatnya berpikir
untuk tetap mempertahankan kekuasaan dengan konsep fasismenya.

BAB III ASAL USUL FASISME DAN PERKEMBANGANNYA
Selanjutnya pada bab ketiga, menjelaskan sejarah asal usul dan definisi
dari fasisme, yang kemudian diterapkan menjadi ideologi negara di
Jerman. Karena fasisme tidak hanya dipakai Adolf Hitler, akan tetapi kala
itu Benito Musolini sebagai pemimpin di Italia pun menerapkan ideologi
tersebut. Sehingga perlulah untuk membahas ini agar dapat dibedakan
antara
konsep
fasismenya
Hitler
dan
Musolini.
Agar
dalam
pembahasannya tidak kabur dan salah paham dalam menanggapi
konsepnya.

BAB IV FASISME SEBAGI SOLUSI DAN IDEOLOGI POLITIK DI
JERMAN
Pada bab keempat, masuk pada bab pembahasan masalah, dimana
didalamnya penulis menjelaskan tentang bagaimana fasisme menjadi
ideologi dan solusi politik di Jerman. Untuk memprjelas itu semua
ditambahkan beberapa poin yang menjelaskan dan menguatkan kenapa
Adolf Hitler menjadikan Fasisme sebagai solusi dan ideologi di Jerman.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
12
Selanjutnya dalam bab ke lima adalah bab penutup, dimana dalam bab ini
penulis mencoba menyimpulkan apa yang jadi tema skripsi ini, serta tidak
lupa menambah saran, agar penulisan skripsi ini lebih bermakna
khususnya bagi penulis dan umumnya untuk para pembaca.
13
BAB II
KERANGKA TEORI
Kelahiran sebuah negara tidaklah terlepas dari sebuah ideologi yang
menjadi dasar kehidupan politik, ekonomi, sosial yang sesuai dengan ideologi itu
sendiri. Di mana hal itu tergantung akan cita-cita rakyat dan tokoh center yang
dipercaya oleh rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaan Jerman. Selain itu
ideologi sebuah negara biasanya diarahkan atau disesuaikan oleh para tokohnya
sesuai dengan situasi dan kondisi rakyat, seperti yang terjadi di Uni Soviet yang
memilih Komunisme, Indonesia memilih Demokrasi Pancasila, Amerika memilih
Demokrasi Liberal, kemudian Jerman pada jaman Hitler yang memilih ideologi
Fasisme sebagai dasar negara.
Kondisi rakyatlah yang mendorong sebuah negara untuk merdeka, terlepas
dari ketertindasan dan penjajahan serta monopoli yang menyebabkan rakyat
sengsara. Sehingga dari ketertindasan itulah lahir sebuah kesadaran akan sebuah
kemerdekaan. Dan kesadaran akan kemerdekaan ini lahir selaras dengan situasi
politik, hukum, dan ekonomi yang ada dalam negara, hal ini biasanya dilihat dari
sebab ketertindasan dan kesengsaran yang menimpa rakyat. Seperti kondisi buruh
di Uni Soviet yang ditindas oleh kapitalisme sehingga mereka menuduh
kapitalisme yang menjadi biang keladi kesengsaran mereka, maka perjuangan
yang mereka lakukan adalah melalui ideologi Komunisme. Lalu kemudian
revolusi Prancis lahir karena kondisi rakyatnya yang ditindas dan situasi politik
yang di monopoli dan di dominasi oleh sistem kerajaan, di mana di dalamnya
rakyat tidak merasakan kesejahteraan, kemerdekaan, dan kebahagian. Sehingga
timbullah perjuangan perlawanaan rakyat yang menginginkan sebuah sistem yang
14
menjadikan rakyatnya sejahtera dan memiliki kebebasan dalam kehidupan
bernegara. Begitu pula kelahiran ideologi fasisme di Jerman yang dipimpin oleh
Adolf Hitler.
Dengan meneliti secara keseluruhan atas kelahiran fasisme yang didirikan
Hitler ini tidak terlepas dari situasi dan kondisi, serta kebencian dari tokoh fasis
itu sendiri yaitu Adolf Hitler terhadap Yahudi, serta ambisinya yang menyatakan
bahwa bangsa Arya adalah bangsa yang luhur diatas bangsa-bangsa lain di dunia.
Atas dasar itulah maka lahirlah fasisme sebagai prinsip perjuangan dan
realitas yang paripurna bagi Jerman menurut Hitler di mana paham politik yang
menggunakan
kekuasaan
absolut
tanpa
demokrasi.
Dalam
paham
ini,
nasionalisme yang sangat fanatik dan juga otoriter sangat kentara. Kata fasisme
diambil dari bahasa Italia, fascio, sendirinya dari bahasa Latin, fascis, yang berarti
seikat tangkai-tangkai kayu. Ikatan kayu ini lalu tengahnya ada kapaknya dan
pada zaman Kekaisaran Romawi dibawa di depan pejabat tinggi. Fasis ini
merupakan simbol dari kekuasaan pejabat pemerintah. Pada abad ke-20, fasisme
muncul di Italia dalam bentuk Benito Mussolini.16 Sementara itu di Jerman, juga
muncul sebuah paham yang masih bisa dihubungkan dengan fasisme, yaitu
Nazisme pimpinan Adolf Hitler. Nazisme berbeda dengan fasisme Italia karena
yang ditekankan tidak hanya nasionalisme saja, tetapi bahkan rasialisme dan
rasisme yang sangat sangat kuat. Karena kuatnya nasionalisme sampai mereka
membantai bangsa-bangsa lain yang dianggap lebih rendah.17
16
Vincent Bero, Musolini diantara Bayang-Bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci,
(Jakarta: Transmedia Pustaka, 2007), 13.
15
Mein Kampf karya Hitler sendiri menjelaskan bahwa karakter dari fasisme
yang dibangun olehnya adalah sebuah ideologi dan panutan atau kitab sucinya
rakyat Jerman untuk membebaskan diri dari kekuasaan Yahudi. Salah satu
karakter ideologi fasisme Nazi adalah nasionalisme yang kuat, ini sangat patut di
contoh bangsa Indonesia. Hitler mendirikan negara Nazi atas nama kesukuan dan
rasial yang menjunjung tinggi ras bangsa Jerman. Hal ini tentu saja berarti upaya
untuk mendapatkan keunggulan tanpa batas. Artinya nasionalisme yang
berlebihan atau hyper-nationalism memang digunakan sebagai motor utama
penyemangat rakyat yang akan digunakan untuk mengisi dominasi dunia dengan
ras bangsa Jerman.
Hitler menuangkan pemikirannya di dalam buku yang ditulis di dalam
tahanan yang Juga disimbolkan dengan semboyan 'ein volk, ein reich, ein fuhrer'
atau yang dalam bahasa Indonesia di artikan ―satu rakyat, satu kekaisaran, satu
pemimpin‖. Hubungan Nazi dengan volk atau rakyat dengan negara disebut
volkgemeinschaft atau komunitas rakyat.
Fasisme dalam pengertian Hitler, tidaklah cukup sampai di sini akan tetapi
mein Kampf yang telah diciptakannya menjadi sebuah doktrin agar ideologi Fasis
ini mengakar dalam hati setiap rakyat Jerman. Sehingga Fasis ini bukan hanya
sekedar ideologi tetapi menjadi sebuah jalan perjuangan rkyat Jerman khususnya
ras Arya dalam memerangi bangsa lain yang dianggap rendah olehnya.18
17
Ruper Butler, Hitler Young Tigers (Sepak Terjang Remaja NAZI Pemuja Hitler dalam
Perang Dunia II), (Jakarta: Planet Buku, 2008), 15.
18
Theodore Russel, Seri Orang Termasyhur (Hitler), 22.
16
A. Fasisme Sebagai Ideologi
Sebuah negara fasis tidak akan lahir sebelum negara itu merasakan akan
kehidupan demokrasi, selain itu fasis juga lahir dalam sebuah negara industri
dimana ketegangan-ketegangan ekonomi dan sosial dan sistem ini hanya dapat
diatasi dengan dua cara secara liberal atau totaliter.19 Fasisme menolak liberal
karena konsep didalamnya menganugrahi kebebasan dan penyeragaman, hal ini
seperti yang terjadi di Jerman. Fasisme dengan taktik lihainya menggunakan
segala kecemburuan dan ketakutan golongan penerima gaji dan pada waktu yang
bersamaan meluncurkan propaganda terhadap elit ekonomi dan elit politiknya.20
Fasisme merupakan sebuah paham politik kekuasaan absolut tanpa
demokrasi, paham yang mengedepankan bangsa sendiri dan memandang rendah
bangsa lain. Dengan kata lain, fasisme adalah suatu sikap nasionalisme yang
berlebihan. Fasisme adalah, gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik.
Fasis berusaha untuk mengatur bangsa menurut perspektif korporatis, nilai, dan
sistem, termasuk sistem politik dan ekonomi.21 Mereka menganjurkan
pembentukan partai tunggal negara totaliter yang berusaha mobilisasi massa suatu
bangsa dan terciptanya negara yang ideal untuk membentuk suatu elit
pemerintahan melalui indoktrinasi, pendidikan fisik, dan eugenika kebijakan
keluarga. Fasis percaya bahwa bangsa memerlukan kepemimpinan yang kuat,
19
Wiliam Ebenstain, Isme-Isme yang Mengguncang Dunia, (Yogyakarta: Narasi, 2006),
106.
20
Adolf Hitler, Mein Kampf, (Jakarta: PT Suka Buku, 2010), 251.
21
Wiliam Ebenstain, Isme-Isme yang Mengguncang Dunia, 103.
17
identitas kolektif tunggal, dan akan dan kemampuan untuk melakukan kekerasan
dan berperang untuk menjaga bangsa yang kuat.
Fasisme adalah anti-komunisme, anti-demokratis, anti-individualis, antiliberal, anti-parlemen, anti-konservatif, anti-borjuis dan anti-proletar, dan dalam
banyak kasus anti-kapitalis Fasisme. menolak konsep-konsep egalitarianisme,
materialisme, dan rasionalisme yang mendukung tindakan, disiplin, hirarki, dan
semangat. Dalam ilmu ekonomi, fasis menentang liberalisme sebagai gerakan
borjuis dan Marxisme sebagai sebuah gerakan proletar untuk menjadi eksklusif
ekonomi berbasis kelas gerakan Fasis.22 Ideologi mereka seperti yang dilakukan
oleh gerakan ekonomi trans-kelas yang mempromosikan untuk menyelesaikan
konflik kelas ekonomi dan mengamankan solidaritas nasional dengan cara mereka
mendukung, diatur multi-kelas, sistem ekonomi nasional yang terintegrasi.
Pemerintah Fasis melarang dan menekan oposisi terhadap negara. Fasisme
didirikan oleh sindikalis nasional Italia dalam Perang Dunia I yang
menggabungkan sayap kiri dan sayap kanan pandangan politik, tapi condong ke
kanan di awal 1920-an. Para sarjana umumnya menganggap fasisme berada di
paling kanan. Fasis meninggikan kekerasan, perang, dan militerisme sebagai
memberikan perubahan positif dalam masyarakat, dalam memberikan renovasi
spiritual, pendidikan, menanamkan sebuah keinginan untuk mendominasi dalam
karakter orang, dan menciptakan persaudaraan nasional melalui dinas militer.
Fasis melihat kekerasan dan perang sebagai tindakan yang menciptakan regenerasi
semangat, nasional dan vitalitas.
22
Wiliam Ebenstain, Isme-Isme yang Mengguncang Dunia, 104.
18
Adolf Hitler sebagai pemimpin NAZI di Jerman melihat bahwa kondisi
negara dan penduduk asli Jerman berada dalam penindasan, dan juga ditambah
tidak adanya sifat patriotisme didalam tubuh bangsa arya 23. Padahal asumsi Hitler
bahwa bangsa Arya itu adalah bangsa yang tinggi diatas bangsa-bangsa lain di
dunia. Akan tetapi dengan kenyataan yang justru sebaliknya itu membuat Hitler
benci terhadap kaum Yahudi yang mendominasi Jerman.24 Maka Hitler pun
berusaha menyadarkan kembali akan tingginya bangsa Arya terhadap penduduk
Jerman dengan cara melahirkan sifat patriotis di dalam tubuh bangsa Jerman agar
terbebas dari penjajahan dan menjadi bangsa yang tinggi di dunia maka lahirlah
ideologi Fasisme.
Fasisme berasal dari kata fascio dari kata fasces yang berarti seikat tongkat
dan kapak. Menurut para ahli sejarah bangsa Italia, fasisme adalah fascio di
combattimento, yang artinya kurang lebih ―persatuan perjuangan‖. Fasisme adalah
pengaturan pemerintahan dan masyarakat secara totaliter oleh suatu kediktatoran
partai tunggal yang sangat nasionalis, rasialis, militeris, dan agresif imperialis.
Paham fasisme hampir bersamaan dianut oleh tiga negara, yaitu Italia, Jerman dan
Jepang.
Paham Fasisme di Jerman disebut Nazisme. Nazi adalah suatu partai di
bawah pimpinan Adolf Hitler. Seusai Perang Dunia I, Jerman berubah menjadi
Republik yang semula adalah kerajaan. Pemimpin pertama adalah Ebert, Berkuasa
antara tahun 1919–1925, pemimpin selanjutnya adalah Presiden Hindenburg
23
Adolf Hitler, Mein Kampf, 32.
24
Adolf Hitler, Mein Kampf, 51.
19
(1925–1934). Dalam pemerintahan republik ini, Jerman mengalami berbagai
macam kesulitan, Baik dalam keuangan (Inflasi) maupun kekacauan ekonomi.
Dalam keadaan Negara yang kacau tersebut rakyat Jerman mengharapkan orang
yang kuat untuk memperbaiki keadaan. Dalam suasana yang kacau ini muncullah
Adolf Hitler dengan partai Extrim yaitu NAZI.25
Adolf Hitler selalu menekankan kepada pemuda Jerman bahwa bangsa
Jerman adalah bangsa yang besar yang ditakdirkan untuk memerintah dunia
karena bangsa Jerman adalah bangsa berdarah Arya, yang merupakan pangkal
kekuatan jerman. Namun kekuatan itu sedang terbelenggu oleh kekuatan asing,
yaitu bangsa Yahudi dan Komunis.26 Orang Yahudi sebagai penyebab semua itu
harus dimusnahkan. Selanjutnya, kata Adolf Hitler untuk melepaskian diri dari
penderitaan dan meluaskan ruang hidup, Jerman harus membentuk angkatan
perang yang sangat kuat yang dipimpin oleh seorang Fuhrer (pemimpin besar).
Seperti apa yang ditulisnya dalam Mein Kamf ―Alasan anti semitisme (anti
Yahudi) harus mendorong ke arah oposisi legalyang direncanakan dan
menghapuskan perlakuan khusus terhadap bangsa yahudi, itu adalah tujuan
terakhirnya, bagaimanapun harus sungguh-sungguh memindahkan bangsa Yahudi
secara keseluruhan‖.27
Setelah Perang Dunia I Negara Jerman yang semula berbentuk Kerajaan
berubah menjadi Republik. Akan tetapi, masa pemerintahan republic ini tidak
25
Agustinus Pambudi, The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler), (Jakarta:
Agromedia Pustaka), 25.
26
Russel, Seri Orang Termasyhur: Adolf Hitler, (Jakarta: MM Corp, 2005), 22.
27
Russel, Seri Orang Termasyhur, 23.
20
berhasil mengatasi kekacauan ekonomi sebagai akibat Perang Dunia I, lebih lagi
Jerman berada di pihak yang kalah. Dengan adanya hal tersebut, timbullah
ketidakpuasan
rakyat
yang
menimbulkan
kekacauan-kekacauan,
bahkan
pemberontakan-pemberontakan. Sementara itu Partai Nasionalis Jerman atau
National Sozialistische Deutsche Arbeiter. (NSDAP) yang disingkat dengan Nazi
berkembang menjadi partai yang kuat dipimpin oleh Adolf Hitler. Nazi berusaha
merebut kekuasaan tetapi gagal.28 Dipenjara itulah Hitler menulis buku Mein
Kamf (Perjuanganku) isinya mengenai paham-paham Nazi. Jiwa
B. Prinsip-prinsip Fasisme
Para pelopor fasisme meninggalkan jejak ajaran mereka perihal fasisme.
Hitler menulis Mein Kampft, sedangkan Mussolini menulis Doktrine of Fascism.
Ajaran fasis model Italia-lah yang kemudian menjadi pegangan kaum fasis
didunia, karena wawasannya yang bersifat moderat. Menurut Ebenstein, unsurunsur pokok fasisme terdiri dari tujuh unsur29:
Pertama, ketidak percayaan pada kemampuan nalar. Bagi fasisme,
keyakinan yang bersifat fanatik dan dogmatic adalah sesuatu yang sudah pasti
benar dan tidak boleh lagi didiskusikan. Terutama pemusnahan nalar digunakan
dalam rangka ―tabu‖ terhadap masalah ras, kerajaan atau pemimpin.
Kedua, pengingkaran derajat kemanusiaan. Bagi fasisme manusia tidaklah
sama, justru pertidaksamaanlah yang mendorong munculnya idealisme mereka.
Bagi fasisme, pria melampaui wanita, militer melampaui sipil, anggota partai
28
Rupert Butler, Sepak Terjang Remaja Nazi Pemuja Hitler dalam Perang Dunia II,
(Jakarta: Planet Buku, 2008), 10.
29
Wiliam Ebeinsten, Isme-isme yang Mengguncang Dunia, 126.
21
melampaui bukan anggota partai, bangsa yang satu melampaui bangsa yang lain
dan yang kuat harus melampaui yang lemah. Jadi fasisme menolak konsep
persamaan tradisi yahudi-kristen (dan juga Islam) yang berdasarkan aspek
kemanusiaan, dan menggantikan dengan ideology yang mengedepankan kekuatan.
Ketiga, kode prilaku yang didasarkan pada kekerasan dan kebohongan.
Dalam pandangan fasisme, negara adalah satu sehingga tidak dikenal istilah
―oposan‖. Jika ada yang bertentangan dengan kehendak negara, maka mereka
adalah musuh yang harus dimusnahkan. Dalam pendidikan mental, mereka
mengenal adanya indoktrinasi pada kamp-kamp konsentrasi. Setiap orang akan
dipaksa dengan jalan apapun untuk mengakui kebenaran doktrin pemerintah.
Hitler konon pernah mengatakan, bahwa ―kebenaran terletak pada perkataan yang
berulang-ulang‖. Jadi, bukan terletak pada nilai obyektif kebenarannya.
Keempat, pemerintahan oleh kelompok elit. Dalam prinsip fasis,
pemerintahan harus dipimpin oleh segelintir elit yang lebih tahu keinginan seluruh
anggota masyarakat. Jika ada pertentangan pendapat, maka yang berlaku adalah
keinginan si-elit.
Kelima, totaliterisme. Untuk mencapai tujuannya, fasisme bersifat total
dalam meminggirkan sesuatu yang dianggap ―kaum pinggiran‖. Hal inilah yang
dialami kaum wanita, dimana mereka hanya ditempatkan pada wilayah 3 K yaitu:
kinder (anak-anak), kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi anggota masyarakat,
kaum fasis menerapkan pola pengawasan yang sangat ketat. Sedangkan bagi kaum
penentang, maka totaliterisme dimunculkan dengan aksi kekerasan seperti
pembunuhan dan penganiayaan.
22
Keenam, Rasialisme dan imperialisme. Menurut doktrin fasis, dalam suatu
negara kaum elit lebih unggul dari dukungan massa dan karenanya dapat
memaksakan kekerasan kepada rakyatnya. Dalam pergaulan antar negara maka
mereka melihat bahwa bangsa elit, yaitu mereka lebih berhak memerintah atas
bangsa lainnya. Fasisme juga merambah jalur keabsahan secara rasialis, bahwa ras
mereka lebih unggul dari pada lainnya, sehingga yang lain harus tunduk atau
dikuasai. Dengan demikian hal ini memunculkan semangat imperialisme.
Ketujuh, fasisime memiliki unsur menentang hukum dan ketertiban
internasional. Konsensus internasional adalah menciptakan pola hubungan antar
negara yang sejajar dan cinta damai. Sedangkan fasis dengan jelas menolak
adanya persamaan tersebut. Dengan demikian fasisme mengangkat perang sebagai
derajat tertinggi bagi peradaban manusia. Sehingga dengan kata lain bertindak
menentang hukum dan ketertiban internasional.
C. Fasisme dan Totalitarianisme
Sebelum membahas masalah hubungan yang terbentuk antara fasisme dan
totalisme yang menghasilkan suatu ideologi politik fasisme totaliter akan
dijabarkan sekelumit mengenai pengertian sistem totalitarian, karakteristik, contoh
kasus tentang perkembangan konsep totalitarian di masa sekarang. Sebagai lawan
dari sistem demokrasi, sistem totalitarian adalah bentuk pemerintahan dari suatu
negara yang bukan hanya selalu berusaha menguasai segala aspek ekonomi dan
politik masyarakat, tetapi juga selalu berusaha menentukan nilai-nilai 'baik' dan
'buruk' dari prilaku, kepercayaan dan paham dari masyarakat. Sebagai akibatnya,
tak ada lagi batas pemisah antara hak dan kewajiban oleh negara dan oleh
masyarakat.
23
Di dalam sistem totalitarian, bukan negara yang melayani masyarakat,
tetapi sebaliknya sebanyak mungkin anggota masyarakat, khususnya mereka yang
bekerja di lembaga-lembaga pemerintah, diwajibkan melaksanakan berbagai tugas
untuk membantu penguasa membangun negara ke arah bentuk ideal. Misalnya
diwajibkan menjadi anggota satu-satunya partai politik atau satu-satunya serikat
buruh bentukan pemerintah. Apabila nilai-nilai komunis (atau nilai-nilai suatu
agama) dianggap oleh penguasa sebagai bentuk ideal, maka nilai tersebut akan
didoktrinkan ke dalam pola pikir masyarakat.
Berbagai bentuk sistem totalitarian dalam suatu pemerintahan berpijak
pada ideologi-ideologi yang berbeda. Walaupun demikian, semuanya memiliki
ciri-ciri bersama. Dua ciri utama totalitarian yang terpenting adalah adanya
ideologi yang disebarkan dan dimasukkan ke dalam berbagai aspek kehidupan
sehari-hari masyarakat dan keberadaan partai politik tunggal agar seluruh
komponen masyarakat bisa dimobilisir melalui partai tunggal tersebut. Pimpinan
partai tunggal ini mengontrol sistem negara, termasuk lembaga-lembaga
pengadilan dan parlemen (jika ada), lembaga-lembaga pendidikan, mengontrol
komunikasi melalui radio, televisi, dan berbagai alat komunikasi (pada masa
modern termasuk internet, seperti yang masih dilakukan pemerintah Republik
Rakyat Cina sampai kini), bahkan bila perlu dengan mengerahkan polisi rahasia.30
Contoh sistem pemerintahan yang paling sering disebut sebagai
pemerintah totalitarian adalah bekas pemerintah Uni Soviet di bawah Stalin,
Jerman pada masa Nazi dan Republik Rakyat Tiongkok pada masa Mao. Regim
30
PengertianTotalitarian,<http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Totalitarian&oldid=5
094138>, diunduh 10 Januari 2012.
24
komunis di Uni Soviet dan Tiongkok berusaha mencapai 'nilai-nilai manusiawi
yang universal' dengan menciptakan berbagai kelas masyarakat. Negara Sosial
Nasionalis Jerman berusaha mewujudkan 'keunggulan dan kelebihan positif'
bangsa Arya. Negara Singapura saat ini juga dapat dikategorikan ke dalam negara
Totalitarian mengingat kebijakan-kebijakan yang terdapat di negara Singapura.
Dengan kemajuan teknologi (misalnya teknologi internet), perwujudan
suatu pemerintah totalitarian modern mungkin berbeda dan lebih tersamar.
Misalnya totalitarian pada masa sekarang tidak lagi tergantung pada keberadaan
secara fisik aparat rahasia atau aparat militer yang langsung melakukan operasi
pengontrolan dan pemaksaan nilai-nilai, tetapi lebih tergantung pada teknologi.
Totaliterisme menggambarkan diktator partai-negara yang tersentralisir dan jalinmenjalin, yang menggunakan teror, organisasi yang mendetail, dan indoktrinasi
ideologis untuk mengendalikan secara terang-terangan segenap aspek kehidupan
sosial. Pada prakteknya, hal ini berarti kontrol dijalankan tidak hanya terhadap
seleksi elit politik dan agenda politik, tapi juga terhadap masyarakat dan
perekonomian lewat kontrol pada media, elaborasi sosialisasi publik, pencegahan
mandirinya suatu organisasi dari struktur partai negara dan terakhir kepemilikan
dan perencanaan ekonomi. Jadi, dalam totaliterisme, batas-batas yang populer
memisahkan
politik,
ekonomi,
dan
masyarakat
menjadi
lenyap.
Ini
memungkinkan penetrasi dan despotisme yang menjadi ciri khas dalam
kediktatoran modern itu.31
31
<http://www.pangisyarwi.com/index.php?option=com_content&view=article&id=90:si
mposium-kapitalisme-sosialisme-demokrasi&catid=7&Itemid=102>; Internet; diunduh 10 Januari
2012.
25
Era kekejaman rezim fasis, NAZI dan komunis Soviet sudah berlalu secara
historis. Namun, jejak-jejak karakter totaliter masih membekas dalam rezim dan
masyarakat sekarang. Hal ini nampak misalnya dalam logika dominasi dan
rasionalitas teknologis sekaligus mentalitas konsumeristis dalam masyarakat
industri maju yang berideologikan pasar bebas, akumulasi modal (kapitalisme),
dan liberalisme. Herbert Marcuse menyebut masyarakat industri maju (advanced
industrial society) sebagai masyarakat satu-dimensi (one-dimensional society).
Pemberdayaan warga negara, konsumen yang kritis dan pembiasaan cara berpikir
yang dialektis menjadi prasyarat untuk mencegah berulangnya totalitarianisme
dalam peradaban umat manusia.32
Totalitarianisme, rezim totaliter, adalah kosa kata politik khas abad ke-20.
Menurut Eugene Kamenka dalam esainya ‗Totalitarianism‘,33 istilah totaliter dan
totalitarianisme menggambarkan negara, ideologi, para pemimpin politik dan
partai politik yang mengupayakan perubahan dan kontrol total (total
transformation & control) atas masyarakat sebagai tujuan politisnya. Paradigma
yang melatarbelakangi tujuan ini adalah konsep hidup yang total menyeluruh dan
negara serta komunitas yang organis-kohesif. Istilah ini pertama kali muncul di
panggung politik ketika digunakan oleh pemimpin rezim fasis di Italia, yaitu
Mussolini, dalam pidato kenegaraan yang menyerang sisa-sisa anggota kelompok
32
Hendar Putranto, Masyarakat satu-dimensi: Wajah Baru TOTALITARIANISME?,
http://hendar2006.multiply.com/journal/item/3/Konsumerisme_sebagai_totalitarianisme_wajah_ba
ru_?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem, diunduh 10 Januari 2012.
33
Kamenka, Eugene, ‗Totalitarianism‘ dalam Robert E. Goodin and Philip Pettit (eds.),
Blackwell Companions to Philosophy: A Companion to Contemporary Political Philosophy, UK:
Blackwell Reference, 1995, hlm. 629-631.
26
oposan dalam Parlemen pada 22 Juni 1925, dengan istilah ‗la nostra feroce
voluntà totalitaria.‘ (kehendak totaliter kita—kaum Fasis yang dipimpinnya-yang kokoh). Berasal dari kata Italia totalitario, yang artinya komplit, mutlak,
istilah totaliter dengan cepat dipakai sebagai ideologi resmi negara Italia
sebagaimana dirumuskan oleh pemikir rezim fasis, Giovanni Gentile. Beberapa
tahun setelahnya, Mussolini mengadopsi sistem pemikiran totaliter ini dan
menginkorporasikannya ke dalam ideologi negara sebagai ‗lo stato totalitario‘
(negara totaliter).
Di Jerman, penggunaan istilah total atau totalitär oleh rezim National
Socialists (NAZI) tidak bertahan lama. Pertama kali digunakan oleh Ernst Juenger
pada 1930, konsep ini identik dengan ‗mobilisasi total‘ dalam pengertian militer.
Pada tahun-tahun berikutnya, Carl Schmitt, seorang pengacara yang kelak menjadi
salah seorang ideolog terpenting dari NAZI, mendiskusikan ide ‗negara totaliter‘.
Namun karena konsep ini jarang digunakan oleh Der Führer, Adolf Hitler,
mungkin karena ia tidak mau dianggap berhutang budi secara ideologis pada
Mussolini, maka istilah ‗totalitär‘ menjadi usang dan tidak lagi dipakai para
petinggi NAZI.34
Sebagai konsep politis, totalitarianisme adalah konsep yang dinamis,
artinya dalam rentang ruang-waktu sejarah ia mengalami sejumlah perubahan atau
pergeseran makna. Konsep totaliter seperti sudah disinggung di atas merupakan
fase I dari 5 fase perkembangan pemahaman atas konsep totaliter. 35 Fase
35
Bdk. Hardiman, F. Budi, ―Totalitarianisme,‖ Catatan Seminar Kuliah bagi mahasiswa
program Magister Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, tidak diterbitkan, 2005, 1.
27
berikutnya (fase II) terjadi setelah Perang Dunia II (pasca 1945), di mana konsep
totaliter cenderung diasosiasikan sebagai deskripsi negatif dan peyoratif dari
fenomena baru yang berbahaya, kuat, berbasiskan ideologi dan amat bertentangan
dengan
kebebasan,
kreativitas
serta
independensi,
yang
mengerahkan,
menggerakkan, dan mengatur massa dengan tujuan-tujuan jahat. Pemikir seperti
Borkenau menulis bukunya The Totalitarian Enemy pada 1940 dan Aldous
Huxley, pada 1944, menuduh para pemikir sayap-kiri dan Partai Pekerja di Inggris
sebagai ‗kaum totaliter yang bersemangat‘.
Fase III dari perkembangan konsep totaliter merupakan fase debat ilmiah
yang sarat nuansa akademis dan bukan lagi melulu manifestasi politik yang real.
Seorang Profesor politik hukum negara (Staatsrechtsprofessor) kenamaan dari
Harvard University, Carl Joachim Friedrich (1901-1984), bersama Z.K.
Brzezinski pada 1956 menerbitkan buku Totalitarian Dictatorship and Autocracy
yang memainkan peranan penting mengintroduksi konsep totaliter dalam wacana
akademis, khususnya ilmu politik. Menurut Friedrich, totalitarianisme adalah
bentuk pemerintahan yang unik dan baru dan mempunyai 6 karakteristik pokok
yang umum dijumpai baik dalam rezim fasis Italia, Nasional Sosialis (NAZI)
maupun komunis Rusia di bawah Stalin, sebagai berikut:36
1. Mempunyai ideologi resmi negara yang memperjuangkan kondisi sempurnafinal dari umat manusia, dan semua orang yang berada di wilayah negara
tersebut harus memeluk ideologi ini.
36
Hendar Putranto, Masyarakat satu-dimensi: Internet: diunduh pada 10 Januari 2012
28
2. Mempunyai satu partai tunggal yang biasanya disimbolkan atau dikebawahkan
pada satu sosok pemimpin. Partai ini terorganisasi secara hirarkis dan
kekuasaannya melampaui atau erat terkait dengan birokrat negara.
3. Mempunyai tingkat penguasaan teknologi yang canggih serta monopoli atas
persenjataan dan pasukan militer.
4. Monopoli yang mendekati total-komplet atas sarana-sarana komunikasi massa.
5. Mempunyai seperangkat sistem kontrol fisik atau psikologis lewat teror.
6. Penguasaan dan pengarahan keseluruhan ranah ekonomi secara terpusat.
Leonard Schapiro dalam Totalitarianism37 menganalisa kontur dan fitur
dari totalitarianisme dengan pertama-tama mengiyakan pentingnya enam poin
karakteristik rezim totaliter seperti yang ditawarkan oleh Friedrich di atas
(Schapiro menyebut enam poin versi Friedrich sebagai ―the six-point syndrome,‖
karena betapapun dikritik dari berbagai penjuru, keenam poin ini masih
mendominasi wacana seputar totalitarianisme hingga sekarang). Berikutnya,
Schapiro menguraikan dua arus besar yang mengkritik konsepsi Friedrich di
atas.38 Menurutnya, (1) ada sejumlah pemikir yang mengkritik detil dari the sixpoint syndrome. Mereka berupaya menambahkan atau mengurangi isi dari the sixpoint syndrome, misalnya dengan menyepakati dua faktor lain yang sama
pentingnya dengan keenam poin versi Friedrich, yaitu (a) adanya teori dominasi
dunia yang tersirat dalam ideologi resmi rezim, dan (b) adanya kebutuhan rezim
untuk memobilisasi massa secara terus menerus. Dari sisi lain, ada yang
37
Schapiro dan Leonard, Totalitarianism, (London: Macmillan, 1972), 13-71.
38
Schapiro dan Leonard, Totalitarianism, 19-20.
29
mengkritik argumen Friedrich menyangkut monopoli kontrol atas persenjataan
dan militer sebab penguasaan persenjataan dan militer adalah faktor esensial bagi
setiap bentuk pemerintahan agar tetap mempunyai otoritas atas warganya, dan hal
ini berarti bukan kekhasan bentuk pemerintahan totaliter. Arus kritik kedua (2)
menerima enam poin yang diajukan Friedrich dengan atau tanpa modifikasi,
namun mereka berargumen bahwa keunikan dan kebaruan yang disimpulkan
Friedrich menyangkut hakikat rezim totaliter tidak lagi bisa dipertahankan. Semua
fitur ini (the six-point syndrome) sudah ada dan bisa ditemukan dalam rezimrezim lain, baik di masa lampau maupun di masa sekarang.39 Kehadiran teknologi
modern dalam rezim totaliter, salah satu poin penting yang ditekankan Friedrich,
hanya membedakan rezim ini dengan rezim-rezim lain dalam skala tingkat / level
(degree), dan bukan jenis (kind).
Sementara itu, Hannah Arendt dalam karya monumentalnya The Origins
of Totalitarianism (1951) berupaya memetakan asal-usul rezim totaliter secara
fenomenologis dengan menganalisa fenomena psikologis massa dan individu.40
Menurutnya, totalitarianisme adalah rezim gerakan massa41 yang berkarakter
39
Dalam wikipedia, the free encyclopedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Totalitarianism
yang terakhir dimodifikasi isinya pada 6 Juli 2005, 02:33 WIB), selain NAZI Jerman, fasis Italia,
dan Uni Soviet, yang termasuk rezim-rezim totaliter adalah komunis Cina, Ba‘athist Irak, Ba‘athist
Siria, Libia di bawah Muammar al-Qadaffi, rezim Khmer Merah di Kamboja, the Laotian Pathet
Lao (Laos), Republik Sosialis Vietnam, dan Republik Demokratis Rakyat Korea
40
Arendt, Hannah, The Origins of Totalitarianism, New York: Meridian Books, 1951, bab
X, ―A Classless Society‖, & bab XI ―The Totalitarian Movement‖, hlm. 305-388.
41
Arendt, Hannah, The Origins of Totalitarianism, 311. Arendt memberikan cukup
banyak porsi analisa untuk menguraikan fenomena massa yang dianggapnya sebagai fenomena
khas modernitas abad ke-20, menggantikan fenomena kelas, yang dominan dalam realpolitik di
abad ke-19. Fenomena massa ini pada gilirannya menjadi prakondisi dari lahirnya totalitarianisme
seperti dituliskannya berikut ini, ―Totalitarian movements are possible wherever there are masses
30
impermanensi, yang memegang kekuasaan sejauh dan selama mereka membuat
segala sesuatu di sekelilingnya bergerak dan rezim ini mempunyai kemampuan
menyesuaikan diri yang luar biasa sekaligus tidak mempunyai kesinambungan
(absence of continuity). Sementara itu, secara ontologis-antropologis, karakter
individu dalam rezim totaliter adalah manusia massa yang teratomisasi secara
sosial, mengalami individualisasi yang ekstrem, apolitis dan mudah didepolitisasi, tercerabut dari keberakarannya (kelas, keluarga, ruang privat, jatidiri, self-interest) yang merupakan mangsa empuk untuk dimanipulasi, dijadikan
target propaganda dan bulan-bulanan teror42, untuk kemudian dicampakkan dalam
kamp konsentrasi di Auswitzsch oleh rezim NAZI atau dibuang ke Siberia (Gulag
Archipelago) oleh rezim Bolshevik Rusia.43 Cita-cita dan karakteristik rezim
totaliter yang bertemu dengan karakter manusia massa seperti disinggung atas bisa
who for one reason or another have acquired the appetite for political organization. Masses are
not held together by a consciousness of common interest and they lack that specific class
articulateness which is expressed in determined, limited, and obtainable goals. ,The term masses
applies only where we deal with people who either because of sheer numbers, or indifference, or a
combination of both, cannot be integrated into any organization based on common interest, into
political parties or municipal governments or professional organizations or trade unions.
Potentially, they exist in every country and form the majority of those large numbers of neutral,
politically indifferent people who never join a party and hardly ever go to the polls.‖
42
Arendt, Hannah ,341- 344. Arendt menulis ―Propaganda and terror present two sides of
the same coin…Propaganda is indeed part and parcel of „psychological warfare‟; but terror is
more. Terror continues to be used by totalitarian regimes even when its psychological aims are
achieved… Where the rule of terror is brought to perfection, as in concentration camps,
propaganda disappears entirely… propaganda .. is one, and possibly the most important,
instrument of totalitarianism for dealing with the nontotalitarian world; terror…is the very esence
of of its form of government.‖ Di lembar lain (ibid., hlm. 354), Arendt menulis bahwa ―propaganda
NAZI yang paling efektif adalah cerita konspirasi orang-orang Yahudi untuk menguasai dunia
(dan bahwa) isu Yahudi adalah simbol kemunafikan dan ketidakjujuran dari seluruh sistem.‖
43
Arendt, Hannah, The Origins of Totalitarianism, 316.
31
menghasilkan definisi gerakan totaliter sebagai berikut: gerakan totaliter adalah
organisasi massa dari gugus individu yang teratomisasi, terisolasi.44
Secara khusus, Paul M. Hayes dalam Fascism45menyoroti karakteristik
rezim fasis di Italia dan Jerman yang menurutnya mempunyai beberapa ciri pokok
berikut ini:
Konsep superioritas rasial, yang termanifestasi dalam kampanye
pembasmian kaum Yahudi (anti-Semitisme) dan Slav. Meskipun konsep
superioritas rasial ini tidak begitu digelorakan oleh rezim fasis Italia, dan lebih
nampak dalam rezim NAZI (dengan konsep ‗Volk‟—yang menandai superioritas
ras mereka di atas ras-ras lain secara alamiah, sekaligus erat diasosiasikan dengan
karakteristik bangsa Jerman seperti perjuangan, ganjaran (reward) dan dominasi),
namun tokoh-tokoh pemikir fasis Italia seperti Farinacci dan D‘Annunzio adalah
orang-orang berpikiran rasis. Di belakang ide superioritas ras Jerman, kita bisa
menyebutkan pengaruh filsuf Fichte (yang mengatakan bahwa Jerman adalah
rakyat yang paling sejati / Urvolk dan hanya orang Jermanlah yang benar-benar
mempunyai Volk dan mempunyai kecintaan yang real dan rasional terhadap
bangsanya), Jahn (yang menggabungkan atribut fisik dan mental dari orang
Jerman menjadi sebuah filsafat ras yang inkoheren), Arndt (yang percaya pada
keunggulan ras Nordic), von der Marwitz (penggiat awal dari kampanye melawan
kaum Yahudi), Görres (yang lewat karyanya Das Wachstum der Historie berhasil
mempropagandakan konsep mitos rakyat unggul, yaitu kemurnian dan kekuatan
dari ras Jerman), Arthur Gobineau (yang menekankan pentingnya ras sebagai
44
45
Arendt, Hannah, The Origins of Totalitarianism, 323.
Hayes, Paul M., Fascism, London: George Allen & Unwin Ltd., 1973, 1-76.
32
faktor esensial dalam proses peradaban, dan menggariskan struktur hirarkis dari
ras-ras, di mana ras Teutons menempati tempat paling unggul di antara ras-ras lain
di muka bumi ini), Schemann, Wagner, Dühring dan Lagarde.
Kombinasi
yang
aneh
dari
konsep
Darwinisme-Sosial
dengan
Imperialisme Sosial, kemakmuran nasional, penyebaran peradaban Barat yang
‗maju‘, mistisisme religius, dan teori racial destiny yang kesemuanya mau
menggarisbawahi
kompleksitas
faktor
yang mempengaruhi muncul dan
berkembangnya rezim totaliter.
Sementara Slavoz Žižek dalam bagian Introduksi buku yang dieditnya,
Mapping Ideology46, menarik perhatian kita akan pentingnya ideologi dan
sekaligus kritik atas ideologi dalam sebuah rezim yang berkuasa (existing order).
Namun, menurut Žižek, ada juga kekeliruan sejarah yang menganggap bahwa
Fasisme adalah sebuah ideologi. Adorno, misalnya, menolak memperlakukan
Fasisme sebagai ideologi (dalam pengertian ‗legitimasi rasional atas tatanan atau
rezim yang sedang berkuasa‘), sebab ‗ideologi Fasis‘ tidak mempunyai koherensi
sebuah konstruksi rasional yang selalu mensyaratkan analisa konseptual dan
refutasi ideologis-kritis. Dengan kata lain, ‗ideologi Fasis‘ bukan ‗kebohongan
yang dialami sebagai kebenaran‘ (tanda pengenal dari ideologi yang sejati).
‗Ideologi Fasis‘ bahkan tidak dianggap serius oleh orang-orang yang
mempromosikannya; status ideologi Fasis adalah melulu instrumental, dan pada
46
Žižek, Slavoz , The Spectre of Ideology” dalam Žižek, Slavoz (ed.) Mapping Ideology,
London-New York: Verso, 1994, hlm. 1-33.
33
akhirnya amat tergantung dari pemaksaan yang datang dari luar (external
coercion).47
Fase IV dari perkembangan pemahaman konsep ‗totalitarianisme‘ dipakai
pada era Perang Dingin (Cold War), terutama untuk mencirikan ‗teror konsumsi‘
dalam masyarakat kapitalistis, seperti dibahas oleh Herbert Marcuse dalam One
Dimensional Man (1964). Kita akan segera membahas ciri totaliter dalam
masyarakat industri maju dalam bagian selanjutnya dari paper ini. Fase kelima
berlangsung setelah runtuhnya Sosialisme Soviet (1989). Konsep totaliter
mengalami renaisans dan dipakai sebagai konsep ilmiah. Namun dalam
realpolitik, seorang presiden USA George W. Bush belum lama ini pun masih
memakai istilah ‗totalitarian‘ ketika menyebut Korea Utara, Iran dan (Ba‘athist)
Iraq sebagai ―Poros Setan‖ (Axis of Evil). Melihat arus sejarah dan perkembangan
politik seratus tahun terakhir, secara tentatif kita bisa mengatakan bahwa ada
kemungkinan fase-fase berikutnya dari ‗totalitarianism‘, aplikabilitas konsep ini
dalam realpolitik dan flexibilitasnya dalam wacana akademis juga kemungkinan
besar masih akan terus berlanjut.
47
Žižek, Slavoz , The Spectre of Ideology, 13.
34
BAB III
BIOGRAFI ADOLF HITLER
A. Riwayat Hidup
Adolf Hitler dilahirkan Tanggal 20 April 1889 di Brunau Austria.
Ayahnya seorang pegawai Pabean yang bernama Schikl bruber. Masa kanakkanaknya dijalani dengan sering sakit-sakitan, pemalu dan bermuka pucat. Dan
kadang kala Hitler tiba-tiba marah pada siapapun yang tidak sependapat
dengannya termasuk pada ibunya sendiri. Hitler keluar dari sekolah pada usia
enam belas tahun.48
Hitler memiliki cita-cita untuk menjadi seorang seniman, sehingga
setelah
dia
menyeleseikan
studinya,
dia
mencoba
untuk
melanjutkan
pendidikannya ke akademi seni rupa di Wina. Akan tetapi dua kali dia di tolak
oleh akademi itu. Selama beberapa tahun Hitler bertahan hidup di Wina karena
cita-cita yang ada dalam benaknya. Dalam kehidupannya yang sulit itu, Hitler
melakukan pekerjaan serabutan seperti mencetak postcard, membersihkan karpet,
dan menjadi seorang kondektur. Tinggal di rumah sewaan, dengan hanya makan
sayur kaldu tanpa daging. Semua itu dia curahkan dalam benaknya bahwa
kegagalan yang dialaminya adalah disebabkan orang-orang Yahudi49.
Yahudi telah melakukan dominasi ekonomi terhadap Jerman, hal ini
telah dimulai sejak bahkan sebelum perang media, di mana yang dibahas di
dalamnya adalah masalah saham. Sehingga efek dari dominasi ini mengakibatkan
48
Jules Archer, Kisah Para Diktator (Biografi Politik Para Penguasa Fasis, Komunis,
Despotis, dan Tiran), Yogyakarta: NARASI, 2004, h. 142.
49
Jules Archer, Kisah Para Diktator, 143.
35
industri-industri di Jerman mengalami kebangkrutan akibat dari serangan
sistematis kapitalisasi keuangan yang tamak.50
Pada tahun 1919, ketika usianya 30 tahun Hitler bergabung dengan
partai buruh Jerman, visi politiknya begitu jelas yaitu menjadikan bangsa Arya
menjadi bangsa yang tinggi yang tidak diinjak-injak oleh bangsa manapun,
bahkan bangsa Arya harus menjadi bangsa penguasa dunia.51
Dari kondisi dan situasi inilah Hitler memiliki kebencian yang amat
sangat terhadap perilaku Yahudi terhadap Jerman. Ketika Hitler muda, ia
mencoba masuk menjadi militer, akan tetapi pada akhirnya dia masuk kedalam
lingkungan politik. Dan disinilah awal mula terbentuknya SS dan Waffen-SS.
Awal mulanya Waffen-SS tidak terlepas dari terbentuknya Stosstruppe
Adolf Hitler (SAH) pada Maret 1923. Stosstruppe Adolf Hitler atau yang biasa
dsingkat dengan SAH adalah sebagai pelindung pribadi Hitler selama perjalanan
dinas untuk keperluan partai. Anggota awal SAH berjumlah 12 orang dan
seluruhnya adalah mantan serdadu Stosstruppe (pasukan elit penyerang di PD I)
dengan Julius Schreck sebagai penggagas sekaligus pimpinannya. Selain itu SAH
dibentuk atas kekhawatiran Hitler terhadap berkembang pesatnya Sturmabteilung
(SA) di bawah komando Ernst Rohm. Mereka berisikan selain mantan serdadu
reguler PD I dan Freikorps, juga preman, pemabuk dan bandit jalanan.52
50
Adolf Hitler, Mein Kamp ,251.
51
Agustinus Pambudi, Kematian Adolf Hitler, , 29.
52
Brune Quarrie, Waffen-SS : Pasukan Elite Nazi (1940-1945) , (Jakarta: GRAMEDIA,
2008), 81.
36
November 1923, karena kudeta dengan unjuk kekuatan yang gagal,
SAH dibubarkan. Rohm melarikan diri ke Argentina dan SA dipimpin sementara
oleh Heinrich Himmler. Setelah Hitler ke luar dari penjara, sebagai pengganti
SAH dibentuklah Schutz Staffel (SS) yakni kesatuan pelindung yang di bawah
administrasi SA pada 1925 dengan Julius Schreck sebagai Standartenfuhrer
(setara kolonel) yang pertama. Nama SS (kesatuan pelindung) sendiri adalah
pemberian Hermann Goring dari nama sebuah format skadron udara untuk
pelindung intai udara dalam PD I.53
SS sendiri adalah pengulangan sejarah dari Praetorian Guard yang
dibentuk Kaisar Octavianus Augustus pada 35 SM sebelum ia menjadi kaisar
pertama Romawi. Praetorian dibentuk Octavianus untuk melindungi dirinya dari
serangan saingan utamanya Marcus Antonius serta Senat dan para Noble
pendukungnya. Bentuk kesamaan yang sangat jelas setelah Octavianus menjadi
Kaisar tahun 27 SM, Praetorian berkembang menjadi kekuatan politik dan
birokrasi.54
Organisasi ini menguasai Kekaisaran dan ikut menentukan jalannya
pemerintahan serta menentukan siapa yang berhak menjadi Kaisar Romawi. Ini
berlaku selama kurang lebih 300 tahun. Perbedaannya, SS hanya menguasai
politik dan birokrasi Jerman selama 12 tahun.55 Bentuk pengabdian kepada
pemimpin dan negara, hormat ala Romawi, parade kemenangan atau lautan obor
53
54
Brune Quarrie, Waffen-SS : Pasukan Elite Nazi, 90.
Robert Gelatery, Lenin, Stalin dan Hitler: Era Bencana Sosial, Jakarta: Gramedia,
2011, 215.
55
Quarrie, Waffen-SS : Pasukan Elite Nazi, 81
37
dikeheningan malam adalah banyak faktor yang ditiru Nazi dan SS dari
Kekaisaran Romawi dan Praetorian. Terlebih Himmler adalah pengagum berat
Kekaisaran Romawi dan Jerman. Seperti risalah Napoleon Bonaparte: l‘Histoire la
repetee (sejarah akan berulang atau sengaja diulang).
Dari SS inilah Hitler bisa menguasai Jerman hingga pada akhirnya
terjadilah perang dunia II. Karena dengan terbentuknya SS, Hitler bisa menaiki
tahta kepresidenan di Jerman.56
1. Riwayat Pendidikan
Hitler kecil merupakan pelajar yang baik pada waktu bersekolah pada
sekolah menengah pertama (elementary school). Namun pada kelas enam, tahun
pertamanya di Sekolah Menengah Atas (high school), ia gagal dan harus
mengulang kelas.
Hitler menyatakan bahwa kegagalan itu disebabkan pemberontakan atas
ayahnya, yang menginginkan Adolf Hitler mengikutinya berkarier sebagai
pegawai bea cukai. Hitler berkeinginan menjadi seorang pelukis dibandingkan
mengikuti jejak ayahnya. Setelah Alois meninggal pada 3 Januari 1903, tidak ada
perkembangan berarti dalam pendidikannya di sekolah. Pada usia 16 tahun, ia
keluar dari sekolah tanpa gelar apapun.57
Ketika beranjak usia dewasa, Hitler memiliki keinginan untk
melanjutkan sekolah. Pada tahun 1905, ia menjalani kehidupan baru di Wina
dengan dukungan dari ibunya . Ia ditolak dua kali oleh Akademi Seni Wina
(1907–1908). Pada 21 Desember 1907, ibu Hitler meninggal karena kanker
56
Quarrie, Waffen-SS : Pasukan Elite Nazi, 55
57
Thedore Rusel, Seri Orang Termasyhur: Adolf Hitler, 17.
38
payudara pada usia 47 tahun. Diperintahkan oleh pengadilan Linz, Hitler
memberikan bagiannya atas pensiun ayahnya sebagai anak yatim kepada saudara
perempuannya Paula.58
Ketika dia berumur 21 tahun, ia memperoleh warisan dari seorang
bibinya, tetapi setelah itu Hitler pergi untuk melanjutkan studinya di Wina. Hitler
berjuang sebagai pelukis di Wina, menyalin gambar dari kartu pos dan menjual
lukisannya pada turis59. Setelah ditolak untuk kedua kalinya pada sekolah seni,
Hitler kehabisan uang. Pada 1909, ia hidup di penampungan untuk tunawisma.
Hitler menerima bagian terakhir dari kekayaan ayahnya pada bulan Mei 1913 dan
pindah ke Munich.
Pindahnya Hitler ke Munich juga membantunya menghindar dari wajib
militer di Austria tetapi tentara Austria akhirnya berhasil menangkapnya. Setelah
pemeriksaan fisik, Hitler dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk menjalani
wajib militer dan diizinkan kembali ke Munich. Tetapi, ketika Jerman memasuki
kancah Perang Dunia I pada Agustus 1914, Hitler mengajukan petisi kepada Raja
Ludwig III Bavaria untuk mengizinkannya bertugas dalam resimen Bavaria. Petisi
ini dikabulkan, dan Adolf Hitler tercatat dalam ketentaraan Bavaria
2. Kondisi Lingkungan
Ketika Perang Dunia I meletus, Hitler turut serta pada usia 25 tahun
sebagai pengantar pesan dalam pasukan Infantri Resimen Bavaria ke-16, dan ia
merupakan salah satu orang yang paling beruntung di medan pertempuran. Pernah
58
Rupert Butler, Hitler‟s Young Tigers: Sepak Terjang Remaja NAZI Pemuja Hitler
dalam Perang Dunia II, Jakarta: Planet Buku, 2008, h. 9.
59
Butler, Hitler‟s Young Tigers, 7.
39
suatu kali resimennya bertemu pasukan Inggris dan Belgia di dekat Ypres,
resimennya kehilangan 2.500 dari 3.000 orang, tewas, luka-luka atau hilang dan
Adolf Hitler lolos tanpa luka sedikitpun dan beberapa kali ia berdiri di satu tempat
dan kemudian berpindah ke tempat lain yang beberapa detik kemudian tempat dia
sebelumnya berdiri kejatuhan bom. Luka pertamanya didapatnya pada tanggal 7
Oktober 1916 tepat 2 tahun setelah ia terjun kedalam perang, akibat pecahan
mortir di perang di Kota Somme. Ketika gencatan senjata ditanda tangani pada
tanggal 11 November 1918, Hitler sedang dirawat di rumah sakit akibat terkena
serangan gas klorin dari inggris yang mengakibatkan buta sementara. Ketika itu
Hitler menjabat sebagai kopral.
B. Karir Politik Adolf Hitler
Pada juli 1921, Hitler kemudian berkecimpung secara langsung dalam
politik dan menjadi pengurus Partai Buruh Jerman (bahasa Jerman: Deutsche
Arbeiterpartei/DAP) pada bulan Juli 1921. Hitler menggunakan kebolehan
berpidatonya untuk menjadi ketua partai. Dia kemudian menukar nama DAP
menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) atau partai
Nazi.
Pada tahun 1929 NSDAP menjadi pemenang mayoritas dalam pemilihan
umum di kota Coburg, dan kemudian memenangi pemilu daerah Thringen.60
Presiden Jerman masa itu, Paul Von Hindenburg akhirnya melantik Hitler sebagai
Kanselir. Adolf Hitler (1889-1945) memimpin Jerman sebagai seorang diktator
sejak 1933 sampai dengan 1945. Ia mengubah Negara Jerman menjadi sebuah
mesin perang yang tangguh dan menyebabkan meletusnya Perang Dunia ke II
60
Adolf Hitler, Mein Kampf, 435.
40
pada tahun 1939. Pasukan Hitler sudah menguasai hampir seluruh daratan Eropa
sebelum mereka dikalahkan pada tahun 1945.
Selain itu pada tahun 1918 Hitler turut serta dalam pasukan Infantari
Regimen Bavaria ke 16. Hitler turut terlibat dalam 48 pertempuran dan pernah
tercedera dan juga terkena gas beracun. Ketika perletakan senjata 'Armistice'
ditandatangani pada 11 November 1918, Hitler sedang dirawat di rumah sakit.
Ketika itu Hitler memangku jabatan sebagai lance-koperal.
Hitler pernah menjadi seorang anggota tentara di Munich dan
terlibat dengan pemikiran tentang aktivitis Partai Pekerja German.Disitu
Hitler mula berkecimpung dalam politik secara tidak langsung. Hitler
kemudiannya berkecimpung secara langsung dalam politik dan menjadi
pengurus Partai Pekerja German pada bulan Julai 1921. Hitler kemudian
menukar nama Partai Pekerja German kepada Nationalist Socialist German
Workers Party (NSDAP) ataupun partai Nazi.61
Perlahan-lahan partai Nazi terbentuk dengan logo swastika, membentuk
pasukan penguat kuasa yang dikenal sebagai 'storm troopers' dan anti Yahudi.
Hitler mengecam secara mutlak Perjanjian Perdamaian Versailles dan mereka
yang terlibat dengannya. Pada bulan November 1923, Hitler melancarkan 'putsch'
perubahan kuasa di Munich tetapi gagal. Akibat dari itu, Hitler telah di penjara
Landesburg dan apabila Hitler sudah keluar dari penjara, Hitler menjadi lebih
mengerti dalam seluk beluk politik. Hitler masih mengamalkan taktik kekerasan
tetapi pada masa yang sama Hitler menjalin hubungan erat dengan pihak
61
Adolf Hitler, Mein Kampf, 541..
41
konservatif yang ingin menggunakannya sebagai alat menentang ancaman
komunis.62
Hitler kemudian menggunakan kebolehan berpidatonya untuk menjadi
ketua partai, dan menukar nama partai kepada partai Nazi 'National Socialist
German Labour Partai. Hitler membentuk gerakan anti yahudi, anti demokrasi dan
kepercayaan kepada yang berkuasa. Hitler menjalankan dasar memberi
sedikit keistimewaan kepada mereka yang mendukung, mengancam mereka yang
menentang
dan
Hanya
propaganda
pada
tahun
bersifat
1929
patriotik
partai
Nazi
kepada
orang
awam.
memenangkan
undian
bandar Coburg, dan kemudiannya memenangkan undian daerah Thuringia.
Bagaimanapun semenjak 1928, Nazi memenangi daerah demi daerah secara
berterusan. Dalam pengundian parlimen Reichstag 1928, partai Nazi memenangi
809,000 undian. Pada tahun 1930, partai Nazi memenangi 6,401,016 undi untuk
perwakilan Nazi, sementara tahun 1932 sebanyak 13,732,779.63
Ini merupakan suatu bukti pengaruh masa kedudukan Hitler. Selain itu,
dukungan kepada Hitler disebabkan banyak perkara lain termasuk keselamatan
ekonomi yang penat akibat pembayaran pampasan perang, penghinaan oleh
Perjanjian Perdamaian Versailles, dan keinginan oleh rakyat Jerman untuk
mempunyai seorang pemimpin yang dapat membawa mereka mencapai kembali
kegemilangan yang lampau.
Ekonomi Jerman yang musnah akibat inflasi 1929 - 1934 dan kadar
pengangguran sehingga 7,000,000 menyebabkan seluruh industri berhadapan
62
63
Ebenstein, Isme-Isme yang Mengguncang Dunia, 124.
Sabrina Maharani, Hitler Tidak Mati di Bunuh, (Jakarta: Buku Kita, 2010), 45.
42
dengan kegagalan. Sepanjang 1930 dan sehingga 30 Januari 1933, undian partai
Nazi meningkat secara berterusan dan Presiden Paul von Hindenburg akhirnya
melantik Hitler sebagai Perdana Menteri 'Chancellor'.
Hitler
menggunakan
kedudukannya
sebagai
Chancellor
untuk
menghapuskan penentang-penentangnya. Pada malam yang dikenal sebagai
Malam Pisau Panjang"The Night of the Long Knives" Hitler membunuh semua
penentangnya dalam partai Nazi. Hitler juga menyalahkan Komunis dan Yahudi
atas kelembapan ekonomi dan berjaya meraih dukungan angkatan tentara dengan
anggota polisi bekerja sama dalam melengkapkan peralatan senjata jerman.64
Dalam
menyelesaikan
pengangguran
dengan
melancarkan
projek
pembangunan umum dan perlengkapan senjata yang pesat, termasuk pembentukan
tentara tetap yang baru. Sehinggah membentuk Jabatan Buruh Negara Jerman
'German Labour Corps'dan memaksa musuh politik, Yahudi, Komunis, dan
Sosialis untuk bekerja keras di kemah tahanan sehingga mati. Hitler berjaya
mengobarkan semangat rakyat Jerman yang selama ini muram akibat kalah
perang. Hitler kini mendapat sokong penuh semangat oleh kebanyakan rakyat
Jerman.65
Di bawah pemerintahan Hitler dan partai Nazi, rakyat Jerman bersatu.
Hitler membakarsemangat rakyat Jerman dengan pencapaian hebatnya. Partai
Nazi terus menerima dukungan umum walaupun Komunis menolak dakwaan
partai Nazi bahwa ia merupakan partai yang mementingkan orang ramai 'sosialis'.
Parti Nazi telah menjanjikan rancangan kereta murah untuk rakyat, kemudahan
64
Adolf Hitler, Mein Kampf: Edisi Lengkap, 323.
65
Adolf Hitler, Mein Kampf: Edisi Lengkap, 358.
43
untuk pekerja, termasuk rancangan pembangunan bandar Jerman yang hebat66.
Setelah mengalami masalah pengangguran dan kesempitan ekonomi, pencapaian
dan janji Hitler menyebabkan rakyat biasa Jerman menjadi bangga dan
menguatkan lagi sokongan kepada Hitler. Hitler memukau rakyat Jerman dan
negara asing. Dengan memperlihat kekuatan ketentaraan Jerman, Hitler merampas
daerah Saar, Rhineland, Austria
Sudetenland, Memel. Hitler berajak untuk
mendirikan Reich Ketiga Persekutuan Ketiga seperti yang pernah didirikan
oleh Reich Pertama Empire Roman Suci 962 - 1806, Reich Kedua 1817 – 1918.67
Dengan itu, dalam satu pertemuan Pada Tanggal 29 September 1938 di
Fuhrerhaus, Munich, Jerman, dengan Perdana Menteri Neville Chamberlain dari
GreatBritain;Premier Edouard Daladier dari France; and Diktator Benito
Mussolini dari Italy, Hitler memansuhkan Perjanjian Versailles.
Hitler kemudiannya menakluk Austria dan pada musim panas dan awal
musim, Hitler bertindak mengancam Czechoslovakia, memaksa Czechoslovakia
untuk menyerah tanpa pertumpahan darah dan menjadikan bekas presiden
Czechoslovakia, Eduoard Bones sebagai orangan buangan daripada negara
yang pernah dibentuk olehnya sendiri.68 Czechoslovakia menjadi negara yang
tunduk kepada Jerman. Hitler Berjaya dan dapat berbuat sesuka hatinya di Eropa
Barat disebabkan oleh keakuran British dan kemudian Perancis untuk memenuhi
keinginannya dengan harapan Hitler akan berhenti setelah mencapai segala
maksudnya. Ini disebabkan pihak British dan Perancis sudah sering dengan
66
Adolf Hitler, Mein Kampf: Edisi Lengkap, 358.
Adolf Hitler, Mein Kampf: Edisi Lengkap, 192.
68
Ruper Butler, Hitler Young Tigers (Sepak Terjang Remaja NAZI Pemuja Hitler dalam
Perang Dunia II), (Jakarta: Planet Buku, 2008), h. 73.
67
44
peperangan Dunia Pertama dan ingin mengelakkan peperangan sekali lagi.
Pada akhir 1938, ternyata polisi keamanan dengan seruannya yakn "peace
with honor" yang diamalkan oleh Perdana Menteri Neville Chamberlain dari
Great
Britain
gagal.
Seluruh
rakyat
British,
diketuai
oleh
Churchill
mempersoalkan dan marah akibat buruknya perlakuan polisi untuk memuaskan
hati Hitler. Dikalangan rakyat Perancis juga timbul perasaan bahwa Premier
Edouard Daladier telah menjadikan Perancis sebagai kuasa kelas kedua dengan
hanya menandatangani perjanjian Munich.
Adolf Hitler mengancam seluruh Eropah dengan kekuatan ketenteraan
Jerman dan pada akhir tahun 1938, Hitler telah menguasai tambahan sepuluh juta
orang dibawah pemerintahannya69, menjadikannya sebagai pemerintah mutlak
yang paling berbahaya diseluruh dunia pada masa itu. Pengaruh Hitler melampaui
sempa dan Jerman dan negara-negara jiran yang kecil seperti Denmark, Norway,
Czechoslovakia,Lithuania,
Negara-negara
Balkan,
Luxembourg,
Belanda
'Netherland'bimbanguntuk membantah perbuatannya.
Partai Nazi terlibat terang-terangan di Spanyol, memulai pemberontakan di
Brazil, dan membantu kebangkitan di Romania, Hungary, Poland dan Lithuania.
Aktivitas Hitler mendapat tentangan hebat oleh pencinta kebebasan dan partai
Nazi mulai merasakan ada sesuatu yang membhayakan keselamatan mereka.
Menteri propoganda Hitler, Paul Joseph Goebbels melancarkan peperangan
69
Vincent Bero, Musolini diantara Bayang-Bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci,
(Jakarta: Transmedia Pustaka, 2007), h. 15.
45
terhadap kebebasan bersuara dengan menuduh mereka sebagai komunis dan
melancarkan propaganda hancurkan komunis "Down with Communism".70
Pendidikan di Jerman hanyalah pelajaran wajib tentang parti Nazi.
Kesemua tekanan ini menjadikan semakin ramai yang tidak tahan dengan tindaktanduk Nazi bertindak meninggalkan Jerman. Mereka termasuk puak Yahudi,
liberal, konservatif, Khatolik,danProtestan.Jerman menjadi negara ketenteraan di
mana kanak-kanak belajar melontar bom tangan,wanita dianggap hanya sebagai
alat untuk beranak.71
70
Ruper Butler, Hitler Young Tigers (Sepak Terjang Remaja NAZI Pemuja Hitler dalam
Perang Dunia II), (Jakarta: Planet Buku, 2008), h. 23.
71
h. 15.
Vincent Bero, Musolini diantara Bayang-Bayang Hitler dan Romantika Clara Petacci,
46
BAB IV
PENGARUH ADOLF HITLER PADA PERKEMBANGAN SOSIAL,
EKONOMI, DAN POLITIK DI JERMAN PADA TAHUN 1933-1939
A. Naiknya Adolf Hitler ke Panggung Kekuasaan Jerman
Terlepas dari semua teori tentang fasisme, Hitler pernah mengatakan
kepada
rakyat
Jerman
bahwa,
jika
kamu
semua
menginginkan
atau
memerintahkan saya, saya akan bekerjasama di mana setiap rakyat akan
mendapatkan bagiannya. Para petani akan mendapat perlindungan untuk
pertaniannya, industrialis akan mendapatkan perlindungan produknya, konsumen
akan mendapatkan perlindungan untuk barang yang dibelinya, gaji guru akan
dinaikan, pensiun pegawai negeri akan diperbaiki, para janda dan yatim piatu
diasuh oleh negara, perdagangan dikembangkan, tarif diturunkan.72
Perkatannya ini mengindikasikan begitu kerasnya Hitler terhadap konsep
yang dikenalkannya bahwa motifasinya untuk membangun Jerman adalah untuk
membangkitkan Jerman dari kehancurannya, berada dibawah genggaman penjajah
yang ia sebut konsepnya dengan nama Folkish.73
Pra kekuasaannya di Jerman Hitler mengawali bergabung dengan partai
buruh Jerman. Visi politiknya begitu jelas, yaitu mengembalikan harkat dan
martabat bangsa dan negara Jerman yang terinjak-injak oleh penjajah. Dan
mengangkat ras Arya sebagai superioritas, dan menghancurkan bangsa-bangsa
yang dianggapnya ras rendah.74
72
Adolf Hitler, Mein Kamp. 409.
73
Adolf Hitler, Mein Kamp 418.
74
Wiliam Ebeinsten, Isme-isme yang Mengguncang Dunia,103.
47
Kemampuannya dalam berpidato menjadi magnetis tersendiri terhadap
orang-orang yang mendengarnya, sehingga dalam kurun waktu dua tahun, yaitu
pada 1921 Hitler naik menjadi pemimpin partai (Fuehrer), dan dirubahnyalah
nama partai menjadi NAZI. Dalam partai inilah Hitelr mengembangkan suasana
berbau militerisme, kedisiplinan, dan loalitas penuh, Hitelr juga untuk pertama
kalinya seorang pemimpin partai yang mengembangkan tradisi yang ekslusif
seperti salam penghormatan khas NAZI, yang kelak dipakai secara menyeluruh di
Jerman dan negara-negara jajahannya.75
Pada tahun 1923 NAZI yang dipimpin Hitler melakukan kudeta terhadap
pemerintahan yang sah, dengan menyandera kepala pemerintahan propinsi
Bavaria Gustaf von Kahr, dan mendeklarasikan susunan pemerintahan nasional
“The Munich Beer Hal Putsch”, namun Hitler dapat ditangkap dan dipenjarakan,
ketika dalam penjara inilah Hitler menyusun ―Mein Kampf‖ yang nantinya bakal
menjadi buku wajib rakyat Jerman.
Agresivitas Hitler dan kawan-kawan dalam berkampanye membuat partai
NAZI semakin diperhitungkan dalam kancah polik nasional, sehingga pasca
kebebasannya, justru Hitler diajak oleh pemerintah untuk beroposisi. Namun
Hitler menolak kecuali ia dijadikan sebagai Kanselir Jerman. Akhirnya presiden
Hindenburg memberikan jabatan kanselir pada tanggal 30 januari 1933.76
Setelah Hitler menguasai Jerman yang di mulai pada tahun 1933 memegang
jabatan sebagai kanselir, maka pada waktu itulah Hitler mulai merealisasikan
75
Agustinus Pambudi, The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler), 30.
76
Agustinus Pambudi, The Death of Adolf Hitler, 40.
48
konsep Folkish.77 Akan tetapi setelah berjalannya roda pemerintahan di bawah
genggamannya,
justru konsep folkish yang Hitler jalankan, dengan sistem
Fasismenya menjadikan dia seorang diktator.78 Dengan tidak segan-segan dia
melakukan pembantaian dan pembunuhan terhadap orang-orang yang berbeda
pendapat dengannya.
Sebulan setelah Hitler menjabat sebagai kanselir, presiden Hindenburg
meninggal, maka para jendral setuju untuk menaikan Hitler sebagai presiden,
sekaligus panglima tertinggi militer Jerman. Setelah itu rakyat Jerman diminta
untuk menyatakan pendapat berkaitan dengan kediktatoran dan kekuasaan mutlak
Hitler, setelah itu dilakukanlah pemilihan umum dan Hitler mendapat 90% suara
dari rakyat Jerman.79
B. Strategi Kekuasaan Adolf Hitler di Jerman
Setelah jatuhnya kekuasaan despotik Jerman dengan sekutu, maka Hitler
mempersiapkan program-program kerjanya untuk negara Jerman yang ia tulis dan
ia tuangkan dalam sebuah literatur yang bernama Mein Kampf. Karena Hitler
menganggap bangsa Arya adalah bangsa yang luhur, maka Hitler pertama kali
melakukan80:
Menarik hati rakyat Jerman yang termarjinalkan
dan keterpurukan
ekonomi melalui propaganda partai NAZI. Hal ini seperti apa yang Hitler katakan
dalam Mein Kampf bahwa propaganda harus berjalan lancar di depan organisasi
77
Adolf Hitler, Mein Kamp , 419
78
Agustinus Pambudi, The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler), 42.
79
Darma Aji, Menantang Diktator (Konspirasi Rahasia Anti Hitler), Jakarta: Kompas,
2006, h. 75.
80
Agustinus Pambudi, The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler), 44.
49
dan bersatu dengan karakter manusia untuk berkembang. Dengan kondisi rakyat
sedang dalam ketertindasaan, maka hal untuk menarik hati rakyat Jerman dengan
dalih menuju perkembangan dan demi kemajuan Jerman.81
Demi perjuangannya itu juga, Hitler
harus Mendiskriminasi bangsa
Yahudi dari perekonomian Jerman, karena menurutnya bangsa Yahudilah yang
menyebabkan rakyat Jerman (ras arya) menjadi warga dunia yang rendah.82
Sehingga hal ini sangat penting agar rakyat Jerman bisa bebas melakukan
kemajuan ekonomi tanpa hegemoni bangsa Yahudi. Selain bangsa Yahudi Hitler
pun menanamkan rakyat Jerman untuk membenci bangsa Salavia, yaitu dengan
memperlakukan seperti halnya bangsa Yahudi dengan mendiskriminasi bangsa
Salavia yang sering ia sebut-sebut di mein Kampf bahwa selain Yahudi, bangsa
Salavia jugalah yang telah menyebabkan bangsa Jerman hancur83.
Dalam bukunya main kamp, Hitler menyatakan bahwa di dalam berpolitik
haruslah sang fuehrer memiliki kharisma yang tidak hanya untuk menarik hati
rakyatnya, akan tetapi memiliki wibawa di hadapan militer sehingga dapat
mengusai militer dalam negara itu. Karena tanpa dukungan dari militer sulit sekali
bagi seseorang untuk menguasai negara itu secara cepat, dan selain itu militer
digunakan untuk membersihkan para pemberontak, dan menjadi perisai keamanan
suatu negara84. Hal ini dibuktikan oleh hitler, dimana pada tahun 1934 sebelum
81
Agustinus Pambudi, The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler), 54.
82
Jules Archer, Kisah Para Diktator ,142.
83
Jules Archer, Kisah Para Diktator, 151.
84
Adolf Hitler, Mein Kamp , 613.
50
dia mengirim pasukan militernya untuk menguasai daerah Rhein yang bertujuan
melecehkan keberadaan Liga Bangsa-Bangsa dengan merobek perjanjian
versailes, dia melakukan sentuhan langsung dengan berkumpul serta tidak segansegan untuk makan bersama-sama militernya. Hal ini adalah salah satu cara yang
dilakukan Hitler agar dia bisa dekat dengan militer dan menguasai militer Jerman
sepenuhnya.85
Selain itu dengan naiknya hitler dengan menyatakan dia adalah penguasa
yang absolut, Hitler juga melakukan penunggalan partai, yaitu hanya partai NAZI
agar menurutnya negara ini tetap menjadi satu untuk sebuah perjuangan yang akan
dilakukan oleh sebuah massa sejati dari konsepsi-konsepsi dan terbabas dari
opini-opini tradisional lama. Dan dengan penunggalan partai hal ini berarti negara
berada dibawah kekuasaannya.86
1. Intervensi Kebijakan Politik Adolf Hitler
Pada masa kekuasannya, Hitler menerapkan sistem totaliter di Jerman.
Karena ini terlihat dari aktifitas politik masa kekuasaanya dimana Hitler
menunggalkan partai NAZI, dan menjadi penguasa yang tidak bisa digantikan
oleh manusia dan partai apapun (penguasa diktator). Oleh karena itu, pengaturan
pemerintah secara totaliter oleh suatu kediktatoran partai tunggal yang sangat
nasionalis, militeris dan imprealis adalah sebuah sistem yang hanya berlaku pada
ideologi fasisme.87
85
Agustinus Pambudi, The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler), 49.
86
Adolf Hitler, Mein Kamp, 407.
87
Wiliam Ebeinsten, Isme-isme yang Mengguncang Dunia ,103.
51
Untuk membentuk Negara totaliter pemerintahan harus dipimpin oleh satu
pemimpin yang bertanggung jawab atas segala-galanya artinya pemerintahan
harus disusun secara diktaktor.Adolf Hitler selalu menekankan kepada pemuda
Jerman bahwa bangsa Jerman adalah bangsa yang besar yang ditakdirkan untuk
memerintah dunia karena bangsa Jerman adalah bangsa berdarah Arya, yang
merupakan pangkal kekuatan jerman. Namun kekuatan itu sedang terbelenggu
oleh kekuatan asing, yaitu bangsa Yahudi dan Komunis. Orang Yahudi sebagai
penyebab semua itu harus dimusnahkan. Selanjutnya, kata Adolf Hitler untuk
melepaskian diri dari penderitaan dan meluaskan ruang hidup, Jerman harus
membentuk angkatan perang yang sangat kuat yang dipimpin oleh seorang Fuhrer
( pemimpin besar ).88
Dipentas kekuasaannya, Hitler menerapkan ideologi fasisme di Jerman.
Karena Hitler juga termasuk orang yang tertarik terhadap ideologi fasis yang
diterapkan Benito Musolini di Italia. Dalam Main Kampf, Hitler menyebut
Musolini sebagai sebagai seorang manusia agung (a great man) berkelas dunia.89
Ideologi fasisme dianggap yang paling kejam, akan tetapi juga yang paling
populer, hal ini disebabkan oleh semakin mengganasnya gerakan-gerakan Fasis
melalui berbagai sokongan yang semakin bertambah.90 Sebagai pemimpin Nazi
Hitler beranggapan bahwa sesungguhnya bangsa Arya merupakan bangsa
tertinggi di atas bangsa lain yang ada di dunia, oleh karenanya Hitler
88
Adolf Hitler, Main Kamp, h.547
89
Adolf Hitler, Main Kamp, h. 512.
90
William Ebenstein. Isme-isme yang Mengguncang Dunia ,105.
52
menginginkan agar bangsa Arya dapat disegani oleh bangsa-bangsa yang lainnya
termasuk Yahudi yang mendominasi Jerman.
Hal penting yang pertama dilakukan oleh Hitler adalah menyadarkan
kembali bangsa Arya agar dapat terbebas dari belenggu Yahudi kerap
menimbulkan penyiksaan-penyiksaan terhadap suku Arya sendiri, maka sejak
saat itu berkembanglah ideology Fasisme yang sengaja ditanam oleh Hitler dihati
bangsa Arya.91
Sesuai dengan pengertiannya, Fasisme adalah peraturan pemerintah dan
masyarakat yang secara totaliter oleh kediktatoran partai tunggal yang sangat
nasionalis, rasialis, militer dan agresif impearialis, oleh karenanya Fasisme yang
dianut oleh Jerman disebut Nazisme karena partai tunggal yang berkuasa pada
saat itu adalah Nazi yang dipimpin oleh Hitler pasca Perang Dunia I.92
Munculnya Fasisme yang dicanangkan oleh Adolf Hitler seiring dengan
tekanan Hitler kepada pemuda Jerman yang menegaskan bahwa Jerman harus
menjadi bangsa yang besar dan dapat memimpin dunia, Hitler meyakinkan bahwa
bangsa Arya harus segera melepaskan diri dan harus memusnahkan Yahudi.93
Fasisme yang ditanamkan oleh Hitler tampaknya berhasil menggaungi hati
pemuda yang sengaja dibentuk oleh Hitler untuk menjadi bagian dari bangsa yang
kuat. Fasisme lahir dari sebuah sistem politik yang penganutnya memiliki
kesamaan pokok dalam dunia politik, begitupun Nazisme yang diciptakan di
Jerman yang dapat dikategorikan memiliki kesamaan pengertian dan tujuan
91
Jules Archer, Kisah Para Diktator ,132.
92
Jules Archer, Kisah Para Diktator, 124.
93
Jules Archer, Kisah Para Diktator, 143.
53
dengan Fasisme. Akan tetapi Nazisme di sini lebih menekankan persoalan
nasionalisme dan rasialisme.94
Peristiwa-peristiwa Depresi Besar menghasilkan gelombang internasional
fasisme dan penciptaan rezim fasis berganda dan rezim yang mengadopsi
kebijakan fasis. Rezim yang paling penting fasis baru Nazi Jerman, di bawah
kepemimpinan Adolf Hitler. Dengan bangkitnya Hitler dan Nazi berkuasa pada
1933, demokrasi liberal dibubarkan di Jerman, dan Nazi dimobilisasi negara untuk
perang, dengan tujuan ekspansionis teritorial terhadap negara-negara ganda. Pada
tahun 1930 dilaksanakan Nazi hukum rasial yang sengaja didiskriminasi, dan
menganiaya orang-orang Yahudi, homoseksual, dan kelompok-kelompok ras dan
minoritas lainnya.
Fasis Hungaria Gyula Gombos naik ke tampuk kekuasaan sebagai Perdana
Menteri Hongaria pada 1932 dan mengunjungi Fasis Italia dan Nazi Jerman untuk
mengkonsolidasikan hubungan baik dengan dua rezim.
Gerakan Besi fasis Guard di Rumania melonjak dalam dukungan politik
setelah tahun 1933, mendapatkan perwakilan dalam pemerintahan Rumania, dan
seorang anggota Garda Besi Rumania dibunuh perdana menteri Ion Duca.
Berbagai pemerintah para-fasis yang dipinjam unsur-unsur dari fasisme
terbentuk selama Depresi Besar termasuk Jerman , Italia, Yunani, Lithuania,
Polandia, dan Yugoslavia International gelombang fasisme dan Perang Dunia II
(1929-1945).
Kondisi politik pasca kemenangan Hitler di Jerman, setelah Naiknya Hitler
ketangga kekuasaan, tidaklah hanya berhenti sampai kemenangannya di pemilu
94
Jules Archer, Kisah Para Diktator,149.
54
yang mencapai suara rakyat hampir 90%. Justru sejak saat itu, Hitler menjadi
homogen, dimana Hitler meyakinkan rakyat Jerman bahwa apa yang ia benci,
maka rakyat pun harus benci. Dan apa yang ia senangi, maka rakyatpun harus
suka. Bahkan mentri propaganda Hitler, Goebbels melakukan revisi terhadap mein
kampf Hitler agar semua isi dari literatur itu bisa dicerna oleh kalangan orang
banyak. Dan hal ini disetujui oleh Hitler, yang menjadikan Mein Kampf menjadi
buku pedoman rakyat Jerman.95
Selain itu untuk mengusai medan politik dalam negri, Hitler menetapkan
posisi-posisi penting dalam negri hanya di jabat oleh orang-orang yang loyal
kepada NAZI. Dan partai-partai politik selain NAZI pun diberanguskan. Sehingga
wadah aspirasi rakyat Jerman, hanyalah satu yaitu partai NAZI.96
Diktator ini benar-benar melakukan politik refresif terhadap segala hal
yang berbau penghianatan dan pemberontakan. Partai NAZI melakukan
pengawasan secara langsung terhadap media masa dan radio. Serta buku-buku
yang terindikasi berbahaya pada kekuasaan Hitler dibakar, selain itu melakukan
filterisasi terhadap guru-guru disekolah, sekaligus menjadikan propaganda cinta
NAZI menjadi mata pelajaran yang wajib.97
Genap sepuluh tahun Hitler memerintah tepatnya 20 juli 1944, yang kala itu
dalam kondisi perang tentu mempengaruhi kondisi politik didalam negri, begitu
juga yang terjadi di Jerman. Politik saat itu masih bisa terkendalikan oleh Hitler
sang furher, meski banyak terjadi pemberontakan seperti pada tubuh militer yang
95
Agustinus Pambudi, The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler), 44.
96
Agustinus Pambudi, The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler), 45.
97
Agustinus Pambudi, The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler), 46.
55
anti Hitler sempat melakukan oprasi pembunuhan terhadap Hitler, namun rencana
itu gagal dan diketahui Hitler. Sebagai balasan atas perbuatan itu, Hitler menyeret
komplotan jaringan stauffenberg yang anggotanya adalah para jendral yang pada
akhirnya Hitler menggantung mereka hidup-hidup pada kail-kail dimuka umum .98
2. Pembenahan Ekonomi di Jerman
Dalam pemerintahan republik ini, Jerman mengalami berbagai macam
kesulitan, Baik dalam keuangan ( Inflasi ) maupun kekacauan ekonomi (Malaise).
Dalam keadaan Negara yang kacau tersebut rakyat Jerman mengharapkan orang
yang kuat untuk memperbaiki keadaan. Dalam suasana yang kacau ini muncullah
Adolf Hitler dengan partai Extrim yaitu NAZI.
Tetapi setelah kenaikanya, walaupun Hitler melakukan kejahatan teramat
keji terhadap rakyat negara-negara lain, tetapi juga berjasa bagi rakyat Jerman,
jika tidak, mustahil dia mendapatkan dukungan fanatisme dari orang Jerman (kala
itu). Hitler dengan gerakan cepat melakukan revolusi industri dengan melakukan
pembangunan industri besar-besaran atau dikenal dengan jaman renaissance di
Jerman untuk mengembalikan kehidupan ekonomi di jerman, khususnya untuk ras
arya agar dalam kehidupan ekonomi negara lebih baik. Sehingga pendapatan
perkapita tahun 1940 di Jerman naik melonjak.99 Meskipun disisi lain, seiring
dengan bertumbuhnya perekonomian
di Jerman, Hitlerpun berencana
memabngun meningkatkan tekhnologi untuk keperluan perang.100
98
Agustinus Pambudi, The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler), 69.
99
Rupert Butler, Hitler‟s Young Tigers,138.
100
Rupert Butler, Hitler‟s Young Tigers, 53.
56
Hitler sering sekali melakukan kunjungan-kunjungan ke pabrik-pabrik
melihat perkembangan industri di Jerman, ia juga sesekali menyempatkan waktu
melihat kondisi pertanian di Jerman saat itu. Sehingga dalam kurun waktu yang
tidak lama Hitler berhasil melajukan kondisi perekonomian Jerman yang tadinya
terpuruk, menjadi negara yang kaya selain itu pendapatan perkapita negara pada
jaman Hitler naik melonjak dua kali lipat dibandingkan sebelum Hitler.101
Data menunjukkan, empat tahun setelah Hitler berkuasa, PDB Jerman
tumbuh sebesar 102%, pendapatan nasional meningkat dua kali lipat, pendapatan
per kapita hanya di bawah Inggris dan Amerika Serikat, pengangguran dari
semula 6 juta berkurang menjadi hanya 40.000, dan tingkat pengangguran dari
30% anjlok menjadi 1,3%; bersamaan itu menyelesaikan pembangunan jaringan
jalan raya bebas hambatan nasional, mereformasi sistem basis industri berat, juga
melengkapi negaranya dengan sebuah tentara modern.102
Jerman yang awalnya memiliki defisit dan tingkat pengangguran tertinggi
dan telah benar-benar di ambang kebangkrutan, naik menjadi peringkat kedua
negara ekonomi kuat dunia dan telah menciptakan keajaiban kebangkitan
ekonomi.
Hitler memenuhi janji kampanyenya untuk membuat rakyat Jerman
mencapai kesejahteraan umum bukan hanya membiarkan beberapa orang yang
menjadi kaya lebih dahulu, melainkan memberikan mayoritas kelas buruh dan
kelas karyawan bersama-sama menjadi sejahtera.103
101
Thedore Rusel, Seri Orang Termasyhur (Adolf Hitler), 55.
102
http;//www.the pouch time; Interet; diunduh hari kamis tgl 20 februari 2013
103
http;//www.the pouch time; Interet; dunduh pada jum‘at tanggal 21 februari 2013
57
Sebagai contoh perusahaan mobil Jerman Volkswagen yang didirikan pada
1938, tujuannya adalah agar rakyat biasa mampu membeli mobil. Selain itu, selain
lingkungan kerja para pekerja telah ditingkatkan, juga setiap tahun dapat pergi
berlibur ke luar negeri, hal seperti ini di Inggris dan Amerika Serikat belum
pernah terjadi. Dikatakan bahwa pada saat itu hampir semua barang yang mampu
dibeli oleh kelas buruh.
Peningkatan cepat kekuatan nasional, sangat meningkatkan martabat
nasional, rasa bangga diri dan konsep atribusi, sehingga mereka berkumpul di
bawah komando Hitler. Hitler, seorang yang yakin baha ia harus memimpin, tak
boleh ragu, tampil ke mimbar dan menciptakan sebuah pemerintah yang aktif
mengatur perekonomian. Jual beli mata uang asing dikontrol. Pemakaian barang
impor diusahakan dibatasi. Jerman, dengan itu semua muncul sebagai suatu
prestasi yang unik pada zaman resesi tahun 30-an: tak ada orang yang
menganggur, dan harga-harga stabil.104
3. Tujuan Fasisme Hitler
Depresi Jerman ditahun 1930-an memberikan kesempatan yang ditunggu
Hitler. Dengan pabrik-pabrik Jerman yang tutup dan enam juta orang tanpa
pekerjaan, NAZI barhasil menyusun barisan orang-orang yang tidak puas ini.105
Krisis ekonomi dan politik di Jerman yang berlarut-larut sehingga
menimbulkan kesengsaraan terhadap rakyat Jerman, yang mana rakyat inilah yang
dianggap oleh Adolf Hitler sebagai bangsa Arya, yaitu bangsa yang sangat luhur
dibandingkan dengan ras-ras yang lain.
104
http;//www.kompas.com; Internet; diakses pada tanggal 21 februari 2013.
105
Rupert Butler, Hitler‟s Young Tigers, 145.
58
Tujuan umum Fasisme adalah untuk membuat individu dan masyarakat
berfikir dan bertindak secara seragam, sehingga untuk mencapai sebuah tujuan
tersebut para Fasis harus menggunakan kekuatan dan kekerasan secara bersama
dalam segala hal. Fasisme sendiri menyatakan bahwa semua harus tunduk kepada
aturan mereka, jika ada salah seorang saja yang tidak tunduk maka akan
selamanya menjadi musuh bagi kaum Fasis.106
Begitu pun yang terjadi di Jerman, tujuan dari Fasisme Hitler adalah tidak
jauh berbeda dengan tujuan Fasisme secara umum. Hitler menggemborkan
Fasisme agar penduduk khususnya pemuda Jerman memiliki kesamaan dalam
berfikir dan bertindak, sehingga kekuatan yang dimiliki akan semakin bertambah.
Lebih khususnya lagi Hitler mencanangkan Fasisme di Jerman agar bangsa
Arya dapat merebut kembali kekuasaan Jerman dari dominasi Yahudi, kemudian
meluas untuk menguasai dunia melalui kekuatan dan keberanian dalam membela
bangsa dan tanah air dengan cara menanamkan doktrin bahwa bangsa Arya adalah
nomor satu di bagian dunia mana pun. Fasisme yang dicetuskan Hitler ini lebih
memfokuskan terhadap kesejahteraan dan kemerdekaan Jerman yang selama ini
tertindas terutama kaum Yahudi yang dianggapnya telah semena-mena
memperlakukannya.107
106
http://matapasopati.blogspot.com/2011/08/sistem-politik-fasisme.html diakses pada
Oktober 2012.
107
Thedore Rusel, Seri Orang Termasyhur (Adolf Hitler), 50.
59
C. Politik Jerman Pasca Runtuhnya Fasisme Adolf Hitler
Jerman sebagai negara fasis yang sangat diperhitungkan kekuatannya oleh
percaturan politik dunia. Karena selain Italia, Jerman adalah negara yang melatar
belakangi terjadinya perang dunia II. Sehingga dengan keadaan tersebut pada
akhirnya membuat negara-negara Eropa yang lain, termasuk Amerika yang anti
fasis sangat geram terhadap Jerman, dan melakukan penyerangan terhadap Jerman
dan sekutu, yang menimbulkan terjadinya perang dunia II. Pada titik klimaksnya,
Jerman mengalami kekalahan yang menimbulkan keterpurukan kancah politik
didalam negaranya.
Hal ini ditandai dengan kematian Hitler yang dalam sejarah sangat
mengenaskan, yaitu didalam bunker yang isinya adalah keluarga dan mentri luar
negrinya Goebles, serta istri dan anak-anak mereka.108 Setelah kematian Hitler,
Jerman menyerah pada sekutu. Dan yang tersisa dari akhir peperangan oleh sang
Furher itu adalah kematian lebih dari 50 juta jiwa.109
Setelah kematian Hitler berakhirlah perang dunia II, setelah third reich
kolaps jalanan di Jerman tidak lagi dipenuhi derap kaki para perajurit yang
menyuarakan yel-yel penuh semangat atau teriakan sang fuehrer dari pengeras
suara melantangkan serangan. Tetapi dibalik kesunyian yang menandakan
berakhirnya kegelapan masa perang itu, yaitu sekitar 12 tahun perang itu berhenti.
Ironisnya, era kegelapan itu menjadi masa dimana konflik politik berkecemuk.
Dimana perebutan kekuasaan di Jerman terjadi yang mengakibatkan Berlin di
108
Agustinus Pambudi, The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler), 90.
109
Thedore Rusel, Seri Orang Termasyhur (Adolf Hitler), 98.
60
belah dua oleh tembok, tanah Jerman dibagi menjadi dua, dan sebagian rakyat
Jerman meneruskan kehidupannya dalam wilayah anti-demokrasi.110
Perubahan bingkai politik Jerman setelah kejatuhan Hitler tidaklah 100%
berhasil mengubah negara fasis itu menjadi negara yang demokratis. Tetapi
banyak faktor yang mempengaruhi kebijakan politik dalam negri, dimana
kebijakan itu di satu pihak disepakati, akan tetapi di pihak lain justru kebijakan itu
menjadi froblem baru sehingga percaturan politik Jerman saat itu sungguh dalam
keadaan chaos.
Dinamika partai politik yang saling bersaing memperebutkan pengaruh
dalam pemerintahan dan parlemen sangat menentukan arah kebijakan luar negeri
Jerman merespon isu perubahan iklim.
Tidak terlepas dari pengalaman buruk masa lalu yakni kegagalan sistem
politik zaman Republik Weimar dan masa kediktatoran Hitler yang menorehkan
luka mendalam rakyat Jerman. Atas dasar itu kemudian disusunlah Basic Law
1949 yang mengatur kehidupan demokrasi dan bernegara bangsa Jerman agar
tidak terulang kembali peristiwa buruk masa lampau. Dalam konstitusi yang
berlaku sejak tahun 1949 ini, Jerman adalah negara hukum yang menganut
pembagian
kekuasaan
penyelenggaraan
trias
pemerintahan
politika
pada
dengan
eksekutif,
memisahkan
legislatif
dan
kekuasaan
yudikatif.
Penyebaran kekuasaan ini menghasilkan sistem demokrasi parlementer yang
membutuhkan partisipasi dari banyak pihak serta mendorong adanya pengambilan
keputusan secara konsensus.111
110
Agustinus Pambudi, The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler), 187.
111
http;//www.kompas.com, diakses pada tanggal 21 februari 2013.
61
Pemerintahan koalisi yang terbentuk hampir dalam setiap pergantian
pemerintahan memungkinkan partai politik kecil didengar suaranya. Aturan
parliament treshold sebesar 5 persen membuat partai politik sekurangnya
memiliki wakil lebih dari 30 orang dari seluruh anggota parlemen yang berjumlah
614 orang. Kurang dari itu partai politik tidak berhak menempatkan wakilnya di
parlemen. Jumlah tersebut cukup bagi partai politik untuk memainkan peranannya
dalam parlemen yang menganut sistem demokrasi. Partai-partai politik kecil
seringkali menjadi bagian dari koalisi pemerintahan ataupun menjadi kelompok
oposisi di parlemen. Hal ini membuat partai kecil punya peluang untuk membawa
agenda perjuangannya ke dalam pembahasan resmi di parlemen baik sebagai
oposisi maupun rekan koalisi di pemerintahan. Hal ini terjadi dengan Partai Hijau
yang berhasil mengangkat isu lingkungan ke dalam agenda pembahasan politik di
parlemen. Gambaran sistem politik domestik Jerman ini akan menjadi landasan
dalam menguraikan dinamika politik domestik yang berlangsung sehubungan
dengan isu perubahan iklim global.112
Dan sampai saat ini Jerman selalu dalam kondisi dimana perbaikanperbaikan politik dilakukan dalam negaranya. Sehingga dari pemerintahan
diktator Hitler ini menjadikan pelajaran bagi Jerman untuk menjadi negara yang
demokratis.
112
http;//www.the pouch time. Diakses hari kamis tgl 20 februari 2013
62
BAB V
KESIMPULAN
Munculnya Adolf Hitler sebagai fuehrer yang mendalangi terjadinya
perang dunia II adalah sebagai anti thesis dari pergolakan politik, ekonomi, serta
kehidupan sosial rakyat Jerman. Sehingga pada akhirnya menimbulkan hasrat
Hitler untuk menunjukan pada dunia bahwa bangsa Arya tidaklah pantas untuk
ditindas, sehingga pada akhirnya timbullah keinginan untuk menguasi dunia
dengan ideologi fasismenya.
Fasisme adalah gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik. Fasis
berusaha untuk mengatur bangsa menurut perspektif korporatis, nilai, dan sistem,
termasuk sistem politik dan ekonomi. Mereka menganjurkan pembentukan partai
tunggal negara totaliter yang berusaha mobilisasi massa suatu bangsa dan
terciptanya negara yang ideal untuk membentuk suatu elit pemerintahan melalui
indoktrinasi, pendidikan fisik, dan eugenika kebijakan keluarga. Fasis percaya
bahwa bangsa memerlukan kepemimpinan yang kuat, identitas kolektif tunggal,
dan akan dan kemampuan untuk melakukan kekerasan dan berperang untuk
menjaga bangsa yang kuat. pemerintah Fasis melarang dan menekan oposisi
terhadap negara.
Fasisme didirikan oleh sindikalis nasional Italia dalam Perang Dunia I
yang menggabungkan sayap kiri dan sayap kanan pandangan politik, tapi condong
ke kanan di awal 1920-an. Para sarjana umumnya menganggap fasisme berada di
paling kanan. Fasis meninggikan kekerasan, perang, dan militerisme sebagai
memberikan perubahan positif dalam masyarakat, dalam memberikan renovasi
spiritual, pendidikan, menanamkan sebuah keinginan untuk mendominasi dalam
63
karakter orang, dan menciptakan persaudaraan nasional melalui dinas militer.
Fasis melihat kekerasan dan perang sebagai tindakan yang menciptakan regenerasi
semangat, nasional dan vitalitas.
Fasisme adalah anti-komunisme, anti-demokratis, anti-individualis, antiliberal, anti-parlemen, anti-konservatif, anti-borjuis dan anti-proletar, dan dalam
banyak kasus anti-kapitalis Fasisme. menolak konsep-konsep egalitarianisme,
materialisme, dan rasionalisme yang mendukung tindakan, disiplin, hirarki,
semangat, dan keinginan. Dalam ilmu ekonomi, fasis menentang liberalisme
sebagai gerakan borjuis dan Marxisme sebagai sebuah gerakan proletar untuk
menjadi eksklusif ekonomi berbasis kelas gerakan Fasis. ideologi mereka seperti
yang dilakukan oleh gerakan ekonomi trans-kelas yang mempromosikan
menyelesaikan konflik kelas ekonomi untuk mengamankan solidaritas nasional
Mereka mendukung, diatur multi-kelas, sistem ekonomi nasional yang
terintegrasi. Sistem inilah yang menarik perhatian Hitler, sehingga menjadikan
ideologi fasis sebagai solusi dari ketidakberesan di Jerman. Dan pada perjuangan
inilah dia memulai fasisme melalui partainya NAZI.
Apapun stetmen tentang NAZI, Adolf Hitler, dan Fasisme, hal yang
sebetulnya dituliskan oleh sang Furher ini adalah seperti apa yang tertuang
didalam Mein Kampf yang ditulisnya. Meskipun pada akhirnya banyak sekali
yang mengutuk Hitler dan meminta pertanggungjawabnnya atas terjadinya perang
dunia II. Akan tetapi, hal ini bila ditilik secara seksama, memang setelah tampuk
kekusaan di pegang oleh Adolf Hitler Jerman mengalami perubahan yang drastis
baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan perkembangan tekhnologi yang
pesat. Hal ini selaras dengan cita-citanya bahwa suku bangsa ras Arya haruslah
64
lepas dari ketertindasan bangsa Yahudi dan Salavia. Karena hanya ras Aryalah
yang paling luhur.
Kurang lebih dalam pemerintahannya dia menyatakan bhwa, hanya cinta
dan kesetian kepada rakyat sajalah yang telah memandu pikiran, tindakan, dan
kehidupannya. Selain itu Hitler mengatakan, bahwa aku atau siapapun orang
Jerman tidak menginginkan perang terjadi pada tahun 1939, yaitu perang yang
memicu terjadinya perang dunia II. Menurutnya perang itu sebenarnya
diprovokasi oleh negarawan-negarawan dunia yang berasal dari keturunan
Yahudi, maupun yang bekerja untuk kaum Yahudi.
Dan dalam salah satu literatur dituliskan bahwa sebenarnya Hitler pernah
menawarkan gencatan senjata atas pertanggungjawabannya terhadap terjadinya
perang dunia II. Akan tetapi, solusi yang ditawarkan Hitler ini ditolak oleh
Amerika, inggris, dan sekutunya. Dan Hitler pun menuliskan bahwa perang dunia
II seharusnya adalah tanggungjawab orang-orang Yahudi dan antek-anteknya.
Dari apa yang dituturakan Hitler, terlepas dari apakah benar atau hanya
pemutar balikan fakta sejarah. Tetapi pada intinya naskah atau dokumen
politiknya yang terakhir dia catat, yaitu political testament menyatakan Hitler
tidak menginginkan terjadinya preang dunia II. Dan munculnya Hitler ke
panggung kekuasaan hanyalah sintesis dari akibat perlakuan Yahudi, serta
dominasi kekuatan dari Amerika dan sekutunya, untuk menjadikan Jerman
sebagai negar boneka. dan ketidak becusan pemerintah Jerman sebelumnya yang
mengakibatkan rakyat menjadi korban penindasan.
Tetapi perang telah terjadi dan sejarahpun mencatat bahwa Hitler telah
kalah dan mati bunuh diri karena cita-citanya untuk menguasai dunia tidak
65
tercapai, akhirnya dia prustasi dan meninggalkan tapak tilas perang dunia II,
dengan korban hampir 50 juta jiwa atas tindakannya.
Dan keruntuhan Jerman setelah kematiannya adalah hasil dari hasratnya
yang tidak tercapai. Sehingga pada akhirnya Jerman dan berjuta-juta rakyatnyalah
yang harus menanggung penderitaan dari kediktatorannya.
63
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Darma. Menantang Diktator (Konspirasi Rahasia Anti Hitler). Jakarta: Kompas,
2006.
Archer, Jules. Kisah Para Diktator: Biografi Politik Para Penguasa Fasis, Komunis,
Despotis dan Tiran. Yogyakarta: Narasi, 2004.
Bungin, Burhan. metedologi Penelitian Kualitatif, Aktualisasi Metedologis Ke Arah
Ragam Farian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001.
Butler, Rupert .Hitler’s Young Tigers: Sepak Terjang Remaja NAZI Pemuja Hitler
dalam Perang Dunia II. Jakarta: Planet Buku, 2008.
Bero, Vincent. Musolini diantara Bayang-Bayang Hitler dan Romantika Clara
Petacci. Jakarta: Transmedia Pustaka, 2007.
Eugene, Kamenka. “Totalitarianisme” dalam Robert E. Goodin and Philip Pettit
(eds.), Blackwell Companions to Philosophy: A Companion to Contemporary
Political
Philosophy, UK: Blackwell Reference, 1995.
Ebenstein, Wiliam. Isme-Isme yang Mengguncang Dunia, Yogyakarta: NARASI,
2006.
F. Budi, Bdk. Hardiman. “Totalitarianisme,” catatan seminar kuliah bagi mahasiswa
Program Magister Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Tidak Diterbitkan,
2005.
Gelatery, Robert. Lenin, Stalin dan Hitler: Era Bencana Sosial. Jakarta: Gramedia,
2011.
Hitler, Adolf. Mein Kampf: Edisi Lengkap Volume I dan II. Jakarta: PT Suka
Buku,2010.
-----------------. Mein Kamp Edisi Lengkap Volume I – 2. Yogyakarta: NARASI, 2010.
Hannah, Arendt. The Origins of Totalitarianism in bab X, “A Classless Society”, &
bab XI “The Totalitarian Movement”. New York: Meridian Books, 1951.
http;//www.the pouch time. Diakses hari kamis tgl 20 februari 2013
http;//www.kompas.com, diakses pada tanggal 21 februari 2013.
64
http://matapasopati.blogspot.com/2011/08/sistem-politik-fasisme.html diakses pada
Oktober 2012.
http;//www.kompas.com, diakses pada tanggal 21 februari 2013.
http;//www.the pouch time. Diakses pada tanggal 20 februari 2013.
Kasiram, Mohamad. Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman
dan
Penguasaan Metodologi Penelitian. Malang: UIN Press, 2008.
Leonard, Schapiro. Totalitarianism. London: Macmillan, 1972.
Maharani, Sabrina. Hitler Tidak Mati di Bunuh. Jakarta: Buku Kita, 2010.
Pambudi, Agustinus. The Death of Adolf Hitler (Kematian Adolf Hitler). Jakarta:
Agromedia Pustaka, 1999.
Pambudi, Agustinus. Kematian Adolf Hitler. Yogyakarta: NARASI, 2002.
Putranto,
Hendar.
Masyarakat
satu-dimensi:
Wajah
Baru
Totalitarianisme?.http://hendar2006.multiply.com/journal/item/3/Konsumeris
me_sebagai_totalitarianisme_wajah_baru_?&show_interstitial=1&u=%2Fjour
nal%2Fitem . Internet; diunduh 10 Januari 2012.
Paul M., Hayes. Fascism, London: George Allen & Unwin Ltd., 1973.
Pangisyarwi.
Simposium,
Kapitalisme,
Sosialisme,
Demokrasi.
http://www.pangisyarwi.com/index.php?option=com_content&view=article&
id=90:simposium-kapitalisme-sosialisme-demokrasi&catid=7&Itemid=102.
Internet; diunduh 10 Januari 2012.
PengertianTotalitarian.http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Totalitarian&oldid=
5094138. Internet; diunduh 10 Januari 2012.
Quarrie, Brune, Waffen-SS : Pasukan Elite Nazi (1940-1945). Jakarta: Gramedia,
2008.
Russel, Theodore. Hitler: Seri Orang Termasyhur, Jakarta: MM Corp, 2005.
Slavoz, Žižek. “The Spectre of Ideology” dalam Žižek, Slavoz (ed.) Mapping
Ideology. London-New York: Verso, 1994.
Download