UPAYA ADOLF HITLER DALAM MEMBANGKITKAN NEGARA

advertisement
UPAYA ADOLF HITLER DALAM MEMBANGKITKAN NEGARA JERMAN ANTARA
TAHUN 1921-1944
Oleh:
Yagus Triana*
Dede Lesmana**
Program Studi Pendidikan Sejarah-FKIP-UNIGAL
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang Adolf Hitle r sebelum diserahi jabatan
pemimpin Jerman oleh Paus, kebijakan pemerintahan Adolf Hitler dalam memimpin Jerman, dan
kondisi masyarakat Jerman di bawah Pemerintahan Adolf Hitler. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode sejarah atau historis. Adapun langkah-langkah penelitian sejarah atau historis tersebut
meliputi: heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Studi ini dilakukan melalui kegiatan
pengumpulan data dengan mempelajari sumber-sumber pustaka yang dapat digunakan sebagai bahan
dasar untuk membahas, memahami dan menunjang terhadap penelitian. Pemerintahan Jerman di
bawah pimpinan Adolf Hitler berlangsung dari tahun 1930 sampai dengan 1944. Pmerintahan tersebut
menganut paham fascisme. Fascisme adalah suatu pahan nasionalisme ekstrim yang mengehendaki
kekuasaan otoriter. Fascisme meliputi eori serta praktek tentang sistem politik, sosial, dan ekonomi dari
partai fascist di Jerman. Dalam sistem fascist, setiap orang harus tunduk pada Negara, pemerintah
berpusat pada partai, industry, perdagangan, dan perusahaan tetap berada di bawah swasta akan tetapi
diawasi dengan ketat oleh pemerintah, kebiasaan bicara, pers, dan lain-lain sangat dibatasi. Kebijakan
pertama yang diambil pemerintahan Adolf Hitler dalam memimpin Jerman adalah meluaskan ekspansi
yakni menyerang Polandia dan negara-negara Balkan, dan kebijakan lainnya adalah menggabungkan
diri dalam kelompok kelompok aliansi Axis dan terlibat dalam Perang Dunia II melawan kelompok
sekutu pimpinan Amerika Serikat. Dampak dari Pemerintahan Jerman yang menganut faham Fascis
yang otoriter antara lain memburuknya perekonomian masyarakat, terbatasinya gerak industri,
perdagangan dan perusahaan masyarakat, kebebasan bicara, pers, dan lain-lain sangat dibatasi.
Kata Kunci: Adolf Hitler, Negara Jerman
PENDAHULUAN
Negara Jerman (Germany, Deutsche,
Prusia) terletak di benua Eropa bagian tengah
yang berbatasan langsung dengan sembilan
negara, di antaranya di sebelah barat berbatasan
dengan negara Belanda, Belgia, Luxemburg, dan
Perancis; di selatan berbatasan dengan Swiss dan
Austria; di sebelah timur berbatasan dengan
Cheko dan Polandia; dan di sebelah utara
berbatasan dengan Denmark. Sementara itu jika
di seberang laut (Laut Baltik) juga dihitung,
maka Jerman juga bertetangga dengan Swedia.
Berdasarkan
topografi, maka secara
umum wilayah Jerman memiliki dataran rendah
di utara dan wilayah perbukitan di selatan.
Puncak tertingginya adalah Gunung Zugspitze
setinggi kurang lebih 2.962 meter dpl, yang
merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan
Alpen di perbatasan Austria. Sedangkan titik
terendah Jerman adalah Wilstermarsch (Rawa
Wilster), dekat Steinburg di bagian utara, yaitu 3,54 meter dpl. Pegunungan di Jerman rata-rata
berketinggian menengah sampai agak tinggi,
yaitu antara 500-1000 meter,
diantarnya
Pegunungan Alpen, Schwarzwald (Rimba
Hitam),
Pegunungan
Erz,
Rhoen,
Rothaargebirge
(Pegunungan
Rothaar),
Pegunungan Rhein (mencakup Perbukitan Eifel,
Bergisches Land, Sauerland, Siegerland,
Westerwald, (Taunus), Thüringischer Wald, dan
Pegunungan Harz. Di samping itu sungai-sungai
yang mengalir cukup besar sehingga beberapa
diantaranya dapat dilayari oleh kapal berukuran
sedang hingga jauh ke hulu, seperti Sungai
Rhein, Sungai Elbe, Sungai Donau, Sungai
Weser, dan Sungai Main. Adapun danau terluas
berada di daerah bagian selatan, yaitu Danau
Konstanz (Bodensee) dengan tiga pulau kecil;
Mainau, Reichenau, dan Lindau. Selain terdapat
juga danau-danau lainnya, seperti Chiemsee dan
Danau Mueritz.
Jerman memiliki pantai yang berhadapan
langsung dengan Laut Baltik di timur dan Laut
Utara di bagian barat. Adapun bagian barat
terdapat padang gumuk atau bukit pasir (sand
dune) yang luas dan terlindungi oleh Kepulauan
Halaman | 193
Frisia Utara dan Kepulauaan Frisia Timur, selain
itu terdapat Pulau Helgoland yang saat ini
dijadikan sebagai tempat wisata, disamping itu
beberapa pulau kecil di lepas pantai timur
menjadi tempat wisata, seperti Pulau Ruegen,
Pulau Fehmarn, dan Pulau Usedom (B.N
Marbun, 1983: 12-14).
Sementara itu, Jerman memiliki banyak
kota besar, beberapa diantaranya telah berusia
lebih dari 2000 tahun, yakni; kota Berlin,
Hamburg, dan Munchen. Kota-kota ini memiliki
jumlah penduduk yang cukup besar. Adapun
secara legal penduduk Jerman adalah mereka
yang berkewarganegaraan Jerman, dan dengan
batasan ini maka terdapat etnis mayoritas yaitu
ras Arya serta etnis minoritas, diantaranya; etnik
Denmark di Utara, etnik Vrisia di Barat Laut,
serta etnik Yahudi di Jerman Timur.
Negara Jerman apabila dilihat dari aspek
politik, adalah sebuah negara yang berbentuk
federasi. Pada awalnya pemerintahan negara ini
berbentuk kekaisaran. Namun setelah perang
Prancis-Prusia
(1870-1871)
sistem
pemerintahan ini berubah menjadi sistem
parlementer dengan seorang kanselir sebagai
pemegang tampuk pemerintahanya. Adapun
Kanselir pertama adalah Otto Von Bismarck,
yang memegang pemerintahan sehari-hari
seperti halnya tugas seorang perdana menteri.
Posisi kanselir diraih secara otomatis oleh
mandat utama partai pemenang pemilihan umum
federal. (David irving, 2001: 177-188)
Selain itu, Jerman juga pernah menganut
sistem pemerintahan demokrasi, tetapi tidak
berlangsung lama hanya sampai tahun 1933, dan
setelah itu pemerintahan dipegang oleh Adolf
Hitler pasca pemenangan pemilu tahun 1933.
Pada saat peristiwa Perang Dunia I,
Jerman
terlibat secara langsung namun
mengalami
kekalahan
dan
dipaksa
menandatangani Perjanjian Versailles pada
tahun 1919, dengan demikian maka wilayah
Jerman diatur oleh Sekutu sebagai pihak
pemenang perang, diantaranya sebagai berikut:
1. Daerah
Alsace-Lorraine
dikembalikan
kepada Perancis.
2. Schleswig Utara diserahkan ke Denmark
3. Provinsi Prusia Posen dan Prusia Barat
dikembalikan kepada Polandia
4. Wilayah Hlucinsko di Silesia Hulu diberikan
kepada Chekoslovakia
5. Eupen dan Malmedi kepada Belgia
6. Provinsi Saarland diawasi oleh Liga BangsaBangsa selama 15 tahun.
Setelah periode ini selesai akan diadakan
jajak
pendapat
apakah
penduduk
menginginkan bergabung dengan Perancis
atau Jerman.
7. Pelabuhan Danzig dijadikan daerah Freie
Stadt Danzig (kota bebas Danzig) dibawah
pengawasan Liga Bangsa-Bangsa
Selain menyerahkan daerahnya, ada
beberapa batasan untuk Jerman dalam bidang
militer yang harus dipatuhi, antara lain ;
1. Jumlah tentara Jerman maksimal yang
dimiliki adalah 100.000 orang, dan wajib
militer dihapuskan
2. Jumlah prajurit Angkatan Laut Jerman
maksimal 15.000 orang
3. Jumlah kapal perang bersenjata Jerman
maksimal enam buah (bobot maksimal
10.000 ton)
4. Jumlah kapal perang gerak cepat Jerman
maksimal enam buah (bobot maksimal 6.000
ton)
5. Jumlah kapal penghancur Jerman maksimal
dua belas buah (bobot maksimal 800 ton)
6. Jumlah kapal torpedo Jerman maksimal dua
belas buah (bobot maksimal 200 ton)
7. Batasan dalam produksi senjata (Senapan
Mesin Maxim dan Rifle Gewehr 98)
Selain itu, Jerman harus membayar
pampasan perang sebesar 1.000.000 Mark atas
kekalahannya pada Perang Dunia I tersebut, hal
ini menimbulkan Jerman semakin terpuruk
dalam lingkaran kemiskinan. namun demikian
dalam waktu yang singkat Jerman justru mampu
bangkit kembali melalui chauvinismenya atau
penguatan yang lebih bersifat rasial,yakni
indoktrinisasi bahwa bangsa Arya jerman
dianggap lebih unggul dari bangsa lainnya.
Adolf Hitler membawa rezim kepemimpinan
baru pada waktu itu yang membuat sebagian
besar rakyat Jerman percaya terhadap
provokasinya tersebut. (David Irving 2011: 277)
Sementara itu, keberadaan wilayah
Jerman saat ini, sebenarnya lebih merupakan
hasil dari reunifikasi antara Jerman Barat dan
Jerman Timur tanggal 3 Oktober 1990, Wilayah
tersebut pernah terpecah secara politis sejak
tanggal 7 Oktober 1949 ketika bagian timur
negara ini mendapat pengaruh dari Uni Soviet
sehingga pada giliranya dikuasai oleh rezim
Republik Demokratik Jerman (Deutsche
Demokratische Republik).
Halaman | 194
Upaya Adolf Hitler dalam Membangkitkan Negara Jerman Antara Tahun 1921-1944
YAGUS TRIANA
DEDE LESMANA
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini, adalah metode sejarah (historis) yaitu
metode yang digunakan untuk mendeskripsikan
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ismaun
(1984: 93-94). Adapun langkah-langkahnya
adalah:
1. Heuristik, yaitu merupakan tahap awal dalam
memproses, mencari, dan mengumpulkan
bahan-bahan informasi yang diperlukan serta
berhubungan dengan masalah yang akan
dibahas. sehingga dapat diperoleh sumber
yang relevan dengan pokok permasalahan.
2. Kritik, yaitu penilaian secara kritis terhadap
data dan fakta sejarah atau bukti sejarah.
Apakah bukti sejarah itu benar atau tidak, hal
ini dilakukan untuk memperoleh sumber
sejarah yang mempunyai kadar validasi yang
tinggi dengan jalan mempelajari dan
membandingkan sumber-sumber sejarah
yang satu dengan yang lainnya.
3. Interpretasi, fakta sejarah yang telah terwujud
belumlah secara langsung dapat digunakan
untuk menyusun cerita sejarah, sehingga
fakta yang satu dengan fakta yang lain
kelihatan sebagai suatu rangkaian yang
menunjukkan adanya kesesuaian, dengan
menafsirkan atau menyimpulkan.
4. Historiografi, merupakan langkah terakhir
dari metode sejarah, yakni dengan menyusun
dalam bentuk uraian khusus yaitu dalam
wujud laporan hasil penelitian dan penulisan
cerita sejarah yang lazim disebut historiografi
(Ismaun, 1984: 94).
PEMBAHASAN
Kondisi Politik Jerman Menjelang
Berkuasanya Rezim Adolf Hitler
Berakhirnya peristiwa Perang Dunia I
khususnya di daratan Eropa, telah membawa
kehancuran bagi Negara Jerman sebagai pihak
yang kalah, disamping itu terpuruknya Jerman
juga disebabkan oleh berbagai persoalan internal
dalam negeri, diantaranya; bermunculnya faksifaksi yang merasa tidak sepaham dengan ditanda
tanganinya Perjanjian Versailles, sehingga
melakukan aksi makar walaupun masih bersifat
lokal.
Suasana chaos tersebut pada gilirannya
membuat Friedrich Ebert (Kanselir peralihan)
dengan segala otoritas dan integritas pribadinya
berhasil meletakkan dasar fundamen bagi
Republik Weimar melalui jalan demokrasi.
Langkah pertama ke arah itu ditempuh dengan
pelaksanaan pemilihan umum, hal tersebut
dilakukan oleh Friedrich Ebert setelah dia
mencoba menilai situasi dan melihat gambaran
politik yang tengah berkembang saat itu di
masyarakat.
Adapun pelaksanaan pemilihan umum
tersebut berlangsung di tengah-tengah kekalutan
politik. Mekanisme dan isi pemilihan merupakan
hal baru yang berbeda dengan zaman kekaisaran.
Disamping itu untuk pertama kalinya isu gender
mulai muncul hal ini di buktikan dengan adanya
partisipasi pemilih perempuan di dalam pemilu.
Terlaksananya pemilihan umum dan
berhasilnya lembaga Permusyawaratan Nasional
(Nationalversammiung) merumuskan konstitusi
baru, dia mengubah hampir 1800 item sistem
pemerintahan Jerman sebelumnya, sehingga
untuk pertama kalinya pemimpin negara dipilih
oleh rakyat dan segala kekuasaan dikembalikan
kepada rakyat.
Setelah itu, Friedrich Ebert yang pada
mulanya menjabat sebagai kanselir peralihan
terpilih oleh parlemen, pada 11 Februari 1919
dia terpilih menjadi presiden pertama Republik
Weimar. Dalam waktu yang cepat, dia
melakukan koalisi antara Partai SPD, Partai
Zentrum, dan Partai Demokrat Jerman (DDP)
sehingga berhasil mengusung konstitusi baru
dengan jumlah suara lebih dari dua pertiga dari
seluruh jumlah suara di parlemen. Dengan
kenyataan di atas nampak bahwa Republik baru
ini mendapat kepercayaan dan dukungan luas
dan kalangan partai politik (David Irving, 2011:
34)
Konstitusi baru tersebut, saat itu dianggap
cukup modernis dan ideal yang menggariskan
arah politik dari Republik Weimar pada
dasarnya masih mempunyai persamaan bentuk
formulasi dengan konstitusi yang dibuat pada
tahun 1871, akan tetapi dengan asas dan
semangat yang berbeda. Adapun hal-hal yang
krusial dari isi konstitusi ini ialah bahwa
presiden dipilih langsung oleh rakyat untuk masa
jabatan tujuh tahun, Kanselir dipilih oleh
parlemen, dimana keduanya bertanggung jawab
kepada parlemen.
Jika dilakukan melalui studi komparasi
mengenai sistem konstitusi tersebut, maka hal itu
merupakan kombinasi antara sistem demokrasi
Inggris dan Amerika Serikat. Konstitusi Weimar
juga berisikan tentang hak-hak asasi manusia
Halaman | 195
(human right) yang sangat luas seperti pada
umumnya berlaku pada negara demokrasi
liberal.
Sementara itu, tidak ada satu partai pun
yang berhasil mencapai suara absolut, akibatnya
setiap pembentukan pemerintah baru terpaksa
diadakan berdasarkan koalisi dan kompromi.
Pembentukan koalisi ini cenderung banyak
kecurangan dan mementingkan golongan saja, di
mana demi taktik beberapa partai tertentu,
mereka melupakan asas tujuan dan kesulitan
bangsanya sendiri. Kesulitan yang bertambah
sebagai akibat perang dan kekacauan masa
peralihan membuat gambaran politik Jerman
semakin kacau ditambah pula dengan sering
bergantinya pemerintahan. Terkadang umur satu
kabinet hanya mencapai beberapa bulan saja.
Dalam jangka waktu antara 1919 sampai 1924
terjadi tidak kurang dari 10 kali pergantian
kabinet dengan empat kali pemilihan umum.
Kesulitan situasi politik membuat pemerintah
tidak berdaya melaksanakan programnya.
Kelemahan republik baru ini sering
disalahgunakan oleh organisasi tertentu sebagai
bahan propaganda untuk mencapai tujuan
politiknya. Mereka menyebut “bahwa sebabmusabab kekalahan Jerman pada akhir Perang
Dunia I bukanlah disebabkan oleh kekalahan
militer”,
akan
tetapi
“sebab
adanya
pengkhianatan” (dalam hal ini para pencetus
republik dan orang Yahudi). Tuduhan ini
dilemparkan terutama ke para pimpinan partai
SPD, kepada Katolik serta orang Yahudi. Kabar
ini menjadi meluas ke seluruh Jerman terutama
berkat propaganda dan kebebasan berpendapat,
dengan
menyalah
gunakan
kebebasan
demokrasi.
Keadaan yang tidak menentu dan tidak
adanya stabilisasi berikut keadaan mendekati
chaos ditambah pula beban pampasan perang
yang tinggi serta perlakuan yang tidak hormat
dan negara pemenang kepada Jerman,
menjadikan rakyat Jerman yang sedang kacau
ini, lebih mudah menerima rangsangan
propaganda yang akhirnya menumbuhkan
nasionalisme yang tidak sehat serta chauvinisme.
Pada waktu yang bersamaan, para reaksioner kiri
dan reaksioner kanan memboncengi keadaan
tersebut dan membakar semangat rakyat Jerman
agar berani berontak atau paling sedikit
menambah huru-hara dan kekalutan; karena
dengan situasi yang demikianlah mereka akan
lebih berhasil dalam propaganda dan tujuan
politiknya.
Selain itu, perkembangan politik di
Perancis, Inggris, dan di Amerika Serikat adalah
begitu kontras dengan perkembangan politik di
Jerman, sehingga tradisi balance powers
(keseimbangan kekuatan) di Eropa mengalami
kekosongan atau paling sedikit mengalami
gangguan. Di samping itu para pimpinan rakyat
Jerman terbagi-bagi dalam kotak tertentu yang
ditentukan terutama dari segi politik luar
negerinya. Kelompok pertama ialah yang pro
Barat, yaitu dengan kegesitan diplomasi
menghendaki mencapai tujuan pembangunan
Jerman serta penempatan kembali Jerman sejajar
dan setingkat dengan negara besar di dunia.
Kelompok kedua terdiri dan kaum politik yang
pada umumnya disokong oleh para perwira
tentara
Jerman,
mereka
menghendaki
pengangkatan posisi rakyat Jerman dengan
memperkuat angkatan perangnya untuk
mengadakan kerja sama dengan Uni soviet.
Politik ini bermaksud memperkuat tentara
Jerman (dalam perjanjian Versailles disebutkan
Jerman hanya dibolehkan mempunyai angkatan
perang seratus ribu orang saja) hal ini juga
dimaksudkan untuk mendirikan suatu front baru
dalam menghadapi ancaman dan tekanan dan
negara pemenang di Barat. Ternyata kerja sama
Jerman-Uni Soviet ini tercapai dengan
terwujudnya Perjanjian Rapallo (16 April 1922).
Sebagai lanjutan dan Perjanjian “Brest-Litowsk”
1918, isinya mengatur kerja sama dalam
pembuatan senjata-senjata baru, latihan militer
bersama, serta memperkuat hubungan dagang
antara Jerman dan Uni Soviet.
Jerman mengalami politik luar negeri
yang sulit, akan tetapi berkat usaha menteri luar
negerinya yang berbakat yaitu Stresemann, telah
berhasil
selangkah
demi
selangkah
menempatkan Jerman kembali aktif dalam
forum percaturan politik internasional, terutama
keberhasilannya meringankan beban Jerman
dalam kewajiban pembayaran pampasan perang.
Di
samping itu
Stresemann berhasil
mengusahakan penarikan Tentara Pendudukan
Sekutu dan pusat-pusat tambang dan industri di
daerah Ruhr. Berkat perjuangan Stresemann,
Jerman diterima menjadi anggota Liga BangsaBangsa pada 17 September 1926, serta secara
singkat berhasil menempatkan Jerman sejajar
atau sederajat dengan negara-negara besar dan
kuat seperti Inggris, Perancis, dan Amerika
Serikat.
Halaman | 196
Upaya Adolf Hitler dalam Membangkitkan Negara Jerman Antara Tahun 1921-1944
YAGUS TRIANA
DEDE LESMANA
Biografi Adolf Hitler
Hitler dan Partai Nazi merupakan suatu
entitas (entity) satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Hitler adalah orang nomor satu
dalam Partai Nazi karena dialah yang
mempelopori partai tersebut yang sebelumnya
bernama Partai DAP (Deutsche Arbeiterpartei)
atau Partai Buruh Jerman ini, meskipun pada
akhirnya dianggap bertanggung jawab atas
kematian jutaan jiwa semasa perang Dunia II,
Adolf Hitler tetap dicatat sejarah dunia. Dia
adalah satu dari segelintir tentara rendahan yang
sanggup tampil menjadi pemimpin dunia. Dia
juga telah membawa Jerman keluar dari
cengkraman pihak Sekutu dan bangkit menjadi
penguasa Eropa. Sebuah upaya besar yang
bahkan sangat tidak mungkin dilakukan oleh
seorang jenderal .
Adolf Hitler dilahirkan di Brunau am Inn,
Austria, pada tanggal 20 April 1889. Ayahnya
bernama Alois Schickelgruber Hitler, seorang
pensiunan pegawai bea cukai kelahiran Jerman
dan ibunya yang berdarah Austria bernama
Klara Poetzl. Ibunya merupakan istri ketiga dari
Alois Hitler yang meninggal karena kanker pada
bulan Desember 1908.
Hitler tumbuh besar di kota Lambach,
ketika kecil dia sering mengalami siksaan dari
ayahnya, sehingga Hitler kecil memiliki
temperamen yang tidak stabil. Di kota Naun, dia
banyak belajar dan menghabiskan waktu di
seminatry Katolik, yang memiliki beberapa
ukiran berbentuk Swastika.
Kedekatannya dengan biara membuat dia
mengidolakan biarawan yang melayani sekolah
tersebut, bahkan bercita-cita ingin menjadi
seorang biarawan, terlebih karena mereka bisa
bernyanyi dengan suara yang indah. Bahkan, dia
pernah serius selama dua tahun menekuni citacitanya menjadi biarawan.
Setelah beranjak dewasa, dia segera
melupakan cita-citanya tersebut dan ingin
menjadi seorang seniman, oleh Karena itu, dia
berangkat ke Wina, Austria, pada bulan Oktober
1907 untuk mendaftar di Akademi Seni Rupa
Vienna. Namun, usahanya ini gagal. sehingga,
dia menjadi tunawisma di kota tersebut selama
hampir lima tahun, dan di sana dia sempat
berjualan cat air dan perangko di jalanan.
Selama di Wina dia memperoleh
pendidikan politik pertama dengan mempelajari
teknik menghasut dari Walikota Karl Lueger.
Dari orang ini pula, Hitler belajar tentang anti-
Semith dan ‘kemurnian darah’. Dari ahli teori
rasial , biarawan Lans von Liebenfels dan Georg
von Schoenerer, Hitler muda menganggap
orang-orang Yahudi sebagai penyebab semua
kekacauan; pembinasaan, dan korupsi di dalam
kultur, politik, dan ekonomi. Pada bulan Mei
1913, ketika terjadi Perang Dunia (PD) I yang
diletupkan Jerman, Hitler memutuskan untuk
bergabung. Hal ini dilakukannya tanpa susah
payah. Dia segera mendaftar dan langsung
dikirim ke medan pertempuran menjadi
pengantar pesan di pasukan Infanteri Resimen
Bavaria ke-16. Saat itu dia berusia 25 tahun.
Sejak bergabung dengan militer, Hitler
selalu diliputi keberuntungan. Khususnya, dalam
urusan maut atau ajal. Contohnya, ketika
resimennya terlibat pertempuran dahsyat dengan
pasukan Inggris dan Belgia di Leper. Dari 3.000
anggota, 2.500 orang tewas, luka-luka, atau
hilang, Hitler termasuk sebagian kecil yang bisa
lolos tanpa luka-luka yang berarti. Padahal,
tempatnya berdiri beberapa kali dihujani bom.
Dia selalu berpindah beberapa detik sebelum
bom jatuh.
Dia mendapat luka pertama kali ketika
perang di Kota Somme pada tanggal 7 Oktober
1916, tepat dua tahun setelah dia terjun ke medan
perang. Luka yang dideritanya akibat terkena
pecahan mortir. Setelah PD I berakhir atau saat
penandatanganan gencatan senjata pada tanggal
11 November 1918, dia termasuk yang selamat
walaupun harus berbaring di rumah sakit terlebih
dulu sebelum diperbolehkan pulang. Dia dirawat
di rumah sakit karena matanya buta sementara
akibat gas klorin yang ditembakkan oleh
tentara Inggris, ketika itu dia berpangkat kopral.
Pembentukan Organisasi Politik NSDAP
Setelah Perang Dunia I selesai, Hitler
keluar dari kemiliteran dan memasuki
gelanggang politik dengan menjadi anggota
Partai Pekerja Jerman atau Deutsche
Arbrtiparteij (DAP) yang jumlah anggotanya
saat itu diperkirakan hanya 40 orang. Hitler
menjadi anggota partai pada 16 Desember 1919.
Partai Pekerja Jerman sendiri adalah
sebuah partai kecil yang didirikan oleh Anton
Dexler, seorang tukang kunci dan seorang
penyair bernama Gottfired Feder, Dietrich
Eckart, dan Karl Harrer pada tanggal 7 Maret
1918. Ernst Roehm, seorang homoseks, dan
orang yang tidak kenal kompromi masuk DAP
pada tahun berikutnya. Di partai ini, khayalan
Halaman | 197
Hitler yang nasionalistis tersalur karena partai
ini menganut paham yang membenci kaum
kapitalis Yahudi dan kaum Marxis yang
dianggap akan melakukan revolusi ala Lenin
untuk mengkomuniskan Jerman menjadi negeri
seperti
Uni
Soviet
(Rusia).
Karena
kemampuannya berpidato yang luar biasa dan
didukung ideologinya yang sangat nasionalistis,
karier Hitler di partai pun berkembang cepat.
Karismanya mampu menarik perhatian banyak
orang.
Posisi Dexler pun terancam oleh
melajunya Hitler di partai, akhirnya dia
mengakui posisi dominan Hitler. Tidak lama
kemudian Hitler mengganti nama partai menjadi
NSDAP
yang
sering
disingkat
Nazi
(Nationalsozialistische Deutsche Arbeipartei)
pada bulan November 1921. Hitler berambisi
partainya segera berkembang besar dan dia pun
menemukan teman untuk ambisinya itu, yakni
Ernst Roehm yang bersedia bergabung dengan
Nazi karena satuan milisi yang dibentuknya
telah dibubarkan oleh pemerintah. Roehm
berharap melalui partai ini ambisinya untuk
memimpin pasukan sendiri akan terwujud lagi.
Dalam partai tersebut Hitler menemukan
bakatnya yang luar biasa dalam berpidato,
seperti penemuan lambang partainya yang baru
(swastika). Dipimpin Hitler, partai tersebut
berkembang hingga memiliki 3.000 anggota.
Partai ini memiliki pasukan pembantu untuk
menjaga pertemuan-pertemuan partai dan
menekan lawan-lawan politiknya. Dari pasukan
ini tumbuh posisi patroli badai atau Sturm
Abteilung (SA) yang diorganisir oleh Kapten
Ernst Roehmdan pengawal pribadi Hitler yang
disebut dengan kemeja hitam atau schutzstaffel
(SS).
Setelah berkuasa di partai Nazi, Hitler
mulai membentuk visi dan misi partai. Dia
memusatkan propaganda terhadap Perjanjian
Versailles, penganut paham Marxisme, dan
musuh yang kelihatan, yaitu orang-orang Yahudi
yang dianggap bertanggung jawab untuk semua
permasalahan domestik Jerman. Dua puluh lima
program NSDAP yang diumumkan pada tanggal
24 Februari 1920, berisi tentang pengusiran
bangsa Yahudi dari Jerman, cerita supremasi ras
Arya, dan nasionalisme ekstrem yang
dikombinasikan dengan gagasan ‘sosialistis’
mengenai
pembagian
keuntungan
dan
nasionalisasi yang diilhami oleh ideologi
Gottfried Feder. Tujuan utamanya adalah
pemusnahan total kaum Yahudi (genocide).
(Luger Ballack, 2011: 17)
1. Adolf Hitler Melakukan Kudeta
Peristiwa kudeta Hitler yang pertama
dikenal dengan sebutan “Beer Hall Putsch” atau
Kudeta Beer Hall. Pada bulan November 1923
Hitler merasa yakin bahwa pemerintahan
Republik Weimar hampir runtuh. Kondisi di
Jerman kala itu tampaknya memang
memungkinkan perebutan kekuasaan, karena
pemerintahan Republik Weimar begitu lemah,
Negara Jerman hampir bangkrut akibat resesi,
dan konflik antar-ideologi kepartaian yang
semakin meruncing. Kaum komunis dengan para
pemimpinnya, seperti Karl Liebknecht, Rosa
Luxemburg, Wilhelm Pieck dan lain-lainnya
juga terus beragitasi dengan tujuan merebut
kekuasaan.
Dengan demikian, bersama Jenderal
Ludendorff dan para nasionalis lokal
menggalang dan mencari cara untuk
menjatuhkan pemerintah Bavarian di Munich.
Pada tanggal 9 November 1923, pemimpin
pemerintahan Bavaria, Gustav von Kahr akan
berpidato di sebuah gedung tempat minum bir
(beer hall) di Munchen atau Munich. Kahr
sebetulnya simpati ke pihak sayap kanan dan
Hitler berusaha merekrutnya, tetapi Kahr
menolak. Tanpa diketahui, Hitler dan beberapa
pembantu terdekatnya, seperti Hermann Goring,
Max ‘Amann, Alfred Rosenberg, dan Ulrich
Kahr berpidato. Tidak lama kemudian sekitar 25
anggota SA (Kemeja Coklat) yang dipimpin oleh
pahlawan perang udara Jerman pada PD I,
Hermann Goring, memasuki aula. Hitler masuk
dengan tiba-tiba ke dalam beer hall dan
menembakkan pistolnya ke langit-langit sambil
berteriak bahwa “Revolusi Nasional telah
dimulai. Pemerintah Bavaria dan Reich telah
disingkirkan, dan pemerintah nasional sementara
telah dibentuk!”.
Keesokan harinya, Hitler dan Ludendorff
berjalan hingga Munich bersama 3.000 orang
pendukungnya. Ketika sedang berjalan, Hitler
dan pendukungnya bentrok dengan polisi yang
menyebabkan 16 orang tewas. Hitler sendiri
terkilir bahunya dan diungsikan ke tempat aman
oleh seorang dokter muda anggota SA, dr.
Walther Schultze, yang kemudian hari
memimpin organisasi guru di Reich Ke-3.
Goring
yang
juga
terluka
dilarikan
menggunakan mobil oleh istrinya, Karin,
menyeberangi perbatasan menuju Austria.
Sementara itu, Roehm yang terkepung polisi
terpaksa menyerah. Kudeta ini pun berakhir
dengan ditangkapnya Hitler dua hari kemudian
dan diadili pada tanggal 26 Februari 1924. Hitler
Halaman | 198
Upaya Adolf Hitler dalam Membangkitkan Negara Jerman Antara Tahun 1921-1944
YAGUS TRIANA
DEDE LESMANA
dihukum lima tahun penjara di Benteng
Landsberg, tetapi dilepaskan sembilan bulan
kemudian. Sejak saat itu, partai Nazi dibubarkan
dan dilarang oleh pemerintah untuk melanjutkan
kegiatan.
Selama di penjara, Hitler sempat
mengarang sebuah buku berjudul Mein Kampf
(perjuanganku), dia mendiktekan kata-kata
untuk buku tersebut kepada pengikut setianya,
Rudolf Hess. Buku yang menjadi kitab suci
partai Nazi dan berisi teori Darwinis, dongeng
rasial, dan anti-Semith ini telah berhasil terjual
sebanyak lima juta eksemplar lebih dan
diterjemahkan ke dalam 11 bahasa. Hasil
penjualan buku itulah yang menjadi sumber
pendapatan Hitler sejak tahun 1925. Max
Amann, asisten Hitler yang lain menyatakan
buku ini laris, tetapi dari dokumen yang
kemudian terungkap terlihat hasil penjualannya
tidak besar. Pada tahun-tahun pertama, setiap
tahunnya rata-rata hanya terjual 5–6 ribu
eksemplar. Menjelang Hitler berkuasa awal
1930-an, penjualan meningkat mencapai
puluhan ribu. Namun, setelah Hitler menjadi
kanselir, Mein Kampf terjual hingga jutaan
eksemplar. Hitler pun kaya raya dari hasil royalti
bukunya dan untuk pertama kalinya dia menjadi
jutawan.
2. Pembuatan Buku Mein Kempf
Kegagalan Hitler dalam kudeta Beer Hall
dan hasil perenungannya selama menjalani
hukuman penjara telah mengubahnya dari
seorang petualang yang tidak cakap menjadi
seorang ahli siasat politik. Selanjutnya dia
memutuskan tidak akan pernah lagi menghadapi
laras senapan angkatan perang dan polisi sampai
mereka berada di bawah perintahnya. Dia
menyimpulkan bahwa jalan untuk mendapat
kekuasaan tidak melalui kekerasan, tetapi
melalui cara-cara diplomatik yang sah dan sesuai
dengan undang-undang (konstitusi Weimar),
pembangunan suatu gerakan massa, dan
kombinasi dari kekuatan yang bersifat
parlementer dengan bantuan teror dan
intimidasi.
Dibantu Goring, Goebbels, dan rekanrekannya Hitler mulai mengumpulkan kembali
para pengikutnya dan membangun kembali
pergerakan yang telah hancur selama
ketidakhadirannya. Pada bulan Januari 1925,
pembubaran partai Nazi dicabut resmi dan pada
tanggal 27 Februari 1925, Adolf Hitler sudah
tampil lagi. Kepada pengikutnya, Hitler meminta
para anggota partai berjuang agar dapat masuk
reichstag (parlemen) melalui pemilu, terutama
untuk melawan wakil-wakil dari Katolik dan
kaum Marxis.
3. Pembentukan
Pengawal
Peribadi
Schutztaffel (SS)
Pada bulan April 1925, Hitler
memerintahkan sopirnya, Julius Screck, dan para
pengawal pribadi Stosstruppe untuk membentuk
pasukan pengawal baru yang dinamakan
Schutzstaffel atau yang terkenal dengan sebutan
SS. Pada awalnya SS hanya terdiri dari delapan
orang anggota, namun Schreck merancang SS
sampai meliputi seluruh wilayah Jerman.
Programnya berhasil dan pasukan SS yang setiap
anggotanya bersumpah loyal kepada Adolf
Hitler terbentuk secara nasional pada tahun
1926. Saat itu SS dipimpin oleh Josef Berchtold
yang baru saja kembali dari pengasingan di
Austria.
Sementara itu, Kemeja Coklat (SA) yang
dipimpin oleh Franz Pfefer von Solomon juga
berkembang hingga memiliki 60.000 anggota
pada tahun 1930. Semakin merasa kuat, elemen
politik dalam SA pun mulai berani menuntut
suara dalam partai induknya (NSDAP), bahkan
ikut mengajukan kandidat untuk pemilihan
anggota parlemen (Luger ballack, 2005: 78).
Tokoh-tokoh Kunci Nazi
Kesuksesan seorang Adolf Hitler dalam
memerintah Jerman karena disokong oleh para
pembantunya yang setia dan berdisiplin tinggi
diantarnya, Hermann Goring, Paul Joseph
Goebels, dan Walter Richard Rudolf Hess;
1. Hermann Wilhelm Goring (12 Januari 1893–
15 Oktober 1946)
Goring dilahirkan pada tanggal 12 Januari
1893 dari keluarga birokrat tulen di Sanatorium
Marienbad, dekat Rosenheim, Bavaria (bagian
selatan
Jerman). Ayahnya, Heinrich Ernst
Goring (31 Oktober 1839–7 Desember 1913)
adalah seorang ahli hukum dan birokrat di
Rosenhein dan bekerja sebagai duta besar
Jerman untuk Haiti. Ayahnya merupakan
Gubernur Jenderal Jerman pertama yang
mewakili Jerman di barat daya Afrika atau yang
lebih dikenal sebagai Namibia. Ibu Goring,
Franziskan Tiefebrunn (1859–15 Juli 1923)
berasal dari keluarga yang tidak mampu di
Bavaria. Pernikahan ayah Goring dengan
perempuan yang berasal dari kelas bawah terjadi
karena ayahnya adalah seorang duda. Goring
Halaman | 199
merupakan satu dari lima bersaudara. Keempat
saudaranya tersebut adalah hasil dari pernikahan
pertama ayahnya. Saudara-saudaranya tersebut
adalah Albert Goring, Karl Ernst, Olga Theresa
Sophia, dan Paula Elisabeth Rosa Goring.
Keluarga Goring merupakan keturunan
Eberle atau Eberlin, sebuah keluarga bangsawan
Swiss-Jerman yang sebenarnya Yahudi, tetapi
mengubah kepercayaannya menjadi pemeluk
Kristen pada abad ke-15 dan memiliki keturunan
yang sangat besar di Jerman. Goring sendiri
memiliki hubungan persaudaraan, dilihat dari
nenek moyangnya yaitu Eberle, dengan pelopor
ilmu penerbangan Pangeran Ferdinand von
Zeppelin; seorang nasionalis, penulis konsep
tentang pahlawan Jerman sebagai penggerak
sejarah, dan seorang yang diklaim pihak Nazi
sebagai pelopor ideologi mereka, Herman
Grimm (1828-1901); pendiri sekaligus pemilik
dari perusahaan obat Merck, bangsawan Gertrud
von LeFort; dan beberapa lainnya.
Goring mengklaim bahwa namanya
berasal dari nama seorang pahlawan, yaitu
Arminius, seorang yang mengalahkan Legiun
Roma di hutan Teutoburg. Namun, sebenarnya
namanya lebih dekat dengan nama ayah
baptisnya, Hermann Epenstein adalah orang
kaya yang bekerja sebagai psikiater dan
pedagang. Dia memiliki dua buah istana yang
akhirnya ditempati oleh keluarga Goring dan
pengurusnya. Selama masa kecilnya, Goring
jarang bertemu dengan ayahnya karena
kesibukan ayahnya. Selain itu, setelah Heinrich
Goring pensiun, keluarga besarnya hanya
didukung oleh uang pensiunnya. Hal inilah yang
menyebabkan Herman Goring lebih sering
bersama ayah angkatnya, Dr. Ritter Hermann
von Epenstein yang kemudian memengaruhi
perkembangan psikologisnya.
Dalam
sebuah
pidato,
Goring
menceritakan masa kecilnya. Dia sangat memuja
ayah baptisnya dan sempat diejek oleh kepala
sekolahnya yang merupakan penganut antiSemith karena terlalu memuja seorang Yahudi.
Setelah kematian ayah Goring, keluarga Goring
tidak tinggal lagi di istana kediaman Epenstein
dan juga tidak melakukan kontak hubungan lagi
dengannya. Namun, pada waktu-waktu tertentu,
keluarga Goring masih dibantu secara finansial.
Epenstein sendiri pada masa tuanya sempat
menikah dengan seorang penyanyi yang
umurnya terpaut setengahnya, yaitu Lily.
Epenstein kemudian mewariskan rumahnya
kepada Lily, tetapi mensyaratkan agar Lily
mewariskan kembali rumah di Mauterndorf dan
di Veldenstein kepada anak baptisnya, Hermann
Goring, jika perempuan ini meninggal.
Goring dikirim ke sekolah asrama di
Ansbach, Franconia. Karena orang tuanya tidak
mempercayai pendidikan umum di Bavaria,
Goring mendapat pendidikan privat sebelum
masuk ke akademi militer di Karlsruhe dan
Lichterfelde. Goring ditugaskan dalam pasukan
Prusia, yakni Resiman Prinz Wilhelm, Infanteri
ke-112, pada tanggal 22 Juni 1912. Goring
diangkat menjadi letnan infanteri pada tahun
1914.
2. Paul Joseph Goebbels (29 Oktober 1897-Mei
1945)
Paul Joseph Goebbels lahir pada tanggal
29 Oktober 1897 di lingkungan Katolik yang taat
di Rheydt, sebuah daerah perindustrian bagian di
selatan Monchengladbach, Rhineland. Ayahnya,
Friedrich Goebbels, bekerja sebagai juru tulis di
sebuah pabrik, dan ibunya, Marian, bekerja
sebagai petani. Goebbels memiliki empat orang
saudara, yaitu Konrad (1895-1949), Hans (18931947), Elisabeth (1901-1915), dan Maria (lahir
tahun 1910; kemudian berganti nama menjadi
Maria Kimmich).
Goebbels masuk sekolah lokal yang
mengajarkan tata bahasa dan menyelesaikan
ujian sekolahnya pada tahun 1916. Dia
melanjutkan pendidikan hingga mendapatkan
gelar kesarjanaan tertinggi, yakni Ph.D untuk
literatur dan filsafat dari Universitas Heidelberg
pada tahun 1921 di bawah bimbingan Friedrich
Gundolf, seorang sejarawan kesusastraan
Yahudi yang dikenal sebagai sarjana Goethe.
Goebbels juga seorang murid yang dekat dengan
penyair Stefan George dan Max Freiherr von
Waldberg. Kedua orang tersebut sangat memuji
kecerdasan Goebbels. Dia meraih gelarnya
dengan membuat tesis mengenai novelis
romantis abad ke-18 yang bernama Wilhelm von
Schutz.
Setelah meraih gelar doktor, Goebbels
bekerja sebagai wartawan, penulis untuk
beberapa penerbitan, sempat bekerja di bagian
administrasi di bank, serta bekerja di bursa
saham pada tahun 1923. Dia juga pernah menulis
dua bait sajak, beberapa puisi romantis, dan
beberapa novel, salah satunya berjudul Michael:
ein Deutsches Schicksal in Tagebuchblattern
pada tahun 1926. Dari karya-karya seninya
tersebut, dia tampak mengalami kerusakan
psikologis akibat keterbatasan fisiknya. Dalam
novelnya yang berjudul Michael, Goebbels
membuat tokoh khayalan, yaitu Michael yang
Halaman | 200
Upaya Adolf Hitler dalam Membangkitkan Negara Jerman Antara Tahun 1921-1944
YAGUS TRIANA
DEDE LESMANA
merupakan seorang pahlawan dengan fisik
sempurna dan tak terkalahkan.
Selain keinginannya menjadi seorang
tentara
dan
penjaga,
Goebbels
juga
mencurahkan keinginannya dalam mengejar
perempuan yang sempurna. Goebbels lagi-lagi
merasa kecewa dan disakiti ketika novelnovelnya ditolak oleh penerbit buku, serta sajak
dan puisinya tidak pernah digunakan di
panggung kesenian. Pada masa-masa tersebut,
Goebbels banyak membaca buku, terutama
bidang politik. Pandangan dan pikirannya dalam
bidang politik banyak dipengaruhi dari Friedrich
Nietzsche, Oswald Spengler, dan yang paling
besar pengaruhnya adalah Houston Stewart
Chamberlain yang merupakan penulis dari
Inggris kelahiran Jerman. Houston adalah salah
seorang pelopor paham anti-Semith dan penulis
buku The Foundation of the Nineteenth Century,
yang menjadi buku acuan bagi kaum ekstrem
kanan di Jerman. Goebbels menghabiskan
waktunya pada tahun 1919-1920 di Munich
dengan banyak belajar dan menemukan salah
seorang yang dikaguminya, yaitu Anton Graf
von Arco auf Valley. Anton adalah seorang
nasionalis yang antikomunis dan sangat
bersikeras menolak revolusi yang dilakukan oleh
kaum komunis di Bavaria. Anton juga pernah
membunuh salah satu pemimpin sosialis
Munich, Kurt Eisner.
Sebagai pendukung utama Hitler dan
Nazi, Goebbels bukanlah seorang militer.
Kegiatannya yang paling mendekati militer
adalah saat dia bekerja sebagai “prajurit
kantoran” di Unit Penolong (Patriotic Help
Unit) di Rheydt pada bulan Juni 1917 sampai
Oktober 1917. Dia pernah ditolak saat ingin
bergabung dengan militer Jerman untuk Perang
karena kakinya bengkok serta ditopang beberapa
pen dan kait yang terbuat dari besi, sehingga dia
harus menggunakan sepatu khusus. Kakinya
cacat karena ketika kecil dia pernah menderita
menyakit polio sehingga bentuk kakinya
menjadi buruk dan harus berjalan pincang
seumur hidupnya. Alasan lain ditolaknya
Goebbels bergabung di militer adalah karena dia
memiliki perasaan sensitif mengeenai cacatnya
itu, serta karena latar belakang pendidikannya
yang tinggi. Tubuhnya yang pendek menurut
ukuran orang Eropa (sekitar 165 cm) dan
jalannya yang pincang membuatnya menjadi
bahan ejekan, terutama dari lingkungan
sekitarnya yang sangat memuja kesempurnaan
fisik. Namun, karena cacat fisik tersebut
diimbangi dengan kecerdasannya yang cukup
tinggi. Ketika belum memiliki minat di bidang
militer, dia pernah berkeinginan menjadi
seorang pendeta. Keinginan dan cita-cita itu
lama-kelamaan terus memudar karena dia
telah berada jauh dari lingkungan Katoliknya.
3. Walter Richard Rudolf Hess (26 April 1894 –
17 Agustus 1987)
Rudolf Hess dilahirkan jauh dari
keramaian Eropa, yakni di Alexandria, Mesir,
pada tanggal; 26 April 1984. Keluarga Hess
termasuk golongan atas. Ayahnya adalah
seorang pengusaha ekspor-impor dari Lutheran
Bavaria. Ibunya keturunan Yunani, keluarga
Georgiadis dari Alexandria.
Pendidikan masa kecilnya sangat
eksklusif. Dia diajar oleh guru privat karena
orangtuanya tidak percaya terhadap sistem
pendidikan Mesir. Ketika kembali ke Jerman
pada 1908, dia kemudian disekolahkan di
sekolah umum. Hess muda sebenarnya sangat
menggemari
astronomi,
bahkan
telah
mengungkapkan minatnya itu kepada ayahnya.
Namun, ayahnya tetap menginginkannya
meneruskan
usaha
keluarga
dan
menyekolahkannya ke sekolah bisnis di Swiss.
Hanya, Perang Dunia I menyeretnya ke dalam
Resimen ke-7 Bavarian Field Artillery. Sebagai
seorang infanteri, dia sempat dianugerahi medali
Iron Cross Kelas 2. Dia sering kali terluka. Salah
satu lukanya yang sangat parah adalah yang
terdapat di dadanya. Karena bekas dan efek luka
yang cukup parah, Hess tidak diizinkan menjadi
prajurit infanteri lagi. Setelah itu, dia pergi ke
angkatan udara (The Imperial Air Corps) sebagai
pilot pesawat udara dengan pangkat terakhir
letnan.
Selepas PD I, dia kembali ke Munich dan
bergabung dengan anggota pasukan Freikorps,
yakni sebuah organisasi fraksi kanan dari
mantan tentara sewaan dan terlibat dalam
menekan pemberontakan komunis di Jerman.
Hess juga kembali kuliah di Universitas Munich,
mengambil jurusan ilmu politik, sejarah,
ekonomi, dan geopolitik. Dalam kegiatan kuliah,
dia masuk Thule Soceity, organisasi rahasia
yang bergerak dalam bidang politik anti-Semit
dan bekerja di bawah pengaruh supremasi
Nordic. Hess belajar di bawah bimbingan
Profesor Karl Haushofer, seorang mantan
jenderal yang memiliki teori mengenai paham
ekspansi dan pembentukan ras dalam konsep
Halaman | 201
Lebensraum (peningkatan ruang hidup untuk
rakyat Jerman dengan menaklukkan negaranegara lain di sekitar Jerman).
Secara umum Adolf Hitler tahu cara untuk
mencapai kekuasanya, itu diketahui setelah
mengetahui keinginan rakyat Jerman terutama
didaerah Bayer sebagai pusat dari kaum
reaksioner yang tidak puas akan kenyataan dari
hasil Perang Dunia I. Mereka beranggapan
bahwa kekalahan negara Jerman itu hanya
dimiliki oleh kaum republik saja tetapi tidak oleh
masyarakat. Berangkat dari konstalasi ini
dimanfaatkan dengan baik oleh Adolf Hitler
dalam menyusun anggota partainya yang tiap
tahun bertambah.
Selain itu, kaum militer mendukung
secara diam-diam serta para birokrat pada waktu
itu. Hal itu terbukti ketika upaya kudeta yang
gagal dilakukan dan dia diadili tetapi
hukumannya lebih ringan dari undang-undang
yang berlaku pada waktu itu. Dia dijatuhi
hukuman hanya sembilan bulan saja. Ini satu
pertanda bahwa seluruh rakyat Jerman
bersimpati terhadap tindakannya. Adolf Hitler
adalah seorang Nasionalis sejati karena dia
mampu mengorbankan segalanya demi
kemajuan negaraya dan menurut saya dia adalah
seorang fasisme sejati, hal yang menjadi
kebijakannya cerminan dari unsur-unsur fasis
diantaranya:
1. Ketidakpercayaan pada kemampuan nalar
keyakinan yang bersifat fanatik dan
dogmatik. Hal ini dilakukan oleh Adolf Hitler
ketika
melakukan
propaganda
yaitu
antisemitisme, anti yahudi dan anti versailles.
2. Pengingkaran derajat kemanusiaan Manusia
tidaklah sama, hal semacam ini dilakukannya
terhadap kaum yahudi. Dia beranggapan
kaum yahudi adalah kaum pengkhianat dan
kaum pembunuh Tuhan serta berfikir bangsa
asya adalah bangsa yang paling tinggi
kemampuannya.
3. Kode prilaku yang didasarkan pada
kekerasan
dan
kebohongan
negara adalah satu sehingga tidak dikenal
istilah “oposan”. Jika ada yang bertentangan
dengan kehendak negara, maka mereka
adalah musuh yang harus dimusnahkan.
Dalam pendidikan mental, mereka mengenal
adanya indoktrinasi pada kamp-kamp
konsentrasi. Setiap orang akan dipaksa
dengan jalan apapun untuk mengakui
kebenaran doktrin pemerintah. Hitler pernah
mengatakan, bahwa “kebenaran terletak pada
perkataan yang berulang-ulang”. Jadi, bukan
terletak pada nilai obyektif kebenarannya.
4. Pemerintahan
oleh
kelompok
elit
pemerintahan harus dipimpin oleh segelintir
elit yang lebih tahu keinginan seluruh
anggota masyarakat. Dia juga melakukan hal
yang sama ketika menjabat sebagai kanselir
dan presiden pada tahun 1933 dan segala
sesuatu ditentukan olehnya.
5. Totaliterisme
bersifat
total
dalam
meminggirkan sesuatu yang dianggap “kaum
pinggiran”. Hal inilah yang dialami kaum
wanita, dimana mereka hanya ditempatkan
pada wilayah 3 K yaitu: kinder (anak-anak),
kuche (dapur) dan kirche (gereja). Bagi
anggota masyarakat, kaum Fasis menerapkan
pola pengawasan yang sangat ketat.
Sedangkan bagi kaum penentang, maka
totaliterisme dimunculkan dengan aksi
kekerasan
seperti
pembunuhan
dan
penganiayaan.
6. Rasialisme dan imperialisme. Hal ini muncul
di negara yang menganut paham Fasisme,
Fasisme juga merambah jalur keabsahan
secara rasialis, bahwa ras mereka lebih
unggul dari pada lainnya, sehingga yang lain
harus tunduk atau dikuasai. Dengan demikian
hal ini memunculkan semangat imperialisme.
7. Menentang
hukum
dan
ketertiban
internasional fasisme mengangkat perang
sebagai derajat tertinggi bagi peradaban
manusia.
Jadi sudah jelas pemikirannya merupakan
ciri
dari
bentuk
nasionalisme
yang
tinggisehingga dampaknya adalah imperialisme
ini yang dilakukan oleh seorang Adolf Hitler.
PENUTUP
Simpulan
Jerman merupakan sebuah wilayah yang
terletak di benua Eropa bagian tengah yang
berbatasan langsung dengan sembilan negara, di
antaranya di sebelah barat berbatasan dengan
negara Belanda, Belgia, Luxemburg, dan
Perancis; di selatan berbatasan dengan Swiss dan
Austria; di sebelah timur berbatasan dengan
Cheko dan Polandia; dan di sebelah utara
berbatasan dengan Denmark. Sebelum Hitler
memimpin Jerman, negara ini berganti dari
kekaisaran
berubah menjadi demokrasi,
kemudian pada giliranya berubah lagi menjadi
sistem otoriter, dimana sebagian besar
masyarakat menginginkanya .
Upaya- upaya Adolf Hitler dalam
membangkitnya Negara Jerman antara lain
Halaman | 202
Upaya Adolf Hitler dalam Membangkitkan Negara Jerman Antara Tahun 1921-1944
YAGUS TRIANA
DEDE LESMANA
mengadakan perjanjian dengan Inggris tentang
pembebasan Perjanjian Versailles, kemudian
membentukan pasukan yang besar serta
membuat undang-undang tentang wajib militer,
menyatukan visi negara Jerman dengan
indoktrinisasinya yang kuat akan cara pandang
terhadap Aryanisasi serta anti Yahudi. Selain
itu, di bidang ekonomi, pemerintahannya
mampu memperkecil inflasi dan menekan angka
penganggguran dengan membuat proyek dan
mendirikan perusahan pembuatan senjataan.
Adolf Hitler adalah salah satu tokoh
paling kontroversial di dunia yang mampu
merubah negara
Jerman, dia mampu
membangkitkan dari keterpurukan negerinya
akibat dari perang dunia ke-1 menjadi negeri
yang berpengaruh dan dominan diawal tahun 40an. Dia menjadi kanselir sekaligus presiden
pada tahun 1933, ini merupakan salah satu bukti
dari kediktatoranya dan betapa berpengaruhnya
dia, bahkan sampai membuat pengadilan yang
hakimnya adalah dirinya sendiri.
Penentuan akan siapa yang memimpin
didaerah serta pemimpin partainya di tentukan
oleh tanganya sendiri, dia bahkan membuat
undang-undang Nurenberg tahun 1935 tentang
pernikahan, yang melarang orang Yahudi
menikah dengan bangsa Jerman asli
(Aryanisasi).
Rekomendasi
Tercatatnya nama Adolf Hitler dalam
sejarah dunia sebagai orang yang berpengaruh
dengan sosok otoriternya, merupakan hasil dari
gagalnya sistem demokrasi yang diterapkan
sebelumnya, tentang penyelewengan arti
demokrasi,
penyelewngan
kekuasan,
ketidakstabilan ekonomi serta tidak adanya
jaminan keamanan, pasti akan memunculkan
ketidakpuasan masyarakat, tidak mengherankan
jika nantinya akan muncul Hitler-Hitler lainya di
dunia, karena siklus sejarah akan berlaku.
Namun yang terpenting dari semua itu,
hendaklah peristiwa tersebut senantiasa
mengilhami generasi muda dan para pemimpin
bangsa untuk senantiasa mengerti tentang arti
demokrasi secara utuh.
Collier, Richard. 1971. Duce! The Rise and Fall
of
Benito
Mussolini.
London.
Fontana/Collins.
Downing, Stephane. 2007. Holocoust: Fakta
atau Fiksi, Medpress, Jakarta.
Duverger, Mourice.1998. Sosiologi Politik, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Ebstein, William. 2006. Isme-isme yang
Mengguncang Dunia. Yogyakarta. Narasi
Hibbert, Christopher. 1975. Benito Mussolini
The Rise and Fall of II Duce. Australia.
Penguin Books Ltd.
Hitler, Adolf. 2007. Mein Kampf volume 1 dan
2. (Edisi ke-4, Cetakan ke-1) Penerbit
Narasi, Yogyakarta.
Irving, David. 2011. Hitler’s War: Benarkah
Hitler Bertanggung Jawab atas Holocoust,
Penerbit Narasi, Yogyakarta.
Judisitira Garna dan Pandji Garna. 2006.
Republik Federal Jerman. Primako
Akademika
dan
Judistira
Garna
Foundation, Bandung.
Kramarz, Oachim. 2005. Stauffenberg, Center
for Information Analysis, Yogyakarta.
Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah,
Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta.
Mahfud, Choirul. 2009. 39 Tokoh Sosiologi
Politik Dunia. Temprina Media Grafika,
Surabaya.
Masdoeki, Hassan. 1997. Kamus Populer Ilmu
Pengetahuan. Jakarta. Pustaka Amani.
Nurahmi, Prima. 2008. Profil Sang Jagal. Bio
Pustaka. Yogyakarta.
Ojong. 2005. Perang Eropa Jilid III. Jakarta.
Kompas Media Nusantara.
R. Srivanto, Fernando,2007, NAZI. Narasi,
Yogyakarta.
Supriatna, Nana. 2002. Ideologi dan
Masyarakat: Kajian Sejarah Eropa Abad
Ke-20.
Winarno, Surakhmad. 1985. Pengantar
Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode dan
Teknik. CV. Tarsito. Jakarta.
Zucotti. 1987. Italians and The Holocaust:
Persecution, Rescue, and Survival.
Halban. New York and London.
DAFTAR ISI
Ballack, Luger. 2007. 7 Tokoh Kunci NAZI, Visi
Media. Jakarta.
B.N Marbun SH. 1983. Demokrasi Jerman.
Grama Cipta Offset, Jakarta.
Halaman | 203
Halaman | 204
Download